Post on 24-Mar-2019
1
Pengaruh Padat Populasi Gulma Mata Ikan (Lemna minor L) Terhadap
Penyerapan Logam Timbel [Pb] dan Seng [Zn] dari Air Limbah Tekstil
(The Effect of Duckweed (Lemna minor L) Population Densities on The Absorption
of Lead and Zinc from Textile Waste Water)
Yusticio Dwinanda Setyawan *, A. Ign Kristijanto**, Santoso Sastrodihardjo**
* Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
** Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga (yusticiosetyawan@yahoo.com)
Abstract
The objectives of this study are: firstly to determine the effectiveness of lead (Pb) and zinc (Zn) absorption by different population densities of duckweed (Lemna minor L), and secondly to determine the optimum of duckweed population densities on the Pb and Zn absorption. Data were analyzed by Randomized Completely Block Design (RCBD), 6 treatments and 4 replications. As the treatments are various percentage surface area coverage of the bucket by duckweed, which are: 0% (control, no duckweed), 12,5%, 25%, 37,5%, 50%, and 62,5%, respectively. To test the differences between treatment means, the Honestly Significant of Differences (HSD) were used using 5% level of significant. The results of this study show that the effectiveness of lead (Pb) absorption from textile waste water is 59,52% (0,50 mg/L) occured in 4 day at 50% duckweeds coverage, whereas for Zn is 67,57% (0,25 mg/L) occured at 12,5% duckweeds coverage in 4 days. Key words:Lead (Pb), Zinc (Zn), L. minor L, population densities, absorption
PENDAHULUAN
Pencemaran logam berat yang terkandung dalam tanah maupun air dapat
diakibatkan oleh polusi limbah industri karena limbah industri mengandung sejumlah besar
zat yang berpotensi mencemari daerah sekitar industri, khususnya di lingkungan perairan.
Menurut Listia (2010), limbah buangan industri mengandung berbagai macam logam berat,
yakni besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan timbel (Pb).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membersihkan zat pencemar adalah
dengan menggunakan kemampuan tumbuhan dalam penyerapan polutan logam berat, yang
dikenal dengan fitoremediasi. Menurut Anonim (2010), dalam fitoremediasi, tumbuhan
yang digunakan adalah tumbuhan yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk
mengangkut berbagai pencemaran yang ada (multiple uptake hyperaccumulator plant)
maupun tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk mengangkut zat polutan yang
bersifat tunggal (specific uptake hyperaccumulator plant).
2
Lebih lanjut, menurut Anonim (2010) penelitian kemampuan tumbuhan untuk
mereduksi dan menyerap zat polutan terutama logam berat hingga saat ini terus dilakukan
seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis tumbuhan hyperaccumulator masih sangat
terbatas, oleh karenanya penelitian yang mengarah kepada pencarian jenis-jenis tanaman
tersebut masih sangat diperlukan.
Dari hasil penelitian Ater et al. (2006 dalam Mkandawire and Dudel, 2007)
menunjukkan bahwa jenis-jenis Lemna memiliki kemampuan untuk mereduksi beberapa
jenis logam. L. minor dapat mengakumulasi Zn sebesar 212,5-1.010 mg/kg bobot kering
dan Pb > 750 mg/kg bobot kering. Lebih lanjut L. trisulca dapat mengakumulasi Zn
sebesar 1.308,56 mg/kg bobot kering dan Pb 233,38 mg/kg bobot kering.
Merujuk dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa Lemna memiliki kemampuan
untuk menurunkan kadar mineral dan mereduksi beberapa logam. Sehingga penelitian
mengenai pengaruh kepadatan populasi gulma mata ikan (L. minor) terhadap penyerapan
logam timbal [Pb] dan seng [Zn] dari air limbah tekstil perlu dilakukan. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi serta informasi mengenai efektivitas gulma
mata ikan (L. minor) untuk fitoremidiasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menentukan efektivitas daya serap logam Pb dan Zn oleh gulma mata ikan (L.
minor) dari air limbah tekstil.
2. Menentukan padat populasi tumbuhan gulma mata ikan (L. minor) yang optimal
dalam penyerapan Pb dan Zn dari air limbah tekstil.
