Post on 15-Apr-2017
MAKALAH ALAT TANGKAP GILL NET
KARAKTERISTIK ALAT TANGKAP GILL NET SEBAGAI PENUNJANG PENANGKAPAN IKAN
MATA KULIAH : Eksploitasi Sumberdaya Kelautan dan perikanan
Disusun Oleh :Randianus Mema (42.11.0911)
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI2013
BAB IPENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan makalah ini dengan baik. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan kesulitan. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembutan dan penyusunan laporan ini. Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan yang ada
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh kami, maka kami mengucapkan maaf yang sebesar-besar, apabila baik dalam penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Banyuwangi, 06 April 2013
Penulis
1. LATAR BELAKANG
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh
manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal
man) telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991), dengan
menggunakan tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan
alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman
mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan
teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat
menunjang keberlangsungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi
Penangkapan Ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia
umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak
semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah
banyak memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain
itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan
kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan besar pun
akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan perkembangan peradaban
manusia dapat mendorong manusia untuk semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Gill Net sering diterjemahkan sebagai ³jaring insang´, ³jaring rahang´, dan lain
sebagainya. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, memiliki mata
jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan
dengan panjangnya. Istilah Gill Net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap
gill net terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang umumnya
tertangkap dengan gill net ialah jenis ikan yang berenang pada permukaan laut
(cakalang, tuna, saury, fying fish, dan lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish,katamba, sea
bream dan lain-lain), juga jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain.
Menurut Ayodhyoa (1981) dan Nomura(1978), Gill net dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Surface gill net
2. Bottom gill net
3. Drift gill net
4. Encricling gill net atau surrounding gill net
Menurut Anonim ( 1975), Gill net dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Surface gill net
2. Mid water gill net
3. Bottom gill net
Pemakaian gill net tergantung daerah penangkapannya dan jenis ikan yang ingin di
tangkap. Penamaan gill net pun dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan nelayan setempat, ada
yang memberi nama sesuai jenis ikan yang tertangkap, adapula yang memberi nama sesuai
dengan letak fihing ground.
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1. Memberikan pengetahuan tentang Manajemen Operasi Penangkapan Ikan
di Indonesia dengan menggunakan alat tangkap gill net2. Mengenal alat tangkap gill net serta teknik penangkapan menggunakan gill
net3. Mengenal jenis ikan yang dapat di jerat dengan alat tangkap gill net.
3. MANFAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi dan juga mengetahui, memahami pengertian dari alat tangkap gill net itu sendiri.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah sasi ami´,
yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut menusukkan diri pada jaring-ami´. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkannya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsbnya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.
2.2. Pengertian Gill Net Gill net atau dalam bahasa sehari-hari yang dikenal masyarakat dengan
jarring insang karena gill berarti insang dan net berarti jaring, adalah suatu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jarring (mesh) dari bagian jaring utama ukurannya sama. Jumlah mata jaring kearah panjang/horizontal (Mesh Length/ML) jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring kearah vertical atau kearah dalam (Mesh Depth/ MD).Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung( float Mts) dan
dibagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers), sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak. Dalam pengoprasian gill net biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring
yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang tetap(setgillnet), jaring insang lingkar (encircling
gillnet), jaring insang klitik (shrimp gillnet),dan trammel net. Metode pengoperasian dari jaring insang pada umumnya dilakukan. secara pasif, tetapi ada juga yang dioperasikan secara semi aktif atau dioperasikan secara aktif.
2.3. Klasifikasi Gill Net berdasarkan letak alat tangkap diperairanA. Jaring insang pemukaanB. Jaring insang pertengahan, danC. Jaring insang dasar
Gambar 1 : gill net berdasarkan letak
2.4. Berdasarkan kedudukan alat saat dioperasikan:
1. Jaring insang hanyut (drift gillnet), yaitu jaring dibiarkan hanyut terbawah arus setelah disetting.
2. Jaring insang tetap (fixed gillnet), yaitu jarring insang yang di pasang menetap pada suatu perairan maksudnya jarring diberi jangkar sehingga tidak hanyut.BAB IIIBAHAN DAN METHODE
3.1. TEKNIK OPERASI GILL NET
v Setting Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal ( ABK). Jaring
bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadanggerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan
ikan pada tertarik lalu mengumpul disekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertagkapkarena terjerat bagian operculum (penutup insang) atau dengan caraterpuntal.v Holling Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup
banyak, maka dilkukan holling dengan menarik jaring botol gill net dari dasar perairan kepermukaan ( jaring di tarik keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.
