Post on 16-Feb-2016
description
MAKALAH MATA KULIAH REKAYASA PROSES
Di susun oleh :
Andi Munadian
Arip Bahtiar
Eriyanto
Hairunnisah
Rina Kurnia Rustiani
Yogi Juniari
Zaenal Muttaqin
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak dan beberapa sumber hambatan tersebut
bisa teratasi. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Serang, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................5
1.3 Rumusan masalah......................................................................................5
BAB II HASIL.........................................................................................................6
2.1 Uji TVB..........................................................................................................6
2.2 K-value...........................................................................................................7
2.3 Perubahan asam amino menjadi produk khusus.............................................8
2.3.1 Histidin menjadi histamin........................................................................9
2.3.2 Triptofan Membentuk Serotonin...........................................................10
2.3.3 N-Asetilase Serotonin Membentuk Melatonin......................................10
2.3.4 Tirosin Membentuk Epinefrin Dan Norepinefrin..................................11
2.4 Smart packeging...........................................................................................11
2.5 Biolistrik.......................................................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangUmumnya ikan dan produk perikanan merupakan bahan pangan yang
mudah rusak (perishable food) karena mengandung protein dan air cukup tinggi,
oleh karena itu perlakuan yang benar pada ikan setelah ikan tertangkap sangat
penting peranannya. Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan penurunan suhu
seperti pendinginan dan pembekuan untuk mencegah kemunduran mutu ikan. Di
beberapa negara maju, ikan telah dikenal sebagai suatu komoditi yang populer
karena memiliki rasa yang enak dan bagus untuk kesehatan. Ikan merupakan
sumber asam lemak tak jenuh, taurin dan asam lemak omega-3, terutama untuk
jenis ikan seperti tuna, tongkol, kembung, dan lemuru. Komponen tersebut telah
terbukti dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah (arteriosclerosis), oleh
karena itu banyak orang berpendapat untuk meningkatkan konsumsi protein
harian (daily protein intake) terutama yang berasal dari ikan
Kesegaran merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan
keseluruhan mutu produk perikanan. Bagi seorang produsen adalah penting untuk
menjamin kesegaran produk mereka sesuai dengan harapan pembeli. Karena
tingkatan mutu akan menjadi alasan bagi konsumen untuk membeli atau tidak.
Untuk menguji kesegaran ikan, saat ini telah digunakan berbagai metode baik
metode fisik, kimia maupun sensory. Metode kimia dianggap sebagai metode
yang lebih obyektif dibanding metode sensory yang bersifat subyektif. Nilai K (K-
value) merupakan salah satu metode kimia untuk menentukan kesegaran ikan
yang didasarkan pada degradasi nukleotida (Ehira S dan Uchiyama H, 1986).
Sedangkan Oksidasi Reduksi Potential (ORP) merupakan salah satu metode fisiko
kimia untuk pengujian kesegaran ikan yang berdasarkan pada sifat-sifat dielektrik
pada ikan.Penanganan produk perikanan yang salah/kurang tepat merupakan salah
satu penyebab rendahnyakualitas kebanyakan produk perikanan segar dan olahan.
Sebagai bahan pangan, kualitas produkperikanan segar ataupun olahan sering di
bawah persyaratan yang ditetapkan karena penanganan yang kurang tepat pada
ikan tersebut semenjak ikan ditangkap, selama transportasi/distribusi dan atau saat
sampai ke tangan konsumen.
Pengujian mutu kesegaran ikan penting untuk meningkatkan tingkat
konsumsi ikan (konsumsi protein) masyarakat Indonesia. Ikan yang akan
dikonsumsi harus dalam keadaan segar. Penanganan yang baik oleh para nelayan
dan pedagang di pasaran dapat mempertahankan mutu ikan tetap segar sehingga
protein serta kandungan omega-3 tidak rusak akibat aktivitas mikroorganisme.
Jika penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan
dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan
kualitas ikan menurun.