METODA PENELITIAN
Bahan
Tumbuhan gulma mata ikan (L.minor) diperoleh dari persawahan di daerah
Banyubiru, Kabupaten Semarang. Terlebih dahulu tumbuhan gulma mata ikan (L. minor)
diadaptasikan dengan cara ditumbuhkan pada media air sumur sampai akan digunakan. Air
limbah yang digunakan berasal dari air limbah produksi tekstil yang ada di Kota Salatiga.
Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan yaitu HgSO4 (PA, E-Merck, Jerman), K2Cr2O7 (PA,
E-Merck, Jerman), AgSO4 (PA, E-Merck, Jerman), H2SO4 (PA, E-Merck, Jerman), FAS
(PA, E-Merck, Jerman), dan indikator feroin.
3
Piranti
Piranti yang digunakan antara lain Spektrofotometer HACH DREL 2000, pH meter
HANNA Instrument 9812, Neraca analitis (Mettler H 80), dan Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) Perkin Elmer 3110.
Pemberian Perlakuan Sampel
Tumbuhan gulma mata ikan (L.minor) ditumbuhkan dalam ember berdiameter 12,5
cm yang berisi air limbah tekstil yang telah diatur pHnya. Masing-masing ember diisi
tumbuhan gulma mata ikan (L. minor) dengan penutupan luas permukaan 0% (kontrol);
12,5%; 25%; 37,5%; 50%; dan 62,5% dari luas permukaan ember. Tumbuhan gulma mata
ikan (L.minor) dan air limbah tekstil sebelum perlakuan dilakukan karakterisasi awal
fisiko-kimiawi. Pada hari ke-2, 4 dan 6 dilakukan analisa terhadap air limbah dan pada hari
ke-6 dilakukan analisa terhadap gulma mata ikan (L. minor).
Penentuan Kadar Air (Sudarmadji, dkk., 1997) dan Bobot Kering (APHA (1998)
dalam Leblebici et al (2009))
1 gram tumbuhan gulma mata ikan(L. minor) ditimbang dalam cawan petri yang
sudah diketahui bobotnya. Masing-masing cawan dioven pada suhu 105 oC selama 5 jam,
kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Setelah itu dipanaskan lagi dalam
oven selama 1 jam, didinginkan kembali dalam desikator kemudian ditimbang. Perlakuan
ini diulangi sampai tercapai bobot konstan.
Kadar air (%) = %1001
21 xW
WW
Bobot Kering (%) = %1001
0 xW
WW
Keterangan:W0 = bobot cawan petri awal
W = bobot cawan petri akhir
W1 = bobot sampel awal
W2 = bobot sampel kering
Penentuan COD (Alaert dan Santika, 1987)
0,4 gram HgSO4 dimasukkan ke dalam kolf 250 ml. Ditambahkan 20 ml air
limbah dan batu didih. Kemudian ditambahlarutan K2Cr2O7 0,25 N sebanyak 10 ml.
Selanjutnya ditambah 30 ml reagensia AgSO4 ke dalam kolf dan dikocok perlahan lalu
dipanaskan dengan bunsen selama ± 2 jam. Kolf dibiarkan dingin dan kondensor dibilas
dengan akuades. Larutan yang telah direfluk diencerkan menjadi 100 ml. Setelah itu
larutan ditambah 3-4 tetes indikator feroin. Dikromat yang tersisa dalam larutan dititrasi
4
dengan larutan standar Fero Amonium Sulfat (FAS) 0,1 N sampai warna menjadi coklat
merah. Blanko terdiri dari 20 ml akuades yang mengandung semua reagensia yang
ditambahkan pada sampel lalu direfluk dengan cara yang sama.
퐶푂퐷 푚푔푂 /L =(퐴 − 퐵)푥푁푥8000
푚푙 푠푎푚푝푒푙+ ⋯
Keterangan : A = ml FAS yang digunakan untuk titrasi blanko.
B = ml FAS yang digunakan untuk titrasi sampel.
N = Normalitas larutan FAS.
Penentuan Konsentrasi [Pb] dan [Zn]
Konsentrasi Pb dan Zn diukur dengan menggunakan Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) Perkin Elmer 3110 di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.
