Post on 29-Dec-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN IIKUAT MEDAN ANTARA LIGAN AMIN–AIR
NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK / REGU : III(TIGA) / III(TIGA) HARI / TANGGAL PERC. : SELASA / 11 MARET 2014ASISTEN : MUH. HASRIANDY
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat berbagai macam unsur di bumi dengan bentuk dan jenis yang
berbeda-beda pula. Dari sekian banyak unsur yang ada dan kita ketahui, kebanyakan
unsur-unsur tersebut adalah berjenis logam. Salah satunya yaitu logam-logam yang
berada pada golongan transisi.
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan
reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion logam terdiri
atas satu atom pusat dan dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat
(Svehla, 1985).
Logam transisi biasanya mempunyai orbital d yang tidak terisi penuh
sehingga memiliki kecenderungan yang besar untuk membentuk senyawa yang
dinamakan dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks pada umumnya terdiri
dari logam-logam yang bertugas sebagai atom pusatnya. Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang pembentukan senyawa kompleks di antaranya yaitu teori ikatan
valensi, teori medan kristal, dan teori orbital molekul.
Dalam senyawa kompleks, ada yang dinamakan ligan dan ada juga yang
namanya ion atau atom pusat. Pada senyawa kompleks, elektron dipakai bersama
antara kedua atom yang berikatan. Dalam hal ini, ligan berfungsi sebagai donor
proton dan intinya sebagai akseptor. Ligan pada senyawa kompleks memilki peranan
yang sangat penting yaitu ketika suatu ligan yang berikatan semakin kuat maka
kompleks yang terbentuk akan semakin stabil.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
kekuatan medan ligan antara amin dan air berdasarkan panjang gelombang
maksimum.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menentukan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02
M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran
3:1 antara air dan NH4OH 1 M dengan menggunakan spektrofotometer.
2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari ketiga larutan
yang telah dibuat dengan melihat panjang gelombang maksimumnya.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan ion logam Cu2+ 0,02
M dalam pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 M, dan campuran 3:1
antara air dan NH4OH 1 M dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan
menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang panjang gelombang 460-520 nm
dengan interval 20 nm. Panjang gelombang maksimum ketiga larutan digunakan
untuk membandingkan kuat medan ligan amin dan air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ligan adalah spesies yang mampu menyumbangkan pasangan elektron pada
atom logam pusat atau ion dan merupakan dasar Lewis dalam menerima pasangan
elektron, atom logam pusat atau tindakan ion sebagai asam Lewis. Ligan yang hanya
memiliki satu pasang elektron yang dapat menyumbangkan disebut ligan unidentate
(Petrucci dan Harwood 1989).
Teori Lewis dapat memberikan penjelasan yang luas tentang struktur-struktur
kimia dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana, untuk dapat dimengerti dengan
lebih mendalam sifat-sifat dari teori ligan, yang menjelkaskan tentang pembentukan
kompleks atas dasar medan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan yang
terkoordinasi sekeliling bulatan sebelah dalam ari atom pusat. Medan ligan
menyebabkan penguraian tinkatan energi orbital d atom pusat, lalu menghasilkan
energi untuk menstabilkan kompleks itu, jika molekul netral yang terlibat sebagai
ligan dalam pembentukan kompleks, muatan pada ion kompleks tetap sama seperti
muatan pada atom pusatnya. Kompleks dengan ligan-ligan campuran bisa
mempunyai muatan yang berbeda-beda (Svehla, 1985).
