Post on 16-Apr-2017
MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER
“MASSAGE”
Disusun
OLEH :
1. Bella Mellynda
2. Eka Fitri Maryani
3. Endro Susanto
4. Iin Mega Lestari
5. Riadinata
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2013-2014
1
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT,karena berkat rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini
dengan baik sehingga makalah yang berjudul ”Massage” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Dalam menyelesaikan Makalah ini penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. selaku dosen mata kuliah Terapi Komplementer
2. Rekan-rekan dari Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis
merasa berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan masukan
bagi perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik
guna kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam study Terapi Komplementer,
baik bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga
Allah swt menjadikan makalah ini berguna bagi kita semua amin,
Wassalmu’alaikum wr.wb
Pringsewu, 24 September2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi....................................................................................................... 2
2.2 Sejarah....................................................................................................... 3
2.3 Cara Kerja................................................................................................. 3
2.4 Implikasi Keperawatan............................................................................ 5
2.5 Penelitian ...................................................................................................
2.6 Vidio ...........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut
membutuhkan energi dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang
bawah. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80%
setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri pada daerah pinggang
bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan
pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam Ismiyati, 1997).
Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low
Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia,
baik di negara maju maupun di negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003
dalam Shocker, 2008). Dari hasil penelitian Cropcord Indonesia (2004)
menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis kelamin pria prevalensinya sebesar
18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan dari populasi pernah
mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih selama hidupnya antara 60%
hingga 90% (Setyohadi, 2005).
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi
nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan siklooksigenase
inhibitor (COX inhibitor) sering menimbulkan efek samping yaitu gangguan
gastrointestinal (Kozier, 2004). Selain itu, penggunaan jangka panjangnya dapat
mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi dan
gangguan ginjal (Daniel, 2006).
Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri. Salah satu langkah sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan
menggunakan stimulus kutaneus adalah dengan melakukan masase dan sentuhan.
Masase dan sentuhan merupakan tehnik integrasi sensori yang mempengaruhi
4
aktifitas sistem saraf otonom (Meek, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Apabila
individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan
muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat penting dalam membantu klien untuk
meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketakutan serta stres
akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & Perry,
2005). Selain itu rileks juga membantu mengurangi rasa cemas, sehingga
mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Long, 1996).
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui Definisi
1.2.2 Untuk mengetahui Sejarah
1.2.3 Untuk mengetahui Cara Kerja
1.2.4 Untuk mengetahui Implikasi Keperawatan
1.2.5 Untuk mengetahui Penelitian
1.2.6 Untuk mengetahui Vidio
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang artinya “menekan dengan
lembut” atau dari kata Yunani “massien” yang berarti “memijat atau melulut”.
Akan tetapi istilah yang paling populer yang digunakan adalah dalam bahasa
Perancis “masser” yang artinya “menggosok”. Menurut pengertiannya massase
yang berasal dari bahasa Inggris “massage” adalah pemijatan, pengurutan dan
sebagainya pada bagian-bagian badan tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus
untuk melancarkan peredaran darah sebagai cara pengobatan atau untuk
menghilangkan rasa lelah.
Menurut Tairas (2000: 1-2), massage adalah suatu metode refleksiologi yang
bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, yakni dengan genjotan-
genjotan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentrarefleks.
Hal senada diutarakan oleh C.K Giam (1993: 172) massage adalah manipulasi
jaringan lunak tubuh. Manipulasi ini dapat mempengaruhi sistem saraf, otot,
pernafasan, sirkulasi darah, dan limfa secara lokal maupun umum. Massage
menghasilkan suatu stimulus pada jaringan tubuh dengan cara menekan dan
meregangkan. Penekanan menyebabkan kompresi jaringan lunak dan mengubah
ujung-ujung saraf yang berupa jaringan reseptor, sedangkan peregangan
memberikan ketegangan pada jaringan-jaringan lunak.
6
Menurut Mumford (2001: 10) massage adalah rangkaian yang terstruktur dari
tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti lengan bawah
dan siku dapat digunakan untuk melakukan manipulasi di atas kulit, terutama pada
bagian otot dengan gerakan mengurut, menggosok, memukul, dan menekan.
Menurut Harrold (1992: 8) massage adalah teknik pengobatan yang tertua dari
model pengobatan ortodoks atau pengobatan-pengobatan lainnya. Massage
merupakan gabungan dari teknik pengobatan dan tindakan instingtif.