Relative Growth Rates (RGR) (Hunt (1978) dalam Leblebici et al (2009))
Mean Relative Growth Rates (RGR) gulma mata ikan (L. minor) diukur dengan
menggunakan rumus Hunt (1978) sebagai berikut:
12
12 )ln(lnTT
WWR
Keterangan : W1 = bobot kering sampel awal.
W2 = bobot kering sampel setelah perlakuan.
T2-T1 = lama waktu penelitian (hari)
Parameter Pendukung
Sedangkan untuk pengukuran parameter pendukung menggunakan metoda dan atau
piranti yang disajikan dalamTabel 1.
5
Tabel 1. Parameter Pendukung dan Piranti
Parameter Piranti / Metoda
Fisikawi
DHL (Daya Hantar Listrik)
(µs/Cm)
TDS (Total Dissolved Solids)
(mg/L)
Warna (PtCo)
Kekeruhan (FTU)
Kimiawi
pH
Conductivity meter (HANNA Instrument 9812)
TDS meter (HANNA Instrument 9812)
Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 (lowa, USA)
Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 (lowa, USA)
pH meter (HANNA Instrument 9812)
Analisis Data (Steel dan Torie, 1989)
Data serapan logam timbel [Pb] dan seng [Zn] dianalisis dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK), 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai perlakuan adalah persen
penutupan luas permukaan ember dengan Lemna minor persentase 0 % (kontrol); 12,5%;
25%; 37,5%; 50% dan 62,5%, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Sebagai
kontrol adalah media tanam tanpa penambahan tumbuhan gulma mata ikan (L. minor).
Pengujian rataan antar perlakuan digunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat
kebermaknaan 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Awal Limbah Tekstil dan Tumbuhan L. minor
Hasil karakterisai fisiko-kimiawi awal limbah tekstil yang digunakan sebagai media
tanam L. minor disajikan dalam Tabel 2.
6
Tabel 2. Hasil Karakterisasi Awal Limbah Tekstil Sebagai Media Tanam
Parameter Kadar Fisikawi TDS (ppm) 735 DHL (µs/cm) 1382,5 Kekeruhan (FTU) 139,5 Warna (PtCo) 748,5 Kimiawi pH 6,9 COD (ppm) 3820 Cd (mg/L) 0,03 Cr (mg/L) 0,035 Pb (mg/L) 0,88 Zn (mg/L) 0,26
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa air limbah tekstil yang digunakan sebagai
media tanam mengandung beberapa logam berat selain Pb dan Zn. Sedangkan hasil
pengukuran awal kadar logam berat dalam L. minor dari alam disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakterisasi Awal Kadar Logam Berat dalam L. minor Sebelum
Perlakuan (Kadar air 96,65%)
Parameter Kadar Pb (mg/kg) 10,86 Zn (mg/kg) 172,47 Cd (mg/kg) 24,08 Cr (mg/kg) -
Keterangan : - = tidak terdeteksi oleh AAS
Dari Tabel 3 terlihat bahwa L. minor yang digunakan mengandung logam berat
yang bervariasi. Hasil penelitian Ater et al. (2006) dalam Mkandawire and Dudel (2007)
menunjukkan bahwa L. minor dapat mengakumulasi Zn sebesar 212,5 - 1.010 mg/kg bobot
kering dan Pb > 750 mg/kg bobot kering. Kadar Pb dan Zn dalam penelitian ini jauh lebih
kecil bila dibandingkan hasil penelitian Ater et al. tersebut di atas.
Kadar Pb (mg/L ± SE) Air Limbah Tekstil Antar Berbagai Tingkat Padat Populasi
Gulma Mata Ikan (L. minor)
Rataan serapan Pb (mg/L ± SE) antar berbagai tingkat padat populasi gulma mata
ikan (L. minor) selama 2 - 6 hari berkisar antara 0,34 ± 1,60 mg/L sampai 1,63 ± 2,07
mg/L (Tabel 4).
