Post on 14-Mar-2019
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 8 TAHUN 2009
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 8 TAHUN 2009
TENTANG
SISTEM KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan dan pemantapan otonomi
daerah, khususnya pelayanan kesehatan perlu diberikan pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada anggota masyarakat dengan suatu sistem yang terkoneksi dengan sistem lainnya sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik.
b. bahwa pelayanan dan penyelenggaraan kesehatan yang baik dan adil kepada masyarakat merupakan bagian dari asas pemerintahan yang baik;
c. bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai modal pelaksanaan pembangunan masyarakat Kabupaten Tangerang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b dan c, perlu dibentuk Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang yang pelaksanaanya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
Undang ...
-2-
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
4. Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4427);
5. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteren (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
8. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor l4690);
9. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2008Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0208);
Dengan …………
-3-
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM KESEHATAN
KABUPATEN TANGERANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Tangerang.
4. Dinas Kesehatan adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang berwenang di bidang kesehatan.
5. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
6. Swasta adalah setiap komponen penyelenggara upaya kesehatan non-pemerintah di wilayah Kabupaten Tangerang.
7. Lembaga Pendidikan adalah setiap penyelenggaran pendidikan kesehatan
formal dan non-formal.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur
pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Tekhnis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.
9. Masyarakat adalah setiap orang yang berdomisili di wilayah Kabupaten Tangerang.
10. Sarana kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang.
11. Organisasi profesi adalah organisasi yang bergerak di bidang profesi Tenaga Kesehatan seperti : Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia (ISFI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) dan/atau organisasi profesi kesehatan lainnya yang mempunyai struktur organisasi cabang di Kabupaten Tangerang.
Lembaga ...
-4-
12. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah lembaga independen milik masyarakat non-pemerintah yang ikut berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan kesehatan di Kabupaten Tangerang.
13. Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang yang selanjutnya disingkat SKK Tangerang adalah pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Tangerang, yang dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta, masyarakat, lembaga pendidikan dan pihak terkait lainnya.
14. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Kabupaten Tangerang.
15. Upaya kesehatan adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
16. Pelayanan kesehatan adalah rangkaian pelayanan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat.
17. Upaya promotif adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan;.
18. Upaya preventif adalah setiap kegiatan dalam rangka pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
19. Upaya kuratif adalah setiap kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas kesehatan penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
20. Upaya rehabilitatif adalah setiap kegiatan dalam rangka pemulihan kesehatan;
21. Upaya kesehatan tingkatan primer adalah adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan.
22. Upaya kesehatan tingkat sekunder adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat rujukan lanjutan yang terdiri dari pelayanan kesehatan yang meliputi rujukan kasus, dan spesimen , yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan tingkat primer.
23. Upaya kesehatan tingkat tersier adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat rujukan lanjutan yang terdiri dari pelayanan kesehatan yang meliputi rujukan kasus, dan spesimen , yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan tingkat sekunder.
24. Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
25. Sub-spesialistik adalah upaya kesehatan yang dilayani oleh tenaga dokter yang yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik yang didukung oleh tenaga kesehatan lainnya.
26. Kejadian Luar Biasa adalah suatu kondisi adanya peningkatan kejadian
penyakit/masalah kesehatan secara nyata, yang ditetapkan oleh Bupati.
Bencana...
-5-
27. Bencana adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban, kerugian material dan kerusakan infrastruktur fisik serta terganggunya kegiatan normal masyarakat.
28. Keadaan darurat adalah suatu keadaan yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan segera;
29. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya disingkat SDM Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan tenaga pendukung / penunjang kesehatan baik dinstitusi pemerintah maupun swasta;
30. Unit Pelaksana Tekhnis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit pelaksana tekhnis dinas yang menyelenggarakan upaya kesehatan dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas Kesehatan.
31. Sediaan Farmasi adalah obat,bahan obat, obat tradisional dan kosmetika;
32. Daftar Obat Essensial Nasional yang selanjutnya disingkat DOEN adalah daftar obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, yang diupayakan tersedia pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya;
33. Kegiatan inti farmasi adalah pengelolaan obat dan produk kesehatan lainnya, menjamin mutu, memberikan informasi dan saran serta memonitor penggunaan obat oleh pasien.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) SKK Tangerang dimaksudkan sebagai pedoman untuk melaksanakan program
kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat,
lembaga pendidikan dan pihak terkait lainnya.
