Post on 23-Apr-2018
ESSAY BLOK II
TOPIK : Keterkaitan antar Bidang Studi (B.S) Hukum dan HAM dengan B.S Hankam.
NAMA : ZULKARNAIN, Kelompok : E, No. Urut : 82 JUDUL : Penegakan Supremasi Hukum Guna Memantapkan
Situasi dan Kondisi Kamtibmas Dalam Rangka Pemilu 2014.
A. Pendahuluan
1. UmumSecara konstitusional Negara Indonesia tegas dikatakan adalah negara
hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu
negara dapat dikatakan sebagai negara hukum atau “rule of law” bilamana
aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam
peneyelenggaraan pemerintahan negara, terutama dalam memelihara
ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak warganya. Secara teori
hukum John Lock dalam bukunya Second Tratise of Government
menguraikan minimal ada tiga unsur bagi suatu negara dikatakan negara
berdasarkan hukum, yaitu :
a. Adanya hukum yang mengatur bagaimana anggota masyarakat
dapat menikmati hak asasi dengan damai.
b. Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan sengketa yang
timbul dibidang pemerintah atau antar pemerintah.
c. Adanya badan yang tersedia atau diadakan untuk menyelesaikan
sengketa yang timbul diantara sesama anggota masyarakat.1
Konsep ini menunjukkan bahwa bagi setiap negara yang menyatakan
sebagai negara hukum haruslah mutlak sifatnya menghormati dan
menjalankan supremasi hukum. Apa yang dimaksud dengan supremasi
hukum. Dalam referensi dikatakan supremasi hukum adalah gabungan kata
supremasi dan hukum yang berasal dari kata bahasa Inggris supremacy
1 ______, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012.
1
dan law, sehingga menjadi “supremacy of law”. Supremacy dapat diartikan
“higest in degree or higest rank”, artinya berada pada tingkatan atau
peringkat tertinggi atau juga “higest of authority” atau kekuasaan tertinggi.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (2002), supremasi hukum merupakan
upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi
yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi
oleh dan dari pihak manapun, termasuk oleh penyelenggara negara. Oleh
Carles Hermawan kiat ini disebut memposisikan hukum menjadi komando
atau panglima (2003) , dan kemudian ia menjadi lebih populer supremasi
hukum sama dengan menjadikan hukum sebagai panglima. Rumusan
sederhana dari supremasi hukum adalah “pengakuan dan penghormatan
tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of game) dalam
seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berperintah dan
bermasyarakat yang dilakukan dengan jujur (fair play) transparan dan
akuntabel.”
Lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa betapa pentingnya
penegakan supremasi hukum ini dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
bermasyarakat khususnya jika dikaitkan dengan upaya mewujudkan
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka Pemilu 2014. Hal ini
dapat dilihat dari fungsi dan keberadaan hukum itu sendiri, yaitu (1) Law as
a tool of social control, sebagai alat kontrol sosial. (2) Law as a tool social
engineering, sebagai alat untuk merekayasa masyarakat. (3) Law as
facilitation of social, sebagai fasilitas berinteraksinya berbagai interaksi
sosial. (4) Law as a conflict social, sebagai jalan keluar atau penyelesaian
konflik sosial. dan (5) Law as a recruitment of emantipation, sebagai cara
untuk memahami berbagai perbedaan atau pihak-pihak lain.2
Dalam tulisan ini juga dikemukakan teori akutualisasi hukum yang
dikemukakan oleh Lawrance M. Friedman yang menyatakan bahwa
keberhasilan penegakan supremasi hukum mensyaratkan berfungsinya
semua komponen sistem hukum. Sistem hukum menurut Friedman ini ada
tiga, yaitu: (1) Struktur Hukum, merupakan kerangka, bagian yang tetap
bertahan (statis), bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan
2 Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Unsiyah, Banda Aceh, 2007.
2
terhadap keseluruhan instansi penegak hukum atau aparat penegak
hukum. (2) Substansi hukum, merupakan aturan-aturan atau norma-norma
dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem, termasuk
produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang ada dalam sitem hukum itu
mencakup keputusan yang mereka lakukan atau aturan baru yang mereka
susun. Jadi disini juga merupakan materi atau isi dari peraturan perundang-
undangan tersebut. (3) Budaya hukum, merupakan gagasan, sikap,
keyakinan, harapan dan pendapat tentang hukum, jadi disini melihat
bagaimana budaya hukum masyarakat apakah patuh atau tidak patuh
terhadap hukum. Di Indonesia struktur hukum ini adalah (1) Kehakiman,
yang diatur berdasarkan kepada UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokok-
pokok Kekuasaan Kehakiman. (2) Kejaksaan, yang diatur berdasarkan UU
Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. (3) Kepolisian, yang diatur
berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri dan (4) Advokat, yang
diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat. Secara khusus
dalam penyelenggaraan Pemilu tentu saja adalah Bawaslu karena
diberikan kewenangan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
khususnya pelanggaran administratif dengan mengkedepankan
musyawarah dan mufakat.
Dari beberapa pandangan di atas maka pokok permasalahan dalam
essay blok II ini adalah : Bagaimana penegakan supremasi hukum guna memantapkan situasi dan kondisi kamtibmas dalam rangka kesuksesan Pemilu 2014 ?.
