Post on 10-Dec-2015
description
MADRASAH DINIYAH SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN UMMAT
BERLANDASKAN SYARI’AT (Laporan Pengabdian Masyarakat di Desa
Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis)
Oleh:
Kelompok KKN IAID Ciamis
Lokasi Desa Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMISCIAMIS JAWA BARAT
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORANKULIAH KERJA NYATA (KKN)
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMISDESA IMBANAGARA RAYA KECAMATAN CIAMIS
KABUPATEN CIAMISTAHUN 2015
Oleh :
Siti Anisah (12.07.0407)
Sri Nenden Rahayu(12.07.0412)
Asep Ahmad Mukarom (12.07.0361)
Mengetahui/Menyetujui
Dosen Pembimbing Lapangan
Lilis Nurteti, S.Pd.I,M.Pd
ABSTRAK
Madrasah Dhiniyah merupakan pendidikan non formal dalam bidang
keagamaan dibawah naungan Kementrian Agama. Sebagai lembaga pendidikan
yang berkonsentrasi pada bidang keagamaan, Madrasah Diniyah didesain untuk
mencetak akhlak generasi bangsa yang sesuai dengan syariat. Madrasah memiliki
poin penting untuk diusung sebagai kekuatan dalam menciptakan akhlak yang
berjiwa islami.Kesadaran spiritual tinggi yang dimiliki oleh masyarakat indonesia
pulalah yang memotivasi dalam proses pembentukan ummat berlandaskan syariat
tersebut. Pendidikan keagamaan sebagai sarana bagi penanaman nilai-nilai sosial
dan budaya masih cukup relevan dan strategis dalam membangun bangsa ini.
Dengan begitu madrasah sebagai wadah pembentukan ummat akan bisa
diwujudkan.
Dalam realita dilapangan, masyarakat menilai bahwa Madrasah Diniyah
masih belum efektif dalam kegiatannya, hal ini terkait dengan kurangnya fasilitas
yang memadai bagi kegiatan proses belajar mengajar. Kurangnya perhatian
pemerintah dalam hal ini membuat masyarakat bertanya-tanya, apa dan
bagaimana sebenarnya status Madrasah Diniyah dimata pemerintah. Sebab
disadari atau tidak, pembentukan karakter anak bangsa dimulai dari pemahaman
keagamaan yang kuat dari sejak dini. Hal ini akan terwujud apabila Madrasah
Diniyah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pembentukan generasi-
generasi yang bermoral tinggi berdasarkan syariat islam.
Kata kunci : Madrasah diniyah, Pendidikan non formal, syariat
A. Pendahuluan
Sejarah Islam di Indonesia memperlihatkan bahwa pendidikan keagamaan
tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat muslim.
Selama kurun waktu yang panjang pendidikan keagamaan Islam berjalan secara
tradisi berupa pengajian al-quran dan pengajian kitab, dengan metode yang
dikenal` (terutama di Jawa) dengan nama sorogan, bandungan dan halaqah.
Tempat belajar yang digunakan, umumnya adalah ruang-ruang mesjid atau tempat
sholat umum yang dalam istilah setempat disebut: surau, dayah, madrasah,
langgar, rangkang, atau mungkin nama lainnya.
Perubahan kelembagaan paling penting terjadi setelah berkembangnya sistem
klasikal, yang awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial melalui sekolah-
sekolah umum yang didirikannya diberbagai wilayah Nusantara.di Sumatra Barat
pendidikan keagamaan klasikal itudipelopori oleh Zainuddin Labai el-Junusi
(1890-1924), yang pada tahun 1915 mendirikan sekolah agama sore yang diberi
nama Madrasah Diniyah (Diniyah School, al-madrasah al-diniyah).(Noer,
1991:49).
Sistem klasikal seperti yang dikenalkan Zainuddin berkembang pula di
wilayah Nusantara lainnya, terutama yang mayoritas penduduknya muslim.