Beberapa contoh ligan unidentate adalah anion monoatomik seperti ion
halida, anion poliatomik seperti ion nitrit, molekul sederhana seperti amonia dan
molekul yang lebih kompleks seperti metal, dan CH3NH2. Beberapa ligan mampu
menyumbangkan lebih dari satu pasangan elektron tunggal dari atom yang berbeda,
dalam ligan dan situs yang berbeda dalam struktur geometris kompleks. Ini disebut
ligan multidentat. Molekul etilendiamin dapat menyumbangkan dua pasangan
elektron, satu dari setiap atom N dan dapat menyumbangkan dua pasang elektron,
disebut ligan bidentat. Ketika ikatan ligan multidentat ke ion logam menghasilkan
cincin, dapat lihat kompleks sebagai kelat. Ligan multidentat disebut agen kelat, dan
proses pembentukan kelat disebut khelating (Petrucci dan Harwood 1989).
Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi group d adalah
kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral, seperti
karbon monoksida, isosoianida, fosfin tersubsitusi, arsin dan stibin, nitrat oksida, dan
berbagai molekul dengan orbital π yang terdelokalisai seperti piridin, 2,2-bipiridin,
dan 1,10-fenantrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks yang beragam, beranah dari
molekul senyawaan biner seperti Cr(CO)6 atau Ni(PF3)4 sampai ion kompleks seperti
[Fe(CN)5CO]3- (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Suatu ion kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang
terkikat erat dengan atom pusat. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam
kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun
tak dapat ditafsirkan didalam lingkup kompleks yang klasik. Atom pusat ditandai
oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan yang
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan
kasus, bilangan koordinasi adalah 6 seperti Fe2+,Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+. Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat
yang disebut sebagai bulatan koordinasi, yang masing-masing dapat ditempati oleh
suatu ligan (Svehla, 1985).
Dalam banyak kompleks ini, atom logam berada dalam keadaan oksidasi
formal yang positif rendah, nol atau bahkan negatif. Ini adalah kekhasan ligan-ligan
yang menstabilkan keadaan oksidasi yang rendah. Sifat ini dihubungkan dengan fakta
bahwa ligan-ligan mempunyai orbital-orbital π yang kosong sebagai tambahan dari
pasangan menyendiri. Orbital-orbital yang kosong ini dapat menerima rapatan
elektron dari orbital logam yang timbul dari sumbangan pasangan menyendiri.
Rapatan elektron yang tinggi pada atom logam dapat didelokalisasikan pada ligan.
Kemampuan ligan untuk menerima rapatan elektron kedalam orbital π kosong yang
letaknya lebih rendah, disebut keasaman π (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Kation divalen Mg2+ dan Ca2+ mengatur interaksi integrin dengan ligan Mg2+
dan memfasilitasi Ca2+ yang umumnya menghambat interaksi seperti pada vitro.
karena kedua kation yang hadir dalam konsentrasi dalam vitro, relevansi fisiologis
dalam vitro tidak jelas, sehingga dengan mengukur afinitas kedua kation ke aktif
dan aktif dari ligan dan kation mengikat A-domain (CD11bA) dari integrin
CD11b/CD18 dalam ketiadaan dan kehadiran single rantai 107 antibodi (scFv107)
sebagai aktivasi sensitif ligan antibodi mimesis (Ajroud dkk., 2004).
Teori medan ligan menunjuk keseluruhan yang berpusat pada sejumlah teori
yang dipergunakan untuk memahami ikatan dan hubungan elektronik (magnetis,
spektroskopik, dsb.) dari senyawa kompleks dan campuran lain yang dibentuk oleh
unsur transisi (Cotton dkk., 1995).
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar tentang ikatan dalam
senyawa logam transisi dibandingkan dengan senyawa dari unsur-unsur golongan
utama. Semua bentuk umum dari teori ikatan valensi berlaku bagi unsur-unsur
golongan utama, dapat juga berhasil diaplikasikan bagi unsur-unsur transisi. Pada
umumnya, metode MO berlaku bagi senyawa logam transisi memberikan hasil yang
benar dan berguna, sehingga tingkat perkiraan dinaikkan, sama halnya di semua
kasus lain (Cotton dkk., 1995).