2. Maksud dan tujuanMaksud penulisan essay blok ini adalah untuk mengkaji dan
memberikan gambaran tentang penegakan supremasi hukum (sebagai
materi bidang studi Hukum dan HAM) guna memantapkan situasi dan
kondisi kamtibmas dalam rangka Pemilu 2014 (sebagai materi bidang studi
Hankam). Adapun tujuannya adalah sebagai sumbang saran kepada
pemerintah khususnya Polri dan Badan Pengawas Pemilu 2014 maupun
Komisi Pemilihah Umum (KPU) dalam rangka mewujudkan Pemilu 2014
yang akan datang benar-benar sesuai asas penyelenggarann Pemilu yaitu
mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum,
3
keterbukaan, proporsionlitas, profesionalitras, akuntabilitas, efisien dan
sefektif.
3. Ruang lingkup dan tata urutRuang lingkup essay blok ini dibatasi pada penegakan supremasi
hukum khususnya undang-undang Penyelenggaraan Pemilu (UU No. 15
Tahun 2011), undang-undang Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD (UU No. 8
Tahun 2012) dan undang-undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (UU
No. 42 Tahun 2008) guna menciptakan situasi dan kondisi kamtibmas yang
kondusif dalam rangka Pemilu 2014 dengan tata urut penulisan sebagai
berikut :
a. Pendahuluan, berisikan tentang gambaran umum sebagai latar
belakang judul, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, serta
beberapa pengertian.
b. Pembahasan; menguraikan beberapa fakta yang didukung oleh
data aktual penegakan hukum khususnya dalam penyelenggaraan
Pemilu yang dikaitkan dengan teori, serta gagasan-gagasan penulis
tentang bagaimana penegakan hukum khususnya UU Pemilu oleh para
aparat penegak hukum dalam hal ini Bawaslu, Polri, Kejaksaan dan
Mahkamah Agung untuk mewujudkan Pemilu 2014 yang aman dan
sukses.
c. Penutup; berisikan inti pemikiran penulis dari pembahasan sebagai
jawaban atas judul yang ditentukan dan saran sebagaimana yang
dimintakan dalam TOR Esay Blok II.
4. Pengertian
a. Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. 3
b. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, adalah
3 Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Pasal 1 ayat (1).
4
Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4
c. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, adalah Pemilu untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.5
d. Penyelenggara Pemilu, adalah lembaga yang penyelenggarakan
Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas
Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur,
bupati, dan walikota secara demokratis.6
e. Tindak pidana Pemilu, adalah tindak pidana pelanggaran dan/
atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD. 7
f. Keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala
4 Ibid, Pasal 1 ayat (2).5 Lembaran Negara R.I Tahun 2011 Nomor 101, UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, Pasal 1 ayat (3).6 Ibid, Pasal 1 ayat (5).7 Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Pasal 260.
5
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat.8
B. Pembahasan
1. Gambaran Penegakan Supremasi Hukum Secara Umum dan Penyelenggaraan Pemilu.
Bagaimana kondisi penegakan supremasi hukum secara umum saat
ini. Berdasarkan literatur angka kuantitas yang mencerminkan penegakan
hukum dapat dilihat dari data-data di aparat penegak hukum seperti di
lingkungan Polri, misalnya seberapa besar jumlah kejahatan dan
penyelesaiannya, bagaimana hasil penelitian tingkat kepercayaan
masyarakat kepada Polri sebagai salah satu aparat penegak hukum dan
lain-lain. Akan tetapi secara kualitas, dapat dilihat dari penuturan beberapa
pakar maupun pejabat dibidang hukum sendiri, misalnya :
a. Wahyudin H. Hufron, mengatakan bahwa penegakan
supremasi hukum di Indonesia ini semua sudah mahfum dan bukan
rahasia umum lagi bahwa kondisinya merupakan barang yang
langka dan mahal harganya, artinya penegakan supremasi hukum
masih payah dan bahkan terindikasi pada titik nadir (2008).
b. Harkristuti Harkrisnowo, mengatakan bahwa kondisi
penegakan hukum di Indonesia saat ini ditenggarai mendekati titik
nadir, telah menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitas dalam
negeri maupun dunia internasional. Proses penegakan supremasi
hukum acapkali dipandang bersifat diskriminatif, inkonstitusional dan
mengkedepankan kepentingan kelompok tertentu (2008).
c. Hikmahanto (2006) mengatakan terdapat sekurang-
kurangnya ada lima hal mengapa hukum di Indonesia sulit
ditegakkan, dengan kata lain penegekan supremasi hukum di
Indonesia sukar ditegakkan dikarenakan :
1) Aparat penegak hukum terbawa sangkaan dan
dakwaan korupsi atau suap.
2) Mafia peradilan masih marak dituduhkan.8 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, Tentang UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Jakarta, 2002, Pasal 1 ayat (5).
6
3) Hukum seolah dapat dimainkan, dipelintir bahkan
berpihak kepada mereka yang memiliki status sosial tertentu.
4) Penegakan hukum lemah dan telah kehilangan
kepercayaan dari masyarakat.
5) Masyarakat apatis, mencemooh dan melakukan
proses peradilan jalanan.
