Post on 28-Oct-2015
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangbiakan makhluk hidup dapat dipergunakan untuk melangsungkan
kehidupan. Karena bila tanpa perkembangbiakan, maka makhluk hidup
akan punah. Misalkan pada suatu perkebunan terdapat populasi belalang
yang terkena radiasi, sehingga belalang jantan menjadi mandul dan tidak
dapat melakukan perkawinan dengan belalang betina. Ketidakmampuan
belalang untuk berkembang biak akan menyebabkan belalang di
perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat menjaga
kelestarian jenisnya karena tidak mampu berkembang biak.
Makhluk hidup ada yang mempunyai daya berkembang biak tinggi dan
rendah. Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak tinggi
akan mudah menjaga kelestarian hidupnya. Misalnya tikus, kucing,
ilalang, dan enceng gondok.
Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak rendah sangat
sulit menjaga kelangsungan dan kelestarian jenisnya. Misalnya gajah,
hanya beranak sekali dalam dua tahun dan setiap kali beranak hanya
seekor. Demikian pula badak, komodo, kancil, burung merak, jerapah,
harimau, dan ikan paus biru yang hanya menghasilkan dua anak dalam
waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya berkembang biak rendah
merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya.
Selain hewan, tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena kelangkaan
dan daya berkembang biaknya rendah. Misalnya tumbuhan yang
dilindungi oleh negara adalah bunga bangkai (Refflesia Arnoldi), anggrek
bulan Ambon, kemang, kepuh, kayu ulin Kalimantan, kemenyan, dan
gaharu dilindungi oleh negara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang
mampu bertahan hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap
makhluk hidup memiliki waktu kehidupan atau umur yang terbatas.
Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama daripada umur pohon
jagung. Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman, jika
tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal maka akan mati.
Pada pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati.
Namun, jika kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya
mati, pohon pisang tersebut menumbuhkan tunas baru pada bagian
bonggolnya. Tumbuhnya tunas tersebut mengakibatkan tanaman pisang
tetap terjaga kelangsungan hidupnya, meskipun induk pohon pisang telah
mati. Pertumbuhan pohon pisang silih berganti secara alamiah. Hal
tersebut tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain termasuk hewan
dan manusia.
Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
dengan kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga
keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi, karena keserakahan makhluk
hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan ketidakpedulian manusia akan
kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh
makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena
berasal dari makhluk hidup sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi
dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika makhluk yang hidup pada zaman
dulu tidak mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya, maka jenis
makhluk hidup itu akan punah seperti dinosaurus.
2
Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh faktor - faktor sebagai
berikut :
a. kemampuan adaptasi terhadap lingkungan,
b. seleksi alam,
c. perkembangbiakan / reproduksi
B. Adaptasi
1. Pengertian
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian
diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk
organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam
menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi
tersebut, ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam
suatu makhluk hidup sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Perubahan ini bersifat tetap dan khas untuk setiap
jenis sehingga bisa diwariskan kepada keturunannya.
2. Jenis-jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologi / fungsi kerja organ
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui
fungsi kerja organ-organ tubuh supaya bisa bertahan hidup.
Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit untuk
diamati.
Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan
dengan ikan sungai. Ikan air laut menghasilkan urine lebih pekat
dibandingkan dengan ikan sungai. Hal ini dikarenakan kadar
3
garam air laut lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar.
Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air
sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam
dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi
kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang
pekat.
Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat
(menjadi kebal) karena penggunaan insektisida secara
terusmenerus.
Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara
fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan domba merupakan hewan
herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung.
Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal
dapat mencerna kayu dengan bantuan enzim selulose.
Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan
lingkungannya secara fisiologi. Tubuh manusia mampu
menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan
yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih
banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya
yang diterimanya. Ketika di tempat gelap, maka pupil kita akan
membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan
menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya
untuk mengatur intensitas cahaya. Jumlah sel darah merah orang
yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang
tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan
parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah
pegunungan. Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka
dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk mengikat oksigen.
Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar oksigen di
udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
Bau yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya
4
serangga untuk membantu penyerbukan. Bunga jenis ini
menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya mudah
melekat. Akar dan daun pada tumbuhan tertentu dapat
menghasilkan zat kimia yang berbau khas yang dapat
menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh di atas termasuk
dalam adaptasi fisiologi.
b. Adaptasi Tingkah Laku / Behavioral
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap
lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah laku
dapat berupa hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir.
Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan
menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat
singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh.
Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan
tingkah laku seperti hewan lain sehingga akan dikira predator atau
hewan yang beracun atau berbahaya. Migrasi juga merupakan
bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari satu
kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan
5
bermigrasi dengan berbagai alasan antara lain memperoleh iklim
yang baik, makanan yang cukup, tempat yang lebih aman, dan
kepentingan perkembangbiakan.
Hewan yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami
pergantian empat musim yang perbedaan suhunya ekstrim,
biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam
jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas
tubuh seperti denyut jantung dan napas sangat pelan sehingga
hanya memerlukan energi/makanan yang sedikit. Contohnya
kelelawar, ular, dan beruang kutub. Selama hibernasi hewan
menggunakan lemak dalam tubuh sebagai sumber energi.
Kucing mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika
mangsa mendekat dan lengah, maka kucing akan meloncat dan
menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk menghemat
energi. Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan
ekornya pada saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan
mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta,
untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang
dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau
sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi / Bentuk organ tubuh
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui
perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama
untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali
dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Meskipun hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan
beragam adaptasi morfologi untuk menyesuaikan dengan tempat
hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi berupa
penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi,
penutup tubuh, dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan
6
jenis makanannya, sehingga gigi hewan pemakan daging berbeda
dengan hewan pemakan tumbuhan. Penutup tubuh seperti
rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan
dengan kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan
untuk tetap bertahan hidup. Contoh yang lain adalah variasi tulang
belakang dan sirip pada ikan pari disebabkan perbedaan suhu
saat pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh
variasi temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk
paruh dan kaki burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan
dan habitatnya.
Burung kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini
digunakan untuk menghisap madu. Serangga juga beradaptasi
dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya. Organ tubuh
jangkrik dan belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah
7
mulut. Mulut kedua hewan tersebut mempunyai rahang bawah
dan atas yang kuat.
Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya
melalui bentuk tubuhnya, yaitu:
1) Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk
bertahan hidup pada suhu yang ekstrim panas dan kekurangan
air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat bertahan
hidup dalam kondisi kering.
Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran
sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi mengalami modifikasi
menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada
batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk
mengurangi penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk
mencapai tempat yang jauh yang mengandung air.
2) Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi
morfologi yang dilakukan antara lain memiliki rongga udara di
antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. Daunnya
lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan
hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3) Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan
lembab dan basah. Adaptasinya yaitu mempunyai daun yang tipis
dan lebar
8
C. Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi
alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan
tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan
terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya
beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1. Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya
berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah
suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis
umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang
bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi
dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap
hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan
lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah
kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan menjadi faktor
penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang
kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung
hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing
dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah.
c. Cahaya matahari
9
Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan
tingkat tinggi yang berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan
cahaya matahari untuk pembentukan makanan.
2. Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak
jenis makhluk hidup yang hidup pada jaman dahulu tidak
ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup
sampai sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup
pada jaman karbon sampai sekarang. Hewan lain yang hampir
mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo.
Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong dalam fosil
hidup.Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah punah.
Para ilmuan berpendapat bahwa yang menyebabkan kepunahan
hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan
menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga
dinosaurus herbivor tidak bisa mendapatkan makanan.
Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk
sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun
mati. Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses
seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan habitat,
pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang
tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang
harus bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan
lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer
untuk memperoleh makanan yang cukup. Di Indonesia, terdapat
banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya
adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan
burung jalak bali. Hewan yang hampir punah tersebut disebabkan
karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar,
kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang
rendah.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini
karena berasal dari makhluk hidup sebelumnya yang sejenis dapat
bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika makhluk yang
hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam kelangsungan
hidupnya, maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti dinosaurus.
Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.
B. SARAN
Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses
seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan habitat,
pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang tidak
alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus
bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya.
Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan
yang cukup.
Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir
punah. Contohnya adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak
bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir punah tersebut
disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar,
kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah.
11
MAKALAH
KELANGSUNGAN HIDUP DAN ADAFTASI
Disusun oleh :
Kelompok 1 Kelas IX C
SINDI ATIKA SARI
NOVAL AUDIA F
ASEP MULYANA
JUMA MULYADI
SOPYAN ATSAURI
SMP NEGERI I PANGKALAN
KARAWANG
2013/2014
12