Kompleks donor dari ligan golongan V dan golongan VI dari senyawaan
trivalensi fosfor, arsen, antimon, dan bismut dapat memberikan kompleks dengan
logam-logam transisi. Donor-donor ini adalah basa lewis seperti senyawaan BR3 di
mana orbital d tidak terlihat. Meskipun demikian atom donor memungkinkan orbital
d yang kosong dan penerimaan balik kedalam orbital. Berdasarkan data inframerah,
suatu derer ligan yang luas, dan melibatkan atom-atom donor golongan V dan
golongan VI, dapat dirancang dalam urutan dengan menurunnya keasaman π. Ligan
golongan V dan VI yang lain semuanya dapat menggantikan beberapa gugus CO,
membentuk senyawaan seperti (R3P3)Mo(CO)3 atau bahkan (R3P3)Mo(CO)2, namun
sangat jarang dapat menggantikan semua gugus CO, karena keasamannya π-nya yang
rendah. Meskipun demikian, terdapat beberapa molekul stabil seperti Ni(PCl3)4 dan
Cr(difos)3 (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori medan kristal menyediakan satu cara penentuan, dengan bahan
pertimbangan elektrostatik sederhana, bagaimana energi dari orbital ion logam akan
terpengaruh dari atom sekitar atau ligan. Itu bekerja dengan baik ketika simetrinya
tinggi tapi dengan upaya tambahan, dapat diterapkan lebih umum lagi. Teori medan
kristal adalah suatu model dan tak satu pun uraian yang realistis tentang kekuatan
sebenarnya dalam bereaksi (Cotton dkk., 1995).
Sebuah spektrofotometer dapat dianggap sebagai sebuah fotometer fotolistrik
yang diperhalus yang memungkinkan penggunaan pita-pita cahaya yang sinambung
variabelnya dan lebih mendekati monokromatik, atau lebih tepat, pita-pita sempit
energi cahaya dari sumbernya (Basset dkk., 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan ion logam Cu2+
0,1 M, larutan NH4OH 1 M, akuades, kertas label, sabun cair, dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL,
spektronik 20 D+, labu ukur 50 mL, pipet tetes, pipet skala 10 mL, sikat tabung,
pipet volume 10 mL, pipet volume 20 mL, pipet volume 25 mL, bulb, dan labu
semprot, dan kuvet.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Larutan ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam Air
Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas
terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ sebelum dipakai. Setelah
itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur 50
mL. Diencerkan sampai tanda garis dan dikocok sampai larutan homogen. Diamati
absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang gelombang
460-500 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko. Diamati dan
dicatat panjang gelombangnya.
3.3.2 Pembuatan Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1 : 1 air dan NH4OH 1 M
Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas
terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ 0,1 M sebelum dipakai.
Setelah itu, larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam
labu ukur 50 mL. Lalu, ditambahkan 25 mL larutan NH4OH 1 M. Diencerkan
dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan homogen. Diamati
absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada rentang gelombang
460-640 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko.
3.3.3 Larutan Ion Logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3 : 1 air dan NH4OH 1 M
Labu ukur 50 mL disediakan. Sebelum dipakai, dicuci terlebih dahulu dan
dibilas dengan akuades. Selanjutnya bulb dipasang pada pipet skala 10 mL. Dibilas
terlebih dahulu pipet skala dengan larutan ion logam Cu2+ 0,1 M sebelum dipakai.
Setelah itu, Larutan ion logam Cu2+ 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL kedalam
labu ukur 50 mL. Ditambahkan 12,5 mL larutan NH4OH 1 M ke dalam labu ukur
tersebut. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan
homogen. Diamati absorbansi (A) dengan menggunakan spektronik 20 D+ pada
rentang gelombang 560-640 nm dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai
blanko.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada
absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari
tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang
kosong. Bila perbedaan energi antarorbital yang dapat mengalami transisi disebut
∆Ε, frekuensi absorpsi ν diberikan oleh persamaan ∆Ε = h ν. Transisi elektronik yang
dihasilkan oleh pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua
golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter
utama d, transisinya disebut transisi d-d atau transisi medan ligan, dan panjang
gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medan ligan. Bila satu
dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yang lain memiliki
karakter ligan.
