Post on 25-Dec-2020
i
MANAJEMEN PEMASARAN LEMBAGA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
(Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang)
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Laeli Mubaridah
1601411050
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini dengan judul :
"MANAJEMEN PEMASARAN LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang)" benar-
benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2016
Laeli Mubaridah
NIM. 1601411050
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini yang berjudul "MANAJEMEN PEMASARAN LEMBAGA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan
Bodeh Kabupaten Pemalang)”, telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke
sidang panitia ujian skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui, Menyetujui
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
PG PAUD
Edi Waluyo, S.pd.,M.pd. Amirul Mukminin,M.Kes
NIP. 19790425 200501 1 001 NIP. 197803302005011001
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "MANAJEMEN PEMASARAN LEMBAGA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan
Bodeh Kabupaten Pemalang)” telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris,
Prof.Dr. Fakhruddin, M.Pd Amirul Mukminin,M.Kes
NIP.195604271986031001 NIP. 197803302005011001
Penguji I, Penguji II,
Wulan Adiarti S.Pd., .M.Pd Neneng Tasu'ah S.Pd. M.Pd
NIP. 198106132005012001 NIP. 197801012006042001
Penguji III,
Amirul Mukminin,M.Kes
NIP. 197803302005011001
v
MOTTO
Perjuangan hanya dapat mencapai hasil apabila berpedoman kepada suatu cita-cita
besar yang umurnya lebih lama dan lebih lanjut daripada umur manusia. ( Bung
Hatta)
Tidak ada perjuangan yang sia-sia, dengan terus berusaha dan mencoba sesuatu
yang kita inginkan akan kita dapatkan (Laeli Mubaridah)
PERSEMBAHAN
1. Universitas Negeri Semarang Almamater
yang kubangga.
2. Orang tuaku yang menjadi pendidik sejatiku
serta saudara yang ku cintai.
3. Kecamatan Bodeh tempat saya penelitian.
4. Bapak dan Ibu Dosen PG PAUD FIP
UNNES.
5. Sahabat-sahabatku tercinta (Marlinda, Isti,
Dian, Sekar, Ulfa, Ani dan Andi)
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul "MANAJEMEN
PEMASARAN LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Pada
Lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang)”, Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
di Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menemui banyak kendala, akan
tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan akademik dan fasilitas
pendidikan kepada penulis.
2. Edi Waluyo. S.Pd. M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan anak
Usia Dini yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk
melakukan penelitian mengenai Manajemen Pemasaran Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang).
3. Amirul Mukminin,M.Kes, Dosen pembimbing yang senantiasa bersedia
memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
vii
4. Seluruh dosen di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang
telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas
Negeri Semarang serta Mbak Umi (TU PG PAUD).
5. Bapak Abdul Nasir yang selalu mendidik, menjaga, melindungi, mendukung,
dan membesarkan anak yang diharapkan mampu menjadi seorang yang bisa
dibanggakan. Saudara dan keluarga besar yang selalu mendukung dan
mendorongku kepada kebaikan.
6. Keluarga besar PG PAUD UNNES 2011, yang telah menjadi saudara
seperguruan, motivator terbaik, serta guru hidup yang baik dalam pelajaran
saling memahami.
7. Septyawan Sukma Yudhanegara, S.Pd. yang telah memberikan semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan karya tulis ini serta Tri Nur Hikmah,
S.Pd. yang membantu berjalan lancarnya pembuatan skripsi.
8. UPPK Kecamatan Bodeh dan lembaga-lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh
yang bersedia menerima sebagai tempat untuk melakukan penelitian terutama
KB Jati Asih di Parunggalih, KB Dahlia di Kalangdepok, KB As Salam di
Jatingarang dan KB Al Islah di Longkeyang.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada semua
pembaca.
Semarang, Maret 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Laeli Mubaridah. 2016. Manajemen Pemasaran Lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini (Studi Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten
Pemalang). Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, pembimbing Amirul
Mukminin,M.Kes.
Kata kunci : Manajemen, Pemasaran, Pendidikan Anak Usia Dini
Pemasaran merupakan kegiatan mengenalkan produk kepada konsumen
dengan tujuan konsumen tertarik terhadap produk tersebut dan akan membelinya.
Penelitian ini mendiskripsikan bagaimana manajemen pemasaran PAUD, faktor
apa sajakah yang mendukung dan menghambat pemasaran di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus dan
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam
menghimpun data. Teknik analisis data dengan model interaktif. Teknik
keabsahan data menggunakan triangulasi.
Berdasarkan hasil analisis data manajemen pemasaran PAUD di
Kecamatan Bodeh yaitu dengan menggunakan cara: sosialisasi dalam kegiatan
PPK, sosialisasi dalam kegiatan pengajian, sosialisasi dalam kegiatan posyandu
dan door to door. Dalam pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh, hal ini di
dukung oleh faktor: peningkatan sarana dan prasarana (tidak memiliki apa-apa
menjadi memiliki gedung dan APE), peningkatan pendidikan guru (banyak yang
mengikuti pendidikan S1) dan tidak adanya persaingan dengan lembaga lain di
desa tersebut. Sedangkan faktor penghambat yaitu: karena orang tua belum sadar
akan pentingnya Pendidikan anak Usia Dini, banyak orang tua yang merantau
sehingga perhatian terhadap anak kurang dan kendala dalam biaya karena
sebagian besar penduduk adalah petani musiman.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: manajemen pemasaran PAUD di
Kecamatan Bodeh menggunakan cara sosialisasi dalam kegiatan PKK, pengajian,
posyandu dan door to door. Faktor pendukung dalam manajemen pemasaran
PAUD di Kecamatan Bodeh yaitu: peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan
pendidikan guru dan tidak ada persaingan dengan lembaga lain. Sedangkan faktor
penghambatnya yaitu: orang tua belum sadar pentingnya Pendidikan Anak Usia
Dini, banyak orang tua yang merantau dan kendala dalam biaya.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian.......................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pemasaran.............................................................................. 9
2.1.1 Pengertian Manajemen..................... .............................................. 10
2.1.2 Fungsi Manajemen ......................................................................... 12
2.1.3 Pengertian Pemasaran ..................................................................... 17
x
2.1.4 Tujuan Pemasaran ........................................................................... 19
2.1.5 Strategi Pemasaran ......................................................................... 20
2.1.6 Manajemen Pemsaran............................................................... ....... 30
2.1.6.1 Konsep Produksi .................................................................. 32
2.1.6.2 Konsep Produk .................................................................... 33
2.1.6.3 Konsep Penjualan ................................................................ 33
2.1.6.4 Konsep Pemasaran ............................................................... 34
2.2 Pendidikan Anak Usia Dini ....................................................................... 34
2.3. Manajemen Pemasaran Pendidikan Anak Usia Dni ................................. 41
2.4 Kerangka Berfikir...................................................................................... 53
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelititan .............................................................................. 55
3.2 Sumber Data Penelitian ............................................................................. 56
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 57
3.4.1 Observasi ........................................................................................ 57
3.4.2 Wawancara ..................................................................................... 58
3.4.3 Dokumentasi ................................................................................... 59
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................. 61
3.5.1 Pengumpulan Data.......................................................................... 62
3.5.2 Reduksi Data................................................................................... 63
3.5.3 Penyajian Data................................................................................ 64
3.5.4 Penarikan Kesimpulan.................................................................... 65
xi
3.6 Keabsahan Data......................................................................................... 66
3.6.1 Triangulasi Sumber......................................................................... 67
3.6.2 Triangulasi Teknik.......................................................................... 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Bodeh ....................................................... 68
4.1.1 Letak Geografis .............................................................................. 68
4.1.2 Kondisi PAUD di Kecamatan Bodeh ............................................. 69
4.2. Manajemen Pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh ................................ 73
4.3. Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................................... 83
4.3.1 Faktor Pendukung ............................................................................. 83
4.3.2 Faktor Penghambat............................................................................ 86
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................... 90
5.2 Saran.......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN .................................................................................................... 94
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Jumlah Anak Lembaga PAUD Kabupaten Pemalang 2014......... 4
Tabel 2 : Jumlah Lembaga Menurut Jenis Satuan PAUD................................... 69
Tabel 3 : Jumlah Pendidik PAUD Menurut Tingkat Pendidikan........................ 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Kerangk Berfikir.................................................................... 54
Gambar 2 : Proses Analisis Data........................................................................ 62
Gambar 3 : Peta Kabupaten Pemalang................................................................ 68
Gambar 4 : Ruang Kelas KB As Salam Desa Jatingarang............................... .. 70
Gambar 5 : Kondisi Atap KB Jati Asih Desa Parunggalih................................. 71
Gambar 6 : Pagar Pembatas KB Dahlia Desa Kalangdepok............................... 71
Gambar 7 : Tampak Depan Kb Al Islah Desa Longkeyang................................ 72
Gambar 8 : Orang tua siswa di KB...................................................................... 82
Gambar 9 : Desa Parunggalih Kekeringan.......................................................... 88
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Penelitian ........................................................................... 94
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ................................................................... 104
Lampiran 3 : Hasil Wawancara, Observasi dan Matriks Data ......................... 110
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian .............................................................. 157
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat (14) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun yang dilakukan usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dan Pasal 28 Ayat (2) menguraikan bahwa
pendidikan anak informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak, Raudhatul Atfal, sedangkan pendidikan anak usia
dini pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak.
Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini mengalami
peningkatan yang sangat pesat dalam kurun waktu terakhir. Lembaga sejenis tidak
saja muncul di perkotaan, tetapi juga merambah ke daerah-daerah pedesaan.
Indikator tersebut menunjukkan kesadaran orang tua akan pentingnya
memberikan rangsangan lebih awal pada anak untuk membantu tumbuh dan
perkembangan berbagai potensi anak.
Pertumbuhan lembaga PAUD dan animo masyarakat yang tinggi masih
kurang diikuti oleh manajemen pemasaran yang dilakukan secara profesional.
Kegiatan pemasaran tidak hanya harus dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
baru berdiri, tetapi juga lembaga pendidikan yang sudah lama berdiri atau
2
lembaga pendidikan yang sudah dianggap terkenal sekalipun. Pemasaran juga
dapat dijadikan sebagai mekanisme penjelasan dan rasionalisasi suatu penawaran
program dengan berbagai keunggulannya, baik dari segi masukan (input), proses,
produk (hasil), keluaran (output), dan lulusan (outcome). Selain itu promosi juga
dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban publik tentang
proses dan hasil pendidikan yang selama ini dilaksanakan dan dikembangkan dari
lembaga pendidikan yang bersangkutan (Hapidin, dkk 2010).