Dikemudian hari, lembaga-lembaga pendidikan keagamaan itulah yang menjadi
cikal bakal bagi madrasah-madrasah diniyah formal yang berada pada jalur seolah
sekarang. Meskipun sulit untuk memastikan kapan madrasah diniyah didirikan
dan nama madrasah yang pertama kali berdiri, namun Kementrian Agama dahulu
mengakui bahwa setelah Indonesia merdeka sebagian sekolah agama berpola
madrasah diniyahlah yang berkembang menjadi madrasah-madrasah formal
(Asrohah, 1999:193). Dengan perubahan tersebut, berubah pula status
kelembagaannya, dari jalur-jalur sekolah yang dikelola penuh oleh masyarakat,
menjadi sekolah dibawah pembinaan Kementrian Agama.
Meskipun demikian, tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang
mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai
pendidikan keagamaan luar sekolah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu
pada Peraturan Mentri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-
madrasah diniyah tipe baru sebagai pendidikan tambahan berjenjang, bagi murid-
murid sekolah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat
pendidikan sekolah umum, yaitu, Madrsaha Diniyah Awaliyah untuk murid
Sekolah Dasar, Wustha untuk tingkat SLTP dan Ulya untuk tingkat SLTA.
Madrasah diniyah dalam hal itu dipandang sebagai lembaga pendidikan
keagamaan klasikal jalur luar sekolah bagi murid-murid sekolah umum data EMIS
mencatat jumlah madrasah diniyah di Indonesia pada Tahun Jaran 2005/2006
seluruhnya mencapai 15,579 buah dengan jumlah murid 1.750,010 orang.
B. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Madrasah Diniyah
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah.
Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk
memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah
termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama
Islam.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama
dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari
keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di bumi nusantara ini.
Keberadaan peraturan perundangan tersebut seolah menjadi ”tongkat penopang”
bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini,
penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola
pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak
untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.
Secara umum, setidaknya sudah ada beberapa karakteristik pendidikan
diniyah di bumi nusantara ini. Pertama, Pendidikan Diniyah Takmiliyah
(suplemen) yang berada di tengah masyarakat dan tidak berada dalam lingkaran
pengaruh pondok pesantren. Pendidikan diniyah jenis ini betul-betul merupakan
kreasi dan swadaya masyarakat, yang diperuntukkan bagi anak-anak yang
menginginkan pengetahuan agama di luar jalur sekolah formal. Kedua, pendidikan
diniyah yang berada dalam lingkaran pondok pesantren tertentu, dan bahkan
menjadi urat nadi kegiatan pondok pesantren. Ketiga, pendidikan keagamaan yang
diselenggarakan sebagai pelengkap (komplemen) pada pendidikan formal di pagi
hari. Keempat, pendidikan diniyah yang diselenggarakan di luar pondok pesantren
tapi diselenggarakan secara formal di pagi hari, sebagaimana layaknya sekolah
formal.
2. Ciri-ciri Madrasah Diniyah
Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang
diselenggarakan sub-sistem Madrasah Diniyah, maka dapat dikatakan ciri-ciri
ekstrakurikuler Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:
1. Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.
2. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak
memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.
3. Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.
4. Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.
5. Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak harus
sama.
6. Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacammacam.
3. Kurikulum Madrasah Diniyah
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dna Peraturan pemerintah no 73
tahun 1991 pada pasal 1 ayat 1 disebutkan “Penyelenggaraan pendidikan diluar
sekolah boleh dilembagakan dan boleh tidak dilembagakan”. Dengan jenis
“pendidikan Umum” (psl 3. ayat.1). sedangkan kurikulum dapat tertulis dan
tertulis (pasl. 12 ayat 2). Bahwa Madrasah DIniyah adalah bagian terpadu dari
system pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar
sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah
Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang
dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai
pengetahuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama (PP 73, Pasal 22 ayat
3). Oleh karena itu, maka Menteri Agama d/h Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam
rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah,
sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki
keleluasaan unutk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan leingkungan madrasah.
Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah,
Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah DIniah Awaliyah berlangsung 4
tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah
Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang belakar pada sekolah Dasar dan
SMP/SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah
bertujuan :
1. Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan
sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya.
2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah
atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam
jalur pendidikan sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2 s.d 3).
Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan
yang bernapaskan Islam, amka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan
“memberikan bekla kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota
masyarakat dan warga Negara”. Dalam program pengajaran ada bebarapa bidang
studi yang diajarkan seperti Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Praktek Ibadah. Dalam pelajaran Qur’an-
Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi
yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata pelajaran aqidah akhlak
berfumgsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar
meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah,
meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan
Tuhannya, sesame manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan
untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina santri untuk
mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman santri
dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam.
Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman santri terhadap ajaran
agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar
bangsa degan pendekatan komunikatif. Dan praktek ibadah bertujuan
melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.
Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan
akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen
Agama Pusat Kantor Wilayat/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip
pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-
undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah,
keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan madrasah diniyah.
4. Administrasi madrasah
Administrasi Madrasah Diniyah ialah segala usaha bersama untuk
mendayagunkan sumber-sumber, baik personil maupun materil secara efektif dan
efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Madrasah Diniyah
secara optimal.
1. Prinsip Umum Administrasi Madrasah Diniyah
a. bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi nyata
di madrasah Diniyah.
b. Berfungsi sebagai sumber informasi bagi peningkatan pengelolaan
pendidikan dan proses belajar mengajar.
c. Dilaksanakan dengan suatu system mekanisme kerja yang menunjang
realisasi pelaksanaan kurikulum.
2. Ruang Lingkup
Secara makro administrasi pendidikan di Madrasah Diniyah mencakup :
a. kurikulum
b. Warga belajar
c. Ketenagaan
d. Keuangan
e. Sarana/prasarana/gedung dan perlengkapan lainnya
f. Hubungan kerjasama dengan masyarakat
5. Klasifikasi Madrasah Diniyah dan Syarat Penerimaan
1. Pendidikan Diniyah Formal
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang NOMOR 55
TAHUN 2007 tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan pada pasal
15 mengenai Pendidikan Diniyah Formal yang berbunyi “Pendidikan diniyah
formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran
agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal ini diatur dalam pasal”. Tindak
lanjut dari penjelasan di atas terdapat pada pasal 16 ayat 123 dan 17 ayat 1234.
2. Pendidikan Diniyah Nonformal
Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan diniyah
nonformal, dijelaskan secara detail pada pasal 21, 22, 23, 24 dan 25 dalam
Undang-Undang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan Nomor 55
Tahun 2007 .
6. Kurikulum yang digunakan Madrasah Diniyah
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah no 73
Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari system pendidikan nasional yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat
masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah Diniyah termasuk kelompok
pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang dibina
oleh Menteri Agama.
Oleh karena itu, Menteri Agama dan Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam
rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah,
sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan madrasah.
Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah,
Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniah Awaliyah berlangsung 4
tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah
Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang berasal dari sekolah Dasar dan
SMP serta SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah
bertujuan :
1 Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin
dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupanya.
2 Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja
mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih
tinggi
3 Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah
Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan
yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan
“memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota
masyarakat dan warga Negara”.
Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan seperti
(Abdullah dkk, Laporan Penelitian ,studi Evaluasi Penyelenggaraan Madrasah
Diniyah,:4) :
1. Al-Qur’an Hadits
2. Aqidah Akhlak
3. Fiqih
4. Sejarah Kebudayaan Islam
5. Bahasa Arab
6. Praktek Ibadah.
Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan
penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata
pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan
kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul
dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman
berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata
pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan
membina santri untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat
memperkaya pengalaman santri dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW
dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang
pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu
pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif.
Dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.
Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan
akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen
Agama Pusat Kantor Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip
pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-
undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah,
keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan madrasah diniyah.
7. Status Madrasah Diniyah dalam Undang-undang dan Hukum Islam
Lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia adalah mesjid. Mesjid
merupakn pusat proses kegiatan, termasuk proses blajar mengajar. Setelah
berkembangnya Zaman mulailah Madrasah menjadi sebuah Instansi pendidikan
yang terpisah dari mesjid, walaupun ada yang masih menggunakan mesjid
menjadi pusat pendidikan. Istilah Madrasah lazimnya digunakan untuk menyebut
sekolah dasar ilmu Al-Quran, namun setelah abad kesepuluh dan kesebelas
mulailah madrasah menjadi pusat kajian ilmu-ilmu Agama yang lainnya.
(Mahmud, 2011: 250). Dalam lembaga ini para ulama memberikan pengajaran
keilmuan melalui bebrbagai pendekatan, sampai akhirnya para santri mampu
menyerap pengetahuan Agama Islam. Setelah mereka sudah dianggap mampu,
mereka disebar kekampungnya masing-masing, sehingga memunculkan
pendidikan islam yang baru dan mulai bertambahlah pendidikan Islam (Murodi,
2008: 198).
Akan tetapi pada masa selanjutnya kemajuan Ilmu pengetahuan dan
teknologi modern dibarat segera memasuki dunia islam, yaitu pada permulaan
abad ke 19 M. Priode tersebut sbagai priode modern. Kontak dengan barat
memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedunia islam, seperti
rasionalisme, nasionalisme, sekurelisme, demokrasi dan lain sebagainya. Dan hal
tersebut banyak mempengaruhi terutama pendidikan dalam islam (Badri, 2010:
25). Sejak permulaan abad 20 pendidikan Islam mulai mengembangkan satu
model pendidikan sendiri yang berbeda dan terpisah dari sistem pendidikan
Belanda maupun sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh departemen
pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Dari sini nampak, sebagaimana Mahmud
Yunus (1979) melihat, bahawa sistem pendidikan umum di Indonesia, bukanlah
muncul akibat penyesuaiannya dengan sistem pendidikan Islam tradisonal.
Sebaliknya sistem pendidikan Islam yang pada akhirnya lama kelamaan akan
menyesuaikan diri dan masuk ke dalam sistem pendidikan umum atau sistem
pendidikan Nasional (oongfaturrahman.wordpress.com).
Lembaga pendidikan Islam, setelah disahkannya UU No 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional memiliki legistimasi sebagai salah satu lembaga
integral dalam sitem pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan Islam tersebut
adalah Madrasah diniyyah.
Madrasah Diniyah adalah salah satu jenis pendidikan keagamaan Islam.
Dalam konteks nasional Madrasah Diniyah terdapat dalam dua kategori yaitu jalur
sekolah dan jalur luar sekolah. jalur sekolah adalah madrasah diniyah yang byang
berfungsi sebagai pendamping MI/SD Mts/SMP dan MA/ SMA yang dinamakan
dengan Madrasah diniyah Awaliyah, Wustha dan ‘ula.Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 55 Tahun 2007 Tentang pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan. pada pasal 15 sampai dengan pasal 20 berisi tentang
regulasi pendidikan Madrasah Diniyah yang berhubungan dengan jenjang
pendidikan, kurikulum, standar kompetensi ilmu-ilmu yang bersunber dari
ajaran Islam, dan tenaga pendidik dan kependidikan Jenjang Madrasah Diniyah
sendiri meliputi; Diniyah Ula (SD/MI), Diniyah \wustho (MTs SMP), dan
Diniyah Ulya (MA/SMA). Dergan demikian maka fungsi utama Madrasah
Diniyah adalah sebagai pelengkap dari sekolah yang berbasis umum (SD, SMP,
SMA) dan Madrasah Diniyah murni. Madrasah diniyah awaliyah berlangsung 4
tahun, wustha dan ulya berlangsung 2 tahun .(saha , 2005 :42). Dengan demikian
maka Madrasah diniyah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang berfokus
pada pendidikan Agama Islam yang meruakan lembaga yang bertugas melengkapi
pendidikan Islam di sekolah dasar.
