Post on 23-Aug-2021
MANAJEMEN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK LETRIS
INDONESIA 2
Tesis Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Program Magister Manajemen Pendidikan
Islam (M.Pd.)
Disusun Oleh :
Afif Faizin
21180181000014
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1442 H
i
SURAT PERNYATAAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Afif Faizin
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 03 April 1993
NIM : 21180181000014
Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Judul Tesis : Manajemen Pendidikan Kewirausahaan di SMK Letris
Indonesia 2
Mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa bimbingan tesis dan disetujui untuk
pendaftaran ujian tesis.
Jakarta, 13 Agustus 2020
Dosen Pembimbing
Dr. Maftuhah, MA
NIP. 197211182005012001
iii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL TESIS
Tesis dengan judul “Manajemen Pendidikan Kewirausahaan di SMK Letris Indonesia
2” yang ditulis oleh Afif Faizin dengan NIM 21180181000014, telah diujikan dalam
Seminar Hasil Program magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jum‟at, 14
September 2020. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran dari penguji sebagai salah
satu syarat mengikuti Ujian Promosi Tesis.
Jakarta, 15 Agustus 2020
Tanggal Paraf
Penguji I
Dr. Fauzan, MA.
NIP.197611072007001113 15 Agustus 2020
Penguji II
Dr. Iin Kandedes, MA.
NIP. 197912022011012006 15 Agustus 2020
iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi ini membantu penulis dalam menterjemahkan kata-kata yang
berbahasa Arab menjadi bahasa Indonesia, seperti: ta’dib, tarbiyah, ta’lim, dll.
Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan tesis mahasiswa
Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hal ini dikarenakan banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat,
judul buku, nama lembaga, dan lain sebagainya, yang ditulis dengan huruf Arab dan harus
disalin ke dalam huruf latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk huruf-huruf yang
tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia adalah:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
Tidak ا
dilambangkan s ص
d ض S ث
t ط H ح
t ظ Kh خ
„ ع Z ذ
Sy ش g غ
h ة
2. Vokal
Tanda Huruf Latin Tanda Huruf Huruf Latin
------ a ي آ ai
------ i آو au
------ u
Contoh:
arifa„ : عرف kataba : كتب
haula : حول kaifa : كيف
vi
3. Madd (Panjang)
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
A ا
I ي
U و
Contoh:
qila : قيل kana : كان
yaqulu : يقول da‟a : دعا
4. Ta’Marbutah
a. Ta’Marbutah hidup transliterasinya adalah h/.
b. Ta’Marbutah mati transeliterasinya adalah /h/.
c. Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Ta’Marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
Ta’Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
.hadiqat al-hayawanat atau hadiqatul hayawanat =حديقةاحيوانات .al-madrasat al-ibtida’iyyah atau al-madrasatul ibtidaiyyah =المدرسةالابتداية
5. Syaddah (Tasydid)
Tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi
tanda syaddah (digandakan).
Contoh:
yukarriru : يكرر allama„ : علم
al-maddu : المد kurrima : كرم
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang
mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/ hubung.
Contoh:
as-salatu : الصلاة
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qomariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya.
vii
Contoh:
حثالبا al-falaqu : الفلق : al-bahisu
7. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif.
Contoh:
اوتي akaltu : اكلت : utiya
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof.
Contoh:
شئ ta‟kuluna : تاكلون : syai‟un
8. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya .
Contoh:
المسعودي al-qur‟an : القران : al-Mas‟udi
al-madinatul : المدينةالمنورة
Munawarah
viii
ABSTRAK
Afif Faizin, NIM 21180181000014: “Manajemen Pendidikan Kewirausahaan di SMK
Letris Indonesia 2” Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam (MMPI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan manajemen pendidikan
kewirausahaan dan faktor pendukung serta faktor penghambatnya di SMK Letris Indonesia
2. Berdasarkan tujuan tersebut penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi
(pengamatan), interview (wawancara) dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan melakukan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan dengan mereview data dan teori yang telah dibangun dalam penelitian.
Pengecekan keabsahan data dengan triangluasi sumber dan teknik.
Hasil temuan penelitian yaitu manajemen pendidikan kewirausahaan di SMK
Letris Indonesia 2 dapat diidentifikasi melalui lima aspek. Pertama, Aspek perencanaan
pendidikan kewirausahaan menggunakan perencanaan yang sederhana, yaitu guru hanya
membuat rencana pembelajaran selama satu semester atau satu tahun dan tidak membuat
rencana khusus secara spesifik setiap kegiatan. Kepala sekolah bersama guru
kewirausahaan bersama-sama musyawarah menentukan program jangka pendek dan
jangka panjang yang akan disepakati bersama mulai dari tujuan kegiatan,
penanggungjawab dan besar anggaran yang diperlukan. Pendidikan kewirausahaan yang
ada di sekolah terintegrasi dengan kultur budaya sekolah. Kedua, aspek pengorganisasian
berupa pemberian tugas dan wewenang kepada guru. Guru yang ada di kelas sepuluh
bertugas mengenalkan dan memahamkan anak tentang pentingnya pendidikan
kewirausahaan, guru kelas sebelas menanamkan nilai dan sikap kewirausahaan dan guru
kelas dua belas mengarahkan anak-anak supaya bisa membuat produk sendiri. Selain itu
juga penyediaan fasilitas pendidikan kewirausahaan di sekolah. Ketiga, aspek pengarahan
berupa bimbingan dan motivasi dari kepala sekolah kepada guru dan dari guru kepada
siswa. Motivasi berupa mendatangkan ahli atau wirausaha sukses ke sekolah untuk
memberikan keteladanan. Keempat, aspek pengkoordinasian yaitu guru yang sesama
jurusan saling berkomunikasi dalam menyampaikan materi kewirausahaan supaya visi dan
misi sekolah bisa berjalan bersamaan, kemudian hasil dari pendidikan kewirausahaan itu
dilaporkan kepada ketua program yang nantinya akan dilanjutkan kepada wakil kepala
sekolah bisang kurikulum atau langsung ke kepala sekolah. Kelima, aspek pengawasan
yaitu guru melihat melalui kinerja dan hasil produk siswa. Keberhasilan pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 masih pada tingkatan kompetensi
kewirausahaan yang meliputi: kemandirian, kreatif, berani mengambil resiko, memiliki
jiwa pemimpin, kerja keras, inovatif, tanggungjawab, pantang menyerah, bisa mencari
peluang dan belum sampai kepada siswa bisa mempunyai usaha sendiri setelah lulus dari
sekolah.
Faktor pendukung dari internal pendidikan kewirausahaan ini yaitu peserta didik
dan guru yang melakukan kegiatan belajar di kelas, sedangkan dari eksternal yaitu orang
tua, sekolah dan warga sekitar sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya sendiri adalah
dari peserta didik sendiri, karena konsistensi belajarnya masih tergantung perasaaan
mereka yang rata-rata masih berusia remaja dan berada diusia pubertas.
Kata kunci: manajemen pendidikan, pendidikan kewirausahaan.
ix
ABSTRACT
Afif Faizin, NIM 21180181000014: "Management of Entrepreneurship Education at SMK
Letris Indonesia 2" Thesis of Master Program in Islamic Education Management (MMPI)
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this study is to describe the management of entrepreneurship
education and its supporting and inhibiting factors in SMK Letris Indonesia 2. Based on
these objectives this study uses qualitative research with a descriptive approach. Data
collection was carried out by conducting observations (observations), interviews
(interviews) and documentation studies. Data analysis was carried out by collecting data,
reducing data, presenting data, and drawing conclusions by reviewing the data and theories
that have been built in the study. Checking the validity of the data by using triangluation of
sources and techniques.
The results of the research findings, namely the management of entrepreneurship
education at SMK Letris Indonesia 2 can be identified through five aspects. First, the
planning aspect of entrepreneurship education uses simple planning, where the teacher
only makes learning plans for one semester or one year and does not make specific plans
for each activity. The principal together with the entrepreneurship teacher jointly considers
determining short-term and long-term programs that will be mutually agreed upon starting
from the activity objectives, the person in charge and the amount of the required budget.
Entrepreneurship education in schools is integrated with school culture. Second, the
organizational aspect in the form of giving assignments and authority to teachers. Teachers
in grade ten are tasked with introducing and understanding children about the importance
of entrepreneurship education, grade eleven teachers instilling entrepreneurial values and
attitudes and grade twelve teachers directing children so they can make their own products.
In addition, the provision of entrepreneurship education facilities in schools. Third, the
direction aspect is in the form of guidance and motivation from the principal to the teacher
and from the teacher to the students. Motivation is in the form of bringing successful
experts or entrepreneurs to school to provide examples. Fourth, the coordinating aspect,
namely teachers who are in the same department communicate with each other in
delivering entrepreneurship material so that the vision and mission of the school can go
hand in hand, then the results of entrepreneurship education are reported to the head of the
program which will later be continued to the deputy principal on the curriculum or directly
to the school principal. Fifth, the aspect of supervision, namely the teacher sees through the
performance and results of student products. The success of entrepreneurship education at
SMK Letris Indonesia 2 is still at the level of entrepreneurial competence which includes:
independence, creative, dare to take risks, has a spirit of leadership, hard work, innovation,
responsibility, never gives up, can look for opportunities and has not arrived at students
who can have their own business after graduating from school.
Internal supporting factors for entrepreneurship education are students and
teachers who carry out learning activities in the classroom, while externals are parents,
schools and residents around the school. While the inhibiting factor itself is from the
students themselves, because the consistency of learning still depends on their feelings,
who on average are still teenagers and are at the age of puberty.
Keywords: education management, entrepreneurship education.
x
ملحص SMK Letris Indonesia ك الأػبل ربدح رؼهى إدارح NIM 21180181000014 : ، زئكب ػلق
.خبكزرب الله ذاخ برقش انززثخ كهخ (MMPI) الإصلايخ انززثخ إدارح ك يبخضزز رصبنخ 2
SMK ك ن انثجطخ انذاػخ انؼايم الأػبل ربدح رؼهى إدارح طق انذراصخ ذ ي انـزع
Letris Indonesia 2. خغ رى. طل ثح انػ انجحث انذراصخ ذ رضزخذو ، الأذاف ذ ػه ثبء
إخزاء رى. انزثن دراصبد( انوبثلاد) انوبثلاد( انلاحظبد) انلاحظبد إخزاء خلال ي انجببد
يزاخؼخ خلال ي انزبئح اصزخلاص انجببد روذى انجببد روهم انجببد خغ خلال ي انجببد رحهم
نهظبدر انزثهث ثبصزخذاو انجببد طحخ ي انزحون. انذراصخ ك إشبؤب رى انز انظزبد انجببد
.انزوبد
خلال ي SMK Letris Indonesia 2 ك الأػبل ربدح رؼهى إدارح أ ، انجحث زبئح زبئح رحذذ ك
كوؾ انؼهى وو حث ، ثضط ب رخطط ب الأػبل ربدح نزؼهى انزخطط اندبت ضزخذو ، أل . خات خضخ
يغ انذز ذرس. شبؽ نكم يحذدح خطط ب ؼغ ل احذ ػبو أ احذ دراص نلظم رؼهخ خطؾ ثػغ
ثشكم ػهب الرلبم صزى انز الأخم ؽهخ الأخم هظزح انجزايح رحذذ يشززى ثشكم الأػبل ربدح يؼهى
ا يزجبدل ك الأػبل ربدح رؼهى ديح رى. انطهثخ انزاخ يجهؾ انضؤل انشخض انشبؽ أذاف ي ثذء
كهق. نهؼه انضهطبد انزكهلبد إػطبء ك انزثم انزظ اندبت: ثبب . انذرصخ انثوبكخ يغ انذارس
يؼه ؿزس ، الأػبل ربدح رؼهى أخ حل كى الأؽلبل ثزؼزق انؼبشز انظق ك انؼه
ي زكا حز الأؽلبل نزخ ػشز انثب انظق يؼه الأػبل ربدح ياهق هى ػشز انحبد انظق
خبت ك ، ثبنث ب. انذارس ك الأػبل ربدح رؼهى يزاكن ركز إن ثبلإػبكخ. انخبطخ يزدبرى طغ
أ خجزاء خهت ك انذاكغ زثم. انطلاة إن انؼهى ي انؼهى إن انذز ي رحلز رخ شكم ك الردب
ب. أيثهخ نزوذى انذرصخ إن بخح أػبل راد لش ك انخد انؼه ، انزضو اندبت ، راثؼ
خج ب رصبنزب انذرصخ رؤخ رضز ثحث الأػبل ربدح ياد روذى ك انجؼغ ثؼؼى يغ زاطه ، انوضى
نبئت ثؼذ كب صضزز انذ انجزبيح. انوضى رئش إن الأػبل ربدح رؼهى زبئح إثلاؽ زى ثى ، خت إن
ي ز انؼهى أ الإشزاك اندبت: خبيضب . انذرصخ يذز إن يجبشزح أ انذراصخ انبح ك انذز
SMK Letris Indonesia 2 ك الأػبل ربدح رؼهى دبذ زال ل. انطلاة يزدبد زبئح أداء خلال
انوبدح رذ ، انخبؽزح ػه اندزأح ، الإثذاع ، الصزولانخ: رشم انز الأػبل ربدح كلبءح يضز ػه
ا رضزضهى ل ، انضؤنخ ، الثزكبر ، اندبد انؼم ، إن ظها نى انلزص ػب انجحث ك ، أثذ
.انذرصخ ي انزخزج ثؼذ انخبطخ أػبنى يبرصخ كى انذ انطلاة
، انلظم ك رؼهخ أشطخ لذ انذ انؼه انطلاة الأػبل ربدح نزؼهى انذاػخ انذاخهخ انؼايم
انثجؾ انؼبيم أ ح ك. انذرصخ أحبء خغ ك انو انذارس اثبء ى انخبرخ أ ح ك
انزصؾ ك زان ل انذ ، يشبػزى ػه ؼزذ زال ل انزؼهى ارضبم لأ ، ألضى انطلاة ي لض
.انجهؽ ص ك ى يزاو
.الأػبل ربدح رؼهى ، انزؼهى إدارح: انلزبحخ انكهبد
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan nikmat serta taufik dan hidayah-Nya kepada penulis.
Shalawat teriringkan salam senantiasa tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Manajemen Pendidikan Kewirausahaan di
SMK Letris Indonesia 2” dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 2 untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, motivasi,
arahan dan semangat dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya, semoga bantuan dan
dukungan tersebut menjadi amal ibadah disisi Allah swt. Penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Dr. Sururin, M.Ag
3. Dr. Jejen Musfah, MA, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang selalu
mendukung dan memfasilitasi mahasiswa untuk segera menyelesaikan tesis.
4. Dr. Maftuhah, M.A, selaku Dosen Pembimbing tesis, terimakasih atas segala waktu,
tenaga, ilmu, kesabaran, dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu serta bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Orang tua tercinta, Bapak Maslikhin dan Ibu Mursidah yang saat ini sedang sakit
semoga segera diberikan kesembuhan, yang dengan segala perhatian, bimbingan, doa
dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas belajar dengan baik.
6. Adikku Luthfi, yang rela membagi waktu dengan penulis untuk merawat orang tua
yang saat ini sedang kuliah juga di UNWAHAS Semarang, semoga dengan
keikhlasanmu merawat ibu dan bapak dimudahkan segala urusan dan bisa cepat
menyelesaikan studi S1.
7. Istriku tercinta, Laili Kiptiah yang saat ini sedang mangandung, terima kasih banyak
atas segala pengorbananya penulis menjalankan studi ini dan banyak memberikan
xii
dukungan doa, materi dan motivasi serta dengan penuh kesabaran merelakan penulis
mengadakan penelitian disaat sedang hamil, semoga sehat selalu beserta dede bayi
yang ada di kandungan.
8. Bapak, ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti
perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi kami.
9. Bapak Juaman, Bapak Saugi dan seluruh guru SMK Letris Indonesia 2 yang telah
mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah.
10. Ayahanda Hasniel dan Bunda Lies yang telah memberikan beasiswa untuk Ananda
bisa melangsungkan studi S2 ini dan senantiasa memberikan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Teh Aisyah, Anis Ermayani, Akira Puteri dan Mila Afrilianida yang terus
memberikan semangatnya.
12. Seluruh sahabat seperjuangan Manajemen Pendidikan Islam (MPI A) yang telah
memberikan pengalaman, semangat, motivasi dan bantuannya.
13. Para pengurus serta pembina Pondok Pesantreneur Tahfidzul Qur‟an Al Amien Ciater
serta seluruh dewan asatidz dan asatidzah yang senantiasa memberikan support
kepada penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam proses penyelesaian penulisan ini.
Hanya harapan dan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan tesis
ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya dalam
mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan
bagi penulis khususnya serta anak dan keturunan penulis kelak. Aamiin.