Penurunan peserta didik setelah promosi dapat dijadikan dasar untuk
menelusuri kelemahan lembaga secara internal atau ada faktor eksternal yang
terlibat dalam pembentukan opini negatif pada suatu lembaga. Tidak jarang
ditemukan beberapa lembaga ternama, dipercaya, dan kredibilitasnya bagus di
masyarakat, namun lambat laun memudar citra dan kredibilitasnya karena
berbagai faktor. Citra dan kredibilitas suatu lembaga akan bertahan lama jika
lembaga yang bersangkutan menyadari, memelihara dan mengembangkan
berbagai kondisi baik dari waktu ke waktu (Hapidin, dkk 2010). Lembaga seperti
ini akan selalu dicari masyarakat sekalipun jauh lokasinya, mahal biaya, serta sulit
untuk masuk pada lembaga tersebut.
Pemasaran lembaga PAUD bukan dimaksudkan untuk semata-mata
mencari keuntungan finansial yang pada akhirnya berujung pada komersialisasi
pendidikan. Tetapi, semata-mata agar layanan pendidikan sejak dini di wilayah
tersebut terpenuhi. Oleh karena itu, orientasi dari pemasaran kelembagaan PAUD
adalah sosialisasi progam dan pentingnya memberi layanan edukasi pada anak-
anak sejak usia dini. PAUD dapat diumpamakan sebagai sebuah perusahaan yang
3
bergerak dalam bidang jasa, yaitu memberikan layanan pendidikan yang sesuai
untuk anak usia 0-6 tahun. Dengan memandang PAUD sebagai sebuah perusahaan
maka melaksanakan proses penyelenggaraan secara profesional dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Di Kabupaten Pemalang, data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang
Tahun 2010-2014 menunjukkan lembaga PAUD baik TK, RA, KB, SPS, dan TPA
sejumlah 645 lembaga dengan jumlah peserta didik 15.754 anak sedangkan
jumlah anak usia 0-6 tahun dengan jumlah 101.257 anak. Itu berarti masih banyak
anak di Kabupaten Pemalang yang belum menerima pendidikan. Pemasaran dan
kurangnya partisipasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini
untuk anak mereka merupakan masalah utama dan mendasar bagi lembaga
PAUD. Manajemen pemasaran oleh lembaga PAUD sangat berperan untuk dapat
meningkatkan jumlah peserta didik.
Masalah promosi dan pemasaran bukan hanya masalah yang dihadapi
dunia bisnis komersial semata tetapi juga lembaga pendidikan, terutama lembaga
pendidikan swasta. Tidak bisa dipungkiri bahwa opersionalisasi lembaga
pendidikan swasta bertumpu pada pendapatan dan masukan dana dari orangtua
siswa dan hasil swakelola lain. Oleh sebab itu, hidup matinya lembaga tergantung
pada apa dan bagaimana lembaga pendidikan itu memperoleh pendapatan
anggaran sebanyak mungkin. Pemasaran merupakan masalah utama dan mendasar
dari semua jenis usaha, termasuk lembaga pendidikan.
4
Tabel 1: Data lembaga PAUD di Kabupaten Pemalang pada Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Anak0-6 Tahun
Murid Terdaftar Pada Tahun 2014
TPA KB SPS TK RAMoga 1367 0 781 0 526 127
Pulosari 4504 0 842 395 256 91
Belik 2363 30 334 175 665 395
Watukumpul 1950 17 357 946 228 67
Bodeh 7988 32 669 103 767 34
Bantarbolang 6052 0 587 0 428 278
Randudongkal 8117 23 920 132 1236 204
Pemalang 21422 100 960 171 2479 20
Taman 14197 32 1356 35 1835 66
Petarukan 13511 54 957 66 1500 479
Ampelgading 9166 3 483 102 1352 63
Comal 7003 68 991 111 655 149
Ulujami 2670 0 599 307 1807 185
Warungpring 947 0 583 117 210 158
Kab/kota 101257 359 10409 2660 13944 2316
Sumber Buku Data PAUDNI Tahun 2014 Kabupaten Pemalang
Salah satu Kecamatan di Kabupaten Pemalang yang memiliki jumlah anak
usia 0-6 tahun yang cukup banyak tetapi jumlah angka partisipasi pendidikan
rendah yaitu Kecamatan Bodeh. Bodeh adalah salah satu kecamatan di Kabupaten
Pemalang Jawa Tengah yang terletak di sebelah timur dan berbatasan dengan
Kabupaten Pekalongan. Jumlah seluruh anak usia 0-6 tahun di Kecamatan Bodeh
berjumlah 7.988 anak sedangkan jumlah anak yang menempuh jenjang
pendidikan pada usia 0-6 tahun 1.605 anak, itu berarti masih sangat banyak yaitu
sekitar 6.383 anak pada jenjang usia tersebut belum mendapatkan pendidikan.
Kecamatan Bodeh yang memiliki sebanyak 19 desa memiliki jumlah
lembaga satuan PAUD sebanyak 46 lembaga yang terdiri dari jumlah Tempat
Penitipan Anak sebanyak 1 lembaga, Kelompok Bermain 19 lembaga, Satuan
PAUD Sejenis 3 lembaga, Taman Kanak-kanak 22 lembaga dan Roudhotul Atfal
5
1 lembaga. Dari sejumlah lembaga tersebut, di Kecamatan Bodeh memiliki
pendidik PAUD sebanyak 170 orang.
Tingkat partisipasi pendidikan anak usia dini Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang sangat kurang dan jauh dari standar pemerintah. Dari jumlah
7988 anak di kecamatan Bodeh dan hanya 1605 anak yang mendapatkan
pendidikan, itu berarti jumlah Angka Partisipasi Kasar (APK) Kecamatan Bodeh
hanya 20% sedangkan Pemerintah Kabupaten Pemalang memiliki standar Angka
Partisipasi Kasar (APK) pendidikan anak usia dini 65%. Angka yang sangat jauh
dari harapan pemerintah.
Hal tersebut terjadi karena manajemen pemasaran PAUD di Kecamatan
Bodeh tersebut sangatlah kurang. Pemasaran dan partisipasi masyarakat
khususnya orang tua yang memiliki anak usia dini sangatlah penting bagi lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini untu meningkatkan jumlah siswa di lembaga tersebut.
Selain itu, faktor ekonomi juga mempengaruhi rendahnya angka pendidikan untuk
anak usia dini. Kecamatan Bodeh merupakan daerah perbatasan dan sebagian
besar penduduk bekerja pada sektor pertanian pada perekonomian rendah yang
kurang peduli terhadap pendidikan anaknya, karena yang terpenting adalah
kebutuhan ekonomi untuk keluarga terpenuhi. Di Kecamatan Bodeh tersebut usia
anak memasuki sekolah dasar adalah usia 5 tahun sehingga anak yang sudah 5
tahun langsung menuju tingkat sekolah dasar. Usia 5 tahun diperbolehkan
memasuki sekolah dasar karena masyarakat menganggap untuk memperingan
biaya sekolah tanpa melalui pendidikan usia dini.
6
Berdasarkan latar belakang, maka penulis memiliki keinginan untuk
meneliti "Manajemen Pemasaran Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di
Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang".
1.2. FOKUS PENELITIAN
Fokus dalam penelitian kualitatif disebut batasan masalah. Penetapan
dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan
visibilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga,
dana, dan waktu (Sugiyono, 2012:286). Sedangkan menurut Moleong (2007:94)
penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif akan dipastikan sewaktu
peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain,
walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar
penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu,
bisa terjadi situasi di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti
masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang
menentukan adalah keadaan di lapangan.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Manajemen
Pemasaran Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Bodeh Kabupaten
Pemalang dengan pelaksanaan penelitian di fokuskan pada 4 Kelompok Bermain
yaitu KB Jati Asih di Desa Parunggalih sebagai kategori desa yang terpencil di
Kecamatan Bodeh, KB Dahlia di Desa Kalangdepok sebagai kategori desa yang
dekat dengan Kota di Kecamatan Bodeh, KB As Salam di Desa Jatingarang yang
berada di tengah-tengah Kecamatan Bodeh dan KB Al Islah di Desa Longkeyang
untuk kategori desa terjauh di Kecamatan Bodeh.
7
1.3. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah manajemen pemasaran lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat manajemen
pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang?
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manajemen pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat manajemen
pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diharapkan penulis yaitu:
1 Secara Teoritis / Akademis
a. Bagi akademisi atau pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai manajemen pemasaran lembaga PAUD di Kecamatan
Bodeh Kabupaten Pemalang dan dapat dijadikan acuan bahwa pemasaran
lembaga PAUD itu penting.
b. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian dapat digunakan sebagai implikasi
lebih lanjut dalam memberikan informasi guna menciptakan peningkatan
8
kemampuan pemahaman mengenai manajemen PAUD yang berkualitas
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu
pengetahuan
2 Secara Praktis
Bagi pendiri, pemilik maupun pendidik lembaga PAUD, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengaruh manajemen
pemasaran lembaga PAUD terhadap peningkatan jumlah siswa pada lembaga
PAUD di Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang, sehingga dapat menjadi
perhatian bagi para pihak yang berkecimpung dalam lembaga PAUD untuk
mengupayakan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Bodeh
Kabupaten Pemalang.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pemasaran
Pemasaran merupakan unsur yang cukup vital dari sebuah
keberlangsungan usaha bisnis. Hampir 90% kesuksesan sebuah usaha bisnis
sangat dipengaruhi oleh upaya marketing atau pemasaran. Oleh karena itulah
dibutuhkan manajemen pemasaran beserta langkah-langkah kreatif yang diambil
sebagai bagian dari upaya strategi pemasaran. Sebuah manajemen pemasaran
yang baik adalah pemasaran yang mengedepankan konsep pemasaran yang
berkualitas. Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kebutuhan adalah suatu keadaan
dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang
kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih
mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik
yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
Aktivitas pemasaran mempunyai nilai yang positif baik ditelaah dari sisi
produsen ataupun dari sudut pandang konsumen. Dari pihak konsumen kegiatan
pemasaran produk dipandang sebagai aktivitas yang bisa menawarkan berbagai
alternatif pemuas suatu kebutuhan, sehingga nilai dari kepuasan itu sendiri
meningkat. Dari sudut pandang produsen barang atau jasa, kegiatan pemasaran
adalah aktivitas untuk meningkatkan pelayanan yang lebih untuk memenuhi
kebutuhan para customer. Jadi, pemasaran semestinya bukanlah sekedar berkaitan
10
dengan hanya kepentingan seorang produsen saja namun juga kepentingan para
konsumen.
Aktivitas pemasaran adalah salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk terus menjaga kelangsungan hidupnya
dan berkembang ke skala yang lebih lagi dengan tujuan akhir memperoleh laba.
