Makalah Agama Pbl2

Post on 14-Aug-2015

43 views 5 download

Transcript of Makalah Agama Pbl2

BAB 1

KELUARGA

A. KARAKTERISTIK DAN TUJUAN KELUARGA SAKINAH,

MAWADDAH, DAN WARAHMAH

Perkawinan adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan

kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan

hidup berkeluarga yang diliputi ketentraman, kasing sayang, dengan cara yang

diridhoi Allah swt. Setiap pasangan yang telah menikah pasti akan mengharapkan

untuk membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Dalam berbagai bimbingannya, Nabi Muhammad mengajarkan pada umat

manusia agar membina rumah tangga yang bahagia, dipenuhi dengan ketenangan

dan cinta kasih. Hal ini djelaskan dalam sabdanya yang berbunyi:

“Ada tiga kebahagiaan, yaitu: (1) memiliki istri yang shalihah, bila engkau

memandangnya menyenangkanmu, dan bila engkau pergi hatimu

mempercayai bahwa ia dapat menjaga dirinya dan menjaga hartamu; (2)

kendaraan yang layak; dan (3) rumah yang luas yang banyak didatangi

tamu.” (HR. al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain,

II/175 No. 2684)

Dalam hadis di atas telah dijelaskan bahwa kebahagiaan sebuah keluarga

akan tercapai bila memnuhi beberapa hal seperti rumah yang luas, istri yang

shalihah, dan kendaraan yang layak. Maksud dari memiliki rumah yang luas

bukan berarti rumah yang berupa fisik berukuran luas, tetapi adalah rumah yang

memiliki kenyamanan, ketentraman, dan kelapangan hati. Diharapkan pula rumah

yang dimiliki sebuah keluarga tidak hanya memberi kebahagiaan bagi pemiliknya,

tetapi diharapkan pula memberi kenyamanan bagi tamu yag berkunjung ke rumah

keluarga tersebut.

Memiliki kendaraan yang layak maksudnya bukanlah memiliki kendaraan

yang mewah. Akan tetapi, maksudnya adalah kendaraan yang bermanfaat.

Kendaraan yang dapat mengantarkan pemiliknya ke tempat-tempat yang baik dan

diridhai oleh Allah swt. Sedangkan istri atau suami yang shalihah dan shalih

adalah pendamping hidup yang senantiasa beribadah dan mendekatkan kepada

Allah serta selalu mengingatkan jika salah satu di antara keluarga melakukan

kesalahan. Keluarga yang baik juga adalah keluarga yang bermanfaat bagi setiap

anggota keluarga tersebut. Setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya dalam

keluarga tersebut secara sesuai agar tercipta keharmonisan. Selain itu, setiap

anggota keluarga memiliki rasa kejujuran, kesetiaan, dan perhatian ke anggota

keluarga yang lain.

Salah satu tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menciptakan

ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Setiap keluarga yang terbentuk

dengan kasih sayang pasti akan memberikan banyak manfaat bagi anggota

keluarga tersebut. Keluarga untuk memenuhi hajat naluri manusia dalam rangka

mewujudkan keluarga yang harmonis, sejahtera, dan bahagia lahir dan batin,

berdasarkan cinta dan kasih sayang. Selain itu, perkawinan bertujuan untuk

kelangsungan keturunan. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah

pastilah adalah keluarga yang memiliki keturunan yang baik. Orang tua dalam

keluarga pasti akan mengajarkan semua hal yang baik dan sesuai dengan Islam

kepada anak-anaknya, sehingga anak-anaknya kelak nanti akan mewariskan

kembali ajaran orang tuanya kepada keturunannya.

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT ISLAMI DAN PERAN KELUARGA

DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang tumbuh dari syari’at yang khusus yang

berasal dari Yang Maha bijaksana dan Terpuji, dan masyarakat yang setiap

individunya memahami perintah-perintah syariat. Yaitu masyarakat yang

memiliki ciri khas tersendiri dari masyarakat lainnya, karena masyarakat islam

dibangun atas pondasi yang satu yaitu aqidah Islamiyyah yang terpatri di dalam

lubuk hati setiap individunya dan bersumber dari sang Pencipta masyarakat ini

dan dunia ini.