1.2 TujuanAdapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara mendeteksi mutu kesegaran ikan
2. Mengetahui arti dari ketetapan 14,007
3. Definisi K-Value
4. Perubahan asam amino menjadi produk khusus
5. Definisi smart packeging, dan definisis biolistrik
1.3 Rumusan masalah1. Rumus dari TVB serta arti ketetapan 14,007 ?
2. Mengapa nilai K Value bervariasi setiap jenis ikan?
3. Perubahan asam amino menjadi produk khusus ?
4. Apa yang dimaksusd smart pacjeging?
5. Definisi biolistrik?
BAB IIHASIL
2.1 Uji TVBTotal volatile bases (TVB) atau disebut juga basa yang mudah menguap
terbentuk dalam otot jaringan ikan yang sebagian besar terdiri dari amonia,
trimethylamine (TMA) dan dimethylamine (DMA) yang kadarnya berbeda-beda
antara jenis ikan bahkan dalam suatu jenis ikan yang sama. Keadaan dan jumlah
kadar TVB tergantung kepada mutu kesegaran ikan, makin mundur mutu ikan
kadar TVB akan meningkat jumlahnya. Kenaikan kadar TVB terutama
disebabkan oleh aksi bakteri, terbukti dari adanya persesuaian dalam peningkatan
jumlah bakteri sehingga dapat dipakai untuk mengikuti derajat pembusukan ikan.
Dalam ikan yang amat segar, fraksi TVB kecil kadarnya dan hampir seluruhnya
terdiri dari amonia. Tetapi kalau ikan mulai membusuk, terjadi banyak perubahan-
perubahan dalam sifat maupun dalam kadar dari fraksi TVB dalam daging ikan.
(Yunizal dkk, 1998).TVB merupakan hasil dekomposisi protein oleh aktivitas
bakteri dan enzim. Pemecahan protein dapat menghasilkan 95 % amonia dan
CO2, disamping itu akibat langsung pemecahan protein menjadi total N non-
protein tubuh ikan menjadi basis dengan pH 7,1 – 7,2. Hasil pemecahan protein
bersifat volatil dan menimbulkan bau busuk seperti amonia, H2S, merkaptan,
phenol, kresol, indol dan skatol (Aurand, dkk. 1987). Pada uji kimiawi, ditentukan
secara laboratoris kadar senyawa yang terdapatpada ikan atau produk olahannya.
Senyawa itu terbentuk sebagai hasilperubahan kimiawi dari senyawa-senyawa
yang terdapat pada ikan sepertidari senyawa yang mengandung nitrogen terbentuk
senyawa basa volatilyang keseluruhannya dinyatakan sebagai Total Volatile Bases
(TVB).
Penetapan TVB sudah meluas digunakan dan berkorelasi cukup baik
dengan perubahan sensori selama penurunan mutu atau pembusukan.
Pengujiannya cukup mudah, murah dan relatif cepat. Keberatan yang utama
adalah contoh dihancurkan, kondisi volatilisasi harus distandarkan atau
dispesifikasi dengan tepat. Kadar TVB hanya meningkat secara lambat selama
penyimpanan dingin pada suhu antara 00C sampai -10C pada kebanyakan ikan air
tawar, teristimewa karena rendah atau tiadanya kandungan Trimethylamine oksida
(TMAO) pada ikan air tawar (Sofyan Ilyas,1988). TVB digunakan sebagai
indikator untuk mengukur tingkat kesegaran ikan dan sebagai batasan yang layak
untuk dikonsumsi. Ikan benar-benar telah busuk ketika kadar TVB nya melebihi
30 mg-N/100 gram (Connell, 1975 dan Oehlenschlager, 1992). Tingkat kebusukan
ikan ini juga bisa dideteksi dengan penilaian secara sensori. Pada ikan yang
dibekukan, hasil uji TVB nya tidak selalu konsisten karena hilangnya amina
volatile dari ikan yang disimpan dalam es. Keragaman TVB berasal dari variasi
biologis dalam kandungan prekursornya. Uji TVB ini diterapkan pada produk
ikan basah, ikan kering dan ikan asap, tetapi sedikit diterapkan pada ikan beku
(Sofyan Ilyas, 1988).
Perhitungan TVB menggunakan rumus sebagai berikut :
TVB = (Vsampel−Vblanko ) x N HCLx 14,007 x 100
berat sampel
Dimana: Vsampel = titrasi sampel (ml)
Vblanko = titrasi blanko
N HCl = normalitas HCl
14,007 = berat atom nitrogen
100 = prosentase
2.2 K-value K value merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat
kesegaran ikan karena K value menghitung hasil degradasi komponen nukleotida
(Adenosine Triphosphate/ATP) yang terjadi pada proses kemunduran mutu ikan
(Uchiyama et al., 1972). Sedikit berbeda dengan peningkatan TVB, peningkatan
K value berjalan lebihcepat pada awal penyimpanan dan mulai berjalanlambat
setelah 9 hari penyimpanan (Gambar 3). Pola peningkatan K value ini
menunjukkan bahwa proses degradasi ATP menjadi komponen yang lebih
sederhana (Inosine Monophosphate/IMP, inosin, hypoxanthine) merupakan proses
biokimiawi awal yang terjadi segera setelah ikan mati, sementara proses
pembusukan belum dimulai (Rodriques-Jeres et al.,2011). K value pada daging
ikan segera setelah ikan mati adalah di bawah 5%, sedangkan setelah 3 hari
penyimpanan K value mencapai kisaran 14,95 ±2,64%, yang setara dengan
kondisi ikan pada saat didaratkan di TPI dan dapat digunakan sebagai bahan baku
sushi atau sashimi. Daging ikan yang diperuntukkan sebagai bahan baku
kamaboko dan surimi mempunyai kisaran K value 40–60% (Uchiyama et al.,
1972) dan pada penelitian ini daging pada kondisi tersebut diperoleh pada daging
nila setelah penyimpanan 6 hari (K value : 43,88 ±3,07%).
