Post on 15-Nov-2015
description
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
1
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
Eva Siti Nursamsiah NIM: 125211045
Program Studi D3 Administrasi Bisnis Departemen Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung
Abstrack
A job will require a level of concentration which is quite spacious and
uninterrupted (physical disorders such as accidents or disruptions that can
decrease levels of consentration such as noise and lighting is less). The level of
employee productivity will increase along with the support of the office
environment itself. The intended office environment is a healthy office
environment. The main concern for the role of administrative manager in
creating physical offices environments that can support the productivity of its
wmployees. Approximately 86% of the expected work environment is an
appropriate lighting system and a good temperatur. Therefore, a healthy physical
environment office to note in support of the achievement of
business objectives. the physical environment includes a healthy Office lighting
system, color, air, energy conservation and security offices, as well as paying
attention to the ergonomisan Office. Ergonomics is the study of the
suitability of the physical environment with the Office of the Clerk to
create comfort and safety while working.
Keyword: Physical Offices Environments, Healthy Office Environment, Employee
Productivity
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya setiap perusahaan akan mengharapkan tingkat
produktivitas karyawan yang tinggi untuk tercapainya tujuan. Vischerdalam
Junaidi Ismail, dkk / Voice of Academi (2010) mengemukanan bahwa stress
terhadap lingkungan yang kondusif seharusnya menjadi perhatian yang utama
untuk mendukung para pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Penelitian yang dilakkukan oleh Sterk dalam Sukoco (2007) menemukan bahwa
86% karyawan sangat mengharapkan adanya kesesuaian dalam pencahayaan serta
temperatur yang sesuai.
Junaidi, dkk. (2010:73) dalam jurnal Voice of Academia mengenai The Influence of physical workplace environment on the productivity of civil servants:
The case of the Ministry of Youth and Sports, Putrajaya, Malaysia menuliskan bahwa lingkungan kerja fisik (level kenyamanan, temperatur) pada hakekatnya
juga berpengaruh terhadap kesehatan karyawan. Mengenai bagaimana itu akan
mempengaruhi produktivitas karyawan Junaidi dkk, (2010) dalam jurnalnya
mengemukakan bahwa sebenarnya itu dapat diukur berdasarkan persentase
produktivitas kerja dalam lingkungan fisik kerja di dalam organisasi. Untuk itu,
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
2
berdasarkan hasil penetlitian yang dilakukan oleh Junaidi dkk, (2010) dalam
jurnalnya tersebut menjadi dasar pembahasan paper ini. Paper ini akan membahas
mengenai bagaimana lingkungan kerja yang diharapkan dalam hal ini adalah
lingkungan fisik kantor yang sehat.
PEMBAHASAN
1. LINGKUNGAN FISIK KANTOR YANG SEHAT YANG SEHAT Pada umumnya semua orang mengharapkan lingkungan kerja atau
lingkungan fisik kantor yang kondusif dan efektif sehingga memberikan
kenyamanan dan keamanan dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kantor
yang sehat adalah lingkungan yang dapat mendorong produktivitas karyawanan
dan dapat mengurangi bahkan meniadakan kecelakaan kerja baik secara fisik
maupun psikologis sehingga karyawan merasa aman ketika melakukan
pekerjaannya. Kesesuaian antara peralatan kantor, mesin dengan manusia
(karyawan) itu penting untuk diperhatikan. Seperti yang tercantum dalam ILO no.
120/1964 Higiene Bab II Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 yaitu:
Pasal 8
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai
ventilasi yang cukup dan sesuai bersifat alami atau buatan atau keduaduanya,
yang memberi udara segar atau yang dibersihkan.
Pasal 9
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai
penerangan yang cukup dan sesuai, tempat bekerja sedapat mungkin harus
mendapat penerangan alam.
Pasal 10
Suhu yang nyaman dan tetap sekedar keadaan memungkinkannya harus
dipertahankan dalam bangunan yang dipergunakan oleh pekerja-pekerja.
2. SISTEM PENCAHAYAAN Sukoco (2007) menyebutkan hampir sekitar 80% informasi yang diterima
oleh karyawan paling besar menggunakan indera penglihatan, misalnya membaca
surat dan memeriksa nota tagihan. Alasan tersebutlah yang memberikan rasa
kenyamanan bagi pegawai di kantor karena dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas merekatersebutlah yang memberikan rasa nyaman pada karyawan
dan meningkatkan produktivitas mereka saat bekerja. Kelelahan pada penglihatan
dapat menyebabkan ketegangan pada mata sehingga menurunkan tingkat
kefokusan dalam bekerja. Oleh karena itu, dapat mempengaruhi penurunan
motivasi karyawan serta kinerja karyawan juga akan menurun. Oleh sebab itu,
agar pencahayaan menjadi efektif harus mempertimbangkan kuantitas dan kualitas
cahaya yang sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
3
Berikut adalah 4 jenis pencahayaan menurut McShane dalam Sukoco
(2007:209) :
1. Ambient Lighting, digunakan untuk memberikan pencahayaan secara menyeluruh umumnya dipasang pada langit-langit ruang kantor sehingga
cahanya dapat menyebar keseluruh area ruangan kerja.
