Makalah kerajaan hindu budha di indonesia

Post on 19-Jul-2015

83 views 8 download

Transcript of Makalah kerajaan hindu budha di indonesia

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.

Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran TIK karena

terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang

telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang

telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin

Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca.

Ungaran, 5 Oktober 2012

Penyusun,

Daftar Isi

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang 3

Perumusan Masalah 3

Bab II Kerangka Teoritis

Munculnya Agama Hindu di Indonesia 4

Pembahasan

a. Kerajaan Kutai 8

b. Kerajaan Tarumanegara 9

c. Kerajaan Mataram Kuno

10

d. Kerajaan Kediri

11

e. Kerajaan Singasari

12

f. Kerajaan Majapahit

14

Bab III Penutup

Kesimpulan

17

Saran 18

Daftar Pustaka

19

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang

Perlu diketahui sejarah dari agama-agama yang ada di Indonesia. Untuk itu saya

membuat makalah ini, agar kita lebih jelas dalam memahami sejarah adanya Agama Hindu-

Budha.

b. Perumusan Masalah

1. Bagaimana awal mula munculnya Agama Hindu di Indonesia?

2. Bagaimana Proses perkembangan Agama tersebut di Indonesia?

Bab II Kerangka Teoritis

Munculnya agama Hindu di Indonesia

Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di

India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha.

Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (kulit putih, badan tinggi,

hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui

celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung

pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah

tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang

berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria

bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok

tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan

bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan

kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang

masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang

merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan

bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut

Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran

agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut

kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan pertama

agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya)

dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:

Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.

Wisnu sebagai dewa pemelihara alam

Siwa sebagai dewa perusak

Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti. Kitab suci agama Hindu disebut

Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa

dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Mereka mengenal pembagian masyarakat atas

kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut

didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.

· Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.

Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya peranan yang sangat besar

bagi berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk

beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.

· Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang

termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat

pemerintah. Kasta ini memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak

hak tetapi tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.

· Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam

kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat

biasa kasta ini cukup memiliki peran penting.

· Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah

para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi

keberadaannya kurang diperhatikan.

· Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.

Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga

dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal

dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian

kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir

sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.

Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam

golongan kaum Pariaseperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan

mayoritas penduduk India.

Muncul dan berkembangnya Agama Budha

Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525 SM. Agama

Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan). Agama Budha

muncul disebabkan karena :

Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah

masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia

berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.

Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta

akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat

adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya

bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia

harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan

untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau

meninggalkan istana dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah

pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta

memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha

lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga

menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia

sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali

di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.

Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus

melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya

pendeta yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan. Sidharta Gautama dikenal

sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang

mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima

bodhi. Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa

Sansekerta Tri artinya tiga dan pitakaartinya keranjang). Peristiwa kelahiran, menerima

penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu

bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha

sebagai Triwaisak.

Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan

membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki

ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam

kehidupan ini.

Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia

Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama Hindu di

Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:

1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)

2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)

3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)

4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)

5. Teori Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)

Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia adalah

sebagai berikut.

Agama Budha

Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya

misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta

dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia

melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan.

Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra,

sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia

Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan

keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat

kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti

ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka

pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk

selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah

disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan

budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu

Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur

perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa

lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para

pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu

konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk

menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui

upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan

(memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala

suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya

India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan

kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para

Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti

upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di

suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama

Hindu bagi rakyat di daerah tersebut. Berikut kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di

Indonesia.

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua di

Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya pada hulu

sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Keberadaan kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai prasasti yupa.

Dengan palawa sebagai hurufnya,dan sansekerta sebagai bahasanya. Pendirinya adalah Raja

Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil alih oleh putranya, Raja

Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat, kerajaan diambil alih oleh putra Raja

Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.

Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah

menyumbangkan 20.00 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan betapa

dermawannya seorang Raja Mulawarman, oleh karena itu, dari sekian banyak raja yang

memimpin kerajaan Kutai, Raja Mulawarman lah yang paling terkenal.