2.3 Perubahan asam amino menjadi produk khususAsam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang
sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan
gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat
amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada
larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena
salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun
protein. Unit dasar penyusun struktur protein adalah asam amino. Dengan kata
lain protein tersusun atas asam-asam amino yang saling berikatan. Bila protein
dipanaskan dalam suasana asam atau basa kuat maka ikatan kovalen yang
menghubungkan asam amino satu dengan yang lainnya akan terputus, hasilnya
kita akan mendapatkan molekul – molekul yang relative lebih sederhana yaitu
asam – asam amino. Asam amino yang pertama kali diisolasi adalah asparagin
yang ditemukan pada tahun 1806, sedangkan asam amino yang paling akhir
diisolasi adalah treonin, baru ditemukan pada tahun 1938. Struktur asam amino :
COOH
↓
H2N ̵ C ̵ H
↓
R
Hampir semua asam amino standar kecuali glisin mempunyai atom karbon
asimetris, yaitu atom karbon yang keempat tangannya mengikat atom atau gugus
yang berbeda – beda. Atom karbon asimetris dalam asam amino standar yaitu
atom karbon – alpha mengikat empat macam gugus antara lain : gugus
karboksilat, gugus amino, atom hydrogen, dan gugus R. Atom karbon yang
asimetris ini disebut juga pusat khiral. Kecuali glisin semua asam amino standar
merupakan senyawa optis aktif yaitu dapat memutar bidang sinar yang
terpolarisasi ke satu arah tertentu.
Produk khusus dapat berasal dari asam amino itu sendiri, kerangka c atau
bagian dari asam amino itu. Berbagai produk yang penting secara fisiologis dan
berasal dari asam amino mencakup heme, purin, pirimidin, hormon,
nerutransmiter dan peptide yang biologis-aktif. Selain itu banyak protein
mengandung asam amino yang sudah dimodifikasi untuk memenuhi fungsi
khusus, seperti pengikatan kalsium,atau sebagai senyawa antara yang bekerja
untuk menstabilkan protein, yaitu protein struktural, melalui ikatan silang kovalen
berikutnya. Residu asam amino dalam protein tersebut bertindak sebagai residu
yang sudah dimodifikasi. Akhirnya, terdapat molekul peptida kecil atau molekul
mirip peptida yang tidak disintesis dalam ribosom yang memiliki fungsi khusus
dalam sel. Histamin yang dibentuk melalui dekarboksilasi histidin, memainkan
peranan yang penting dalam banyak reaksi alergi. Neurotransmiter spesifik yang
berasal dari asam amino mencakup -aminobutirat dari glutamat; 5-
hidroksitripitamin (serotinin) dari triptofan; dan dopamin, norepinefrin serta
epinefrin dari tirosin. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati berbagai
keadaan neurologis dan psikiatris mempengaruhi metabolisme neurotransmiter
tersebut diatas. (Murray, Robert K. 1999 : 340)
2.3.1 Histidin menjadi histaminHistamin adalah senyawa amin biogenik yang terbentuk dari asam amino
histidin akibat reaksi dengan enzim dekarboksilase (Dalgaard et al., 2008).
Histamin merupakan komponen yang kecil, mempunyai berat molekul rendah
yang terdiri dari cincin imidazol dan sisi rantai etilamin. Histamin juga merupakan
komponen yang tidak larut air. Histamin merupakan salah satu amin biogenik
yang mempunyai pengaruh terhadap fisiologis manusia (Indriati et al. 2006).