Jakarta, 31 Agustus 2020
Penulis
Afif Faizin
xiii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN.................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL TESIS .................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..............................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 15
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 15
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 21
C. Batasan Penelitian ............................................................................................... 21
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 21
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 22
F. Sistematika Pembahasan..................................................................................... 23
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................ 25
A. Pendidikan Kewirausahan .................................................................................. 25
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan ......................................................... 25
2. Manfaat Pendidikan Kewirausahaan ............................................................. 27
3. Sasaran dan Asas Pendidikan Kewirausahaan ............................................. 29
4. Nilai-nilai dasar Kewirausahaan .................................................................... 29
5. Landasan Pendidikan Kewirausahaan .......................................................... 31
6. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah ......................................................... 32
B. Manajemen Pendidikan Kewirausahaan ........................................................... 33
1. Aspek Perencanaan (Planning) ....................................................................... 37
2. Aspek Pengorganisasian (Organizing) ............................................................ 38
3. Aspek Pengarahan (Commanding) ................................................................. 40
4. Aspek Pengkoordinasian (Coordinating) ........................................................ 41
5. Aspek Pengendalian/Pengawasan (Controlling) ............................................ 42
xiv
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................................... 43
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 48
A. Tempat Penelitian ................................................................................................ 48
B. Metode Penelitian ................................................................................................ 48
C. Data dan Sumber Data ........................................................................................ 49
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 50
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 55
G. Uji Keabsahan Data......................................................................................... 57
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................................... 60
A. Gambaran Umum SMK Letris Indonesia 2 ...................................................... 60
1. Sejarah Singkat SMK Letris Indonesia 2 ........................................................... 60
2. Visi Misi SMK Letris Indonesia 2 ..................................................................... 60
3. Kemitraan SMK Letris Indonesia 2 ................................................................... 61
4. Struktur Kepengurusan ...................................................................................... 64
5. Data Guru SMK Letris Indonesia 2 ................................................................... 65
B. Hasil Temuan ....................................................................................................... 66
1. Manajemen Pendidikan Kewirausahaan ............................................................ 66
2. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... 81
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 81
B. SARAN ................................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu modal utama pembangunan nasional adalah Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berpendidikan. Apabila sumber daya manusia bagus tentu
pembangunan nasional pun akan sukses nantinya. Sumber Daya Manusia yang
dihasilkan pun harus bisa menjadi leader dalam segala bidang juga siap
mengahadapi tantangan-tantangan yang ada. Semakin banyak sumber daya manusia
maka akan semakin banyak pengangguran (Raharjo, 2018). Maka dari itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan secara terencana,
terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan.
Adapun tujuan pendidikan bukan hanya agar mendapat ijazah, atau agar
menyandang gelar, akan tetapi pada Undang-Undang Dasar 1945 dengan kalimat
bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu
negara selalu berusaha memajukan pendidikan agar dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang bisa bersaing dan berkualitas.
Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab. Secara tersirat dalam Undang-Undang ini menyangkut
pembahasan siswa yang cakap dan mandiri.
Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang
mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan
perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum dapat diketahui secara pasti.
Berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada berbagai tatanan kehidupan,
termasuk pada manejemen pendidikan, yaitu manajemen memberi kebebasan
16
kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan diharapakan mampu
menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu
menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik
maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta
didik yang berkaitan dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas non akademik
berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka
usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain lulusan pendidikan diharapkan
memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi.
Setiap manusia berkeinginan mendapatkan pendidikan yang layak, seperti
sekolah, kursus, kuliah atau dalam bentuk pengembangan diri lainnya sebagai
bentuk dalam upaya menjadi manusia yang produktif. Dengan produktivitas yang
dimiliki, seseorang akan lebih leluasa untuk memilih. Namun, output lembaga
pendidikan dan kursus tidak membekali pengetahuan dan skill yang paripurna
sehingga begitu lulus bukannya dapat mengamalkan ilmu dan keterampilan yang
diperoleh, melainkan mendapatkan gelar baru sebagai pengangguran intelektual,
sebuah gelar yang tidak diharapkan (Arifin, 2012, hal. 7).
Tidak sedikit lulusan pendidikan yang tidak mampu mengisi lowongan
pekerjaan lantaran ketidakcocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan
kebutuhan dunia kerja. Masih minimnya karakter wirausaha yang dimiliki oleh
lulusan kita menjadi faktor penting juga dalam dunia kerja saat ini. Belum lagi
jumlah penyerapan tenaga kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta sangat
terbatas, oleh sebab itu semakin meningkatkan angka pengangguran terdidik setiap
tahunnya.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2020) melansir data pengangguran terbaru di
Indonesia per februari 2020. Dilihat dari tingkat pendidikan, Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) masih yang paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu
sebesar 8,49 % dari jumlah Angkatan kerja sebanyak 137,91 juta orang. hal ini
berarti dari 100 orang Angkatan kerja, terdapat sekitar 5 orang penganggur.
17
Presentasi pengangguran lulusan SMK menurun dibanding periode yang sama tahun
lalu mencapai 8,63 %.
Sedangkan tingkat pengangguran paling kecil berasal dari lulusan SD ke
bawah yaitu sekitar 2,64 %. Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, tingkat
pengangguran pada seluruh jenjang pendidikan mengalami penurunan sebesar 0,01
sampai 0,51 persen poin.
Gambar 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan (persen), Februari 2018 – Februari 2020
Kondisi tersebut memberikan anggapan bahwa tidak semua orang yang
berpendidikan pasti mendapatkan pekerjaan. Sebaliknya, bahkan bisa jadi orang
yang tidak berpendidikan tetapi memiliki keterampilan, dia bisa disebut siap untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menjadi pengangguran bukanlah harapan. Pengangguran merupakan stigma
buruk yang paling dihindari setiap generasi produktif. Menganggur dapat membuat
seseorang tertekan, frustasi dan menjadikan seseorang menjadi criminal. Setiap
generasi produktif menghindari gelar pengangguran itu.
Untuk itu, sangat strategis jika pemerintah mengarahkan sekolah agar
mampu menyediakan tenaga terdidik dengan kemampuan menciptakan lapangan
18
kerja melalui model pendidikan kewirausahaan. Model ini diharapkan dapat
menyelesaikan dua problema yaitu pendidikan dan kewirausahaan (Arifin, 2012, hal.
5). Sekolah sebagai institusi diharapkan dapat menumbuhkan serta memupuk jiwa
sikap kewirausahaan para peserta didik sebagai langkah awal menuju kemandirian.
Pola fikir seperti ini merupakan jembatan pengetahuan untuk membangkitkan
kognisi setiap peserta didik dalam berfikir dan berperilaku hingga akhirnya memiliki
budaya wirausaha.
Subijanto (2012: hal. 164) dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
menjelaskan kewirausahaan dalam hal ini merupakan suatu kreativitas dan inovasi
yang dimiliki para lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menghasilkan
nilai tambah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain/masyarakat serta
mendatangkangkan kemaslahatan bersama. Potensi entrepreneur seseorang selain
ada pada setiap individu (pembawaan) dapat pula dibentuk melalui pembelajaran
secara terpadu antara teori dan praktik melalui pelatihan dan pemagangan.
Seharusnya ada perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran
kewirausahaan di Indonesia dengan melihat permasalahan di atas. Hasil dari proses
pendidikan dan pembelajaran agar tidak hanya mempunyai tingkat intelektual tinggi
tetapi juga mempunyai kemampuan teknis dalam dalam melakukan kegiatan
produktif untuk kehidupannya dan masyarakat sekitarnya (Saroni, 2012, hal. 21).
Banyak sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kewirausahaan yang
menggiring peserta didik untuk lebih mandiri dan dapat membuka lapangan kerja
sendiri, secara otomatis jika sekolah bisa menciptakan lulusan yang berkualitas
maka jumlah pengangguran akan menurun. Untuk itu, mengombinasikan hard skill
dan soft skill adalah sebuah keharusan agar lulusannya memiliki keterampilan
sekaligus jiwa wirausaha (Arifin, 2012, hal. 8).
Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru (kreatif), mengembangkan
sesuatu yang sudah ada (inovasi), kesanggupan hati untuk mengambil resiko atas
kreativitas dan inovasinya serta melaksanakannya secara terbaik yaitu sungguh-
19
sungguh ulet, gigih, tekun, progresif, pantang menyerah, maksimal (all out) dan
professional sehingga nilai tambah yang diharapkan dapat tercapai.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah
mengimplementasikan pendidikan kewirausahaan sebagai salah satu wujud nyata
untuk menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha dalam metodologi
pendidikan sebagai penjabaran dari pengembangan ekonomi kreatif (Perpres No 6
Tahun 2009).
Pada hakikatnya, tujuan pemberian materi tersebut antara lain memberi bekal
kemampuan dalam wujud kompetensi dasar terkait dengan kemandirian lulusan agar
mampu bekerja secara mandiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut
diharapkan peserta didik mampu mengaplikasikan teori kewirausahaan dengan
praktik di dalam suatu pekerjaan.
Dengan semakin memasyarakatnya kewirausahaan, dunia pendidikan seolah
dapat memperluas lahan garapannya. Lembaga pendidikan formal, non formal,
perguruan tinggi misalnya, mulai memberi muatan lokal mata kuliah ini. Dan di
awal abad 21 ini pembelajaran kewirausahaan sudah merambah kesatuan
persekolahan, walaupun belum begitu membumi. Demikian juga di Lembaga
Pendidikan nonformal seperti kursus kewirausahaan diterima sebagai mata pelajaran
yang memiliki nilai lebih. Berangkat dari uraian tersebut, ada suatu indikasi bahwa
kewirausahaan merupakan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan oleh semua
orang dalam hidup dan kehidupannya. Para ahli pendidikan pun sudah menyatakan
bahwa kewirausahaan bisa dipelajari atau diajarkan dalam satu aktifitas
pembelajaran. Namun karena satu dan lain hal perkembangannya di Indonesia
banyak menemui hambatan (Eman, 2008, hal. 2).
Banyak pembelajaran kewirausahaan yang kini dilakukan, namun hasilnya
belum sesuai dengan harapan dikarenakan masih banyak kegiatan pembelajaran
yang belum sesuai dengan desain pembelajaran kewirausahaan. Jika pembelajaran
20
kewirausahaan dilakukan dengan menggunakan desain pembelajaran kewirausahaan
maka akan memperoleh hasil yang sangat memuaskan.
Salah satu SMK di Pamulang telah menerapkan pendidikan kewirausahaan
bagi peserta didiknya, yakni SMK Letris Indonesia 2 yang berada di Jl. Siliwangi
No. 55 Pondok Benda Pamulang. Kegiatan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia
2 adalah hal yang sangat penting. Hampir semua peminatan mapel kewirausahaan
menjadi mapel wajib untuk anak-anak, terlebih anak-anak kelas XI dan XII.
Menurut wawancara penulis dengan waka kurikulum bapak Firdaus Shaugie
menjelaskan :
“SMK itu mindsetnya anak-anak ketika lulus mereka bisa langsung terjun di
dunia kerja, makanya di dalam pembelajaran di SMK pun itu ada mata
pelajaran khusus untuk kewirausahaan. Jadi kita itu pengen ngebangun
mindset anak-anak itu setelah mereka lulus dari SMK, khususnya SMK
Letris Indonesia 2, mereka itu bisa langsung berwirausaha, minimal mereka
bisa apa, menghasilkan uang sendiri. Gitu kan, dari kewiraushaan itu”.
Sekolah berharap bisa menekan angka pengangguran di Indonesia.
Setidaknya peserta didik yang lulus dari SMK Letris Indonesia 2 ini bisa mandiri
dan menghasilkan uang sendiri kalaupun tidak bisa diterima di dunia kerja dengan
bekal yang telah mereka dapatkan sewaktu berada di bangku sekolah.
Bukti nyata sekolah telah menerapkan pendidikan kewirausahaan bagi
peserta didik yakni setiap tahunnya sekolah mengadakan kegiatan untuk anak-anak
agar bisa praktik kewirausahaan di acara market day, dimana anak-anak mencoba
memasarkan produknya masing-masing. Setiap kelas diberikan 1 stand untuk
praktik sekaligus belajar tentang kewirausahaan. Setelah kegiatan berakhir anak-
anak membuat laporan berkaitan hasil penjualannya, mulai dari modal, hasil
penjualan sampai menghitung untung ruginya.
Lingkup bidang usaha yang ada di SMK Letris Indonesia 2 ini meliputi
koperasi, Letris Mart, dan Bank Letris memberikan pengalaman bagi peserta didik
untuk praktik kewirausahaan selain adanya market day dan festival lainnya. Selain
21
itu anak-anak juga dibekali soft skill seperti fotografi, videografi, animasi dan
praktik pemasaran. Misal dari skill fotografi saja, anak-anak sudah bisa
menghasilkan uang sendiri dengan menjual hasil fotonya sendiri, begitu juga
program keahlian lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam menyelenggarakan pendidikan
kewirausahaan sejauh obervasi sementara penulis, belum menemukan bagaimana
pengelolaan, sarana prasarana, dan pola kerja sama dengan dunia usaha/industri
dalam menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini.
Oleh karenanya tentu menjadi menarik bagi peneliti untuk mengkaji lebih
jauh terkait manajemen pendidikan kewirausahaan di lembaga tersebut, sebab
hingga saat ini SMK Letris Indonesia 2 yang notabene secara basic merupakan SMK
yang baru berdiri di sekitar Pamulang mampu menunjukkan dirinya sebagai motor
ekonomi di masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
1. Semakin meningkatnya angka pengangguran terdidik setiap tahunnya, dan SMK
menjadi penyumbang paling tinggi tingkat pengangguran.
2. Pemerintah mengarahkan agar mampu menyediakan tenaga terdidik dengan
kemampuan menciptakan lapangan kerja melalui pendidikan kewirausahaan.
3. Pendidikan kewirausahaan di sekolah masih belum sesuai harapan
4. Belum maksimalnya pendidikan karakter yang menyentuh aspek kewirausahaan
pada peserta didik.
5. Perlu manajemen pendidikan kewirausahaan yang bagus.
C. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh penulis mengenai manajemen pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok
22
permasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam manajemen pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara operasional tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
a) Mendeskripsikan manajemen pendidikan kewirausahaan di SMK Letris
Indonesia 2
b) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam manajemen
pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat teoritis
1) Menambah konstribusi keilmuan dalam rangka memahami
penerapan manajemen pembelajaran dan implementasi proses
pendidikan kewirausahaan dalam membekali pribadi yang kuat
pada era globalisasi di SMK Letris Indonesia 2.
2) Sebagai bahan kajian dan rujukan bagi penelitian di bidang yang
serupa.
b) Manfaat praktis
Manfaat praktis bagi objek penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran untuk dijadikan petunjuk dalam meningkatkan
kinerjanya, akhirnya bisa meningkatkan mutu pendidikan di SMK Letris
Indonesia 2 khususnya dalam manajemen pendidikan kewirausahaan.
Sedangkat manfaat praktis bagi peneliti sendiri diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan menjadi suatu pengalaman guna
memperoleh gambaran yang nyata tentang manajemen pendidikan
23
kewirausaahan di SMK Letris Indonesia 2, serta menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai pentingnya manajemen pendidikan
kewirausahaan terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini.
F. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
B. Batasan Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
F. Sistematikan Penulisan
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Kewirausahaan
1. Definisi Pendidikan Kewirausahaan
2. Manfaat Pendidikan Kewirausahaan
3. Sasaran dan Asas Pendidikan Kewirausahaan
4. Landasan Pendidikan Kewirausahaan
5. Pendidikan Kewirausahaan di SMK
B. Manajemen Pendidikan
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan dan Implementasi
4. Pengawasan
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Sumber Data
24
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Uji Keabsahan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah SMK Letris Indonesia 2
2. Visi Misi dan Tujuan
3. Struktur Organisasi SMK Letris Indonesia 2
4. Kurikulum SMK Letris Indonesia 2
5. Keadaan Mentor/Tenaga Pendidik
6. Keadaan Sarana Prasarana
B. Hasil Temuan
1. Manajemen pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2
2. Faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan kewirausahaan
di SMK Letris Indonesia 2
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
25
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Kewirausahan
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan pembentukan kesadaran dan kepribadian
anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian (Qori'ah, 2017). Menurut
(KBBI, 2020), pendidikan adalah proses perubahan sikap seseorang dalam upaya
mendewasakan manusia. Bisa dikatakan pula pendidikan merupakan proses
belajar mengajar yang didalamnya terdapat beberapa unsur pendukung.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
pembelajaran agar mendewasakan peserta didik dan mengembangkan potensi
dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan. Salah satu
keterampilan yang harus dimiliki peserta didik adalah wirausaha.
Dunia dan masyarakat membutuhkan kewirausahaan (Suci, 2018).