7
Tabel 4. Purata Serapan Kadar Pb (mg/L ± SE) Air Limbah Tekstil Antar Berbagai Tingkat Padat Populasi Gulma Mata Ikan (L. minor) dalam waktu 2-6 hari
Waktu
Padat Populasi (%) (hari) 50 25 12,5 0 37,5 62,5
2 Purata ± SE
0,45 ± 1,26
0,76 ± 1,37
0,85 ± 1,47
0,88 ± 1,49
1,30 ± 1,69
1,63 ± 2,07
w = 0,85 a ab ab ab Ab b
4 Purata ± SE
0,34 ± 1,60
0,68 ± 1,17
0,84 ± 1,44
0,84 ± 1,43
1,01 ± 1,74
1,54 ± 2,03
w = 0,81 a a ab ab A b
6 Purata ± SE
0,36 ± 1,71
0,73 ± 1,34
0,81 ± 1,39
0,83 ± 1,4
1,24 ± 1,53
1,58 ± 2,09
w = 0,15 a ab ab ab Ab b Keterangan: * W = BNJ 5 %
* Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu baris menunjukan antar perlakuan tidak berbeda secara bermakna, sedangkan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan antar perlakuan berbeda bermakna. Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 5.
Dari Tabel 4 terlihat bahwa mulai pada hari ke-2 telah berlangsung proses
penyerapan Pb oleh gulma mata ikan (L. minor) yang mencapai optimum pada hari ke-4,
dan selanjutnya pada hari ke-6 terjadi penurunan daya serap Pb oleh L. minor yang
disebabkan L. minor telah dalam keadaan jenuh.
Adanya kenaikan kadar Pb dalam air limbah (media) pada kepadatan populasi
62,5% terkait dengan padat populasi L. minor, sehingga padat populasi tumbuhan per
satuan luas menyebabkan cahaya yang diterima oleh tumbuhan yang tertumpuk menjadi
lebih sedikit (Hanafi, 2005 dalam Anonim1, 2011) dan berakibat tumbuhan mati yang
ditandai dengan turunnya nilai RGR. Larsen and Schierup (1981) dalam Weis and
Peddrick (2003) menemukan bahwa konsentrasi timbel meningkat secara signifikan selama
terjadi dekomposisi. Lebih lanjut pada tumbuhan air, selama dekomposisi unsur yang ada
dalam tumbuhan akan kembali ke badan air (Weis and Peddrick, 2003).
Telaah lebih lanjut dari Tabel 4 terlihat bahwa adanya kandungan Pb yang rendah
dalam air limbah menunjukkan tingginya penyerapan oleh L. minor dan hal ini terjadi pada
kepadatan L. minor 50% pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-6 (Gambar 1).
8
( a ) ( b ) ( c ) Gambar 1. Diagram Batang purata serapan kadar Pb (mg/L) dari air limbah tekstil
antar berbagai tingkat kepadatan gulma mata ikan (L. minor) pada hari ke-2 (a), hari ke-4 (b), dan hari ke-6 (c)
Dari Gambar 1 terlihat bahwa tingkat kepadatan L. minor 50% merupakan
kepadatan yang optimal dalam penyerapan Pb oleh gulma mata ikan (L. minor), khususnya
pada hari ke-4 dengan efektivitas penyerapan Pb sebesar 0,50 mg/L (Tabel 5).
Tabel 5.Efektivitas daya serap logam Pb oleh tumbuhan gulma mata ikan (L. minor) dari air limbah produksi tekstil pada kepadatan 50% antar berbagai tingkat waktu penanaman.
Waktu (hari)
Kontrol (mg/L)
Padat Populasi 50% (mg/L)
Daya Serap
2 0,88 ± 1,49 0,45 ± 1,26 0,43 mg/L (48,86%) 4 0,84 ± 1,44 0,34 ± 1,60 0,50mg/L (59,52%) 6 0,83 ± 1,40 0,36 ± 1,71 0,47 mg/L (56,63%)
Penyerapan Pb pada hari ke-4 lebih optimal dari pada hari ke-2 nampaknya terkait
adanya kompetisi penyerapan Pb dan Cr oleh L. minor. Pada hari ke 2, 4, dan 6, Pb
memiliki korelasi negatif dengan Cr total. Menurut Zayed (1998) dalam El-Kheir et al
(2007) efek toksisitas logam mengikuti urutan sebagai berikut : Cu > Se > Pb > Cd > Ni >
Cr. L.minor akan menyerap logam dengan efek toksisitas lebih rendah yaitu Cr. Selain itu
pH juga berpengaruh terhadap penyerapan Pb. Hasil analisis korelasi berganda pada hari
ke-2 menunjukkan adanya korelasi negatif antara Pb dengan pH (r = -0,592). Hasil
penelitian Kaur et al. (2010), menunjukkan penyerapan Pb oleh L. minor dipengaruhi oleh
pH dan pH asam (pH 5) merupakan pH yang optimal dalam penyerapannya.