Histamin memiliki struktur molekul C5H9N3 dengan nama IUPAC 2-(1H-
imidazol-4-yl) ethanamine berat molekul 111.15 g/mol (Paiva et.al. 1970). Satuan
kadar histamin dalam daging tuna dinyatakan dalam mg/100 g, mg% atau ppm
(mg/1000 g).
Pembentukan histamin terjadi melalui dua cara yaitu autolisis dan aktivitas
bakteri. Histamin di dalam daging diproduksi oleh hasil karya enzim
yang menyebabkan pemecahan histidin yaitu enzim histidine dekarboksilase.
Melalui proses dekarboksilasi (pemotongan gugus karboksil) dihasilkan
histamin.
Histamine terbentuk dari dekarboksilasi histidin. Yaitu suatu reaksi dalam
jaringan tubuh yang dikatalis oleh enzim asam L-amino aromatic dekarboksilase.
Enzim ini juga mengkatalis reaksi dekarboksilasi dopa, 5-hidroksitriptofan,
fenilalanin, tirosin dan triptofan. Senyawa histidin yang terdapat dalam tubuh
mencakup ergotionein yang ditemukan di dalam sel darah merah, serta hati.
Senyawa 1-metil histidin yang ada dalam urin manusia mungkin berasal dari
anserine. Senyawa 3-metilhistidin yang dalam urin manusia ditemukan dengan
kadar sekitar 5 mg/dL, menunjukkan kadar rendah yang abnormal didalam urin
penderita penyakit Wilson. (Penyakit Wilson adalah suatu kondisi medis yang
diturunkan yang ditandai dengan adanya kelebihan tembaga dalam tubuh,
menyebabkan kerusakan hati dan sistem saraf).
2.3.2 Triptofan Membentuk SerotoninLintasan sekunder untuk metabolism triptofan melalui dihidroksilasi
menjadi 5-hidroksitriptofan. Oksidasi triptofan menjadi derivate hidroksi analog
dengan konversi fenilalanin menjadi triptofan dan fenilalanin hidroksilase hati
juga mengkatalis reaksi hidroksilasi triptofan. Dekarboksilasi 5-hidroksitriptofan
membentuk 5-hidroksitiptamin (serotonin) yakni suatu vosokontriktor kuat dan
perangsang kontraksi otot polos. Enzim 5-hidroksitriptofan atau hidroksilase yang
membentuk serotonin dari hidroksitriptofan ditemukan dalam ginjal, hati dan
lambung. Serta reaksi perubahan tersebut diatas menjadi serotonin dikatalis oleh
enzim monoamina.
2.3.3 N-Asetilase Serotonin Membentuk MelatoninMelatonin berasal dari serotonin melalui N-asetilasi yang diikuti metilasi
gugus 5-hidroksi. Reaksi metilasi terdapat dalam jaringan korkup pineal. Selain
metilasi N-asetilserotonin, juga terdapat metilasi langsung serotonin dan 5-
hidroksiindolasetat yakni metabolit serotonin. Serotonin dan 5-metoksitriptamin
dimetabolisir menjadi asam yang bersesuaian oleh enzim monoamina oksidase.
Melatonin yang beredar dalam sirkulasi darah diambil oleh semua jaringan,
termasuk otak.
2.3.4 Tirosin Membentuk Epinefrin Dan NorepinefrinTirosin adalah precursor epinefrin dan norepinefrin yang dibentuk didalam
sel-sel neuron. Meskipun dopa adalah zat antara dalam pembentukan baik melanin
dalam melanosit maupun norepinefrin dalam sel-sel neuron, namun enzim yang
berlainan melaksanakan reaksi hidroksilasi tirosin dalam berbagai tipe sel. enzim
tiroksin hidroksilase membentuk dopa dalam sel-sel neuron dan adrenal pada
lintasan reaksi yang menghasilkan norepinefrin dan epinefrin. Dopa
dekarboksilase, yakni suatu enzim yang tergantung pada piridoksal fosfat
membentuk dopamine. Senyawa terakhir ini mengalami hidroksilase selanjutnya
enzim dopamine meta-oksidase, yaitu enzim yang tergantung pada tembaga dan
tampaknya menggunakan vitamin C untuk menghasilkan norepinefrin. Dalam
medulla adrenal, feniletanolamina-N-metil transferasse memakai S-
adenosilmetionin untuk melaksanakan metilasi senyawa amina primer
norepinefrin dalam pembentukan epinefrin. Tirosin juga merupakan precursor
hormone tiroid triyodotironin dan tiroksin.