Ada beberapa peraturan Daerah yang diwajibkan untuk memiliki ijazah
diniyah akan tetapi tidak semua daerah melaksanakan hal tersebut. Haya beberapa
daerah yang telah mengesahkan PERDA tersebut salah satunya adalah kabupaten
bandung Peraturan Bupati Bandung Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar
Diniyah Takmiliyah.Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2010
Tentang Pendidikan Diniyah Takmiliyah Pendidikan Diniyah Takmiliyah
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Pasal 3 Diniyah
Takmiliyah berkedudukan sebagai satuan pendidikan agama Islam non formal
yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi siswa pada
jenjang pendidikan Dasar dan menengah/Sederajat. Pasal 4 Pendidikan Diniyah
Takmiliyah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tambahan Pendidikan Agama
Islam bagi siswa yang belajar di Sekolah Dasar/Sederajat. Pasal 5Pendidikan
Diniyah Takmiliyah bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar Agama Islam
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai warga muslim
yang beriman, bertaqwa, beramal shaleh dan berakhlak mulia serta warga negara
Indonesia yang berkepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan
rohani.
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Ahun 2011 Tentang
Pendidikan Wajib Diniyah Takmiliyah. Serta Pelaturan Pemrintah Kabupaten
Bandung Barat No 9 Tahun 2009 Tentang Wajib Diniyah Takmiliyah. Peraturan
Daerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar Madrasah
Diniyah Awaliyah. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Pendidikan Diniyah Di Kota Tasikmalaya.Dari berbagai pelaturan daerah
tersebut kita dapat memastikan bahwa madrasah diniyah memiliki peran yang
penting dalam pembentukan masyarakat yang faham akan Agama. Kebanyakan
sekolah dasar tidak memberikan landasan yang jelas untuk pengetahuan Agama
sehingga madrasah diniyah dijadikan objek untuk menyempurnakan pembelajaran
PAI di SD untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.Hanya disayangkan tidak
semua daerah di Indonesia menetapkan diniyah sebagai pendidikan pelengkap
yang diwajibkan. Padahal diniyah memiliki peran yang sangat strategis dalam
pembentukan akhlaq kepribadiuan seorang anak
1. GAMBARAN UMUM DESA
1. Kondisi Objektif
a. Kondisi Geografis
1) LuasWiayahdan Batas Desa
a) Luas Wilayah : 199,86 Ha, terdiri dari:
Pesawahan : 86 Ha
Perkebunan: 30 Ha
Daratan : 95 Ha
b) Jumlah Dusun : 4 Dusun
Dusun: Warung Kulon
Dusun: Majalaya
Dusun: Sukasari
Dusun: Selaawi
2) Jumlah Penduduk : 7400 Jiwa
a. Muslim : 7326 Jiwa
b. Non Muslim : 4 Jiwa
3) Sarana Peribadatan
a. Mesjid Jami’ : 8 Buah
b. Mushala : 20 Buah
4) Hasil ZIS 2014 : Rp. 95.840.000
5) SaranaPendidikan :
Pendidikan Anak Usia Dini : 4 Buah
Taman Kanak-kanak/TPA : 4 Buah
Madrasah Diniyah : 7 Buah
Sekolah Dasar Negeri : 4 Buah
Sekolah Menengah Pertama Negeri : 1 Buah
Pesantren : 1 Buah
6) SaranaPerkantoran :
BalaiDesa : 1 Buah
BalaiDusun : 1 Buah
7) SaranaOlah Raga :
LapanganSepak Bola : 1 Lapang
Lapangan Bola VOLI : -
LapanganBulutangkis : 1 BH.
