Post on 14-Apr-2016
MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM BIOLOGI
“Model Kurikulum Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan”
Dosen Pengampu
Silfia Ilma M.Pd
Disusun Oleh:
Shafira Widya Ika Pertiwi : 13.601030.001
Diah Kurniawati : 13.601030.004
Suharni : 13.601030.009
Rahmi Agus Lestari : 13.601030.012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Model Kurikulum Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan” dengan lancar. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
kami yang miliki sangat kurang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
Tarakan, 01 April 2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ................................. 5
B. Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.................................... 5
C. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .... 15
D. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
.. ............................................................................................................... 15
E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
. ................................................................................................................. 15
F. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. ................................ 21
G. Model Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. .......................... 26
H. Pengembangan Silabus............................................................................. 28
I. Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. .......... 37
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................. 39
B. Saran ......................................................................................................... 40
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan , dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan
utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU
20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah di susun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, penyusunan KTSP
juga harus mengikuti ketentuan lain yangmenyangkut kurikulum dalam UU
20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang di susun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama,
Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum
yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.
Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU
20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus di acu
dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh
hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan
berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model
KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya di pergunakan
sebagai refrensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: (1) belajar untuk beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan
menghayati, (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (5)
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka
permasalahan yang hendak di angkat dalam makalah ini adalahs:
1. Apa pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)?
2. Apa landasan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)?
3. Apa tujuan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP)?
4. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)?
5. Apa saja acuan operasional penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)?
6. Apa saja komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)?
7. Bagaimana model konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)?
8. Bagaimana pengembangan silabus dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)?
9. Bagaimana pelaksanaan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP)?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang
akan di capai dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
2. Untuk mengetahui landasan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
3. Untuk mengetahui tujuan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP).
5. Untuk mengetahui acuan operasional penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP).
6. Untuk mengetahui komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
7. Untuk mengetahui model konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
8. Untuk mengetahui pengembangan silabus dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
9. Untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Bagi penulis
1. Agar dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas penyusunan
makalah model kurikulum berbasis tingkat satuan pendidikan pada
mata kuliah Pengembangan Kurikulum Biologi.
2. Agar penulis mengetahui sistematika penulisan makalah serta saling
menghargai pikiran atau ide dalam bekerja sama sebagai satu tim
untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Agar menambah wawasan bagi penyusun makalah.
b. Bagi pembaca
1. Untuk menambah wawasan serta refrensi para pembaca baik dosen
maupun mahasiswa/mahasiswi di Universitas Borneo Tarakan tentang
kurikulum terkait materi model kurikulum berbasis tingkat satuan
pendidikan.
2. Agar makalah ini dapat di jadikan sebagai contoh literature dalam
penyusunan makalah terkait materi model kurikulum berbasis tingkat
satuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah/madrasah mengembangkan
kurikulum berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI)
dan berpedoman pada panduan yang di tetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), maka materi bab ini akan mengacu pada Panduan
Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun oleh
BSNP tahun 2006.
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pasa suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
B. Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur
KTSP, adalah :
Pasal 1 ayat (19) :
Ayat 19: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4) :
Ayat 1: Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Ayat 2: Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan.
Ayat 3: Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
Aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (4) Ketentuan
mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lenih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 32 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, social, dan/ atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.
Ayat 2: Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah terpencil, dan/ atau mengalami bencana alam, bencana
social, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Ayat 3: Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan
pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 35 ayat (2) :
Ayat 2 Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan.
Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4) :
Ayat 1: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Ayat 2: Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Ayat 3: Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a)
penigkatan iman dan takwa; b) peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d) keragaman potensi daerah
dan lingkungan;e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f) tuntutan
dunia kerja; g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h)
agama; i) Dinamika perkembangan global; dan j) persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan.
Ayat 4: Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Pasal 37 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a)
pendidikan agama; b) pendidikan kewarganegaraan; c) bahasa; d)
matematika; e) ilmu pengetahuan alam; f) ilmu pengetahuan social; g) seni
dan budaya; h) Pendidikan jasmani dan olahraga; i)
keterampilan/kejuruan; dan j) muatan lokal.
Ayat 3: Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”.
