literasi EstetisAteispustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/media...Untuk mengetahui...

Post on 12-May-2019

220 views 0 download

Transcript of literasi EstetisAteispustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/media...Untuk mengetahui...

MEDIA IND ~: NESIAo Selasa • Sabtu 0 Mingguo Rabu o Kamis 0 Jumat

2 318 19

4 520

OSep OOkt ONov ODesOPeb oMar

6 721 22

8 9 10 1123 24 25 26

12 13 14 1527 @ 29 30 31

OApr OMei OJun OJul 0 Ags

literasi Estetis AteisAsep SalahudinWakil Rektor IAILM Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,kandidat doktor Unpad

SANGAT menarikmembincangkannovel Achdiat, Atheis,dalam konteks seka-

rang, ketika isu terorisme danfundamentalisme yang bia-sanya dihuhungkan denganNIl acap kali merebak danmerebak lagi ..Mengangkatkembali 'at~s' juga memilikirelevansi ketika Alexander,seorang CPNSdi KabupatenDharmasraya, harus her-status tersangka gara-garamengumbar paham yangditengarai beraroma ateisme.Sejumlah kecaman kemudianberdatangan ke alumnus Uni-versitas Padjadjaran jurusanstatistik itu.Ketua Majelis Ulama Indo-

nesia Sumatra Barat SyamsulBahri Khatib menyayangkansikap Alexander yang mem-bawa nama Minang. Menurutpenyidik, Alexander diancamdengan Pasal 27 ayat 3 DUITE,Pasal156 AKUHPidanatentang Penodaan Agama.Pro dan kontra kemudianmerebak.

Gerakan garis keras biasa-nya ditautkan secara gene-alogis dengan Darul Islam (DI/NIl), literer estetis 'ateis'-nyaAchdiat Karta Mihardja dihadapan fakta empiris-skrip-turalisnya Darul Islam Karto-suwiryo yang pengaruhnyadisebut-sebut masih terasasampai saat ini.Tentu tidak ada hubungan

darah antara Achdiat KartaMihardja dan Kartosuwiryowalaupun ada kemiripannarna. Yangpertama ialah sas-trawan terkemuka kelahiranCibatum, lama bermukim di .Australia,dan karyanya sangatmelirnpah. Sebut saja, semisal,Keretakan dan Ketegangan(1956), Polemik Kebudayaan(editor, 1948),Bentrokan da-lam Asmara (drama, 1952),Keretakan dan Ketegangan(kumpulan cerpen),KesandanKenangan (1960).Harus juga dicatat karya

besar yang membuat Achdiatsangat diperhitungkan, yakniAtheis (1949)yangmengantar-kannya menerima Hadiah Ta-

Kllplng Humas Onpad 201"

ber 1962 setelah ia bergerilyaselama 13 tahun.

Untuk mengetahui bagai-mana gambaran alam Sundasaat DI(TIImelakukan perla-wanan ke pemerintah pus at,kita simak sajak-sajak KisWs (1922-1985) yang ber-judul Sareupna di PadesatiSunda (Senja di PerdesaanSunda) atau dalam ilustrasimengerikan Ajip Rosidi: telahku saksikan darah mengalir/

"

Harus menjadiopsi dalam format

pen gala man keberagamaankita sehingga agamadapat tampil memantulkanfungsinya yang palinghakiki: menebarkankesantunan bagi semua"

.darah merekayang mencintaiengkau/telan kusaksikan matakosong menatap layu/jasadterkapar di dada engkau.

PengandaianSeandainya Atheis ditulis.

dalam suasana meruyaknyakaum gerombolan, ketika Is- .lam diperjuangkan lewat jaluryang dibalut mitologis-ideolo-gis seperti yang diperjuang-kan DI/III, barangkali alur

ceritanya akan lain. Mungkintidak akan kita temukan tokohHasan dalam Atheis sebagaimanusia dengan kaki yangberpijak di antara skeptisismeagama tradisional dan seka-ligus tarikan pesona marxis-sosialis yang saat itu penuhdaya pukau seperti tampakdalam ujarannya.

"Dan entahlah, walaupunsCO'amasih sangsi akan kebe-naran teori-teorinya Rusli danAnwar tentang 'ketuhananbikinan manusia' itu. Namundalam reaksi terhadap desa-kan-desakanCO'ahyang sepertibiasa memuji aliran tarikatdan mistik pada umumnya,kutumpahkan segala teoriRusli dan Anwar itu. Seolah-.olah sudah menjadi ateis pula.Ateis mutlak seperti keduatemanku.

Tidak akan kita temukanpergulatan tiada henti anakmanusia dalam mencari kebe-naran, mencari Tuhannya da-lam iman yang risau namun.mencerahkan seperti denganbagus digambarkan filsufSunda terkemuka Haji HasanMustapa: berdiri mengikutisuhuf/bayangati dari sanu-bari/melewati jalan sanubari/di mana hakikat diri/di manaTuhan-ku/khawatir tertukarsua/tersesat di tempat entah/menemukan lain menemu-kan lian/hendak bertanya,

tanya ke siapa/ketika salingmelainkan ..."

Di zaman DI(TII(pengaruh .ideologinya masih hidup sam-pai sekarang), yang akan kitatemukan ialah sosok manusiaHasan yang sudah beralihrupa dari 'Islam totopong' (Is-lam kultural) menjadi 'Islamsorban' (Islam fundamenta-lis) dengan pemahaman kebe-ragamaan yang serbaharfiaheksklusif dan sejak semulaberkukuh kebenaran itu ber-sifat tunggal dan keragamanitu merupakan ancaman yangmesti diwaspadai.

TitiktemuNamun ada satu hal yang

memiliki kemiripan. KalauKartosuwiryo harus mening-gal dengan cara eksekusipada 1962,tokohfiktifrekaanAchdiat Karta Mihardja jugaharus mengalami nasib yangtidak jauh berbeda: bersim-bah darah. Kita simak akhirriwayat Hasan.

"Tiba-tiba ... tar tar tar aduh...Hasan jatuh tersungkur.Darah menyerobot dari paha-nya. la jatuh pingsan. Pelurusenapan menembus dagingpahanya sebelah kiri. Darahmengalir dari lukanya, me-leleh di atas betisnya. Badanyang lemah itu berguling-guling sebentar di atas aspal,bermandikan darah. Kemudi-

an dengan bibir melepas kata'Allahu Akbar', tak bergeraklagi•..."

Pengandaian seperti ituhanya imajinasi yang tidakmungkin terwujud. Yang je-las, si pengarang minimal me-lalui karya terakhirnya, Mani-festo Knalifatullali (novel,2006), sudah berubah rupamenjadi tampak lebih reli-gius. Tidak kita temukan lagiiman yang rusuh, keyakinanyang terombang-ambing wa-laupun r.eligiositas itu masihtetap menyediakan diri un-tuk membuka dialog denganChairil Anwar, Marx, danEngels sebagaimana tendensidialog dalam novel filsafatSophie's World (1994) kar'ya[ostein Gaarder. Religiositasterbuka yang pada akhirnyatidak mungkin membatumenjadi agama formal yangkeras dan intoleran.

Religiositas seperti itu tam-paknya yang harus menjadiopsi dalam format penga-laman keberagamaan kit asehingga agama dapat tampilmemantulkan fungsinya yangpaling hakiki: menebarkankesantunan bagi semua. Bu-kan sebaliknya: mengang-gap neraka mereka yangberhaluan tidak sama danmenyebutkeliru mereka yangtidak sama paham dan kecen-derungan nalarnya.