Arti kata pemasaran umumnya seringkali disalah-artikan dengan definisi
penjualan, perdagangan serta distribusi. Proses kegiatan pemasaran dimulai jauh
hari sebelum barang atau jasa diproduksi dan tidak selesai (berakhir) dengan
hanya penjualan, namun bagaiman seluruh kegiatan tersebut bisa memberikan
suatu kepuasan yang diinginkan para konsumen. Banyak definisi mengenai
pemasaran yang dikemukakan oleh para pakar dan ahli, berbagai pengertian
tentang pemasaran tersebut pada mulanya memfokuskan pada barang atau jasa,
lalu pada enitas entias atau lembaga yang dibutuhkan untuk menjalankan proses
penjualan dan pada fungsi yang dilaksanakan guna memungkinkan untuk
dilakukan transaksi pemasaran. Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu
manajemen dan pemasaran.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
artinya seni melaksanakan dan mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses
dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Seni adalah
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan. Seni manajemen
menghendaki kreativitas, atas dasar dan dengan syarat suatu pengertian mengenai
11
ilmu manajemen. Maka karena itu, ilmu pengetahuan dan seni manajemen
merupakan komplemennya masing-masing (Terry dan W. Rue, 1999).
Manajemen diartikan mengatur, maka yang diatur adalah semua unsur
manajemen yang terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and
market dan semua aktifitas yang ditimbulkannya dalam proses manajemen itu
dengan tujuan lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi dan terkoordinasi
dalam mencapai tujuan yang optimal. Menurut Follet dalam L. Daft (2010:6),
manajemen sebagai seni adalah menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sejalan dengan pemikiran
Harold Koonts dan Cyril O’Donnel (2006), bahwa manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian.
Seorang ahli teori manajemen lainnya, Drucker dalam L. Daft (2010:6),
menambahkan bahwa tugas penting manajer adalah memberi arahan bagi
organisasi mereka, memberi kepemimpinan dan menentukan penggunaan sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan. Menyelasaikan pekerjaan melalui orang
lain dan sumber daya lain serta memberi kepemimpinan dan arahan merupakan
kegiatan para manajer. Sedangkan menurut Terry, manajemen adalah suatu proses
atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata
(Terry dan W. Rue, 1999:1). Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang
12
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnnya.
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien (Andrew F.Sikula) (Hasibuan, 2006:2). Sedangkan menurut Hasibuan
sendiri Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu yang
mengatur melalui orang lain yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan, pengendalian, pemotivasian dan
pengambilan keputusan oleh setiap organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung manajemennya.
Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana
manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses
tertentu dalam fungsi yang terkait. Fungsi manajemen diantaranya yaitu:
a. Planning (perencanaan)
13
(Koontz dan Weihrich, 1993) berpendapat bahwa fungsi pertama yang
dijalankan seorang manajer adalah planning (perencanaan), yaitu suatu proses
mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan serta memilih serangkaian tindakan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Perencanaan mencakup (a) menetapkan
tujuan (b) mengembangkan berbagai premis mengenai lingkungan perusahaan
dimana tujuan-tujuan perusahaan hendak dicapai (c) memilih arah tindakan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut (d) merumuskan berbagai aktivitas yang
diperlukan untuk menerjemahkan rencana menjadi aksi (e) melakukan
perencanaan ulang untuk mengoreksi berbagai kekurangan dalam perencanaan
terdahulu (Solihin, 2009:4).
Fungsi perencanaan akan memberikan arah kepada perusahaan dengan
menetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Tanpa
adanya tujuan yang jelas yang dirumuskan dalam kegiatan perencanaan,
perusahaan tidak akan memiliki hasil akhir yang jelas untuk dicapai selama kurun
waktu tertentu. Selain itu ketiadaan tujuan akan menyulitkan perusahaan untuk
melakukan proses evaluasi yang merupakan perbandingan antara rencana dengan
realisasi pencapaian sesungguhnya. Dalam hal ini berlaku peribahasa “fail to plan
is planning to fail” (kegagalan membuat rencana merupakan sebuah rencana
menuju kegagalan) (Solohin, 2009:5).
Perencanaan (planning) berarti mengidentifikasi berbagai tujuan untuk
kinerja organisasi di masa mendatang serta memutuskan tugas dan penggunaan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Dengan kata lain, perencanaan
14
manajerial menentukan posisi organisasi di masa mendatang dan bagaimana cara
mencapainya (L. Daft, 2006:7).
Menurut Terry (2003), perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar
pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk
mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,
memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai
tujuan. Sedangkan Menururt Henry Fayol, planning (perencanaan) merupakan
pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi
kebijaksanaan proyek, progam, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.
Pendapat lain mengenai perencanaan yaitu menurut Harold Koonts and
Cyril O’Donnel (Hasibuan, 2006:40), perencanaan adalah fungsi seorang manajer
yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-
prosedur, dan progam-progam dari alternatif yang ada.
b. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian adalah suatu proses dimana karyawan dan pekerjanya
saling dihubungkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengorganisasian
mencakup pembagian kerja diantara kelompok dan individu serta
pengkoordinasian aktivitas individu dan kelompok. Pengkoordinasian mencakup
juga penetapan kewenangan manajerial (Solihin, 2009: 5)
Koontz dan Weihrich, 1993 (Solihin, 2009: 6), fungsi manajemen kedua
yaitu organizing (pengorganisasian), adalah suatu proses dimana karyawan dan
15
pekerjaannya saling dihubungkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengorganisasian mencakup pembagian kerja diantara kelompok dan individu
serta pengkoordinasian aktivitas individu dan kelompok. Pengorganisasian
mencakup juga penetapan kewenangan manajerial.
Selain mengorganisasi sumber daya manusia, pengorganisasian juga
mengorganisasi penggunaan berbagai sumber daya non manusia seperti uang,
material, peralatan mesin dan sebagainya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada
setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut (Hasibuan,
2006:40).
Menurut Terry; (Hasibuan, 2006:40), pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian
memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
c. Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Menurut Terry “Pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara
16
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian”.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana (Earl P.
Strong) (Hasibuan, 2009:41) itu berarti memonitor aktivitas karyawan,
menentukan apakah organisasi sejalan dengan tujuannya dan membuat koreksi
jika diperlukan. Para manajer harus memastikan bahwa organisasi mereka
bergerak menuju tujuan-tujuannya (L. Daft, 2010: 8).
Sedangkan menurut Harold Koontz (Hasibuan, 2009: 41) “pengendalian
adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat
terselenggara. Pengendalian mencakup (a) Menetapkan berbagai tujuan dan
standar (b) Membandingkan kinerja sesungguhnya (yang diukur) dengan tujuan
dan standar yang telah ditetapkan (c) Mendorong keberhasilan dan mengoreksi
berbagai kelemahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen terdiri
dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), penggerakan
(actuating) dan pengendalian (controlling). Perencanaan (planning) adalah dasar
pemikiran dalam menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan serta
memilih serangkaian tindakan seperti menentukan strategi kebijakan proyek,
progam, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian (organization) adalah penggabungan antara karyawan dan
17
pekerjaannya melalui proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan
bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Mereka dapat
bekerja sama secara efisien sehingga memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu. Penggerakan (actuating) adalah mengarahkan
semua bawahan untuk bekerja sama secara efektif, ikhlas dan bergairah untuk
mencapai tujuan. Pengendalian (controlling) adalah pengaturan berbagai faktor
dalam suatu perusahaan yang juga memonitor aktivitas karyawan apakah sejalan
dengan tujuan dan membuat koreksi.
2.1.3 Pengertian Pemasaran
Dalam Wikipedia menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses
penyusunan komunikasi yang terpadu dan tujuannya untuk memberikan informasi
tentang barang atau jasa yang diperjualbelikan yang kaitannya untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhan masyarakat. Menurut definisi manajerial, pemasaran
sering digambarkan sebagai “seni menjual produk”. Seorang ahli manajemen
terkemuka Peter Drucker mengatakan bahwa “orang dapat mengasumsikan akan
selalu ada kebutuhan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran bukan untuk
memperluas penjualan hingga kemana-mana.
Perbedaan antara pemasaran dan penjualan (selling) lebih dari sekedar
perbedaan arti kata. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sedangkan
pemasaran lebih berfokus pada kebutuhan para pembeli. Penjualan terikat pada
konsentrasi terhadap kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang
tunai, sedangkan pemasaran berkonsentrasi pada gagasan untuk memuaskan
seluruh kebutuhan konsumen dengan produk yang ditawarkan dan semua hal
18
dalam aspek pemasaran ini hubungannya erat dengan upaya menciptakan,
memberikan dan akhirnya mengkonsumsi produk barang (Levitt, 1960) (Usmara,
2008:1).
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dan nilai (Kotler,
1997) (Usmara, 2008:7). Dalam perusahaan-perusahaan yang lebih progresif,
pemasaran mencakup pula upaya yang kontinyu untuk mengubah kebutuhan-
kebutuhan para konsumen dan pengembangan produk-produk dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para konsumen tersebut. Pemasaran yang efektif
adalah pemasaran yang lebih berorientasi konsumen, bukan berorientasi produk.
Pemasaran merupakan hasil dari seluruh kegiatan yang menjaga agar
perusahaan selalu memperhatikan pelanggannya dan dengan mananjemen yang
baik, memastikan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dihargai
oleh pelanggannya (Alexander Hiam dan Charles D. Schewe). Seorang ahli lain
Stanton (2008) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem total dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan
dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial
(Stanton, 1996)
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran terpendek
adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Definisi formal dari
19
Asosiasi Pemasaran Amerika sebagai berikut: “pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses
pemberian informasi mengenai barang dan jasa yang berupa menawarkan produk,
menentukan harga dan mendistribusikannya kepada para konsumen.
2.1.4 Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran adalah untuk memiliki pasar, tidak hanya untuk
membuat atau menjual produk (McKenna, 1991) (Usmara, 2008: 22). Berhasil
atau tidaknya suatu perusahaan di dalam pencapaian tujuannya tergantung pada
bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya seperti personalia,
selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan
fungsi-fungsi tersebut agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Tujuan pemasaran merupakan suatu keadaan yang diinginkan, yang
diupayakan untuk diwujudkan oleh suatu perusahaan. ini menunjukkan bahwa
tujuan pemasaran merupakan sesuatu yang mendasar untuk menjamin konsistensi
kegiatan pemasaran di perusahaan tersebut dan merupakan pemenuhan atas
kebutuhan konsumen.
Leonard L Berry (1980) (Usmara, 2008: 21), “tujuan pemasaran adalah
mempertemukan kesamaan antara apa yang ingin dibeli pelanggan berprospek dan
apa yang dijual organisasi, potensi untuk menyesuaikan jasa agar sejauh mungkin
memenuhi keinginan pelanggan individual hendaknya tidak diabaikan”.
20
Sedangkan menurut Paul F Anderson, 1982, Journal of Marketing, vol 46
(spring), tujuan pemasaran mendukung pelanggan jangka panjang melalui
kepuasan pelanggan. Secara paradoks, pendekatan ini menuntut para pemasar
untuk mempunyai pemahaman yang lebih besar terhadap berbagai teknologi,
perspektif dan berbagai keterbatasan di bidang-bidang fungsional yang lain.