Edupreneur atau educational entrepreneur berasal dari dua kata yaitu education
bermakna pendidikan dan entrepreneur bermakna pengusaha atau wirausahawan.
Ada juga yang menyamakan istilah edupreneur dengan menggunakan istilah
teacherpreneur (Purnomo A. , 2017). Jadi, pendidikan kewirausahaan adalah
proses atau cara untuk memperoleh pengetahuan tentang berwirausaha guna
mempersiapkan siswa menghadapi perkembangan IPTEK pada masa sekarang
dan yang akan datang.
Menurut (Wibowo, 2011, hal. 31) pendidikan kewirausahaan merupakan
upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi
pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan
sebagainya. Usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan,
intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
dengan diwujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif, dan berani mengelola resiko
juga pengertian dari pendidikan kewirausahaan (Suyitno, 2013, hal. 2).
26
Dalam Jurnal (Budi Wahyono, 2015, hal. 3) Lo Choi Tung mengatakan
bahwa pendidikan kewirausahaan adalah “the process of transmitting
entrepreneurial knowledge and skills to students to elp them exploit a business
opportunity’. Yaitu proses transmisi pengetahuan dan keterampilan
kewirausahaan kepada siswa untuk membantu mereka dalam memanfaatkan
peluang bisnis. Kewirausahaan sudah merambah ke dalam dunia pendidikan,
diintegrasikan dengan kurikulum di sekolah maupun perguruan tinggi. Sehingga
istilah pendidikan kewirausahaan pun semakin popular dikalangan masyarakat.
Rae dan Carswell (2000) juga ikut mendefinisikan pendidikan
kewirausahaan sebagai proses pemecahan masalah yang berpusat pada akuisisi,
penyimpanan dan penggunaan pengetahuan kewirausahaan dalam memori jangka
panjang. Walau demikian, pendidikan kewirausahaan umumnya disederhanakan
sebagai belajar bagaimana mengenali kesempatan (Purnomo, 2015, hal. 99).
Penelitian Rae mengusulkan bahwa fokus pendidikan kewirausahaan adalah
mengenali kesempatan, dengan alasan bahwa identifikasi kesempatan adalah
tindakan belajar itu sendiri dan sumber motivasi untuk belajar kewirausahaan.
Output pendidikan kewirausahaan idealnya adalah kemampuan mengidentifikasi
adanya peluang atau mengidentifikasi ide-ide yang baik dan mengubahnya
menjadi sebuah konsep bernilai tambah (Purnomo, 2015, hal. 99-100).
Pendidikan kewirausahaan seperti halnya mata pelajaran lain telah
diselenggarakan dengan menggunakan berbagai teori pembelajaran.
Efektifitasnya menantang para pelaksana pedidikan kewirausahaan untuk terus
mengembangkan pendekatan terhadap pendidikan kewirausahaan itu sendiri. Hal
ini seperti pendapat Garavan dan Cinneide (1994) yang berkata bahwa sampai
saat ini kita tidak tahu bagaimana wirausahawan belajar. Para penulis
merekomendasikan agar dalam pendidikan kewirausahaan peserta didik diajak
langsung ke lapangan dan merasakan langsung bagaimana berwirausaha.
Pendidikan kewirausahaan mengajarkan penanaman nilai-nilai
kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha
27
agar peserta didik dapat mandiri. Pendidikan kewirausahaan juga mampu
membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang
nantinya akan membawa manfaat besar bagi kehidupannya.
Keberhasilan pendidikan kewirausahaan tidak mungkin diraih dengan begitu
saja, akan tetapi harus melalui tahapan-tahapan. Secara umum keberhasilan
adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi kegagalan tanpa kehilangan
semangat. Dalam konteks ini keberhasilan merupakan output ataupun hasil yang
didapat dari suatu pembelajaran yaitu pendidikan kewirausahaan.
Menurut Churchill dalam (R. & Hamdani, 2009), pendidikan sangat penting
bagi keberhasilan wirausaha. Kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah
karena lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun, tidak
menganggap remeh juga arti pengalaman bagi seorang wirausaha. Baginya
kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan
tapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu, perpaduan antara pendidikan
dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewirausahaan merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan seluruh potensi
peserta didik dan membentuk sikap yang mandiri, kreatif, berani mengambil
resiko, memiliki jiwa pemimpin, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung
jawab, mencari peluang serta menemukan solusi dan pantang menyerah sehingga
siap hidup di tengah-tengah masyarakat serta mampu mengaktualisasikan sikap
tersebut ke dalam dunia usaha.
2. Manfaat Pendidikan Kewirausahaan
Sesuai dengan definisi dan pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diketahui bahwa manfaat yang dapat diperoleh melalui pendidikan
kewiraushaan adalah (Daryanto, 2012, hal. 58):
a. Memeliki kebebasan untuk mengaktualisasi potensi yang dimiliki banyak
wirausaha yang berhail mengelola usahanya karena menjadikan
keterampilan/hobinya menjadi pekerjaannya.
28
b. Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat. Dengan berwirausaha
kita memiliki kesempatan untuk berperan bagi masyarakat dengan
menciptakan produk yang dibutuhkan masyarakat
c. Dapat menjadi motivasi tersendiri untuk memulai berwirausaha.
Pendidikan kewirausahaan memiliki beberapa tujuan, secara sederhana
tujuan pendidikan kewirausahaan merupakan bagian yang bersifat pragmatis
yakni merupakan formulasi terhadap problematika bangsa saat ini. Yaitu
menjadikan bangsa yang kreatif, berani, memiliki mental kewirausahaan,
sehingga masalah ketenagakerjaan sedikit demi sedikit bisa teratasi dan dengan
itulah maka terbentuknya kesejahteraan, kesehatan masyarakat lebih terjamin,
serta kemajuan negara mampu diwujudkan karena menurut beberapa ahli bahwa
negara maju memiliki wirausahaa lebih dari 30%, sedangkan di Indonesia
pengusaha baru mencapai 2% (Tim Pelaksana Program DPP Bakat, 2012, hal.
36).
Sedangkan tujuan utama pendidikan kewirausahaan tidak hanya
memperbaiki kualitas hidup menuju kehidupan yang sejahtera, melainkan
mempersiapkan lulusan untuk menjadi warga negara yang baik serta memiliki
kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini bisa dimaklumi tetapi secara metafisis
tujuan utama pendidikan bukanlah semata-mata untuk menjadikan warga negara
yang baik. Menurut Murtadha Muthahhari yaitu manusia memiliki nilai dan
kepribadian manusia pada intelektualitas, spiritualitas dan tanggung jawab sosial
(Tim Pelaksana Program DPP Bakat, 2012, hal. 42).
Pendidikan Kewirausahaan juga bertujuan untuk mempersiapkan peserta
didik memiliki kecakapan hidup (life skill), berinteraksi dengan lingkungan sosial
(social skill), berdasarkan pertumbuhan dan lingkungannya.
29
3. Sasaran dan Asas Pendidikan Kewirausahaan
Menurut (Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, 2011, hal. 9-10)
Kewirausahaan memiliki asas dan sasaran yang ingin dicapai. Sasaran
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
a. Para generasi muda pada umumnya anak-anak sekolah, anak putus
sekolah dan calon wirausaha.
b. Para pelaku ekonomi yang terdiri atas para pengusaha kecil dan koperasi.
c. Instansi pemerintah yang melakukan kegiatan usaha BUMN, organisasi
dan kelompok-kelompok masyarakat.
Sedangkan asas pendidikan kewirausahaan sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandaskan bisnis
yang sehat
b. Kemampuan bekerja secara tekun, teliti dan produktif
c. Kemampuan memcahkan masalah dan mengambil keputusan serta
keberanian mengambil resiko bisnis.
4. Nilai-nilai dasar Kewirausahaan
Adapun nilai-nilai dasar yang dapat dijadikan pegangan bagi seorang
wirausahawan antara lain:
Tabel 2.1
Nilai-nilai dasar wirausahawan
Nilai-nilai
dasar Deskripsi
Kreatif Mampu menghasilkan sesuatu yang baru atau
mengembangkan sesuatu yang telah ada
Mandiri Sikap tidak mudah bergantung pada orang lain
Kepemimpinan Dapat mengatur diri sendiri dan orang lain serta
mudah bergaul
Kerja Keras Sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan
30
mengatasi hambatan
Berani Mampu melakukan pekerjaan yang menantang
serta berani mengambil resiko
Beroerientasi
pada Tindakan
Inisiatif dalam bertindak menunggu sebelum
kejadian yang tidak diinginkan terjadi
Etika dan norma Memiliki etika dan norma yang baik
Sumber: (Kemendiknas, 2010)
Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan. Generasi
muda butuh dibekali nilai-nilai kewirausahaan tersebut agar dapat mengatasi
persaingan yang ketat. Pada dasarnya pendidikan bisa dijadikan jembatan
penghubung manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Pendidikan
kewirausahaan diharapkan dapat mengembangkan jiwa semangat berwirausaha,
berkarya dan menumbuhkan perekonomian masyarakat (Asmani, 2011).
Seorang wirausahawan dituntut adanya inovasi yang tinggi. Kemampuan
tersebut merupakan gabungan dari kemampuan imajinasi dan pikiran kreatif
secara sistematis dan logis. Kombinasi tersebut dapat diterapkan dalam empat
jenis proses, yang dituturkan oleh Koratko sebagai berikut (Basrowi, 2014, hal.
36):
a. Invensi (penemuan): merupakan penemuan produk atau jasa yang
merupakan proses yang benar-benar baru. Misalnya penemuan pesawat
terbang oleh Wright bersaudara, penemuan pesawat telpon oleh
Alexander Graham Bell, dan lampu pijar oleh Thomas A. Edison.
b. Eksistensi (pengembangan): merupakan pemanfaatan baru atau
penerapan lain pada produk, jasa atau proses yang ada. Misalnya
pengusaha restoran MC. Donald’s yaitu Raynoc.
c. Duplikasi (Penggandaan): merupakan replikasi kreatif atau konsep yang
telah ada. Misalnya Walmart (department store).
31
d. Sintesis: merupakan kombinasi atas konsep dan faktor-faktor baru yang
telah ada dalam penggunaan atau formulasi baru. Misalnya: Metti
Lyuch (Lembaga keuangan).
5. Landasan Pendidikan Kewirausahaan
Adapun landasan pendidikan kewirausahaan adalah sebagai berikut:
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan. Berdasarkan landasan filosofis tersebut,
pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan
tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat dan menjadi
manusia yang bermoral, berbudi luhur, mandiri, kreatif, inovatif dan
berakhlak mulia.
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional ,
pasal 3.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 , tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 ditegaskan bahwa: “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa,
bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
c. Intruksi Presiden No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional
Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Ini memberikan
arah dalam melaksanakan gerakan memasyarakatkan dan membudayakan
kewirausahaan di sektor masing-masing sesuai dengan tugas,
kewenangan dan tanggung jawabnya di bawah koordinasi Menteri
32
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Melalui gerakan ini
diharapkan budaya wirausaha akan menjadi bagian dari etos kerja
masyarakat dan bangsa sehingga dapat melahirkan wirausaha-wirausaha
baru yang handal, tangguh dan mandiri.
d. Pidato Presiden pada Nasional Summit Tahun 2010 telah
mengamanatkan perlunya penggalangan jiwa kewirausahaan dan
metodologi pendidikan yang lebih mengembangkan kewirausahaan.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang
Penjaminan Mutu Pendidikan, pasal 4 butir (d) kreatifitas dan inovasi
dalam menjalani kehidupan, (e) tingkat kemandirian serta daya saing dan
(f) kemampuan untuk menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya.
Landasan di atas diselenggarakan dengan beroerientasi pada pembudayaan,
pemberdayaan, pembentukan kreatifitas dan kepribadian, atau karakter unggul
serta berbagai kecakapan hidup (life skill). Selain itu mendorong peserta didik
menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggungjawab, kreatif, inovatif, dan
memiliki karakter wirausaha.
6. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan baik pengetahuan alam
maupun ilmu pengetahuan sosial, pada dasarnya mengalami perkembangan sesuai
dengan kebutuhan yang ada di masyarakat. Begitupun dengan ilmu yang satu ini
memberikan secercah harapan bahwa setelah mempelajarinya diharapkan mampu
menggugah motivasi untuk dapat berbuat dan bertindak baik bagi dirinya maupun
bagi orang laun. Sesuai data yang disampaikan BPS dan telah penulis cantumkan
di halaman pendahuluan, menjelaskan lulusan SMA/SMK lebih banyak
menyumbangkan tenaga pengangguran terdidik. Hal ini perlu disikapi dengan
serius dengan menciptakan berbagai pola pengajaran dan pelatihan yang
mensinergikan kurikulum yang ada dengan kebutuhan keahlian yang diterima
33
oleh masyarakat. Salah satu ilmu yang dapat memberikan bekal agar peserta didik
adalah mempunyai jiwa wirausaha.
Mata pelajaran kewirausahaan juga dapat dikatakan sebagai program diklat
yang diajarkan pada siswa SMK. Secara umum program diklat ini membekali
siswa untuk menjadi wirausahawan yang berarti orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, serta mengatur
permodalan. Hal ini sesuai dengan tujuan SMK yakni mempersiapkan
tamatannya untuk bekerja dibidang tertentu sehingga SMK perlu menyiapkan
bidang keahlian yang secara garis besar program Pendidikan dan Latihan SMK
dibagi menjadi (UU No. 2 Tahun 1989, pasal 21): meliputi (a) Normatif, berperan
dalam pembentukan watak manusian Indonesia; (b) Adaptif, berperan dalam
penanaman dasar dan pengembangan kemampuan profesi; (c) Produktif, berperan
dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Pelajaran kewirausahaan di sekolah yang dimaksudkan adalah pelajaran di
SMK yang berpengaruh positif dan berkaitan dengan masalah kewirausahaan,
diantaranya pendidikan kewirausahaan di dalam kelas maupun implementasinya
seperti pengemabangan unit produksi/jasa di SMK.
Pendidikan kewirausahaan di sekolah dilaksanakan dalam waktu yang
terbatas, dan siswa harus menghasilkan sesuatu. Kemampuan berpikir dan
kemampuan bekerja keras hanya akan bermanfaat apabila siswa dapat
memanfaatkan komitmen tinggi tepat waktu untuk menghasilkan.
B. Manajemen Pendidikan Kewirausahaan
Manajemen umumnya diartikan sebagai proses perencanaan,
mengorganisasi, pengarahan, dan pengawasan. Usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Inti manajemen adalah pengaturan (Musfah,
2017, hal. 2).
34
Manajemen merupakan sebuah proses dalam perencanaan untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Hasibuan manajemen adalah ilmu dan seni yang
mengatur proses pemafataan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Muhammad,
2014, hal. 2).
George R. Terry (Terry, 2010, hal. 1) mendefinisikan manajemen :
Management is a typical process that consist of the actions of planning,
organizing and controlling mobilization under taken to determine and
achieve the goals that have been determined other resource utilization.
Yakni aktifitas yang terdiri dari empat subjektivitas yang masing-masing
merupakan fungsi fundamental sebagai P.O.A.C adalah Planning (perencanaan),
Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling
(pengawasan) (Daryanto H. , 2013, hal. 41).
Jadi manajemen adalah satu proses mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan memenuhi sasaran hasil yang melibatkan secara optimal
kontribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya sehingga
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif.
Sedangkan pendidikan kewirausahaan sebagaimana telah penulis definisikan
di depan merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan seluruh potensi peserta
didik dan membentuk sikap yang mandiri, kreatif, berani mengambil resiko,
memiliki jiwa pemimpin, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab,
mencari peluang serta menemukan solusi dan pantang menyerah sehingga siap
hidup di tengah-tengah masyarakat serta mampu mengaktualisasikan sikap
tersebut ke dalam dunia usaha.
Pada dasarnya pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan
(konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas
35
pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan
cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka
yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan serta mau belajar
untuk menambah wawasan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dapat
dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
(Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, 2011, hal. 79).
Seorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan
bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausahawan adalah orang-
orang yang mengenal potensi dan mengembangkannya untuk menangkap peluang
serta mengorganisasikan usaha dalam mewujudkan wirausahawan yang sukses,
memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi harus memiliki pengetahuan mengenai
segala aspek usaha yang ditekuninya (Suryana, 2013, hal. 2-3).
Menurut Potter (J., 2008, hal. 23), “key role of entrepreneurial education is
to create momentum for change , development starts in small steps, as others
follow and momentum grows”.
Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan kewirausahaan
dimanfaatkan sebagai momentum awal menciptakan lulusan yang berjiwa
wirausaha melalui pembentukan pola pikir (mindset) dan jiwa (spirit) menjadi
pengusaha. Salah satu cara untuk yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kewirausahaan adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan bakat
yang telah dimiliki peserta didik akan berkembang, tertanam, dan dijiwai oleh
peserta didik (Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan, 2011,
hal. 1).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan
kewirausahaan adalah suatu proses pengaturan mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sebagai upaya untuk
36
menumbuhkembangkan seluruh potensi peserta didik dan membentuk sikap yang
mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, memiliki jiwa pemimpin, kerja keras,
jujur, disiplin, inovatif, tanggungjawab, mencari peluang serta menemukan solusi
dan pantang menyerah, sehingga siap hidup di tengah-tengah masyarakat dan bisa
mengaktualisasikan sikap tersebut ke dalam dunia usaha.
Untuk mengetahui kebutuhan manajer akan informasi dan informasi yang
dihasilkan dalam pekerjaan, maka berikut ini perlu dikelompokkan seluruh tugas
atau fungsi manajemen yang telah dikemukakan oleh para ahli. Sehingga terlihat
fungsi mana saja yang menjadi fungsi pokok manajer (Amsyah, 2005, hal. 63).
Henry Fayol mengelompokkan fungsi manajemen mencakup planning,
organizing, commanding, coordinating dan controlling. Kemudian George R.
Terry planning, organizing, controlling dan actuating. Luther Gulick
mengelompokkan fungsi manajemen lebih banyak lagi yaitu planning,
organizing, commanding, coordinating, controlling, actuating, dan staffing.
Tokoh lain seperti Kontz dan O‟Donnel sendiri mengelompokkan fungsi
manajemen menjadi lima hal yaitu planning, organizing, commanding,
coordinating dan controlling. Lyanndal F. Urwick yaitu planning, organizing,
commanding, coordinating, dan actuating. Selanjutnya Sondang P. Siagian
planning, organizing, coordinating dan controlling. Dan terkahir William
Newman mengelompokkan fungsi manajemen menjadi planning, organizing,
coordinating, actuating dan budgeting.
Berdasarkan pendapat pakar di atas, maka fungsi manajemen yang mendapat
suara terbanyak dapat dipandang sebagai fungsi utama, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengarahan.
Akan tetapi fungsi manajemen yang akan penulis gunakan pada penelitian ini
ditekankan pada pendapat Henry Fayol yaitu meliputi: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (comanding) yang hampir sama
dengan actuating, pengkoordinasian (coordinating), dan
pengendalian/pengawasan (controlling).
37
Manajemen pendidikan kewirausahaan yang akan penulis teliti terdiri dari 5
aspek, diantaranya:
1. Aspek Perencanaan (Planning)
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak
dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan mengatur berbagai
sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan
mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan
sbeagainya) dan apa yang dilakukan (intensifikasi, revisi, renovasi, substansi,
dan lain sebagainya (Syaefudin & Makmun, 2011, hal. 2-4).
Fungsi perencanaan dalam manajemen adalah perencanaan, dan
merupakan langkah awal merumuskan strategi dengan mempertimbangkan
sumber daya organisasi untuk meramalkan kesuksesan dimasa mendatang.
Satu-satunya hal yang pasti mengenai masa depan organisasi adalah
perubahan, perencanaan (planning) merupakan jembatan yang penting antara
masa kini dan masa depan yang mampu meningkatkan kemungkinan
tercapainya hasil yang diinginkan. Perencanaan adalah proses yang
dengannya orang memerlukan apakah perlu menempuh suatu usaha, mencari
jalan yang paling efektif untuk mencari tujuan yang diinginkan dan
mempersiapkan diri untuk mengatasi beragam kesulitan yang tidak
diharapkan dengan sumber daya yang memadai (Usman, Manajemen Teori,
Praktik dan Reset Pendidikan, 2011, hal. 5).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan antara lain
meliputi politik, ekonomi, waktu, hukum dan peraturan-peraturan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberadaan sekolah,
kendala tersebut adalah berkaitan dengan pimpinan sebagai top manager dan
top leader, serta keterlibatan sumber daya manusia (Syarifudin, 2011, hal.
58).
38
Perencanaan pendidikan kewirausahaan di sekolah ini terdiri dari
beberapa kegiatan :
a. Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan
bagaimana cara melakukannya.
b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja
untuk mencapai efektifitas maksimum melalui proses penentuan
target.
c. Mengumpulkan dan menganalisa informasi.
d. Mengembangkan alternatif-alternatif.
e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan
keputusan-keputusan.
Perencanaan pendidikan kewirausahaan ini menetapkan apa saja yang
harus dikerjakan, kapan dan bagaimana cara menyampaikan terkait
pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik melalui proses penentuan
target sehingga tercapai sesuai visi misi yang telah ditetapkan sekolah.
2. Aspek Pengorganisasian (Organizing)
Kepala sekolah pada bagian ini dituntut untuk dapat
mengorganisasikan dan menggerakkan personil di lembaga maupun
institusinya. Kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana kerja yang
sehat pada guru, karyawan dengan memupuk dan memelihara kesediaan
bekerja sama di dalam kelompok demi tercapainya tujuan bersama,
menanamkan dan memupuk perasaan anggota masing-masing bahwa mereka
termasuk dalam kelompok dan dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap
usaha-usahanya dan bersifat ramah tamah.
Organisasi biasanya menggambarkan lima aspek struktur organisasi
yaitu, pembagian tugas para pemimpin dan bawahan, jenis perkerjaan yang
dikerjakan, pengelompokan bagian yang dikerjakan (fungsional, daerah,
proyek) dan tingkatan manajemen (Reksohaddiprojo, 2010, hal. 37).
39
Guru perlu pengorganisasian khusus dari pimpinanya, agar mereka
dapat menggunakannya untuk melaksanakan kewajiban sesuai kompetensi
yang dimilikinya. Kepala sekolah perlu melakukan pengorganisasian secara
bertahap agar menghasilkan penempatan guru dan karyawan yang efektif dan
efisien, dimana bisa berkreasi dan berinovasi dalam memajukan sekolah.
Pengorganisasian sama halnya dengan dengan merancang dan
mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai
program yang direncanakan dengan sukses. Pengorganisasian di sekolah ini
meliputi:
a. Menyediakan fasilitas-fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang efisien dalam
melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana-rencana yang
sudah ditetapkan.
b. Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi
secara teratur.
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d. Merumuskan dan menentukan metode dan prosedur.
e. Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja serta
mencari sumber-sumber lainnya yang diperlukan.
Tujuan pengorganisasian (organizing) adalah mencapai upaya yang
terkoordinasi dengan cara menentukan siapa yang melakukan apa dan siapa
yang harus memberi tanggung jawab kepada siapa (David, 2011, hal. 193).
Secara garis besar pengorganisasian yaitu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas,
menyediakan orang-orang, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu
yang akan melakukan aktifitas tersebut (Sutarno, 2012, hal. 33).
40
Pengorganisasian dalam pendidikan kewirausahaan ini yaitu
pengorganisasian secara bertahap agar penempatan guru dan karyawan bisa
efektif dan efisien dalam melaksanakan rencana kerja dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sekolah.
3. Aspek Pengarahan (Commanding)
Fungsi pengarahan (commanding) merupakan fungsi terpenting dan
paling dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan
setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan
maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Namun,
penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit, dan kompleks karena keinginan
karyawan tidak dapat dipenuhi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri,
cita-cita dan lain-lainnya. Prinsip-prinsip pengarahan ditujukan pada
keterpaduan antara tujuan perorangan dan tujuan organisasinya, keterpaduan
antara tujuan kelompok dan tujuan organisasinya, kerjasama antar pimpinan,
partisipasi dalam pembuatan keputusan, terjalinnya komunikasi yang efektif
dan pengawasan yang efektif dan efisien.
pengarahan adalah proses menumbuhkan semangat (motivation) pada
karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing mereka dalam
melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif da efisien.
Melalui pengarahan, seorang manajer menciptakan komitmen, mendorong
usaha-usaha yang mendukung tercapainya tujuan (Batlajery, 2016, hal. 140).
Peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen
pendidikan kewirausahaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
(kepala sekolah) di dalam suatu organisasi untuk membimbing, memberikan
motivasi, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.
Pengarahan dalam pendidikan kewirausahaan ini adalah menumbuhkan
semangat karyawan dalam hal ini adalah guru di sekolah supaya terjalin
41
komunikasi yang efektif agar apa yang diharapkan oleh kepala sekolah
difahami oleh guru yang bertugas di lapangan.
4. Aspek Pengkoordinasian (Coordinating)
Setelah dilakukan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan
kepada guru oleh manajer (dalam hal ini kepala sekolah), Langkah
selanjutnya adalah pengkoordinasian. Tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan
dari setiap individu, maka tujuan awal dari yang sudah direncanakan tidak
akan tercapai. Koordinasi itu sangat penting di dalam suatu organisasi.
Supaya semua tugas, kegiatan dan pekerjaan terintergasi kepada sasran
yang diinginkan. Menurut Terry (Hasibuan, 2009, hal. 49) ada beberapa tipe-
tipe koordinasi, antara lain:
a. Koordinasi vertikal
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,
kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah dan tanggungjawabnya.
b. Koordinasi horizontal
Koordinasi horizontal adalah menggkoordinasikan tindakan-
tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang
setingkat.
Henry Fayol juga mengatakan bahwa mengkoordinasi berarti mengikat
bersama menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan yang ada dalam
mencapai tujuan organisasi.koordinasi yang baik dapat dilakukan jika
masing-masing individu menyadari dan memahami akan tugas-tugas mereka.
Mereka harus mengetahui bawa sebenarnya tugas mereka sangat membantu
pada usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi lain.
42
Koordinasi dalam pendidikan kewirausahaan adalah kegiatan
menyatukan dan menyelaraskan program agar masing-masing individu
terkoordinir dan tidak tumpeng tindih tugas dan tanggungjawabnya. Masing-
masing individu tahu kemana tanggungjawabnya itu dilaporkan dan
dikoordinasikan.
5. Aspek Pengendalian/Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan bertujuan mengawasi berbagai peristiwa yang
terjadi dalam suatu organisasi, apakah ia telah sesuai atau tidak dengan
rencana yang sudah disusun.dalam manajemen pendidikan, khususnya
manajemen pendidikan Islam, pengawasan dilakukan terutama untuk
mengetahui berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
Dalam pengawasan, hal pokok yang dilakukan antara lain adalah
dengan melakukan pengamatan sekaligus pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan dan hasil kerja yang dicapai sudah sesuai
dengan perencanaan atau tidak (Abbas, 2008, hal. 102).
Apabila dalam proses pengawasan itu diketahui bahwa hasil kerja yang
dicapai tidak sesuai dengan rencana, maka penting diketahui apa penyebab
atau kendalanya dan bagaimana caranya agar hasil kerja sesuai dengan
rencana yang diharapkan. Dalam proses pendidikan, fungsi pengawasan tidak
harus dilakukan diakhir tahun, tetapi dapat dilakukan secara berkala dalam
waktu yang lebih pendek. Tujuannya agar kendala yang ditemukan dapat
segera ditangani dengan baik dan cepat.
Pengendalian/pengawasan dalam pendidikan kewirausahaan ini
merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengadakan penilaian, bila
perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah
digariskan semula agar rencana dapat terselenggara dengan baik.
43
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebagai salah satu langkah dalam persiapan penelitian ini, penulis telah
melakukan eksplorasi terhadap terhadap beberapa sumber untuk membandingkan
dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya terkait
pendidikan kewirausahaan sebagai bahan rujukan dan pembanding, diantaranya
adalah :
Pertama, Tesis (Rohmah, 2009) yang berjudul Manajemen Kewirausahaan
Pesantren di Pesantren Putri Al-Mawadah Coper Jetis Ponorogo. Hasil penelitiannya
adalah Pesantren Putri al-Mawaddah menerapkan model manajemen kewirausahaan
integrated structural, yakni semua pihak yang ada dipesantren adalah kesatuan yang
Bersatu dalam menjalankan manajemen diawali dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Selain itu ada beberapa faktor pendukung dalam
pelaksanaan manajemen, yaitu: entrepreneurship pimpinan pesantren, keterlibatan
masyarakat secara aktif, kerjasama dengan institusi lain, dan ketertiban keuangan
dan administrasi. Kemudian ada juga faktor yang menghambat seperti sumber daya
menjadi persoalan, permodalan terbatas, dan model manajemen kelembagaan
pesantren.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Rohmah dengan penulis lakukan ada
pada locus penelitian. Penelitian Rohmah dilakukan di pondok pesantren yang
cakupannya lebih luas, selain itu lebih menekankan pada model kemandirian yang
diimplementasikan di pondok pesantren dan perannnya terhadap pesantren.
Sedangkan persamaannya, sama-sama meneliti tentang manajemen pendidikan
kewirausahaan, dan penulis lebih menekankan pada manajemen di SMK.
Kedua, Tesis (Minan, 2017) berjudul Manajemen Kewirausahaan Pesantren
di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Hasil penelitiannya
menghasilkan beberapa hal, diantaranya:1) pengidentifikasian peluang usaha
Pondok Pesantren Darul Huda telah menerapkan strategi yaitu seeing the window,
locating the window, measuring the window, opening the window dan closing the
44
window. 2) unit usaha Pondok Pesantren Darul Huda yang didirikan dengan modal
mandiri, yaitu berasal dari keuangan Yayasan yang dibantu dengan sistem kerja
sama dengan pihak lain dalam masalah barang yang dijual. Sehingga pembiayaan
yang terjadi adalah pembiayaan produksi dan pembiayaan perdagangan, 3)
penanaman jiwa kewirausahaan pada peserta didik di Pondok Pesantren Darul Huda
lebih banyak masih menggunakan strategi pembukaan wawasan.
Penelitian yang dilakukan Khozinul Minan fokus pada pengelolaan
kewirausahaan dalam hal identifikasi peluang dan pembiayaan, serta dalam
penanaman jiwa kewirausahaan peserta didik di pondok pesantren. Sedangkan
penulis lebih kepada manajemennya. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
meneliti manajemen pendidikan kewirausahaan, tetapi penulis fokus pada
perencanaan, pengorganiasian, pelaksanaan dan evaluasi.
Ketiga, Jurnal (Mulyani, 2011) yang berjudul “Model Pendidikan
Kewirausahaan di Pendidikan Dasar Dan Menengah”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan kewirausahaan sesuai amanah
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban dan martabat bangsa dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan program pendidikan
kewirausaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru,
dan kepala sekolah yang antara lain meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan
perilaku wirausaha yang tinggi, 2) lingkungan kelas yang mampu mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan
yang diinternalisasikan dan 3) lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang bernuansa kewirausahaan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Mulyani ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis yaitu terdapat dalam segi manajemennnya. Penelitian
Mulyani lebih menekankan pada nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan
45
kepada peserta didik. Bagaimana sekolah bisa mengembangkan kebiasaann
berwirausaha di lingkungan sekolah. Sedangkan penulis meneliti bagaimana
manajemen pendidikan kewirausahaan di SMK, dan persamaannya sama-sama
meneliti tentang Pendidikan kewirausahaan.
Keempat, Jurnal Irham Syaifuddin dan Abdul Kalim (2016) yang berjudul
“Model Pendidikan Kewirausahaan di SMP Alam Ar Ridho Kota Semarang Tahun
2016”. Hasil penelitiannya adalah pertama pelaksanaan model pendidikan
kewirausahaan di SMP Alam Ar Ridho dengan cara memasukkan karakter
kewirausahaan diintegrasikan dengan pembelajaran. Kedua evaluasi model
pendidikan kewirausahaan dilakukan dengan praktik langsung di lapangan. Dan
yang terakhir faktor penghambat model pendidikan kewirausahaannya adalah
minimnya bantuan pemerintah, jadi anak yang belum menemukan bakatnya dan
kurang dukungan orang tua siswa dalam pendidikan kewirausahaan keluarga.
Perbedaan penelitian yang Syaifuddin dan Abdul Kalim lakukan dengan
penelitian penulis laksanakan yaitu terdapat pada locus serta segi manajemennya.
Penelitian Syaifuddin meneliti di tingkat SMP dan model pendidikan
kewirausahaannya, sedangkan penulis meneliti di SMK yang menyumbang tingkat
pengangguran paling tinggi. Akan tetapi persamaan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang pendidikan kewirausahaan di sekolah.
46
D. Kerangka Pemikiran
GURU
Planning Organizing Commanding Coordinating Controlling
Visi Misi
Kepala
Sekolah
Pendidikan
Kewirausahaan
Faktor Intern Faktor Ekstern
Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM)
Siswa
Keterampilan
Berwirausaha
47
Pendidikan Kewirausahaan yang diterapakn di sekolah tidak hanya berupa teori
tetapi juga praktik, hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan wirausaha siswa.
Pendidikan kewirausahaan di SMK Letris ini berangkat dari visi misi sekolah yaitu
membangun jiwa wirausaha yang professional dan berakhlak mulia.