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang taat dalam menerapkan ajaran

Islam, baik keyakinan dan ibadahnya, syariat dan sistemnya, akhlak dan

prilakunya, atau dengan kata lain masyrakat rabbani (berketuhanan), Insani

(berperikemanusiaan), berakhlak dan seimbang. Tidak dianggap sebagai orang

muslim jika dirinya tidak mau menerapkan dan menjadikan Islam sebagai manhaj

hidupnya, karena Islam adalah agama yang komprehansip dan sempurna, umat

Islam dituntut untuk menegakkan Islam –dalam rangka membangun masyarakat

yang salih- hingga mereka tegak di dalamnya dan menyatu dalam jiwa mereka,

dan hidup dibawah naungannya secara sempurna. Karena itu masyarakat Islam

adalah masyarakat yang taat, yang memiliki karakteristik dan sifat tersendiri dari

yang lainnya, masyarakat yang istimewa dari segi ideologinya, nilai-nilainya,

akhlaknya, undang-undangnya, system hidupnya, prilakunya dan adat istiadatnya.

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang

ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah

anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya

ayah dan ibu.

Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam

berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan

pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada

pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua

memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak.

Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau

keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara

untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam

keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di

antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup

dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup

pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakkan

buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang

bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir

miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas

atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini

sangat berpengaruh pada jiwa anak.

Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-

nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan

ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu

yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan

kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan

Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh

Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat

memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi

pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila

mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, maka

keluarga merupakan lembaga pertama yang secara psikososiologis keluarga

berfungsi sebagai :

(1) pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya,

(2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis,

(3) sumber kasih sayang dan penerimaan,

(4) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota

masyarakat yang bak,

(5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap

tepat,

(6) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka

menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan,

(7) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial

yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri,

(8) stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi,

baik di sekolah maupun di masyarakat,

(9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan

(10) sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk

mendapatkan teman di luar rumah.g dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-

anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka

pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru

mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya

jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka

memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua

yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian

mereka.

2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan

ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan

potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan

Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini

bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang

tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-

anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan

negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim

kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua

harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang

lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati

sesamanya.

4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap

anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka,

karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam

bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan

mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri

mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan

membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.

5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).

Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu

ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan

informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya

terhadap mereka.

C. Upaya Pembentukan Keluarga Sakinah dan Masyarakat Islami

Membangun sebuah keluarga sakinah merupakan hal yang sangat diimpikan oleh

setiap pasangan. Dalm membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan

warahmah dibutuhkan upaya-upaya yang harus dilakukan demi terwujudnya keluarga

sakinah itu sendiri. Berikut merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan demi

terwujudnya keluarga yang sakinah tersebut:

1. Memulai hal dari diri sendiri, masing-masing pasangan berupaya dalam

mewujudkan kehidupan yang harmonis.

2. Berusaha untuk mampu membangun hubungan yang baik berdasarkan hablum

minannas.

Dalam melakukan upaya-upaya tersebut, manusia diharapkan untuk menerapkan hal-

hal penting dalam dirinya sendiri terlebih dahulu yaitu:

1. Memupuk rasa saling mengerti dan memahami keadaan pasangannya atau

anggota keluarganya.

2. Melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan demi kesejahteraan

keluarga dan menjaga perdamaian.

3. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang antaranggota keluarga.

4. Melakukan penyesesuaian terhadap pasangannya. Maksudnya adalah dengan

saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Masyarakat Islami

Pembentukan keluaga yang sakinah mawaddah dan warahmah akan meciptakan

suatu masyarakat yang baik juga. Masyarakat yang baik ini tentu saja masyarakat yang

menaati nilai-nilai agama, menaati norma-norma masyarakat, dan masyarakat berkualitas.