Ion kompleks memiliki ion logam pada pusatnya dengan jumlah tertentu pada
setiap molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang mengelilinginya itu
dapat berhimpit dengan ion pusat melalui ikatan koordinasi (dative covalent).
Molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilingi suatu logam pusat disebut dengan
ligan-ligan. Yang termasuk pada ligan sederhana adalah air, amonia dan ion klorida
dimana semua ligan-ligan tersebut memiliki pasangan elektron tak berikatan yang
aktif pada tingkat energi paling luar. Pasangan elektron tak berikatan inilah yang
akan digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam.
Ketika sinar putih melewati larutan yang berisi salah satu dari ion tersebut,
atau dengan kata lain sinar putih tersebut direfleksikan oleh larutan itu, beberapa
warna dari sinar dapat diabsorpsi atau diserap oleh larutan tersebut. Warna yang
dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal (tidak diabsorpsi). Pelekatan
ligan pada ion logam merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yang diserap
merupakan akibat dari perpindahan elektron diantara orbital d yang satu dengan yang
lain.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kuat medan antara ligan
amin-air dalam senyawa kompleks dengan atom pusat Cu2+ terhadap panjang. Ligan
yang digunakan adalah NH4OH dan akuades. Kuat medan antara ligan amin-air
ditentukan oleh perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang dengan
rentang 390-620 nm.
Pada percobaan kuat medan ligan antara amin dan air, hal pertama yang
dilakukan adalah membuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam labu ukur 50 mL dari larutan
Cu2+ 0,1 M. Jadi, perlu dilakukan pengenceran dengan mengukur larutan Cu2+ 0,1 M
sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet skala 10 mL lalu ditambahkan akuades
hingga mencapai tanda batas lalu dihomogenkan. Larutan akan berwarna biru pucat.
Ini dilakukan untuk melihat senyawa akuokompleks. Ketika ion Cu2+ berikatan
dengan ligan H2O, maka akan membentuk senyawa akuokompleks [Cu(H2O)4]2+.
Berikut reaksinya :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
NH4OH NH3 + H2O
Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]SO4
Kemudian dapat diukur absorbannya dengan menggunakan alat Spektronik
20 D+ untuk menentukan panjang gelombang maksimumnya pada rentang panjang
gelombang 540-620 nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang
gelombang terhadap absorbansi.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi
No.Panjang
gelombang (nm)Absorbansi
1 540 0,0022 550 0,0403 560 0,0834 570 0,1175 580 0,1376 590 0,1397 600 0,1258 610 0,0899 620 0,039
Selanjutnya adalah membuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran air dan
NH4OH 1 M 1:1 di dalam labu ukur 50 mL, dipipet larutan Cu2+ 0,1 M 10 mL
kemudian ditambahkan dengan 25 mL NH4OH 1 M kemudian ditambahkan lagi
akuades hingga tanda batas. Pada saat penambahan NH4OH, terjadi perubahan warna
dari biru pucat menjadi biru tua gelap. Ini menandakan terbentuknya kompleks
amina. Berikut reaksinya :
Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]SO4
2-
NH4OH NH3 + H2O
[Cu(H2O)4]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO4
2-
530 540 550 560 570 580 590 600 610 620 6300
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi
Panjang Gelombang (nm)
Abs
orba
nsi
Kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 390-460
nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang gelombang terhadap
absorbansi.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi
No.Panjang
gelombang (nm)Absorbansi
1 390 0,0412 400 0,0953 410 0,1964 420 0,2465 430 0,2576 440 0,2347 450 0,1878 460 0,128
Setelah itu, dibuat larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan
NH4OH 1 M di dalam labu ukur 50 mL, dilakukan dengan dipindahkan larutan Cu2+
