Post on 14-Apr-2018
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
1/32
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Blitar
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 6 Oktober 2013
1.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama: Tangan dan kaki kanan lemas tidak bisa digerakkan.
2. Kejadian yang berhubungan dengan keluhan utama : kejadian
mendadak saat memasak.
1
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
2/32
3. Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke IGD RSD Mardi Waluyo Blitar
hari minggu tanggal 5 Oktober 2013 jam 12.00 WIB dengan keluhan
tangan dan kaki kanan lemas tidak bisa digerakkan sejak tadi pagi
sekitar jam 08.00 saat memasak didapur. Dari keterangan keluarga,
pasien merasa mau terjatuh kearah kanan. Kemudian pasien
mengeluhkan susah bicara, pusing, tangan dan kaki kiri terasa lemas.
Pasien tidak mengeluhkan mual, muntah dan kejang. Pasien sempat
berobat ke bidan dan dirujuk ke rumah sakit. BAB dan BAK lancar.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+)
Penyakit lain disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit
yang sama dengan pasien.
Penyakit lain disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat minum jamu-jamuan (-)
- Riwayat Merokok (-)
7. Riwayat Intoksikasi : di sangkal
8. Keadaan Psikososial : menengah kebawah
1.3 Pemeriksaan Interne
2
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
3/32
- Keadaan Umum
Tampak lemah, kesadaran somnolen (GCS E3V3M5), status gizi kesan
cukup.
- Tanda Vital
Tensi : 170/80 mmHg
Nadi : 96 x / menit, reguler
Pernafasan : 20 x /menit, reguler
Suhu : 36,5 oC
BB : tidak dilakukan
TB : tidak dilakukan
- Kulit
Turgor kulit lambat/menurun (-) , ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-),
petechie (-), spider nevi (-).
- Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),
atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan
mimic wajah / bells palsy (-).
- Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata terlihat agak cekung.
- Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
- Mulut
3
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
4/32
Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah
(-), bibir perot (-).
- Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
- Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
- Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
- Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan abdominothoracal, retraksi (-),
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial Linea Medio
Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan normal)
Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
4
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
5/32
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)
- Abdomen
Inspeksi : dinding perut tampak datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
pembesaran lien (-).
Perkusi : timpani seluruh lapang perut, meteorismus (+)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
- Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
Akral dingin Oedem
- -
- -
- -
- -
- Sistem genetalia: dalam batas normal.
5
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
6/32
1.4 Pemeriksaan Psikiatri
Emosi dan affek : sde Penyerapan : sde
Proses berfikir : sde Kemauan : menurun
Kecerdasan : sde Psikomotor : menurun
1.5 Pemeriksaan Neurologi
A. KESAN UMUM :
Kesadaran : G.C.S. : 456
Pembicaraan : (- Disartri : (-)
(- Monoton :
(- Scanning : (- Motorik :
(- Afasi: + (- Sensorik :
(- Amnesik (Anomik) :
Kepala : (- Besar : (-) - Muka : (- Mask (topeng) : (-)
(- Asymmetri : (-) (- Myopathik : (-)
(- Sikap paksa : (-) (- Fullmoon : (-)
(- Torticollis : tidak dilakukan pemeriksaan
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK :
Kaku Tengkuk : (+) Brudzinski
I
: (-)
Laseque : (-) Brudzinski
II
: (-)
Kernig : (-)
2. SARAF OTAK :
6
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
7/32
N I KANAN KIRI N II KANAN KIRI
Hyp/Anosmi : (+) (+) Visus : >1/60 >1/60
N III, IV, VI : KANAN KIRI
Kedudukan bola mata : simetris
Pergerakan bola mata ( Kenasal : (+) (+)
( Ketemporal : (+) (+)
( Keatas : (+) (+)
( Kebawah : (+) (+)
(Ketemporal bawah : (+) (+)
Exophthalmus : (-) (-)
Celah mata (Ptosis) : (-) (-)
7
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
8/32
8
PUPIL
Bentuk : Bundar Bundar
Lebarnya : 2mm 2mm
Perbedaan lebar : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Reaksi cahaya langsung : (+) (+)
Reaksi cahaya
konsensuil
: Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Reaksi akomodasi : (+) (+)
Reaksi konvergensi : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
N V. KANAN KIRI
Cabang Motorik : (+) (+)
Otot Masseter : (+) (+)
Otot temporal : (+) (+)
Otot pterygoideus int/ext : (+) (+)
Cabang Sensorik : ( I : (+) (+)
( II : (+) (+)
( III : (+) (+)
Refleks kornea langsung : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Refleks kornea konsensuil : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
9/32
9
N VII KANAN KIRI KANAN KIRI
Waktu
Diam :
Waktu Gerak :
Kerutan dahi
: (-) (-) Mengerutdahi
: (+) (+)
Tingg
i alis
: Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Menutup
mata
: (+) (+)
Sudut
mata
: Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Bersiul : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Lipata
n Naso-
Memperli
hatkan
labial : ..