(2) SKK Tangerang bertujuan :
a. Memberdayakan dan menata seluruh potensi sumber daya pemerintah,
swasta, masyarakat, lembaga pendidikan dan pihak terkait dalam
pembangunan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
b. Menanggapi aspirasi masyarakat di bidang kesehatan sesuai dengan hak asasi
manusia.
BAB ...
-6-
BAB III
ASAS SKK TANGERANG
Pasal 3
SKK Tangerang berasaskan :
a. Hak Asasi Manusia,
b. Nilai Keagamaan;
c. Nilai Kultural;
d. Demokratis;
e. Berkeadilan;
f. Ekonomis; dan,
g. Tata Kepemerintahan yang Baik. BAB IV
SKK TANGERANG
Pasal 4
(1) SKK Tangerang diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
(2) SKK Tangerang diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan semua elemen tanpa terkecuali.
(3) SKK Tangerang diselenggarakan dengan dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
(4) SKK Tangerang diselenggarakan dengan memberdayakan semua pemangku kepentingan melalui peranserta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan kesehatan.
BAB V
PENYELENGGARAAN SKK TANGERANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
SKK Tangerang terdiri atas subsistem;
a. Upaya kesehatan;
b. Pembiayaan kesehatan;
c. Sumber Daya Manusia kesehatan;
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan;
e. Manajemen dan Informasi Kesehatan; dan
f. Pemberdayaan masyarakat.
Bagian ...
-7-
Bagian Kedua
Subsistem Upaya Kesehatan
Pasal 6
(1) Subsistem upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, di
selenggarakan secara paripurna, terpadu, berkualitas, adil, merata, terjangkau dan
bermutu.
(2) Unsur subsistem upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi;
a. pelayanan kesehatan;
b. pembinaan dan pengawasan;
c. penelitian dan pengembangan.
(3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. Pelayanan kesehatan konvensional;
b. Pelayanan kesehatan tradisional;
(4) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dilakukan
dengan cara :
a. upaya peningkatan (promotif);
b. upaya pencegahan (preventif);
c. upaya pengobatan (kuratif); dan,
c. upaya pemulihan (rehabilitatif).
Pasal 7
(1) Pelaksanaan pelayanan kesehatan mencakup kesehatan perorangan dan
masyarakat.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana
diselenggarakan melalui tingkatan:
a. Primer;
b. Sekunder; dan,
c. Tersier.
dimaksud pada ayat (1), dapat
(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,b dan c
diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan sasaran
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pasal ……………..
-8-
Pasal 8
(1) Pelayanan kesehatan perorangan primer sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2) huruf a, diselenggarakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja maupun UPT.
(2) Pelayanan kesehatan masyarakat primer sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2) huruf a, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang pelaksanaan operasionalnya
didelegasikan kepada UPT.
(3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimaksud pada ayat (2) dapat
dilaksanakan oleh masyarakat dan swasta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 9
(1) Pelayanan kesehatan perorangan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2) huruf b, diselenggarakan oleh Rumah Sakit setara kelas C dan sarana
kesehatan lainnya yang setara baik milik pemerintah maupun swata.
(2) Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal
7 ayat (2) huruf b, diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan.
Pasal 10
Pelayanan kesehatan perorangan tersier sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2)
huruf c, merupakan rujukan sub-spesialistik dari pelayanan kesehatan dibawahnya,
dan diselenggarakan di Rumah Sakit Umum dan/atau Rumah Sakit Khusus setara
kelas A dan B.
Pasal 11
(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Pemerintah Daerah menjadi tanggung
jawab Dinas Kesehatan .
(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta dapat dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat dapat diselenggarakan dalam
bentuk UKBM.
(4) Pelayanan kesehatan primer dan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2) huruf a dan huruf b, dapat dijadikan wahana pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan.
Pasal ...
-9-
Pasal 12
Dalam hal keadaan darurat semua sarana pelayanan kesehatan wajib memberikan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 13
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
Pasal 14
Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap semua fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah.