0,1 M sebanyak 10 mL dengan pipet volume 10 mL kemudian ditambahkan dengan
12,5 mL NH4OH 1 M dan ditambahkan lagi akuades hingga tanda batas. Sama
halnya di atas juga terbentuk warna biru tua gelap tetapi intensitasnya lebih kecil
dibandingkan untuk campuran 1:1 di atas. Hal ini sangat jelas karena jumlah
380 390 400 410 420 430 440 450 460 4700
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi
Panjang Gelombang (nm)
Abs
orba
nsi
penambahan NH4OH di atas jauh lebih banyak dibandingkan pada campuran dengan
perbandingan 3:1 ini. Berikut reaksinya :
Cu2+ + SO42- + 4H2O [Cu(H2O)4]2+SO4
2-
[Cu(H2O)4]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO4
2-
[Cu(NH3)(H2O)3 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO4
2- + H2O
[Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)3(H2O) ]2+SO4
2- + H2O
[Cu(NH3)2(H2O)2 ]2+SO42- + NH3 [Cu(NH3)4]2+SO4
2- + H2O
Reaksi di atas lebih sedikit mengikat NH3. Reaksi ini dengan jelas
memperlihatkan kita bahwa dengan berkurangnya jumlah NH3 yang diikat oleh suatu
ion pusat seperti Cu2+, maka intensitas warna kompleks yang dihasilkannya pun
semakin menurun. Ini berarti bahwa senyawa NH3 merupakan ligan yang memilki
medan lebih kuat daripada air.
Kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 390-470
nm. Berikut tabel dan grafik hasil pengukuran panjang gelombang terhadap
absorbansi.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang terhadap Absorbansi
NoPanjang
gelombang (nm)Absorbansi
1 390 0,0792 400 0,0953 410 0,2034 420 0,2585 430 0,2776 440 0,2597 450 0,2218 460 0,1639 470 0,104
Pembacaan absorban pada spektrofotometer dilakukan dengan interval 10 nm
untuk mempercepat proses analisa. Panjang gelombang maksimum untuk larutan
pertama dalam tabel 1 adalah 590 nm. Ini sesuai dengan batas panjang gelombang
pengukuran pada prosedur percobaan yaitu 510-700 nm. Untuk larutan kedua
panjang gelombang maksimumnya adalah 430 nm sedangkan untuk larutan ketiga
panjang gelombang maksimumnya sama yaitu pada 430 nm.
Panjang gelombang maksimum pada larutan kedua dan ketiga yaitu pada
tabel 2 dan 3 tercapai pada panjang gelombang 430 nm dengan nilai absorbansi
larutan kedua sama dengan 0,257 dan larutan ketiga sama dengan 0,277. Sedangkan
untuk larutan 1 yang tidak memiliki ligan amin, panjang gelombang maksimumnya
tercapai pada 590 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,139. Terlihat bahwa nilai
absorbansi semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi ligan NH3 dalam
larutan. Ini berarti, dengan bertambahnya ligan NH3 pada larutan, warna kompleks
yang ditimbulkan semakin pekat. Ini berarti, amin adalah suatu ligan bermedan kuat
yang memiliki kuat medan lebih besar daripada air. Panjang gelombang maksimum
ion kompleks yang mengandung ligan amin dan air (larutan 2 dan 3) lebih pendek
380 390 400 410 420 430 440 450 460 470 4800
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Grafik Hubungan Panjang Gelombang vs Absorbansi
Panjang Gelombang (nm)
Abs
orba
nsi
daripada panjang gelombang maksimum ion kompleks yang hanya mengandung
ligan air (larutan 1). Artinya, larutan 2 dan 3 memiliki frekuensi yang lebih besar
daripada larutan 1. Akibatnya frekuensi larutan 2 dan 3 lebih besar daripada larutan
1, berarti tingkat energinya pun lebih besar sesuai dengan persamaan ΔE = hv di
mana ΔE = tingkat energi, h = tetapan Planck, dan v = frekuensi. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa ligan amin bermedan lebih kuat daripada air. Terbukti
dengan keberadaan ligan-ligan tersebut yang meningkatkan tingkat energi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang
maksimum larutan Cu2+ 0,02 M adalah 590 nm, larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran
1:1 antara air dan NH4OH 1 M adalah 430 nm, serta larutan Cu2+ 0,02 M dalam
campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M adalah 430 nm.
