Post on 28-Mar-2019
Setelah membaca 2 tulisan “Memperingati Hari Wafat Siauw Giok Tjhan 35
Tahun”*, saya ingin menyampaikan beberapa kesan sekadar untuk bahan
pertimbangan saja, …
— Xu Zhu , Nan Tong, 22-11-2016
(Diterjemahkan Oleh ChanCT, dari Bhs. Tionghoa)
“Memperingati Hari Wafat Siauw Giok Tjhan 35 Tahun”
Siauw Giok Tjhan seorang politikus Tionghoa Indonesia yang besar. Saya
berpendapat penggunaan “BESAR” disini adalah sangat sesuai. Banyak orang
mengangkat berbagai teori dan praktek yang diajukan Siauw, tetapi banyak
yang dinyatakan itu tidak mencapai ketinggian yang semestinya. Sementara
cendekiawan menyatakan, pemikiran Siauw sedang dipraktekkan, tentu ini
betul. Tapi saya beranggapan akan lebih tepat dikatakan, sejarah sedang
berlangsung dan berkembang sesuai dengan pemikiran yang diajukan Siauw
ketika itu, begitulah berkembangan yang terjadi sekalipun mereka tidak
menyebutkan nama Siauw Giok Tjhan.
Ada 3 pemikiran pokok Siauw yang progresif dan sesuai praktek yang
terjadi:
1. Yang utama diajukan Siauw: Tionghoa di Indonesia, lahir dan
kenyataan sudah hidup di Indonesia dalam sejarah panjang,
seharusnyalah menjadikan Indonesia sebagai tanahairnya!
Seiring dengan itu, Siauw juga menekankan Tionghoa sebagai
satu SUKU, harus bisa mempertahankan budaya-tradisinya
sendiri. Bukan berusaha menghilangkan budaya Tionghoa.
Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang berdasarkan
demokrasi dan harmonisasi dalam membangun negara. Pada saat
itu pemikiran demikian ini sangat, sangat sedikit sekali. Baru
sekarang telah menjadi pemikiran umum, sudah menjadi dasar
pendirian berpijak Tionghoa di Indonesia bahkan juga Tionghoa
didunia.
2. Siauw menganjurkan Tionghoa terjun dan menjadi aktivis
gerakan politik, jangan hanya tenggelam dibidang ekonomi dan
* Yang dimaksud 2 tulisan: “Memperingati Hari Wafat Siauw Giok Tjhan Ke-35” – Siauw Tiong Djin;
Dan “SiauwGiok Tjhan Wafat 35 Tahun, Konsepsi Perjuangan Dimasa Hidupnya Berangsur Menjadi Kenyataan” (Harian Yin Hua, 21-11-2016, bhs. Tionghoa)
dagang saja. Harus tegak bediri, berjuang sebagaimana
kemampuan. Jadi, Siauw adalah salah seorang Tionghoa
Indonesia yang maju didepan, menjadi teladan baik Tionghoa
Indonesia. Begitulah sampai hari ini ada orang yang
berteladan, …
3. Siauw termasuk seorang yang berhasil mengorganisasi Tionghoa
dalam organisasi BAPERKI yang dibentuk dan diketuai dengan
bersekala nasional untuk mencapai tujuan politik.
Memperjuangan hak politik yang sangat penting —
“kewarganegaraan”. Dengan demikian mendirikan organisasi
politik untuk melindungi dan memperjuangkan hak dan
kepentingan yang diperlukan.
Penekanan pernyataan yang diajukan Siauw demikian ini tidaklah berlebihan.
Justru inilah warisan politik Siauw yang sampai saat kini harus
dikembangkan sepenuhnya, seiring dengan perjalanan waktu dan proses
perkembangan wajar akan berpengaruh lebih bersar dan luas.
Salah satu contoh apa yang diberitakan di Indonesia tanggal 19 Nopember
2016 yl. dengan dilangsungkan “Parade Bhineka Tunggal Ika”. Masih
ingatkah pembaca adanya berita itu? Dan masihkah berkesan dengan makna
“Bhineka Tunggal Ika” itu? Pada saat kita hari ini merenung kembali
perjalanan sejarah Huakiao dan Tionghoa di Indonesia, janganlah sekali-kali
melupakan nama Siauw Giok Tjhan!
Jakarta - Parade Bhinneka Tunggal Ika yang berlangsung di Jakarta, Sabtu
(19/11), menunjukkan sejatinya masih lebih banyak elemen bangsa yang
menghendaki kebinekaan tumbuh subur dan NKRI tegak berdiri. Golongan
tersebut yang selama ini berdiam diri menjadi silent majority, kini mulai tampil
merespons perkembangan situasi politik di Tanah Air.
Aksi yang mereka lakukan, adalah untuk mengingatkan pentingnya merawat
dan memberi tempat bagi Bhinneka Tunggal Ika untuk tetap hidup. Hal itu
sekaligus membangkitkan kesadaran kolektif, bahwa NKRI bisa tetap tegak
berdiri, karena kesepakatan yang dibangun para founding fathers, dan selama
ini bangsa Indonesia mampu menjaga kesepakatan itu. Oleh karenanya,
setiap tindakan yang mengancam kebinekaan, adalah pengingkaran terhadap
NKRI.
Demikian benang merah sejumlah tokoh menanggapi aksi damai Parade
Bhinneka Tunggal Ika, yang dihubungi di Jakarta, Sabtu (19/11). Koordinator
Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia Ahmad Suaedy
berpandangan, pawai kebinekaan itu merupakan upaya sebagian masyarakat
untuk menunjukkan bahwa Indonesia plural dan multikultural. “Masing-masing
harus saling menghormati satu dengan yang lain,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu
Indonesia (Matakin) Uung Sendana. Dia mengingatkan bahwa Indonesia
adalah negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila. “Pawai
itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita semua bahwa Indonesia dapat
berdiri, merdeka, dan membangun, karena adanya kesadaran ini. Bila
kesadaran bahwa kita bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berlandaskan
Pancasila itu lenyap, dan lantas diganti ideologi lain, Indonesia dipastikan
akan lenyap,” jelasnya.