Pasal 15
Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Bagian Ketiga
Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Pasal 16
(1) Pembiayaan urusan bidang kesehatan bersumber dari;
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah;
c. Swasta;
d. Masyarakat; dan,
e. sumber lainnya yang sah.
(2) Subsistem pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b,
dilakukan melalui upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana
kesehatan.
Pasal 17
Pembiayaan urusan bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1)
huruf b, dialokasikan minimal 7 % (tujuh persen) dari Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah. Bagian ……………
-10-
Bagian Keempat
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pasal 18
Subsistem SDM Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c,
diselenggarakan dalam bentuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan.
Pasal 19
(1) Pengembangan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18,
dilaksanakan untuk tersedianya SDM kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan,
terdistribusi secara adil dan merata, serta didayagunakan secara optimal.
(2) Penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), melalui perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan pembinaan
dan pengawasan.
(3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi penetapan jenis,
jumlah dan kualifikasi serta distribusi.
(4) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui rekrutmen,
dan pendidikan dan pelatihan.
(5) Pendayagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanaan oleh Pemerintah
Daerah dan swasta melalui penempatan.
(6) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(7) Dalam hal pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Pemerintah Daerah
dan swasta menerapkan sistem karier, penggajian dan insentif.
Bagian Kelima
Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan
Pasal 20
(1) Subsistem Sediaan Farmasi diselenggarakan untuk menjamin keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu sediaan farmasi.
(2) Sediaan farmasi yang berbentuk obat dan bahan obat harus terjamin ketersediaan
dan keterjangkauannya.
Dalam hal...
-11-
(3) Dalam hal menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penyediaan dan pelayanan obat berpedoman pada DOEN.
Pasal 21
(1) Pemerintah Daerah menjamin tersedianya obat bagi masyarakat miskin, dan
wilayah kejadian luar biasa dan bencana.
(2) Pemerintah mendorong pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional, untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dan ekonomi.
Pasal 22
Subsistem Alat Kesehatan diselenggarakan untuk menjamin keamanan, manfaat dan
mutu alat kesehatan.
Pasal 23
Subsistem Makanan diselenggarakan untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat
dan mutu sediaan makanan.
Pasal 24
Dalam hal menjamin penyelenggaran sedíaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21,pasal 22 dan pasal 23, serta perlindungan
masyarakat dari penggunaan obat yang salah dan penyalahgunaannya:
a. Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap
pengadaan, penyimpanan, promosi serta penyaluran sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Sarana pelayanan kefarmasian melaksanakan kegiatan inti farmasi;
c. Setiap orang yang memproduksi, mengolah, mendistribusikan makanan harus
menjamin laik higiene.
Bagian...
-12-
Bagian Keenam
Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
Pasal 25
(1) Penyelenggaraan subsistem manajemen dan informasi kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 huruf e, ditujukan untuk terwujudnya kebijakan
kesehatan.
(2) Penyelenggaraan subsistem manajemen dan informasi kesehatan sebagaimana
dimaksud, pada ayat (1) dilaksanakan dengan menghimpun upaya kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data
dan informasi kesehatan.
Bagian Ketujuh
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 26
(1) Subsistem pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf
f, dilakukan oleh perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan.
(2) Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), melalui penggerakkan masyarakat, pengorganisasian dalam pemberdayaan,
advokasi, kemitraan dan peningkatan sumber daya.
Pasal 27
Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 26,
ditujukan agar masyarakat;
a. mampu berperilaku hidup bersih sehat;
b. mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri;
c. berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan;
d. menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
BAB ...
-13-
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 28
(1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan SKK
Tangerang.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan.
(3) Pembinaan penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan
untuk:
a. terciptanya pembangunan kesehatan yang menyeluruh; b. berkembangnya peranserta swasta, masyarakat dan LSM;
c. meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan serta meningkatnya kesadaran
untuk berperilaku hidup sehat secara bertanggung jawab.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan SKK Tangerang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat.
(2) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan (3) Pengawasan oleh Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan terhadap mutu sarana dan tenaga kesehatan .
(4) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati .
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 31
(1) Penyelenggaraan Subsistem SKK Tangerang yang tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini dapat dikenakan sanksi administrasi.