Menurut Harrold (1992: 16) massage merupakan tindakan instingtif dan
pengobatan yang berdasarkan intuisi (gerak hati). Pada perkembangan selanjutnya
teknik mengurut dan teknik-teknik yang lainnya berkembang dan memiliki
pengaruh yang spesifik pada pemberiannya.
Menurut Katsusuke (1996: 61) massage atau pijat didasarkan pada ide bahwa
jantung ialah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara pengobatannya mengikuti
sistem peredaran darah, terutama nadi-nadi arteri, dan bergerak masuk ke dalam
dari ujung tubuh menuju jantung.
2.2 Sejarah
Sejarah Perkembangan Masase
Masase sebagai cara pengobatan, telah dikenal sejak zaman pra sejarah
oleh berbagai suku bangsa di dunia. Data-data menunjukkan bahwa usia masase
sama tuanya dengan peradaban manusia.
Cacatan sejarah menunjukkan bahwa bangsa Cina telah mengenal masase
kurang lebih 3.000 tahun sebelum masehi. Dalam ajaran-ajaran Kung Fhu Tzu,
diketahui bahwa masase telah dipergunakan bukan semata-mata untuk
pemeliharaan kesehatan saja tetapi juga sebgai salah satu cara pengobatan.
Demikian pula masase juga dikenal oleh bangsa Yunani purba yang menggunakan
7
masase sebagai bentuk kemewahan setelah melakukan latihan-latihan gymnastik
untuk membentuk keindahan tubuh.
Bapak dari ilmu kedokteran yaitu Hippocrates (430-360 SM)
menggunakan masase untuk para pasiennya, disamping dengan sinar matahari,
mandi air panas, serta latihan-latihan badan untuk menyembuhkan kekuatan pada
sendi dan otot-otot yang lemah.
Menurut Hipocrates “Bahwa seorang dokter harus memiliki keterampilan
dalam banyak hal, lebih-lebih dalam menggunakan masase”. Masase dapat
menguatkan sendi-sendi yang lemah dan melemaskan sendi-sendi yang kaku.
Dalam mempraktekkan masase, beliau menggunakan istilah “Anaptripsis” yang
berarti pemijatan menuju ke arah jantung, yaitu mulai dari kaki menuju ke atas,
sedangkan dari atas yaitu kepala atau leher ke bawah ke arah jantung. Hal ini
merupakan suatu bukti adanya dasar ilmiah dalam melakukan masase pada jaman
itu.
Pada abad XVI pengetahuan tentang anatomi semakin maju, hal tersebut
semakin menambah gairah dari pemakaian masase. Pada tahun 1975, seorang
dokter berkebangsaan Perancis yaitu Ambroise Para menjelaskan tentang teknik
serta efeknya masase friction yang lembut, sedang dan kaku dan menganjurkan
untuk salah sendi (dislokasi).
Pada tahun-tahun berikutnya masase semakin mengalami perkembangan,
apalagi setelah Pehr Hendrik Ling (1976-1839) yang berkebangsaan Swedia
menciptakan Gymnastic Sistem Swedia yang sekarang lebih dikenal dengan
Masase Sistem Swedia. Ling menyusun Gymnasticnya dalam empat bentuk
yaitu : educational gymnastic, military gymnastic, medical gymnastic, dan
aesthetic gymnastic.
Tahun 1913 Ling mendirikan “Central Instituteof Gymnastic” di
Stocholm, ia mengajar sampai saat meninggalnya pada tahun 1839. Ling dan para
8
pengikutnya telah banyak berjasa dalam memajukan masase tidak hanya di
Swedia tetapi juga di beberapa Negara Eropa.
Menjelang akhir abad XIX masase telah benar-benar mempunyai
kedudukan yang baik di dalam dunia pengobatan. Dr. Mezger dari Amsterdam
adalah dokter terkenal yang menyebarluaskan masase bahkan ia sendiri bertindak
sebagai masseur. Sejak saat itu masase menjadi suatu cara perawatan yang
terkenal di Eropa dan Amerika.
Pada tahun 1894 kaum wanita di Inggris membentuk perhimpunan
Masseuse yaitu “The Sociaty of Trained Masseuse” dengan tujuan meningkatkan
standar masase dan memperbaiki status wanita yang memilih masase sebagai
profesinya. Perhimpunan tersebut kemudian bergabung dengan “The Institut of
Massage And Remedial Exercice” yang akhirnya membuat peraturan untuk
menyelenggarakan pendidikan dan ujian. Pada waktu itu di kota Manchester
anggotanya telah mencapai 5.000 orang. Masase dan Medical Gimnastycnya terus
berkembang dan dipergunakan secara luas sebagai Physical Treatment untuk
melengkapi perawatan dengan pengobatan dan pembedahan.