Pasal 38 ayat (1), (2) :
Ayat 1: Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
Ayat 2: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/ kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang
mengatur KTSP, adalah :
Pasal 1 ayat (5), (13), (14) (15) :
Ayat 5: Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Ayat 13: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Ayat 14: Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada
setiap satuan pendidikan.
Ayat 15: Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan
pendidikan”.
Pasal 5 ayat (1), (2) :
Ayat 1: Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ayat 2: Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan/ akademik.
Pasal 6 ayat (6) :
Ayat 6: Kurikulum dan silabus SD/ MI/ SDLB/ Paket A, atau bentuk lain
yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran
membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan
berkomunikasi.
Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8) :
Ayat 1: Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/ MI/
SDLB/ Paket A, SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/ SMALB/
Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/ atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Ayat 2: Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada
SD/ MI/ SDLB/ Paket A, SMP/MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/MA/
SMALB/ Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia,
kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.
Ayat 3: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SD/ MI/ SDLB/ Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/ atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan social, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal
yang relevan.
Ayat 4: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/ atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, keterampilan/ kejuruan, dan/
atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan local yang relevan.
Ayat 5: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMA/ MA/ SMALB/ Paket C, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/ atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, keterampilan/ kejuruan,
teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan local yang relevan.
Ayat 6: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan
dan/ atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan social, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan local yang relevan.
Ayat 7: Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/ MI/ SDLB/ Paket A,
SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/ SMALB/ Paket C, SMK/
MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/
atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan local
yang relevan.
Ayat 8; Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada
SD/ MI/ SDLB/ Paket A, SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/
SMALB/ Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/ atau kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan local
yang relevan”.
Pasal 8 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1: Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/ atau semester
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Ayat 2: Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Ayat 3: Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 10 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1. Beban belajar untuk SD/ MI/ SDLB, SMP/ MTs/ SMPLB, SMA/
MA/ SMALB, SMK/ MAK atau bentuk lain yang sederajat menggunakan
jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan system tatap
muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai
kebutuhan dan ciri khas masing-masing.
Ayat 2. MI/ MTs/ MA atau bentuk lain yang sederajat dapat
menambahkan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan kebutuhan dan
ciri khasnya.
Ayat 3. Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu
efektif tatap muka, dan persentase beban belajar setiap kelompok mata
pelajaran ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan
BSNP”.
Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4) :
Ayat 1. Beban belajar untuk SMP/ MTs/ SMPLB, atau bentuk lain yang
sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS).
Ayat 2. Beban belajar untuk SMA/ MA/ SMPLB, SMK/ MAK atau bentuk
lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori standar dapat di
nyatakan dalam satuan kredit semester.
Ayat 3. Beban belajar untuk SMA/ MA/ SMALB, SMK/ MAK atau
bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri
dinyatakan dalam satuan kredit semester.
Ayat 4. Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang
menerapkan system SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usul dari BSNP.
Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4) :
Ayat 1. Kurikulum untuk SMP/ MTs/ SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat, SMA/ MA/ SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/
MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup.
Ayat 2. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan social, kecakapan akademik, dan
kecakapan vokasional.
Ayat 3. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran pendidikan
estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan
kesehatan.
Ayat 4. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(2), dan (3) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
Pasal 14 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1. Kurikulum untuk SMP/ MTs SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat dan kurikulum untuk SMA/ MA/ SAMLB atau bentuk lain yang
sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan local.
Ayat 2. Pendidikan berbasis keunggulan local sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran
estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan.
Ayat 3. Pendidikan berbasis keunggulan local sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5) :
Ayat 1. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun
oleh BSNP.
Ayat 2. Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi sekurang-
kurangnya: a. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk
SD/ MI/ SDLB, SMP/MTs SMPLB, SMA/ MA/ SMALB, dan SMK/MAK
pada jalur pendidikan formal kategori standar; b. Model-model kurikulum
tingkat satuan pendidikan untuk SD/ MI/ SDLB/ SMP/ MTs/ SMPLB/
SMA/ MA/ SMALB, dan SMK/ MAK pada jalur pendidikan formal
kategori mandiri;
Ayat 3. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah keagamaan berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP.
Ayat 4. Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi sekurang-
kurangnya model-model kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Ayat 5. Model-modal kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (4) sekurang-kurangnya meliputi model
kurikulum tingkat satuan pendidikan apabila menggunakan system paket
dan model kurikulum tingkat satuan pendidikan apabila menggunakan
system kredit semester”.
Pasal 17 ayat (1), (2) :
Ayat 1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/ MI/ SDLB/ SMP/ MTs/
SMPLB, SMA/ MA/ MALB/ SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/
karakteristik daerah, social budaya masyarakat, dan peserta didik.
Ayat 2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di
bawah supervise dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab dibidang
pendidikan untuk SD, SMP, SMA dan agama untuk MI,MTs, MA, dan
MAK”.
Pasal 18 ayat (1), (2), (3) :
Ayat 1. Kalender pendidikan/ kalender akademik mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur.
Ayat 2. Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
jeda tengah semester selama-lamnya satu minggu dan jeda antar semester.
Ayat 3. Kalender pendidikan/ akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri”.
Pasal 20 :
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
3. Standar Isi
Standar ini mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Termasuk dalam SI adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan
menengah. SI di tetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Pemendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi :
Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu”.
4. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan kerampilan sebagaimana
yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
Permendiknas Nomor 23 Standar Kelulusan :
Ayat 1. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah di gunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik.
Ayat 2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran,
dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
C. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
D. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok
atau satuan pendidikan dan komite sekolah dibawah koordinasi dan supervise
dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Penyusunan
KTSP untuk pendidikan khusus pendidikan menengah. Penyusunan KTSP
untuk pendidikan khusus di koordinasi dan disupervisi oleh dinas
pendidikanprovinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan
Peseta didik dan Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TUhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta sisik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi
sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,
serta menghargau dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status social ekonomi, dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan local, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
keinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, tekologi, dan seni.
4. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untukmenjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh Karen aitu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan social, keterampilan akademik, dan
keterampilan vokasional.
5. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan,
dan pemberdayaan peserta didik yang berlabgsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan daerah untuk membengun kehidupan bermasyarakat,
baerbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling
menisci dan memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam pelaksanaannya, KTSP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi siswa untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Dalam hal ini siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang
bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya
secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)
belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan siswa mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan siswa dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung
tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah
membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan
teladan).
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip
alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang
di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta
dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, social
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai
antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun
yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat
Perkembangan dan Keamanan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistic yang memungkinkan potensi diri
(afektif, kognitif, psikomotorik) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, social, spiritual,
dan kinestik peserta didik.
3. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh
karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.
4. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan
yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan
nasional. Untuk itu, keduanya harus di tamping secara berimbang dan
saling mengisi.
5. Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya
pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat
penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus-menerus
melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus di kembangkan untuk mendukung peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman,
takwa, dan akhlak mulia.
8. Dinamika Perkembangan Global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia di gerakkan oleh pasar
bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu
yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Pendidikan di arahkan untuk membangun karakter dan wawasan
kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh
karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan
sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan
bangsa dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
social budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat terlebih dahulu
di tumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11. Kesetaraan Gender
Kurikulum harus di arahkan pada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan cirri khas satuan pendidikan.
F. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah di
rumuskan mengacu pada tujuan umum pendidikan berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran
sebagai berikut.
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana di uraikan dalam PP 19/2005
Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan. Di samping itu, materi muatan local dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
a. Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing
tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang
tercantum dalam SI.
b. Muatan Lokal
Muatan local merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai
menjadi bagian dari materi pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelanajaran tersendiri. Substansi muatan
local ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata
pelajaran keterampilan. Muatan local merupakan mata pelajaran
sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompentensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan local
yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
satu mata pelajaran muatan local setiap semester. Ini berarti bahwa
dalam satu tahun, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua
mata pelajaran muatan local.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat,
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan, antara
lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi, kehidupan social, belajar, dan pengembangan
karier peserta didik, sedangkan untuk kegiatan ekstrakulikuler dapat
dilakukan, antara lain melalui kegiatan kepramukaan, kepemimpinan,
dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri
terutama ditunjukan untuk pengembangan kreaktivitas dan bimbingan
karier.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan
pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan
kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan
mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan
secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
d. Pengaturan Beban Belajar
1) Beban belajar dalam system paket digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB baik kategori
standar. Beban belajar dalam system kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Bebabn belajar
dalam system kredit semester (SKS) digunakan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
2) Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada system paket
dialokasikan sebagaiamana tertera dalam struktur kurikulum.
Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang
terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran
dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang
tepat. Pemanfaatan jam pembelajarantambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi, disamping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain
yang dianggap penting dan tidak terdapat didalam struktur
kurikulum yang tercantum didalam standar Isi.
3) Alokasi waktu untuk penugasan struktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur dalam system paket untuk DD/MI/SDLB 0%-
40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari kegiatan waktu
mata pelajaran yang bersagkutan. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan poensidan kebutuhan peserta didk
dalam mecapai kompetensi.
4) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik disekolah
setara dengan nsatu jam tatap muka. Empat jam praktik diluar
sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
5) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan struktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan system satuan kredit
semester (sks) mengikuti aturan sebagai berikut: a) satu sks pada
SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan
struktur dan kegiatan mandiri tidak tersrtruktur, b) satu sks pada
SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit
kegiatan terstruktur dan 25 menit kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
e. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam
suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk tiap-tiap indicator 75%. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mengembangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggarakan pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara
terus-menerus untuk mencapai criteria ketuntasan ideal.
f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran.
Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis
terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program
pembelajaran; (b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan; (c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (d)
lulus Ujian Nasional.
g. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.
Criteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.
h. Pendidikan Kecakapan Hidup
1) Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
social, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
2) Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul
yang direncanakan secara khusus.
3) Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
i. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
1) Pendidikan berbasis keunggulan local dan global adalah
pendidikan yang memanfaatkan keunggulan local dan kebutuhan
daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi
informasi dan komunikasi, ekologi dan lain-lain, yang semuanya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
2) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan local dan global.
3) Pendidikan berbasis keunggulan local dan global dapat merupakan
bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata
pelajaran muatan local.
4) Pendidikan berbasis keunggulan local dapat diperoleh peserta didik
dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender
pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
G. Model Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam khazanah literatur kurikulum, setidaknya dikenal ada empat
model konsep kurikulum yaitu model kurikulum subjek akademik, model
kurikulum personal, model kurikulum rekonstruksi sosial, dan model
kurikulum teknologis. Kurikulum subjek akademik berorientasi pada
pembentukan manusia intelek. Materi pelajaran berupa ilmu pengetahuan,
sistem nilai yang dianggap baik dan harus disampaikan secara turun temurun.
Proses pendidikan adalah upaya transfer ilmu pengetahuan masa lampau yang
dianggap baik. Keberhasilan pendidikan dilihat dari sejauh mana siswa
menguasai bahan ajar yang dipalajarinya.
Model kurikulum personal yaitu kurikulum yang berorientasi pada
pengembangan potensi siswa secara maksimal. Dalam kurikulum ini tidak ada
materi standar, karena materi disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak.
Proses pembelajaran lebih banyak upaya pembimbingan anak untuk
menyalurkan minat dan perhatiannya. Evaluasi dilakukan untuk melihat
sejauh mana siswa merasa senang dalam menjalani aktivitas.
Kurikulum rekonstruksi sosial, adalah model kurikulum yang
berorientasi pada kepedulian sekolah untuk memecahkan permasalahan yang
ada di masyarakat. Isi pendidikan berupa permasalahan yang ada di
masyarakat, untuk selanjutnya dibahas dan dipecahkan dengan menggunakan
khasanah keilmuan yang ada yang dipandang relevan untuk memecahkan
masalah. Metode pembelajaran lebih banyak pada upaya diskusi dan penilaian
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses
pemecahan masalah dan sejauh mana masalah mampu dipecahkan dalam
proses pembelajaran. Terakhir model kurikulum teknologis, yaitu kurikulum
yang didasarkan pada penggunaan metode ilmiah dalam penyusunan
kurikulum dan isi kurikulum adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang
harus dikuasai untuk menghadapi kehidupan. Isi pendidikan menekankan pada
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses pendidikannya berupa
transfer IPTEK, sedang evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana IPTEK
mampu dikuasai oleh siswa. Ada dua jenis teknologi yang digunakan dalam
jenis kurikulum ini yaitu teknologi perangkat lunak dan teknologi perangkat
keras.