Tabel : 1DATA KRIMINALITAS PER 4 JENIS KEJAHATAN TAHUN 2005-2009
NO JENIS KEJAHATAN 2005 2006 2007 2008 2009JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP
I. KEJAHATAN KONVENSIONAL 1 CURAT 34.270 15.180 43.135 20.678 45.089 23.929 48.130 21.796 48.347 23.0672 CURAS 7.671 2.714 9.951 4.091 10.140 4.110 7.473 3.706 11.141 4.5293 CURANMOR 45.316 2.637 30.615 3.642 32.042 4.467 19.304 4.092 39.673 5.5104 ANIRAT 13.368 8.089 17.808 10.750 18.799 11.965 14.250 9.967 16.893 11.5725 PERJUDIAN 11.329 11.141 10.258 10.274 10.911 10.091 9.770 8.834 12.825 13.3476 PENIPUAN 19.051 8.314 20.207 6.446 19.686 7.824 19.787 8.792 27.276 11.7287 PENGGELAPAN 13.326 5.920 16.524 7.770 17.281 7.918 13.893 7.651 17.847 9.3958 PERUSAKAN 4.522 2.099 5.272 2.591 5.499 2.682 5.448 2.650 6.224 3.1349 PERAS & ANCAM 3.749 1.843 4.816 2.266 4.438 2.741 4.099 2.587 5.537 3.176
10 PEMBUNUHAN 1.102 859 1.299 1.080 1.236 948 1.081 769 1.228 94511 KEBAKARAN /
PEMBAKARAN 3.085 1.031 3.107 2.451 2.508 1.552 2.505 1.622 2.683 1.73812 PERKOSAAN 1.754 1.227 2.099 1.419 2.224 1.443 1.976 1.878 2.115 1.48313 PALSU SURAT 1.603 798 1.985 729 2.003 953 1.902 874 2.629 1.42514 PENCULIKAN 256 125 412 208 275 142 514 144 268 15715 UANG PALSU 186 154 360 310 273 244 272 221 367 31016 LAIN-LAIN - - - - - - - - 119.501 72.480
JUMLAH 160.588 62.131 167.84874.70
5 172.40481.00
9 150.404 75.583 314.554 163.996% PROSENTASE PTP 38,69 44,51 46,99 50,25 52,14 II. KEJAHATAN TRANS NASIONAL
1 NARKOBA 3.379 3.445 9.254 8.647 16.822 17.104 12.826 12.213 25.137 23.204
2MONEY LAUNDRING 7 11 4 1 0 0 0 0 13 13
3 TERORIS 24 0 9 6 0 0 0 0 11 4
4PERDAG BAYI/ WANITA 8 1 55 32 349 268 230 167 445 334
5 CYBER CRIME 0 0 0 6 0 0 0 0 8 36 LUNDUP SENPI 16 14 4 2 0 0 0 0 21 18
7TRANS EKONOMI CRIME 2 0 0 0 0 0 8 6 37 35
8 PEROMPAKAN 5 0 5 8 118 64 84 61 13 6
JUMLAH 3.441 3.471 9.331 8.702 17.28917.43
6 13.148 12.447 25.685 23.617% PROSENTASE PTP 100,87 93,26 100,85 94,67 91,95 III. KEJAHATAN THDP KEKAYAAN NEGARA
1 KORUPSI 160 92 322 107 228 159 371 188 436 1752 ILEGAL LOGGING 2.706 2.117 3.711 2.407 3.382 2.827 2.387 1.856 2.934 2.5703 ILEGAL FISHING 51 19 57 38 157 101 116 106 102 904 ILEGAL MINING 38 26 45 32 247 221 140 138 227 232
5LINGKUNGAN HIDUP 30 17 24 32 109 84 17 9 33 31
6 FISKAL 14 10 21 16 81 45 3 3 1 17 BBM - - 206 158 168 134 689 630 552 5738 PENYELUNDUPAN 153 109 41 48 26 24 16 10 33 20
JUMLAH 3.152 2.390 4.427 2.838 4.398 3.595 3.739 2.940 4.318 3.692% PROSENTASE PTP 75,82 64,11 81,74 78,63 85,50
IV. KEJAHATAN IMPLIKASI KONTIJENSI
1KERUSUHAN MASA 147 95 273 69 1.471 449 9 9 9 9
2 KONFLIK ETNIS 0 0 0 0 10 10 0 0 0 03 SEPARATISME 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0
JUMLAH 147 95 273 69 1.486 464 9 9 9 9% PROSENTASE PTP 64,63 25,27 31,22 100,00 100,00TOTAL JTP-PTP 4 JENIS KEJAHATAN 167.328 68.087 181.879
86.314 194.091 102.040 167.291 90.970 344.566 191.314
% PROSENTASE PTP 40,69 47,46 52,57 54,38 55,52
Sumber : Bareskrim Polri.
Data di atas setidaknya menunjukkan berapa besar kejadian tindak
pidana serta penyelesaiannya yang dari waktu kewaktu semakin
meningkat. seperti misalnya tahun 2008 jumlah kejadian 167.291 kasus dan
kemudian tahun beriktunya menjadi 344.566 kasus. Persentase
Penyelesaian terjadi peningkatan, misalnya tahun 2008 sebesar 54,38%
dan kemudian tahun berikutnya menjadi 55,52%. Ini setidaknya telah
7
menunjukkan bagaimana hukum ditegakan di negara ini, walaupun tentu
saja masih banyak persoalan-persoalan yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum, sehingga masih banyak persoalan-persoalan dengan
aparat penegak hukum atau secara struktur.