Kepala sekolah selaku manajer dari program pendidikan kewirausahaan ini
berperan penting akan terlaksananya program. Pengelolaannya meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Pelaksanaan manajemen ini akan ditransfer
kepada guru, dimana guru sebagai pelaksana program yang bertugas menyampaikan kepada
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar (kbm).
Dengan pelaksanaan manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah yang
mempunyai tujuan tercapainya visi misi sekolah, pasti ada hambatan dan rintangan.
Bagaimana seorang manajer menangani problematika dalam kegiatan itu menjadi patokan
bagi penulis untuk bisa diteliti dan bisa digunakan untuk sekolah-sekolah lain kedepannya.
Faktor intern dan ektern baik dari segi yang mendukung atau yang menghambat program
juga ingin penulis teliti. Hasil akhir dari pendidikan kewirausahaan ini diharapkan anak
mempunyai/meningkatkan keterampilan berwirausaha, paling tidak bisa menghasilkan uang
sendiri.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat atau objek penelitian ini adalah SMK Letris Indonesia 2. Tempat ini
penulis jadikan sebagai penelitian karena sekolah mempunyai visi misi yang sesuai
dengan apa yang peneliti harapkan yakni mengenai pendidikan kewirausahaan.
Mengingat penelitian ini adalah tugas yang memiliki batas waktu, maka penting bagi
peneliti untuk mempertimbangkan waktu, tenaga dan sumber daya peneliti. Letak
lokasi penelitian yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti dan
mendukung dalam proses pelaksanaan penelitian dari segi waktu, tenaga dan sumber
daya peneliti.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. (Sugiyono, 2010, hal. 9) menjelaskan bahwa metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana
peneliti adalah instrument kunci. Sementara (Moleong, 2010, hal. 2) mengatakan
bahwa pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan
data secara kuantitatif.
Sedangkan (Sukmadinata, 2016, hal. 60) Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganilisis fenomena,
peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang, secara
individual maupun kelompok.
Dari beberapa penelitian tersebut dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengadakan perhitungan secara
kuantitatif dan sebatas mendeskripsikan serta menganilisis fenomena sosial yag
terjadi di lingkungan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan.
49
Penelitian dengan gambaran deskriptif merupakan gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antara
fenomena yang diselidiki (Tobroni, 2001, hal. 136-137).
C. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, terdapat dua jenis sumber data. Diantaranya
yaitu data primer dan data sekunder (Tokan, 2016, hal. 75)..
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data/observer atau peneliti meliputi wawancara dengan
kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaaan dan guru kewirausahaan.
Sedangkan untuk sumber data lainnya berasal dari buku teks, jurnal, makalah,
artikel, dan penelitian terdahulu, selanjutnya data-data yang terkumpul dari
sumber ini disebut dengan data primer.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen atau sumber-sumber resmi lainnya seperti website resmi SMK Letris
Indonesia 2.
Sumber data primer berkontribusi dalam memberikan data-data primer,
sedangkan sumber data sekunder bisa menyumbangkan data-data primer dan
bisa juga menyumbangkan data-data sekunder.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dari penelitian ini yaitu informan dari SMK Letris
Indonesia 2, terdiri dari kepala sekolah yang diwakilkan oleh wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, kepala sekolah bidang kesiswasan, guru
kewirausahaan, dan sampel dari alumni. Selain dari pihak lembaga sekolah,
peneliti juga mengumpulkan data dari studi dokumentasi.
50
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan dan data dan sumber data yang akan
digunakan, maka Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk Teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif
dan kuantitatif (Sukmadinata, 2016, hal. 216). Wawancara dilakukan
berdasarkan pertanyaan penelitian tentang manajemen pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2. Wawancara yang dilakukan pada
kepala sekolah, waka kurikulum, guru serta siswa terkait.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur
yakni pelaksanaan wawancara menggunakan pedoman wawancara secara
sistematis namun bebas dalam mengajukan pertanyaan sesuai temuan-temuan
permasalahan yang didapatkan dari narasumber atau pihak yang menggali
informasinya (Sugiyono, 2010, hal. 233). Artinya penulis membuat pedoman
wawancara sebagaimana variable penelitian, namun dalam proses wawancara
penulis bisa mengembangkan pertanyaan sesuai dengan kondisi di lapangan.
2. Observasi
Observasi adalah suatu Teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2016,
hal. 220). Observasi dilaksanakan pada tahapan pelaksanaan dan evaluasi
dengan menggunakan metode obervasi partisipasi aktif dan pasif. Artinya,
peneliti datang ke tempat penelitian dengan terlibat secara langsung pada
beberapa pelaksanaan kegiatan di SMK Letris Indonesia 2. Penulis juga
mengamati berbagai factor penunjang lainnya yang dimiliki sekolah dalam
mewujudkan tujuan dari visi misi sekolah. Penulis juga mengobservasi berbagai
kegiatan melalui dokumen-dokumen da sumber data lainnya yang dimiliki
sekolah.
51
3. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian tentang manajemen
pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2. Studi dokumen ini
bersumber dari dokumen yang ada di sekolah baik yang sudah tercetak maupun
yang sudah tertera di website resmi sekolah. Dokumen yang peneliti dapatkan
diantaranya buku laporan tahunan mengenai pendidikan kewirausahaan, program
semester, program tahunan, dan silabus.
E. Kisi-kisi instrumen
Dalam penelitian yang bersifat kualitatif, peneliti berperan sebagai
instrument kunci. Para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui studi
dokumentasi, observasi, dan wawancara (Creswell, 2016. Hal. 148). Kehadiran
peneliti menjadi menjadi penting dalam penelitian ini dan dilakukan berdasarkan
kesepakatan dengan objek penelitian dengan tujuan untuk mengumpulkan data
informasi terkait dengan fokus penelitian. Untuk memudahkan tugas peneliti, maka
dibuatlah acuan berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan daftar
checklist dokumen yang memang dibutuhkan sebagai alat untuk menggali informasi
dan data dari sumber penelitian.
Instrumen penelitian dapat disebut juga sebagai alat pengumpul data.
Menurut Faisal (2007), perlu adanya alat pengumpul data seperti pedoman
wawancara untuk setiap informan, pandan observasi, dan form isian dokumentasi
(Faisal, 2007, hal. 320). Di lapangan Peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan Teknik observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Para informan
terdiri dari pihak-pihak sekiranya mempunyai informasi terkait penelitian.
Jika ditampilkan dalam sebuah tabel, maka kisi-kisi instrumen pada
penelitian ini akan tampak seperti berikut ini:
52
KISI-KISI INSTRUMEN
MANAJEMEN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK LETRIS
INDONESIA 2
Komponen Kisi-kisi Indikator Keterangan
Profil SMK
Letris
Indonesia 2
Sejarah Bagaimana sejarah
berdirinya SMK Letris
Indonesia 2?
- Dokumen buku laporan
tahunan dan
website
- Wawancara Kepala SMK
Manajemen
Pendidikan
Kewirausahaan
Perencanaan
Apa visi-misi SMK
Letris Indonesia 2?
- Dokumen buku laporan
tahunan dan
file data SMK
Letris
- Wawancara Kepala SMK
Apa yang
melatarbelakangi?
Wawancara
Kepala SMK
Siapa saja yang menjadi
mentor/pelaksana dalam
menjalankan program
tersebut?
- Dokumen buku laporan
tahunan dan
file data SMK
- Wawancara Kepala SMK
Siapa saja yang menjadi
sasaran?
- Wawancara
Kepala SMK
Sarana dan prasarana
apa saja yang sudah
disiapkan dalam
mensukseskan program
tersebut?
- Dokumen buku laporan
tahunan SMK
- Wawancara Kepala SMK
Bagaimana metode yang
digunakan untuk
menjalankan program
tersebut?
- Studi dokumen
- Wawancara Kepala SMK
Bagaimana kondisi
lingkungan di sekitar
SMK Letris Indonesia 2
baik secara kultur
- Observasi lapangan
- Wawancara Kepala SMK
53
maupun struktur
masyarakat?
Apakah kondisi
lingkungan kondusif dan
dapat menjadi
penunjang dalam
terlaksananya program
pendidikan
kewirausahaan
- Observasi lapangan
- Wawancara Kepala SMK
Pengorganisasian Berapa mentor yang
menggawangi program
tersebut?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara kepala SMK
Siapa saja mereka dan
memiliki spesifikasi
keahlian apa?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara kepala SMK
Bagaimana sistem
pengorganisasian
pendidikan
kewirausahaan di SMK
Letris 2?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara kepala SMK
Hambatan apa saja yang
dialami saat
mengorganisasikan
program tersebut?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara kepala SMK
Pengarahan Secara implementatif,
metode apa yang
digunakan dalam
program pendidikan
kewirasuahaan?
- Dokumen buku laporan
tahunan dan
file data SMK
- Wawancara Kepala SMK
Bagaimana respon
lingkungan saat saat
berjalannya kegiatan
ini?
Wawancara
Kepsek dan guru
Bagaimana cara
menumbuhkan semangat
guru-guru dalam
melaksanakan program
Wawancara
Kepsek dan guru
54
pendidikan
kewirausahaan?
Berapa jangka waktu
memberikan pengarahan
kepada para guru?
Wawancara
Kepsek dan guru
Pengkoordinasian Bagaimana cara
mengadakan koordinasi
di SMK Letris Indonesia
2?
Wawancara
Kepsek dan guru
Seberapa pentingnya
koordinasi ini dalam
pendidikan
kewirausahaan?
Wawancara
Kepsek dan guru
Bagaimana jalannya
koordinasi di SMK
Letris Indonesia 2
sejauh ini?
Wawancara
Kepsek dan guru
Pengawasan Apakah mentor yang
didatangkan sudah
memenuhi harapan
penyelenggara dalam
pelaksanaan program
ini, baik dari segi
kuantitas ataupun
kualitas?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Apakah peserta sesuai
dengan harapan? - Dokumen
buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Bagaimana tindak lanjut
untuk para peserta didik
yang telah mengikuti
pendidikan
kewirausahaan?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Selama penyelenggaraan
apakah fasilitas
penunjang sudah
diberikan secara
maksimal?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
55
Adakah gangguan dan
hambatan? - Dokumen
buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Apakah metode yang
digunakan dalam
pelaksanaan program
sudah efektif?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Apa indikasinya? - Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Bagaimana respon
lingkungan setelah
penyelenggaraan
program ini?
- Dokumen buku laporan
tahunan
- Wawancara Kepsek dan
guru
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moloeng (2010: hal. 248) adalah
upaya yang dilakukan dengan jelas bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam hal tersebut
Nasution dalam Sugiyono (2009: hal. 336) menyatakan analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum ke lapangan dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.
56
Analisis merupakan segala sesuatu laporan yang Nampak dan terdengar saja
adalah laporan yang bersifat deskriptif . Analisis data dimulai sejak pengumpulan
data berlangsung melalui metode diatas, dimana setiap data yang diperoleh akan
terlebih dahulu diseleksi agar data yang diolah lebih akurat dan objektif.
Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan penyaringan data, pengelolahan
dan penyimpulan.data kemudian disusun dalam kategori-kategori yang saling
dihubungkan dari berbagai sumber. Melalui proses inilah penyimpulan yang dibuat
dengan tujuan untuk memperkokoh dan memperluas bukti yang dijadikan landasan.
Menurut (Musfah, 2016, hal. 69), analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah model analisis data mengalir (flow model). Dalam model
ini, terdapat langkah analisis yang harus dilakukan oleh peneliti, diantaranya yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu membuat catatan data melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang
terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari
hasil penelitian. Reduksi data dilakukan sebelum data dikumpulkan.
3. Penyajian Data
Menurut Musfah, penyajian data yaitu menceritakan secara panjang
lebar temuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data disajikan
dalam bentuk teks naratif. Namun untuk teks tertentu, dapat dialihkan dengan
bentuk gambar, bagan ataupun tabel, agar mempekuat data deskriptif dan
mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini.
Dengan demikian menurut peneliti, setelah adanya reduksi data
kemudian dilanjutkan dengan penyajian data. Dalam penelitian ini bersifat
kualitatif sehingga penyajian datanya berupa penjabaran makna atau naratif.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
57
Penarikan kesimpulan yaitu menganalisis data atau verifikasi.
Analisisnya menggunakan analisis model analisis ini dilakukan dalam bentuk
interaktif dari ketiga komponen utama di atas. Data yang telah terkumpul
direduksi untuk dipilih mana yang tepat untuk disajikan. Data yang dipilih
tersebut harus dapat menjawab perumusan masalah dan mengandung
pemaknaan.
Bagan 3.1
Teknik Analisis Data Lexy J. Moleong (2010: hal. 248)
G. Uji Keabsahan Data
1. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti telah melakukan proses triangulasi, maka dapat diartikan
bahwa data tersebut telah diuji kredibilitasnya. Karena triangulasi melibatkan
berbagai sumber data (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R & D, 2010, hal. 330).
Pengumpulan data Reduksi data
Penyajian data data
Penarikan kesimpulan
58
Triangulasi terbagi menjadi dua, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Triangulasi teknik berarti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi
sumber yaitu melibatkan sumber berbeda namun menggunakan teknik yang
sama untuk mendapatkan data yang sama (Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 2010, hal. 330).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan melalui bagan di bawah ini.
Bagan 3.2
Triangulasi Teknik
Bagan 3.3 Triangulasi Sumber
Wawancara Mendalam
Sumber Data A Sumber Data B Sumber Data C
Data
Sumber Data yang sama
Data
Observasi Wawancara Studi Dokumen
59
Dalam proses pemeriksaan keabsahan data, ada beberapa teknik yang
harus dilakukan peneliti. Pertama, credibility dan transferability dimana data
yang didapatkan memiliki kesesuaian antara partisipan dengan peneliti. Teknik
ini dapat dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti di lokasi
penelitian, ketekunan pengamatan, dan triangulasi, pemeriksaan sejawat dan
analisis kasus negatif. Kedua, dependability/auditability (reliabilitas).
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan uji triangulasi dalam
menguji keabsahan datanya. Triangulasi ini dimaksudkan sebagai proses ceck
data dari banyak sumber dan dengan banyak cara dan waktu. Dengan itu maka
akan ada triangulasi sumber, waktu, dan teknik pengumpulan data.
Peneliti ingin mengetahui Manajemen Pendidikan Kewirausahaan di
SMK Letris Indonesia 2 dengan mengumpulkan berbagai macam jenis data bisa
dari wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Sehingga metode triangulasi
dapat mendapatkan data yang sama seperti harapan peneliti.
60
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Letris Indonesia 2
1. Sejarah Singkat SMK Letris Indonesia 2
SMK Letris Indonesia 2 adalah Sekolah Menengah Kejuruan swasta yang
berada di Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Tepatnya di jalan Raya
Siliwangi No. 55 Pondok Benda Pamulang. Sekolah ini dinamakan Letris karena
nama tersebut adalah singkatan dari Yayasan Leo Sutrisno, pendiri sekolah SMK
Letris dan SMK Kesehatan Letris Indonesia.
SMK Letris Indonesia 2 adalah cabang dari SMK Letris Indonesia 1 yang
berlokasi di Jombang - Ciputat. Yayasan Leo Sutrisno mulai membuka SMK
Letris Indonesia 2 pada tahun 2013. Membuka 7 Kelas dengan 4 Jurusan
tersedia, yakni Multimedia, Teknik Komputer Jaringan, dan Rekayasa Perangkat
Lunak dengan jumlah siswa diangkatan pertama berjumlah 210 Siswa
Pada perkembanganya, SMK Letris Indonesia memikat hati dan menjadi
kepercayaan bagi wali murid Kota Tangerang Selatan untuk menempatkan putra
putrinya di SMK Letris Indonesia 2, dengan 2 program keahlian dan 7 Jurusan di
dalamnya meliputi : Multimedia, Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ),
Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Bisnis Daring dan Pemasaran, Perbankan
Syariah, Akuntansi dan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran.
2. Visi Misi SMK Letris Indonesia 2
Visi SMK Letris Indonesia 2 adalah
“ Menghasilkan tamatan yang kompeten, mandiri, profesional dan religius”
Misi Sekolah :
61
a. Memantapkan karakter siswa menuju perilaku yang santun dan
berkepribadian
b. Menyiapkan tenaga terampil yang memiliki etos kerja menuju insan yang
mandiri.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengikuti pendidikan,
latihan dan pengembangan secara terpadu.
d. Membangun jiwa wirausaha yang profesional dan berahlak mulia.
e. Meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri dalam
bentuk praktek kerja industri dan penempatan tamatan.
f. Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana agar terbentuk
kompetensi dasar yang kuat.