Masyarakat yangf berkualitas ini terbentuk dari masyarakat agamis yang juga intelektual.

Terbuka dengan hal-hal ilmu pengetahuan tetapi masih mengedepankan keagamaan dan

maju dalam hal spiritual, emosi maupun ilmu pengetahuan. Masyarakat madani juga

dinilai sebagai masyarakat maju dengan tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

BAB 2

MASJID, LEMBAGA EKONOMI UMAT,

PESANTREN, MADRASAH DAN ORGANISASI

KEAGAMAAN

A. MASJID DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT

Masjid secara etimologis berasal dari kata “sajada”-“yasudu”-“sujudan”,

yang artinya tempat sujud dalam rangka beribadah kepada Allah s.w.t. atau tempat

untuk mengerjakan shalat. Pengertian masjid secara sosiologis, yang berkembang

pada masyarakat Islam Indonesia, ia dipahami sebagai suatu tempat atau

bangunan tertentu yang diperuntukkan bagi orang-orang muslim untuk

mengerjakan shalat, baik secara perseorangan maupun jama’ah..

Masjid sebagai pusat ibadah, da’wah dan peradaban Islam dalam

sejarahnya yang panjang, mengalami berbagai macam perubahan dan pergeseran,

dari perubahan yang positif sampai pergeseran yang bersifat negatif. Selama

dalam pergeseran negatif, ia bergeser dari fungsi yang sesungguhnya sampai pada

fungsi yang sangat terbatas. Ia tidak lagi menjadi pusat da’wah dan peradaban

Islam, tetapi hanya berfungsi sebagai tempat ibadah mahdah saja.

Fungsi masjid antara lain sebagai berikut: (1) untuk melaksanakan ibadah

mahdah seperti shalat wajib, shalat sunnah, sujud, i’tikaf dan shalat-shalat sunnah

yang bersifat insidental seperti shalat Id, shalat gerhana dan sebagainya.. (2)

Sebagai pusat pendidikan, masjid diarahkan untuk mendidik generasi muda Islam

dalam pemantapan aqidah dan pengamalan syariah dan akhlak, terutama pada

tingkat TK dan sekolah dasar, pendidikan non formal dilakukan di masjid dalam

berbagai tingkatan, tidak terbatas pada sekolah menengah atau strata satu saja.

Fungsi berikutnya (3) sebagai pusat informasi Islam. Masjid diharapkan

akan mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi Islam secara

meluas dan mendalam. (4) Pusat da’wah diwujudkan dengan pembentukan

lembaga da’wah, diskusi-diskusi rutin kegiatan remaja masjid, penerbitan buku-

buku, majalajh, brosur dan media massa lainnya termasuk media elektronik. (5)

Pusat penyeleesaian masalah (problem solver) bisa diwujudkan dengan merekrut

para pakar dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk para ulama untuk memberikan

solusi terhadap masalah yang timbul di masyarakat.

Fungsi selanjutnya (6) Sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi dan politik,

tempat ibadah didesain agar terasa dimiliki oleh semua golongan umat Islam dari

kelompok, golongan dan partai apapun. Dengan demikian setiap orang yang

beragama merasa memiliki masjid tersebut dan merasa mendapat naungan yang

sangat bermanfaat.

Dalam aktivitas politik, hendaklah menghindari kegiatan politik rendahan

yang hanya memenangkan kelompok tertentu dan memihak kepentingan politik

sesaat. Untuk mewujudkan situasi kondusif kearah itu perlu diprogram sebaik

mungkin, pengurusnya direkrut dari berbagai kalangan umat Islam, para

penceramah dan pengajarnya diambil dari berbagai organisasi Islam.

Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah mahdah atau tindakan ritual

semata, melainkan juga sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang

positif dan bermanfaat. Karaena masjid berinteraksi langsung dengan masyarakat,

ia memiliki peran yang sangat signifikan untuk membangun kreativitas

masyarakat dan lingkungannya dalam menyongsong era informai dan teknologi.

B. Lembaga Ekonomi Umat, Madrasah, Pesantren, dan Organisasi

Sosial Keagamaan

1. Lembaga Ekonomi Umat

Lembaga keuangan syariah harus beroperasi secara ketat berdasarkan prinsip-

prinsip syariah. Prinsip ini sangat berbeda dengan prinsip yang dianut oleh

lembaga keuangan non-syariah. Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah:

1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi

2. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran

dan keuntungan yang halal.

3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.

4. Larangan menjalankan monopoli.

5. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan

perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.

Perkembangan perbankan syariah di era reformasi ditandai dengan di

tetapkannya UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan dimana dalam UU

tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan oleh bank-bank syariah. Selain itu UU tersebut juga memberikan

arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuat cabang syariah atau

menkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Contoh bank yang

menkonversi diri secara total menjadi bank syariah adalah Bank Mandiri

Syariah (BSM) yang dahulunya adalah Bank Susila Bakti (BSB). Sedangkan

contoh bank-bank konvensional yang membuat cabang syariah adalah Bank

IFI yang membuka cabang syariah pada 28 Juni 1999, BNI ’46 dan lainnya.

2. Madrasah

Madrasah (bahasa Arab) yang berarti tempat duduk untuk belajar.

Madrasah mulai didirikan dan berkembang di dunia Islam sekitar abad ke 5

Hijriyah atau abad ke 10 atau 11. Madrasah yang pertama  di dunia Islam,

adalah Madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh Misham al Mulk seorang

penguasa dari Bani Saljuk. Madrasah ini mula-mula didirikan di Baghdad,

kemudian berkembang dengan pesatnya, dan hampir di semua kota dalam

wilayah kekuasaan Islam pada masa itu.

         Madrasah yang pertamakali didirikan di Indonesia, adalam Madrash

Adabiyah di Padang Sumatera Barat, Madrasah ini didirikan oleh Syeikh

Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Nama resminya pada masa itu adalah

Adabiyah School, yang merupakan sekolah pertama yang memasukkan

pelajaran agama ke dalamnya. Kemudian pada tahun 1910 didirikan Madrasah

School yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyah School

(Madrasah Diniyah).

                Madrasah Diniyah kemudian berkembang hampir di seluruh

Indonesia, baik bagian dari pesantren, maupun berdiri diluarnya. Pada tahun

1918 di Yogyakarta berdiri Madrasah Muhammadiyah, ayng kemudian

dirubah namanya menjadi Kweekschool Muhammadiyah, dan akhirnya

menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Sementara itu pada tahun

1916 di lingkungan pesantren Tebuoreng Jombang Jawa Timur, telah

didirikan Madrasah salafiyah oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai persiapan

untuk melanjutkan pelajaran ke pesantren.

3. Pesantren

Pengertian dasar pesantren, adalah tempat belajar para santri. Pada Umumnya

berdirinya suatu pesantren berawal dari pengakuan masyarakat akan

keunggulan dan ketinggian ilmu seoranag guru (Kiyai). Karena keinginan

menuntut ilmu dan memperoleh ilmu dari guru tersebut, maka masyarakat

sekitar bahkan dari luar daerah dating kepadanay untuk belajar. Mereka lalu

membangun tempat tinggal yang sederhana di sekitar tempat tinggal guru

tersebut. Kelangsungan hidup suatu pesantren tergantung kepada dahsyatya

tokoh sentral (kiyai atau guru) yang memimpin, meneruskan atau

mewarisisinay. Jika pewarisnya mengetahui sepenuhnya pengetahuan

keagamaan, wibawa (mungkin juga kekeramatan), dan keterampilan mengajar,

serta kekayaan yang lainnya yang diperlukan maka umur pesantren akan

lanjut. Sebaliknya, pesantren akan menjadi mundur dan mungkin hilang jika

pewarisnya atau keturunan kiyai yang mewarisinya tidak memenuhi

persyaratan.