v Persiapan Alat Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus
dipersiapkandengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gill net diatas kapal penangkpan ikan disesuaikan dengan susunan peralatandi atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill netdapat disusun di atas kapal pada :a. buritan kapal b.samping kiri kapalc. samping kanan kapalv Waktu Penangkapan Penanagkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya
dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu malam bila bulan gelap penuh operasi penangkapan aatau
penurunan alat dapat dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.
v Daerah Penangkapan (Fishing Ground) Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju
kedaerah penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah :Ø bukan daerah alur pelayaran umum danØ arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knotsØ dasar perairan tidak berkarang
v Penurunan Alat Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, segera persiapan alat
dimulai.1. mula-mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin
datangnyadari tempat penurunan alat
2. setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapatditurunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tandaujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampungtanda.3. pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut.
Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 45-90.
v Penarikan Alat dan Pengambilan Ikan Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat
diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil penangkapan baik, jarin dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kuran jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yangtertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan yang lebih besar. Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alatyaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali slambar muka dan terakhir pelampung tanda.Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan hati-hatiagar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jarring agar ikan dilepas tidak sampai luka/rusak. Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih danlangsung dapat disimpan ke dalam palka, dengan dicampur pecahan es atau garam secukupnya agar ikan tidak lekas membusuk
3.2. Metode pen a n g kpan surface gill net ( jarring insang permukaan) - Setelah tiba pada suatu fishing ground: Yang telah ditentukan maka yang pertama diturunkan adalah pelampung tanda
dan jangkar, selanjutnya dilakukan penurunan jaring (setting). Setelah semua jaring telah diturunkan dan telah terentang dengan sempurna, maka dalam jangka waktu tertentu, biasanya2-5 jam dilakukan penarikan jaring (hauling). Pada saat hauling, jarring diatur dengan baik sehingga memudahkan untuk operasi berikutnya Operasi penangkapan banyak dilakukan pada malam hari, tetapi pada pagi hari penangkapan bisa pula dilakukan, yang penting bagaimana warna jaring tidak terlihat oleh ikan.
Oleh sebab itu warna jaring sering sama dengan warna perairan. - jaring ditebar melintang melawan arus - Surface gillnet akan berada di permukaan air, sampai lapisan
pertengahan perairan seperti yang ditunjukan gambar berikut:
Daerah pen a n g kapan:- Sebaiknya bukan daerah pelayaran, biasanya daerah penangkapan
mengikutikeberadaan ikan dan perhitungan ekonomi kegiatan penangkapan ini. Kemudiandiperhitungkan juga jarak, dan kekuatan kapal dalam melakukan proses penangkapan tersebut.- Daerah yang sebenarnya ideal untuk pengoprasian gill net adalah perairan luas tak Berkarang, yang merupakan tempat gerombolan ikan bermigrasi baik untuk mancari makan ataupun untuk baerpijah-Daerah perikanan di Indonesia yang banyak menggunakan gillnet dalam
usaha penangkapan antara lain: Samarinda, Jawa Timur, Papua, Minahasa Selatan,Bali, Jawa Barat dan Ambon.
Kemungkinan hasil: Ikan-ikan pelagis kecil (c/ sarden, baby tuna, rucah, dll) tergantung ukuran
mesh size jaring itu sendiri.3.3. Metode pen a n gkapan Midwater gill net( jarring insane
pertengahan):Hampir sama seperti surface gill net, yang berbeda hanyalah posisi di dalam
lapisan perairannya. Midwater gill net , atau biasa disebut juga dengan floating net inikarena posisinya yang mengapung di lapisan tengah perairan laut yang disebabkan oleh berat jangkar dan pelampung yang disesuaikan supaya gill net ini dapat terapung.
