Post on 28-Oct-2015
MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS
Semester genap tahun 2009
DISUSUN OLEH
NAMA : R BONDAN E B
NPM : 150110080162
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR2009
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Bab I
Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis
Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai
1) Sub system agribisnis hulu berperan dalam menghasilkan barang – barang modal bagi
pertanian
2) Sub system usahatani berfungsi dalam memanfaatkan barang- barang modal dan SDA dalam
menghasilkan komoditas pertanian primer
3) Sub system pengolahan atau agroindustri mengolah produk agroindustri menjadi produk
olahan , baik produk antara ataupun produk akhir
4) Sub system pemasaran bekerja dalam aspek memasarkan hasil produk agroindustri tersebut.
5) Sub system jasa penunjang memberikan dan menyediakan bantuan jasa bagi sub system
agribisnis hulu , sub system usaha tani dan sub system agribisnis hilir.
Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan
sarana dan prasarana serta sub-sistem pembinaan.
Agar pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitan antarsub-sistem bertambah kuat
maka diperlukan dukungan sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Penekanan pada
SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem agribisnis yang memperhatikan aspek keberlanjutan
(sustainibility). Penekanan pada SDM terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai
sektor kegiatan sistem agribisnis.
Agribisnis Terkait dengan Teknologi
Ada empat komponen yang harus seimbang dalam bidang agribisnis(Sharif 1993) yaitu
a. Perangkat keras(tecnoware),
b. Perangkat manusia(humanware),
c. Perangkat informasi(infoware) ,dan
d. Perangkat organisasi(orgaware).
e. Ditambahkan ditinovasi dalam teknologi, proses produksi akan menghasilkan produk akhir yang
memiliki daya saing yang tinggi.
Bab II
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Petani Sukses Tergantung Akan Agroinputnya.
Kegiatan di sektor pertanian memang mampu berperan meningkatkan pendapatan petani.
Indikatornya pertanian antara lain meningkatnya produktivitas pertanian, banyaknya orang yang bekerja
di sektor pertanian, nilai produksi yang secara absolut meningkat terus dan pendapatan petani yang juga
terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pentingnya Input (Sarana Produksi Pupuk, Bibit estisida, Tenaga Kerja dan Peralatan)
Sarana produksi pertanian lazimnya terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga
kerja. Kata lain sarana produksi adalah input. Input ini diperlukan untuk memperoleh output (produksi).
Besar-kecilnya output sangat tergantung dari input.
Penggunaan sarana produksi diusahakan seefisien mungkin. Ada tiga macam efisiensi dalam
suatu usahatani, yaitu efisiensi teknis, efesiensi harga dan efisiensi ekonomi. Jadi problem dalam
usahatani adalah bagaimana mencapai efisiensi ini (efisiensi ekonomi) agar diperoleh keuntungan yang
tinggi.
Banyak-sedikitnya penggunaan input, sangat tergantung dari macam tanaman, agroklimatnya,
lahan, tinggi tempat dan sebagainya. Tiap tanaman memerlukan dosis input yang berbeda-beda. Untuk
itu petani yang belum memahaminya, disarankan mencari informasi kepada penyuluh pertanian.
Prinsip-Prinsip Ekonomi Penggunaan Input (Sarana Produksi)
Prinsip-prinsip ekonomi pada fungsi produksi pada dasarnya bagaimana memasukkan variabel
harga pada karakteristik fungsi tersebut. Misalnya pada saat mencari efisiensi penggunaan input.
Efisiensi ini salah satunya adalah efisiensi harga atau ada pula yang menyebutkan efisiensi alokatif yang
dinyatakan dengan kondisi nilai produk marjinal input X, (NPMx) sama dengan harga input X (Px). Jadi
NPMx = Px
Untuk mencari dan mencapai kondisi seperti ini memang tidak mudah. Oleh karena itu perlu
diteliti terlebih dahulu kaitan produk total, (PT),produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) untuk
mencari di mana dan berapa alokasi input agar diperoleh Elastisitas produksi lebih besar dari satu
(Ep>1)
Hubungan Input Output
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Fungsi produksi pada dasarnya adalah hubungan (fisik) antara output dan input. Hubungan ini
dapat dituliskan sebagai Y = f (X). Jadi Y adalah variabel dependen (variabel yang dijelaskan) dan X
adalah variabel independen (variabel yang menjelaskan).