.
..
.
gigi : (+) (+)
Pengecapan
2/3-
Depan lidah : Tidak
dilakukan
NVIII
Vestibular Cochlear KANAN KIRI
(- Vertigo : Tidak dilakukan Weber : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakuka
n
(- Nystagmus ke Rinne : Tidak
dilakukan
Tidak
dilakuka
n
(-Tinnitus
Aureum
: KA (-) KI (-) Schwa
bach
: Tidak
dilakukan
Tidak
dilakuka
n
(- Test Kalori : Tidak dilakukan Tulikonduktip
: Tidak dilakukan
Tidakdilakuka
n
Tuli
perseptip
: Tidak
dilakukan
Tidak
dilakuka
n
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
10/32
3 SISTEM MOTORIK
10
N IX, X
Bagian Motorik :
Suara
biasa/parau/tak
bersuara
: Tidak
bersuara
Menelan :
(+)
Kedudukan arcus
pharynx
: Kanan : Tidak
dilakukan
Kiri : Tidak
dilakukan
Kedudukan uvula : Tidak
dilakukan
Pergerakan arcuspharynx/ uvula
: Kanan Tidak dilakukan
Kiri : Tidak dilakukan
Vernet Rideau
phenomenon
: Tidak
dilakukan
Detik Jantung : (+) Bising usus:
(+)
Bagian sensorik : Pengecapan 1/3 belakang lidah
Refleks Oculo
Cardiac
: Tidak
dilakukan
Refleks muntah
(pharynx) : Tidak
dilakukan
Refleks Carotica
Cardiac
: Tidak
dilakukan
Refleks palatum moile :
Tidak dilakukan
NXI. Mengangkat
Bahu : Kanan
(-) Kiri : (-)
Memalingkan
kepala, kanan
: (-) Kiri : (-)
NXII Kedudukan lidah waktu istirahat kesan ke kanan
Kedudukan lidah waktu gerak : kesan ke kanan
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
11/32
(N.B. : 0 = normal, - 1 = Parase ringan sekali, (25%) -2 = Parase
moderat (50%)
-3 = Parase hebat (75%), -4 = Paralysis).
Kekuatan Otot:
Tubuh : Otot perut: Tidak dilakukan
Otot pinggang : Tidak dilakukan
Kedudukan diagfragma:- Gerak : Tidak dilakukan
- Istirahat : Tidak dilakukan
Lengan : (Kanan/Kiri)
- Tungkai : (Kanan/Kiri)
Besar Otot (Sebutkan otot mana) Response terhadap perkusi
- Atrofi : (-) -Normal
11
M. Deltoid (Abduksi
lengan atas )
:0/5 Flex artic coxae (Tungkai atas) :0/5
M. Biceps (Flexi lengan
atas)
:0/5 Extensi artic coxae (Tungkai
atas)
:0/5
M.Triceps (Extensi lengan
atas)
:0/5 Flexi sendi lutut (Tungkai
Bawah)
:0/5
Flexi sendi pergelangan
tangan
:0/5 Extensi sendi lutut (Tungkai
bawah)
:0/5
Extensi sendi pergelangan
tangan
:0/5 Flexi plantar
kaki
: 0/5
Membuka jari jari tangan :0/5 Extensi dorsal
kaki
: 0/5
Menutup jari jari tangan :0/5 Gerakan jari
-jari
: 0/5
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
12/32
- Pseudohyperfi : (-) - Reaksi
myotonik
: Tidak
dilakukan
Palpasi otot : Tonus Otot Lengan
Tungkai
- Nyeri : (-) Ka. Ki. Ka. Ki.