2. Task Lighting, jenis pencahayaan ini digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai saja. Jenis pencahayaan ini jarang digunakan di kantor-
kantor Indonenesia karena alasan kepraktisan.
3. Accent Lighting, digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang akan dituju. Umumnya jenis lampu ini akan dipasang di lorong ruang kantor yang
membutuhkan penerangan untuk mengurangi adanya yang tersesat karena
pencahayaan yang kurang.
4. Natural Lighting, jenis cahaya ini bersumber dari cahaya alami yang masuk melalui jendela dan sebagainya. Cahaya ini menimbulkan efek positif
terhadap karyawan, akan tetapi cahaya ini akan terganggu ketersediannya
ketika langit sedang mendung atau gelap.
Sedangkan menurut Quible dalam Sukoco (2007), yaitu:
1. Cahaya alami adalah cahaya yang berasal dari alam seperti sinar matahari. 2. Cahaya Fluorescent, cahaya ini memiliki tingkat keterangan yang hampir
sama dengan cahaya alami. Adapun kelebihan dari cahaya ini yaitu:
a. Menghasilkan lebih sedikit panas dan silau, b. Mengkonsumsi lebih sedikit listrik, c. Keterangan yang diberikan lebih tersebar,dan
3. Cahaya incandescent. Cahaya ini digunakan untuk meminimalkan kesan monoton sehingga menarik perhatian terhadap beberapa area.
4. High Intensity Discharge Lamps. Umunya pencahayaan ini digunakan ditempat-tempat yang membutuhkan pencahayaan yang besar dan efisien
seperti jalan raya, atau stadion olah raga. Penggunaan pencahayaan ini
merupakan sesuatu yang baru akan tetapi pencahayaan ini memiliki efek yang
menyulitkan untuk membedakan warna.
Tiga parameter untuk mengukur efektivitas pencahayaan di kantor menurut
Borden dan Diemer dalam Sukoco (2007:211).
1. Visibility: memberikan tingkat kefokusan penglihatan yang jelas; 2. Fokus: pencahayaan harus dapat memberikan efek pada karyawan agar dapat
fokus terhadap pekerjaannya;
3. Image. Melakukan modifikasi terhadap pencahayaan agar memberikan kesan berbeda.
2.1 Karakteristik Sistem Pencahayaan Sistem penerangan mempunyai beberapa karakteristik yang selalu berubah
dari tahun ke tahun. Sukoco (2007:211) alat untuk mengukur penerangan
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
4
menggunakan dapat menggunakan foot-candle dan foot-lambert. Chaniago
(2013) menjelaskan bahwa foot-candle merupakan alat mengukuran cahaya
dengan menggunakan lilin, 1 Watt sama dengan 15 foot-candle (kaki lilin).
Sedangkan Sukoco (2007) menyebutkan foot-lambert adalah pengukuran
kecerahan cahaya dengan 1 foot-candle baik cahaya langsung maupun refleksi.
Berikut merupakan alat pengukuran cahaya baru menurut Quible dalam
Sukoco (2007), yaitu:
1. Equivalent Spherical Illumination (ESI). Digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi sistem penerangan. Tugas yang dilakukan pada area kerja
menentukan nilai ESI di area tersebut. Nilai ESI dipengaruhi oleh silau dan
pantulan pada area kerja dan benta di lokasi kerja. Nilai ESI sebesar 40 atau
lebih direkomendasikan pada sebagian besar area kerja. Apabila nilai
minimum ESI pada area kerja adalah dua per tiga dari nilai maksimum ESI,
pencahayaan pada area kerja dapat dikatakan seragam. Jadi, jika nilai
maksimum ESI adalah 60, nilai mimumnya adalah 40.
2. Visual Comport Probability (VCP), merupakan rasio tingkat terang langsung dan harus lebih dari 0,70. Nilai VCP sebesar 0,80 berarti 80% karyawan
yang duduk pada area kantor yang tidak didinginkan tidak merasa terganggu
oleh silau dari sistem pencahayaan. Karyawan yang melakukan tugas yang
berkaitan dengan paperwork harus bekerja pada area dengan tingkat VCS
setidaknya 0,70, dan karyawan yang bekerja dengan komputer harus
diberikan tingkat VCP setidaknya 0,90.