Setelah di setup, Akan tampak seperti gambar dibawah ini:
Daerah pen a n g kapan: Sebaiknya bukan daerah pelayaran, biasanya daerah penangkapan mengikuti
keberadaan ikan dan perhitungan ekonomi kegiatan penangkapan ini.Kemudian diperhitungkan juga jarak, dan kekuatan kapal dalam melakukan
proses penangkapan tersebut Daerah yang sebenarnya ideal untuk pengoprasian gillnet adalah perairan
luastak berkarang, yang merupakan tempat gerombolan ikan bermigrasi baik untuk makan atau untuk memijah.
Kemungkinan hasil: Ikan-ikan pelagis kecil (c/ sarden, baby tuna, layur, dll) tergantung ukuran
meshsize jaring itu sendiri. Jenis-jenis ikan demersal atau bottom fish (flat fish,sea bream, dan lain-lain)
3.4. Metode pen a n g kapan bottom gill net( jaring insang dasar) : Hampir sama seperti surface gill net, yang berbeda hanyalah posisi di dalam
lapisan perairannya. Bottom gill net ini dibuat supaya terbentang dibawah/dasar laut. Dengan cara bobot pemberat/jangkar dibuat lebih berat sehingga gill net dapat tenggelam tetapi tetap terbentang dengan adanya pelampung dibagian atas gill net.-Setelah di setup.Akan tampak seperti gambar dibawah ini:
Daerah pen a n g kapan:- Sebaiknya bukan daerah pelayaran, biasanya daerah penangkapan
mengikuti keberadaan ikan dan perhitungan ekonomi kegiatan penangkapan ini. Kemudian diperhitungkan juga jarak, dan kekuatan kapal dalam melakukan proses penangkapan tersebut. - Daerah yang sebenarnya ideal untuk pengoprasian gillnet adalah perairan
luas tak berkarang, yang merupakan tempat gerombolan ikan bermigrasi baik untuk makan atau untuk memijah - Daerah perikanan Indonesia yang banyak menggunakan gill net dalam
usaha penangkapan antara lain: Samarinda, Jawa Timur, Papua, Minahasa Selatan,Bali, Jawa Barat dan Ambon
Kemungkinan hasil:- Jenis- jenis ikan demersal atau bottom fish (flat fish, sea bream, dan lain-
lain). Jenis-jenis lobster dan lain sebagainya.
3.5. konstruksi alat tangkap (bottom gill net)
v Konstruksi umum Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jarring dengan
bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jikan di bandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah
dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terang.
v Detail Konstruksi Pada kedua ujung jarring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak
jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut ,maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda
yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri
v Karakteristik · Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yangmenjadi tujuan
penangkapan adalah ikan-ikan damersal.· Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan
pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar· Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap
baik udang maupun ikan.· Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yangdiletakkan pada
kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
v Bahan Dan Spesifikasinya Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang
perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efesiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13kali lebih tinggi pada Pamonofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami(kapas, rami, rami halus.1. Persyaratan Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukanrendahnya daya
rangsang alat untuk organ penglihatan atau organlateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill netharus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine. Bahan dari gill net hars mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air,
terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya pengindera dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.
2. Macam dan Ukuran benangdalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih
terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan
komersial.Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran,ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll
3. Warna Jaring Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan,mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain,warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy,sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan- ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghalang,sekecil mungkin.
v Berdasarkan bentuk alat waktu dioperasikan1. Gillnet melingkar (encirling gillnet) Yaitu gillnet yang cara pemasanggannya denganmelingkarkan jaring pada
gerombolan ikan. Setelah jarring melingkar dan mengurung gerombolan ikan, maka ikan
dikejutkan agar menabrak jaring dan tersangkut pada mata jaring.2. Gillnet mendatar (drift net) Seperti yang dijelaskan diatas
v Berdasarkan kedudukan alat waktu dipasang 1. Gill net hanyut ( drift gill net) yaitu jaring insang yang pemasangannya dibiarkan hanyut mengikuti arus.
Salah satu ujung tali risnya diikatkan pada perahu/kapal 2.Gillnet tetap (set gillnet)yaitu jaring insang yang dipasang secara menetap untuk sementara waktu
dengan menggunakan jangkar. Dalam hal ini kadang-kadang jaring diberi jangkar atau diikatkan pada suatu tempat yang tetap.