- Kontraktur : (-) Hypotoni : -/-
- Konsistensi : lunak Spastik : -/-
Rigid : -/-
Rebound phenomen : Tidak
dilakukan
Gerakan gerakan Involunter
- Tremor : Waktu istirahat
(-)
Waktu gerak (-)
- Chorea (-)
- Athetose (-)
- Myokloni
Tidak
dilakukan
Gait: Station
Gait : -Jalan diatas tumit : Tidak
dilakukan
-
-Jalan diatas jari kaki : Tidak
dilakukan
-
-Tandem Walking : Tidak
dilakukan
-
-Jalan lurus lalu putar : Tidak -
12
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
13/32
dilakukan
-Jalan mundur : Tidak
dilakukan
-
4. SISTEM SENSORIK
Rasa eksteroceptik Kanan Kiri
- Rasa nyeri
superficial
(+) (+)
- Rasa suhu
(panas/dingin)
Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan- Rasa raba ringan (+) (+)
5. REFLEKS REFLEKS
Refleks kulit Refleks
tendon/Periost
:
Refleks dinding
perut
Tidak dilakukan - Refleks mandibula : Tidak
dilakukan
- Refleks biceps :+3/+2
-Refleks
cremaster
: Tidak
dilakukan
- Refleks triceps :+3/+2
-Refleks
interscapular
: Tidak
dilakukan
- Refleks periosto -
radial
: Tidak
dilakukan
-Refleks gluteal : Tidak
dilakukan
- Refleks periosto
ulnar
: Tidak
dilakukan
-Refleks anal : Tidak
dilakukan
- Refleks patella : :+3/+2
- Refleks achilles : :+3/+2
(N.B. : 0 = tidak ada gerakan, +1 = ada kontraksi tidak ada gerakan sendi, +2
=normal, +3 = meningkat berlebihan, +4 = clonus )
13
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
14/32
Refleks Patologik
Tungkai Kanan Kiri Lengan :
-Babinski : + - - Hoffmann
Tromner
-Chaddock : - - -/-
-Oppenhein : - -
-Rossolimo : Tidak
dilakukan
-Gordon : - -
-Schaefer : - -
-Mendel
Bechterew
: Tidak
dilakukan
-Stransky : Tidak
dilakukan
-Gonda : - -
Siriraj Score :
Rumus
Keterangan :
Derajat kesadaran : Compos Mentis = 0
Somnolen = 1
Koma = 2
Nyeri Kepala : Tidak ada = 0
Ada = 1
14
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah)
+ (0.1 x tekanan diastolic ) (3 x atheroma ) - 12
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
15/32
Muntah : Tidak ada = 0
Ada = 1
Atheroma : Tidak ada = 0
Ada = 1
Intepretasi hasil :
< - 1 = Infark
> + 1 = Hemoragik
Siriraj Score Ny. S :
( 2.5 x 1 ) + ( 2 x 1 ) + (2 x 0) + ( 0.1 x 80 ) ( 3 x 0 ) -12 = 0,5
Kesimpulan : -1>x>+ 1 = meragukan
Diagnosa
Kesan stroke hemoragik
Differential Diagnosa
CVA ICH
CVA SAH
1.6 Working Diagnosa
Diagnosa:
Klinis : Akut hemiparese kanan tipe UMN sejak 1 hari dengan hipertensi stage
2
Topis: Hemisfer sinistra
Etiologis: CVA Bleeding Intracerebral
1.7 Penatalaksanaan
Medikamentosa :
15
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
16/32
- O2 nasal 2 lt/mnt
- Pasang NGT
- IVFD RL 20 tetes/ menit
- Brainact 2 x 500mg IV
- Ranitidin 2 x 1 ampul IV
- Neurosanbe 1x1 IV
- Gentamicin 2 x 80mg IV
Nonmedikamentosa :
- Monitoring GCS ,vital sign dan keluhan pasien
- Fisioterapi
- Optimalkan 6 B ( Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone and Bodys
skin )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi
Stroke atau Gangguan Peredaran Darah Otak (GPOD) adalah gangguan
fungsi otak, fokal (atau global), timbul mendadak (akut), berlangsung lebih dari
24 jam (kadang-kadang berakhir dengan kematian sebelum 24 jam), yang
disebabkan gangguan peredaran darah otak.
Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Subtipe dari stroke iskemik berupa stroke trombotik disebabkan oleh
16
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
17/32
agregasi dari factor-faktor darah pada tempat dimana pembuluh darah menyempit.
Jenis lain stroke embolik, disebabkan tersumbatnya secara mendadak arteri di otak
akibat jendalan darah benda asing yang terbawa aliran darah. Subtipe stroke
hemoragik adalah perdarahan intaserebral yang disebabkan oleh banyak factor dan
perdarahan suaraknoid yang umumnya karena pecahnya kantong aneurisma
intracranial atau pecahnya Arteriovenosus malformation.