3. Task Illumination. Pengukuran dengan menggunakan teknik ini ialah dengan menggunakan ukuran foot-candle untuk mengukur jumlah cahaya pada ruang
kerja, akan tetapi tidak mengukur kualitas atau daya lihat karyawan.
2.2 Sistem Penerangan Empat sistem penerangan menurut (Sukoco, 2007:211), yaitu:
1. Direct. Yaitu cahaya yang langsung memancar dari sumberya ke objek misalnya ke permukaan meja kerja.
2. Semidirect. Cahaya ini setengahnya memancar secara tidak langsung ke objek. Ini dapat menghilangkan adanya bayangan.
3. Indirect. Cahaya yang dirancang sedemikian rupa sehingga dari sumbernya dahulu yang memancar ke langit-langit baru ke objek (area
kerja : meja kerja).
4. Semiindirect. Memancarkan cahaya langsung kea rah langit-langit kemudian sisanya disebarkan ke area kerja.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
5
5. General diffuse. Mengarahkan cahaya ke area kerja dan sisanya di arahkan ke bawah.
2.3 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis Sukoco (2007:212) dalam bukunya disebutkan bahwa:
salah satu jenis sistem ini yaitu menggunakan sel cahaya untuk mengatur jumlah terang yang dibutuhkan pada beberapa area. Dengan
adanya dukungan mekanisme elektronik, sistem ini dapat menjaga
tingkat pencahayaan yang diinginkan. Saat lampu bertambah tua dan
kotor, cahaya yang dihasilkan akan berkurang. Untuk mengatasinya
dengan meningkatkan jumlah cahaya untuk menjaga tingkat terang yang
diinginkan. Keuntungan utama dari sistem ini adalah konsistensi cahaya
yang didukungnya.
2.4 Perawatan Sistem Pencahayaan Dewasa ini banyak perusahaan yang telah melaksanakan sistem penggantian
lampu secara berkala sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tentunya dalam
melaksanakan program ini perlulah bagi seorang manajer untuk
mempertimbangkan usia daripada lampu yang digunakan. Perawatan sistem
pencahayaan dengan penggantian lampu secara berkala akan lebih efisien
daripada menunggu lampu sampai benar-benar mati itu akan lebih merepotkan.
2.5 Pencahayaan Dan Layar Monitor Kurangnya perhatian terhadap penerangan yang sesuai terhadap layar monitor
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada penglihatan. Untuk itu pengaturan
pencahayaan dan layar monitor perlu menjadi perhatian untuk menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat seperti yang diharapkan. Berikut
adalah beberapa saran dari Donovan-Wright dalam Sukoco (2007:213) yang dapat
digunakan dalam merancang sistem pencahayaan pada area yang terdapat layar
monitor:
1. Mengurangi silau dengan mengurangi jumlah cahaya lampu atau cahaya alami mengenai layar monitor.
2. Menggunakan layar monitor yang dapat diubah posisinya, sehingga bila cahaya yang mengenai layar monitor dianggap terlalu berlebihan dan
mengakibatkan silau; pegawai akan menyesuaikan dengan menggeser layar
monitor.
3. Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalkan silau.
4. Menggunakan layar untukmengurangi jumlah cahaya pada layar monitor. 5. Meminimalkan jumlah cahaya langsung yang mengarah ke bawah dan
memaksimalkan jumlah cahaya tidak langsung pada area komputer.
6. Menggunakan layar datar daripada layar cembung.
Adapun ciri-ciri pencahayaan yang baik Chaniago (2013 :133) diantaranya:
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
6
1. Sinar yang cukup/terang 2. Cahaya tidak menyilaukan 3. Tidak terdapat kontras yang tajam 4. Memancar secara merata (tidak ada bayangan) 5. Tidak menimbulkan gelombang cahaya (bergetar)
3. WARNA Warna merupakan salah satu aspek lingkungan kantor yang mempunyai
pengaruh penting terhadap karyawan. Sukoco (2007:214) menyebutkan bahwa
dekorasi warna yang sesuai akan membantu memberikan efek penting bagi
karyawan serta warna dapat mencerminkan karakteriktik atau mood para
karyawan. Misalnya dekorasi warna biru ini menggambarkan ketenangan,
kuning: keceriaan dan sebagainya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kwallek
(2005:2) dalam jurnalnyamengenai Color in Office Environments bahwa warna dapat memberikan efek psikologis misalnya merah menggambarkan penuh
semangat dan agresip, biru menggambarkan ketenangan dan kuning
menggembirakan keceriaan. Dekorasi warna pada lingkungan perkantoran tidak
saja memiliki nilai estetik tapi juga memiliki nilai fungsi karena warna dapat
mempengaruhi karakteristik individu dan suasana kerja.