BAB III PENUTUPKESIMPULAN
Gill net merupakan salah satu jenis alat untuk menangkap ikan dari bahan jarring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring (mesh) dari bagian jaring utamaukurannya sama, biasa disebut dengan jarring insang. Alat ini dapat dioperasikan didaerah daerah teluk, pantai-pantai, dan muara, karena daerah tersebut adalah. fishing ground yang umum dan jaring ini disesuai untuk area fishing ground yang sempit. Pemakaian gill net tergantung daerah penangkapannya dan jenis ikan yang ingin ditangkap. Penamaan gill net pun dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan nelayan setempat, ada yang memberi nama sesuai jenis ikan yang tertangkap, adapula yang memberi nama sesuai dengan letak fihing ground. Dalam pengoprasian gill net biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring
yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, pada umumnya metode dioperasikan gill net dengan dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (driftgillnet), jaring insang tetap(set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaringinsang klitik (shrimp gillnet), dan trammel net Teknik pengoperasian Gillnet, lebih difokuskan kepada :v Settingv Hollingv Persiapan Alat v Waktu Penangkapan v Daerah Penangkapan (Fishing Ground)v Penurunan Alatv Penarikan Alat dan Pengambilan Ikan Jenis ikan yang dihasilkan menggunakan alat ini adalah jenis ikan ikan yang
berenang dekat permukaan laut, dan ikan ikan demersal. Misalnya saury, sardine, salmon, layang, tembang kembung, dan lain-lain membentuk suatu gerobolan (shoal) dan ikatakan setiap individu mempunyai ukuran yang hampir sama. Jenis ikan yangseperti cucut, tuna yang mempunyai tubuh yang sangat besar tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai bentuk tubuh gepeng lebar, sehingga sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled).
REFERENSI
Rasdani, M, dkk.,1988. Kumpulan Desain Alat Tangkap Tradisional, BPPI Semarang.Anonymous, 1981. Buku Pintar PPL Perikanan. Dinas Perikanan Propinsi Dati 1 Jawa Timur,Surabaya.Subani, W,1972. Alat Dan Tjara Penangkapan Ikan Di Indonesia, LPPI,
JakartaUmali, A. F, 1950. Guido To The Classification Of Fishing Gear In The
Philippnes.Illustrations by S.G.Duran.Res.Rep. U.S.Fish. Wildl. Serv.,(17): 165 p.Anonymous,1981. Meningkatkan Keterampilan Dalam Teknik Moderisasi
Bertahap Penangkapan ikan. Correspondence Couse DITJENIKAN, 1981.Barus, HR,1983. Penelitian Alat Tangkap Pasang Surut ‘’tidak Trap’’ Dan
Aspeknya Di Perairan Selat Malaka, Laporan Penelitian Perikanan Laut No. 25 tahun 1983,BPPL, Jakarta
MAKALAH GILL NET DAN SEINE NET
BAB. 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bumi tempat tinggal yang kita diami ini wilayah yang paling besar adalah perairan, disbanding dengan daratan. Perairan yang paling besar adalah laut.
Di Indonesia, sumber daya alam yang paling besar potensinya adalah sumber daya laut. Namun, sampai sekarang proses pemanfaatan sumberdaya laut Indobesia belum maksimal, karena kurangnya pengetahuan dan alat untuk menangkap ikan. Oleh karena itu, disini di berikan cara untuk membuat alat tangkap dan pengoperasianya alat tangkap jarring insang (gill net), dan pukat kantong (seine net).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pembuatan jaring insang (gill net)
Untuk mengetahui cara pengoperasian gill net
Untuk mengetahui cara pembuatan pukat kantong (seine net)
Untuk mengetahui cara pengoperasian seine net
BAB 2. PEMBAHASAN
1. GILL NET (Jaring Insang)
A. Umum
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring ingsang” istilah gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar oper culumnya pada mata jarring. Di Indonesia, penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring koro, jarring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan sebagainya (Ayodhya, 1981 ).