2.2 Epidemiologi
Stroke ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke
meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi
peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-
90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia
30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita.
Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur. Tetapi perempuan, khususnya
perempuan yang pada menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang
stroke dibandingkan laki-laki.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
2.3 Etiologi
17
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
18/32
Penyakit serebrovaskuler atau stroke, terjadi akibat gangguan pembuluh
darah atau perdarahan dan penyebab terbanyak adalah kecacatan neurologi.
Penyakit aterosklerosis arteri besar intracranial khususnya arteri serebri media
adalah penyebab tersering stroke dan transient ischemic attack (TIA). Timbunan
lemak dengan variasi ketebalan kapsul sering ditemukan pada aterosklerosis arteri
intracranial. Plak aterosklerosis sering dijumpai pada bifurkasio arteri atau
kelokan-kelokan arteri karotis. Tempat tersebut adalah yang terutama menangkis
tekanan-tekanan akibat hipertensi.
2.4 Klasifikasi
Mengenai klasfikasi stroke, telah banyak institusi yang mengemukakan
berbagai klasifikasi stroke, seperti yang dibuat oleh Stroke Data Bank, World
Health Organization dan National Institute of Neurological Disease and Stroke.
a. Infark
18
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
19/32
Penyumbatan pembuluh darah otak
- lumen pb drh (stenosis)
- oklusi mendadak oleh trombus/aterom
- trombus lepas embolus
- dinding pd lemah aneurisma / robek
Bentuk klinis :
1. TIA
2. RIND REVERSIBLE ISCHEMIC NEUROLOGICAL DEFICITS
gejala berlangsung > 24 jam < 1 minggu
PRIND (PROLONGED RIND)
gejala sampai dengan 3 minggu
RIND & PRIND DEFISIT KLINIS NEUROL MINIMAL
3. STROKE PROGRESIP (PROGRESSING STROKE) (STROKE IN
EVOLUTION)
gejala neurologik berlangsung bertambah berat
4. STROKE KOMPLIT (COMPLETED STROKE / PERMANENT STROKE)
stroke dengan gejala klinis sudah menetap.
b. Perdarahan Intra Serebral
merupakan perdarahan primer akibat rusak / robeknya pembuluh darah
parenkim otak bukan karena trauma (dari luar).
KLINIS : Akut (memburuk /krisis dlm 24 Jam)
Subakut (bila memburuk 3 < 7 Hari)
Subkronik (bila krisis selama s/d > 7 hari)
19
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
20/32
Penyebab :
1. Hemodinamik
2. Defek pembuluh darah
3. Gangguan faal pembekuan
- 70 % di kapsula interna (A.C. media a.lenticulo strieta)
- 20 % di serebelum dan batang otak (fossa post)
- 10 % di hemisfer diluar kapsul internal
c. Perdarahan subarachnoidal
merupakan perdarahan yang terjadi di ruang subarachnoid antara selaput
arachnoid dan piamater. Pecahnya aneurisma sakkuler merupakan 80-90%
penyebab pendarahan subarachnoid.
Manifestasi klinis :
Nyeri kepala hebat (thunderclap headache) disertai pusing (10%), nyeri
orbita (7%), diplopia (4%), pandangan kabur (4%).
Rangsangan meningeal: kaku kuduk, fotofobia, nyeri pinggang dan
peningkatan TIK; mual muntah.
Paresis okuler, abdusen
Tanda defisit neurologi fokal; hemiparesis, aphasia
Perdarahan subhyaloid retina, mungkin edema papil.
10-15% gejala paresis motorik
parestesi (6%)
kejang (4%)
ptosis (3%)
20
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
21/32
bruit (3%)
disphasia (2%) sebelum aneurisma pecah.
Ditemukan faktor pencetus pada 60-70% pendarahan
kerja fisik, emosi, mengedan, hubungan seksual, trauma.
2.5 Patofisiologi
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik salah satunya
adalah aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri
besar dan arteri kecil, dan juga mealui mekanisme emboli.
Adanya aterotrombosis atau emboli memutuskan aliran darahotak(cerebral blood flow/CBF). Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan
otak/menit. Jika CBF
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
22/32
produksi ATP (energi) berkurangpompa Na-K-ATPase tidak berfungsi
depolarisasi membran sel saraf pembukaan kanal ion Ca kenaikan
influks Ca secara cepat gangguanCa homeostasis Ca merupakan
signalling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim memicu proses
biokimia yang bersifat eksitotoksikkematian sel saraf (nekrosis maupun
apotosis)gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang mengalamikerusakan/kematian.
Patogenesis Stroke Hemoragik
Hemoragi merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke.
Penyebab utamanya: hipertensi terjadi jika tekanan darah meningkat
dengan signifikan pembuluh arteri robekperdarahan pada jaringan
otak membentuk suatu massajaringan otak terdesak, bergeser, atau
tertekan (displacement of brain tissue)fungsi otak terganggu. Semakinbesar hemoragi yg terjadi, semakin besardisplacement jaringan otak yang
terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar mengalami
ketidaksadaranmeninggal.
2.6 Faktor Resiko
Beban terhadap stroke mencapai 40 miliar dolar setahun, selain untuk
pengobatan dan perawatan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta turunnya
kualitas hidup. Kerugian ini berkurang jika pengendalian factor resiko
dilaksanakan dengan ketat.
22
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
23/32
2.7 Tanda dan Gejala
Perbedaan klinis stroke iskemik ( trombotik dan emboli ) maupun
hemoragik ( intraserebral dan subaraknoid )
TANDA & GEJALA INFARK HEMORAGIK
Permulaan Subakut AkutWaktu Serangan Bangun pagi Aktivitas
Peringatan Sebelumnya ++ -
Nyeri Kepala ++
Muntah - ++
Kejang - ++
Kesadaran Menurun + ++
Bradikardi Hari ke-4 Sejak awal serangan
Ptosis - +
Rangsang Meningeal - ++
Papil Edem - ++
Lokasi Kortikal/Subkortikal Subkortikal
23
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
24/32
Gambaran klinis berbagai macam stroke :
Gambaran Klinik Stroke Trombotik Stroke Embolik ICH SAH
Serangan Saat istirahat/tidur malam,
Sering didahului TIA
Saat aktivitas sehari-hari, tidak saat tidur
Saat melakukanaktivitas
Nyeri kepala sangathebat, mendadak,
biasanya saataktivitas
Defisit Neurologik Fokal, sering memberatsecara gradual
Fokal, seringkalimaksimal saat serangan
Fokal, sangat akutdisertai tandapeningkatan TIK
(nyeri kepala,muntah,kesadaarn
menurun,
kejang,dll)
Defisit neurologicjarang dijumpaiTanda rangsangan
selaput otak
Tekanan darah Hipertensi (sering) Normotensi Hipertensi berat(sering)
Hipertensi (jarang)
Temuan khususlainnya
Penyakitjantung/pembuluh darah
arterosklerotik
Aritmia jantung,fibrilasi atrial, kelainan
katup jantung, bisingkarotis/tanda sumberembolik lain
Penyakit jantunghipertensif,
retinopatihipertensif
Perdarahansubhialoid/preretinal
likwor berdarah
CT Scan Kepala Area Hipodens Area hipodens pada
infark hemoragik,tampak pula area
hiperdens
Area hiperdens
intraserebral /intraventikular
Area hiperdens di
sisterna basalis
2.8 Pemeriksaan
CT scan kepala: hiperdens pada 90-92% dalam 24 jam I, 80% setelah 3
hari, 50% setelah 1 minggu.
LP. Bila CT scan negatif 5-15% kasus LP positif.
Angiografi serebral: melihat anatomi aneurisma, bila negatif angiografi
ulang. Angiografi serebral yang selektif merupakan diagnosis baku emas
PSA.
MRI: bila Angiografi (-), bisa tampak AVM
TCD untuk memonitor vasospasme
24
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
25/32
Pemeriksaan laboratorium :
Complete blood count, masa protrombin
PTT, APTT, fibrinogen, agregasi trombosit, D-dimer, protein C
dan S.
Blood typing dan screening.
2.9 Diagnosis
Diagnosis klinis stroke dibuat berdasarkan batasan stroke. Adanya deficit
neurologic fokal (atau global) yang timbul mendadak, berlangsung lebih 24 jam,
serta ditemukannya factor resiko yang mendasari terjadinya kelainan vaskuler
primer pada otak, merupakan petunjuk bahwa yang sedang kita hadapi adalah
kasus stroke. Beberapa kelainan non-vaskular, dan vascular sekunder (non
primer), dapat memberikan gejala dan tanda klinik yang menyerupai stroke.