3.1 Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemilihan Warna Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih warna untuk di lingkungan
kantor menurut Quible dalam Sukoco (2007) diantaranya:
1. Kombinasi warna. Kombinasi warna primer yaitu, kuning, merah dan biru akan menghasilkan warna sekunder, misalnya warna biru dengan merah akan
menghasilkan warna hitam. Selanjutnya jika warna sekunder apabila
dicampur dengan warna primer akan menghasilkan warna tersier, seperti
warna hitam dicampur dengan warna merah akan menghasilkan warna ungu.
Pemilihan kombinasi warna ini juga harus disesuaikan dengan lingkungan
kerja sekitar.
2. Efek cahaya pada warna. Sumber cahaya yang akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya. Sebagai ilustrasi Sukoco (2007)
menyebutkan jika cahaya fluorescent tidak dapat memberikan warna bagi
warna merah dan oranye, karena kebanyakan tabung fluorescent ini tidak
terdiri atas dua warna tetapi sebaliknya, cahaya incandescent tidak akan
meningkatkan warna ungu-biru, meskipun cahaya fluoresent
memantulkannya.
3. Nilai pemantulan warna. Beberapa warna pada dasarnya mempunya efek pantulan yang berbeda. Misalnya, warna yang lebih terang memantulkan
persentase cahaya yang lebih besar daripada warna yang gelap dan dapat
membantu memantulkan cahaya ke bawah, yang mengurangi silau dan
bayangan pada area pekerjaan.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
7
4. Dampak dari warna. Warna seringkali mempengaruhi keadaan mood kita terutama ketika sedang kesal dan jenuh sehingga menimbulkan kelelahan
pada fisik maupun psikologis. Warna-warna sejuk seperti biru, hijau dan
violet akan menimbulkan ketenangan dan itu cocok bagi karyawan yang
memang bekerja di bawah tekanan sehingga akan mengurangi kelelahan.
Warna-warna hangat seperti merah, oranye dan kuning akan menimbulkan
suasana hangat dan ceria dan itu akan cocok untuk karyawan pada level atas.
Sedangkan warna-warna natural seperti putih akan memberikan pengaruh
yang ringan pada individu dan warna abu-abu lebih cenderung menimbulkan
rasa kantuk, dan lesu.
3.2 Prinsip Dalam Pemilihan Warna Berikut adalah prinsip-prinsip dalam pemilihan warna yang tercantum dalam
Sukoco (2007:215), yaitu:
1. Penutup lantai. Warna yang digunakan untuk penutup lantai juga sangat penting untuk diperhatikan. Karpet juga dapat berfungsi sebagai alat untuk
meredap kebisingan seperti suara berjalan sehingga konsentrasi bekerja pun
akan tetap terjaga. Adapun manfaat karpet sebagai penutup lantai (Sukoco,
2007) adalah sebagai berikut:
a. Karpet dapat digunakan sebagai peredam suara; b. Karpet lebih murah dalam perawatan dibandingkan penutup lantai lainnya; c. Karpet, jika dibandingkan dengan jenis penutup lantai lain, lebih nyaman
dan tidak terlalu melelahkan bagi pegawai yang berdiri lama atau dalam
melakukan pekerjaannya yang membutuhkan frekuensi beraktivitas yang
relatif tinggi di dalam kantor.
2. Penutup dinding. Karpet juga selain dapat digunakan sebagai penutup lantai juga dapat digunakan sebagai penutup dinding dan seringkali digunakan di
dalam perkantoran. Akan tetapi Sukoco (2007) merekomendasikan bahwa
karpet dengan bahan busa dibelakangnya tidak direkomendasikan untuk
digunakan karena akan menimbulkan asap jika terjadi kebakaran. Karenanya
karpet yang akan digunakan untuk penutup dinding haruslah karpet yang
mempunyai ketahanan api yang tinggi. Selain itu karpet ini banyak dipilih
untuk penutup dinding karena mempunyai nilai estetik dan kemampuannya
menyerap suara.