2.4 Smart packegingSmart packaging merupakan salah satu inovasi penting dalam dunia
kemasan. Inovasi ini mampu meningkatkan efisiensi dan jaminan keamanan
pangan produk yang dikemasanya. Terdapat dua jenis smart packaging, yakni
active dan intelligent packaging. Active packaging merupakan kemasan yang
mengandung senyawa tertentu yangmampu meningkatkan performa kemasan.
Contoh dari active packaging antara lain kemasan yang mengandung O2, CO2,
dan ethylene scavenger; ethanol emitters; moisture absorbers; flavor / odour
absorbers; atau preservative releasers (antimicrobial films). Sementara itu
intelligent packaging merupakan kemasan yang mengandung indikator eksternal
dan internal untuk memberikan informasi mengenai kemasan atau produk yang
dikemasnya. Contoh dari intelligent packaging antara lain kemasan yang
dilengkapi oleh indikator konsentrasi udara, kematangan, suhu atau waktu.
Banyak inovasi yang dilakukan dalam intelligent packaging tersebut. Salah
satunya Gordon menyontohkan CO2 intelligent pigment. Di mana pigmen
disatukan dengan polimer termoplastik untuk menghasilkan film plastik yang
sensitive terhadap CO2 dan tahan lama. Inovasi menarik lainnya adalah telah
dikembangkannya nanosensors untuk mendeteksi keberadaan Salmonella dan
Listeria. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan deteksi cepat keberadaan
dua patogen tersebut. Sensor dilengkapi dengan fluorescent organic dye yang akan
menempel pada Salmonella atau Listeria, sehingga akan menimbulkan warna.
Deteksi ini sangat mudah dan cepat. Adapula indikator tingkat kematangan yang
dikembangkan berdasarkan aroma. Teknologi ini memudahkan konsumen untuk
menentukan tingkat kematangan yang diinginkan. Dalam kesempatan tersebut,
Gordon banyak memberikan contoh lainnya seperti thermocromic ink, ultra label
temperature recorder, dan lainnya.
2.5 BiolistrikBiolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan
lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative
pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus
untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan
isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar
ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.Pengamatan pulsa listrik
tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan
kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti
untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat
dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat
listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger
otak dan kelainan otak lainya.
Bio-listrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-
elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya
rangsangan penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya
ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik.
Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang
kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang
tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk
mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-bagian tubuh lainnya.Dengan
demikian daya listrik hidup yang tertimbun di dalam pusat akal sebagai potensi
hanya dapat mengalir dan menjadi amal atau gerakan apabila ia di tuntut untuk
berbuat demikian.
BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanUntuk menguji kesegaran ikan, saat ini telah digunakan berbagai metode
baik metode fisik, kimia maupun sensory. Metode kimia dianggap sebagai metode
yang lebih obyektif dibanding metode sensory yang bersifat subyektif. Nilai K (K-
value) merupakan salah satu metode kimia untuk menentukan kesegaran ikan
yang didasarkan pada degradasi nukleotida. Pengujian mutu kesegaran ikan
penting untuk meningkatkan tingkat konsumsi ikan (konsumsi protein)
masyarakat Indonesia. Ikan yang akan dikonsumsi harus dalam keadaan segar.
asam amino dapat menghasilkan produk khusus seperti histamin menjadi histidn,
ornitin menjadi putresin, Tirosin Membentuk Epinefrin Dan Norepinefrin, N-
Asetilase Serotonin Membentuk Melatonin.
3.2 Saran Saran yang dapat di berikan yaitu sebaiknya jika akan membeli atau
mengkonsumsi ikan di lihat terlebih dahulu kesegarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alasalvar, C. and T. Taylor. 2002. Seafood Quality, Technology and Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1984. Official Methods of Analysis. 14th Edition. Washington DC.
Erika K.R dan Brimelow, C.J.B. 2001. Instrumentation and Sensors for the Food Industry. Second Edition. Boca Raton, Florida: CRC Press LLC.
Hadiwiyanto. 1993. Teknik Handling dan Packing Komoditi Perikanan Darat. Bogor: IPB Press.
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan, jilid 1. Teknik Pendinginan Ikan .Jakarta: CV Paripurna.
Jaya, I. dan Rahmat, A. 2004. Pengembangan Teknologi Alat Deteksi Kesegaran Ikan dengan Pendekatan Akustik. [Laporan]. Hibah Bersaing Perguruan Tinggi, IPB.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Murray, K. Robert. 1999. Biokimia Harper. Jakarta : EGC Arbianto, purwo. 1993. Biokimia konsep – konsep dasar. Kimia FMIPA – ITB
Soekarto, S.T.1990. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.