8) Organisasi Keagamaan:
Nahdatul Ulama; 80%
Muhammadiyah: 2,15%
9) Sarana Pengajian :
Khusus Ibu-Ibu: BMKM, Majelis Ta’lim tiap Dusun
Anak-anak ; Pengajian Maghrib/Dusun
10) Sarana Penerangan 100% PLN
11) Kebudayaan/ Kesenian Tradisional: Reog, Pencaksilat
12) Mata Pencaharian:
Buruh: 20 %
Petani: 70 %
Pegawai Negeri: 10 %
13) Organisasi Kepemudaan
Karang Taruna : Saluyu
Kelompok Tani
14) Organisasi Kewanitaan dan Kesehatan Masyarakat :
PKK : Desa Kartini
Pos Yandu : Tiap RW
Desa Sehat Siaga Paguyuban
15) Potensi dan Prestasi yang dicapai :
Dalam bidang Keagamaan: Antusiasme masyarakat terhadap
hal-hal yang bersangkutan dengan keagamaana bagus.
Dalam bidang Sosial: Desa Imbanagara Raya pernah meraih
juara lomba tingkat provinsi.
Dalam bidang Kebudayaan : Kesenian desa, visi-visi islami
masuk ke semua sekolah.
Dalam pemerintahan Desa/Kelurahan ; Desa Imbanagara Raya
ini pernah merain juara lomba desa percontohan tingkat
provinsi.
2. Permasalahan yang terjadi di Masyarakar Desa Imbanagara Raya
a. Permasalahan dalam Bidang keagamaan
Sebagai mayoritas penduduk muslim, pada dasarnya masyarakat Desa
Imbanagara Raya dikategorikan sebagai desa yang religius. Ini terlihat dari
bagaimana antusiasme masyarakat Desa Imbanagara Raya dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti dalam pelaksaan tarling atau tarawih
keliling yang diadakan oleh aparatur Desa Imbanagara Raya, serta kegiatan
keagamaan lainnya seperti pengajian diberbagai majelis ta’lim Desa Imbanagara
Raya dan lain sebagainya.
Namun, dibalik itu semua masih banyak permasalahan keagamaan yang
dihadapi oleh masyarakat di Desa Imbanagara Raya, diantaranya adalah:
1. Keterbatasan jumlah ustadz/ustadzah
Walau sebagai masyarakat mayoritas muslim, Desa Imbanagara Raya
masih kekurangan ustadz-ustadzah sebagai subjek pembimbing bagi masyarakat
dalam masalah keagamaan. Ini dapat terlihat dari berbagai pengajian khususnya di
Dusun Warung Kulon tepatnya di wilayah tanah wakaf Darussalam. Setiap hari
senin ba’da ashar disana selalu rutin diadakan pengajian ibu-ibu, namun
ustadz/ustadzah yang dihadirkan dalam pengajian tersebut adalah dari Ponpes
Darussalam. Kendati demikian, bukan berarti di wilayah ini tidak ada
ustadz/ustadzah yang mempuni dalam bidangnya, namun karena keterbatasan
SDA yang kemudian harus menghadirkan ustadz dari Pondok Pesantren
Darussalam. Selain itu, tenaga pengajar ditiap madrasah diniyah juga sangat
minim sehingga terkadang satu pengajar mengajar dua kelas dalam satu ruangan.
Kurangnya fasilitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta kurangnya
perhatian pemerintah terhadap madrasah diniyah merupakan salah satu alasan
masyarakat terhadap kurangnya SDA pengajar ditiap madrasah.
2. Kurangnya kesadaran berhijab
Sebagai Desa yang maju dan berada didaerah yang umumnya lebih
mendekati pada perkotaan, kesadaran masyarakat akan berhijab sangatlah kurang.