Dalam kalangan Pondok Pesantren yang pada saat itu mempunyai santri

mencapai ribuan murid, maka sistem pengajarannya dilakukan secara mentor

sebagai berikut :

a)      Kiyai besar mengajarkan ilmunya kepada para kiyai muda.

b)      Kiyai muda mengajarkan santri-santri tingkat dewasa.

c)       Santri dewasa mengajar anak-anak atau santri remaja.

d)      Santri  remaja ini membantu santri dewasa dalam mengajar anak-anak

yang baru masuk.

         Santri yang telah tamat biasanya diberi izin oleh kiyai untuk membuka

dan mendirikan pesantren baru di daerahnya asalnya. Dengan begitu

pesantren-pesantren  berkembang di berbagai daerah, dan pesantren asal

dianggap sebagai pesantren induknya.

4. Lembaga Sosial Keagamaan

Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang

terbesar jumlahnya, baik yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat

lokal saja. Tidak kurang dari 40 buah organisasi keagamaan Islam yang

berskala nasional memiliki cabang-cabang organisasinya di ibukota propinsi

maupun ibukota kabupaten/kotamadya, seperti : Nahdlatul Ulama (NU),

Muhammadiyah, Sarikat Islam (SI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI),

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan

Islam (GUPPI), Majelis Da’wah Islamiyah (MDI), Dewan Mesjid Indonesia

(DMI), Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI), Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),

Aisyiah, Muslimat NU, dan sebagainya. Sedangkan organisasi keagamaan

Islam yang bersifat lokal pada umumnya bergerak di bidang da’wah dan

pendidikan seperti: Majelis Ta’lim, Yayasan Pendidikan Islam, Yayasan

Yatim Piatu, Lembaga-Lembaga Da’wah Lokal, dan sebagainya.

Di samping itu, terbentuknya berbagai organisasi ini memberikan akses

terhadap kesadaran untuk memperjuangkan nasib sendiri melalui instrumen

organisasi yang bersifat nasional. Di Sumatera Barat, terdapat dua organisasi

besar yaitu Muhammadiyah dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Kedua

organisasi besar ini berasal dari dua kubu yang berbeda: Muhammadiyah

mewakili kubu modernis yang berbasis urban/kota, pedagang atau pegawai,

sedangkan Persatuan Tarbiyah Islamiyah mewakili kubu tradisionalis berbasis

pedesaan, agraris, dan pesantren.

BAB 3

UKHUWAH

Istilah ukhuwah sering diartikan menjadi "persaudaraan", kata itu

berasal dari akar kata yang pada mulanya berarti saling memiliki rasa untuk

memperhatikan, mengasihi, dan beriba hati. Akha-yakhu-ukhuwatan―dalam

bahasa Arab―artinya menjadi saudara, teman, atau sahabat. Makna asal ini

memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak

yang merasa bersaudara dengan harapan untuk menunjang sikap saling membantu

dan tolong menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.

A. Ukhuwah Insaniah

. Pada dasarnya semua manusia melakukan hubungan sosial dalam

manifestasi aktifitas fisik seperti belajar dan bekerja, bahkan,dapat dikatakan

mustahil bila manusia dapat hidup tanpa orang lain disektiarnya. Setiap kejadian

itu membutuhkan sikap saling memiliki dan membutuhkan agar tercipta interaksi

yang baik antar sesama manusia. Bagian ini yang mendekatkan masyarakat

muslim mengenal ukhuwah insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama

manusia. Meskipun di latar belakangi oleh berbagai berbagai ras, bangsa, suku,

adat istiadat, dan berbagai kelompok, manusia tetap diharapkan agar saling

mengenal dan saling memahami. Seperti yang telah tertera dalam firman Allah

Swt dalam surat. alhujurat, ayat 13 yang artinya :

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia  di

antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Masyarakat Muslim mengenal istilah ukhuwmah Islamiyyah. Istilah ini

perlu didudukkan maknanya, agar bahasan kita tentang ukhuwah tidak

mengalami kerancuan. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan

kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiah dalam istilah di atas.