Hanya dengan cara ini pemasaran bisa melakukan negosiasi secara efektif untuk
mengimplementasikan strategi-strateginya. Sebagaimana yang dikemukakan
sebelumya, bidang-bidang fungsional yang lain akan melihat seruan-seruan lain
terhadap konsep pemasaran itu semata-mata sebagai bergaining ploy.
Tanggung jawab bidang pemasaran tersebut adalah mengkomunikasikan
fokus perhatian jangka panjang dan orientasi survival konsepnya kepada
kepentingan-kepentingan lain dalam suatu firma. Namun demikian ini tidak dapat
dilakukan jika fungsi pemasaran itu sendiri tidak memahami berbagai orientasi
khusus dan metodologi-metodologi kepuasan yang digunakan departemen-
departemen lain (Paul F Anderson, 1982, Journal of Marketing, vol 46 (spring).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemasaran adalah
menemukan kesamaan antara produk barang dan jasa yang ditawarkan dengan
kebutuhan konsumen.
2.1.5 Strategi Pemasaran
Strategi adalah menciptakan suatu posisi yang unik dan bernilai, yang
membedakan perusahaan satu dengan yang lainnya, yang melibatkan berbagai
aktivitas perusahaan (Usmara, 2008: 32). Satu fungsi pokok dari strategi
pemasaran adalah menciptakan suatu hubungan bagi seluruh kegiatan di
21
perusahaan. Dengan adanya strategi pemasaran yang jelas dan konseptual maka
dapat mendukung iklim koordinasi yang tepat yang lebih efisien dibandingkan
dengan proses administrasi yang ada saat ini. Menururt Carevin dikutip dari
Purwanto (2008:151) strategi pemasaran didefinisikan sebagai analisis strategi
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dalam strategi penuntunan pasar sasaran
bagi produk pada unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran dan pengembangan,
pelaksanaan serta pengelolaan strategi progam pemasaran, penentuan posisi pasar
yang dirancang untuk memenuhi keinginan konsumen pasar sasaran.
Dengan adanya strategi pemasaran yang jelas dan konseptual maka dapat
mendukung iklim koordinasi yang tepat yang lebih efisien dibandingkan dengan
proses administrasi yang ada saat ini. Hal tersebut juga dipaparkan oleh Philip
Kotler (2004: 81) strategi pemasaran adalah sebuah pola pikir pemasaran yang
akan dipakai untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan, bisa berisi
strategi spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan
besarnya pengeluaran pemasaran. Sedangkan menurut Guiltinan dan Paul Strategi
pemasaran adalah pernyataan pokok mengenai dampak atau akibat yang
diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada target pasar yang ditentukan.
Menurut Tjiptono, strategi pemasaran adalah alat fundamental yang
direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
progam pemasaran yang Strategi pemasaran dalam bisnis. Strategi ini berguna
untuk mengantisipsi masalah-masalah dan kesempatan masa depan dalam kondisi
22
yang tepat secara sitematis, rasional, kritis, komprehensif dan integrative (Pearce
and Robinson, 1997: 27)
Tujuan suatu strategi adalah untuk menyebarkan secara efektif sumber-
sumber khas dan unggulan suatu perusahaan jika manajer-manajer utama tidak
tergerak oleh suatu strategi, tidak merasa senang dengan sasaran-sasaran dan
metode-metodenya, maka strategi tersebut dianggap gagal (Usmara: 2008:33).
Menurut James F. Engel, dkk dalam "Consumer Behavior, Dryden press"
setiap perusahaan memiliki tiga kemungkinan pandangan terhadap strategi
pemasaran dalam melayani pasarnya.
a. Mass marketing (undifferentiated marketing)
Strategi ini sering disebut strategi agregasi pasar atau pemasaran tidak
terdiferensiasi. Strategi ini didasarkan pada filosofi mass markert, yang
menganggap suatu pasar sebagai suatu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa,
tanpa ada segmen-segmen individual. Perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan
semua pembeli dengan melakukan produksi massa, dan promosi massa suatu
produk. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi
sehingga harga dan biayanya rendah dan dapat menjangkau sebanyak mungkin
pembeli potensial. Untuk mendukung kesuksesan strategi ini ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1) Harus ada sejumlah besar orang yang memiliki kebutuhan atau keinginan yang
sama (homogen).
2) Konsumen merasa bahwa produk-produk dari setiap perusahaan tidak ada
bedanya atau hanya kecil bedanya.
23
3) Perusahaan harus mampu merancang suatu bauran pemasaran yang dapat
memuaskan pelanggan.
b. Product-variety marketing (differentiated marketing)
Di dalam strategi ini perusahaan berusaha menghasilkan beberapa produk
yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Misalnya: kualitas, ukuran,
model, warna atau ciri-cirinya. Strategi ini lebih menekankan penyediaan berbagai
macam produk kepada pembeli daripada usaha menarik berbagai segmen pasar
yang berbeda. Dasar pemikiran strategi ini adalah bahwa pelanggan memiliki
selera masing-masing dan selera tersebut berubah sepanjang waktu: pelanggan
membutuhkan variasi dan perubahan, perusahaan berupaya menawarkan sebanyak
mungkin produk yang bisa memenuhi semua variasi tersebut.
c. Target marketing
Perusahaan melakukan segmentasi pasar, kemudian memilih satu atau
lebih segmen yang dianggap paling potensial dan menguntungkan serta
mengembangkan produk dan progam pemasaran yang dirancang khusus untuk
segmen-segmen yang dipilih. Tujuan yang hendak diraih adalah menghasilkan
keuntungan yang tertinggi yang mungkin bisa diraih atas total investasi yang
sedapat mungkin ditekan.
Menurut Kotler dan Keller (2009: 391), dalam strategi pemasaran, terdapat
beberapa tahapan. Berikut tahapan-tahapan dalam strategi pemasaran yaitu:
a. Tahap Perkenalan
Karena diperlukan waktu untuk meluncurkan produk kebeberapa pasar dan
memenuhi saluran dealer, dan mendapatkan sambutan konsumen, pertumbuhan
24
penjualan cenderung berjalan lambat pada tahap ini. Laba akan negatif atau
rendah pada tahap perkenalan. Pengeluaran promosi berada pada rasio tertinggi
terhadap penjualan karena diperlukan untuk (1) memberi informasi ke calon
pembeli, (2) membujuk orang untuk mencoba produk itu dan (3) mendapatkan
distribusi di toko-toko eceran. Perusahaan memusatkan penjualan pada pembeli
yang paling siap membeli, yaitu mereka yang biasanya kelompok yang
berpenghasilan tinggi. Harga cenderung tinggi karena biaya tinggi.
Dalam pendidikan anak usia dini, pada tahap perkenalan sambutan
konsumen cenderung lambat pada tahap ini karena masyarakat belum mengenal
dan mengetahui bagaimana kualitas dari lembaga tersebut jadi masyarakat enggan
untuk mensekolahkan anaknya pada lembaga itu. Oleh karena itu, pihak lembaga
harus melakukan kegiatan pemasaran kepada masyarakat agar mengetahui
berbagai informasi tentang lembaga seperti visi, misi, keunggulan, dan biaya
pendidikian. Pendidikan anak usia dini sangat penting bagi anak-anak untuk
pembentukan karakternya di masa yang akan datang, maka sosialisasi tentang
pendidikan anak usia dini juga penting untuk membujuk orang tua agar
mensekolahkan anaknya di lembaga PAUD.
Pembentukan awal lembaga pendidikan anak usia dini, kemungkinan
sarana dan prasarana sangat terbatas. Untuk menunjang lembaga tersebut menjadi
lebih berkembang maka dibutuhkan juga bantuan dari orang tua murid. Bantuan
dapat berdasarkan sesuai kemampuan mereka agar tidak ada yang merasa
diberatkan.
25
b. Tahap Pertumbuhan
Tahap pertumbuhan ditandai dengan peningkatan pesat penjualan.
Konsumen penerima awal menyukai produk tersebut, dan konsumen berikutnya
mulai membeli produk itu. Para pesaing baru memasuki pasar karena tertarik
dengan peluang produksi dan laba berskala besar. Mereka memperkenalkan fitur
produk yang baru dan memperluas jaringan distribusi. Harga tetap bertahan atau
menurun sedikit, tergantung pada seberapa cepat permintaan meningkat. Berbagai
perusahaan mempertahankan pengeluaran pemasaran mereka pada level yang
sama atau sedikit lebih besar untuk mengimbangi persaingan dan terus mendidik
pasar. Penjualan meningkat lebih cepat daripada pengeluaran pemasaran,
menyebabkan penurunan rasio pemasaran-penjualan sehingga menguntungkan
perusahaan. Selama tahap ini, laba meningkat karena biaya pemasaran dibagi oleh
volume yang lebih besar, dan biaya produksi per unit turun lebih cepat daripada
penurunan harga karena dampak dari pembelajaran produsen. Perusahaan harus
memperhatikan perubahan tingkat pertumbuhan dari percepatan keperlambatan
supaya dapat menyiapkan strategi baru.
Perusahaan ditahap pertumbuhan menghadapi trade-off antara pangsa
pasar yang besar dan laba sekarang yang besar. Dengan membelanjakan uang
untuk perbaikan produk, pemasaran dan distribusi, perusahaan tersebut dapat
memperoleh posisi yang dominan. Perusahaan tersebut mengorbankan laba
maksimum sekarang dengan harapan dapat menghasilkan laba yang jauh lebih
besar pada tahap berikutnya.
26
Dalam pendidikan anak usia dini, tahap pertumbuhan ditandai dengan
peningkatan pesat jumlah anak didik. Hal itu terjadi karena konsumen (orang tua
yang memiliki anak usia dini) awal pembentukan sangat puas terhadap kualitas
dari lembaga itu dan akhirnya orang tua yang memiliki anak usia dini lainnya
ingin mensekolahkan anaknya pada lembaga tersebut. Karena banyaknya orang
tua yang menginginkan anaknya sekolah pada lembaga pendidikan anak usia dini,
maka akan menarik orang lain untuk mendirikan lembaga pendidikan anak usia
dini juga. Maka lembaga lama perlu memperkenalkan inovasi-inovasi baru kepada
konsumen untuk mempertahankan lembaganya dan memperluas area pemasaran.
Dengan terus meningkatnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini
setiap tahunnya, berbagai usaha akan dilakukan oleh lembaga lama untuk
mempertahankan lembaga mereka dengan terus melakukan pemasaran pada level
sedikit lebih besar untuk mengimbangi persaingan. Lembaga juga harus
memperhatikan perubahan tingkat jumlah peserta didik dan kualitas pendidikan
supaya dapat menyiapkan strategi baru untuk tetap mempertahankan lembaga.
c. Tahap Kedewasaan
Pada suatu titik, tingkat pertumbuhan penjualan akan melambat, dan
produk akan memasuki tahap kedewasaan relatif. Tahap itu biasanya berlangsung
lebih lama daripada tahap-tahap sebelumnya, dan merupakan tantangan berat bagi
manajemen pemasaran. Sebagian besar produk berada di tahap kedewasaan dalam
siklus hidup, dan karenanya kebanyakan manajer pemasaran mengatasi masalah-
masalah pemasaran produk yang dewasa.