Dibawah ini merupakan langkah diagnosis stroke :
25
Defisit Neurologic Fokal
Non VaskularVaskular
PerdarahanIskemik
Kelainan Vaskular yang mendasari terjadinya stroke
Besar dan letak lesi
Trombotik - Intraserebral
Embolik - Subaraknoid
(1)
(2)
(3)
(4)
Tumor
TraumaInfeksi
Fenomena Todd
Lain-lain
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
26/32
2.10 Penatalaksanaan
a. Stroke Iskemik
Terapi Umum
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen1-2 liter/menit
sampai didapatkan hasilanalisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam
diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika
kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi
segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari
penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood
26
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
27/32
Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30
menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal
ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat
ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90
mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam,
dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90
mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik
110 mmHg. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial
meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit,
dan jika dicurigai fenomena reboundatau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan
pemantauan osmolalitas (
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
28/32
b. Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasienstroke hemoragik harus dirawat di ICUjika volume hematoma >30
mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bilatekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120mmHg,
MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal
jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit)sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)maksimum
300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mgper 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per
oral. Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton;
komplikasi salurannapas dicegah dengan fisioterapi dan diobatidengan antibiotik
spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkanusia dan letak perdarahan yaitu padapasien
yang kondisinya kian memburuk denganperdarahan serebelum berdiameter >3
cm3, hidrosefalusakut akibat perdarahan intraventrikel atauserebelum, dilakukan
28
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
29/32
VP-shunting, dan perdarahan lebar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan
intrakranial akut dan ancaman.
Terapi Umum ( dilakukan pada stroke iskemik maupun perdarahan)
Dalam terpi stroke dikenal pedoman 6-B yaitu mengoptimalkan :
1. Breath : suplai oksigen lewat pernafasan
2. Blood : sirkulasi darah ke otak
3. Brain : perbaiki fungsi otak
4. Bowel : intake makanan dan fungsi pencernaan
5. Bladder : optimalikan saluran kencing
6. Bone and Bodys skin
2.11 Prognosis
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan
tingkat kesadaran. Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke
iskemik. Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan
jangka panjang. Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam
setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala,
sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress
akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.
Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial)
tergantung pada ukuran hematoma.Hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya
besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal.Jika infark terjadi pada
29
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
30/32
spinal cord, prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan neurologis. Jika
control motorik dan sensasi nyeri terganggu, prognosis jelek.
2.12 Komplikasi
Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan
hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian
lebih awal, yaitu: Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi
saluran kemih), trombosis vena dalam dan emboli paru, infark miokard, aritmia
jantung, dan gagal jantung, ketidakseimbangan cairan. Sekitar 10% pasien dengan
infark serebri meninggal pada 30 hari pertama. Hingga 50% pasien yang bertahan
akan membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Faktor-
faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas jangka panjang meliputi ulkus
decubitus. epilepsy, jatuh berulang dan fraktur, spastisitas dengan nyeri,
kontraktur dan kekakuan sendi bahu, depresi,
30
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
31/32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke atau Gangguan Peredaran Darah Otak (GPOD) adalah gangguan
fungsi otak, fokal (atau global), timbul mendadak (akut), berlangsung lebih dari
24 jam (kadang-kadang berakhir dengan kematian sebelum 24 jam), yang
disebabkan gangguan peredaran darah otak.
Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. stroke iskemik terjadi karena trombotik disebabkan oleh agregasi dari
factor-faktor darah pada tempat dimana pembuluh darah menyempit, stroke
iskemik yang terjadi karena embolik, disebabkan tersumbatnya secara mendadak
arteri di otak akibat jendalan darah benda asing yang terbawa aliran darah. Subtipe
stroke hemoragik adalah perdarahan intaserebral yang disebabkan oleh banyak
factor dan perdarahan subaraknoid yang umumnya karena pecahnya kantong
aneurisma intracranial atau pecahnya Arteriovenosus malformation.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang di
dapatkan ciri dan gejala yang menunjang diagnose dari gangguan peredaran darah
otak yaitu CVA bleeding ( ICH ).
31
7/27/2019 Lapsus Cva Ich
32/32
DAFTAR PUSTAKA
Cohen SN. 2000. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen
SN. Management of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. pp. 89-109.
De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J. 2009.Topographic classification of
ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd
series). Elsevier BV.
Islam, Mohammad Saiful. 1998. Sroke : Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Lab/SMF
Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo : Surabaya.
PERDOSSI. 2007. Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI).
WHO. MONICA. Manual Version 1: 1. 1986.