Hijab dianggap wajib hanya ketika berada dalam pengajian-pengajian keagamaan
saja. Melihat problematika diatas, solusi yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:
a. Bermusyawarah dengan aparatur Desa serta ustadz setempat.
b. Mengisi jadwal mengajar ke berbagai DTA.
c. Mengisi pengajian di majlis ta’lim serta memberikan materi dalam bidang
keagamaan.
d. Memberikan pemahan tentang hijab serta tutorial cara memakai hijab yang
sesuai dengan syariat islam kepada anak-anak dan remaja putri.
b. Permasalahan dalam bidang sosial dan ekonomi
Sebagai Desa percontohan se-Kabupaten Ciamis, tentunya Desa
Imbanagara Raya tidak memiliki permasalahan yang berarti terkait dalam bidang
sosial dan ekonomi. Masyarakat Desa Imbanagara Raya mayoritas berprofesi
sebagai petani, disamping banyak pula yang berprofesi sebagai PNS dan pekerja
kantoran lainnya. Hanya saja akibat cuaca yang kering terkadang masyarakat Desa
Imbanagara Raya mengalami gagal panen karena kurangnya kadar air yang
mengalir dipesawahan mereka.
c. Perencanaan dan Program
Dari berbagai permasalahan diatas, salah satunya adalah dalam segi
keagamaan yaitu terkait masalah Madrasah Diniyah, kami memberikan
pemahaman seputar kemadrasah diniyahan yang dikemas dalam sebuah workshop
dengan pemateri langsung dari Kementrian Agama Kabupaten Ciamis yakni
Bapak Ahmad Farhani, S.Ag.,M.Pd.I. beliau merupakan stap PD Pontren
Kementrian Agama Kabupaten Ciamis yang tentunya sangat memahami berbagai
masalah keagamaan baik dalam masalah kepesantrenan ataupun lembaga-lembaga
lain yang terkait dalam masalah keagamaan yaitu madrasah diniyah.
d. Implementasi Program
Salah satu program yang telah direncanakan oleh Kuliah Kerja Nyata
(KKN) yaitu workshop Bimtek Madrasah Diniyah Takmiliyah dengan pemateri
Bapak Ahmad Farhani, S.Ag.,M.Pd.I yang diselenggarakan pada hari Selasa
tanggal 11 agustus 2015, bertempat di Aula Desa Imbanagara Raya alhamdulillah
berjalan dengan lancar. Peserta workshop yang terdiri dari tenaga pengajar
madrasah diniyah Se-Desa Imbanagara Raya berperan aktif dan sangat antusias.
Permasalahan-permasalahan yang dirasakan peserta workshop yang
notabene adalah para tenaga pengajar madrasah diniyah khususnya di Desa
Imbanagara Raya adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap
keberlangsungan dan perkembangan madrasah diniyah. Akibatnya, antusiasme
siswa-siswi madrasah diniyah terhadap proses belajar mengajar ditiap madrasah
sangatlah kurang. Lebih dari itu sikap orang tuapun terkadang acuh karena
menganggap banhwa pendidikan dimadrasah diniyah hanyalah pendidikan non
formal yang kurang penting bagi masa depan anak dan lebih mementingkan
kegiatan ekstrakulikuler umum seperti les balet, basket, les bahasa inggris dan
laim-lain.