Macam fungsi produksi pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu linear dan non-linear. Bagaimana
memilih fungsi produksi yang baik tergantung dari karakteristik data yang tersedia. Dengan demikian
penelitian perlu menguji data yang akan dipakai dengan teknik membuat scatter diagram dari Y dengan
masing-masing variabel yang akan menjelaskan Y.
Pemilihan model fungsi produksi yang terbaik sangat tergantung dari the goodness of fit dari
fungsi produksi tersebut. Oleh karena itu peneliti perlu mengetahui asumsi dan beberapa kelemahan
fungsi produksi yang ada.
Mengalokasikan Input Secara Efisien
Usahatani pada dasarnya adalah alokasi sarana produksi yang efisien untuk mendapatkan
produktivitas pendapatan usahatani yang tinggi. Jadi usahatani dikatakan berhasil kalau diperoleh
produktivitas yang tinggi dan sekaligus juga pendapatan yang tinggi. Untuk mencapai kondisi seperti itu
maka penyediaan input harus tepat jumlah dan tepat waktu serta petani dapat melakukan usahataninya
secara baik. Dengan demikian usahatani dikatakan berhasil bila usahatani tersebut mendapat dukungan
sumber daya alam dan manusia yang memadai dan suplai sarana produksi yang memadai pula.
Kondisi seperti itu dapat dicapai dengan pancausahatani yaitu
(1) melakukan pengolahan lahan yang baik;
(2) memakai pupuk yang baik dan benar;
(3) menggunakan bibit unggul;
(4) melakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan cara pemberantasan hama penyakit terpadu
atau integrated pest management dan
(5) melaksanakan irigasi secara baik pula. produksi yang hilang dan karena petani kurang mengetahui
pasar; maka ada dua hal lagi yang perlu dikuasai petani yaitu post harvest technology (pengolahan) dan
marketing (pemasaran).
Bila usaha-usaha tersebut sudah dilakukan dan sudah disertai dengan berbagai macam penyuluhan,
maka usahatani yang efisien akan dapat dicapai.
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Bab III
Petani dan Lahan dalam Agribisnis
Petani adalah pengolah lahan dipedesaan bercirikan perilaku budaya yang jelas dan dapat
berbeda dengan budaya perkotaan serta menghidupi komunitas desa dimana terikat kuat oleh suatu
kekuasaan luar (Kurt, 2000).
Petani dalam suatu system agribisnis , tingkat kesejahteraan dipengaruhi oleh tiga factor utama
yaitu
a. Lahan sebagai media olahan komoditas petani harus sesuai dan ideal
b. Kemitraan antara petani dengan pihak terkait harus saling menguntungkan sehingga menjamin
tingkat keuntungan yang diperoleh sama rata
c. Pemerintah sebagai pihak yang memberikan jaminan perlindungan lahan petani secara sah untuk
menghindari terjadinya pihak perusahaan mengambil lahan petani dikarenakan tidak ada jaminan
hokum dari pemerintah daerah dan pusat.
(SENSUS Pertanian 2003) menggambarkan potret petani di Indonesia . Persentase petani
gurem (yang menguasai dan atau mengusahakan lahan kurang dari 0,5 hektare) terus bertambah.
Tepatnya dari 10,8 juta (52,7%) pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta (56,5 %) di tahun 2003.
Di Pulau Jawa sendiri sebagaimana yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani
gurem meningkat dari 69,8% pada tahun 1993 menjadi 74,9% tahun 2003
Data Patanas 2004 menambahkan 56,18% rumah tangga petani menguasai lahan di bawah
0,75 hektare lahan. Sekitar 69 - 74% lahan dikuasai 28 - 34% rumah tangga petani. Lahan sedang
(0,5 - 1,0 hektare) dikuasai 17,7% rumah tangga petani. Lahan sempit (kurang dari 0,5 hektare)
dikuasai 13,6% rumah tangga petani. Secara sosial ekonomi, tingkat pendidikan sebagian besar
petani Indonesia juga terdeteksi rendah. BPS melaporkan, 45% tamat SD, 25% tidak tamat SD,
dan 12% tidak sekolah. Mereka berusia tua, dimana 76,2% berumur 50 - 54 tahun, dan 21,46%
berusia di atas 56 tahun. Selain itu, petani berlahan sempit (di Jawa kurang dari 0,25
hektare/KK), bermodal kecil.
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Bab IV
Agroindustri
Agroindustri merupakan salah satu sub system dalam agribisnis, Austin (1981) mengemukakan
bahwa agroindustri merupakan usaha yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai
produk yang dibutuhkan konsumen Dikenal ada dua klasifikasi agroindustri yaitu
a. Agroindustri hulu mencakup industry penghasil input pertanian seperti pupuk , pestisida, alat –
alat dan mesin – mesin pertanian serta perusahaan penghasil bibit
b. Agroindustri hilir adalah industry pengolahan hasil – hasil pertanian primer dan mencakup
industry sekunder dan tersier yang mengolah lebih lanjut dari produk olahan hasil pertanian
primer. Contoh tekstil dari benang, dan benang dari kapas atau ulat sutra.
Produk Agroindustri dan Strategi yang Berperan
Produk agroindustri tidak selalu berbentuk fisik seperti kripik pisang; teh kotak, juice sirsat dan
sebagainya; tetapi ada yang tidak berbentuk fisik seperti jasa agroindustri (konsultan), bantuan
organisasi, ide dan sebagainya. Sedangkan produk agroindustri yang berbentuk fisik yang bahan
bakunya diperoleh dari produk usahatani, maka produk agroindustri tersebut dinamakan produk
sekunder (produk olahan).
Sebaliknya bila produk usahatani langsung dijual ke pasar, maka produk tersebut dinamakan
produk primer. Kapan suatu produk pertanian dijual dalam bentuk produk primer atau sekunder
tergantung dari ciri produk tersebut. Pengolahan produk primer ke produk sekunder, utamanya
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah. Bila ada nilai tambah yang lebih tinggi, maka
keuntungan usahatani akan lebih besar lagi.
Produk agroindustri yang dihasilkan dari proses pengolahan sangat tergantung dari tersedianya
bahan baku yang cukup dan kontinu; kualitas dan harga. Sedangkan pengembangan produk agroindustri
sangat tergantung dari permintaan pasar atau permintaan konsumen. Perubahan yang ada di pihak
konsumen apakah itu selera, tingkat pendapatan konsumen dan jumlah konsumen yang semakin
bertambah adalah menentukan volume produk agroindustri yang dijual ke pasar. Kadang-kadang bukan
volume yang bertambah tinggi tetapi juga tuntutan kualitas produk yang juga menaik.
Bila pasar sudah jenuh, maka perlu strategi penetrasi pasar. Tujuannya untuk meningkatkan
jumlah barang agroindustri yang dijual, misalnya melalui promosi yang lebih intensif lagi. Kalau strategi
ini tidak membawa hasil, maka perlu dilakukan strategi pengembangan pasar. Artinya, produk
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
agroindustri yang sama dijual di pasar yang lain atau di tempat yang baru. Karena di tempat yang baru
tersebut produk agroindustri ini belum dikenal, maka perlu ada intensifikasi promosi yang lebih gencar.
Bila saja dua macam strategi itu sudah tidak mampu lagi menaikkan omzet penjualan, maka
produk agroindustri tersebut perlu ditinjau kembali. Mengapa produk tersebut tidak mampu bersaing di
pasaran? Di sini diperlukan strategi pengembangan produk atau strategi diversifikasi vertikal. Artinya
produk yang dijual dengan perlakuan yang berbeda. Misalnya teh kotak isi 350 ml; 500 ml; 650 ml; 750
ml; dan 1000 ml (1 liter). Atau bentuk kemasan diubah sedemikian rupa sehingga lebih menarik
pembeli; atau warna kemasan diubah; atau label tulisan diganti yang semuanya itu agar dapat memikat
pembeli.
Kalau ketiga strategi ini sudah kurang atau tidak mampu lagi menaikkan penampilan pasar
produk agroindustri tersebut, maka strategi terakhir adalah melakukan diversifikasi produk. Jadi
perusahaan tidak menjual teh kotak saja, tetapi juga sirsat, kelapa, jeruk, jambu, blimbing dan
sebagainya,. dalam bentuk juice. Karena ini produk baru, maka perlu promosi yang lebih intensif lagi.
Bab V
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
Pasar , Pemasar dan Pemasaran di bidang Agribisnis
Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan produk ( barang
atau jasa ) , terjadi transaksi dan kesepakatan nilai , jumlah , spesifikasi produk , cara pengiriman,
penerimaan, dan pembayaran, serta terjadi pemindahan kepemilikan barang dan jasa di bidang agribisnis
Pemasar merupakan orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan
sesuatu sebagai imbalannya ( Kotler, 1997 ). Pemasar dapat menjadi penjual atau pembeli. Dalam
bidang pertanian , pemasar yaitu pelaku yang mencari input dan output sert jasa pada bidang pertanian
dengan menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya
Kegiatan pemasaran adalah salah satu sub-sistem dari agribisnis. Oleh karena itu dalam
melakukan usaha di bidang pertanian, maka aspek pemasaran harus sudah masuk dalam pertimbangan.
Banyak argumen yang berbeda dalam mengartikan pemasaran, tetapi pada umumnya bermakna sama,
yaitu ‘penyampaian barang, jasa dan ide (gagasan) dari produsen ke konsumen untuk memperoleh laba
dan kepuasan yang sebesar-besarnya’.
Kegiatan pemasaran bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan
kegiatan yang lain. Seperti kegiatan usahatani (kegiatan produksi) dan distribusi. Dalam praktiknya,
kegiatan pemasaran melibatkan lembaga pemasaran yang ada dan melibatkan peran konsumen (pembeli
barang). Bahkan akhir-akhir ini banyak teori pemasaran yang justru dalam pembahasannya lebih banyak
ditekankan pada peran konsumen ini. Apakah perannya sebagai pembentuk harga, perannya dalam
membeli barang dan sebagainya.
Bagi produsen, pemasaran ini merupakan variabel yang di luar jangkauannya (exegenous
variable). Produsen tidak mampu menguasai pasar secara utuh, karena pemasaran merupakan kegiatan
tarik-menarik antara produsen-konsumen atau antara penawaran dan permintaan. Sayangnya yang
memenangkan tarik-menarik tersebut adalah konsumen. Jadi kalau posisi produsen lemah, maka harga
produksi akan dikendalikan oleh konsumen.
Untuk itu, produsen perlu memperkuat bargaining power (kekuatan menawar harga) misalnya
dengan cara menjual produksi secara berkoperasi atau membuat kontrak jual-beli dengan pihak lain.
Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah institusi yang terlibat dalam kegiatan penyampaian barang, jasa dan
ide dari produsen ke konsumen. Banyak-sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran disebabkan oleh banyak hal antara lain macam komoditas yang diperdagangkan, lokasi,
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
volume, derajat risiko, dan sebagainya. Bila lembaga pemasaran itu bertindak terlalu aktif sehingga
posisinya menekan produsen (petani), maka persentase penerimaan yang diterima produsen menjadi
relatif rendah. Oleh karena itu, peran lembaga pemasaran dan petani perlu saling menguntungkan satu
sama lain; sehingga tidak ada yang dirugikan. Sebab bagaimanapun juga lembaga pemasaran ini sangat
diperlukan bagi petani untuk menjual barangnya. Bila kerja sama antara produsen dengan petani berjalan
sangat rapi, maka persentase yang diterima petani dapat lebih baik dan lembaga pemasaran menerima
keuntungan secara wajar juga.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran diperlukan untuk mengukur efisiensi pemasaran, menambah omzet
penjualan, memudahkan promosi, memudahkan negosiasi dan meningkatkan kontrak bisnis dengan para
partner dagang. Bentuk saluran dapat sederhana sampai kompleks. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
produk pertanian yang spesifik, musiman, mudah rusak, seringkali dipasarkan dalam keadaan segar dan
karenanya harus dipasarkan dalam waku yang cepat.
Dengan mengetahui saluran pemasaran, maka distribusi marjin (keuntungan) pemasaran dapat dihitung
dan selanjutnya efisiensi pemasaran dapat diketahui.
Fungsi – fungsi Pemasaran meliputi
1. Fungsi pertukaran
i. Fungsi usaha pembelian
ii. Fungsi usaha penjualan
2. Fungsi fisik pemasaran
i. Fungsi usaha penyimpanan
ii. Fungsi usaha pengankutan
iii. Fungsi usaha pengolahan
3. Fungsi fasilitas pemasaran
i. Fungsi standarisasi dan penggolongan produk
ii. Fungsi usaha pembiayaan
iii. Fungsi penanggulangan resiko dan penyediaan informasi pasar
Bab VI
Perdagangan Besar dan Eceran dalam Agribisnis
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
1. Perdagangan besar adalah segala aktivitas marketing yang menggerakkan barang-barang dari produsen ke pedangan eceran atau ke lembaga-lembaga marketing lainnya.
Lembaga perantara pemasaran Pertanian ( Klos dan Uhl ( 1990 ) ) Lembaga perantara perdagangan yaitu pedagang pengecer dan pedagang besar Agen perantara yaitu broker dan lembaga yang mencari komisi Perantara spekulan Prosessor dan manufaktur (Agroindustri) Lembaga fasilitator
2. Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir
Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen.
Klasifikasi perdagangan eceran:- Perdagangan eceran besar - Perdagangan eceran kecil dari:
o Eceran kecil berpangkalan o Eceran kecil tidak berpangkalan
Ukuran yang dipakai untuk kalsifikasi ini ialah ownership, Pemilikan ,dan jumlah pegawai
3. ( Kotler ) membagi tipe-tipe pedagang eceran menjadi 3 bagian besar yaitu:1. Store Retailer yaitu perdagangan eceran yang menjual berbagai jenis barang dari furniture hingga
bahan pangan speciality store departement store supermarket convenience store superstore, combination store and hypermarket discount store off price retailer catalog showroom.
2. Non Store Retailer yaitu suatu bentuk pengecer non toko- direct selling- direct marketing- automatic vending machine- buying service
3. Retailer Organization yaitu suatu bentuk pengecer berbasis organisasi - corporate chain ( rantai kerja sama )- valuntary chain and retail cooperative- customer cooperative- franchise organization- merchandising conglometare.
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
4. Keuntungan perdagangan eceran kecil1) Modal yang diperlukan kecil dan rentabilitasnya besar 2) Pedangan-pedagang eceran kecil menganggap bahwa pendapatannya dari usaha
merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang hanya iseng atau mengisi waktu lowong terutama pada daerah musiman
3) Tempat kedudukan pedagang-2 eceran kecil biasanya paling strategis 4) Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat.
5. Faktor-Faktor Kelemahan Perdagangan eceran kecil. Keahlian kurang Adiministrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-kadang habis dimakan Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion
Faktor yang mendorong majunya toko eceran
Lokasi/tempat toko eceran Kelengkapan barang Ketepatan harga Suasana toko (store atmosphere)
Skema perdagangan eceran
Bab VII
Profil Konsumen dan Kaitannya dengan Persaingan Agribisnis
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
A. Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).
i. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah:
i. Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; ii. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak;
iii. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya.
iv. Buyer adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.v. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
ii. Beberapa teori perilaku konsumen adalah a. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
b. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
c. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
B. Sikap konsumen adalah factor penting yang akan mempengaruhi konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan kepercayaan dan perilaku. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak.
C. Mempelajari perilaku konsumen memungkinkan para pemasar meramalkan bagaimana para konsumen akan bereaksi terhadap berbagai pesan yang disampaikan produsen dan untuk memahami cara mereka mengambil keputusan pembelian.
D. Persaingan dalam konteks pemasaran adalah keadaan dimana perusahaan pada pasar produk atau
jasa tertentu akan memperlihatkan keunggulannya masing-masing, dengan atau tanpa terikat
peraturan tertentu dalam rangka meraih pelanggannya (Kotler, 2002). Sedangkan menurut Porter,
persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir (Porter,
1996).
E. Factor penyebab persaingan yang lebih kompleks
a. Adanya evolusi menuju pasar global ( Mudrajat , 2009 )
b. Skala ekonomi
c. Kemajuan teknologi informasi
F. Klasifikasi pasar persaingan
i. Pasar persaingan sempurna , suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan
penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/
tidak terbatas
ii. Pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar atau industry yang terdiri dari
produsen –produsen yang mempunyai kekuatan pasar dan mampu
mengendalikan harga output dipasar
a. Pasar monopoli merupakan industry yang terdiri dari satu perusahaan
dimana terdapat hambatan – hambatan bagi perusahaan baru untuk
memasuki pasar seperti waralana pemerintah , paten , skala ekonomi
b. Pasar monopolistic adalah industry yang memiliki banyak produsen
dimana perusahaan pesaing bebas memasuki industry dan perusahaan
– perusahaan yang mendiferensiasikan produk mereka
c. Pasar oligopoly yaitu industry dengan sejumlah perusahaan yang
masing – masing cukup mampu untuk mempengaruhi harga pasar dari
ouput yang dihasilkan
Bab VIII
Koperasi dalam Agribisnis dan Peranan Lembaga Pembiayaan
Koperasi sebagai badan ekonomi rakyat , yang lahir sebagai pengejawantahan kekuatan ekonomi
anggotanya, memiliki peranan yang sangat penting dalam menghimpun kekuatan ekonomi anggota
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
dalam kemaslahatan bersama dengan asas kekeluargaan. Dalam hal peranannya dalam pengembangan
agribisnis, dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input – input pertanian dan lembaga pemasaran
hasil – hasil pertanian.
Di Indonesia , keberadaan KUD menjadi kekuatan dalam pengembangan agribisnis, karena
berdaya untuk membantu pengembangan agribisnis yang berbasis pedesaan .
Hal mendasar yang menjadi hambatan dalam berkembangnya KUD di Indonesia adalah
1) KUD hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah
2) Permodalan masih terbatas
3) Karena untuk memenuhi instruksi pemerintah , masyarakat kurang partisipatif
4) Kurang didukung oleh partisipatif rakyat
5) Pengurus dan anggota KUD tidak professional
Pemberdayaan KUD sangat penting karena keberadaannya yang dapat menyebar ke pelosok
tanah air menjadikannya sebagai kekuatan distribusi dan komunikasi yang efektif dalam jaringan
pengembangan agribisnis
Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peranan yang penting dalam mengembangkan usaha
agribisnis , terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja , mulai dari sector hulu sampai
hilir. Pembiayaan meliputi sector hulu dan hilir. Usaha di hulu harus dibiayai untuk memperlancar arus
distribusi dan penyediaan input – input dan peralatan pertanian seperti industry obat – obatan, industry
pupuk , industry peralatan pertanian dan lembaga jasa distribusi.
Pembiayaan di sector hilir meliputi distribusi hasil produksi primer, sekunder, dan tersier.
Pedagang perantara harus dibiayai untuk memperlancar arus distribusi dari produsen menuju konsumen /
pelanggan. Salah satu lembaga pembiayaan di sector agribisnis adalah Bank
Bab IX
Peranan Pemerintah dalam Keberhasilan Agribisnis
Pemerintah memegang peranan dalam menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif
dan mampu mendukung pengembangan agribisnis yang tangguh. Lembaga pemerintah mulai dari
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
tingkat pusat hingga daerah, memiliki wewenang regulasi dalam menciptakan lingkungan agribisnis
yang kompetitif dan adil. Regulasi pemerintah dapat dibedakan menjadi
a. Regulasi untuk menjamin terciptanya lingkungan bisnis yang kompetitif dan
mencegah monopoli dan kartel
b. Regulasi untuk mengontrol kondisi – kondisi monopoli yang diizinkan, seperti
Bulog yang menangani komoditas strategis dan beberapa BUMN yang mengelola
usaha public utility
c. Regulasi untuk fasilitas perdagangan, termasuk ekspor dan impor
d. Regulasi dalam penyediaan pelayanan public
e. Regulasi untuk proteksi
f. Regulasi yang berkaitan dalam harga komoditas
g. Regulasi terhadap peningkatan ekonomi dan kemajuan social
h. Regulasi dalam system pembiayaan agribisnis
i. Regulasi terhadap system penanggungan risiko agribisnis
Daftar Pustaka
E.Gumbara-Sa’id, Rachmayanti, M.Z. Muttaqin.2001.”Manajemen Teknologi Agribisnis”.Oktober 2001.Bogor.
E Gumbira – Sa’id.2001. Manajemen Agribisnis,2001,Bogor.
http.www.google.com/teknologi dalam perkembangan agribisnis
A G R O I N D U S T R I Page
[ ] May 22, 2009
http.www.google.com/perusahaan agribisnis
http.republika.com
http. www.google.com / petani dan lahan
http.www.google.com / kemitraan petani singkong
http. www.google.com / CARI ILMU ONLINE BORNEO.htm