Sanksi...
-14-
(2) Sanksi administrasi dilakukan oleh Bupati. (3) Penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Pembatalan atau pembekuan izin dari sarana kesehatan maupun tenaga
kesehatan
c. Pencabutan izin pendirian sarana pelayanan kesehatan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan SKK Tangerang diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 33
Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal pengundangan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 BUPATI TANGERANG,
ttd.
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di : Tigaraksa
Pada tanggal : 12 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH,
ttd.
H.HERMANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 08 TAHUN 2009
-15-
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 8 TAHUN 2009
TENTANG
SISTEM KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG
I. Penjelasan Umum
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pengembangan sumber daya manusia sebagai modal pelaksanaan pembangunan.
Dalam rangka penyelenggaraan dan pemantapan otonomi daerah, khususnya
pelayanan kesehatan perlu diberikan pelayanan dan perlindungan yang
sebaikbaiknya kepada anggota masyarakat dengan suatu sistem yang terkoneksi
dengan sistem lainnya sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik.
Pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik dan adil kepada
masyarakat merupakan bagian dari asas pemerintahan yang baik.
Berkaitan dengan hal di atas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2004 telah menerbitkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai pengganti
dan penyesuaian terhadap SKN 1982 berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang
bersifat desentralistis serta sebagai antisipasi terhadap perubahan global. Di dalam
dokumen SKN 2004 dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) didefinisikan
sebagai suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Pada dokumen SKN tersebut dikatakan pula bahwa untuk menjamin
keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan Sistem
Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan supra sistem
dari SKD. SKD terdiri dari Sistem Kesehatan Propinsi (SKP) dan Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota (SKK). SKK menguraikan secara spesifik unsur-unsur subsistem
upaya kesehatan, subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sumberdaya manusia
kesehatan, subsistem sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan
kondisi daerah.
Kabupaten...
-16-
Kabupaten Tangerang sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia membutuhkan suatu Sistem Kesehatan yang memungkinkan terwujudnya
ketangguhan dalam ketahanan di bidang kesehatan dan mampu menyediakan kondisi
yang menguntungkan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.
Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang merupakan pedoman bagi individu dan/atau
masyarakat serta pemerintah Kabupaten dalam menyelenggarakan berbagai
aktivitasnya, dimana pedoman ini tidak terbatas bagi sektor kesehatan saja.
Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang disusun sesuai dengan kondisi dan
potensi yang ada. Kabupaten Tangerang terletak di Propinsi Banten yang mempunyai
berbagai kelebihan, salah satunya adalah sebagai kawasan pemukiman,
perindustrian, dan religius.
II. Penjelasan Pasal Demi Pasal
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan” sumber daya” adalah dana sumber daya manusia
dan teknologi dalam pembangunan kesehatan, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 3
a. Yang dimaksud dengan ”hak asasi manusia” adalah derajat kesehatan yang
setingi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan,agama dan status sosial ekonomi serta setiap
oang berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
b. Yang dimaksud dengan ”nilai keagamaan” adalah makna keagamaan
merupakan pencerminan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
kehidupan sehari-hari ssuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Yang...
-17-
c. Yang dimaksud dengan ”nilai kultural” adalah SKK Tangerang
diselenggarakan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya setempat.
d. Yang dimaksud dengan ”demokratis” adalah semua elemen didalam SKK
Tangerang diberikan hak untuk berkontribusi sesuai dengan perannya.
e. Yang dimaksud dengan ”berkeadilan” adalah dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan upaya
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik
secara geografis maupun ekonomis.
f. Yang dimaksud dengan ”ekonomis” adalah SKK Tangerang diselenggarakan
dengan mempertimbangkan pembiayaan yang berhasil guna dan berdaya
guna.
g. Yang dimaksud dengan ”Tata Kepemerintahan yang Baik” adalah
pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka, rasional / profesional, serta bertanggung jawab dan
bertanggung gugat.
Pasal 4 Ayat 1
Yang dimaksud dengan ”sistem terbuka dan multimakna” adalah SKK
Tangerang harus beriteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional
dan sistem lainnya serta dapat mendorong pembangunan berwawasan
kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat...