27
Tahap kedewasaan dapat dibagi menjadi tiga fase: kedewasaaan
bertumbuh (growth maturity), stabil (stable maturuty), dan menurun (decaying
maturity). Dalam fase pertama, tingkat pertumbuhan penjualan mulai menurun
dan tidak ada saluran distribusi baru yang akan diisi. Pada fase kedua, penjualan
menjadi datar bila dilihat dari ukuran perkapita karena kejenuhan pasar. Sebagian
besar konsumen telah mencoba produk itu dan penjualan masa depan ditentukan
oleh pertumbuhan populasi (penduduk) dan permintaan penggantian. Pada fase
ketiga, level penjualan absolut mulai menurun dan pelanggan mulai beralih ke
produk lain.
Masalah yang dihadapi perusahaan di pasar dewasa adalah apakah akan
berjuang menjadi “tiga besar” serta memperoleh laba melalui volume yang tinggi
serta biaya yang rendah atau menggunakan strategi mencari relung dan
memperoleh laba melalui volume penjualan yang rendah dan margin yang tinggi.
Para manajer berusaha mendorong penjualan dengan memodifikasi
karakteristik produk melalui perbaikan mutu, perbaikan fitur atau perbaikan gaya.
Strategi perbaikan mutu (quality improvement), bertujuan untuk meningkatkan
kinerja fungsional produk. Strategi itu akan efektif asalkan mutunya membaik,
pembeli menerima klaim yang membaik itu dan cukup banyak pembeli yang akan
bersedia membayar mutu yang lebih tinggi tersebut. Dalam lembaga anak usia
dini perbaikan mutu berupa bagaimana kualitas guru atau pendidik di lembaga
tersebut. Semakin baik kaulitas pendidik, maka akan semakin baik pula kualias
anak didiknya. Banyak orang tua yang mencari lembaga dengan kualitas baik
meskipun harus membayar mahal.
28
Strategi perbaikan fitur (feature improvement), bertujuan menambah fitur
baru seperti ukuran, berat bahan, kelengkapan tambahan aksesoris yang
memperluas keaneka ragaman, keamanan dan kenyamanan produk. Strategi
perbaikan fitur pada lembaga anak usia dini berupa berbagai alat permainan
edukatif yang dapat menunjang pembelajaran dengan baik. Dengan tampilan
gedung yang menarik, berbagai macam permainan luar ruangan maka akan
menarik anak untuk bersekolah di lemabaga itu dan berbagai macam alat
permainan dalam ruangan akan membuat anak semakin semangat dan senang
untuk terus mengikuti pembelajaran. Dengan diberinya pagar yang tinggi di
sekeliling sekolah akan membuat kenyamanan agar anak-anak tidak bermain jauh
dari lingkungan sekolah dan orang tua tidak akan khawatir dengan anaknya.
Strategi perbaikan gaya (style improvement) bertujuan meningkatkan daya
tarik estetis produk tertentu. Strategi gaya dapat memberikan identitas pasar yang
unik ke produk itu. Memiliki ciri khas tertentu pada lembaga anak usia dini akan
menarik orang tua agar anaknya bersekolah di lembaga tersebut. Karena ke unikan
yang membuat lembaga tersebut berbeda dengan lembaga yang lain sehingga
pembelajaranpun sedikit berbeda. Misalkan sekolah berbasis alam, maka
pembelajaran akan dilaksanakan di alam terbuka bukan di gedung yang tertutup.
d. Tahap Penurunan
Penjualan merosot karena sejumlah alasan, termasuk kemajuan teknologi,
pergeseran selera konsumen dan meningkatnya persaingan dalam dan luar negeri.
Semua menyebabkan kapasitas berlebih, meningkatnya perang harga, dan
merosotnya laba. Saat penjualan dan laba menurun, beberapa perusahaan
29
mengundurkan diri dari pasar. Beberapa perusahaan akan melepaskan pasar yang
menurun lebih dini daripada yang lain. Sebagian besar tergantung pada
keberadaan dan tingginya hambatan untuk keluar dari industri itu. Semakin
rendah hambatan keluar, semakin mudah perusahaan meninggalkan industri, dan
perusahaan yang bertahan semakin tergoda untuk tetap tinggal serta menarik
perusahaan yang mundur.
Dalam penelitian tentang strategi perusahaan di industri yang menurun,
Kathryn Harrigan (Kotler, 2009: 399) mengidentifikasi lima strategi penurunan
yang tersedia bagi perusahaan sebagai berikut:
1) Meningkatkan investasi perusahaan (untuk mendominasi atau memperkuat
posisi persaingannya)
2) Mempertahankan level investasi perusahaan sampai ketidakpastian tentang
industri itu terselesaikan.
3) Mengurangi level investasi perusahaan secara selektif, dengan melepas
kelompok pelanggan yang tidak menguntungkan, sambil memperkuat
investasi perusahaan di tempat-tempat yang menguntungkan.
4) Menuai investasi perusahaan untuk memulihkan kas secepatnya.
5) Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya dengan cara yang
paling menguntungkan.
Strategi penurunan yang tepat bergantung pada daya tarik relatif industri
dan kekuatan persaingan perusahaan di industri tersebut. Perusahaan yang berada
di industri yang tidak menarik, tapi memiliki kekuatan bersaing harus
mempertimbangkan penarikan secara selektif. Perusahaan yang berada di industri
30
yang menarik dan memiliki kekuatan bersaing seharusnya mempertimbangkan
untuk memperkuat investasinya.
Ketika perusahaan memutuskan untuk menghentikan produk, mereka
menghadapi keputusan-keputusan lebih lanjut. Jika produk itu memiliki distribusi
yang kuat dan nama baik yang tersisa, perusahaan itu mungkin dapat menjualnya
keperusahaan lain. Jika perusahaan itu tidak dapat menemukan pembeli, ia harus
memutuskan apakah akan menghapus merek itu secara cepat atau lambat. Ia juga
harus memutuskan beberapa banyak persediaan suku cadang dan pelayanan yang
dipertahankan untuk pelanggan sebelumnya (Kotler dan Keller: 2009).
Begitu pula pada lembaga pendidikan anak usia dini, lembaga pendidikan
anak usia dini mulai penurunan karena kemajuan teknologi, keinginan orangtua
anak menjadi lebih banyak, jika lembaga tidak memenuhi keinginan orangtua
murid maka kemungkinan anaknya akan dipindah ke lembaga lain dan
meningkatnya persaingan dengan munculnya lembaga-lembaga baru yang
menyebabkan penurunan jumlah peserta didik. Penurunan jumlah peserta didik
pada lembaga lemah sehingga membuat pemilik lembaga menutup lembaga
tersebut, akan membuka peluang besar kepada lembaga yang bagus untuk terus
menarik peserta didik dengan terus melaksanakan inovasi-inovasi baru dalam
pembelajaran.
2.1.6. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang dikoordinasikan dan
dikelola dengan baik. Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler yang
dikutip Swastha dan Handoko, (1997:4) “Manajemen Pemasaran adalah
31
penganalisaan, perencanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk
mencapai tujuan perusahaan”. Begitu pula menurut Kotler/Armstrong (2002:14),
terjemahan Wilhelmus W. Bakowatun menyebutkan bahwa “Manajemen
pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk
mencapai sasaran organisasi”
Sedangkan menurut Adi (2006:6) “Manajemen pemasaran adalah suatu
analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah
direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan
terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun
bersama”. Fokus manajemen pemasaran diletakkan pada penawaran perusahaan
dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan dari pasar tersebut serta penentuan
harga, mengadakan komunikasi serta distribusi yang efisien serta efektif untuk
memberitahu, mendorong juga melayani pasar.
Inti dari konsep pemasaran tersebut beroperasi didalam lingkungan yang
berkembang secara terus menerus sebagai akibat sosial dari entitas bisnis, tetapi
juga dibatasi oleh sumber daya dari perushaaan itu sendiri serta peraturan yang
ada. Suatu perubahan lingkungan bagi pemasaran bisa menjadi tantangan baru
yang membutuhkan tanggapan dan problem solving (pemecahan masalah) yang
baru juga, ataupun sebaliknya bisa berupa peluang untuk pengembangan usaha.
Diperlukan suatu keahlian yang bisa membedakan dan menjalankan aktivitas
32
pemasaran dalam suatu pencapaian tujuan perushaan serta dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan yang berubah. aktivitas pemasaran haruslah dikelola dan
dikoordinir dengan langkah yang tepat, maka timbullah istilah Manajemen
Pemasaran.
Manajemen pemasaran memerlukan sebuah pemasaran yang muncul
bukan hanya lantaran keinginan perusahaan. Keinginan konsumen lah yang harus
dipertimbangkan oleh para manajer pemasaran dalam konsepnya. Sebuah falsafah
bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan pemasaran di
suatu perusahaan harus diorganisasikan dan dikelola dengan baik, artinya
pimpinan harus merencanakan pemasaran secara menyeluruh. Untuk itu perlu
falsafah yang dapat memberikan tuntunan kepada usaha pemasaran, sehingga
akan tercapai keseimbangan antara kepentingan organisasi, konsumen, dan
masyarakat. Falsafah tersebut diimplementasikan dalam bentuk konsep untuk
memudahkan pemahaman. Sehubungan dengan itu dikenal konsep dalam
manajemen pemasaran, yaitu:
2.1.6.1.Konsep Produksi
konsep produksi beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang gampang diperoleh dan sangat terjangkau, karenanya manajemen harus
berfokus pada perbaikan efisiensi produksi dan distribusi. Konsep ini adalah salah
satu falsafah tertua yang menjadi pedoman penjualan (Kotler dan Amstrong,
2001: 19). Konsep itu menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang
tersedia di mana-mana dan murah. Manajer dari bisnis yang berorientasi produksi
33
berkonsentrasi pada mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan
distribusi masal. Konsep produksi masih menjadi falsafah yang bermanfaat dalam
dua tipe situasi: (1) Ketika permintaan produk melebihi penawaran, manajemen
harus mencari cara meningkatka produksi. (2) Ketika biaya produk terlalu tinggi,
perbaikan produktivitas diperlukan untuk menurunkannya.
2.1.6.2.Konsep Produk
Konsep produk menyatakan bahwa akan lebih menyukai produk-produk
yang menawarkan fitur-fitur paling bermutu, berprestasi atau inovatif. Karenanya
suatu organisasi harus mencurahkan tenaga untuk melakukan perbaikan produk
secara terus menerus. Para manajer dalam organisasi ini berfokus pada membuat
produk yang superior dan meningkatkannya sepanjang waktu.
2.1.6.3.Konsep Penjualan
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis jika
ditinggalkan biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk-produk
organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan
promosi yang agresif. Banyak organisasi mengikuti konsep penjualan yang
beranggapan bahwa konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk
perusahaan kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan
promosi dalam skala besar.
Kebanyakan perusahaan mempraktikkan konsep penjualan ketika mereka
kelebihan kapasitas. Tujuan mereka adalah untuk menjual apa yang telah mereka
buat dan bukan membuat apa yang diinginkan pasar. Pemasaran seperti ini
beresiko tinggi. Konsep ini terfokus pada penciptaan transaksi penjualan dan
34
bukannya membangun hubungan jangka panjang dan menguntungkan dengan
pelanggan. Konsep ini berasumsi bahwa pelanggan yang terbujuk membeli
produknya akan menyukainya atau jika mereka tidak suka, mereka akan
melupakan kekecewaan mereka dan akan membelinya lagi di lain waktu. Asumsi-
asumsi mengenai pelanggan ini sangat keliru.
2.1.6.4.Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif
dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler
dan Keller, 2001:23). Konsep ini berfokus pada kebutuhn pelanggan,
mengkoordinasikan semua aktifitas pemasaran yang mempengaruhi pelanggan
dan membuat laba dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan
pelanggan berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran,
perusahaan membuat apa yang diinginkan pelanggan, dan karenanya memuaskan
pelanggan dan menghasilkan laba.
2.2 Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan peletak dasar pertama dan utama
dalam pengembangan pribadi anak, baik berkaintan dengan karakter, kemampuan
fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, spiritual, disiplin diri, maupun
kemandirian. Oleh karena itu, dalam memberikan layanan pendidikan perlu
dipahami karakteristik perkembangan serta cara-cara anak belajar dan bermain.
Untuk kepentingan tersebut, para orang tua dan guru di samping perlu memiliki
35
pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi pendidikan juga dituntut untuk
memahami psikologi perkembangan anak dan psikologi belajar. Psikologi
dimaksud adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku anak usia dini dalam
konteks pendidikan, belajar, dan perkembangan (Mulyasa, 2012:43).
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang Pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan Anak Usia Dini dalam hal ini hanya berfungsi sebatas
membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan
terpadu. Pendidikan Anak Usia Dini secara khusus bukan bertujuan memberikan
pengetahuan kognitif sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan
fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptive (bersahabat).
sifat pendidikannya lebih familiar (kekeluargaan), komunikative (menyenangkan),
36
dan yang paling utama lebih persuasive (seruan/ajakan). Selama proses
pembelajaran tidak dikenal istilah-istilah pemaksaan, tekanan atau ancaman yang
dapat mengganggu kejiwaan ana. Situasi dan kondisi ini memang sengaja
direkayasa dan diciptakan dengan tujuan agar anak mendapatkan ketenangan,
kenyamanan dan kesenangan dalam belajar, serta mampu mengekspresikan
dirinya secara lebih bertanggung jawab (Muliawan, 2009: 16-17).
Bloom mengemukakan bahwa separuh potensi manusia sudah terbentuk
ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun dan 30% terbentuk pada usia
4-8 tahun. Dengan demikian, 80% potensi manusia tersebut terbentuk dalam
kehidupan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, disiplin,
kebiasaan, karakter, kemampuan dan kepribadian seseorang sangan bergantung
pada orang tua dan lingkungan sekitar rumahnya. Makanan dan pendidikan yang
diberikan oleh orang tua akan turut membentuk kepribadian anak, menentukan
pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohaninya, serta mewarnai sikap dan
perilakunya. Hal ini sejalan dengan Sisdiknas yang mengemukakan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan, pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak siap memasuki pendidikan dasar. Selain itu,
Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses
pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara
menyeluruh yang mencakup aspek fisik, dan nonfisik dengan memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani. moral, spiritual, motorik, emosional, dan
37
sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Dengan demikian, Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sarana untuk
menggali dan mengembangkan berbagai potensi anak agar dapat berkembang
secara optimal.
PAUD dapat dijadikan sebagai cerminan untuk melihat keberhasilan anak
di masa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik sejak dini memiliki
harapan lebih besar untuk meraih kesuksesan masa depan, sebaliknya anak yang
tidak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan
yang cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional) Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Satuan pendidikan anak usia dini
merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan
pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada
38
beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh
masyarakat luas, yaitu:
a. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)
TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6
tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5
tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun.
Taman Kanak-Kanak merupakan jenjang pendidikan setelah play group
sebelum anak masuk sekolah dasar. Pada saat ini TK bukan jenjang pendidikan
wajib dan tidak termasuk dalam progam wajib belajar pendidikan dasar.
Meskipun demikian, keberadaannya telah memberikan sesuatu yang cukup berarti
bagi penyiapan anak usia dini memasuki pendidikan dasar (Mulyasa, 2012:55).
b. Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalurpendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun
(Sujiono, 2009:23).
Kelompok Bermain (Play Group) merupakan tempat bermain dan belajar
bagi anak-anak sebelum memasuki Taman Kanak-kanak. Pada umumnya
Kelompok Bermain menampung anak-anak normal dalam rentang usia 3-4 tahun.
Kelompok Bermain betujuan mengembangkan seluruh aspek fisik, mental, emosi,
dan sosial anak. Isi progam merupakan penjabaran visi dan misi, serta tujuan
Kelompok Bermain (Mulyasa, 2012: 54)
39
c. Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman Pengasuhan Anak adalah lembaga kesejahteraan sosial yang
memberikan layanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan dan pendidikan
bagi anak balita selama anak tersebut ditinggal kerja oleh orang tuanya. TPA
bertujuan membantu orang tua agar dapat bekerja dengan tenang sehingga
mencapai prestasi yang optimal. Selain itu, juga menghindari anak dari
kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan
sosialnya. TPA umumnya melayani titipan anak usia 2 bulan sampai dengan usia
5 tahun (Mulyasa, 2012: 54).
Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan pembainaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka
waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang
cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain (Sujiono,
2009:24).
Menurut Sujiono (2009, 42-43) secara umum tujuan pendidikan anak usia
dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan
untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus
tujuan pendidikan anak usia dini adalah:
a. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai
sesamanya.
40
b. Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan
motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.
c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan
belajar.
d. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah
dan menemukan hubungan sebab akibat.
e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan
masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu
mengembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.
f. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta
menghargai karya kreatif.
Dalam PAUD, anak merupakan subjek sekaligus objek dalam kegiatan
pembelajaran. Inti dari proses pembelajaran adalah kegiatan belajar anak didik
dalam mencapai suatu tujuan, yang memerlukan usaha aktif untuk mencapainya.
Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut secara fisik tetapi juga psikisnya. Jika
hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini sama halnya anak
didik tidak belajar, karena tidak merasakan perubahan dalam dirinya, padahal
belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi setelah individu melakukan
aktivitas belajar (Mulyasa, 2012:62).
Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak aktif bereksplorasi, bertanya,
41
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Hakikat belajar merupakan proses
aktif dari anak didik dalam membangun pengetahuan. Partisipasi aktif anak didik
sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya, dan masyarakat lingkungan.
Dalam implementasinya, PAUD memerlukan dukungan dari berbagai
pihak seperti pemerintah, masyarakat maupun orang tua. Keterlibatan ini sangat
membantu perkembangan anak, terutama dalam perkembangan aspek sosial
emosional. Untuk itu, guru dan orang tua membutuhkan pemahaman yang baik
terhadap perkembangan anak, memahami bagaimana anak berubah sepanjang
hidupnya, baik perubahan fisisk, perilaku maupun kemampuan berfikir (thinking
skill) sehingga pembelajaran yang baik dilakukan berdasarkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Pemahaman ini akan mendorong keterlibatan berbagai
pihak secara optimal, dan akan sangat membantu suksesnya Pendidikan Anak
Usia Dini.
2.3 Manajemen Pemasaran Pendidikan Anak Usia Dini
Manajemen dilembaga PAUD sangat dibutuhkan oleh setiap lembaga
PAUD agar proses pelayanan terhadap masyarakat dalam bidang PAUD terlayani
dengan baik. Khususnya bagi orang yang memimpin pada sebuah lembaga PAUD
diharapkan dapat memahami ilmu manajemen dilembaga PAUD.
Promosi atau memasarkan PAUD berbeda dengan penjualan. Pemasaran
lebih menekankan pada gagasan untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui
produk yang dihasilkan dengan segala keunggulannya. Sedangkan penjualan lebih
42
menekankan pada mencari untung dari barang dagangan yang diambil dari
produsen yang kemudian dijual kepada konsumen. Pemasaran lembaga PAUD
selalu menekankan pada perbaikan mutu pendidikan, evaluasi progam
pembelajaran, peningkatan layanan tumbuh kembang anak.
Dengan demikian, semakin tinggi partisipasi masyarakat, membuktikan
semakin tinggi tingkat profesionalisme sebuah lembaga PAUD. Sebaliknya,
menurunnya partisipasi masyarakat terhadap lembaga menjadi pertanda bahwa
lembaga PAUD tersebut sedang mengalami penurunan profesionalitas.
Sasaran pemasaran atau promosi lembaga PAUD adalah para orang tua
yang memiliki anak usia dini dan sedang mencari lembaga PAUD. Mereka adalah
konsumen atau calon pembeli jasa edukasi di lembaga PAUD yang sangat
potensial. Konsep dasar PAUD selalu diawali dengan pemahaman secara utuh
tentang tujuan kelembagaan PAUD yang telah ditetapkan jauh-jauh hari
sebelumnya. Tujuan itu sendiri telah dirumuskan dari visi misi kelembagaan yang
disusun pendiri lembaga PAUD yang bersangkutan (Suyadi, 2011:53).
Visi dan misi lembaga PAUD merupakan media paling sederhana untuk
mengenalkan PAUD kepada konsumen (orang tua yang memiliki anak usia dini).
Setelah konsumen mengenal lembaga PAUD yang dipromosikan, maka mereka
akan tertarik untuk menelisik lebih dalam tentang lembaga PAUD yang
bersangkutan mulai dari sarana prasarana, kurikulum, tenaga kependidikan, dan
lain-lain. Semua komponen PAUD tersebut akan meyakinkan konsumen bahwa
lembaga PAUD yang bersangkutan benar-benar berbeda dengan lembaga-
lembaga yang lain, bahkan memiliki nilai lebih. Perbedaan dan nilai lebih inilah
43
yang akan meyakinkan para konsumen untuk memilih lembaga PAUD yang
dipromosikan tersebut (Suyadi, 2011: 54).
Ketika seluruh komponen PAUD yang tercermin dalam visi dan misi
berhasil meyakinkan hati konsumen, maka manajemen pemasarn PAUD bisa
disebut berhasil. Sebab, mereka telah menjatuhkan pilihannya untuk membeli jasa
edukasi lembaga PAUD yang dipromosikan tersebut (Suyadi, 2011:54). Dalam
menjalankan suatu promosi lembaga pendidikan, maka dibutuhkan suatu media
untuk mendukung berjalannya kegiatan promosi dengan lancar. Media
manajemen pemasaran PAUD antara lain:
a. Brosur
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, brosur adalah terbitan tidak berkala
yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan
terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu
(antara lain dengan staples, benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi
tidak menggunakan jilid kertas. Sedangkan menurut definisi UNESCO, brosur
adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali
terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di
luar perhitungan sampul.
Menurut pendapat Suyadi (2011:55) yang menyatakan bahwa brosur
adalah selebaran kertas yang berisi profil lembaga PAUD yang dipromosikan.
Profil kelembagaan mencakup nama lembaga, visi-misi, motto, progam
pembelajaran, progam tambahan, daftar tenaga kependidikan (guru), agenda,
biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Semakin lengkap komponen lembaga
44
PAUD yang bersangkutan, semakin menarik brosur tersebut untuk dibaca para
konsumen.
Menurut Hapidin, dkk (2010: 9.3), brosur merupakan salah satu media
pemasaran yang umum dan sudah sering kita kenal. Brosur dapat terdiri dari
selembar kertas atau dapat pula berupa sebuah katalog yang terdiri dari 32
halaman. Pilihan banyaknya jumlah halaman kertas untuk brosur dapat
disesuaikan dengan isi pesan yang akan disampaikan.
Pesan yang dapat disampaikan melalui brosur antara lain tentang visi dan
misi lembaga, kurikulum, sarana dan prasarana, kualifikasi tenaga pengajar,
prestasi yang telah dicapai oleh alumni, biaya yang harus dibayarkan anak
perbulan, dan lain sebagainya (Hapidin, dkk 2010: 9.4). Kualitas cetakan brosur
yang baik dan warna yang menarik terlebih jika dilengkapi dengan gambar-
gambar anak yang sedang semangat belajar akan menarik konsumen untuk
membacanya secara lebih detail. Hal ini akan mengesankan bahwa lembaga
PAUD yang bersangkutan benar-benar benar-benar bersungguh-sungguh dalam
memberi layanan tumbuh kembang anak secara optimal. Semakin detail calon
konsumen membaca brosur lembaga PAUD yang dipromosikan, semakin besar
kemungkinan mereka akan tertarik pada lembaga PAUD tersebut. Jika mereka
tertarik, maka manajemen pemasaran tersebut berhasil.
b. Poster
Wikipedia bahasa Indonesia, poster atau plakat adalah karya seni atau
desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran
besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar
45
lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster
biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
Poster adalah selebaran iklan berukuran besar yang dipampang di tempat-
tempat pengumuman strategis untuk dibaca (Suyadi, 2011:56). Sedangkan
menurut Hapidin, dkk (2010: 9.4), poster merupakan salah satu media pemasaran
yang dapat juga digunakan untuk memperkenalkan lembaga pendidikan TK
kepada khalayak. Poster dan brosur memiliki persamaan meskipun terdapat
beberapa perbedaan yaitu sama-sama berisi tentang profil lengkap lembaga
PAUD yang dipromosikan, hanya saja poster berukuran lebih besar daripada
brosur. Memasang poster di pinggir jalan maka ukuran dan desain layout juga
berbeda dibandingkan memasang poster di angkutan umum. Pesan yang
disampaikan di poster umumnya tidak sebanyak pesan yang disampaikan dalam
sebuah brosur. Pesan-pesan dalam poster harus merupakan informasi yang paling
penting. Desain poster harus dapat langsung menarik minat orang-orang yang
melihatnya. Pilihan kata dalam poster juga harus mampu menumbuhkan minat
orang agar semakin tahu bagaimana lembaga pendidikan yang ditawarkan.
Semakin banyak poster yang tersebar dan terpampang di tempat-tempat
strategis, semakin besar kemungkinan poster tersebut dibaca banyak orang dari
sekian banyak pembaca poster, sebagian besar diantara mereka akan tertarik dan
penasaran. Bahkan ketertarikan dan rasa penasaran tersebut mampu
menggerakkan hati konsumen untuk melangkahkan kaki menuju PAUD yang di
promosikan tersebut. Ketika mereka benar-benar datang di lembaga PAUD,
mereka akan menggali lengkap tentang lembaga PAUD tersebut. Ketika itulah
46
pihak manajemen pemasaran lembaga PAUD bisa menjelaskannya secara
langsung atau cukup memberikan brosur pemasaran PAUD.
c. Iklan Cetak
Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai
agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Pemberitahuan kepada
khalayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang dimedia massa seperti
koran dan majalah, atau di tempat-tempat umum (Kamus besar bahasa
Indonesia).
Iklan cetak adalah media promosi dalam media massa yang dicetak dalam
jumlah besar dan beredar luas di masyarakat. Iklan melalui media cetak ini
menjadi sangat efektif karena yang akan mengenal lembaga PAUD tidak hanya
sebatas masyarakat setempat, tetapi jauh di luar masyarakat tempat lembaga
PAUD didirikan. Semakin banyak yang membaca iklan tersebut, semakin besar
kemungkinan para orang tua yang mempunyai anak usia dini tertarik untuk
mempercayakannya ke lembaga PAUD yang dipromosikan tersebut (Suyadi,
2011: 57). Sedangkan menurut Hapidin, dkk (2010: 9.5), iklan cetak adalah
alternatif lain yang digunakan untuk mempromosikan Lembaga pendidikan TK.
Iklan cetak akan muncul di majalah-majalah, surat kabar baik lokal maupun
nasional. Iklan cetak memiliki jangkauan yang lebih luas.
Biaya yang akan dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang ingin
menggunakan iklan cetak harus dihitung secara cermat. Mengingat besarnya biaya
yang harus di keluarkan, desain iklan cetak harus dibuat sehemat dan semenarik
mungkin. Setiap sentimeter iklan cetak dalam majalah dan surat kabar harus
47
menggunakan biaya, maka desain iklan cetak harus menarik dan tidak bertele-tele.
Pesan yang disampaikan harus seoptimal mungkin dalam bahasa yang lugas dan
bermakna. Jika ingin maka pilihan warna juga harus didesain agar iklan tetap
terkesan elegan dan menarik untuk dibaca.
Jika dibandingkan dari sisi biaya, promosi dengan iklan cetak jauh lebih
mahal daripada biaya promosi dengan media lain. Oleh karena itu, pihak
manajemen pemasaran PAUD harus mempertimbangkan kekuatan anggaran biaya
pemasaran dengan anggaran-anggaran yang lain. Jika konsumen PAUD hanya
pada lingkungan sekitar, sebaiknya tidak menggunakan iklan cetak untuk
pemasaran dan cukup dengan brosur atau poster. Selain itu, untuk memperlancar
promosi lembaga PAUD juga dibutuhkan strategi. Karena tanpa adanya strategi
suatu lembaga tidak akan berjalan dengan baik.
Strategi manajemen pemasaran PAUD diantaranya yaitu:
1. Strategi Produk
Lembaga pendidikan tidak menjual produk, hal ini dikarenakan lembaga
pendidikan tidak seperti pabrik yang menciptakan banyak produk (barang) yang
secara nyata memiliki ciri fisik dan penampilan produk yang jelas. Lembaga
pendidikan berfokus pada jasa, khusunya progam pelayanan pendidikan bagi anak
usia dini atau usia 0-6 tahun. Produk sebagai strategi pemasaran di lembaga
PAUD adalah layanan optimalisasi perkembangan anak. Strategi ini tidak dapat
langsung diamati. Sebab, anak usia dini sedang mengalami proses dinamisasi
perkembangan yang sangat pesat. Optimalisasi perkembangan anak baru bisa
48
dilihat ketika mereka masuk SD dan seterusnya yang menunjukkan kematangan
mental (Suyadi, 2011:58).
Strategi produk merupakan output atau outcome lembaga PAUD, sehingga
anak-anak dapat menapaki jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya secara matang.
Kesiapan anak-anak PAUD yang telah matang secara mental dan optimum secara
tumbuh kembang itulah yang disebut dengan produk lembaga PAUD (Suyadi,
2011: 58).
Meskipun lembaga Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga yang
menawarkan jasa, tetap menerapkan strategi produk dengan tetap memperhatikan
beberapa konsep. yaitu:
a. Menekankan ketidakpastian
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini tidak dapat mengukur dengan pasti
kemampuan anak. Hal ini dikarenakan dimensi perkembangan anak masih akan
terus tumbuh. Sebagai lembaga Pendidikan Anak Usia Dini hanya menanamkan
fondasi atau meletakkandasar kepribadian agar anak-anak menjadi sosok manusia
yang lebih baik di kemudian hari. Stimulasi pendidikan dan penanaman kasih
sayang pada usia dini diharapkan akan terlihat ketika anak tumbuh dewasa.
Pendidikan Anak Usia Dini ibarat perusahaan yang tidak dapat memberikan
garansinya secara langsung yang dapat dilihat hasilnya. Diperlukan sekian tahun
kemudian untuk melihat perkembangan anak-anak ketika mereka dewasa.
b. Memahami problem (masalah)
Sebagai pengelola lembaga Pendidikan Anak Usia Dini harus memahami
problem (masalah) utama konsumen, yaitu orang tua murid. Masalah terbesar
49
yang menjadi orang tua siswa adalah kemampuan calistung (membaca, menulis,
menghitung) untuk anak mereka. Sebagai pihak yang memahami konsep
Pendidikan Anak Usia Dini harus mampu memberikan pemahaman kepada orang
tua agar mereka tidak memaksa anak untuk bisa melakukan sesuatu. Pemahaman
yang benar mengenai konsep dalam mendidik anak dapat disosialisasikan kepada
orang tua.
c. Menekankan pembelian profesionalitas
Sebagai lembaga pendidikan bagi anak usia dini, pendidik harus dapat
memberikan arti kepada orang lain. Dengan kata lain, lembaga pendidikan yang
dikelola harus dapat memberikan manfaat bagi orang tua, anak-anak dan
lingkungan di sekitar. Agar dapat memberikan arti bagi banyak pihak, maka
lembaga pendidikan harus memiliki staf dan guru yang berkualitas.
Jika lembaga PAUD ingin menggunakan strategi produk sebagai sarana
pemasaran, maka proses pembelajaran PAUD harus berorientasi jangka panjang.
Artinya, kurikulum lembaga PAUD tidak hanya menekankan optimalisasi
perkembangan sesaat dengan cara memaksakan aspek tertentu, tetapi lebih kepada
penyesuaian kemampuan anak secara bertahap dan berkesinambungan.
2. Strategi Biaya
Strategi biaya atau harga pendidikan di lembaga PAUD harus bersifat
fleksibel. Artinya, pihak manajemen hendaknya dapat mengestimasi dana,
sehingga biaya pendidikan di lembaga PAUD dapat terjangkau oleh konsumen
(orang tua yang mempunyai anak usia dini). Pihak manajemen juga harus
mempertimbangkan fasilitas dan sarana prasarana yang tersedia (suyadi, 2011:59).
50
Sedangkan menurut Hapidin, dkk (2010: 3.15), bahwa strategi harga
adalah bagaimana suatu lembaga pendidikan menetapkan harga yang harus
dibayar oleh orang tua kepada lembaga / SPP. Sebagai pengelola harus dapat
memperkirakan dengan cermat agar lembaga pendidikan harus tetap bagus dari
progam pelayanan pendidikan, tetapi juga dengan harga yang sesuai untuk target
market.
Biaya mahal bisa terkesan murah karena fasilitas dan sarana prasarana
pendidikan yang sangat lengkap. Sedangkan biaya pendidikan terkesan sangat
mahal meskipun dari sisi nominal sangat murah hal ini dikarenakan fasilitas dan
sarana prasarana sangat terbatas. Yang menjadi tugas utama pihak manajemen
PAUD adalah mengestimasi biaya lembaga PAUD yang sesuai dengan
kemampuan orang tua tetapi dapat mencukupi biaya operasional seluruh
kelembagaan PAUD.
Lembaga pendidikan harus tetap mendapatkan keuntungan atau laba untuk
membayar gaji, bonus dan tunjangan kesejahteraan bagi guru dan staf, membiayai
operasional lembaga pendidikan seperti biaya telepon, pembelian APE dan
sebagainya. Disisi lain lembaga juga bersaing sehat dengan lembaga pendidikan
sejenis. Lembaga harus pandai menetapkan harga agar konsumen tetap loyal
kepada lembaga pendidikan kita.
3. Strategi Distribusi
Dalam teori ekonomi, strategi distribusi adalah pemindahan barang atau
produk dari industry kepada konsumen di pasar. Dalam konteks PAUD, strategi
distribusi adalah pemindahan seluruh komponen PAUD (guru, letak bangunan,
51
sarana prasarana) langsung kepada konsumen. Artinya, strategi distribusi antara
perusahaan atau industri berbeda dengan strategi industri pada lembaga PAUD
(Suyadi, 2011:60).
Jika strategi distribusi dalam perusahaan diantar dengan alat-alat
transportasi, maka strategi lembaga PAUD langsung dari pihak manajemen
PAUD kepada anak-anak dan orang tua. Artinya, lembaga PAUD harus berdiri
ditengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat sendirilah yang mengambil
atau memanfaatkan lembaga yang ada (Suyadi, 2011: 60). Semakin strategis letak
suatu lembaga, semakin besar potensi keberhasilan strategi distribusi yang
dijalankan. Sebaliknya semakin terpencil sebuah lembaga pendidikan berdiri,
semakin sulit pihak manajemen menggunakan strategi distribusi ini.
Dalam bidang ekonomi saluran ekonomi atau saluran pemasaran
mempunyai fungsi untuk memindahkan produk atau jasa dari produsen ke
konsumen. Pola pemasaran untuk lembaga pendidikan bersifat sangat personal
seperti perusahaan jasa. Karena akan berhubungan langsung dengan anak-anak
yang belajar dilembaga. Oleh karena itu perlu memperhatikan faktor lokaso
lembaga PAUD dan kualifikasi guru dan staf lembaga.
Letak lokasi lembaga pendidikan harus berlokasi yang sangat strategis dan
mudah dijangkau anak-anak. Menurut Dedker (Hapidin, dkk. 2010: 3.17), lokasi
pendidikan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Lokasi bangunan itu berada merupakan aspek perencanaan yang penting.
Lokasi sabaiknya berada di lingkungan yang strategis dan dekat dengan pusat
52
pelayanan umum, namun selalu diusahakan agar tidak mengganggu anak
dalam belajar dan bermain.
b. setiap sarana dan prasarana seharusnya berorientasi pada anak dan tetap
nyaman bagi orang dewasa.
c. keamanan anak dan orang dewasa yang berada di lingkungan lembaga
terjamin.
d. pendidikan harus diprioritaskan.
e. Rancangan bangunan baik indoor maupun outdoor harus layak.
f. penataan yang variatif juga perlu dilakukan untuk menghindari ketertarikan
dan minat anak terhadap kegiatan.
g. dana harus tetap diperhitungkan dengan baik.
h. fleksibilitas ruang harus tertata sehingga menjadi pusat perhatian dalam
perencanaan., mengingat anak memiliki mobilitas yang tinggi.
4. Strategi Kreativitas dan Perlombaan
Strategi lain yang dapat digunakan adalah strategi kreativitas dan
perlombaan. Artinya, dalam mencari anak didik baru lembaga PAUD bisa
menyelenggarakan berbagai ajang kreativitas yang diminati banyak anak di
lingkungan PAUD. Di tengah-tengah serunya ajang kreativitas dalam perlombaan
itulah lembaga PAUD mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengenalkan
progam-progam lembaga PAUD. Strategi ini akan sangat efektif jika dilakukan
setiap awal tahun, khususnya setiap akan penerimaan anak didik baru.
53
2.4 Kerangka Berfikir
Berawal dari kondisi sosial keluarga dan masyarakat di Kecamatan Bodeh
yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yang berpendapatan rendah,
pendidikan orangtua pun berpengaruh terhadap pendidikan anak mereka. Jika
orangtua berpendidikan rendah dan berpenghasilan rendah mereka juga tidak
perduli terhadap pendidikan anaknya yang mengakibatkan sebagian besar anak-
anak di Kecamatan Bodeh tidak mengenyam Pendidikan Anak Usia Dini karena
yang terpenting adalah mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi dan takut bahwa biaya pendidikan mahal.
Hal ini merupakan suatu masukan untuk lembaga-lembaga PAUD yang
berada di Kecamatan Bodeh agar bagaimana semua anak pada usia 0-6 tahun
mendapatkan pendidikan yang layak pada usia mereka. Pengenalan dan
pemasaran lembaga PAUD kepada orang tua murid yang memiliki anak usia dini
tentang pentingnya pendidikan anak usia dini itu sangat penting. Kegiatan
pemasaran dapat melalui brosur, poster maupun iklan kecik di sekitar lingkungan.
Pendidikan kepala sekolah dan guru juga berpengaruh dalam
meningkatkan jumlah siswa didik. Dengan kreativitas dan inovasi-inovasi baru
disegala bidang pendidikan anak usia dini seperti dalam pemasaran maupun
pembelajaran dapat menarik hati orang tua yang mempunyai anak usia dini untuk
mensekolahkan di lembaga tersebut. Penampilan yang semenarik mungkin suatu
lembaga pendidikan seperti banyaknya gambar-gambar, permainan outdoor dan
indoor juga akan menjadikan anak-anak bersemangat untuk belajar.
54
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Strata sosial orang tua
Manajemen Pemasaran
Lembaga PAUD
Lingkungan
90
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan bahwa:
1. Pemasaran PAUD di Kecamatan Bodeh dilakukan dengan berbagai cara
seperti sosialisasi lewat pengajian, PKK, bahkan perangkat desa seperti lurah
setiap ada acara pertemuan rutin dengan warga sering di singgung tentang
pentingnya pendidikan anak usia dini. Selain itu pempromosian dilakukan
oleh guru dari rumah ke rumah warga, menjelaskan tentang pentingnya PAUD
agar setiap anak usia dini di desa tersebut semuanya mengikuti pendidikan.
Ketika dijalan bertemu dengan warga pun guru tidak segan untuk
mengenalkan atau mempromosikan PAUD ke warga tersebut. Posyandu juga
merupakan tempat penting dalam melakukan pempromosian karena semua
warga desa yang memiliki anak usia 0-5 tahun berada di tempat tersebut.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Pendukung
Faktor pendukung dalam Manajemen Pemasaran ini dengan adanya
peningkatan-peningkatan yang dimiliki oleh lembaga, salah satunya adalah
peningkatan sarana dan prasarana. Yang dahulunya hanya menumpang di
rumah warga, sekarang sudah memiliki gedung sendiri. Faktor pendukung lain
yaitu adanya peningkatan pendidikan guru, yang dahulunya untuk pengajar
PAUD lulusan SMP atau SMA di perbolehkan tetapi sekarang ada peraturan
91
untuk pendidik PAUD harus S1. Semakin baik kualitas pendidik maka
semakin baik pula kualitas anak didiknya. Faktor pendukung lain dalam
pemasaran adalah tidak adanya persaingan dengan lembaga lain karena di
setiap desa di Kecamatan Bodeh hanya memiliki satu lembaga
b. Penghambat
Kendala pemasaran adalah karena banyak orang tua anak usia dini
yang belum sadar pentingnya pendidikan dan kesibukan orang tua sebagai
petani dan perantau yang kurang memperdulikan anaknya. Kendala biaya juga
di alami oleh orang tua karena pendidikan anak usia dini Di usia 5 tahun di
Kecamatan Bodeh juga sudah menerimanya untuk masuk ke SD.
5.2. Saran
Hendaknya pemasaran lembaga PAUD di Kecamatan Bodeh lebih di
persering lagi. Saat tahun ajaran baru di desa tersebut masih ada anak usia dini
yang belum sekolah, pemasaran dari rumah ke rumah atau door to door sesegera
mungkin dilakukan jika memang cara itu adalah cara yang paling efektif sebagai
cara pemasaran di wilayah tersebut.
92
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Syaifuddin.2011.Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daft, Richard L, Nashville dan Tennessee. 2008. New Era Of Managemen.
Salemba Empat
Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Jakarta : Salemba Empat
Guiltinan, Joseph P, Gardon W Paul, Agus Maulana. 1990. Strategi dan Progam
Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Hapidin, dkk. 2010. Manajemen TK. Jakarta: Universitas Terbuka
Hasibuan, malayu S.P. 2006. Manajemen : dasar, pengertian dan masalah. Jakarta
: Bumi Aksara
Anonim, 2015. Letak Geografis Bodeh. Tersedia dalam
http://www.pemalangkab.go.id/kecbodeh/?p=16. diakses pada 1/11-2015.
Anonim, (2015). Pengertian Pemasaran. Tersedia dalam
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03pengertian-pemasaran-
menurut-para-ahli.html. diakses pada 18/6-2015.
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Indonesia: PT
Mancanan Jaya Cemerlang.
Kotler, Philip, Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muhadjir.2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Rake Sarasin
Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muliawan. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-kanak. Jogjakarta:
DIVA Press
Nuryadin, Asli. 2012.Manajemen Perusahaan. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo
Prasetyo Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
93
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suyadi, M.pd.I. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Usmara, Usi. 2008. Pemikiran Kreatif Pemasaran. Yogayakarta: Amara Books.
166
Papan yang telah lepas