3. Kemitraan SMK Letris Indonesia 2
Berikut merupakan lembaga yang bekerja sama dengan SMK Letris
Indonesia 2, diantaranya sebagai berikut:
a. Kemitraan dengan Universitas
1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Universitas Muhammadiyah Jakarta
Bentuk kemitraan dari lembaga ini adalah menampung anak-anak Praktik
Kerja Lapangan (PKL) serta pelatihan di sekolah.
b. Kemitraan dengan Lembaga Pemerintahan
1) Kemendikbud Cipete
2) Pusdiklat Perdagangan
3) Kementrian Agama RI
4) Bapenda Tangerang Selatan
5) Kantor Walikota Tangerang Selatan
6) UPTD Pengelolaan Pendapatan Daerah Ciputat
7) Kelurahan Rawakalong
8) Bapenda BSD
9) Kementrian Lingkungan Hidup
62
10) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia
11) Batan
12) Balai Bioteknologi
13) Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPPMSOH)
14) Pusat TIK Nasional
15) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan
(Pustekkom)
16) Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(P4TK) Bisnis dan pariwisata
17) TMC - Balai Kesehatan Puspiptek
18) KPP Serpong
19) KPP Pondok Aren
Bentuk kemitraannya yaitu anak-anak SMK Letris Indonesia 2 yang
magang atau PKL mendapatkan pelatihan dan pembelajaran.
c. Kemitraan dengan Rumah Sakit
1) RS Buah Hati Ciputat
Bentuk kemitraan ini berupa anak bisa praktik kerja lapangan di Rumah
Sakit.
d. Kemitraan Yayasan
1) Yayasan Leo Sutrisno
Bentuk kemitraan yakni Yayasan mendukung semua kegiatan yang ada di
sekolah baik berupa materi atau non materi dengan mendatangkan orang yang
pakar dibidangnya khusunya kewirausahaan.
e. Kemitraan Perusahaan
1) PT. Dipo Internasional
2) Duta Advertising
3) PT Tiga Makna Kreasi Adventure
4) Danjyo Hiyoji
5) PT Tirto Mandiri
63
6) PT Enseval Megatrading
Bentuk kemitraan yaitu siswa diajari bagaimana pengelolaan perusahaan.
ada bagian percetakaan, siswa diajari market pasarnya bagaimana. Kemudian
untuk perusahaan besar, siswa diajari bagaimana membuat laporan ke pimpinan,
serta bagaimana memenuhi permintan pasar.
f. Kemitraan Perbankan
1) BMT Mekar Dakwah
2) PT BTN Ciputat
3) PT Bank BJB Serpong
4) BMT AL Munawaroh
5) BMT Al Fath
6) BTN Syariah
Bentuk kemitraan selain siswa praktik kerja lapangan, juga diajari pola
kinerja perbankan. Dan apabila memenuhi kriteria setelah lulus bisa diterima
kerja di Lembaga tersebut.
g. Kemitraan dengan ritel
1) Giant Rempoa
2) Ramayana
Bentuk kemitraan siswa melakukan praktik kerja lapangan dan diajari
bagaimana mengelola ritel, mulai dari cara pemasaran produk sampai
menjalankan bisnis.
64
4. Struktur Kepengurusan
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
SMK LETRIS INDONESIA 2
TAHUN PELAJARAN 2019-2020
Keterangan:
: Garis Komando yaitu jabatan yang di bawah wajib menaati perintah atasan
: Garis Koordinasi yaitu hubungan koordinasi antar bagian.
YAYASAN
LEO SUTRISNO
KEPALA SEKOLAH
Juaman, S.Kom DUDI/LSP
KOMITE SEKOLAH
Mintarsih, SE
DEWA GURU
WALI KELAS
PESERTA DIDIK
WAKA. KURIKULUM
Wisnu Adi Prasetyo, M.Pd
WAKA. HUMAS
Febriyanti, S.Pd
WAKA. KESISWAAN
Firdaus Shaugie, S.Pd.I
PEMBINA OSIS
Tahsis Alam R. S.Pd.I
KETUA PROGRAM
KEAHLIAN BISNIS &MANAJEMEN
Purwanto Adi, S.Kom
KETUA PROGRAM
KEAHLIAN IT
Ahmad Maulana Alamsyah, S.Kom
65
5. Data Guru SMK Letris Indonesia 2
Sumber: Dokumen SMK Letris Indonesia 2
Jumlah guru yang ada di SMK Letris Indonesia berdasarkan data yang
penulis dapatkan berjumlah 72 orang dengan tingkat pendidikan yang berfariasi.
Guru yang berlatarbelakang pendidikan SMA berjumlah 7 orang dengan
presentase 10%, pendidikan S1 berjumlah 61 orang dengan presentase 85%,
pendidikan S2 berjumlah 4 orang dengan presentase 5% serta pendidikan S3
berjumlah 0.
Berikut daftar guru/mentor untuk pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
di SMK Letris Indonesia 2:
No Nama Mata pelajaran yang diampu
1 Diah Halimatussadiah, S.Si Produk Kreatif Kewirausahaan
2 Dwi Hastuty, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
3 Dwi Taufan, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
4 Khusnul Khotimah, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
5 Maryanah, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
10%
85%
5% 0%
Data Guru Menurut Jenjang Pendidikan
SMA S1 S2 S3
66
6 Riantono Eko Putro, S.Kom Produk Kreatif Kewirausahaan
7 Sri Wulandari Produk Kreatif Kewirausahaan
8 Indra Novendri, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
9 Siti Safinah Maulianty, S.Pd Produk Kreatif Kewirausahaan
10 Taufik Hidayat, S.E, M.M. Produk Kreatif Kewirausahaan
11 Hikmah Ayu Lestari, SE. Produk Kreatif Kewirausahaan
B. Hasil Temuan
1. Manajemen Pendidikan Kewirausahaan
a. Perencanaan
Perencanaan bertujuan untuk menjamin adanya fokus tujuan dari berbagai
personil yang ada dalam lingkungan organisasi, sebab sebuah organisasi akan
bertumbuh makin lama akan semakin komplek sehingga perencanaan menjadi
komponen yang sangat penting bagi setiap orang untuk berpijak pada arah yang
sesuai tujuan.
Perencanaan kegiatan pendidikan kewirausahaan ini sesuai dengan ranah
keterampilan maka dilihat dari profil sekolah yang mengikuti tuntutan pendidikan.
Kegiatan pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 telah terintegrasi ke
dalam kurikulum sehingga kini masuk dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD). Gurulah yang berperan untuk melaksanakan perencanaanya melalui
pembuatan silabus dan rencana belajar, rencana ini akan disesuaikan dengan
pelajarannya dan kebutuhan peserta didik.
Contoh pengintegrasian yang dilakukan sekolah diantaranya melalui kultur
sekolah. Budaya atau kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana
peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok
masyarakat sekolah.
67
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya
sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,
tenaga administrasi Ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunaka
fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen, dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (semua warga sekolah melakukan aktivitas
berwirausaha di lingkungan sekolah).
Perencanaan yang dilakukan SMK Letris Indonesia 2 ini merupakan
perencanaan yang sederhana, karena di dalamnya guru hanya mempersiapkan
selama satu semester saja, tidak membuat rencana khusus dan spesifik untuk per
kegiatan masing-masing.
Sebagaimana wawancara penulis dengan guru kewirausahaan bapak
Riantono Eko Putro:
“jadi disini kita tidak membuat perencanaan spesifik mas, hanya membuat
prota, prosem, dan RPP saja. Tapi nanti ketika ada kegiatan semisal
PENSI/BAZAR itu anak-anak harus praktik kewirausahaan dan dilaporkan
kepada guru kwhnya masing-masing”.
Pada tahap perencanaan dilakukan dengan cara mengadaptasi silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menambahkan pada materi,
Langkah-langkah dan penilaian terhadap nilai-nilai pada pendidikan kewirausahaan.
Perencanaan pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini kepala
sekolah beserta guru melakukan rapat dan selanjutnya menghasilkan keputusan yang
nantinya disepakati bersama.
Hasil wawancara penulis dengan bapak Juaman selaku kepala sekolah terkait
perencanaan seperti berikut ini:
Rapat kerja penentuan program kita laksanakan awal tahun ajaran baru pak,
kita membahas program jangka pendek dan jangka panjang. Kalau raker
awal tahun itu kita membahas global semua kegiatan yang ada di sekolah,
belum spesifik kepada kewirausahaan. Tapi kegiatan itu orientasinya juga
akan ke praktik kewirausahaan. Sasaran saya setiap semester anak-anak
68
harus ada praktik kewirausahaan semisal jualan disetiap program kegiatan
yang ada di sekolah.
Hasil rapat kerja itu kemudian menjadi sebuah kesepakatan yang nantinya
akan dibuat laporan yang berisi program-program yang akan dilaksanakan dalam
jangka waktu pendek atau jangka panjang meliputi; jenis program, tujuan
pelaksanaan/penangung jawab dan besar anggaran yang dibutuhkan
Rapat dalam membahas perencanaan pendidikan kewirausahaan ini tidak
hanya dilakukan di awal tahun ajaran baru saja, ada rapat mingguan dan bulanan
membahas perkembangan peserta didik dan kendala apa yang dialami guru untuk
mendapatkan arahan dari kepala sekolah. Rapat awal tahun ajaran baru ini
menentukan program tahunan dan program semester yang orientasinya anak-anak
bisa praktik kewirausahaan yang kemudian di breakdown menjadi kegiatan yang
terperinci.
Kesepakatan yang diambil dalam perencanaan diawal tahun ajaran baru yaitu
dalam satu tahun ada beberapa macam kegiatan, contohnya pentas seni yang di
dalamnya ada market day. Anak-anak disuruh membuat produk lalu diminta untuk
menjualkan produknya dalam acara market day itu, dan satu kelas disediakan
masing-masing satu stand oleh sekolah. Program itu dikhususkan supaya anak-anak
bisa praktik kewirausahaan dan mereka bisa menjualkan produknya di stand tersebut
secara langsung.
Pada dasarnya guru pendidikan kewirausahaan membuat perencanaan yang
nantinya akan dibahas secara bersama-sama dengan kepala sekolah yang sasarannya
adalah jiwa wirausaha anak-anak bisa tumbuh dan dikembangkan yang kemudian
bisa menjadi bekal pengetahuan bagi peserta didik setelah lulus dari sekolah bisa
mengembangkan jiwa wirausaha yang dimiliki dan didapatkan semasa di bangku
sekolah.
b. Pengorganisasian
69
Pengorganisasian ini merupakan kegiatan dasar manajemen sekolah, dimana
pengorganisasiannya tentu memberikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang
terperinci menurut bidang-bidang dan batas kewenangannya. Hal ini sesuai dengan
(Kurniadin & Machali, 2009, hal. 130) bahwa “pengorganisasian berarti
menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sehingga
mempunyai hubungan saling mempengaruhi satu sama lain.”
Melalui wawancara penulis dengan Ibu Khusnul Khotimah, guru
kewirausahaan di kelas sepuluh :
“Kelas sepuluh ini belum mengarah ke produk kewirausahaan sih pak, baru
pengenalan saja, apa itu kewirausahaan, bagaimana cara berwirausaha,
manfaat kewirausahaan ini kedepan bagaimana. Tapi kita tidak menutup diri
anak-anak untuk bisa kreatif, semisal di acara PENSI/BAZAR anak-anak
kelas sepuluh kita beri penugasan untuk berwirausaha kecil-kecilan juga, dan
itu anak-anak malah lebih suka praktik di lapangannya pak.”
Dari wanwacara penulis tersebut, anak-anak kelas sepuluh ternyata diberi
tantangan untuk berwirausaha kecil-kecilan juga oleh gurunya, akan tetapi materi
pokok tentang pengenalan dan pemahaman tentang kewirausahaan tetap menjadi
utama yang diperhatikan guru. Mengenai tugas akhir atau tantangan menjadi tolak
ukur kreatifitas dan keberanian anak dalam mengambil tantangan dari gurunya
tersebut.
Bagan 4.1 Pengorganisasian Pendidikan Kewirausahaan
Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Nilai dan Sikap Kewirausahaan
Produk dan Hasil
Kewirausahaan
Mengenal dan Memahami
Kewirausahaan
70
Dari studi dokumen yang penulis dapatkan seperti bagan di atas, bisa kita
dapatkan informasi terkait pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini
saling keberlanjutan dalam pelaksanaannya. Guru kewirausahaan di SMK Letris
Indonesia 2 mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah mengenai pembagian
tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan
kewirausahaan. Mulai dari kelas satu mendapatkan materi pengenalan tentang apa
itu kewirausahaan, kemudian ketika mereka berada di kelas sebelas mereka akan
mendapatkan materi tentang nilai dan sikap kewirausahaan, baru ketika di kelas dua
belas baru nanti anak-anak lebih diperbanyak lagi perihal produk dan hasil
kewirausahaan.
Pengorganisasian yang dilakukan sekolah juga terkait penyediaan fasilitas
dan perlengkapan penunjang keberlangsungan lancarnya pendidikan kewirausahaan,
diantaranya meliputi:
1. Gedung 4 lantai milik sendiri
2. Ruang belajar dan praktik ber-AC
3. Lab Multimedia
4. Lab Teknik Komputer dan Jaringan
5. Lab Pemasaran
6. Lab Perbankan
7. Lab Komputer dan Akuntansi
8. Kantin
Peserta didik diperkenankan menggunakan fasilitas yang telah disediakan
oleh sekolah sesuai waktu yang telah dijadwalkan, tentunya dengan arahan guru
kewirausahaan. Dengan adanya pembagian tugas dan wewenang kepada guru dan
difasilitasi perlengkapan yang menunjang, kepala sekolah berharap pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 bisa berjalan seiring dengan perencanaan
yang telah dibuat dan sesuai dengan visi misi sekolah yaitu membangun jiwa
wirausaha yang professional dan berkahlak mulia.
71
c. Pengarahan
Pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.
Kepala sekolah selaku manajer memberikan beberapa arahan kepada guru
pendidikan kewirausahaan. Pengarahan itu berupa bimbingan dan motivasi setiap
sebulan sekali guna mendapatkan pengarahan dan upgrading guru kewirausahaan.
Kepala sekolah sangat berharap untuk pelajaran kewirausahaan ini anak-anak lebih
banyak praktik dari pada teori di dalam kelas. Jadi sebelum guru memberikan
pembelajaran kewirausahaan di kelas, guru sudah satu visi misi dengan dibimbing
oleh kepala sekolah.
Kegiatan pendidikan kewirausahaan SMK Letris Indonesia 2 direncanakan
secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kegiatan sehari-
hari sekolah misalnya kegiatan business day (bazar, market day, karya peserta didik,
dll).
Dalam aspek pengarahan pendidikan kewirausahaan yang dilakukan guru ini
melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal
sebagai berikut:
1. Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah:
upacara setiap hari senin, upacara pada hari besar kenegaraan. Pada
72
pelaksanaananya dapat diintegrasikan nilai kewirausahaan (kepemimpinan),
dengan cara memberi tugas pada setiap kelas secara bergantian untuk
menjadi panitia pelaksana kegiatan.
Dengan cara ini siswa dapat belajar mengkoordinir teman-temannya
untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia. Dengan cara ini siswa diajari
bagaimana bertanggungjawab untuk teman-temannya dan juga untuk dirinya
sendiri. Sebagimana hadits Nabi Muhammad saw sebagaimana dikutip dari
Muhammad bin Ismail (1987, hal. 140) :
صهى -ػزػ انج ػ اث ػه –ا هبل -طه الله كهكى يضئل ػ أل كهكى راع
ز م ث خم راع ػه أ انز رػز يضئل ػ كبلأيز انذ ػه انبس راع رػز
يضئل ػ انؼجذ راع ى يضئنخ ػ نذ ذ ثؼهب زأح راػخ ػه ث ان ى
رػز كهكى يضئل ػ أل ككهكى راع يضئل ػ ػه يبل صذ
Artinya: “Dari Ibn umar R.A dari Nabi SAW sesungguhnya bersabda :
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : setiap orang adalah pemimpin
dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang
kepala negara adalah pemimpion atas rakyatnya dan akan diminta
pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah
pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang
dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-
anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang
pembantu/pekerja rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik
majikannya dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu
sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal
hal yang dipimpinnya”(HR.Muslim).
Keterampilan yang didapatkan peserta didik dalam hal ini adalah
keterampilan dalam memimpin, dimana peserta didik bertanggungjawab atas
tugasnya sendiri dan juga kepada teman-teman yang dipimpinnya serta ia
harus mampu memimpin dirinya bahkan kelompoknya untuk bisa
melaksanakan tugasnya.
73
2. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada
saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga
kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari
peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru
mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu
juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Sebaliknya anak yang
berperilaku baik diberi pujian.
3. Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk
mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki
agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
pendidikan kewirausaahan maka guru dan tenaga kependidikan yang lain
adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana
berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya datang
ke kantor tepat pada waktunya, bekerja keras, jujur.