Keruntuhan kerajaan Kutai Martadipura disebabkan oleh tewasnya raja terakhir Kutai

Martadipura yang kalah memperebutan kekuasaan dari kerajaan Kutai Kartanegara di bawah

pimpinan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Awalnya Kutai Kartanegara merupakan

bagian dari kerajaan Kutai Martadipura, namun karena perbedaan kepercayaan, di mana

Kutai Kartanegara menganut kepercayaan agama islam, akhirnya perebutan kekuasaan pun

terjadi dan berakhir dengan Kutai Kartanegara sebagai pemenang.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan dengan nama asli Tarumanagara ini terletak di daerah Bekasi, Jawa Barat bagian

utara. Raja yang paling terkenal adalah raja yang ke-3, yaitu Raja Purnawarman. Keberadaan

kerajaan hindu dengan aliran hindu wisnu ini diketahui dengan ditemukannya beberapa

prasasti yang menceritakan tentang keberhasilan-keberhasilan kerajaan. Prasasti-prasasti

tersebut antara lain:

1. Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di kebon kopi milik Jonathan Reck

2. Prasasti Tugu, ditemukan di daerah Bekasi, menceritakan tentang penggalian Sungai

Gomati oleh kerajaan Tarumanagara

3. Prasasti Cidanghiang, ditemukan di daerah Pandeglang

4. Prasasti Ciaruteun, ditemukan di aliran Sungai Ciampea, menggambarkan betapa

perkasanya seorang raja Purnawarman dengan telapak kaki besarnya yang terukir di prasasti

tersebut

5. Prasasti Muara Cianten, ditemukan di daerah Ciampea

6. Prasasti Jambu, ditemukan di daerah Nanggung, Bogor

7. Prasasti Pasir Awi, ditemukan di daerah Cieteureun

Selain ditemukannya peninggalan-peninggalan berupa prasasti, ternyata ditemukan

pula peninggalan berupa candi yang dikenal dengan sebutan Candi Jiwa, letaknya di daerah

Karawang.

Selain peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi, terdapat pula sumber-sumber sejarah

lain mengenai kerajaan ini seperti:

1. Fa hien, pada kitab Fa Kao Chi dari China

2. Dinasti Sui, tahun 528 dan 535 Masehi

3. Dinasti Tang, tahun 666 dan 669 Masehi

4. Naskah wangsakerta yang menceritakan tentang pendirian kerajaan Tarumanegara

Akhir dari kerajaan ini disebabkan oleh keinginan Tarusbawa untuk membawa

kerajaan Tarumanagara kembali ke kerajaan Sunda, namun salah satu saudara Tarusbawa

yang bernama Galuh tidak setuju jika kerajaan Taruma kembali ke kerajaan Sunda, akhirnya

Galuh pergi dari kerajaan Taruma, dan kembali datang untuk merebutnya kekuasaan kerajaan

Sunda yang awalnya adalah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara, akhirnya kerajaan itu pun

diubah menjadi Kerajaan Sunda Galuh.

Mataram Kuno

Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal ini disebabkan oleh

2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung Merapi, dan karena adanya

peperangan dalam perebutan kekuasaan. Awalnya, pada abad ke-8 kerajaan ini terletak di

daerah Jawa Tengah, kemudian setelah Gunung Merapi meletus pada abad ke-10, kerajaan ini

dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.

Agama di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan budha

pada Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna

kemudian digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya. Setelah Raja Sanjaya meninggal,

Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran. Raja

Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran adalah Rakai Warak, kemudian Rakai Warak

digantikan oleh Rakai Garung (Samaratungga). Di tengah-tengah pemerintahan kerajaan

Mataram Kuno, Datanglah keinginan Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal sebagai

Dinasti Sanjaya. Persaingan antara Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Pikatan dengan

Dinasti Syailendra yang dipimpin Raja Samaratungga, membuat cita-cita Rakai Pikatan untuk

menjadi penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi pertikaian antar kedua dinasti.

Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti melalui pernikahan politik

antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.

Namun, pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak

membuahkan kedamaian, malah justru membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan

Dinasti Syailendra semakin sengit. Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil

menguasai kerajaan sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa

melarikan diri ke Palembang, Sumatra Selatan untuk kemudian mereka menjalankan sebuah

kerajaan bernama Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan

wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan

penasehat yang juga jadi pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih ini di

antaranya adalah:

Ratu, Datu, Sri Maharaja

Rakryan Mahamantri I Hino

Mahamantri Halu & Mahamantri I Sirikan

Mahamantri Wko & Mahamantri Bawang

Rakryan Kanuruhan

Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian dilanjutkan oleh Dyah

Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha

Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil

menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. Di masa

pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah

susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I

Hino sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I

Halu,dan Rakryan I Sirikan. Selain struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis

Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti

pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di

Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja

sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu Daksa, yang pada masa

pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino,melakukan kudeta karena merasa

bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa digantikan oleh

menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.

Kerajaan Mataram Kuno berakhir dengan sebuah peristiwa yang disebut Peristiwa

Mahapralaya. Saat itu, Raja Teguh Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya, dengan

Raden Wijaya. Di tengah-tengah pesta, datang pasukan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan

kecil sekutunya, Kerajaan Wurawari. Raja Teguh Dharmawangsa tewas, sedangkan putrinya

yang sedang menikah lolos dan berhasil melarikan diri ke Madura bersama suaminya, Raden

Wijaya.

Kerajaan Kediri

Berdirinya Kerajaan Kediri berawal ketika Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan kecil

Wurawari berhasil meruntuhkan kerajaan Mataram Kuno lewat Peristiwa Mahapralaya.

Kekuasaan Kerajaaan Mataram Kuno diambil alih, dan nama Mataram diubah menjadi

Kediri. Kerajaan Kediri merupakan kerajaan turunan Ajiwuwari. Raja pertamanya adalah

Raja Sri Jayawarsha. Kemudian dilanjutkan oleh Raja Bameswara. Dalam kitab Kakawin

Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja, diceritakan bahwa Raja Bameswara adalah

keturunan pendiri Dinasti Isyana. Kemudian Raja Bameswara digantikan oleh mertuanya,

Jayabhaya. Pada masa pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam

bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Punuluh. Jayabhaya

berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri berhasil disatukan

lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini diabadikan dalam Prasasti

Ngantang. Kemudian Raja Jayabhaya digantikan oleh Raja Sarweswara dari Aryyeswara.

Kemudian digantikan lagi oleh Raja Gandra. Pada masa pemerintahannya, Gandra

menyempurnakan struktur pemerintahan yang diwariskan Kerajaan Mataram Kuno. Setelah

Raja Gandra, Kerajaan Kediri dipimpin oleh Raja Kameshwara. Pemerintahan Kameshwara

ditandai dengan pesatnya hasil karya sastra Jawa. Pada masa pemerintahannya, cerita-cerita

panji atau kepehlawanan banyak dihasilkan. Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah

Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri mulai mengalami masalah dan

ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha membatasi dan mengurangi hak istimewa

para kaum Brahmana, kemudian di daerah Tumapel (sekarang Malang) muncul kekuatan

baru di bawah pimpinan Ken Arok. Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari

wilayah Kediri menuju Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan

mengerahkan tentara Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara pasukan

Kertajaya dan Ken Arok terjadi di Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan

kekuasaan pasukan Kertajaya. Atas kekalahan ini, Kerajaan Kediri memang seolah-olah telah

runtuh, namun ternyata, secara perlahan kerajaan Kediri masih berdiri dibawah pimpinan

Raja Jayakatwang, meskipun keberadaan mereka di bawah kekuasaan Kerajaan Singasari.

Kerajaan Singasari

Berdirinya Kerajaan Singasari, saling berkaitan erat dengan Kerajaan Kediri dan Majapahit.

Ketika Ken Arok menjabat sebagai prajurit di Tumapel, di Kerajaan Kediri sedang

berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana

tersebut melarikan diri ke Tumapel karena merasa lebih nyaman berada di Tumapel, akhirnya

terjadilah pertempuran antara Kerajaan Kediri dengan paukan akuwu Tumapel. Dalam

pertempuran di Ganter, Kerajaan Kediri mengalami kekalahan dan Raja Kertajaya meninggal.

Kemudian, Ken Arok menyatukan sebagian wilayah Kerajaan Kediri dengan Tumapel, dan

mendirikan Kerajaan Singasari, dengan Tunggul Ametung sebagai rajanya. Ken Arok

bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur. Istri

pertamanya bernama Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji

Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Awalnya, Ken Arok hanyalah

seorang anak desa yang dilahirkan oleh seorang Ibu bernama Ken Nduk. Ia dididik oleh para

penjahat di lingkungan sekitarnya hingga dewasa, sehingga ia tumbuh dan berkembang

menjadi seorang penjahat yang suka mabuk, mencuri, dan membunuh. Pada perjalan

hidupnya, ia bekerja sebagai seorang prajurit di daerah Tumapel, dan tertarik pada Ken

Dedes, istri komandan Tunggul Ametung. Timbul keinginan Ken Arok untuk memperistri

Ken Dedes. Singkat cerita, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung dengan keris

yang dibuat Mpu Gandring, kemudian ia pun segera memperistri Ken Dedes. Setelah sekian

lama, Ken Dedes akhirnya menceritakan peristiwa pebunuhan suaminya tersebut kepada

anaknya dari Tunggu Ametung, Anusapati. Anusapati marah, dan berniat balas dendam,

akhirnya Anusapati berhasil membunuh Ken Arok dengan keris buatan Mpu Gandring yang

telah digunakan Ken Arok untuk membunuh ayah kandungnya. Panji Tohjaya, anak kandung

Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya yang dilakukan

Tohjaya. Akhirnya dengan keris yang sama, Tohjaya berhasil membunuh Anusapati.

Ranggawuni, yang merupakan saudara dari Anusapati, mengetahui pembunuhan yang

dilakukan Tohjaya, akhirnya dengan keris yang sama, Ranggawuni membunuh

Tohjaya.Setelah kejadian bunuh membunuh berantai ini, akhirnya naik tahta lah Raja

Kertanegara sebagai raja yang terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia mempunyai

semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan Singasari hingga

keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275, ia

mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan Melayu yang disebut sebagai

Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan.

Peristiwa ini diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat).

Seorang utusan Cina bernama Meng K’i pulang ke Cina, dan menceritakan pada kaisar

Kubilai Khan bahwa Kerajaan Melayu yang awalnya menjadi incarannya telah dikuasai dan

ditaklukan oleh Kerajaan Singasari. Kaisar Kubilai Khan begitu marah, ia segera mengirim

pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari. Mendengar wilayah kekuasaannya di bagian

Sumatra akan diserang, pasukan-pasukan Kerajaan Singasari segera dikirim ke Sumatra

untuk menghadapi serangan pasukan Cina. Sementara itu, Raja Jayakatwang dari Kerajaan

Kediri (kerajaan yang pernah dikalahkan Kerajaan Singasari) melihat kesempatan baik untuk

merebut kembali kekuasaan selagi pasukan-pasukan Kerajaan Singasari dikirim ke Sumatra.

Pada tahun 1292, Raja Jayakatwang dengan pasukan Kerajaan Kediri langsung menyerang

Ibu kota Kerajaan Singasari.

Menurut cerita, pada saat serangan musuh datang, Raja Kertanegara beserta para pejabat dan

pendeta sedang melakukan upacara Tantrayana, sehingga dapat dengan mudah mereka semua

dibunuh oleh musuh. Kerajaan Singasari akhirnya berhasil direbut kembali oleh Jayakatwang,

Raja dari Kerajaan Kediri.

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan hindu terakhir dan terbesar di Indonesia. Letaknya

di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya, menantu dari Raja Teguh Dharmawangsa

(Kerajaan Mataram Kuno) yang sempat melarikan diri ke Madura bersama istrinya saat

terjadi Peristiwa Mahapralaya.

Kerajaan Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik.Desa itu

merupakan pemberian dari Raja Jayakatwang dari Kediri atas kembalinya menantu Raja

Teguh Dharmawangsa (Raden Wijaya) dari Kerajaan Mataram Kuno yang telah lama

dikuasai Kerajaan Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak bersalah atas

kesalahan generasi atasnya.

Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan

20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang Raja

Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau tunduk pada

Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara beserta Kerajaan Singasari

itu telah meninggal dan hancur dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.

Mengetahui rencana penyerangan dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk

merebut kembali Kerajaan Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan

menyerang Raja Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan,

sehingga Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina

bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyangka ketika sedang berpesta pora,

pasukan Majapahit balik menyerang mereka. Akhirnya pasukan armada Cina kalah, dan

mereka segera kembali ketanah airnya. Sejak saat itu Kerajaan Majaphit mulai berkuasa.

Pada tahun 1295, berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga lawe dan

disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden

Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi

Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.

Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara

menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus

menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain

pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal

(Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager.

Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra

yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh

adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuanatunggadewi

Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan

gelar Kertawerdhana.

Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa

pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah

pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu dapat

dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para

pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia

dapat menundukan seluruh Nusantara di bawah naungan Majapahit. Pada tahun 1334,

lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun

1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada

tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar

Sri Rajasanagara dan Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah

pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak

kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh

wilayah Nusantara tunduk pada Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil yang belum

berhasil dikuasai kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Raja Hayam Wuruk

bersama Patih Gajah Mada berusaha untuk menaklukan kerajaan tersebut, namun ketika itu

Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari Kerajaan Sunda Galuh yang bernama

Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi Dyah Pitaloka. Ia

mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan Majapahit untuk

menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari kerajaan Sunda Galuh tiba di

Kerajaan Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa keluarga

besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih Gajah

Mada segera mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Sunda

Galuh. Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya tewas, Dyah

Pitaloka pun akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri. Raja Hayam

wuruk yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi marah, terlebih ketika

melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas kesalah pahaman patihnya. Akhirnya, Raja

Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal karena sakit hati. Sejak kematian Raja Hayam

Wuruk, maka Kerajaan Majapahit mencapai masa kemunduran, perlahan-lahan kekuasaan

Majapahit pun runtuh. Pada salah satu versi cerita, dikisahkan Sang Patih, Gajah Mada pergi

ke sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa karena merasa bersalah pada

rajanya.

Kesimpulan

Agama hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang hendak pergi ke

China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di Indonesia untuk menunggu angin ke

arah utara

Selama mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu

Lama kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan

Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Kerajaan Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di

Kalimantan Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman

sebagai Raja yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa

Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di Bekasi dengan

Raja Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal. Prasasti yang paling terkenalnya

adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya telapak kaki Raja Purnawarman yang begitu

besar

Kerajaan Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah dan

sempat dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya telah dijelaskan pada Teori Van

Bamellen. Pernah terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga) dengan Dinasti

Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat Pramodhawardani melarikan diri ke

Sumatra. Terdapat peristiwa bersejarah yang disebut Peristiwa Mahapralaya di mana

Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Wurawari ketika sedang

diadakan pesta pernikahan

Kerajaan Kediri, adalah kerajaan yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan

Mataram Kuno. Pernah terjadi pelarian kaum Brahmana ke wilayah Tumapel karena mereka

tidak dihargai di Kerajaan Kediri. Pelarian Brahmana tersebut membuat Kerajaan Kediri

mencetuskan peperangan dengan pasukan Tumapel dan menuai kekalahan

Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah Tumapel yang

kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan dikuasai. Kerajaan ini terkenal

dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan Ken Arok untuk

memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali oleh Kerajaan Kediri

yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan Kubilaikhan ke Kerajaan ini.

Kerajaan Majapahit, adalah Kerajaan Hindu terbesar dan terakhir di Indonesia.

Dengan Raden Wijaya sebagai pendirinya. Awalnya kerajaan ini hanya sebuah desa kecil

pemberian Jayakatwang, dari Kerajaan Kediri yang telah berhasil merebut kekuasaan

Kerajaan Singasari. Namun, berkat kecerdikan Raden Wijaya, akhirnya Kerajaan Kediri

dapat dikalahkan Majapahit dengan siasat bekerjasama dengan pasukan Kubilaikhan dari

Cina. Raja Majapahit yang paling terkenal adalah Raja Hayam Wuruk bersama patihnya,

Gajah Mada. Dengan sumpah palapa, Gajah Mada beserta rajanya, Hayam Wuruk

berhasil menyatukan nusantara, kecuali untuk sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Sunda.

Berakhirnya Kerajaan Majapahit, adalah dengan meninggalnya Raja Hayam Wuruk karena

patah hati tidak bisa menikahi putri cantik dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka

bunuh diri karena keluarganya mati dibunuh pasukan Majapahit yang diperintahkan Gajah

mada atas sebuah kesalahpahaman.

Dengan berakhirnya kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan

hindu di Indonesia. Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam

Saran

Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

Daftar Pustaka

mustaqimzone.wordpress.com/2011/07/20/perkembangan-kerajaan-hindu-budha-di-

indonesia/

www.google.co.id/#q=masuknya+kerajaan+hindu+budha+di+indonesia+kelas+SMA

&hl=id&prmd=imvns&ei=kz8ZT7mGBNDqrQep8oCtDA&sqi=2&start=10&sa=N&bav=on.

2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=76417af358131f0a&biw=1366&bih=588

www.google.co.id/imgresimgurl=http://sugionosejarah.files.wordpress.com/2011/10/

blitar2.jpg&imgrefurl=http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/15/kerajaan-

majapahit/&usg=__KByF88idkxbgY3wf0rQmXMukMn8=&h=350&w=336&sz=43&hl=id&

start=11&zoom=1&tbnid=FxdKvL4ZBlPk4M:&tbnh=120&tbnw=115&ei=jfobT8yvC4jPrQf

ugo3nDQ&prev=/search%3Fq%3Dpeninggalan%2Bkerajaan%2Bmajapahit%26hl%3Did%2

6sa%3DX%26biw%3D1366%26bih%3D631%26tbm%3Disch%26prmd%3Dimvns&itbs=1