0
0.5
1
1.5
2
012
.5 2537
.5 5062
.5
Pb (m
g/L)
Padat Populasi (%)
0
0.5
1
1.5
2
0
12.5 25
37.5 50
62.5
Pb(m
g/L)
Padat Populasi (%)
0
0.5
1
1.5
2
0
12.5 25
37.5 50
62.5
Pb(m
g/L)
Padat Populasi (%)
9
( b )
Kadar Zn (mg/L ± SE) Air Limbah Tekstil Antar Berbagai Tingkat Padat Populasi
Gulma Mata Ikan (Lemna minor)
Rataan serapan Zn (mg/L ± SE) antar berbagai tingkat padat populasi gulma mata
ikan (L. minor) selama 2 - 6 hari berkisar antara 0,12 ± 0,21 mg/L sampai 0,49 ± 0,15
mg/L (Tabel 6).
Tabel 6. Purata Serapan Kadar Zn (mg/L ± SE) Air Limbah Tekstil Antar Berbagai Tingkat Padat Populasi Gulma Mata Ikan (Lemna minor) dalam waktu 2-6 hari
Waktu Padat Populasi (%) (hari) 12,5 37,5 0 62,5 50 25
2 Purata ± SE
0,23 ± 0,16
0,24 ± 0,06
0,26 ± 0,08
0,33 ± 0,27
0,44 ± 0,19
0,49 ± 0,15
w = 0,16 a a a ab b b
4 Purata ± SE
0,12 ± 0,21
0,51 ± 0,35
0,37 ± 0,23
0,36 ± 0,25
0,38 ± 0,24
0,21 ± 0,3
w = 0,18 a c bc bc bc ab
6 Purata ± SE
0,15 ± 0,17
0,4 ± 0,05
0,38 ± 0,38
0,29 ± 0,42
0,41 ± 0,25
0,28 ± 0,20
w = 0,32 a a a a a a Dari Tabel 6 terlihat bahwa kandungan Zn yang rendah pada air limbah
menunjukkan tingginya penyerapan oleh L. minor. Kadar Zn terendah untuk hari ke-2
sampai dengan ke-6 terdapat pada kepadatan 12,5% (Gambar 2).
Gambar 2. Diagram batang purata kadar Zn (mg/L ± SE) dari air limbah tekstil
antar berbagai tingkat padat populasi gulma mata ikan (L. minor) pada hari ke-2 (a), hari ke-4 (b), dan hari ke-6 (c)
Telaah lebih lanjut dari Gambar 2 tampak bahwa tingkat kepadatan L. minor
12,5% merupakan kepadatan yang optimal dalam penyerapan Zn oleh gulma mata ikan (L.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
012
.5 2537
.5 5062
.5
Zn(m
g/L)
Padat Populasi (%)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
012
.5 2537
.5 5062
.5
Zn(m
g/L)
Padat Populasi (%)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
012
.5 2537
.5 5062
.5
Zn(m
g/L)
Padat Populasi (%)( a ) ( b ) ( c )
10
minor) khususnya pada hari ke-4 dengan efektivitas penyerapan Zn sebesar 67,57% (Tabel
7). Hasil penelitian Jafari and Akhavan (2011), L. trisulca dapat menyerap Zn dengan
efektivitas sebesar 97%, L. minuta 89%, dan L. minor 83%.
Tabel 7.Efektivitas daya serap logam Zn oleh tumbuhan gulma mata ikan (L. minor) dari air limbah produksi tekstil pada padat populasi 12,5% antar berbagai tingkat waktu penanaman.