Selain itu juga, sekolah juga mendatangkan ahli untuk memberikan
semangat kepada siswa. Anak-anak diberi pelatihan serta contoh
wirausahawan yang sukses. Dengan begitu mereka menjadi terpacu untuk
bisa mengikuti jejak wirausahawan sukses yang sudah banyak pengalaman di
luar. Seperti hadirnya ketua KFI Tangerang Selatan dan Radio Class ke
SMK Letris Indonesia 2 ini dan masih banyak lagi wirausahawan sukses
lainnya.
4. Pengkondisian
74
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan kewirausahaan maka
sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah
harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai
pendidikan kewirausahaan bangsa yang diinginkan. Misalnya sekolah
memiliki business center, hasil kreativitas peserta peserta didik di pajang,
setiap seminggu sekali atau sebulan sekali ada kegiatan “business day”
(bazar, karya peserta didik, dll).
Khusus untuk kelas XII, mereka sudah diharuskan bisa membuat
produk sendiri untuk bisa dipasarkan. Mengenai produk yang dipasarkan
mereka diberi kebebasan sepenuhnya sesuai bakat dan minat masing-masing.
Menurut wawancara penulis dengan guru kewirausahaan kelas XII
bapak Rian beliau menjelaskan bahwa :
“anak-anak ketika diminta membuat produk untuk dipasarkan sejauh
ini mereka sangat antusias pak, apalagi yang orang tuanya
backgroundnya pengusaha, apalagi yang orang tuanya pedagang
makanan, anak-anak ini seperti memiliki gen wirausaha dari orang
tuanya. Maka perlu bimbingan dan arahan dari kami selaku guru
kewirausahaan supaya apa yang telah dimilikinya itu tidak terbuang
sia-sia. Kami pun sebenarnya bisa menjalankan program Pendidikan
kewirausahaan ini juga dari bimbingan kepala sekolah”.
Dengan guru mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari kepala
sekolah agar dalam penyampaian pendidikan kewirausahaan sejalan dengan
visi misi sekolah, serta siswa juga dibimbing untuk bisa mengembangkan
bakat dan minat dalam kewirausahaan, sekolah berharap bisa mennghasilkan
lulusan yang berjiwa wirausaha yang profesional.
d. Pengkoordinasian
Perlu adanya koordinasi antara satu guru dengan guru lainnya dan mampu
mengkonfirmasikan kepada pimpinan yaitu kepala sekolah agar upaya yang
dilakukan dapat diketahui bagaimana perkembangannya. Pada pendidikan
kewirausahaan ini gurulah yang paling berperan dalam keberhasilan kegiatan,
75
karena guru yang terjun langsung melakukan pembelajaran kepada peserta didik.
Pada pelaksanaan kegiatannya tentu terdapat kelompok kerja (pokja) yang mampu
mengatur keberlangsungan kegiatan dan dikoordinasikan oleh wakil kepala sekolah
bagian kurikulum dan kepala sekolah.
Alur koordinasi pendidikan kewirausahaan ini menurut hasil wawancara
penulis dengan bapak Juaman sebagai kepala sekolah:
“guru kewirausahaan di sini satu sama lain saling koordinasi satu sama lain,
khususnya 1 program keahlian mas, misalnya program Bisnis Daring itu
guru kwh nya saling komunikasi yang kemudian hasilnya akan disampaikan
kepada ketua program (kaprog) dan akan diteruskan ke waka kurikulum dan
terakhir kepada saya. Atau bisa juga saya yang turun langsung melihat
kondisi di lapangan.
Dari sini penulis bisa menyimpulkan bahwa pengkoordinasian itu begitu
penting akan keberhasilan suatu program. Sebagus apapun program yang telah
direncanakaan apabila tidak diimbangi dengan koordinasi atau komunikasi yang
baik niscaya program tersebut tidak akan berjalan sesuai denga napa yang
direncanakan diawal.
Apabila digambarkan dengan menggunakan bagan akan seperti di bawah ini.
76
BAGAN KOORDINASI
Keterangan:
: garis komando/laporan
: garis koordinasi
Dari bagan di atas bisa kita fahami bahwa masing-masing guru
kewirausahaan yang satu jurusan, mereka saling koordinasi satu sama lain dalam
menyampaikan pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik. Kemudian hasilnya
akan disampaikan kepada ketua program masing-masing jurusan dan akan
diteruskan kepada waka kurikulum atau bahkan ke kepala sekolah langsung ketika
dibutuhkan.
Kepala Sekolah
TKJ Bisnis Daring Multimedia
Waka Kurikulum
Guru Kwh Guru Kwh Guru Kwh Guru Kwh Guru Kwh Guru Kwh
77
e. Pengendalian/Pengawasan
Pengawasan ini berfungsi mengawasi berbagai peristiwa yang ada di
organisasi, dalam hal ini terkait pendidikan kewirausahaan. Apakah hasilnya sudah
sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengawasan ini dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pendidikan kewirausahaan berikutnya, hal ini dilakukan agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Adapun pelaksanaan pengawasan pendidikan kewirausahaan terhadap siswa
dapat dilihat dari dua aspek yaitu monitoring terhadap kinerja siswa (performance
monitoring) dan monitoring terhadap hasil produksi siswa (product monitoring)
(Mahfud, 2012, hal. 38).
Monitoring kinerja siswa dan monitoring hasil produksi siswa dilakukan
ketika siswa praktik kewirausahaan saat ada kegiatan PENSI atau Bazar Day. Peran
guru sebagai tim pengawas selain mengontrol jalannya operasional kegiatan juga
memantau kemajuan belajar siswa yang terlibat dalam kegiatan. Dalam monitoring
kinerja siswa ini guru memberikan penilaian terkait nalai dan sikap kewirausahaan
yang telah diajarkan kepada siswa pada saat di kelas. Nilai dan sikap kewirausahaan
itu meliputi sikap kepemimpinan, kerja keras, berani, dan tanggung jawab.
Sedangkan monitoring hasil produksi siswa guru memberikan penilaian terkait sikap
inovatif, mencari peluang, kerja keras, bisa menemukan solusi. dan pantang
menyerah.
Menurut Salim Peter (Husaini Usman, 2009: 488) bahwa kinerja digunakan
apabila seseorang menjalankan tugas atau proses dengan menjalankan tugas atau
proses dengan terampil sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada. Sedangkan
produknya dapat berupa layanan jasa ataupun barang. Sehingga antara kinerja dan
produk memiliki keterkaitan satu sama lain, kinerja yang baik dari siswa akan dapat
menciptakan produk yang baik pula (Usman, 2009, hal. 488).
78
Berdasarkan hasil observasi penulis serta diskusi dengan guru-guru dan studi
dokumen, pengawasan pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini
dilakukan melalui pengawasan secara akademik dan non akademik. Pengawasan
akademik dilaksanakan dengan melihat hasil laporan kinerja anak-anak dalam
berwirausaha dan nilai raport, sedangkan pengawasan non akademik ketika guru
menjadi fasilitator peserta didik saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan
anak terjun ke lapangan.
Keberhasilan pendidikan kewirausahaan ini masih pada tataran pencapaian
kompetensi kewirausahaan siswa meliputi kemandirian, kreatif, berani mengambil
resiko, memiliki jiwa pemimpin, kerja keras, inovatif, tanggungjawab, pantang
menyerah, mencari peluang dan belum sampai kepada siswa bisa mempunyai usaha
sendiri setelah lulus dari sekolah. Meskipun demikian, sudah ada upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru untuk mengukur kemajuan belajar siswa yaitu dilakukan dengan
mengukur perolehan keuntungan hasil penjualan produk diakhir kegiatan.
Menjadi pengusaha banyak ragamnya, tidak harus memiliki perusahaan
besar. Sebagaimana diungkapkan oleh Jejen Musfah di media Kumparan, setiap
orang bisa memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan hobinya masing-masing.
Tidak semua pengusaha identic dengan kekayaan, tetapi tidak salah juga jika
menjadi pengusaha untuk mengejar kekayaan agar bisa memberikan manfaat yang
besar bagi orang lain.
Selanjutnya ide bisnis yang diberikan oleh Jejen mulai dari Freelancer
(menulis blog, akuntan dan designer), bisnis berbasis layanan (pengiriman makanan,
pembersihan), Blogger, Youtuber, Fotografer dan yang lainnya menjadi salah satu
tolak ukur lulusan pendidikan kita bisa mempunyai karakter kewirausahaan melalui
pendidikan kewirausahaan di sekolah.
Hasil tracer study yang penulis lakukan kepada 100 alumni SMK Letris
Indonesia 2 menunjukkan hasil sebagai berikut:
79
Sumber: Observasi Penulis kepada 100 alumni
Dari bagan di atas menunjukkan alumni SMK Letris yang melanjutkan ke
jenjang perkuliahan sebanyak 25%, sudah bekerja sebanyak 30%, wirausaha 30%
dan belum bekerja 15%. Hal ini menunjukkan keberhasilan pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini dalam menanamkan karakter
wirausaha pada peserta didik yang bisa mengurangi angka pengangguran di
Indonesia.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Setiap pelaksanaan kegiatan tentu tidak dapat dipungkiri dan tentu akan
ditemukannya faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini adalah semuanya mendukung kegiatan
ini mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan terlebih yayasan yang menaungi sekolah ini. Dukungan dari internal
sekolah, yaitu pihak sekolah dan seluruh warga sekolah sangatlah mendukung dan
antusias mengikuti kegiatan pendidikan kewirausahaan yang ada di sekolah, karena
kegiatan ini bersifat positif dan mampu membangun jiwa wirausaha baik peserta
didik maupun guru. Selain itu juga ada dukungan eksternal, yaitu dari orang tua,
lingkungan tempat tinggal siswa dan warga sekitar SMK Letris Indonesia 2.
25%
30%
30%
15%
Tracer Study Alumni
Kuliah
Bekerja
Wirausaha
Belum Bekerja
80
Dari wawancara penulis dengan Ghina Ainurrohmah, siswi kelas XII:
“klo faktor pendukung saya sih karena rumah saya deket yayasan aja sih kak,
jadi saya bisa praktik tugas kewirausahaan ini lebih mudah. Mungkin klo
rumah saya jauh dari yayasan atau bahkan dari keramaian saya juga merasa
kebingungan. Trus memang saya diajarin dari kecil sama ibu bapak juga
harus mandiri, walaupun SPP masih dibayarin sama orang tua setidaknya
uang jajan saya bisa nyari sendiri kak”.
Ketika anak mendapatkan penugasan dari guru di sekolah, lingkungan rumah
tempat tinggal juga sangat mempengaruhi tercapainya keberhasilan pendidikan
kewirausahaan peserta didik. Mereka yang berada di lingkungan ramai dan daya
belinya mendukung tentu akan lebih mudah ketika ada tugas dari guru. Dukungan
orang tua pun juga menjadi faktor penentu anak-anak itu sendiri, apakah mendukung
atau malah mengucilkan semangat anak-anak. Terbukti ghina ini selain ada
dukungan dari lingkungan ternyata orang tua juga mendukung dalam segi
pembiayaan. Itulah sebabnya pendidikan kewirausahaan yang menjadi program
sekolah menjadi berhasil.
Sedangkan faktor penghambat pendidikan kewirausahaan lewat wawancara
penulis dengan bapak Saugie :
“faktor pengahmbatnya apa ya pak? Kalau dari guru sih tidak ada ya,
mungkin lebih ke siswa yang dalam masa puber ini kita lebih ekstra
mengatur ritme suasana hatinya. Soalnya saya ini kan selalu komunikasi
kepada anak-anak karena ada di kesiswaan, jadi missal anak-anak berantem
sama pacarnya atau putus gitu, mood belajarnya juga ikut berubah pak”.
Hasil wawancara di atas membuktikan bahwa faktor pengambat pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini lebih kepada faktor intern peserta
didik, yaitu tidak semua anak-anak mempunyai semangat yang konsisten terus
menerus. Adakalanya ketika pelaksanaan pendidikan kewirausahaan ada yang lesu
dan tidak bersemangat. Hal itu dikarenakan ada yang mempunyai permasalahan
pribadi, mulai dari diputuskan pacarnya, berantem dengan temannya dan bahkan
permasalahan keluarga. Disinilah guru memberikan pengarahan kepada peserta
didik untuk bisa tetap menjaga konsisntensi dalam belajar di sekolah.
81
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMK Letris
Indonesia 2, Manajemen Pendidikan kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2 ini
dapat diidentifikasi melalui lima aspek. Diantaranya yaitu pertama, aspek
perencanaan. Proses perencanaan pendidikan kewirausahaan di SMK Letris
Indonesia 2 ini terbilang menggunakan perencanaan sederhana yaitu guru hanya
membuat rencana selama satu semester atau satu tahun dan tidak membuat rencana
khusus secara spesifik setiap kegiatan. Kepala sekolah bersama guru kewirausahaan
bersama-sama musyawarah menentukan program jangka pendek dan jangka panjang
yang akan disepakati bersama mulai dari tujuan kegiatan, penanggungjawab dan
besar anggaran yang diperlukan. Rapat awal tahun ajaran baru ini menentukan
program tahunan dan program semester yang orientasinya anak-anak bisa praktik
kewirausahaan yang kemudian di breakdown menjadi kegiatan yang terperinci.
Kegiatan di sekolah terintegrasi dengan pendidikan kewirausahaan melalui kultur
sekolah, dimana kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan siswa bersama-sama
membangun nilai-nilai kewirausahaan.
Kedua, aspek pengorganisasian. Dalam penugasan pemberian wewenang dan
tanggung jawab ini guru dibagi tugas sesuai dengan kelas yang diampunya. Guru
yang mengajar di kelas sepuluh bertugas mengenalkan dan memahamkan anak akan
pentingnya dan manfaat pendidikan kewirausahaan kedepannya, guru kelas sebelas
menanamkan sikap dan nilai-nilai kepada peserta didik, sedangkan guru kelas dua
belas lebih diharapkan agar bisa membuat anak-anak bisa menghasilkan produk
kewirausahaan sendiri. Pengorganisasian tidak hanya sebatas penugasan kepada
guru, akan tetapi juga penyediaan fasilitas seperti ruang kelas ber-AC, laboratorium
multimedia, komputer dan jaringan, pemasaran, perbankan, akuntansi dan kantin.
82
Ketiga, aspek pengarahan. Dalam pengarahan ini guru berperan
mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan memperhatikan kondisi
sekolah. Mulai dari mengadakan kegiatan rutin seperti bazar, market day, karya
peserta didik kemudian penanaman sikap kewirausahaan melalui keteladanan
dengan mendatangkan ahlinya atau tokoh yang sukses dalam berwirausaha
dibidangnya. Guru juga mendapatkan arahan dari kepala sekolah berupa bimbingan
dan motivasi setiap sebulan sekali guna mendapatkan pengarahan dan upgrading
untuk kemajuan pendidikan kewirausahaan.
Keempat, aspek pengkoordinasian. Koordinasi di SMK Letris Indonesia 2 ini
guru kewirausahaan saling komunikasi dalam menyampaikan materi pendidikan
kewirausahaan antar sesama jurusan. Semisal guru kewirausahaan multimedia
berkoordinasi dengan sesama guru kewirausahaan multimedia, guru kewirausahaan
bisnis daring berkomunikasi dengan guru kewirausahaan bisnis daring, baru
kemudian dipertangungjawabkan kepada ketua program jurusan yang nantinya akan
disampaikan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum atau langsung kepada
kepala sekolah.
Kelima, aspek pengawasan. Dalam pengawasan ini guru melihat melalui
kinerja siswa dan hasil produk siswa. Keberhasilan pendidikan kewirausahaan di
SMK Letris Indonesia 2 masih pada tingkatan kompetensi kewirausahaan yang
meliputi: kemandirian, kreatif, berani mengambil resiko, memiliki jiwa pemimpin,
kerja keras, inovatif, tanggungjawab, pantang menyerah, bisa mencari peluang dan
belum sampai kepada siswa bisa mempunyai usaha sendiri setelah lulus dari
sekolah.
Faktor pendukung manajemen pendidikan kewirausahaan ini hampir
semuanya mendukung baik itu dari pihak internal ataupun eksternal. Dari segi
internal yaitu peserta didik dan guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar di
kelas, sedangkan segi eksternalnya yaitu sekolah, orang tua, dan warga sekitar
83
sekolah juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan kewirausahaan
di SMK Letris Indonesia 2 ini.
Sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah konsistensi dari peserta
didik, dimana siswa di sekolah masih terbilang usia remaja yang mengalami
pubertas. Jadi untuk menumbuhkan bahkan mempertahankan konsistensi semangat
belajarnya masih sulit.
B. SARAN
Sejalan dengan temuan dan simpulan penulis, maka penulis ingin
menyampaikan saran yaitu: pertama kepada SMK Letris Indonesia 2 agar bisa
mendatangkan guru bidang kewirausahaan sesuai bidangnya agar hasil dari
pendidikan kewirausahaan mendapatkan hasil yang lebih maksimal, walaupun
sejatinya guru yang sekarang juga sudah bagus. Sekolah bisa berinovasi untuk terus
mengemabangkan program sesuai dengan perkembangan zaman.
Kedua, penelitian ini dilakukan di SMK Letris Indonesia 2 yang berada di
Pamulang yang terakreditasi A ini harapannya kedepannya bisa mengakses
lulusanya sudah setelah lulus sudah bisa berwirausaha atau melanjutkan studinya di
universitas. Karena ini bisa menjadi evaluasi bagi sekolah akan keberhasilan
program pendidikan kewirausahaan kedepannya. Awalnya penulis merasa kesulitan
melacak siswa setelah lulus ini sudah bisa mempraktikkan apa yang didapat di
sekolah apa belum karena tidak ada data tracer study yang dibuat sekolah, akan
tetapi berkat kerja sama dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, penulis bisa
mendatangi beberapa siswa yang memang bisa diakses tempat tinggalnya. Semoga
penelitian tentang manajemen pendidikan kewirausahaan akan semakin banyak dan
bisa membantu pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran yang ada di
Indonesia.
84
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arifin, B. d. (2012). Schoolpreneurship Membangkitkan Jiwa dan Sikap
Kewirausahaan Siswa. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Eman, S. (2008). Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Rohmah, L. (2009). Manajemen Kewirausahaan Pesantren Studi Di Pesantren Putri
Al-Mawadah Coper Jetis Ponorogo. Yogyakarta: Progam Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga.
Minan, K. (2017). Manajemen Kewirausahaan Pesantren Studi Kasus di Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Ponorogo: Program Pascasarjana
IAIN Ponorogo.
Saroni, M. (2012). Mendidik & Melatih Entrepreneur Muda: Membuka Kesadaran
Atas Pentingnya Kewirausahaan Bagi Anak Didik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Abbas, S. (2008). Manajemen Perguruan Tinggi: Beberapa Catatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Amsyah, Z. (2005). Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
anonim. (2009). Management and Entrepreneurship. tt: New Age International.
Asmani, J. M. (2011). Sekolah Enterprenuer. Jogjakarta: Harmoni.
Basrowi. (2011). Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Basrowi. (2014). Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Daryanto. (2012). Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto, H. (2013). Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Daulay, H. P., & Pasa, N. (2012). Pendidikan Islam Mencerdaskan Bangsa. Jakarta:
Rineka Cipta.
David, F. R. (2011). Strategec Management Stratigis. Jakarta: Salemba Empat.
Hasibuan, M. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi revisi cetakan ke
tiga belas). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
85
J., P. (2008). Entrepreneurship and higher education. Paris: OECD.
Kemendiknas. (2010). Pengenbangan Pendidikan Kewirausahaan; Bahan Pelatihan
Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk
Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang .
Kemendiknas. (2011). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kristiawan, M., & et, a. (2017). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Makin, M., & Baharuddin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam (Transformasi
Menuju Sekolah/Madrasah Unggul). Malang: UIN-Maliki.
Muhammad, M. (2014). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari. 1987. al-Shahih al-Bukhari,
Beirut: Dar Ibnu Katsir
Muhson, M. (2017). Entrepreneurship. Jakarta: Spasimedia.
Musfah, J. (2017). Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Kencana.
Qori'ah, S. S. (2017). Wirausaha Pendidikan Indonesia. Sidoarjo: Unusida Press.
R., L., & Hamdani, A. (2009). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.
Reksohaddiprojo, S. (2010). Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Scarborough, N. M., & Zimmerer, T. W. (1996). Entrepreneurship and The New
Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall.
Sidiq, U. (2018). Manajemen Madrasah. Ponorogo: CV. Nata Karya.
Singh, M. (1998). School Enterprises: combining vocational learning with
production. Germany: UNESCO.
Suryana. (2013). Kewirausahaan Kaiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba
Empat.
Sutarno. (2012). Serba-Serbi Manajemen Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyitno, A. (2013). Pendidikan Kewirausahaan, Teori dan Praktek. Jakarta:
Entrepreneurship Edupaper.
86
Syaefudin, U., & Makmun, A. S. (2011). Perencanaan Pendidikan Pendekatan
Komprehensif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Syarifudin, H. (2011). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Diadet Media.
Terry, G. R. (2010). Principls of Management. Bandung: Alumni.
Tim Pelaksana Program DPP Bakat, M. d. (2012). Pendidikan Entrepreneurship.
Jogjakarta: Aura Pusaka.
Usman, H. (2009). Manajemen: Teori, praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman, H. (2011). Manajemen Teori, Praktik dan Reset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wibowo, A. (2011). Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi). Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.
.
B. Artikel, Jurnal
Mulyani. (2011). Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 8, No. 1.
Batlajery, S. (2016). Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen pada Aparatur
Pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Merauke. Jurnal Ilmu Ekonomi &
Sosial, Vol. VII No 2.
BPS. (2020, Mei 05). Retrieved from https://www.bps.go.id:
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-
pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-4-99-persen.html
Budi Wahyono, d. (2015). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat
Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Jurnal FKIP UNS, Vol
1. No. 1.
KBBI. (2020, Agustus 7). Diambil kembali dari
https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id/pendidikan.html
Mahfud, T. (2012). Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa
Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 2 No. 1.
Musfah, Jejen. (2020). Sarjana Mulia karena Wirausaha.
https://kumparan.com/.../sarjana-mulia-karena.../full (diakses tanggal 20
September 2020)
87
Purnomo, A. (2017, December 5). Retrieved from https://binus.ac.id/malang/:
http://binus.ac.id/malang/2017/10/pengertian-edupreneur/
Purnomo, M. (2015). Dinamika Pendidikan Kewirausahaan: Pemetaan Sistematis
Terhadap Pendidikan, Pengajaran, Dan Pembelajaran. Jurnal Dinamika
Manajemen, Volume 6 No. 1.
Raharjo, B. (2018, November 25). Pendidikan Modal Utama dalam Pembangunan
bangsa. Retrieved from https://www.republika.co.id/:
https://republika.co.id/berita/pir084415/pendidikan-modal-utama-dalam-
pembangunan-bangsa
Subijanto. (2012). Analisis Pendidikan Kewirausahaan Di Sekolah Menengah
Kejuruan*)Analysis Of Enterpreneurship Education At Senior Vocational
School. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 18 No. 2.
Suci, S. R. (2018). Learning from Picture and Picture Action Research:
Enhancement of Counting Ability on DIvision of Numbers for Primary School
Students. Journal of Physics, Conference Series 1114, 012044.
Syaifuddin, Irham dan Abdul Kalim. (2016). Model Pendidikan Kewirausahaan di
SMP Alam Ar Ridho Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal Quality. Vol. 4 No.2.
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Cek Turnitin
89
SURAT IZIN PENELITIAN
90
91
Logo SMK Letris Indonesa 2
Berikut adalah logo SMK Letris Indonesia 2 dari awal berdiri hingga sekarang.
NPSN : 69894185
Status : Swasta
Bentuk Pendidikan : SMK
Status Kepemilikan : Yayasan
SK Pendirian Sekolah : 421./Kep.3517-Dikmen/2014
Tanggal SK Pendirian : 2014-12-15
SK Izin Operasional : 421./Kep.3517-Dikmen/2014
Tanggal SK Izin Operasional : 2014-12-15
Lima sudut melambangkan dasar Negara Republik
Indonesia, Pancasila
Nama sekolah mengelilingi lambang
bahwasanya SMK Letris Indonesia 2 siap
menjalankan visi dan misi dalam mewujudkan
tamatan yang kompeten, mandiri, propesional
dan relegius
Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan
Bintang & matahari melambangkan Ketuhanan
yang maha esa
Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan
Buku melambangkan jendela dunia
92
Foto bersama bapak Ahmad Saugie, S.Pd.I
Foto bersama Bapak Riantono dan Ibu Dwi
93
Pengarahan pendidikan kewirausahaan oleh guru
Ketua KFI Tangeran Selatan Radio Goes to School
94
Produk kewirausahaan siswa
Salah satu siswa yang melakukan praktik Pendidikan kewirausahaan di rumah
95
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kepala Sekolah/Kurikulum/kesiswaan
No Pertanyaan Jawaban Responden
Perencanaan
1 Apa visi-misi SMK Letris Indonesia 2?
2 Apa yang melatarbelakangi?
3 Siapa saja yang menjadi mentor/pelaksana
dalam menjalankan program tersebut?
4 Siapa saja yang menjadi sasaran?
5
Sarana dan prasarana apa saja yang sudah
disiapkan dalam mensukseskan program
tersebut?
6 Bagaimana metode yang digunakan untuk
menjalankan program tersebut?
7
Bagaimana kondisi lingkungan di sekitar
SMK Letris Indonesia 2 baik secara kultur
maupun struktur masyarakat?
8
Apakah kondisi lingkungan kondusif dan
dapat menjadi penunjang dalam terlaksananya
program pendidikan kewirausahaan
Pengorganisasian
1 Berapa mentor yang menggawangi program
tersebut?
2 Siapa saja mereka dan memiliki spesifikasi
keahlian apa?
3 Bagaimana sistem pengorganisasian
pendidikan kewirausahaan di SMK Letris 2?
4 Hambatan apa saja yang dialami saat
mengorganisasikan program tersebut?
Pengarahan
1
Secara implementatif, metode apa yang
digunakan dalam program pendidikan
kewirasuahaan?
2 Bagaimana respon lingkungan saat saat
berjalannya kegiatan ini?
3
Bagaimana cara menumbuhkan semangat
guru-guru dalam melaksanakan program
pendidikan kewirausahaan?
4 Berapa jangka waktu memberikan pengarahan
kepada para guru?
Pengkoordinasian
96
1 Bagaimana cara mengadakan koordinasi di
SMK Letris Indonesia 2?
2 Seberapa pentingnya koordinasi ini dalam
pendidikan kewirausahaan?
3 Bagaimana jalannya koordinasi di SMK Letris
Indonesia 2 sejauh ini?
Pengawasan
1
Apakah mentor yang didatangkan sudah
memenuhi harapan penyelenggara dalam
pelaksanaan program ini, baik dari segi
kuantitas ataupun kualitas?
2 Apakah peserta sesuai dengan harapan?
3
Bagaimana tindak lanjut untuk para peserta
didik yang telah mengikuti Pendidikan
kewirausahaan?
4 Selama penyelenggaraan apakah fasilitas
penunjang sudah diberikan secara maksimal?
5 Adakah gangguan dan hambatan?
6 Apakah metode yang digunakan dalam
pelaksanaan program sudah efektif?
7 Apa indikasinya?
8 Bagaimana respon lingkungan setlah
penyelenggaraan program ini?
97
2. Mentor/Guru
No Pertanyaan Jawaban Responden
Perencanaan
1
Apa yang melatarbelakangi kesediaan anda
untuk menjadi mentor pada program
pendidikan kewirausahaan?
2 spesifikasi keahlian di bidang apa yang anda
miliki untuk mensukseskan program tersebut?
3 Sarana prasarana apa yang dibutuhkan dalam
mensukseskan program tersebut?
4 Bagaimana kondisi lingkungan?
5 Apakah kondisi lingkungan kondusif untuk
melaksanakan program?
Pengorganisasian
1 Apakah spesifikasi keahlian anda di bidang ini
efektif saat pelaksanaan
2 Berapa peserta yang mengikuti program ini,
siapa saja mereka berikut klasifikasinya
3 Bagaimana fasilitas yang diberikan kepada
peserta guna menunjang berjalannya program
4
Hambatan apa yang anda alami saat
melaksanakan program tersebut, beserta cara
mengatasinya
Pengarahan
1
Apa yang dilakukan pimpinan (kepala
sekolah) dalam mengarahkan program
pendidikan kewirausahaan?
2 Apa yang disampaikan pimpinan sudah sesuai
dengan program pendidikan kewirausahaan?
3 Berapa jangka waktu pimpinan memberikan
pengarahan kepada para guru?
Pengkoordinasian
1
Menurut anda, seberapa pentingnya
koordinasi ini dalam pendidikan
kewirausahaan?
2
Kepada siapa anda melakukan
koordinasi/pertanggungjawaban? dan seputar
apa yang dikoordinasikan?
3 Sejauh ini bagaimana koordinasi di SMK
Letris Indonesia 2?
Pengawasan
1
Apakah anda sudah merasa memenuhi
harapan penyelenggara dalam pelaksanaan
program ini baik segi kualitas maupun
kuantitas? Apa indikasinya
98
2
Apakah peserta didik yang mengikuti program
ini sesuai harapan anda? Baik segi kualitas
maupun kuantitas
3 Dampak positif apa yang mereka dapatkan
setelah mengikuti program ini?
4 Selama penyelenggaraaan apakah fasilitas
sudah diberikan secara maksimal
5 Adakah gangguan dan hambatan
6
Apakah metode yang anda gunakan dalam
pelaksanaan program ini efektif? Apa
indikasinya
7 Bagaimana respon lingkungan setelah
program ini berjalan
99
3. Siswa
No Pertanyaan Jawaban Responden
Perencanaan
1 Apa yang membuat anda tertarik mengikuti
program ini
2
Apakah menurut anda mentor yang masuk
untuk mengisi program sesuai dan memiliki
spesifikasi keahlian di bidangnya?
3 Sarana prasarana apa yang anda butuhkan
untuk mengikuti program ini?
4 Bagaimana metode yang anda inginkan dalam
pelaksanaan Pendidikan kewirausahaan
5
Apakah yang anda tahu keadaan lingkungan
kondusif dan dapat menjadi penunjang dalam
pelaksanaan program?
Pengorganisasian
1 Berapa mentor yang mengajar secara
keseluruhan
2 Berapa peserta yang bersama anda? Siapa saja
mereka?
3 Hambatan apa saja yang anda alami saat
mengikuti pelatihan
4 Bagaimana respon lingkungan akan program
tersebut
Pengarahan
1
Dalam pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
metode apa yang digunakan guru ketika di
kelas?
2 Berapa kali pertemuan pendidikan
kewirausahaan di SMK Letris Indonesia 2?
3
Bagaimana guru melakukan pengarahan
dalam pendidikan kewirausahaan ini? Apakah
hanya teori saja/teori dan praktik seimbang?
Pengkoordinasian
1 Apakah pernah ada jam bentrok ketika
pelaksanaan pendidikan kewirausahaan?
2
Bagaimana proses penugasan dalam
pendidikan kewirausahaan di SMK Letris
Indonesia 2?
Pengawasan
1 Apakah mentor yang datang sudah memenuhi
harapan anda, baik segi kualitas maupun
100
kuantitas
2 Dampak positif apa yang anda dapatkan
setelah mengikuti program ini
3 Bagaimana tindak lanjut yang diberikan oleh
sekolah? Apakah sudah terlaksana
4
Selama penyelenggaraan, apakah anda
mendapatkan faislitas pembelajaran secara
maksimal
5 Adakah gangguan dan hambatan
6 Menurut anda apakah metode yang digunakan
mentor sudah efektif? Apa indikasinya
7 Bagaimana respon lingkungan?
BIODATA PENULIS
Afif Faizin adalah nama lengkap penulis tesis ini,
biasa disapa Afif ia lahir di Grobogan, 03 April 1993 dari
orang tua bapak Maslikhin dan Ibu Mursidah. Jenjang
pendidikannya di mulai dari SD Negeri 06 Putatsari (lulus
tahun 2005), melanjutkan ke SMP Negeri 02 Grobogan (lulus
tahun 2008) dan masuk pondok pesantren di Parung Bogor
yaitu di Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School
sekaligus menempuh pendidikan di SMA Al-Ashriyyah Nurul
Iman Parung-Bogor (lulus tahun 2011). Kemudian
melanjutkan ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Agama
Islam (lulus tahun 2018). Pada tahun 2018 atas motivasi ingin mendirikan sebuah Lembaga
pendidikan yang gratis dan berkualitas berkesempatan melanjutkan studi magister (S2) pada
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis juga pernah melaksanakan Pendidikan informal pada beberapa kesempatan,
seperti (1) Pondok Pesantren Ihsanul Fuad, Grobogan - Jawa Tengah pada tahun 2005-2008,
(2) Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor pada tahun 2008-2013.
Pada saat menyelesaikan S1, penulis sudah mulai aktif mengajar di beberapa
lembaga pendidikan formal seperti SD Al-Ashriyyah Nurul Iman (2014-2015), MTs Al
Falah Pamulang (2015-2016) dan SD Al Azhar BSD (2015-2016). Selain itu penulis juga
pernah menjadi koordinator cabang lembaga bimbel TIKI-TAKA cabang Tangerang
Selatan (2018).
Saat ini penulis juga masih aktif menjadi dewan pengajar di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur‟an Al-Amien Ciater-Serpong, dan mengajar privat IPA dan Matematika di
lingkungan sekitar pondok pesantren tersebut.