KTSP pada dasarnya merupakan penyempurnaan model dari KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang diujicobakan oleh Depdiknas secara
nasional. KBK itu sendiri adalah kurikulum yang berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah salah satu jenis dari model konsep
kurikulum teknologis. Dengan demikian KTSP menggunakan model konsep
kurikulum teknologis.
Sedangkan apabila ditinjau dari model pendekatan pengembangannya,
kurikulum 2006/KTSP menerapkan pendekatan dekonsentrasi, yaitu campuran
antara setralistik dan desentralistik atau dalam istilah lain mengunakan
pendekatan campuran model administratif dan model akar rumput (grass
root).
Model administratif, yaitu model pengembangan kurikulum yang
inisiatif, pelaksananya ditentukan dan dilakukan oleh pemerintah pusat.
Kurikulum yang telah jadi disebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk
dilaksanakan. Sekolah-sekolah/guru-guru tinggal menjalankan apa yang sudah
tertuang dalam kurikulum.
Model akar rumput, adalah model pengembangan kurikulum dimana
inisiatif dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru-guru sebagai pelaksana
kurikulum. Upaya ini mula-mulanya dilakukan hanya pada cakupan terbatas
baik area materi maupun wilayah pemberlakuannya. Apabila memperoleh
kecocokan dengan sekolah lain dan didukung oleh pemerintah sebagai pihak
yang berwenang, penggunaannya bisa meluas. Tapi apabila tidak,
penggunaannya tidak bisa menyebar dan bahkan mungkin terhenti dan mati.
Dalam kurikulum 2006/KTSP sebagian dikembangkan oleh pusat, yaitu
Standar Komptensi Lulusan dan Standar Isi. Sebagian lagi dikembangkan oleh
daerah/sekolah, yaitu menerjemahkan SKL dan SI ke dalam bentuk kurikulum
operasional yang digunakan oleh setiap jenjang dan unit pendidikan masing-
masing sekolah dengan berpedoman pada rambu-rambu prosedur
pengembangan KTSP yang dikembangkan BNSP.
H. Pengembangan Silabus
1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, mata pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator,
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Prinsip Pengembangan Silabus
Prinsip Pengembangan Silabus, meliputi; (a) ilmiah, yaitu
keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan tepat dipertanggung jawabkan secara keilmuan; (b) relevan,
yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan muatan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
social, emosional, dan spiritual; (c) sistematis, yaitu komponen-komponen
silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi;
(d) konsisten, yaitu adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas)
antara kompetensi dasar, indicator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan system penilaian; (e) memadai, yaitu
cakupan indicator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar; (f) actual dan kontekstual, yaitu cakupan indicator,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan system
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi; (g) fleksibel,
yaitu keseluruhan komponen silabus dapat perubahan yang terjadi
disekolah dan kebutuhan masyarakat; dan (h) menyeluruh, yaitu
komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
3. Unit waktu Silabus
a. Silabus mata pembelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu
yang disediakan untuk mata pembelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus mempertahankan alokasi waktu yang disediakan
per smester, per tahun, dan alokasi waktu mata pembelajaran lain yang
sekelompok.
c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan
silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada Struktur
kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus
berdasarkan satuan kompetensi.
4. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan, dengan ketentuan;(a)
disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu
mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya; (b)
apabila guru mata pembelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah
dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran
untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah
tersebut; (c) di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai kelas VI,
menyusun silabus secara bersama. di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA
dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait; (d)
sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus yang akan
digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat;
dan (e) Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman
dibidangnya masing-masing.
5. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan
urutan berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
SI; keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dalam mata pelajaran; dan keterkaitan antara standar kompetensi dan
kompetensi dasar antar mata pelajaran.
b. Mengidentifikasikan Matero Pembelajaran yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar, dengan mempertimbangkan; potensi
peserta didik; relevansi dengan karakteristik daerah; tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, social dan spiritual peserta
didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur keilmuan;
aktualitas; kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi
waktu.