Dengan melihat panjang gelombang maksimum yang dihasilkan, maka dapat
disimpulkan bahwa ligan amin memiliki kuat medan yang lebih besar daripada ligan
air.
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
Peralatannya dilengkapi demi kelancaran praktikum terutama penyediaan
larutan, serta penambahan alat spektronik 20D+ atau spektrofotometer yang lebih
bagus agar tiap kelompok dapat bekerja dan memperoleh data secara terpisah, tidak
saling tunggu menunggu untuk memakai alat tersebut.
5.2.2 Percobaan
Sebaiknya pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali untuk memperkecil
kemungkinan kesalahan pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Ajroud, K., Sugimori, T., Goldmann, H.W., Fathallah, M.D., 2004, Binding Affinity of Metal Ions to the CD11b A-domain Is Regulated by Integrin Activation and Ligands, The Journal Of Biological Chemistry,(Online), 279(24): 25484-25488, (http//:journal-chemistryligan.com, Diakses Pada Tanggal 12 Maret 2014 Pukul 17.45 WITA).
Basset, J., Denny, C.R., Jefrey, H.G., dan Menham, J., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi Keempat, Diterjemahkan oleh Seriono dan Pudjaatmaka, Penerbit Buku Kedokteran, London.
Cotton, F.A., Wilkinson, G., dan Gaus, P.L., 1995, Basic Inorganic Chemistry, Penerbit John Wiley dan Sons Inc, California.
Cotton, F.A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati Soharto, UI-press, Jakarta.
Petrucci, R.H., dan Harwood, W.S., 1989, General Chemistry, Sixth Edition, New York
Svehla, G., 1985, Analisis Anorganik Kualitatif,makro dan semimikro, diterjemahkan oleh Setiono L., dan Pudjaatmaka A., Kalma Media Pustaka, Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 11 Maret 2014
Asisten Praktikan
(MUH. HASRIANDI) (YUNITA PARE ROMBE)
Lampitan I BAGAN KARJA
- Diukur absorbannya dengan spektrofotometer sinar tampak, untuk
larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dengan panjang gelombang
maksimum 460-500 nm dengan interval 20 nm, untuk larutan ion
logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH
1 M dengan panjang gelombang 460-640 nm dengan interval 20
nm, untuk larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1
antara air dan NH4OH 1 M dengan panjang gelombang 560-640 nm
dengan interval 20 nm. Digunakan air sebagai blanko.
Larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1 MLarutan ion logam
Cu2+ 0,02 M
Larutan ion logam Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M
- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
- Dihomogenkan
- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL
- Ditambahkan 25 mL NH4OH 1 M
- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas
- Dihomogenkan
- Dipipet 10 mL ke labu ukur 50 mL
- Ditambahkan 12,5 mL NH4OH 1 M
- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas
- Dihomogenkan
Larutan ion logam Cu2+ 0,1 M
0,1 M
- Perbedaan kekuatan ligan air dan amin, dapat dilihat melalui
perbandingan panjang gelombang maksimum ketiga larutan di atas.
Lampiran
A. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam air
V1 x M1. = V2 x M2
V1 x 0,1 M = 50 ml x 0,02 M
0,1 V1 = 1
V1 (Cu)= 10 ml
B. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M
Air = 12
x 50 ml = 25 ml
NH4OH = 12
x 50 ml = 25 ml
C. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1M
Air = 34
x 50 ml = 37,5 ml
NH4OH = 14
x 50 ml = 12,5 ml
Hasil
Gambar Hasil Percobaan