3. Warna furnitur. Pemilihan warna furnitur merupakan hal yang paling penting karena kesesuaian antara warna furniture dengan ruang kerja akan
berpengaruh terhadap kenyamanan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Kwalley (2005). Jika warna dinding adalah warna-warna kontras seperti
putih maka warna untuk furniture adalah warna biru atau hijau agar terkesan
sejuk, mewah tetapi sederhana.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
8
4. KONTROL SUARA Sukoco (2007:216) menjelaskan bahwa
tingkat suara diukur dengan satuan disable, dan suara terkecil yang dapat didengar manusia adalah nol disable. Karena itu, suara dengan
intensitas lebih besar memiliki nilai lebih dari nol. Karena skala disable
berdasarkan logaritma, peningkatan kecil pada nilai disable berarti ganda
pada suara nyata. Maksimum disable pada area perkantoran adalah 90,
di mana 50 disabel sering dipilih. Tingkat 120 disable atau lebih dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran.
Tujuan dari sistem kontrol suara adalah untuk menghasilkan privasi dalam
melakukan pembicaraan. Sukoco (2007) juga menyebutkan dalam bukunya
bahwa pembicaraan yang mempuyai tingkat privasi tinggi dapat tercapat apabila
kurang dari 5% pembicaraan yang dilakukan dipahami oleh orang yang berada
disekitar area kerja. Sedangkan untuk pembicaraan pada tingkat normal akan
tercapai jika 20% pembicaraan tersebut dapat dipahami oleh orang yang berada di
sekitar.
4.1 Kontrol Suara Pada Perkantoran Beberapa teknik yang dapat digunakan pada pengontrolan suara di ruang
kantor menurut Quibel dalam Sukoco (2007) antara lain:
1. Konstruksi yang sesuai. Berikut adalah beberapa teknik konstruksi yang direkomendasikan oleh Sukoco (2007):
a. Memasang jaringan yag terhubung dengan jaringan utama dari sistem HVAC. Hal ini diharapkan akan mengurangi tingkat kebisingan yang
dihasilkan oleh sistem tersebut.
b. Penggunaan jendela dan pintu yang rapat dan memiliki seal yang terbuat dari karet, sehingga suara lebih dapat diredam dan tidak mudah keluar dari
ruangan.
c. Membangun udara diam (silent air) pada beberapa struktur bangunan, yaitu dengan menempatkan ruang berongga sehingga suara dapat teredam
ke dalamnya. Hal ini akan mengurangi jumlah suara yang merambat dari
satu ruangan ke ruangan lain.
d. Penggunaan material konstruksi yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya getaran suara, seperti penggunaan kayu atau alumunium pada
jendela yang lebih empuk dibandingkan baja dan sebagainya.
2. Penggunaan material peredam suara. Ada 3 kriteria yang dapat digunakan dalam memilih material yang mampu menghasilkan peredaman suara yang
optimal, yaitu:
a. Peredaman, yaitu tingkat suara yang dapat diredam oleh material. Tingkat peredaman diukur oleh noise reducation coeeficient.
b. Pemantulan, yaitu tingkat pemantulan yang dimiliki material, yaitu suara yang tidak diserap dan dipantulkan kembali ke udara.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
9
c. Isolasi, yaitu tingkat material yang dapat menghalangi suara melewati material tersebut. Isolasi suara dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
kepadatan dan berat suara, sertaketebalan material yang akan digunakan
untuk meredam suara.
3. Alat peredam suara. Alat peredam suara itu dapat diletakkan pada beberapa mesin di perkantoran. Contohnya, mesin tik atau printer dot-matriks. Alat
lain yang dapat digunakan adalah penutup peralatan yang dapat meredam
suara misalnya karpet atau kain tebal yang diletakkan pada mesin yang
mengeluarkan suara, seperti mesin tik atau printer.
4. Masking. Melibatkan pencampuran suara kantor dengan suara rendah yang tidak mengganggu. Dikenal juga dengan sebutan white noise, masking
hampir sama dengan suara yang terdengar ketika suara melewati lorong atau
saluran.
5. UDARA Beberapa faktor kualitas udara yang harus diperhatikan adalah temperatur,
kelembaban, ventilasi, serta kebersihan udara. Sukoco (2007:219) menyebutkan
bahwa kontributor utama polusi udara dalam ruangan adalah tingkat kelembaban
yang berlebihan, ventilasi yang tidak cukup serta asap rokok. Untuk perkantoran
yang belokasi di area dengan cuaca bervariasi perlu dibangun sistem pengaturan
udara yang terintegrasi untuk setiap musim, sehingga kondisi udara di dalam
kantor relatif konstan setiap harinya. Apabila tingkat kenyaman pegawai
ditingkatkan, tingkat produktivitas mereka akan dapat ditingkatkan dan efisiensi
dapat dimaksimalkan.
5.1 Temperatur Udara (Sukoco, 2007:219) mengemukakan bahwa :
temperatur ideal yang digunakan pada ruang kantor adalah 34oC, sehingga tubuh pegawai tidak terkejut ketika memasuki ruang kantor.
Apabila di luar kantor sedang panas dengan temperatur udara 30oC,
sebaiknya temperatur diatur pada 26oC, dan apabila temperatur di luar
sebesar 14oC, sebaiknya temperatur di dalam kantor pada tingkat 18
oC.
Sukoco (2007:219) juga menyebutkan bahwa terdapat dua tipe unit pendingin
yang tersedia, yaitu:
1. Central unit, umumnya dipakai pada perusahaan yang baru. Jadi, sistem pendinginnya terpusat di satu area .
2. Self-contained unit , umumnya dipakai pada kantor yang penataan ruangnya menggunakan penyekat dinding. Sehingga sistem pendinginnya terdapat
pada bagian masing-masing.
Adapun cara untuk memastikan bahwa penggunaan sistem pendingin udara
itu memang diperlukan adalah dengan menentukan dampaknya bagi efisiensi
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
10
kerja karyawan. Dalam hal ini penggunaan konsultan sangat penting untuk
membantu perusahaan dalam menentukan pendingin yang baik untuk digunakan.
5.2 Tingkat Kelembaban Udara Tingkat kelembaban udara akan mempengaruhi temperatur udara pada area
kerja. Jika tingkat kelembaban udara sesuai dengan skala yang
direkomendasikan, maka temperatur pada perkantoran dapat diturunkan pada
musim dingin dan dinaikkan pada musim panas tanpa mengurangi
kenyamanannya. Menurut Quible dalam Sukoco (2007) menyebutkan bahwa
tingkat kelembaban udara antara 40-60% akan memaksimalkan kenyamanan bagi
pegawai di ruang kantor dan tingkat kelembaban optimum adalah 50%.
5.3 Sirkulasi Udara Udara pada beberapa tempat kerja, khususnya pada peralatan yang
menghasilkan energy panas, sebaiknya harus disirkulasikan untuk menciptakan
kenyamanan bagi para karyawan. Menurut Sukoco (2007) disebutkan apabila
tanpa sirkulasi udara, temperatur udara sekitar akan meningkat dan keberadaan
off-gas akan semakin menetap di tempat yang sama dan mengakibatkan gangguan
pernafasan serta gangguan fisik lainnya pada pegawai.
5.4 Kebersihan Udara Kebersihan udara merupakan hal yang paling urgen untuk diperhatikan,
karenanya apabila udara bersih maka ketika bekerja pun merasa nyaman dan
otomatis akan meningkatkan produktivitas karyawan. Untuk itu perlu dibuat
ventilasi agar udara di dalam ruangan tetap bersih. Dengan tren teknologi saat ini
dapat menggunakan AC karena sistem pendingin yang tersedia ini sudah
dilengkapi alat untuk menjaga kebersihan udara. Cahaya ultraviolet juga sangat
penting untuk membunuh penyakit sehingga udara tetap bersih dan bekerja pun
akan merasa nyaman dan aman.
6. MUSIK Pada dasarnya seseorang akan merasa lelah setelah seharian bekerja dan
memerlukan energi dan semangat baru untuk melakukan aktivitas berikutnya.
Setelah seharian dihadapkan denga tumpukan tugas pasti akan merasakan
kejenuhan sehingga perlu sesuatu untu merfresh kembali diri. Untuk mengatasi
hal itu, penggunaan musik juga dapat menjadi rekomendasi untuk
menghilakngkan ras bosan, jenuh, ketegangan akibat seharian bekerja dan
mengembalikan mood. Akan tetapi, music selain menimbulkan efek poseitf juga
dapat menimbulkan dampak negative pada individu misalnya mereka malah
keasyikan mendengarkan music dan mengabaikan pekerjaannmuya. Oleh karena
itu, sebaiknya pemutaran musik ini dilakukan dalam waktu yang singkat misalnya
10-15 menit per jam hanya untuk menghilangkan ketehangan fisik dan psikolog
serta membangkitkan kembali mood. Tentunya music yang disarakan adalah
musik khusus untuk perkantoran.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
11
7. KONSERVASI ENERGI Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam lingkungan fisik kantor
adalah konservasi energi agar energi yang ada dapat digunakan secara efisien.
7.1 Program Konservasi Energi Menurut Quible dalam Sukoco (2007) program ini terdiri atas:
1. Komite konservasi energi. Seringkali dikenal sebagai komite kantor hijau. Aktivitas komite ini adalah melakukan penelitian tentang penggunaan energi di kantor secara efisien dan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai oleh program dimaksud.
2. Penelitian efisiensi energi. Tujuannya untuk mengetahui area mana yang penggunaan energinya berlebih, dan area mana yang perlu melaksanakan
penghematan energi beserta teknik yang direkomendasikan. Hasil penelitian
ini akan memberikan dasar bagi pengembangan tujuan konservasi, yaitu
komponen vital dari program konservasi energi.
3. Pengembangan tujuan konservasi energi. Pengawasan periodik harus dilakukan untuk menentukan perkembangannya dalam mencapai tujuan.
7.2 Teknik Konservasi Energi Menurut Rowh dalam Sukoco (2007:222) berikut adalah beberapa teknik
konservasi energy yang dapat digunakan oleh perusahaan diantaranya:
1. Penghematan energi pada sistem pencahayaan. Karena sistem pencahayaan menggunakan 86% dari total energi yang digunakan perusahaan
(McShane dalam Sukoco, 2007:222), perhatian khusus perlu diberikan dalam
pemakaian lampu di kantor. Berikut adalah beberapa saran yang dapat
digunakan:
a. Menggunakan jumlah cahaya yang tepat, yaitu tidak lebih atau kurang dari yang dibutuhkanpada kekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem pencahayaan memberikan jumlah cahaya yang sama pada simua area kerja
cenderung menimbulkan pemborosan, sehingga penggunaan task lighting
sangatlah tepat;
b. Memberikan cahaya yang cukup pada area yang diberikan. Jika cahaya yang diberikan lebih dari yang dibutuhkan, akan timbul panas yang
berlebih dan karenanya membutuhkan pendinginan yang lebih, yang akan
menambah konsumsi energi;
c. Mensosialisasikan dan membudayakan mematikan lampu jika tidak dibutuhkan;
d. Penggunaan cahaya high intensity discharge lamp apabila dimungkinkan. Penggunaan lampu ini menghabiskan energi yang lebih sedikit
dibandingkan alternatif pencahayaan yang lain;
e. Memperimbangkan pemasangan sistem kontrol cahaya otomatis untuk membantu menghemat energi;
f. Membersihkan lampu secara teratur, karena lampu yang kotor akan mengurangi jumlah cahaya yang diberikan;
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
12
g. Penggunaan warna terang pada dinding, penutup lantai maupun furnitur yang akan memantulkan cahaya lebih ke seluruh kantor. Warna gelap
cenderung meyerap cahaya dan menyebabkan pemborosan;
h. Mengurangi pencahayaan di luar ruangan kecuali jika dibutuhkan untuk keamanan;
i. Mengganti lampu yang sudah ttua dan tidak lagi menghasilkan cahaya yang efisien.
j. Menggunakan pelayanan dari PLN sebagai bentuk layanan mereka kepada pelanggan untuk menjalankan audit energi, yang bertujuan untuk
menentukan apakah penghematan sistem pencahayaan telah tercapai.
2. Penghematan energi pada sistem pemanas/pendingin. a. Mengurangi temperatur kantor jika udara relatif dingin dan menaikkannya
jika udara relatif panas. Ingat bahwa temperatur udara di dalam ruangan
yang ideal adalah 34oC;
b. Memastikan jendela dan pintu tertutup dengan rapat; c. Menggunakan panas yang dihasilkan oleh peralatan kantor, misalnya
komputer mesin fotokopi pada kondisi lingkungan yang relatif dingin;
d. Menyesuaikan temperatur area kerja jika tidak digunakan; e. Mengurangi ventilasi pada saat bukan jam kerja; f. Mempertimbangkan pemasangan alat pengontrol yang memastikan
efisiensi penggunaan energi listrik;
g. Memastikan alat pemanas pada pendingin dirawat dengan baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
h. Menjaga tingkat kelembaban untuk meningkatkan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di dalamanya.
3. Beberapa langkah penghematan lain. a. Menggunakan peralatan yang hemat energi, seperti alat dengan teknologi
panel surya;
b. Membeli peralatan yang hanya membutuhkan watt kecil untuk memakainya;
c. Menggunakan temperatur air yang sama pada penyimpanan air, untuk menghindari mencampur air panas dan dingin untuk mencapai temperatur
air yang diinginkan;
d. Mengganti penyiram air yang lama dengan yang baru, sehingga air akan mengalir dengan lancar dan pemakaian energy listrik dapat lebih hemat;
e. Membudayakan penghematan energy kepada pegawai kapan dan di mana pun mereka berada.