Gill net disebut jarring insang karena yang menjadi sasaran penangkapan ikan adalah insangnya. Sebab insang dapat terjerat (gilled) pada mata jaring ketika ikan menerobos jaring supaya ikan mau menerobos jarring, jarring yang digunakan dari nilon sehingga ikan tidak dapat melihatnya.
Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Gill net atau jaring insang adalah alat penangkapan ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama atau seragam di seluruh bagian jaring. Pada atas bagian jaring, pelampung-pelampung yang di lalui tali pelampung diikatkan pada tali ris atas, sedangkan pada bagian bawahnya adalah pemberat yang dilekatkan pada tali ris bawah. Fungsi dari pelampung dan pemberat ini agar jaring dapat terbentang sempurna di dalam air (2009 : 61).
Jenis ikan yang tertangkap dengan gill net adalah ikan-ikan dasar dan ikan damersal seperti laying cakalng, kembung, dan lain lain. Selain ikan dasar dan ikan damersal, ikan sauri, tuna, salmon, mackarel juga menjadi tujuan penangkapan gill net. Tidak hanya ikan itu saja udang, lobster, kepiting juga terjerat oleh gill net.
Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak diperlukan cara pengoprasian yang benar. Gill net dioperasikan di suatu perairan laut dengan menggunakan sebuah kapal motor. Dalam pengoprasian gill net yang dilakukan pertama kali adalah menentukan daerah penangkapannya. Setelah itu, jaringan direntangkan menghadap arah renang ikan, sehingga ikan-ikan dapat tertangkap dengan terjeratnya insang pada mata jaring operasi penangkapan ikan dapat dilakukan pada malam hari maupun pagi hari. Yang penting warna jaring tidak terlihat oleh ikan.
B. Jenis-jenis Gill Net
Menurut Martasuganda (2002), jaring insang dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pengoperasiannya menjadi lima jenis, yaitu :
1) jaring insang tetap (fixed gillnet atau set gillnet),
2) jaring insang hanyut (drift gillnet),
3) jaring insang lingkar (encircling gillnet),
4) jaring insang giring (frightening gillnet atau drive gillnet),
5) jaring insang sapu (rowed gillnet).
Menurut Ayodhyoa (1979) vide Walus (2001),
berdasarkan lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi :
jaring insang berdinding tunggal dan berdinding tiga (trammel net),
Sedangkan berdasarkan lapisan kedalaman air tempat dioperasikannya alat ini dapat dibedakan menjadi :
a. jaring insang permukaan (surface gillnet),
b. jaring insang lapisan air tengah (midwater gillnet), dan
c. jaring insang dasar (bottom gillnet).
Sedangkan, menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia (2005), jaring insang dibedakan menjadi:
Jaring insang hanyut (Drift Gillnet), dimana jaring ini dipasang dengan cara terbentang dan dihanyutkan untuk menghadap sekumpulan ikan.
Jaring insang lingkar (Encircling Gillnet), dimana jaring ini dipasang melingkari sekumpulan ikan dan saat ikan bergerak ke segala arah maka akan terjerat pada jaring.
Jaring insang tetap (Set Gillnet), dimana jaring insang ini umumnya dipasang dengan menggunakan pemberat atau diikatkan pada sesuatu hingga tidak hanyut terbawa arus.
Jaring klitik (Shrimp EntanglingGillnet), dimana jaring insang ini pada umumnya dipasang pada daerah dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal dan udang.
Jaring tiga lapis (Trammel Net), dimana jaring insang yang terdiri dari beberapa lapisan jaring agar ikan yang terjerat tidak mudah lepas kembali.
C. Syarat-Syarat Gill Net
Agar ikan-ikan mudah terjerat (gill net) pada mata jaring dan dapat terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring, maka baik material yang dipergunakan ataupun pada waktu pembuatan jaring hendaklah diperhatikan hal-hal antara lain seperti berikut (Nomura, 1978; Ayodhyoa, 1981).
1) Kekuatan dari Twine (Rigidity of Netting Twine)
Twine yang dipergunakan hendaklah lembut tidak kaku,pliancy, suppeleness. Dengan demikian, twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nilon, kremona, dan lain-lain, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami, dan lainnya yang fibresnya keras tidak digunakan.
Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh dengan cara memperkecil diameter twine atau jumlah pilin persatuan panjang dikurangi, atau bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
2) Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Yang dimaksud dengan keterangan rentangan disini ialah rentangan ke arah panjang jaring. Jaring mungkin direntangkan dengan tegang sekali, tetapi mungkin pula tidak terlalu tegang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension bail pada float line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan pula dengan jumlah tangkapan yang akan diperoleh.
Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali,sinking force dari sinker, dan juga shortening yang digunakan.
3) Shortening atau Shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit-belit pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut tidak mudah terlepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Yang dimaksudkan shortening atau shrinkage adalah pengerutan, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna dengan panjang jaring setelah diletakkan padafloat line ataupun sinker line, disebutkan dalam persen.
Contoh : Panjang tubuh jarring (webbing) 100m, setelah ditata jarring menjadi 70m (panjang float line maupun sinker line),maka dikatakan shortening tersebut adalah :
(100 – 70 x 100% = 30%
100
(L0 – L1) x 100% = 30%
L0
4) Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring ialah jarak antarafloat line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat resistenceterhadap arus akan meyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan lebar jaring (mesh depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus. Biasanya lebar jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
5) Mesh Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat(gilled) terdapat hubungan yang erat sekali. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh sizemempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif terhadap besar ukurancatch yang diperolehnya.
6) Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna dari dasar perairan tersebut.
Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
Menurut Baranov (1999) vide Tibrizi (2003) menyatakan bahwa mekanisme tertangkapnya ikan dibedakan dalam tiga cara, yaitu:
Gilled : Ikan terjerat mata jaring pada bagian operculum.
Wedged : Ikan terjerat mata jaring pada bagian keliling tubuhnya.
Tangled : Ikan terpuntal di jaring pada bagian gigi,maxillaria, sirip, apendik atau bagian tubuh ikan lainnya.
D. Komponen Gill Net
Tali pelampung (float line). Seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pelampung.
Pelampung (float). Sesuatu benda yang mempunyai daya apung dan dipasang pada jaring bagian atas berfungsi sebagai pengapung jaring.
Tali penguat atas (upper selvadge line). Seutas tali yang terletak di antara tali pelampung dengan tali ris atas berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian atas.
Tali ris atas (head rope). Seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring.
Serampat atas (upper selvadge). Serampat atas adalah lembaran jaring yang terpasang di atas tubuh jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian atas.
Tubuh jaring (net body). Lembaran jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang merata atau sama/seragam.
Serampat bawah (lower selvadge). Lembaran jaring yang terpasang di bawah tubuh jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian bawah.
Tali ris samping (side line). Seutas tali yang dipasang pada sisi-sisi tubuh jaring berfungsi sebagai pembatas tinggi jaring insang.
Tali ris bawah (ground rope). Seutas tali yang dipergunakan untuk membatasi gerakan jaring ke arah samping.
Tali penguat bawah (lower selvadge line). Seutas tali yang terletak di antara tali ris bawah dengan tali pemberat berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian bawah.
Tali pemberat (sinker line). Seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pemberat.
Pemberat (sinker). Benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring.
E. Pengoperasian Gill Net
Secara umum pengoperasian gillnet dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Kemudiangillnet dipasang di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Lama waktu pemasangan gillnet disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
Metode pengoperasian alat tangkap gillnet pada umunya terdiri atas beberapa tahap, yaitu (Miranti, 2007):
a) Persiapan Alat
Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gillnet diatas kapal penangkapan ikan disesuaikan dengan susunan peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill net dapat disusun di atas kapal pada :
1. buritan kapal
2. samping kiri kapal
3. samping kanan kapal
b) Waktu Penangkapan
Penangkapan ikan denan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu malam bila bulan elap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.
c) Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju ke daerah penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah :
1. bukan daerah alur pelayaran umum dan
2. arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots
3. dasar perairan tidak berkarang
d) Penurunan Alat
Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, maka persiapan alat dimulai, yaitu :
1. posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan alat
2. setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampung tanda.
3. pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut. Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900
e) Penaikan Alat dan Pengambilan Ikan
Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kurang jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan lain yang lebih besar.
Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alat yaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali selambar muka dan terakhir pelampung tanda.
Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai luka/ rusak.
Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih dan langsung dapat disimpan ke dalam palka, dengan dicampur peahan es atau garam secukupnya agar iakn tidak lekas membusuk.
Ayodhyoa, A.U. 1983. Metode Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan IPB: Bogor. Hal. 53-58Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan. 2009. Alat Penangkapan Ikan. Jakarta. Hal. 61Nautika-perikanan-laut.blogspot.com/2009/04/ jaring-insang-gillnet.htmlSamsudinpunya.blogspot.com /2011/13/jaring-insang-lingkar-encircling-gillnet.htmlSudirman, Mallawa Achmar. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 71
Laporan TPHP Dapus
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Adawyah. 2007. Teknologi Referigrasi Hasil Perikanan Jilid II Teknik Pembekuan Ikan. CV. Paripurna, Jakarta.
Afrianto, Eddy dan Evi, L. 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Agustini, TW., Darmanto, YS., dan Putri, DPK. 2008. Evaluation On Utilization Of Small Marine Fish To Produce Surimi Using Different Cryoprotective Agents To Increase The Quality Of Surimi. Journal of Coastal Development Volume 11, Number 3. http://www.akademik.unsri.ac.id/ (01 Desember 2011, 21.10).
Berka, R. 19SG. The Transportation of Live Fish. A Riview. EUFAC Technology Paper, 48:l-52.
Caggiano, M. 2009. Quality in harvesting and post harvesting procedures influence on quality. Fish and freshness and quality assessment for sea bass and sea bream. Torre Canne di Fassano, Italy.
Darmanto. 1998. Pengaruh Pre Rigor, Rigor, Post Rigor terhadap Indeks Rigor K-Value dan Kemunduran Mutu Pasta Ikan pada Berbagai Jenis Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Edisi Maret 1998 [Jurnal]. UNDIP, Semarang.
Djazuli, N. dan T. Handayani 1992. Transportasi Ikan Hidup dan Olahan Hasil Laut. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Jakarta.
Eko, B. 2004. Akuarium Laut. Kanisius. Jogjakarta.
Feistel and Wagner. 2006. "A New Equation of State for H2O Ice Ih". J. Phys. Phys. Chem.Ref.
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.
Hari, I. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Hidayat, Nur dan Suhartini, S. 2005. Olahan Ikan Segar. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Ilyas, S dan Yunizal. 1993. Teknik Refrigerasi Hasil-Hasil Perikanan. Lembaga Teknologi Perikanan. Jakarta.
Ilyas, S . 1993. Teknologi Referigrasi Hasil Perikanan Jilid II Teknik Pembekuan Ikan. CV. Paripurna, Jakarta.
Indra, J dan Dewi, K.R. 2006. Aplikasi Metode Akustik untuk Uji Kesegaran Ikan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol. IX Nomor 2 Tahun 2006 [Jurnal].
Irianto, E. H. dan Soesilo. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. [Seminar]. Bogor. [Jurnal].
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Bandung.
Martyshev, F.G. 1983. Pond Fisheries. Ameerican Publishing Company. PVT Limited. New Delhi.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murniyati, A.S. dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Anggota IKAPI. Bogor.
Saanin, H. 2001. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Tjipta. Bogor.
Said, A. 1997. Budidaya Udang Windu. Azka Press. Jakarta.
Shawyer, M. and Pizzali. 2003. The Use of Ice on Small Fishing Vessels. [Jurnal].
Sorensen, N.K., Brataas, Nyvold, T.E., dan Lauritzen. 1997. Influence of Early Processing (Pre-Rigor) on Fish Quality[Jurnal]. http://www.ub.uit.no /munin/bitstream/10037/1819/5/paper_1.pdf (19 November 2011).
Suyanto, R.S. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tabrani. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Universitas Islam Riau Press. Riau.
Wibowo, E. 2003. Modul Kuliah Budidaya Perairan. Universitas Diponegoro Semarang.
Yono, S. 2006. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.
Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1975.Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1981.Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor