Post on 02-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita jalan-jalan ke kawasan kota tua kita dapat menemukan salah satu
profesi unik yang ada di ibukota Jakarta. Profesi tersebut adalah menjadi seorang
pelukis jalanan. Para seniman lukis jalanan ini rata rata sudah 15 tahun berkarya tanpa
ada tempat yang layak untuk memamerkan dan menampilkan hasil karya mereka.
Walau mereka hanya seorang pelukis jalanan, bukan berarti teknik mereka kalah
dengan para pelukis modern. Perbedaannya, para pelukis jalanan ini lebih banyak
membuat lukisan sesuai pesanan konsumen. Mereka lebih dekat dengan realita sehari-
hari karena hidup ditengah hiruk pikuk kota metropolitan.
Mereka begitu mencintai profesinya dan menikmati pekerjaan tanpa mengeluh
meski hanya sebagai seorang pelukis jalanan, karena bagi mereka melukis bukan
hanya sekedar untuk mencari materi akan tetapi melukis merupakan penyaluran jiwa
seni yang tertanam dalam diri mereka. Salah satu impian terbesar mereka adalah
memiliki sebuah galeri atau ruang pameran untuk menampilkan hasil karya-karya
mereka.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membuat makalah tentang
seniman pelukis jalanan.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan dan membuka
pikiran pembaca agar menyadari bahwa apapun profesi seseorang jika dikerjakan
dengan tulus dan menikmatinya maka kita tidak akan mengeluh.
C. Metodologi Penelitian
Dalam membuat makalah ini kami melakukan observasi langsung kepada para
pelukis jalanan dengan mewawancarai narasumber ditempat mereka melakukan
pekerjaan melukis mereka yaitu di Kota Tua.
Adapun peralatan yang kami gunakan untuk wawancara masih sangat terbatas
yaitu : Kamera Digital, Handphone dan Alat tulis.
1
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami menguraikan sistematika penulisan yang
sesuai dengan persyaratan penyusunan makalah yang baik sehingga akan terlihat rapi
dan teratur. Adapun sistematika tersebut sesuai dengan judul serta terbagi dalam
berbagai bab perincian.
E. Batasan Masalah
Banyak sekali hal menarik yang bisa diambil dari seorang pelukis terutama
pelukis jalanan mulai dari kisah hidupnya, pengalamannya, teknik yang digunakan dan
sebagainya. Namun kami membatasi bahasan masalah hanya seputar kegiatan melukis
dan kehidupan mereka sebagai seorang pelukis. Dan kami memiliki 3 narasumber
yang menjadi acuan dalam penulisan makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-muasal Pelukis Jalanan
Sejarah merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari sebuah kota.
Peninggalannya justru bisa menjadi daya tarik sebuah kota bagi para wisatawan,
termasuk Jakarta. Selain menjadi ibu kota negara, kota yang dulunya disebut dengan
Batavia itu, juga menjadi cagar budaya dan wisata kota tua.
Bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung, Kota Jakarta
menjadi pusat perdagangan internasional. Hingga sekarang Kota Jakarta tetap menjadi
kota sibuk, padat yang beragam.
Keunikan Jakarta terdapat pada sejarah dan kota tuanya. Bagian dari kota
Jakarta yang sudah berusia ratusan tahun ini menawarkan pemandangan yang
mengagumkan. Bangunan tua bersejarah, kawasan pecinan, pengojek ontel, kuliner
tempo dulu dan museum.
Kawasan Kota Tua selain menyimpan bangunan kuno yang bersejarah,
ternyata di sepanjang masa juga terus didatangi oleh wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara. Fenomena ini sangat dimanfaatkan para pelukis jalanan untuk mengais
rejeki. Mereka menawarkan kemahirannya dalam seni lukis pada setiap wisatawan
yang melintas di kawasan tersebut.
Pelukis jalanan seolah sudah menjadi satu bagian dengan kawasan Kota Tua.