Secara khusus masalah penyelenggaraan Pemilu atau tindak pidana
Pemilu dapat dilihat data pada Pemilu tahun 2009 yang lalu melalui
pemberitaan media massa. Misalnya media online VivaNews memberitakan
bahwa Bawaslu menutup laporan pelanggran Pemilu legislatif 2009
sebanyak 758 kasus, dengan perincian 496 kasus administrasi, 96 kasus
pelanggaran pidana dan 166 kasus lain-lain. pelanggaran administrasi
antara lain surat suara terbuka, pemilih mencontreng meski tidak terdaftar
dalam daftar pemilih tetap (DPT), Panitia Pemungutan Suara tidak
mengumumkan dan menempelkan DPT atau segel kertas suara sudah
terbuka sebelum sampai tempat pemungutan suara. Sedangkan perbuatan
pidana Pemilu antara lain sengaja menggunakan kekerasan kepada pemilih
untuk mencontreng partai atau calon anggota legislatif tertentu dan politik
uang. Pemberitaan lain tentang penegakan hukum Pemilu ini misalnya
adalah pemberitaan di Kompas.com yang isinya “Bawaslu : Polri Tolak
Laporan Pelanggaran Pemilu”, yang beritanya antara lain Polri menolak
laporan pelanggaran Pemilu oleh KPU yang diajukan Bawaslu karena
kurang bukti.
Berdasarkan data di atas menjadikan hukum sebagai panglima atau
penegakan supremasi hukum adalah sebagai suatu keharusan dalam
upaya menciptakan situasi dan kondisi kamtibmas dalam rangka Pemilu
2014. Jika hukum dapat ditegakkan maka hukum dapat menjadi alat kontrol
sosial dan menjadi jalan keluar dalam penyelesaian berbagai konflik, lebih-
lebih dalam Pemilu yang syarta dan memiliki potensi terjadinya konflik
karena memang adanya perbedaan dalam memperebutkan atau
berkompetisi memperebutkan “kursi” kekuasaan. Disini hukum sangatlah
dibutuhkan, sesuai dengan fungsi dari pada hukum itu sendiri sebagai alat
untuk memahami berbagai perbedaan atau memahami pihak-pihak lain.
2. Rumusan Pelanggaran dan Kejahatan atau Tindak Pidana Pemilu.
8
Seperti disinggung di atas Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD
tahun 2014 yang akan datang sudah ada peraturan perundang-undangan
yang baru yaitu UU No. 8 Tahun 2012 yang disahkan oleh Presiden R.I
pada tanggal 11 Mei 2012 dan dimasukkan dalam Lembaran Negara R.I
Tahun 2012 Nomor 117. UU ini terdiri dari 328 pasal dan 25 bab. Untuk
ketentuan pidana dalam UU ini diatur dalam Bab 22 yang dimulai dari pasal
273-321 atau sebanyak 49 pasal dan dibagi dalam dua bagian, yaitu
pelanggaran (pasal 273-291) dan kejahatan (pasal 292-321). Sedangkan
untuk pelanggaran administrasi Pemilu diatur dalam pasal 253 yaitu
pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur dan mekanisme yang
berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dengan pelanggaran
kode etik. Penyelesaiannya adalah Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu
Kabupaten dan Kota untuk membuat rekomendasi atas hasil kajian dan
kemudian KPU, KPU Provinsi, Kabupaten dan Kota wajib menindak lanjuti
rekomendasi tersebut. Kemudian KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/
Kota menyelesaikan pelanggaran administrasi Pemilu berdasarkan
rekomendasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/ Kota
tersebut sesuai dengan tingkatannya. Masing-masing KPU harus sudah
memeriksa dan memutus pelanggaran administrasi dalam waktu 7 (tujuh)
hari setelah menerima rekomendasi dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan
Panwaslu Kabupaten/ Kota tersebut.
Sedangkan jika terjadi sengketa Pemilu (Sengketa Pemilu adalah
sengketa yang terjadi antar peserta Pemilu dan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/ Kota), Bawaslu memeriksa dan
memutus sengketa Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak
diterimanya laporan atau temuan. Keputusan Bawaslu mengenai
penyelesaian sengketa Pemilu merupakan keputusan terakhir dan
mengikat, kecuali keputusan terhadap sengketa Pemilu yang berkaitan
dengan verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota. Dalam hal
sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta
9
Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud tidak dapat diselesaikan,
para pihak yang merasa kepentingannya dirugikan oleh keputusan KPU
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan tinggi tata usaha
negara (PTUN).
Lebih lanjut untuk menyelesaikan berbagai persoalan khususnya yang
berkaitan dengan pelanggaran ini dibentuk forum yang disebut dengan
Sentra Pengakan Hukum Terpadu (sesuai pasal 267 UU No. 8 Tahun 2012
Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD). Sentra Gakkumdu ini sebagai
wadah menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana
Pemilu dari para aparat penegak hukumnya yaitu Bawaslu, Polri dan
Kejagung. Pembentukan Sentra Gakkumdu ini sebagaimana diamanatkan
dalam UU diatur berdasarkan kesepakatan bersama antara Kapolri,
Kejagung dan Ketua Bawaslu. Dalam prakteknya diharapkan apabila ada
laporan atau pengaduan tentang tindak pidana Pemilu sudah secara dini
didiskusikan diantara Penyidik Polri, Jaksa PU dan Bawaslu apakah suatu
peristiwa tersebut benar sebagai tindak pidana Pemilu atau memenuhi
unsur dan dapat diajukan ke peradilan. Jika bukan tindak peidana Pemilu
sejak dini pula Bawaslu menyelesaikannya sesuai ranah Bawaslu. Hal ini
untuk menghindari bolak baliknya berkas perkara atau setelah diproses
ternyata dikatakan bukan merupakan tindak pidana Pemilu.
3. Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran dan Kejahatan/ Pidana Pemilu.
Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/ atau
kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Pemilu. Dalam UU No. 8 Tahun 2012 ini diatur
secara khusus dalam penyelesaian atau hukum beracaranya tindak pidana
Pemilu. Pelaksanaannya sangat dibatasi dengan waktu sebagai sebab
karena Pemilu itu sendiri terbatas karena waktu. Secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Penyidik Polri menerima laporan tentang telah terjadinya tindak
pidana Pemilu yang biasanya diterima dari Bawaslu sebagai sebuah
10
hasil kajian dan koordinasi sebelumnya dalam sentra Penegakan
Hukum Terpadu.
b. Dalam waktu 14 hari sejak diterimanya laporan harus sudah
menyampaikan hasil penyidikan disertai berkas perkara ke Jaksa
Penuntu Umum (JPU).
c. Dalam hal penyidikan belum lengkap, dalam waktu paling lama 3
hari JPU mengembalikan berkas perkara ke Penyidik Polri disertai
petunjuk.
d. Penyidik Polri dalam waktu paling lama 3 hari sudah bisa
melengkapi dan mengembalikan kembali berkas perkara ke JPU.
e. JPU paling lama dalam waktu 5 hari sudah melimpahkan berkas
perkara ke Pengadilan Negeri (PN).
f. Sidang pemeriksaan perkara pidana Pemilu dilakukan oleh
majelis pengadilan secara khusus.
g. Paling lama 7 hari, Majelis sudah harus memutus perkara
dimaksud.
h. Jika ada proses banding maka paling lama 3 hari setelah diputus
oleh PN, permohonan banding harus sudah diterima oleh Pengadilan
Tinggi (PT).
i. PT paling lama selama 7 hari sudah harus memutus perkara
banding tersebut.
j. Putusan PT merupakan putusan terakhir dan mengikat serta tidak
dapat dilakukan upaya hukum lainnya.
Dari uraian singkat beracaranya tindak pidana Pemilu di atas,
diharapakan segala proses tindak pidana Pemilu sudah selesai sebelum
hasil Pemilu itu sendiri diumumkan atau setidaknya sebelum para calon
anggota DPR, DPD dan DPRD dilakukan pelantikan. Artinya setelah para
anggota DPR, DPD dan DPRD dilantik tidak ada permasalahan hukum lagi
yang berkaitan dengan proses Pemilu itu sendiri. Dari aspek ini maka akan
diperoleh kepastian hukum yang lebih cepat dan diharapkan juga
mengandung substansi keadilan dan kemamfaatan bagi masyarakat dan
para pihak.
4. Jadual Pemilu 2014.
11
Dari UU No. 8 Tahun 2012 ini KPU telah mengeluarkan Peraturan
KPU Nomor 7 Tahun 2012 dan telah dirubah dengan Peraturan KPU No. 11
Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan
Pemilu 2014. Secara garis besar jadual tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
NO KEGIATAN POKOK WAKTU KET
1 Penataan organisasi penyelenggara seperti penyusunan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten dan Kota
9 Juni s/d 9 Agustus 2012
2 Pendaftaran pemantau dan pemantauan Agustus 2012 s/d Maret 2014
3 Pembentukan badan penyelenggara (PPK, PPS, PPLN, Ka PPS/ PPLN, pembentukan Pantarlih
November 2012 s/d Februari 2013
4 Seleksi anggota KPU Provinsi, Kabupaten dan Kota
Januari s/d Desember 2013
5 Sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih :a. Penyusunan pedoman sosialisasi, publikasi
dan pendidikan pemilihb. Pelaksanaan sosialisasi, publikasi dan
pendidikan pemilih
9 Juni s/d 31 Oktober 2013
Juni 2012 s/d Juni 2014
6 Distribusi logistik, perlengkapan pemungutan suara :a. KPU Provinsib. KPU Kabupaten/ Kotac. PPKd. PPSe. Ka PPS
1 Februari - 31 Maret 20141 Februari - 31 Maret 20141 Maret – 5 April 20145 – 8 April 20148 April 2014
7 Penyusunan Peraturan KPU 9 Juni 2012 – 9 Juni 20138 Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu :
a. Pendaptaran Parpol dan penyerahan persyaratan.
b. Verifikasi administrasi
c. Pemberitahuan hasil verifikasi
10 Agustus 2012 – 7 September 201311 Agustus – 6 Oktober 20127 - 8 Oktober 2012
9 Penetapan Parpol Peserta Pemilu 29 Desember 2012 – 8 Januari 2013
10 Pengumuman Parpol Peserta Pemilu 9 -11 Januari 201311 Pengundian dan penetapan nomor urut Parpol 12 – 14 Januari 201312 Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan
daftar pemilih :a. Penyerahan data kependudukan
b. Penumuman DPT
9 November – 9 Desember 201221 September 2013 – 9 April 2014
13 Penataan dan penetapan Daerah Pemilihan (Dapil) :a. Penetapan jumlah kursi DPRD Provinsi,
Kabupaten/ Kota berdasarkan data pendudukb. Penetapan Dapil DPRD Provinsi, Kabupaten/
Kota
10 Desember 2012 – 15 Januari 20131 - 9 Maret 2013
14 Pendaftaran calon anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota :a. Pendaftaran Pencalonanb. Verifikasi kelengkapan administrasi calon
DPDc. Penyusunan DCT anggota DPDd. Verifikasi kelengkapan admistrasi calon dan
bakal calon DPR, DPRD Provonsi, Kabupaten/ Kota
9 – 15 April 201316 – 22 April 2013
27 Juli 201316 – 29 April 2013
12
15 Kampanye a. Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan
terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga.
b. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik
11 Januari 2013 – 5 April 2014
16 Maret – 5 April 2014
16 Masa tenang 6 – 8 April 201417 Pemungutan dan penghitungan suara 9 April 201418 Penetapan hasil Pemilu 7 – 9 Mei 201419 Penetapan Parpol memenuhi ambang batas 7 – 9 Mei 201420 Penetapan perolehan kursi dan calon terpilih :
a. Tingkat nasionalb. Provinsic. Kabupaten/ Kota
11 – 17 Mei 201412 – 18 Mei 201412 – 18 Mei 2014
21 Peresmian keanggotaan :a. DPRD Kabupaten/ Kotab. DPRD Provinsic. DPR dan DPD
Juni – Juli 2014Jani – Juli 2014Agustus – September 2014
22 Pengambilan sumpah/ janji DPR dan DPD 1 Oktober 2014
Jadual tahapan Pemilu 2014 ini juga merupakan dasar hukum yang
harus dilaksanakan dan ditegakkan sebagai upaya untuk terselenggaranya
Pemilu 2014 dengan sukses. Artinya proses sosialisasi oleh para
penyelenggara dan semua pemangku kepentingan dalam sukses Pemilu ini
amatlah penting, baik sosialisasi kepada para petugas, peserta (partai
politik dan calon anggota legislatif) maupun masyarakat luas yang memiliki
hak pilih dalam Pemilu nanti.
5. Kebijakan, Strategi dan Upaya.
a. Dari uraian di atas tentang kondisi penegakan supremasi hukum
maupun peraturan perundang-undangan Pemilu dikaitkan dengan
upaya mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang mantap,
sehingga Pemilu 2014 menjadi sukses dan aman, maka kebijakan
yang diambil adalah : Melalui Supremasi Hukum Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Para Pemimpin Yang Rahmatan Lil Alamin.
b. Adapu strategi yang diambil adalah bersumber dari pokok-pokok
persoalan yang diuraikan di atas yaitu masalaha struktur hukum atau
aparat penegak hukumnya, substansi atau isi dari berbagai peraturan
perundang-undangan serta budaya hukum masyarakat. sehingga
strategi yang diambil adalah :
13
1) Meningkatkan kapasitas SDM para aparat penegak hukum,
khususnya dibidang penegakan pelanggaran atau pidana Pemilu
2014.
2) Mensinergikan materi peraturan perundang-undangan
dibidang Pemilu baik UU, Peraturan KPU, Bawaslu, Kejagung dan
MA dalam operasionalisasi Pemilu 2014.
3) Meningkatkan kesadaran politik masyarakat untuk patuh
dan respek terhadap peraturan perundang-undangan.
c. Upaya. Dari strategi yang telah ditentukan di atas maka upaya-
upaya yang dapat dilakikan adalah :
1) Upaya Starategi 1; Meningkatkan kapasitas SDM para
aparat penegak hukum, khususnya dibidang penegakan
pelanggaran atau pidana Pemilu 2014.
a) KPU, Bawaslu, Polri dan Kejagung membentuk
sentra penegakan hukum terpadu (Sentra Gakkumdu)
untuk paling lambat satu tahun sebelum proses
pencontrengan, yaitu tanggal 9 April 2013.
b) Bawaslu sebagai leading sektor ataupun Polri
melakukan pelatihan bersama kepada para awak Sentra
Gakkumdu untuk meningkatkan pemahaman dan
kebersamaan dalam operasionalisasi penegakan hukum
tindak pidana Pemilu di lapangan.
c) Sejak awal Sentra Gakkumdu atau setidaknya Polri
melibatkan para kader Parpol peserta Pemilu untuk ikut
menegakan hukum UU Pemilu dan menciptakan rasa aman
di tengah-tengah masyarakat dengan cara mencatat secara
jelas para pengurus Parpol peserta Pemilu maupun
petugas pengaman atau garda mereka pada setiap level
kepengurusan seperti tingkat Desa, Kecamatan,
Kabupaten/ Kota, Provinsi dan Nasional.
d) Sentra Gakkumdu atau setidaknya Polri melakukan
koordinasi dengan semua pemangku kepentingan
14
khususnya para pengurus parpol peserta Pemilu maupun
para calon anggota DPD dan legislatif untuk melakukan
MoU (Kesepahaman) dan ikrar bersama mengamankan
dan mensukseskan seluruh tahapan Pemilu 2014.
