Menafsir tanda, memaknai kehidupan

Post on 02-Jul-2015

383 views 1 download

description

Sebuah presentasi sederhana, sebagai respon salah satu tugas yang diberikan saat mengikuti Lfl (Lecture for Lecture) ADGI Chapter Jogja Desember 2011.Suatu uraian dan analisis singkat mengenai fotografi ruang kota.

Transcript of Menafsir tanda, memaknai kehidupan

Menafsir Tanda,

Memaknai KehidupanOleh : Hesti Rahayu

Presentasi sebagai peserta LfL ADGI #1Jogja National Museum, 15-17 Desember 2011

Hari pertama…

• Peserta naik andong keliling kota Yogya.

• Mengamati, mencermati, mengabadikansebisanya (dengan kamera SLR, Kamerapocket, kamera handphone,dsb bebas) apapun yang dilewati yang dirasa memuattanda-tanda visual.

Hasilnya…

Tambal ban dan isi angin di Alun-alun Utara Sayang foto kurang bagus karena dijepret dengan kamera BB

dari atas delman yg melaju cukup kencang…

Semiotika Koes Plus Angin

• Tulisan “Koes Plus Angin” secara umum dapatdilihat sebagai sebuah papan tanda iklan darisebuah usaha -tambal dan isi angin ban-

• Sebuah iklan secara semiotis selalu berisikanunsur-unsur tanda berupa :– objek (object) yang diiklankan– konteks (context) berupa lingkungan, orang, atau

makhluk lainnya yang memberikan makna pada objek; – serta teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna

(anchoring), meski teks tidak selalu hadir dalam iklan.*(Pilliang dalam Tinarbuko, 2009)

• Dalam Koes Plus Angin ini :– objek (object) wujud lapak tambal ban dan isi

angin “Koes Plus” Koes Plus Angin

– Tulisan “Rp 5000”

– konteks (context) • Pojok selatan-barat Alun-alun Utara (yg notabene dekat dg

“pusat “kekuasaan raja” tempat tinggal Sultan

• lingkungan makro perekonomian informal Indonesia

• Terjadi kontekstualisasi ditafsirkan

Setidaknya ada 3 hal yg dapatdikontekstualisasi :

1. Koes Plus

2. Koes Plus Angin

3. Rp 5000

Kontekstualisasi/ semiotisasi/ penafsiran “Koes Plus”

• Koes Plus nama band legendaris Indonesia denganjutaan penggemar dan ribuan komunitas yg tersebar diseluruh Indonesia.

• Walaupun Koes Plus sudah bubar dan anggotanya banyakyang telah meninggal dunia, tetapi bagi parapenggemarnya, Koes Plus “tetap hidup”dan siap menghiburkepiluan dan kepenatan hidup yg mereka rasakan

• Apalagi lirik2 lagu2 Koes Plus yg unik (dan ada pula ygkhusus disajikan dalam edisi bahasa Jawa), dirasa sangatdekat dan mampu mewakili perasaan ‘wong cilik’ sepertimereka

• Koes Plus sebagai repesentasi/ ikon bagi ‘wong cilik’ sekaligus sebagai ‘pelepas lelah’

“Koes Plus Angin”

• Ketika “Koes Plus” dikaitkan (anchoring) dengan tambalban dan isi angin tambal ban dan isi angin sebagaisuatu profesi informal, maka terjadilah semacam“intensional leisure”(menggunakan waktu luang secarasengaja), yang dalam masyarakat agraris seringkalipemisahan antara bekerja (work) dan liburan (leisure) seringkali tidak jelas benar (Sairin, 2001)

• Ketika bekerja, mereka juga mengambil kesempatanuntuk mencari waktu luang dengan tujuan hiburan, dansaat waktu luang mereka juga gunakan untuk bekerjaatau melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungansama sekali dengan liburan.

“Rp 5000”

• Semangat “bekerja mencari uang” didapatdari tulisan “Rp 5000” yg terletak di atasgerobak lapak sebagai penanda bahwa iniusaha komersial utk mencari uang

• Bagi seorang penambal ban dan isi anginyang tidak pernah mengenal liburan, makalangkah kreatif yang mereka lakukan adalahmemperlakukan usahanya sebagai upayabekerja dan leisure di saat yang sama.

Long life creativity

• Bagi insan kreatif, spirit pak tambal ban “Koes Plus Angin” ini tentu sangat inspiratif

• Sebagaimana Ronaldinho (di sesi sebelumnya kitadisetelin video ttg itu) yang memperlakukan bola sebagai teman bermain yang tak pernah bosan….– Keep playing

– Don’t growing up

• Maka tidak ada salahnya kalau mulai saat ini kitaperlakukan dead-line sebagai teman hidup dan kerjakeras sebagai saudara kandung serta target meraihsukses sebagai mama bagi kehidupan kita…

Mari kita ubah setiap pressuresebagai leisure !

Yiiihaaa..!!TERIMA KASIH