8. KEAMANAN KANTOR Faktor penting lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat keamanan kantor.
Keamanan memiliki dua dimensi yaitu keamanan barang-barang fisik perusahaan
dan keamanan informasi penting (dokumen dan arsip) yang apabila hilang akan
mempengaruhi jalannya aktivitas perusahaan. Berikut adalah beberapa saran yang
diberikan Rowh dalam Sukoco (2007:223) berkaitan dengan keamanan di kantor,
yaitu:
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
13
1. Penggunaaan shredder (penghancur dokumen kertas). 2. Penggunaan pengaman komputer, baik desktop maupun laptop. Pengaman
yang dapat digunakan pada peralatan tersebut adalah penggunaan meja
komputer dengan pengaman, software yang menghalangi penggunaan
komputer oleh orang tidak berkepentingan, hingga program bayangan yang
akan mampu mengirimkan ping kepada komputer yang lain.
3. Penggunaan pencatat waktu untuk mencegah pegawai mencuri waktu kerja. 4. Sistem keamanan yang terintegrasi. 5. Untuk mengakses data yang tersimpan di komputer biasanya digunakan
password. Untuk memaksimalkan keamanan, password harus diganti secara
berkala. Pada beberapa perusahaan, sistem yang digunakan membutuhkan
dua atau lehih karyawan untuk memasukkan password sebelum data diakses.
Tingkat keamanan yang diberikan oleh perusahaan biasanya diterntukan oleh
tingkat kepentingan dari data/informasi dimaksud.
PENUTUP
Lingkungan perkantoran merupakan aspek pendukung bagi karyawan
dalam melakukan aktivitas karyawannya terutama lingkungan fisik kantor.
Penting bagi pemilik perusahaan dan manajer Administrasi untuk memperhatikan
lingkungan kantor dan menciptakan lingkungan kantor yang sehat. Lingkungan
kantor yang sehat adalah lingkungan yang diharapkan oleh para karyawan dalam
meningkatkan produktivitasnya. Lingkungan yang sehat terdiri dari aspek
ergonomis, smart office dan green office.
Lingkungan yang sehat meliputi sistem pencahayaan yang sesuai karena
kualitas pencahayaan sangat berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi kerja;
sirkulasi udara yaitu adanya sirkulasi udara seperti ventilasi yang baik dan
temperatur yang sesuai sehingga udara tetap bersih dan kelembaban tetap terjaga;
dekorasi warna yang sesuai dengan lingkungan kerja, karena warna dapat
mencerminkan karakteristik seseorang; disarankan adanya musik sebagai
penghilang rasa bosan dan ketegangan akibat pekerjaan , musik yang dimaksud
adalah musik khusus perkantoran; kontrol suara atau peredam suara untuk
mengatasi kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi pegawai dalam
bekerja; konservasi energi yaitu penghematan energi supaya dapat digunakan
seefisien mungkin dan yang terakhir dalam lingkungan perkantoran yang sehat
adalah keamanan kantor. Keamanan kantor ini sangat penting untuk tercapainya
tujuan perusahaan.
Jadi, dengan meningkatkan perhatian terhadap lingkungan fisik akan dapat
meningkatkan produktivitas karyawan karena dengan begitu berarti telah
memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh mereka sehingga mereka merasa
nyaman dan betah.
Literatur Review: Lingkungan Fisik Kantor yang Sehat
14
SARAN
Diharapkan setelah mengetahui dan memahami tentang bagaimana
lingkungan perkantoran yang sehat dan mendukung produktivitas karyawan dapat
mengaplikasikannya di lingkungan perkantoran yang sesungguhnya.
Khusus untuk para manajer administrasi dan umumnya untuk semua
pimpinan untuk dapat memperhatikan lingkungan fisik kerja untuk memberikan
kenyamanan dan mendukung tingkat produktivitas bagi karyawannya sehingga
mereka pun akan memberikan feedback yang positif dan yang lebih utama tujuan
perusahaan pun dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Harmon. 2013. Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung: Akbar
Limas Perkasa CV.
Griffin Ricky W. dan Ronal J. Ebbert. 2007. Bsnis. Edisi Kedelapan. Jilid
1.Jakarta:Erlangga.
ILO No. 120/1964 Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
Junaida, Ismail dkk. 2010. The Influence of physical workplace environment on
the productivity of civil servants: The case of the Ministry of Youth and
Sport, Putrajaya, Malaysia dalam Journal Voice of Academia Vol.5 No. 1,
2010.
Kwallek, Nancy. 2005. Color in Office Environments. Journal of University of
Minnesota Volume 05 ISSUE 01.
http://www.informedesign.org/_news/jan_v05r-p.pdf di unduh 24 Desember
2014
Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.
Surabaya: Erlangga.
Vischer, Jackqueline C. 2007. The effects of the physical environment on job
performance: towards a theoretical model of workspace stress in Journal of
Stress and Health 23: 175-184.