Jawaban dari permasalahan tersebut adalah bahwasannya pemerintah telah
melakukan pengawasan semaksimal mungkin terkait dengan masalah pendidikan
non formal madrsah diniyah, namun kurangnya sosilaisasi menjadi hambatan
yang sangat urgen, sehingga masyarakat menganggap bahwa tidak adanya
perhatian khusus terkait dengan masalah ini. Padahal sudah sangat jelas dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Lembaga
pendidikan Islam, memiliki legistimasi sebagai salah satu lembaga integral dalam
sitem pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan Islam tersebut adalah Madrasah
diniyyah sertaPeraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 Tahun
2007 Tentang pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. pada pasal 15
sampai dengan pasal 20 berisi tentang regulasi pendidikan Madrasah Diniyah
yang berhubungan dengan jenjang pendidikan, kurikulum, standar kompetensi
ilmu-ilmu yang bersunber dari ajaran Islam, dan tenaga pendidik dan
kependidikan Jenjang Madrasah Diniyah sendiri meliputi; Diniyah Ula (SD/MI),
Diniyah \wustho (MTs SMP), dan Diniyah Ulya (MA/SMA).
e. Evaluasi Program
Workshop Bimtek Madrasah Diniyyah yang dilaksanakan di Aula Desa
Imbanagara Raya hari Selasa, 11 Agustus 2015 dengan pemateri Bapak Ahmad
Farhani, S.Ag.,M.Pd.I dengan dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta berjalan
dengan tertib dan lancar. Peserta workshop terdiri dari tenaga pengajar dan
aparatur pemerintah Desa Imbanagara Raya serta dihadiri oleh Bapak Ketua MUI
Desa Imbanagara Raya. Kegiatan ini sangat aktif karena antusiasmenya para
peserta workshop yang hadir.
f. Kelemahan Program
Kegiatan yang kami selenggarakan tentunya masih banyak kekurangan,
khususnya dalam workshop Bimtek Madrasah Diniyah. Salah satu kelemahan
yang dirasakan adalah molornya waktu terkait dengan acara ini yang diakibatkan
karena keterlambatan kehadiran para peserta ke Aula Desa Imbanagara Raya.
Masalah kedisiplinan seperti keterlambatan datang ketika menghadiri acara
dianggap hal yang biasa ,tapi sebenarnya itu mencerminkan kepribadian dari
masing-masing individu yang hal itu haruslah diperbaiki agar tidak menjadi
kebiasaaan yang buruk.
g. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan ini khususnya bagi Desa Imbanagara Raya lebih
meningkatkan lagi perhatian baik dari aparatur pemerintah setempat maupun
tenaga pengajar terhadap perkembangan Madrasah Diniyyah. Serta terbangunnya
motivasi bagi para pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di Madrasah
Diniyyah.
C. Penutup
Sebagai Desa percontohan Se-Kabupaten Ciamis, Desa Imbanagara Raya
pada dasarnya merupakan desa yang maju dengan beragam potensi yang
dimilikinya. Masyarakat yang notabene pemeluk agama Islam tentu sangat
memahami norma dan moral yang dianut dalam ajaran Islam. Perhatian
masyarakat terhadap keagamaan pun sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa
masalah yang harus diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi. Kehidupan sosial di
Desa Imbanagara Raya terjalin sangat baik sehingga sebagai peserta KKN kami
merasa bahwa kami tidak sedang berada di rumah orang melainkan di rumah kami
sendiri, itu karena keramahan dan keterbukaan masyarakat dan juga aparatur
pemerintah yang senantiasa membantu dalam berbagai pelaksanaan kegiatan yang
kami selenggarakan.
D. Daftar Pustaka
Departemen Agama, Kurikulum madrasah diniyah Awaliyah, Direktorat jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Isalm, 1997.
Departemen Agama,sejarah Perkembangan Madrasah, direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1998.
Mal An Abdullah dkk, Laporan Penelitian ,studi Evaluasi Penyelenggaraan
Madrasah Diniyah,h.4
M.Ishom Saha, Dinamika madrasah Diniyah di Indonesia : menelusuri akar
sejarah Pendidikan NoN Formal (Jakarta : Pustaka Mutiara,2005)h.42
Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Http://wasiat-jakarta.blogspot.com/2008/10/mengembangkan-pendidikan-diniyah-
di.html
http://www.anekamakalah.com/2012/06/madrasah-diniyah-problema-dan-
solusi.html