Perkembangan Masase di Indonesia
Di Indonesia, masase telah dikenal dengan sebutan bahasa daerah : pijat,
urut atau lulut dan telah lama dikenal sejak jaman kuno oleh nenek moyang kita
dengan sebutan “dukun pijat” atau “dukun urut”. Dukun pijat sebagai orang yang
mempraktekkan pijat sering ditafsirkan bermacam-macam, antara lain :
1. Dukun pijat adalah orang yang menyegarkan tubuh (raga) dari rasa lelah
atau penat.
2. Dukun pijat adalah orang yang menangani patah tulang, terkilir atau salah
urat, kemudian lebih dikenal dengan dukun sangkal putung.
3. Dukun pijat dapat pula sebagai masseur atau ahli masase, yang umumnya
menangani olahragawan.
4. Dukun pijat diartikan pula sebagai dukun alusan atau pijat alus karena
pemijatnya terdiri dari wanita yang umumnya berparas cantik.
9
Dalam melakukan pemijatan seorang dukun pijat memperoleh keahliannya
karena bakat, keturunan dan pengalaman prateknya. Semakin tua, si dukun
dianggap ahli oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggapan bahwa dengan
berpantang dan berpuasa kemampuan seorang dukun pijat akan semakin
bertambah. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik-
teknik pijat sebagai salah satu upaya penyembuhan alternatif juga mengalami
kemajuan.
Di Indonesia, kiranya pijat atau lulut yang sekarang dikenal dengan nama
“masase” sudah bukan hal yang asing lagi, karena di setiap daerah sampai ke
pelosok-pelosok pun dapat dengan mudah ditemukan, seorang pemijat laki-laki
atau wanita. Mereka melakukan pekerjaan memijat biasanya sebagai pekerjaan
sambilan, tetapi ada pula yang merupakan pekerjaan utamanya (profesi).
Pada umumnya hasil pemijatan memberikan rasa nyaman dan memuaskan
pasiennya, tetapi ada pula setelah dipijat justru meninggalkan rasa sakit yang
disebabkan karena tekanan-tekanan yang diberikan terlalu kuat atau keras. Hal
tersebut dapat terjadi karena minimnya pengalaman atau pengetahuan tentang
teknik masase yang benar.
Menyadari akan kurangnya pengetahuan tentang masase, di Solo pada
tahun 1960, pernah diajarkan sistem dan teknik masase Swedia (swedish massage)
sebagai suatu pedoman cara memijat yang benar. Masase sistem swedia
merupakan salah satu dari sistem masase yang paling banyak digunakan di seluruh
dunia.
Mengenai baik atau tidaknya suatu sistem masase ditentukan oleh
berhasilnya pelaksanaan masase tersebut. Jadi setelah menguasai teori maka tahap
berikutnya ialah mempraktekkannya dengan mengarahkan seluruh manipulasi ke
arah jantung. Sejauh teori dapat mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa
teori dari sistem tersebut adalah baik dan benar. Misalkan seorang yang menderita
kelelahan atau cedera ringan karena mengikuti suatu perlombaan atau
10
pertandingan, apabila orang tersebut dimasase dengan cara yang benar maka
seharusnya rasa sakit yang di derita akan semakin berkurang atau hilang sama
sekali.
Masase atau pijat merupakan keterampilan yang melibatkan unsur-unsur
pengetahuan, naluri dan seni merawat tubuh yang diperoleh dari seringnya
melakukan praktek masase atau dalam istilah masase telah memiliki “jam terbang
yang tinggi”. Selain itu seorang pemijat harus mempunyai kekuatan, kelincahan
dan kerja tangan secara mekanis diarahkan ke jantung untuk menghasilkan rasa
enak dan menyegarkan yang menghasilkan pengurangan rasa sakit dari suatu
cedera tertentu.
Banyaknya kegiatan olahraga khususnya olahraga yang memerlukan
gerakan-gerakan yang cepat dan kuat (explosive) seperti : sepak bola, bola basket,
bulu tangkis, dan lain-lain dapat menyebabkan terjadinya terkilir atau keseleo
yang diikuti dengan pembengkakan. Maka dalam sebuah Tim Olahraga, hal itu
merupakan tugas dan tanggung jawab masseur/masseuse untuk memberikan
perawatan dengan teknik dan metode yang benar. Sedangkan, jika terjadi patah
tulang (fracture) sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, karena hal tersebut
merupakan tanggung jawab dokter yang ahli di bidangnya (ortopedi).
11
2.3 Cara Kerja
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam
memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/
tulang. Tindakan masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri
akibat terganggunya sirkulasi.
Tujuan
1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase.
2. Meningkatkan relaksasi.
Alat dan Bahan
1. Minyak untuk masase
2. Handuk
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit.
4. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan
tekanan halus.
Teknik masase dengan gerakan tangan selang - seling (tekanan pendek,
cepat, dan bergantian tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan
jari dengan memberikan tekanan ringan. Dilakukan bila nyeri terjadi di
pinggang.
12
Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan bila nyeri terjadi
pada daerah sekitar bahu.
Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari
dan gerakan memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah
punggung dan pinggang secara menyeluruh.
13
Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri terjadi di
daerah punggung dan pinggang.
Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal.
14
Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan pada
akhir masase daerah pinggang.
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan.
2.4 Implikasi Keperawatan (cocok mengatasi penyakit apa)
a) Ancietas / Kegelisahan
b) Arthritis / Peradangan
c) Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain )
d) Rasa nyeri yang kronis
15
e) Konstipasi / sulit buang air besar
f) Depresi
g) Sakit Kepala
h) Tekanan Darah Tinggi
i) Insomnia
2.5Penelitian
Manfaat Dan Keuntungan Massage Berdasarkan Penelitian Modern
16
Fitto Traditional Massage
Massage atau therapy pijat bisa di katakana sebagai salah satu tradisi
penyembuhan yg tertua. Pada banyak kebudayaan diantaranya Yunani Kuno,
Mesir, China dan India, meyakini bahwa theerdasarrapy massage selalu
digunakannya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.Kulit adalah organ
tubuh terbesar dari manusia dan dipenuhi dengan ujung-ujung syaraf. Dimana
selain kulit, therapy pijat / Massage juga bekerja dengan melembutkan otot dan
menghasilkan relaksasi khususnya efektif dalam mengatasi keluhan gangguan
sirkulasi, misalnya, sakit kepala yang amat sangat biasanya terjadi berlarut-larut,
oleh karena rasa sakit tersebut maka membuat penderita merasakan kaku pada otot
yang terserang. Hal ini akhirnya akan menimbulkan lebih banyak lagi rasa sakit
pada organ lainnya.Tepat apabila pijatan dilakukan pada leher dan bahu secara
perlahan dapat melepaskan tekanan pada otot dan mengurangi rasa sakit.
Penelitian modern menunjukkn bahwa massage dapat digunakan utk
mengatasi berbagai macam gangguan, diantaranya :
Ancietas / Kegelisahan
Arthritis / Peradangan
Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain )
Rasa nyeri yang kronis
Konstipasi / sulit buang air besar
Depresi
Sakit Kepala
Tekanan Darah Tinggi
Insomnia
Relaksasi menyeluruh Salah satu manfaat yang langsung terasa dengan
therapy massage adalah merasakan relaksasi yang menyeluruh dan ketenangan.
Hal ini terjadi karena massage adalah sebagai pemicu terlepasnya Endorfin, Zat
Kimia Otak ( Neuro Transmitter ) yang menghasilkan perasaan nyaman. Tingkat
Hormon Stress, seperti : Adrenalin, Kortisol, Norephinefrine tentunya juga akan
berkurang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat hormon stress yang tinggi
17
dapat menurunkan system immun pada tubuh. Beberapa Keuntungan fisik dari
terapi pijat diantaranya :
Mengurangi Tekanan pada Otot
Memperbaiki Sirkulasi Darah
Merangsang System Lymfatik
Mengurangi Hormon Stress
Meningkatkan Mobilitas Persendian & Kelenturan
Menyegarkan permukaan kulit agar terlihat cerah.
Mempercepat penyembuhan cederanya pada jaringan lunak.
Menambah kewaspadaan mental
Mengurangi kegelisahaan dan depresi.
2.6 Video
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang artinya “menekan dengan
lembut” atau dari kata Yunani “massien” yang berarti “memijat atau melulut”. Di
Indonesia, masase telah dikenal dengan sebutan bahasa daerah : pijat, urut atau
lulut dan telah lama dikenal sejak jaman kuno oleh nenek moyang kita dengan
sebutan “dukun pijat” atau “dukun urut”.
Massase cocok mengatasi penyakit :
18
a) Ancietas / Kegelisahanb) Arthritis / Peradanganc) Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain )
d) Rasa nyeri yang kronis
e) Konstipasi / sulit buang air besar
f) Depresi
g) Sakit Kepala
h) Tekanan Darah Tinggi
i) Insomnia
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-
health/2239760-pengertian-pijat-atau-massage/#ixzz2fiflIzBa
19