Waktu (hari)
Kontrol (mg/L)
Padat Populasi 12,5% (mg/L)
Daya Serap
2 0,26 ± 0,08 0,23 ± 0,16 0,03 mg/L (11,54%) 4 0,37 ± 0,23 0,12 ± 0,21 0,25 mg/L (67,57%) 6 0,38 ± 0,38 0,15 ± 0,17 0,18 mg/L (60,53%)
Kepadatan populasi 12,5% pada hari ke-4 memiliki daya serap yang optimal, dan
hal ini terkait dengan pada kepadatan populasi 12,5% memiliki Rataan Relative Growth
Rates (RGR) tertinggi dibandingkan kepadatan yang lain. Kondisi ini didukung oleh luasan
pertumbuhan yang masih cukup luas dan nilai pH yang mendekati normal. pH mengalami
perubahan menuju basa seiring dengan bertambahnya kepadatan L. minor. Menurut Hicks
(1932) dalam El-Kheir et al. (2007), gulma mata ikan akan tumbuh dengan baik pada pH
6-7,5 dan akan mengalami penurunan pertumbuhan dengan perubahan pH menjadi basa.
Hasil analisis korelasi berganda pada hari ke-4 menunjukkan bahwa terdapat
korelasi negatif antara Zn dengan COD (r = -0,602), DHL (r = -0,668), TDS (r = -0,672),
dan pH (r = -0,504). Semakin rendah kadar Zn (penyerapan optimal) terjadi pada media
tanam dengan pH asam dan dengan banyaknya Zn yang terserap kandungan ion dan zat
organik pada air limbah akan berkurang sehingga nilai COD, DHL dan TDS menurun.
Menurut Penney (2004) dan Iretskaya and Chien (1999) dalam Kaunga et al. (2010) pH
merupakan parameter penting dalam penyerapan ion. Lemna memiliki daya serap Zn yang
optimal pada pH 6 yaitu sebesar 95% dan pada pH 8 sebesar 40% untuk rentang
konsentrasi 1-20 mg/L. Pada kondisi pH basa kemampuan penyerapan Zn akan menurun
(Jafari and Akhavan, 2011). Lebih lanjut menurut Mkandawire and Dudel (2007), Lemna
dapat menurunkan COD sebesar 30-40% dan kadar mineral (N, P, K, Ca, Mg, dan Na)
dalam air limbah.
11
Pola Serapan Pb dan Zn dan Pertumbuhan L. minor Berdasarkan Relative Growth
Rates (RGR)Bobot Kering Antar Berbagai Padat Populasi pada hari ke-6
Penyerapan Pb yang optimal akan berdampak terhadap proses pertumbuhan L.
minor. Rahmani and Sternberg (1999 dalam John et.al. 2008) menyatakan pada konsentrasi
Pb yang tinggi mengakibatkan kematian pada Lemna. Hubungan antara pola serapan Pb
dan pertumbuhan berbagai padat populasi L. minor disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3.Serapan Pb dan Pertumbuhan L. minor Berdasarkan Relative Growth
Rates (RGR) Bobot Kering Antar Berbagai Padat Populasi pada hari ke-6
Dari Gambar 3 tampak bahwa kepadatan populasi L. minor 50% efektif menyerap
Pb paling optimal dan mulai pada kepadatan ini populasi L. minor mengalami penurunan
pertumbuhan. Berbeda halnya dengan penyerapan Zn yang optimal tidak memberikan
dampak terhadap pertumbuhan L. minor (Gambar 4).
12
Gambar 4. Serapan Zn dan Pertumbuhan L. minor Berdasarkan Relative Growth Rates (RGR) Bobot Kering Antar Berbagai Padat Populasi pada hari ke-6
Dari Gambar 4, kepadatan populasi L. minor 12,5% efektif menyerap Zn paling
optimal dan juga nilai RGR yang tinggi. Menurut Sela et.al (1989) dalam Jafary and
Akhawan (2011), Zn merupakan salah satu mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan
tanaman. Vaillant et.al (2005) dalam Khellaf and Zerdaoui (2009) menyatakan bahwa Zn
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman,
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Efektivitas daya serap Pb oleh tumbuhan gulma mata ikan (L. minor) dari air
limbah tekstil sebesar 0,50 mg/L (59,52%) pada padat populasi 50% terjadi pada
hari ke-4, sedangkan Zn sebesar 0,25 mg/L (67,57%) terjadi pada padat populasi
12,5% pada hari ke-4.