Selama ini ada kesan bahwa istilah tersebut bermakna "persaudaraan yang dijalin

oleh sesama Muslim", atau dengan kata lain, "persaudaraan antar sesama

Muslim", sehingga dengan demikian, kata "Islamiah" dijadikan pelaku ukhuwah

itu.

Persaudaraan sesama umat manusia atau ukhuwah insaniah telah

dipraktikkan Rasulullah Saw sejak beliau hijrah ke Madinah. Sebagaimana

diketahui masyarakat Madinah di masa Nabi Saw adalah masyarakat multikultural

yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama, dan peradaban. Masyarakat

Madinah yang multikultural itu dijalin dan dirajut dalam persaudaraan atau

ukhuwah insaniah melalui Konstitusi Madinah. Konstitusi Madinah atau piagam

Nabi Muhammad Saw merupakan konstitusi tertulis pertama di dunia, terdiri dari

sepuluh bab, berisi 47 pasal. Antara lain; mengatur persaudaraan seagama,

persaudaraan sesama umat manusia, pertahanan bersama, perlindungan terhadap

minoritas, pembentukan suatu umat atau bangsa, dan aturan-aturan lain yang lebih

lengkap. Kontsitusi Madinah itu telah dilaksanakan oleh Muhammad saw dan

para sahabatnya, serta seluruh penduduk yang tinggal di Madinah.

BAB 4

PREMANISME DI JAKARTA

A. PREMANISME

Definisi premanisme ialah tindakan kejahatan yang meresahkan keamanan

masyarakat serta menganggu ketertiban umum dan memberikan pengaruh yang

negatif bagi kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. Premanisme memiliki 3

(tiga) macam tingkatan , yaitu : 1. Premanisme tingkat profesional, premanisme

yang dilakukan dengan cara terorganisir dan berlindung di bawah organisasi

masyarakat atau partai politik yang difasilitasi dengan dana yang memadai.

Premanisme jenis ini baiasanya sulit diberantas karena mendapatkan perlindungan

dari kelompok yang mempunyai hubungan politik dengan sebagian oknum

pejabat pemerintah. Mereka para preman jenis ini berseragam dan tidak nampak

seperti preman jalanan . Mereka disewa dan dibayar oleh sebuah perusahaan atau

instansi tertentu untuk merampas tanah-tanah milik masyarakat tau membalak

setiap pertokoan dengan cara membelinya dengan harga murah dan penuh tipu

muslihat.. Preman berkrah putih telah banyak menyengsarakan masyarakat

muslim dengan mengambil hak-hak mereka dengan politik tipudaya. 2.

Premanisme tingkat amatir , premanisme yang terdiri dari beberapa orang tau

tergabung dalam sebauh kelompok yang memeras atau meinta setoran kepada

para pedagang, para sopir, para penjual dan para pembeli di tempat- tempat umum

seperti : pasar, terminal, stasiun atau tempat umum yang lain. 3. Premanisme

tingkat bulu atau kelas teri ialah premanisme yang dilakukan seseorang yang

kehilangan pekerjaannya akibat PHK atau tidak menemukan pekerjaan alias

pengangguran. Mereka pun berprofesi sebagai preman addakan atau spontanitas

untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Mereka menjadi preman

karena kondisi yang terpaksa. Dari ketiga jenis permanisme pekan ini, jajaran

kepolisian mulai merazia para preman kelas amatir dan kelas bulu . Mereka

ditangkap dan ditahan untuk diberi bimbingan dan penyuluhan.Sedangkan

premanisme tingkat profesional mulai ditangani oleh KPK (komisi pemberantasan

korupsi) yang bekerja sama dengan kepolisian dan kejaksaan, akan tetapi aparat

kepolisian kurang berani dalam menangani perman berseragam, karena

kebanyakan dari mereka berkolusi dengan oknum polisi yang bermental preman.

Hal ini yang menyebabkan faktor penghambat dalam melaksanakan tindakan

hukum terhadap mereka. Premanisme dalam pandangan masyarakat muslim

termasuk tindak kejahatan yang sangat menganggu dan mersahkan kehidupan

masyarakat muslim (muslimin). Pemerintah perlu memiliki sikap tegas dan tanpa

bulu dalam memberangus semua jenis permanisme. Sebenarnya asal-mula preman

bersala dari bahasa Belanda , Fremach yang artinya : seseorang yang melakukan

pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial belanda dengan cara merampok

harta mereka untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin seperti layaknya

Robinhood yang membela hak-hak masyarakatnya yang tertindas oleh pejabat yag

berkuasa pada waktu itu. Akan tetapi mengalami perubahan kepada arti dan tujuan

yang negatif, yaitu : orang yang melakukan perampasan atau perampokan harta

orang lain.

B. PENYEBAB PREMANISME

1. Keadaan Ekonomi yang Buruk

2. Ketiadaan Rasa Toleransi dan Ukhuwah

3. Merosotnya Nilai Religius dalam Masyarakat

C. Dampak Premanisme

D. Cara Menanggulangi Premanisme

BAB 5

PENUTUP

Kesimpulan:

Premanisme yang sekarang ini semakin marak terjadi di masyarakat memiliki

banyak penyebab dan akibat. Penyebab terjadinya premanisme berasal dari

lingkungan tempat pelaku premanisme itu berasal. Keluarga merupakan lembaga

yang memiliki tanggung jawab dalam menjaga anggota keluarganya. Salah satu

tujuan dari keluarga adalah memberikan ketentraman dan kebahagiaan bagi

seluruh anggotanya. Selain itu, orang tua atau anggota keluarga yang lain wajib

untuk mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga tentang norma dan moral

yang baik. Pendidikan agama dalam hal ini Islam juga sangat penting dalam

pembentukan jati diri seseorang. Pembekalan tentang ilmu agama sangatlah

penting sebagai pedoman bagi seseorang dalam menjalani kehidupan di

masyarakat. Dengan pembekalan ilmu agama, seseorang diharapkan dapat

mengetahui batasan-batasan di masyrakat yang tidak dapat dilanggar. Selain itu,

dengan ilmu agama, kesabaran seseorang akan bertambah. Kesabaran inilah yang

sangat penting agar seseorang tidak mudah tersulut emosi dalam menghadapi

masalah. Menanamkan rasa persaudaraan juga sangatlah penting. Di Indonesia

sebagai negara yang multikultural, maka rasa persaudaraan antar sesama sangatlah

perlu dijaga agar tidak mudah terjadi perpecahan.

Saran:

Di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ras, suku, agama, adat, dan

kebiasaan ini, sangatlah penting agar seluruh warganya dapat menanamkan rasa

toleransi dan persaudaraan. Peran keluarga sebagai agen utama pembentuk

kepribadian juga wajib berperan untuk mengajarkan dan mengawasi sikap seluruh

anggota keluarganya. Keluarga juga perlu mengajarkan tentang ilmu pendidikan

agama kepada seluruh anggota keluarganya. Hal yang terpenting adalah niat dan

sikap pribadi masing-masing agar selalu berada pada jalur yang sesuai dan tidak

melanggar batas nilai dan norma sosial maupun agama. Selain itu, selalu

mendekatkan diri kepada Allah adalah hal yang terpenting agar terhindar dari

sikap premanisme.

Data Publikasi :

Mubarak, Zakky. 2002. Menjadi Cendikiawan Muslim. Jakarta: Raja Grafindo

Perkasa.

Aminuddin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.

Jakarta: Ghalia Indonesia.