Setiap hari sedikitnya ada 30 pelukis jalanan yang mangkal di beberapa sudut
bangunan. Mereka bersandar di dinding bangunan kuno yang terletak di Jl Pintu Besar
Selatan-Gadjahmada. Dengan modal yang sederhana, mereka beraktivitas mencari
nafkah. Untuk menarik perhatian wisatawan, beberapa lukisan berbahan dasar kanvas
hasil karyanya disandarkan di didinding yang sudah kusam. Untuk keperluan melukis,
kelompok pelukis itu menggunakan alat yang sederhana. Kayu penyangga, pewarna
dengan konte betang dan serbuk, kertas, dan tentunya foto yang menjadi obyek
lukisan.
3
“Ini sebagai kenangan di kala mampir ke Kota Tua. Makanya kesempatan ini
langsung ditorehkan dalam sebuah lukisan,” kata Yahya (32), seorang wisatawan asal
Bandung, Jawa Barat, yang minta dilukis.
Menurut Fillay, salah satu pelukis jalanan kota tua yang berhasil kami
wawancarai, pada awalnya pelukis jalanan hanya berjumlah 2 orang. Semakin lama
jumlah pelukis jalanan semakin bertambah. Kehadiran para seniman jalanan di Kota
Tua ini memang bukan baru-baru ini saja, akan tetapi sejak tahun 1980 mereka sudah
menjamur di tempat tersebut. Sejak dulu, mereka selalu bergerombol di sebuah
bangunan tua yang sudah tak digunakan lagi.
Kamijan yang juga merupakan pelukis jalanan di kawasan Kota Tua mengaku
menjadi pelukis jalanan di tempat tersebut sudah dilakoninya sejak tahun 1998.
Menurutnya, pekerjaanya sebagai pelukis jalanan bukan hanya sekedar untuk mencari
materi semata melainkan ada kepuasan tersendiri dari setiap karya yang dihasilkan dan
melukis merupakan sarana penyaluran bakat seni yang dimilikinya.
Kebanyakan dari mereka, melukis berdasarkan pesanan. Pesanan lukisan dapat
diminta dengan berbagai bentuk dan gaya, harganya pun tergantung dari lukisan yang
diminta. Untuk lukisan wajah dengan warna hitam putih harganya berkisar antara Rp
250-300 ribu.
Kamijan mengaku, pada hari tertentu di mana para pelukis jalanan ini
mendapat pesanan lukisan cukup ramai. Dalam satu hari bisa mencapai dua atau tiga
orang yang minta dilukis. Mengenai hasilnya biasanya bisa sampai tiga hari, semua
tergantung tingkat kesulitannya.
Hingga saat ini, kehadiran pelukis jalanan di kawasan Kota Tua memang
dibutuhkan pengunjung untuk mengabadikan momen saat berkunjung ke wisata Kota
Tua. Hanya pengunjung yang memiliki jiwa senilah yang menganggap lukisan wajah
dengan background gedung-gedung tua cukup berharga. Terlebih suasana klasik Kota
Tua merupakan momen yang sulit terlupakan.
4
B. Komunitas Pelukis Jalanan
Seperti yang telah dikatakan Fillay bahwa pada awalnya pelukis jalanan hanya
berjumlah 3 orang. Semakin lama jumlah pelukis jalanan semakin bertambah. Dengan
semakin banyaknya para seniman jalanan ini maka terbentuklah suatu komunitas yang
diberi nama “Kelompok Pelukis Kota”. Komunitas inilah yang memberikan informasi
tentang even-even lukisan yang bisa diikuti oleh anggota komunitas tersebut.
Namun disayangkan komunitas tersebut tidak terorganisir dengan baik, karena
dalam menentukan pimpinan organisasi dipilih orang yang memang ingin menjadi
pimpinan tanpa masa jabatan yang ditentukan dan berhenti jika mereka sudah tidak
ingin menjadi ketua.
Fillay juga mengatakan bahwa karena tidak ada peraturan yang jelas dalam
organisasi tersebut, maka hingga saat ini organisasi tersebut masih vacum karena
belum memiliki pimpinan.
C. Profile Pelukis Kota Tua
Selain berseni, kota Jakarta dengan pesona kota tuanya menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan, dan mereka yang memiliki jiwa seni pasti ingin
mengabadikan momen saat berkunjung ke kota tersebut dalam sebuah lukisan. Dengan
banyaknya wisatawan yang tertarik dengan karya seni lukis maka pelukis jalanan kian
menjamur.
Dari sekian banyak pelukis jalanan kota tua, tidak semua bisa diwawancarai
dengan alasan tidak bisa diganggu karena sedang mengerjakan lukisan pesanan
pengunjung. Oleh karena itu penulis hanya berhasil mewawancarai 3 orang pelukis
jalanan dikawasan yang sama. Dan penulis merasa bahwa 3 orang tersebut cukup
mewakili untuk dijadikan bahan pembuatan makalah ini.
Adapun 3 orang narasumber yang berhasil kami wawancarai adalah :
1. Kamijan
Pak Kamijan berusia 49 tahun, beliau mulai melukis di Kota Tua dari
tahun 1998. Dia berasal dari Seleman Jogjakarta dan sekarang tinggal di Parung
Panjang. Laki-laki yang memiliki dua orang putri dan dua putra ini mengaku
pernah mengikuti persatuan pelukis yang ada di kota tua yaitu “kelompok pelukis
kota”.
5
Dia berangkat dari rumah jam 07.00 pagi dengan menggunakan kereta
dan melakukan aktivitasnya hingga jam 17.00 setiap harinya .
Pendidikan terakhir pak kamijan adalah sekolah menengah seni rupa tahun
1983, dari situlah beliau mulai mengembangkan bakat melukisnya. Dia mengaku
belajar melukis hanya di sekolah dan tidak pernah mengikuti kursus melukis. Dia
mengembangkan sendiri kemampuan melukisnya hingga saat ini.
Meski hanya sebagai pelukis jalanan namun karya pak Kamijan patut
diperhitungkan, hal ini terbukti dari even-even yang pernah diikuti dan prestasi
yang pernah diperolehnya. Bapak Kajiman Pernah mengikuti pameran seni lukis
di Gedung Seni Jogjakata tepatnya di Gedung Purna Budaya dan pameran di
Bandung di Lembaga Indonesia-Prancis tahun 1987. Sedangkan prestasi yang
pernah diperolehnya adalah pernah mendapatkan peghargaan karya terbaik
“Potret Diri” yang diikutinya setelah lulus sekolah. Dia juga pernah mengikuti
lomba seni lukis realis atau lukisan imajinasi dan mendapatkan jura 3. Selain itu
lukisan pak Kamijan pernah di beli oleh sekjen departemen kesehatan ibu Rafia
untuk hadiah ulang tahunnya pada tahun 2006.
Selain lukisan yang dipamerkan dijalanan kota tua dia juga mempunyai
ratusan lukisan di rumahnya yang sampai saat ini masih di rawatnya.
Tidak ada yang mengira jika penghasilan seorang pelukis jalanan ternyata
cukup besar, jika dikalkulasi penghasilan menjadi Pelukis di kota tua dalam satu
bulan mencapai 2,5 juta s/d 3 juta an. Akan tetapi penghasilan ini tidak rutin
didapat setiap bulan karena sebagai seorang pelukis jalanan mereka mendapat
penghasilan berdasarkan pesanan.
Adapun tingkat kesulitan melukis menurut bapak kajiman adalah ketika
pelanggannya meminta melukis foto yang sudah buram dan gambarnya sudah
tidak jelas. Lukisan yang paling di sukai pak Kamijan adalah jenis lukisan
imajinasi atau abstrak. Untuk rata-rata persatu lukisan 300 ribu dan untuk
membuat satu lukisan bisa sampai 3 hari menurut tingkatan kesulitanya.
Bapak yang ramah ini tidak pernah mengeluh meski tidak mempunyai
sarana yang layak untuk memamerkan lukisannya dan dia mengatakan bahwa dia
sudah jatuh cinta dengan melukis dan tidak ingin beralih ke profesi lain. Harapan
terbesar pak Kamijan adalah memiliki Galeri untuk memamerkan karya-karyanya.
6
2. Fillay
Bapak Fillay berusia 38 tahun. Dia tinggal di pademangan barat ke kota
tua, karena jarak rumahnya dekat dengan tempat ia melukis dia berangkat
menggunakan sepeda. Pendidikan terakhirnya SLTP dan ia mengaku belajar
melukis secara otodidak. Menurutnya penghasilan seorang pelukis cukup untuk
menghidupi keluarga dan menyekolahkan anaknya yang sudah berusia 5 tahun.
Ia menjalani profesi sebagai pelukis jalanan sudah sejak 8 tahun lalau. Dan
dia Menceritakan bahwa dahulunya pelukis di kota tua hanya ada dua orang dan
semakin lama semakin banyak peminatnya karena penghasilan yang lumayan,
namun begitu filay mengatakan bahwa materi bukanlah hal utama. Seperti halnya
pak Kamijan menurut filay melukis merupakan sarana menyalurkan bakat yang
dimilikinya. Pernah juga dibuat organisasi kesatuan pelukis jalanan di kota tua,
akan tetapi sekarang sudah bubar dan belum ada pembentukan lagi.
Untuk penghasilan dalam tiap bulannya sampai sekitar 2 jutaan. Dan dia
pun pernah mendapatkan orderan sampai harga 8 jutaan, dengan di kerjakan oleh
beberapa pelukis karena banyaknya pesanan.
Pak filay memilih untuk melukis karena selain penghasilannya lumayan
juga dapat menyalurkan hobbinya. Lukisan yang sangat ia sukai adalah jenis
lukisan karikatur dan abstrak.
Pernah mengikuti pameran di pasar seni jaya ancol dan pada acara jambore
di kampus Taruma Negara tiap tahunnya.
Bahan yang di gunakan menggunakan untuk melukis adalah cat air, cat
minyak, kanvas dan harga dari satu lukisannya rata-rata berharga 250 ribu.
Tingkatan kesulitan yang dihadapi filay pada saat melukis adalah jika ada pesanan
yang memberikan foto yang sudah buram. Sepertinya semua pelukis jalanan
Sampai saat ini bapak Filai tidak ingin beralih Profesi selain menjadi
pelukis. Harapan terbesarnya sama seperti harapan pak Kamijan, ia ingin
mempunyai galeri sendiri untuk memamerkan lukisannya. Sampai saat ini jika di
hitung- hitung dia mempunyai 1000 lukisan di rumahnya dan masih sering di
rawatnya.
7
3. Jaya
Pak Jaya mulai melukis tahun 1998. Karena sudah memiliki bakat melukis
ia pun terus mengasah kemampuannya dengan belajar secara otodidak. Objek
yang di lukis macam-macam, terkadang melikis wajah, pemandangan atau apa
saja.
Seperti kedua temannya, pak kamijan dan pak filay, pak jayapun pernah
mengikuti pameran yaitu pameran cangker areng.
Pak jaya melukis dengan media kertas dan kanvas, menurut pengakuan
pak Jaya harga kertas yang di gunakan yaitu Rp. 400.000 sedangkan harga kanvas
yaitu Rp. 1000.000,-.
Jika jumlah pesanan terlalu banyak maka ia membutuhkan kerja sama dari
beberapa pelukis untuk menyelesaikan proyek lukisan besar. Untuk melukis
karikatur di butuhkan waktu sehari. Dan tingkat kesulitan saat melukis menurut
pak jaya adalah saat melukis bagian muka.
8
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Setelah kami menelusuri sepanjang jalan di kota tua, ternyata banyak sekali
kelompok-kelompok pelukis jalanan. Akan tetapi tidak semua dari mereka bisa
diwawancarai. Ada yang beralasan sedang sibuk dan tidak bisa diganggu dan ada pula
yang memang tidak mau di wawancarai.
Akan tetapi kami berhasil mendapatkan 3 orang narasumber yang bisa mewakili
untuk bahan pembuatan makalah ini. Berikut salah satu petikan wawancara kami dengan
salah satu pelukis Jalanan tersebut :
Kelompok 5 : Selamat siang pak, maaf bisa minta waktu nya sebentar ?
Kamijan : Bisa, Apa yg bisa saya bantu?
Kelompok 5 : Kami dari BSI Tangerang sedang melakukan observasi tentang pelukis
Jalanan. Nama bapak siapa?
Kamijan : Nama saya Kamijan
Kelompok 5 : Usia Bapak?
Kamijan : 49 tahun
Kelompok 5 : Sejak kapan bapak menjadi pelukis jalanan?
Kamijan : Sejak tahun 1998
Kelompok 5 : Berangkat dari rumah jam berapa pak ?
Kamijan : Jam 07.00 pagi
Kelompok 5 : Pendidikan terakhir pak kamijan ?
Pak Kamijan : Sekolah Menengah Seni Rupa
Kelompok 5 : Apakah Bapak pernah mengikuti kursus melukis?
9
Pak Kamijan : Saya tidak pernah kursus tetapi saya mengembangkan sendiri bakat saya.
Kelompok 5 : Pernah tidak bapak mengikut sertakan lukisan bapak dalam sebuah
pameran, dan apa tema acaranya ?
Pak Kamijan : Oh sering, saya pernah mengikuti pameran seni lukis di Gedung Seni
Jogjakata tepatnya di Gedung Purna Budaya dan pameran di Bandung di
Lembaga Indonesia-Prancis tahun 1987. Dan masih banyak lagi yang
tidak
bisa saya ingat karena sudah lama sekali
Kelompok 5 : Selama bapak menjadi pelukis apakah bapak pernah mengikuti sebuah
kompetisi ?
Pak Kamijan : Pernah, saya pernah mendapat peghargaan karya terbaik “Potret Diri”
dan itu ketika saya baru lulus sekolah. Saya juga pernah mengikuti lomba
seni lukis realis atau lukisan imajinasi dan mendapatkan juara 3. Selain
itu
lukisan saya pernah di beli oleh sekjen departemen kesehatan ibu Rafia
untuk hadiah ulang tahunnya pada tahun 2006.
Kelompok 5 : Berapa penghasilan dalam satu bulan ?
Pak Kamijan : Sebenarnya penghasilan saya tidak tentu karena tergantung pesanan
tetapi
kalau sedang ramai bisa mencapai 2,5 juta s/d 3 juta an.
Kelompok 5 : Apa kesulitan bapak dalam melukis?
Pak Kamijan : Yang sulit adalah ketika seseorang ingin dilukis lewat foto dan foto
tersebut sudah buram, jadi tidak jelas.
10
Kelompok 5 : Lukisan apa yang paling sering dipesan dan berapa harganya?
Pak Kamijan : Yang paling sering adalah lukisan wajah, dan harganya sekitar
Rp. 300.000,-
Kelompok 5 : Berapa lama waktu yang dibutuhkan bapak untuk menyesaikan lukisan
Pak Kamijan : 3 hari
Kelompok 5 : Apa harapan Bapak kedepan?
Pak Kamijan : Saya ingin punya galeri sendiri
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini kami menyimpulkan bahwa di indonesia banyak sekali
seniman seniman lukis yang butuh perhatian dari pemerintah untuk mewadahi
penyaluran bakat mereka, karena dengan adanya mereka menjadi salah satu daya
tarik bagi para wisatawan kota tua.
Selain itu hal yang dapat diambil dari sini adalah bahwa apapun profesi kita,
jika kita mengerjakannya dengan ikhlas maka akan menghasilkan karya terbaik dan
tidak ada keluh kesah.
B. Saran
Adapun saran kami sebagai penulis bagi para pembaca adalah :
1. Hendaklah kita mensyukuri apa yang sudah kita miliki tanpa berhenti berusaha.
2. Kenali bakat kita dan asahlah hingga kita bisa menghasilkan karya yang terbaik.
3. Teruslah kembangkan potensi diri kita untuk mencapai cita-cita yang sesuai
dengan keinginan kita.
12
Daftar Pustaka
Berita Jakarta.com, 28 April 2010
13
Lampiran
Wawancara dengan Pak Kamijan
Pak Filay Wawancara dengan Pak jaya
Hasil lukisan Pak Filay Lingkungan sekitar pelukis Kota Tua
14