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah: (a) kegiatan pembelajaran disusun untuk
memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara professional; (b) kegiatan
pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai konsep dasar; (c)
ketentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan
hierarkikonsep materi pembelajaran; dan (d) rumusan pernyataan
dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu
kegiatan peserta didik dan materi.
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi.Indikator merupakan
penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
rumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
doobservasi. Indicator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian. Kata kerja operasional (KKO) indicator dimulai dari
tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke
jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya). Kata kerja
operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada
deskripsi yang ada di kata kerja operasional indicator.
e. Menentukan Jenis Penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dilakukan berdasarkan indicator. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, yaitu (a) penilaian
diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; (b) penilaian
menggunakan acuan criteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; (c)
system yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kometensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa; (d) hasil
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi
bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinaya di bawah kriteria
ketuntasan; dan (e) system penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun
produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
f. Menentukan Alokasi Waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pembelajaran per
minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
g. Menentukan Sumber Belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek
dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan
fisik, alam, social, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian
kompetensi.
6. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada
di antara dua format di bawah ini.
Format 1:
SILABUS
Nama Sekolah : SD Kendari, Jawa Timur
Mata Pembelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/semester : IV/2
Standar Kompetensi :Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota di provensi.
Kompetensi Dasar :Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya
Alokasi Waktu : 12 X 35 Menit
Materi/ pokok
pemebelajaran
Kegiatan
pemebelajaran
Idikator Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
belajar
Perkembangan
teknologi
produksi,
komunikasi, dan
trasportasi.
Mengenal
berbagai
teknologi
produksi
yang
digunakan
di daerah
setempat
bahan
makanan,
Mengenal
jenis-jenis
teknologi
untuk
produksi
yang
digunakan
oleh
masyarakat
pada masa
Tes
tertulis:
uraian
tentang
perkemban
gan
teknologi
produksi
3 x 35
menit
Gambaralat
produksi
“tahu”
Pabrik tahu
Buku ips
kelas IV
semester 2
Majalah/
Koran/
media
Format 2
Silabus
Nama sekolah : SMP… Padang Sumatera Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VII/I
I. Standar Kompetensi
1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
II. Kompetensi Dasar
1.1 mendeskripsikan hakikatnorma-norma, kebiasaan, adat istiadat,
peraturan, yang berlakun dalam masyarakat.
III. Materi pokok/ pembelajaran
Sikap postif terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat, peraturan
yang berlaku di masyarakat.
peralatan,
dll
lalu dan
sekarang
elektronik
Mencari
informasi
cara
memproduk
si “tahu
Kediri pada
masyarakat
masa lalu
dan masa
kini dst.
Membuat
diagram alur
tentang
proses
produksi dari
kekayaan
alam yang
tersedia dst.
IV. Kegiatan Pembelajaran
1. Mencari informasi dan berbagai sumber tentang norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau.
2. Mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat Minang Kabau.
3. Mencari informasi dari berbagai sumber tentang adat istiadat yang
berlaku dalam masyarakat Minang Kabau.
4. Mencari informasi dari berbagai sumber tentang peraturan yang
berlaku dalam masyarakat Minang Kabau.
5. Mendiskusikan perbedaan macam-macam norma yang berlaku
dimasyarakat Minang Kabau.
6. Mencari informasi akibat dari tidak mematuhi norma-norma,
kebiasaan, adat istiadat, peratura yang berlaku di masyarakat
Minang Kabau.
7. Membuat laporan.
V. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian norma-norma dan peraturan yang berlaku
dalam masyarakat.
2. Menjelaskan pengertian kebiasaan dan adat istidat yang berlaku
dalam masyarakat.
3. Memberi contoh norma-norma,kebiasaan,adat istiadat,peraturan
yang tak berlaku alam masyarakat.
4. Menunujukkan sikap mematuhi norma, kebiasaan, dat istiadat,
peraturan yang berlaku dalam masyarakat.
VI. Penilaian:
1. Tes tertulis dalam bentuk uraian
2. Perilaku siswa dalam bentuk laporan
VII. Alokasi waktu : 4 x 40 menit
VII. Sumber belajar :
1. Buku teks Pkn Kelas VII
2. Perpustakaan
3. Narasumber
IX. Pengembangan silabus berkelanjuan
Dalam implimentasinya, silabus di jabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran, dulaksanakan, dievalasi, dan di tindak
lanjuti oelh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan
dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan
hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran), dan evaluasi rencana pelaksanaan pembelajaran.
I. Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Analisis kontek
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis konteks adalah sebagai
berikut:
a. Menganalisis potensi dan kekuatan yang ada di sekolah: peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan, saran dan prasarana, biaya, dan
program-program yang ada disekolah.
b. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar; komite sekolah, dewan pendidikan, dinas
pendidikan, asosiasi profesi, dunia industry dan dunia kerja, sumber
daya alam, dan social budaya.
c. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan
sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingat satuan penidikan.
Pada proses penyusunan Standar Isi dan Standar Kelulusan, maka yang
perlu diperhatiakn adalah pembentukan tim penyusun dan perencanaan
kegiatan.
2. Mekanisme penyusunan
a. Tim penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas
guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
Di dalam kegiatan, tim penyusun melibatkan komite sekolah dan
narasumber, serta pihak lain yang terkait. Koordinasi dan supervisi
dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provnsi untuk
SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs,
Ma dan MAK terdiri atas guru, konselor dan kepala madrasah sebagai
ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penusun melibatkan
komite sekolah, dan narasumber, serta pihak lain yang menangani
urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus
(SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala
sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim
penyusun melibatkan komite sekolah, dan narasumber, serta pihak lain
yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan.
b. Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan
sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan /atau
lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah
yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi;
penyiapan dan penyusunan draf, review dan revisi, serta finalisasi,
pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih besar terperinci dari
setiap legiatan diatur dan diselenggrakan oleh tim penyusun.
c. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD,SMP, SMA, dan SMK dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan komte
sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP dan
tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA dan MAK dinyatakan
berlaku oleh kepala madrasah dan diketahui oleh departemen yang
menanganni urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB
dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Adapun landasan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi dan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Adapun tujuan panduan penyusunan KTSP ini untuk
menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan. Selain itu, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peseta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu,
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan,
belajar sepanjang hayat, dan seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah. Adapun operasional penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu (1)
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, (2) peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan keamanan
peserta didik, (3) keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan,
(4) tuntutan pembangunan daerah dan nasional, (5) tuntutan dunia kerja, (6)
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (7) agama, (8) dinamika
perkembangan global, (9) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, (10)
kondisi social budaya masyarakat setempat, (11) kesetaraan gender, dan (12)
karakteristik satuan pendidikan. Selanjutnya mengenai komponen kurikulum
tingkat satuan pendidikan yaitu tujuan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Mengenai model konsep
kurikulum satuan pendidikan, KTSP pada dasarnya merupakan
penyempurnaan model dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang
diujicobakan oleh Depdiknas secara nasional. Sedangkan apabila ditinjau dari
model pendekatan pengembangannya, kurikulum 2006/KTSP menerapkan
pendekatan dekonsentrasi, yaitu campuran antara setralistik dan desentralistik
atau dalam istilah lain mengunakan pendekatan campuran model administratif
dan model akar rumput (grass root). Selanjutnya mengenai pengembangan
silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas pengertian, prinsip,
unit waktu, pengembangan silabus dan langkah-langkah pengembangan
silabus kurikulu tingkat satuan pendidikan. Adapun pelaksanaan penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas (1) analisis kontek, (2)
mekanisme penyusunan yang meliputi (a) tim penyusun, (b) kegiatan, dan (c)
pemberlakuan.
B. Saran
Adapun saran yang ingin kami sampaikan di antaranya, yaitu :
1. Penulis menyadari penyusunan makalah ini tak luput dari kekurangan dan
kesalahan, di harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kemajuan di masa mendatang.
2. Lebih memperbanyak sumber (buku) untuk mencari refrensi terkait materi
model kurikulum berbasis tingkat satuan pendidikan (KTSP), tidak hanya
satu sumber dan harus lebih objektif dalam memilah informasi terlebih
informasi dari internet.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Anwar, Kasful dan Hendra Harmi. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Alfabeta.
Masitoh. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PDF (akses internet, pada
tanggal 30 April 2015, pukul 13.30)
Dharma, Surya. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PDF (akses
internet, tanggal 30 April 2015, pukul 13.35)