Post on 13-Apr-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara
berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena semua
orang pasti tidak mau menjadi miskin. Hal itu berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan
orang lain. Pertama, kurangnya kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri memperoeh kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang
berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias korupsi.
Negara Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi perekonomian masih rendah
di Indonesia terutama di desa, itu semua menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan disebabkan
pekerjaan masyarakat yang tidak menentu. Kebanyakan masyarakat desa bekerja sebagai
buruh dan petani dengan pendapatan yang rendah. Masyarakat petani tergolong masyarakat
miskin karena masyarakat petani tersebut mempunyai banyak keterbatasan salah satunya
yaitu, pengetahuan dan teknologi.
Masalah kemiskinan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu memperoleh
perhatian. Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional masih signifikan.
Kemiskinan adalah salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa, untuk itu
masyarkat desa harus bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan
pemerintah harus peka terhadap masalah kemiskinan yang masih terjadi di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Budaya Kemiskinan Suku Bali,
2. Bagaimna Budaya Kemiskinan Suku Buton,
3. Bagaimana Budaya Kemiskinan Suku Muna,
4. Bagaimana Budaya Kemiskinan Suku Sumba.
1
C. Tujuan
1. Mengetahui Budaya Kemiskinan Suku Bali,
2. Mengetahui Budaya Kemiskinan Suku Buton,
3. Mengetahui Budaya Kemiskinan Suku Muna,
4. Mengetahui Budaya Kemiskinan Suku Sumba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya Kemiskinan Suku Bali
1. Sekilas tentang suku bali
Asal-usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang migrasi:
gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di
Nusantara selama zaman prasejarah: gelombang kedua terjadi secara perlahan selama
masa perkembangan agama Hindu di Nusantara; gelombang ketiga merupakan
gelombang terakhir yang berasal dari Jawa, ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15
seiring dengan Islamisasi yang terjadi di Jawa sejumlah rakyat Majapahit memilih untuk
melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga membentuk sinkretisme antara
kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.
Kebudayaan Bali terkenal akan seni tari, seni pertujukan, dan seni ukirnya.
Covarrubias mengamati bahwa setiap orang Bali layak disebut sebagai seniman, sebab
ada berbagai aktivitas seni yang dapat mereka lakukan lepas dari kesibukannya sebagai
petani, pedagang, kuli, sopir, dan sebagainya mulai dari menari, bermain musik, melukis,
memahat, menyanyi, hingga bermain lakon. Dalam suatu desa yang bobrok sekalipun
dapat dijumpai sebuah pura yang indah, pemain gamelan andal, dan bahkan aktor
berbakat. Bahkan sesajen yang dibuat wanita Bali memiliki sisi artistik pada jalinan
potongan daun kelapa dan susunan buah-buahan yang rapi dan menjulang. Menurut
Covarrubias, seniman Bali adalah perajin amatir, yang melakukan aktivitas seni sebagai
wujud persembahan, dan tidak peduli apakah namanya akan dikenang atau tidak.
Seniman Bali juga merupakan peniru yang baik, sehingga ada pura yang didekorasi
dengan ukiran menyerupai dewa khas Tionghoa, atau dihiasi relief kendaraan bermotor,
yang mereka contoh dari majalah asing.
Gamelan merupakan bentuk seni musik yang vital dalam berbagai acara tradisional
masyarakat Bali. Setiap jenis musik disesuaikan dengan acaranya. Musik untuk piodalan
(hari jadi) berbeda dengan musik pengiring acara metatah (mengasah gigi), demikian
pula pernikahan, ngaben, melasti, dan sebagainya. Gamelan yang beraneka ragam pun
disesuaikan dengan berbagai jenis tari yang ada di Bali. Menurut Spies, seni tari
3
membuat utuh kehidupan masyarakat Bali sekaligus menjadi elemen penting dalam
serangkaian upacara adat maupun pribadi yang tidak ada habisnya.
Sebagaimana di Jawa, suku Bali juga mengenal pertunjukan wayang, namun
dengan bentuk wayang yang lebih menyerupai manusia daripada wayang khas Jawa.
Suku Bali juga memiliki aspek-aspek unik yang terkait dengan tradisi religius mereka.
Kehidupan religius mereka merupakan sinkretisme antara agama Hindu-Buddha dengan
tradisi Bali.
2. Mata Pencaharian Penduduk Suku Bali
Mata Pencaharian penduduk Bali beraneka ragam yang meliputi pekerjaan
sebagai : petani , pengrajin , pegawai , pedagang dan berbagai jasa , khususnya di bidang
pariwisata .
3. Angka Kemiskinan Suku Bali
Persentase penduduk miskin di Bali mengalami kenaikan 5,25 persen per
September 2015 dibandingkan triwulan I 2015. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali,
Panusunan Siregar mencatat total jumlah penduduk miskin di Pulau Dewata mencapai
21.879 orang. Sebanyak 11.590 tinggal di perkotaan, sementara sisanya 10.299 orang di
pedesaan. katanya di Denpasar, Selasa (5/1).
4. Penyebab Kemiskinan Di Bali
a. terjadi ketimpangan pertumbuhan konsumsi antara kelompok penduduk 20%
terbawah dengan 20% penduduk teratas, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Konsumsi dari 20% penduduk terbawah di perkotaan mengalami pertumbuhan
negatif (-0,91%), sedangkan 20% penduduk teratas mengalami kenaikan konsumsi
jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 19,35%. Kondisi serupa juga terjadi di perdesaan, di
mana konsumsi penduduk 20% terbawah hanya tumbuh sebesar 0,27% dan
kelompok 20% teratas mengalami pertumbuhan yang jauh lebih tinggi, yaitu
sebesar 14,56%.
b. tistribusi pengeluaran penduduk Bali yang semakin melebar dari Maret hingga
September. Pada Maret, tercatat penduduk 40% terbawah hanya menikmati
15,79% dari total pendapatan di Bali, sedangkan kelompok 20% teratas menikmati
jauh lebih besar, yaitu sebesar 47,98%. Pada September, kue pembangunan yang
dinikmati oleh 20% penduduk teratas semakin besar, yaitu mencapai 50,01%,
4
sedangkan yang dinikmati oleh kelompok 40% terbawah semakin berkurang, yaitu
hanya 14,29%.
c. terjadi ketimpangan pendapatan atau gini ratio yang semakin melebar dari
sebelumnya 0,415 menjadi 0,422. Panusunan menyebutkan faktor keempat adalah
terjadinya ketidaktepatan penerimaan raskoin juga turun berkontribusi terutama
jumlah penduduk miskin. Persentase rumah tangga yang menerima beras miskin
(raskin) berkurang, dari 27,98% pada Maret 2014 menjadi 21,95% pada September
2014. Untuk kelompok 20% terbawah di perkotaan hanya 26,28% rumah tangga
yang menerima raskin, sedangkan di perdesaan baru 59,13% rumah tangga yang
menerima.
d. terjadi peningkatan jumlah penganggur dari Februari 2014 ke Agustus 2014
sebesar 11.098 orang, karena tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian dan
konstruksi yang identik sebagai kantong kemiskinan paling banyak berkurang
dibanding sektor lainnya.
e. banyaknya upacara adat yang dilangsungkan di daerah kepulauan itu. Dalam satu
tahun, sedikitnya ada puluhan upacara adat yang mengharuskan warga Bali
mengeluarkan uang banyak.
B. Budaya Kemiskinan Suku Buton
1. Sekilas tentang suku buton
Suku Buton adalah salah satu etnis yang mendiami wilayah kekuasaan Kesultanan
Buton. Kesultanan Buton tersebut terletak di kepulauan Bau-bau provinsi Sulawesi
Tenggara. Suku Buton adalah salah satu etnis yang mendiami wilayah kekuasaan
Kesultanan Buton. Kesultanan Buton tersebut terletak di kepulauan Bau-bau provinsi
Sulawesi Tenggara.
Masyarakat Buton memiliki beragam bahasa yang begitu beragam. Hingga
sekarang dapat ditemui lebih dari tiga puluhan bahasa dengan berbagai macam dialek.
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Buton. Dalam perkembangan selanjutnya bahasa
Sansekerta di gantikan oleh bahasa Arab seiring masuknya Ajaran Islam di Kerajaan
Buton pada abad ke-15 M, banyaknya penggunaan bahasa Arab pada kosakata bahasa
Buton menunjukkan tingginya pengaruh Islam dalam Kesultanan Buton. Disamping itu
bahasa Buton juga menyerap unsur-unsur bahasa melayu.
5
2. Mata pencaharian penduduk suku buton
Sebagian besar masyarakat suku Buton hidup pada bidang perairan menjadi pelaut
dan nelayan. Tetapi sejak kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang cukup di
daerah terasa sulit, banyak dari mereka yang kemudian pergi meninggalkan mata
pencaharian di sektor perairan. Dan kekinian kegiatan pertanian menjadi kegiatan utama
perekonomian. Mereka menanam padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kapas, kelapa,
sirih, nanas, pisang dan lain-lain termasuk beberapa jenis sayuran.
3. Angka kemiskinan suku buton
Kepala Statistik Buton Burhanuddin menggatakan, angka kemiskinan di daerah itu
menunjukkan penurunan dari tahun ketahun. Dari data 2013 angka kemiskinan sebesar
15,25 persen dan pada tahun 2014 sebesar turun 14,31 persen atau berada pada urutan ke
6 di antara 12 kabupaten/kota di Sultra.
4. Penyebab kemiskinan di buton
Tingginya angka kemiskinan di Buton dikarenakan aksesbilitas masyarakat dengan
dunia luar belum terbuka luas, yang menyebabkan pemasaran berbagai komoditas
pertanian warga terhambat.
C. Budaya Kemiskinan Suku Muna
1. Sekilas tentang suku muna
Suku Muna atau Wuna adalah suku yang mendiami Pulau Muna, Sulawesi
Tenggara. Dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut
(keriting/ikal) terlihat bahwa orang Muna asli lebih dekat ke suku-suku Polynesia dan
Melanesia di Pasifik dan Australia ketimbang ke Melayu. Hal ini diperkuat dengan
kedekatannya dengan tipikal manusianya dan kebudayaan suku-suku di Nusa Tenggara
Timur dan Pulau Timor dan Flores umumnya. Motif sarung tenunan di NTT dan motif
sarung muna sangat mirip yaitu garis-garis horisontal dengan warna-warna dasar seperti
kuning, hijau, merah, dan hitam. Bentuk ikat kepala juga memiliki kemiripan satu sama
lain. Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia.
6
pada Masyarakat Muna terdapat upacara lingkaran hidup dalam kehidupan
individunya, yang dimulai dari upacara kelahiran sampai sampai pada upacara kematian.
Untuk melaksanaka upacara tersebut seorang individu harus melalui tahap-tahap. Salah
satu tahap tersebut adalah tahap peralihan masa kanak-kanak kemasa dewasa khususnya
wanita ada upacara yang mereka sebut upacara Karia.
Upacara karia merupakan upacara yang sangat penting dalam rangka upacara-
upacara adat disepanjang hidup individu pada masyarakat Muna. Upacara karia
merupakan upacara inisiasi yang dilakukan kepada setiap wanita yang memasuki usia
dewasa. Menurut pemahaman Masyarakat Muna, bahwa seorang wanita tidak boleh
menikah jika belum melalui proses upacara Karia. Jika dilanggar, akan merasa tersisih
dan akan dikucilkan dalam masyarakatnya.
2. Mata pencaharian penduduk suku muna
Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Muna
didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan, dan Nelayan.
3. Angka kemiskinan suku muna
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
kabupaten raha pada bulan Maret 2014 adalah 342,26 ribu orang (14,05 persen).
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2013 yang berjumlah
330,84 ribu orang (13,73 persen), berarti jumlah penduduk miskin naik 11,42 ribu orang.
Selama periode September 2013 – Maret 2014, penduduk miskin di daerah
perdesaan bertambah 0,34 ribu orang, sementara di daerah perkotaan bertambah 11,08
ribu orang.
4. Penyebab kemiskinan suku muna
a. pengangguran,
b. tingkat pendidikan yang rendah,
c. bencana Alam,
d. masyarakat yang malas,
e. pola fikir masyarakat yang primitive,
f. pasrah pada keadaan, dan
g. tidak mengelola asset ya dimiliki dengan baik.
7
D. Budaya Kemiskinan Suku Sumba NTT
1. Sekilas tentang suku sumba
Pulau Sumba didiami oleh suku Sumba dan terbagi atas dua kabupaten, Sumba
Barat dan Sumba Timur. Masyarakat Sumba cukup mampu mempertahankan
kebudayaan aslinya di tengah-tengah arus pengaruh asing yang telah singgah di
kepulauan Nusa Tenggara Timur sejak dahulu kala. Kepercayaan khas daerah Marapu,
setengah leluhur, setengah dewa, masih amat hidup di tengah-tengah masyarakat Sumba
ash. Marapu menjadi falsafah dasar bagi berbagai ungkapan budaya Sumba mulai dari
upacara-upacara adat, rumahrumah ibadat (umaratu) rumah-rumah adat dan tata cara
rancang bangunnya, ragam-ragam hias ukiran-ukiran dan tekstil sampai dengan
pembuatan perangkat busana seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan
perhiasan dan senjata.
Di Sumba Timur strata sosial antara kaum bangsawan (maramba), pemuka agama
(kabisu) dan rakyat jelata (ata) masih berlaku, walaupun tidak setajam dimasa lalu dan
jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan busananya. Dewasa ini
perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh tingkat kepentingan peristiwa seperti pada
pesta-pesta adat, upacara-upacara perkawinan dan kematian dimana komponen-
komponen busana yang dipakai adalah buatan baru. Sedangkan busana lama atau usang
biasanya dipakai di rumah atau untuk bekerja sehari-hari.
Bagian terpenting dari perangkat pakaian adat Sumba terletak pada penutup
badan berupa lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita. Dari
kain-kain hinggi dan lau tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat dan pahikung
serta aplikasi muti dan hada terungkap berbagai perlambangan dalam konteks sosial,
ekonomi.
2. Mata pencaharian penduduk suku sumba
Struktur ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur bersandar pada sektor pertanian,
perdagangan dan jasa pemerintahan.
8
3. Angka kemiskinan suku sumba di NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan Provinsi yang termasuk kategori
paling miskin di Indonesia. Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan
saat ini berjumlah 4,446,433 jiwa (BPS NTT, 2007). Selama periode 1996-1999, jumlah
penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami kenaikan yaitu 1.395.100
jiwa pada tahun 1996 menjadi 1.779.000 jiwa (46,73%) pada tahun 1999. Berdasarkan
hasil Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik pada Tahun 2003,
jumlah penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 2003 turun
menjadi 1.165.900 jiwa dan pada Tahun 2004 turun lagi menjadi 1.152.100 jiwa.
Berdasaran data Komisi Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2008, dari 905.058
Rumah Tangga di Nusa Tenggara Timur terdapat Rumah Tangga Rentan sebanyak
187.899 (20,76%); Rumah Tangga Miskin sebanyak 297.983 (32,92%) dan Rumah
Tangga Sangat Miskin sebanyak 137.224 (15,16%). Dengan terjadinya kenaikan harga
BBM dan harga-harga bahan kebutuhan pokok lainnya menyebabkan rumah tangga
rentan di Nusa Tenggara Timur berpotensi untuk jatuh ke dalam kondisi rumah tangga
miskin sedangkan rumah tangga miskin akan terperosok masuk ke dalam kondisi rumah
tangga sangat miskin.
4. Penyebab kemiskinan suku sumba di NTT
Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain : sumber daya alam yang terbatas dan kondisi geografis
yang rawan bencana; kualitas sumber daya manusia yang relatif terbatas serta
kesenjangan alokasi pembangunan antar Daerah di Indonesia. Krisis multi dimensional
dan berbagai kebijakan Pemerintah yang kurang pro rakyat miskin menyebabkan Nusa
Tenggara Timur semakin sulit untuk menggeliat dari kemiskinan yang membelenggunya.
9
E. Upaya Penanggulangan Kemiskinan Oleh Pemerintah
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada
pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama menjaga
stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong pertumbuhan yang berpihak pada
rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan
dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin. Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat
miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang
digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok.
Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin
untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain
beras.
b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin.
Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan
berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin. Beberapa
program yang berkenaan dengan fokus ini antara lain:
Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan
pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga Keuangan
Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro
Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal
Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan pemberdayaan
dan ketahanan keluarga
Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan
berusaha bagi masyarakat miskin.
10
c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis
masyarakat.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan
masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan
dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang
berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain:
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan
dan perkotaan
Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.
d. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar.
Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi
kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang
berkaitan dengan fokus ini antara lain :
Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs);
Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA);
Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas
III rumah sakit;
e. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan
ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang
di buat oleh pemerintah seperti:
Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan
anak (PUA)
Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
11
Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan korban
bencana sosial.
Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang
memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan
pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan anak usia sekolah di
SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan
sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga
Harapan (PKH).
Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang memenuhi
persyaratan).
BAB III
PENUTUP
12
A. Kesimpulan`
Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan
kemiskinan tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju
juga mempunyai masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit,
walaupun fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih
besar dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya
masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti : kapital,
teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan
alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi
karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat
tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga
mereka tetap miskin.
Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap
kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan
ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan
mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai
(misal : etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena
membudayakan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya
mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru.
Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak
disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah
pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi
miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak
memiliki cukup modal.
B. Saran
makalah ini hanya merupakan bagian terkecil dari sekian banyak referensi
penelitian pengentasan kemiskinan di pedesaan, dan sedikit banyaknya menjelaskan
13
masalah umum tentang kemiskinan yang bisa diambil dan dimanfaatkan ilmunya
dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila ingin mengembangkan untuk menjadi
model penelitian sejenis, akan lebih baik jika referensi yang digunakan lebih
komprehensif dan lebih terarah demi pencapaian maksud yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
14
George Ritzer 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuanberparadigma Ganda , Jakrta, PT Raja
Grafindo Persada.
Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama, Gadjah Mada
University Press.
Riska dkk. 2007. Makalah Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan. Universitas Indraprasta
Jakarta.
http://nissa-nurannisa.blogspot.co.id/2013/01/makalah-masalah-kemiskinan.html
https://oceannaz.wordpress.com/2008/10/30/kemiskinan-di-nusa-tenggara-timur-part-1/
http://bali-mahabbahtravel.blogspot.co.id/2009/12/mata-pencaharian.html
https://marx83.wordpress.com/2008/07/05/upaya-penanggulangan-kemiskinan/
15