2) Upaya Strategi 2; Mensinergikan materi peraturan
perundang-undangan dibidang Pemilu baik UU, Peraturan KPU,
Bawaslu, Kejagung dan MA dalam operasionalisasi Pemilu 2014.
a) Kementerian Hukum dan HAM dan atau DPR dan
atau KPU segera mensinergikan peraturan perundang-
undangan khususnya UU No. 42 Tahun 2008 Tentang
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan UU No. 15
Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu.
b) Sekretariat atau bidang hukum di KPU, Bawaslu,
Polri, Kejagung dan MA untuk mensinergikan berbagai
peraturan yang akan dikeluarkan dalam pengaturan
operasionalisasi suatu kegiatan tahapan Pemilu, misalnya
masalah pelaksanaan kampanye tertutup atau terbuka,
proses penaganan tindak pidana Pemilu, distribusi logistik
Pemilu dan lain-lain, sehingga ada kesamaan tindakan
yang sinergi untuk mewujudkan keefektifan dan efisiensi.
c) Bawaslu, Polri, Kejagung dan MA perlu membuat
kesepahaman antar pihak dalam penegakan hukum tindak
pidana Pemilu, dikarenakan adanya batasan waktu,
misalnya proses penyidikan hanya 14 hari, proses bolak-
balik berkas perkara antara Penyidik Polri dan Jaksa PU
hanya 3 hari dan lain-lain. Kesepahaman ini perlu karena
memang ada perbedaan hukum beracara pada umumnya.
3) Upaya Strategi 3; Meningkatkan kesadaran politik
masyarakat untuk patuh dan respek terhadap peraturan
perundang-undangan.
a) KPU, Bawaslu dengan dibantu oleh Kementerian
dan Lembaga lain seperti Kemdagri, Kemlu, Hukum dan
15
HAM, Polri, Kejagung, MA melakukan sosialisasi secara
sistemik tentang materi pokok peraturan peundang-
undangan Pemilu. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui
media yang ada seperti seminar, rapat koordinasi dinas,
serasehan dan lain-lain.
b) Kementerian Kominfo secara sistematik membantu
sosialisasi peraturan perundang-undangan dibidang Pemilu
ini melalui media yang ada seperti media cetak, elektronik,
online dan lain-lain. Secara khusus membuat kontent
publikasi khusus masalah-masalah Pemilu seperti cerita
pendek, drama, cerita bersambung, komedi dan lain-lain
yang bisa membantu penumbuhan budaya masyarakat
untuk patuh terhadap hukum. Produk-produk sosialisasi
tersebut disamping dipublikasikan pada media elektronik
yang ada juga dipublikasikan pada media jejaring sosial
seperti facebook, twitter, yuotobe ataupun blog-blog yang
ada.
c) KPU, Bawaslu atau Polri sebagai lembaga-lembaga
yang independent dan dapat dibantu oleh Pemerintah
Daerah untuk memberikan sistem reward kepada
perorangan ataupun kelompok kepengurusan yang selama
dalam proses Pemilu lebih patuh dan respek terhadap
peraturan peundang-undangan maupun nilai-nilai sosial
yang berlaku, seperti pada setiap kampanye tidak
melakukan pelanggaran dan lain-lain.
d) KPU, Bawaslu dan dibantu oleh seluruh Parpol
peserta Pemilu maupun calon anggota DPR, DPD dan
DPRD untuk melakukan sosialisasi seluruh rangkaian
tahapan, proses dan jadual Pemilu sebagai upaya untuk
meningkatkan partisipasi publik terhadap proses Pemilu.
C. Penutup
1. Kesimpulan
16
a. Supremasi hukum bagi negara hukum seperti Indonesia
sesungguhnya sesuatu yang mutlak untuk dijalankan dengan
menempatkan hukum sebagai panglima atau rule of game. Hukum
jika dijadikan panglima maka ia akan memberikan kontribusi keadilan,
kepastian hukum dan kemamfaatan sebagaimana filosofi keberadaan
hukum itu sendiri di tengah-tengah masyarakat yang membuat hukum.
Jika ada sebuah kepastian, rasa keadilan dan kemamfaatan maka
akan terwujud situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat yang kondusif dalam arti segala sesuatu tertata dengan
baik sesuai kesepakatan bersama sebagaimana yang diaktualisasikan
oleh hukum itu sendiri. Tentu akan berbeda jika hukum hanya sekedar
menjadi sub-ordanary misalnya dari sistem politik, maka hukum akan
dijadikan semacam tempat membuang sampah, artinya hanya tempat
membuang berbagai kesalahan karena memang hukum tidak berdaya
atau tidak diberdayakan.
b. Apabila situasi dan kondisi kamtibmas terwujud dengan baik
sebagai out put dari supremasi hukum itu sendiri, maka berbagai
kegiatan pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat
akan berjalan dengan baik, termasuk pembangunan di bidang politik
seperti Pemilu 2014 yang akan datang. Khusus untuk tahun 2014
yang akan datang akan dilaksanakan Pemilu anggota DPR, DPD dan
DPRD dan kemudian akan ditindak lanjuti dengan Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden yang memang akan berakhir pada tanggal 20
Oktober 2014. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan Pemilu 2014 nanti setidaknya adalah UU No. 15 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Pemilu, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU No. 42 Tahun 2008
Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Khusus untuk UU
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden membutuhkan amandemen atau
perubahan karena landasan yang dipakai adalah UU No. 15 Tahun
2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. Apabila ketiga UU ini dapat
ditegakkan dengan baik oleh para pemangku kepentingan dalam hal
ini KPU, Bawaslu, Parpol peserta Pemilu, Polri, Kejagung , MA dan
juga para advokat, maka akan mewujudkan Pemilu 2014 yang aman
17
dan sukses sebagaimana asas-asas Pemilu itu sendiri yaitu mandiri,
jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan,
proforsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektif dan efisien atau
yang sering juga disebut luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil).
c. Sebagai sebuah amanah yang diberikan kepada penyelenggara
Pemilu yaitu KPU sudah mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 7
Tahun 2012 dan telah dirubah dengan Peraturan KPU Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Tahapan, Proses dan Jadual Penyelenggaraan
Pemilu 2014. Secara garis besar dan penting diketahui oleh publik
jadual Pemilu 2014 antara lain adalah :
NO KEGIATAN WAKTU
1 Pendaftaran dan verifikasi Parpol peserta Pemilu 9 Agustus s/d 20 Desember 2012
2 Penetapan Parpol Peserta Pemilu 29 Desember 2012 s/d 8 Januari 2013
3 Pengumuman Parpol Peserta Pemilu 9 s/d 11 Januari 2013
4 Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Parpol Peserta Pemilu
12 s/d 14 Januari 2013
5 Pendaftaran Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota
6 s/d 15 April 2013
6 Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota DPD 27 Juli 20137 Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota DPR,
DPRD4 Agustus 2013
8 Kampanye Pertemuan Terbatas, Tatap Muka dan Pasang Alat Peraga
11 Januari 2013 s/d 5 April 2014
9 Kampanye Rapat Umum 16 Maret s/d 5 April 2014
10 Masa Tenang 6 s/d 8 April 201411 Pemungutan Suara 9 April 201412 Pengucapan Sumpah/ Janji Anggota DPR, DPD 1 Oktober 2014
2. Sarana. Pemerintah khususnya KPU yang sudah terbentuk perlu
melakukan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang
menyangkut Pemilu khususnya UU No. 15 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Pemilu, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU Nomor 42 Tahun 2008
Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sosialisasi ini baik
melalui media masssa yang ada maupun pertemuan-pertemuan dan
18
pelatihan. Sosialisasi ini lebih khusus lagi diperlukan kepada para
penyelenggara yang terlibat seperti Polri, Kejagung dan MA.
b. Perlu segera dilakukan revisi UU No. 42 Tahun 2008 Tentang
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang menyesuaikan dengan
landasan UU Penyelenggaraan Pemilu yang baru yaitu UU No. 15
Tahun 2011. Jika tidak dilakukan revisi setidaknya ada yang dilakukan
amandemen berupa penambahan ataupun pengurangan substansi
sesuai dengan perkembangan politik yang ada seperti partai politik
peserta Pemilu, ambang batas perolehan suara partai politik yang
boleh mengajukan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan
lain-lain.
c. Pembentukan Sentra Penegakan Hukum Terpadu antara
Bawaslu, Polri dan Kejaksaan dalam penyelenggaraan Pemilu agar
dilaksanakan secara serius dan dilakukan pelatihan bersama untuk
menyamakan persepsi mana-mana kasus yang memang ranah
Bawaslu dan kasus-kasus yang memiliki unsur pidana Pemilu dan
dapat diajukan ke penyidik Polri untuk diproses dan dibawa ke Jaksa
Penuntut Umum. Cara ini perlu ditempuh untuk menghindari bolak-
baliknya perkara tindak pidana pemilu maupun pembentukan opini
yang tidak baik antara Bawaslu dengan pihak Polri khususnya yang
biasanya saling tuding masalah cukup unsur suatu kasus sebagai
tindak pidana Pemilu. Keseriusan pembentukan Sentra Gakkumdu ini
perlu dibuatkan posko bersama secara tersendiri di kantor Kejaksaaan
atau di Kantor-kantor Polri yang memungkinkan.
Jakarta, 17 September 2012.
Zulkarnain.Peserta PPRA XLVIII-2012
Lampiran :
1. Alur Pikir.2. Daftar Pustaka.
19
DAFTAR PUSTAKA
Pokja Bidang Studi Kepemimpinan. B.S Materi Pokok Kepemimpinan Nasional. Jakarta: Lemhannas R.I., 2012.
Ahmad Suryana (Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian). Kebijakan dan Strategi Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Mandiri dan Berdaulat. Bahan Ceramah Ilmiah Kepada Peserta PPRA XLVIII. Jakarta : Lemhannas R.I., 2012
Harold Koontz, Cyril O’Donnell dan Heinz Weihrich. Manajemen (Jilid I dan II). Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990.
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka, 1997.
Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Unsiyah,Banda Aceh, 2007.
Lembaga Ketahanan Nasional R.I. Naskah Lembaga Perkembangan Lingstra Tahun 2012. Jakarta : Lemhannas R.I., 2012.
________ Undang-Undang Dasar Negara R.I Tahun 1945 (Amandemen). Surabaya : Penerbit Kartika, 2004.
________ Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2. Jakarta : 2002.
Lembaran Negara R.I Tahun 2011 Nomor 101, UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. Jakarta : 2011
Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Jakarta : 2012.
Lembaran Negara R.I Tahun 2008 Nomor 176. UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Jakarta : 2008
Mabes Polri. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Startegi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Jakarta : 2008.
KPU, Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2012 Yang Telah Dirobah Menjadi Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Jakarta : 2012.
_________, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012.
________, http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/09/aspek-hukum-pelanggaran-pemilu.html, Aspek Hukum Pelanggaran Pemilu, diunduh 15 September 2014.
________, http://bola.viva.co.id/news/read/48742-bawaslu_tangani_758_pelanggaran_pemilu, Bawaslu Tangani 758 Pelanggaran Pemilu, diunduh 15 September 2014.
Lampiran 2
20