2. Pada padat populasi gulma mata ikan (L. minor) 50% penyerapan Pb optimal
sedangkan untuk Zn pada 12,5%.
Saran
1. Dilakukan pengukuran akumulasi logam pada L. minor sehingga didapatkan
bioconcentration factor (BCF).
2. Dilakukan penelitian pengaruh kompetisi dan kepadatan populasi (L. minor dan L.
gibba) dalam kombinasi terhadap penyerapan logam Pb dan Zn.
13
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Soenarto Ns,
MSc atas bantuannya dalam melakukan identifikasi jenis Lemna yang digunakan dalam
penelitian ini.
Daftar Pustaka
Alaerts dan Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. Anonim. 2010. Toksisitas dan Akumulasi Logam Berat Seng (Zn) Terhadap Tumbuhan
Obor (Typha latifolia) Pada Proses Fitoremediasi. Banda Aceh : Universitas Serambi Mekah.
Anonim1. 2011. Pengaruh Kepadatan Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanam. http://bagoes1st.blogspot.com/2011/08/pengaruh-kepadatan-tanam-terhadap.html. [5 Mei 2012]
El-Kheir, Wafaa Abou, Gahiza Ismail, Farid Abou El-Nour, Tarek Tawfik, and Doaa Hammad. 2007. Assessment of the Eficiency of Duckweed (Lemna gibba) in Wastewater Treatment. International Journal of Agriculture and Biology.Hal.681-687.
HACH, 1992.DR/EL 2000 Spektrofotometer Prosedures Manual. HACH Company: USA 461p.
Jaffari, N and M. Akhavan. 2011. Effect of pH and Heavy Metal Concentration on Phytoaccumulution of Zinc by Three Duckweeds Species. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Hal.34-41.
John, R. P. Ahmmad, K.Gadgil and S. Sharma. 2008. Effect of Cadmium and Lead on Growth, Biochemical Parameters and Uptake in Lemna polyrrhiza L. Journal of Plant Soil Environ. Hal. 262-270.
Kaonga, C.C.,J. Kumwenda, and H. T. Mapoma. 2010. Accumulation of lead, cadmium, manganese, copper and zinc by sludge worms; Tubifex tubifex in sewage sludge.Int. J. Sci. Tech. Hal. 119-126.
Kaur, L. K. Gadgil, and S. Sharma. 2010. Effect of pH and Lead Concentration on Phytoremoval of Lead from Lead Contaminated Water by Lemna minor. Journal Agric & Environ. Sci. Hal. 542-550.
Khellaf, N and M. Zerdaoui. 2009. Growth Response of The Duckweed Lemna minor to Heavy Metal Pollution. Iran. J. Environ. Health. Sci. Eng. Hal : 161-166.
Leblebici, Z., Ahmed A, and Fatih D. 2009. Influence of Salinity on The growth and Heavy Metal Accumulation Capacity of Spirodela polyrrhiza (Lemnaceae). Journal of Tubitak.Hal 215-220.
Listia,2010. Serapan dan Ketahanan Semanggi Air (Marsilea crenata) Terhadap Logam Timbal (Pb) pada Sungai Sroyo di Kawasan Industri Jaten Karanganyar. Usulan Program Kreativitas Mahasiswa.Universitas Negeri Surakarta.
Mkandawire, M. and E. G. Dudel. 2007. Are Lemna spp. Effective Phytoremediation Agents?.Journal of Global Science.Hal.56-67.
Steel, R. G. D dan J. H.Torie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia, Jakarta.
Sudarmadji, S.,Bambang H., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta : Liberty.
14
Weis, Judith S. and P. Weis. 2004. Metal Uptake, Transport and Release by Wetland Plant : Implication for Phytoremediation and Restoration. Journal Environment International. Hal.685-700.