-18-
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan konvensional adalah pelayanan
kesehatan kedokteran dan kesehatan lain. Kesehatan lain misalnya
keperawatan, kesehatan masyarakat.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tradisional adalah cara
pengobatan atau perawatan yang dilenggarakan dengan cara lain diluar ilmu
kedokteran dan keperawatan, mengacu kepada pengetahuan, pengalamam
dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau melalui melalui
pendidikan dan/atau pelatihan, baik asli Indonesia maupun yang berasal dari
luar Indonesia dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan
kesehatan yang memberikan penekanan pada pelayanan pengobatan,
pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan dan pencegahan.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan
kesehatan yang lebih menekankan pada pelayanan peningkatan dan
pencegahan tanpa mengabaikan pelayanan pengobatan dan pemulihan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas Pasal 9
Cukup jelas
Pasal ...
-19-
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penggalian dana bersumber dari swasta” adalah dana
yang dihimpun dari swasta dengan menerapkan prinsip kemitraan. Penggalian
dana yang bersumber dari masyarakat dihimpun oleh masyarakat sendiri.
Penggalian dana untuk pelayanan kesehatan perorangan didorong pada bentuk
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Yang dimaksud dengan “pengalokasian dana bersumber dari Pemerintah
Daerah” adalah pengalokasian dana yang dilakukan melalui perencanaan
anggaran yang mengutamakan upaya kesehatan prioritas, dan diarahkan untuk
membiayai upaya kesehatan primer , sekunder dan tertier dengan
mengutamakan masyarakat rentan dan miskin.
Yang dimaksud dengan pembelanjaan dana adalah pembelanjaan yang sesuai
dengan peruntukannya secara efisien dan efektif dengan pengelolaan yang
transparan dan ankutabel.
Pasal ...
-20-
Pasal 17
Cukup jelas Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “pendayagunaan oleh Pemerintah Daerah” adalah
pendayagunaan terhadap tenaga kesehatan, tenaga pendukung kesehatan dan
tenaga penunjang yang diperlukan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan.
Tenaga penunjang merupakan tenaga masyarakat yang diperlukan untuk
mendukung UKBM.
Yang dimaksud dengan “pendayagunaan oleh swasta” adalah pendayagunaan
terhadap tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan dan atau untuk menjalankan tugas dan fungsi institusinya.
Ayat (6)
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan bahwa pembinaan praktik profesi bagi
tenaga kesehatan profesi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan organisasi
profesi.
Pengawasan praktik profesi dilakukan melalui pemberian lisensi/perizinan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat ...
-21-
Ayat (7)
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan bahwa penerapan sistem karier,
penggajian dan insentif diarahkan untuk hidup layak sesuai dengan tata nilai
dimasyarakat dan beban tugas SDM Kesehatan agar dapat bekerja secara
profesional. Penerapan sistem karier, penggajian dan insentif berpedoman pada
peraturan yang berlaku.
Pasal 20 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pelayanan obat berpedoman pada DOEN” adalah
mencakup juga penggunaan obat secara rasional sebagai langkah untuk
mengefisienkan biaya pengobatan.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Yang dimaksud dengan “sarana pelayanan farmasi: adalah tempat yang digunakan
untuk memberikan pelayanan obat dan produk kesehatan. Pelayanan kefarmasian
yang diberikan harus mengutamakan kesejahteraan pasien.
Pasal 25 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “terwujudnya kebijakan kesehatan” adalah kebijakan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional,
terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna,
berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan
sistem informasi kesehatan.
Ayat...
-22-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelenggaraan manajemen dan informasi
kesehatan” adalah mensinergikan unsur kebijakan, administrasi, hukum, dan
informasi kesehatan.
Kebijakan kesehatan mengacu pada kebijakan pembangunan nasional dan
berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pelaksanaan administrasi kesehatan
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan urusan wajib bidang kesehatan.
Pengaturan hukum kesehatan dilaksanakan dalam bentuk penyusunan
peraturan/regulasi, peningkatan kesadaran hukum SDM kesehatan serta
masyarakat, dan pelayanan advokasi. Pelaksanaan informasi kesehatan
meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data, dan manajemen
informasi kesehatan.
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas