Post on 04-Mar-2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan i
Laporan Tahunan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan
Tahun 2016
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
ii Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
LAPORAN TAHUNAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan TA 2016
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB Kepala Puslitbang Perkebunan
KETUA TIM PENYUSUN Rustan Massinai
ANGGOTA
Elna Karmawati
Deciyanto Soetopo
Siswanto
Rr. Sri Hartati
Nuning Argo Subekti
Yusniarti
1. f. Dr. lna Karmawati (Ketua Kelti Analisis Kebijakan) REDAKSI PELAKSANA
Esti Sulistiyani
Jumari
Disain sampul dan tata letak Agus Budiharto
Sumber Dana
DIPA Puslitbang Perkebunan TA 2017
Diterbitkan oleh PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 – Indonesia Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194 e-mail: criec@indo.net.id
website: http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id
ISBN : 978-979-8451-91-1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha
Esa atas karuniaNya sehingga Laporan Tahunan Puslitbang Perkebunan tahun anggaran 2016 dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan oleh Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini
digambarkan tingkat kinerja Puslitbang Perkebunan selama periode Renstra 2015-2019 berdasarkan tingkat
pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Melalui visi “Menjadi
lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi perkebunan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dan kesejahteraan petani”, Puslitbang Perkebunan diharapkan dapat menghasilkan
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perkebunan yang dapat melahirkan produk transformasi inovasi perkebunan Indonesia berdaya saing tinggi, dari berbasis sumber daya alam menjadi daya saing yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi. Inovasi perkebunan yang dihasilkan diharapkan dapat memecahkan permasalahan tersedianya benih unggul, teknologi
pendukung dan peningkatan daya saing. Untuk itu, Puslitbang Perkebunan telah melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan guna menjawab permasalahan tersebut. Mengingat banyaknya jenis komoditas perkebunan dan
kompleknya permasalahan yang ada, kami menyadari bahwa hasil penelitian pengembangan yang telah dicapai saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan semua pengguna. Namun demikian, Puslitbang Perkebunan terus berupaya
keras untuk mewujudkan visinya.
Laporan Tahunan ini menyajikan berbagai informasi penting tentang Kinerja Puslitbang Perkebunan tahun 2016, berupa inovasi teknologi, kegiatan
pengembangan, diseminasi teknologi dan informasi perkebunan serta kegiatan penunjang lainnya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di waktu yang akan datang.
Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan.
Bogor, Maret 2017 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan Kepala,
Dr. Fadjry Djufry NIP. 19690314 199403 1 001
iv Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ iV
DAFTAR ISI .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
RINGKASAN ...................................................................................... x
SUMMARY ....................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
II VARIETAS UNGGUL ..................................................................... 3
III TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI ....................................... 14
IV TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH/
PRODUK OLAHAN ....................................................................
26
V PLASMA NUTFAH ...................................................................... 33
VI BENIH SUMBER ......................................................................... 38
VII REKOMENDASI KEBIJAKAN ....................................................... 42
VIII PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI INFORMASI PERKEBUNAN......
IX SUMBERDAYA PENELITIAN .........................................................
9.1. Sumberdaya Manusia .......................................................
9.2 . Sumberdaya Sarana dan Prasarana....................................
9.3. Tata Kelola.......................................................................
9.2. Sumberdaya Keuangan ....................................................
48
63
63
65
65
66
X PENUTUP .................................................................................. 68
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan v
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1. Karakter pembeda Xanthorina 1, Xanthorina 2 dan Cursina 3..................................................................... 11
2. Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman Perkebunan 2016........................................................................... 33
3. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2016.......... 38
4. Sebaran VUB Kelapa DMT............................................. 39
5. Sebaran VUB Kapas...................................................... 39
6. Sebaran VUB Tembakau............................................... 40
7. Sebaran VUB Lada........................................................ 40
8. Sebaran VUB Seraiwangi............................................... 41
9. Rekapitulasi KTI Nasional dan Internasional lingkup Puslitbang Perkebunan Tahun 2016 49
10. Database kerjasama lisensi lingkup Puslitbang
Perkebunan................................................................. 62
11. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Menurut Pendidikan Pada Tahun 2016.......................... 64
12. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Jabatannya Pada Tahun 2016.................. 65
13. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu
lingkup Puslitbang Perkebunan 2016........................... 65
vi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Uraian Halaman
1. Penampilan Varietas Unggul Tebu Lokal Kerinci................... 3
2. Varietas Kenafindo 1 Agribun............................................. 4
3. Varietas Kenafindo 2 Agribun............................................. 5
4. Jet 1 Agribun dan Jet 2 Agribun......................................... 6
5. Tanaman sisal, ujung daun, helaian daun dan irisan melintan daun ................................................................. 6
6. Kelapa dalam Sri Gemilang................................................ 7
7. Populasi Kelapa Puan Kalianda, Tanaman Kelapa Puan Kalianda, Keragaman warna buah Kelapa Puan Kalianda dan Endosperm Kelapa Puan Kalianda................................ 8
8. Daun, buah, biji dan fuli pala Fak-fak, daun, buah dan biji pala banda ......................................................................
9
9. Serai dapur Sitranila Agribun.............................................. 10
10. Temulawak varietas Xanthorina 1....................................... 11
11. Temulawak varietas Xanthorina 2....................................... 12
12. Penampilan pertanaman Kakao BL 50, Bentuk Buah Kakao
RCL, Bentuk Buah Kakao Unggul Lokal, dan Bentuk Buah Kakao ............................................................................. 13
13. Panen Benih Tebu Umur 5 Bulan, Pembersihan Pelepah
Tebu, dan Pengambilan Mata Tebu Dengan Bor Bud Chip................................................................................. 14
14. Proses HWT Pada 52ºc Selama 30 Menit, Pesemaian Benih Bud Chip Pada Pengujian Daya Mengecambah.................... 14
15. Keragaan Tanaman Tebu Sebelum Tebang......................... 15
16. Tanaman Crotalaria juncea, Bintil akar C. juncea, dan koloni Rhizobia juncea ...................................................... 16
17. Perlakuan penutupan mulsa plastik 100% (Produksi 91,83
ton/ha); Penutupan mulsa plastik 50% (produksi 56,28 ton/ha); Kontrol (tidak ditutup mulsa plastik) (Produksi 47,80 ton/ha)................................................................... 16
18. Sortasi biji kakao asalan untuk memisahkan kotoran dan biji kakao yang tidak sehat; penambahan agens fermentasi pada biji kakao yang telah direhidrasi, dan biji kakao yang
telah diberi agens fermentasi sesuai perlakuan dan siap untuk difermentasi............................................................ 17
19. Gejala serangan, kerusakan dan larva PBK, Morfologi kulit
buah kakao yang tahan terhadap PBK ............................. 18
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vii
Gambar Uraian Halaman
20. Proses pembuatan pupuk organik dari limbah kebun
kakao ); pemangkasan pemeliharaan secara rutin; dan penyarungan buah kakao dengan plastik............................ 19
21. Gejala serangan Phytophthora palmivora pada buah kakao ;
dan produk biofungisida berbahan aktif spora jamur antagonis Trichoderma viride............................................. 19
22. Penambahan agens fermentasi pada kopi pulper basah
sebelum di fermentasi; dan pengukuran pH dan suhu awal sebelum biji kopi difermentasi............................................ 20
23. Beberapa Telur Dasynus piperis yang terparasit oleh
Anastatus dasyni pada pertanaman lada di Bangka............. 21 24. Kelapa terserang penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2
dari kiri), pembakaran batang kelapa yang baru
ditebang........................................................................... 24 25. Penyakit Busuk Kelapa...................................................... 25 26. Aplikasi Formula Pupuk Hayati Pada Tanaman Kopi,
dan Keragaan Tanaman Kopi Pada Umur 20 Bulan Setelah Aplikasi ........................................................................... 26
27. Bahan Baku Bioselulosa, Proses Pembuatan Slurry Bioselulosa Dan Proses Pembuatan Edible Coating
darislurry ................................................................. 27
28. Prosescoatingdaging Buah Kelapa; Pengemasan Vacuum; dan Daging Buah Kelapa Sudah di coating dan Dikemas Siap Disimpan .................................................................. 27
29. Irisan daging buah kelapa direndam dalam larutan CaCl2; perebusan dalam larutan gula dan garam; dan produk coconut chip..................................................................... 28
30. Uret terinfeksi jamur M. anisopliaedi laboratorium; Uret yang terserang jamur M. anisopliae (mikosis); Pengujian formula jamur M.anisopliae di rumah kasa.......................... 29
31. Formula Pupuk K Slow Release.......................................... 30 32. Program software database TRO........................................ 36
33. Database koleksi plasma nutafh Kebun Percobaan Lingkup Balittro............................................................................. 37
34. Gelar TTP Sedong, Cirebon, 27-29 Januari 2016.................. 50
35. Gelar TTP Cikajang Garut - Garut , 5 Februari 2016............. 51 36. Gelar TTP Pacitan Jawa Timur – Pacitan, 16 Februari
2016................................................................................ 51
37. Kunjungan Bupati Bogor di TTP Cigombong, Bogor, 30 Maret 2016 ...................................................................... 52
38. Pameran dalam rangka panen dan sergap gabah petani
(Takalar-Sulsel,15 Maret 2016).......................................... 53
39. Pameran dan bazar Geltek Pertanian STPP Bogor, 11-13 April 2016........................................................................ 53
viii Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar Uraian Halaman
40. Kegiatan APKASI/AITIS 2016 di JI Expo Kemayoran, 5-7
Mei 2016......................................................................... 54
41. Pameran Agro and Food 2016 di JI Expo Kemayoran, 5-8 Mei 2016.......................................................................... 55
42. Pameran Benih dan Semnas Kelapa Sawit, Jakarta, 26 Juli 2016................................................................................ 55
43. Agro Inovasi Fair 2016, Jakarta, 27-31 Juli 2016................. 56
44. Hari Pangan Sedunia ke XXXVI 2016, Boyolali, 28-30 Oktober 2016................................................................... 57
45. Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Jakarta,6-7 Desember 2016............................................... 57 46. Penyampaian materi budidaya kakao dan kopi dan Praktek
pembibitan kopi ............................................................... 58
47. Grafik Pemutakhiran/update data berita pada website Puslitbang Perkebunan 2014-2016..................................... 63
48. Grafik kontribusi berita dari Puslitbangbun untuk website
Balitbangtan 2014-2016.................................................... 63 49. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan jenis Belanja TA 2016.................................... 68 50. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkanSatker TA 2016............................................... 68
51. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Output (diluar Layanan Perkantoran) TA 2016................................................................................ 68
52. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2016 (Juta Rupiah)......................... 69
53. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja TA 2016
( Juta Rupiah)................................................................... 69 54. Target dan Realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2016......................................................... 70
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan ix
RINGKASAN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai salah satu Unit kerja
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memiliki tugas dan fungsi
sebagai penghasil teknologi dan rekomendasi kebijakan khususnya dibidang
perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan selalu mendukung
visi Kementerian Pertanian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
serta terus berupaya untuk menghasilkan teknologi perkebunan yang mudah
diterapkan, efektif, efisien dan berdaya saing. Kegiatan penelitian dan
pengembangan selama tahun 2016 telah menghasilkan banyak teknologi inovatif
yang terkait dengan upaya peningkatan biodiversitas dan jumlah bahan
tanaman, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan, teknologi pengolahan
hasil, benih sumber, dan sintesis kebijakan.
VARIETAS UNGGUL
Sampai dengan akhir TA 2016 Puslitbang Perkebunan berhasil melepas 13
varietas unggul baru tanaman perkebunan, yaitu : Tebu (1 Varietas), Kenaf (2
varietas), Jarak Pagar (2 varietas), Sisal (1 varietas), Kelapa (2 varietas), Pala (1
varietas), Serai dapur (1 varietas), Temulawak (2 varietas) dan Kakao (1
varietas)
TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERKEBUNAN
Hasil-hasil penelitian teknologi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan
selama TA 2016 yang telah dihasilkan sebanyak 19 teknologi terdiri atas
komoditas Tebu (6 teknologi); Kopi (1 teknologi); Kakao (3 teknologi); Lada (4
teknologi); Pala (1 teknologi); Jambu mete (1 teknologi); Cengkeh (1 teknologi);
dan Kelapa (2 teknologi). Teknologi-teknologi yang sudah dihasilkan tersebut
mencakup komponen-komponen teknologi pemupukan, teknologi pemanfaatan
mikroba, teknologi perbanyakan tanaman, teknologi pengendalian hama dan
penyakit, dan teknologi pengolahan.
TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN NILAI
TAMBAH/PRODUK OLAHAN
Pada TA 2016 Puslitbang Perkebunan telah menghasilkan teknologi diversifikasi
dan peningkatan nilai tambah/produk olahan tanaman perkebunan sebanyak 7
formula yang efektif untuk komoditas Tebu (1 teknologi); Kelapa (2 teknologi);
Sagu (1 teknologi); Karet (2 teknologi); dan Coklat (1 teknologi). Teknologi yang
dihasilkan adalah berupa formula pupuk, formula pestisida yang ramah
lingkungan, dan formula hidrolisis dan biodegradable film.
PLASMA NUTFAH TANAMAN PERKEBUNAN
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2016 Puslitbang Perkebunan telah
x Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
memiliki sebanyak 12.468 aksesi yang terdiri dari 362 aksesi tanaman palma,
5.475 aksesi tanaman rempah dan obat, 601 aksesi tanaman penyegar dan
industri lainnya, serta 6.030 aksesi tanaman pemanis dan serat.
BENIH SUMBER TANAMAN PERKEBUNAN
Produksi benih sumber tanaman perkebunan dicapai melalui kegiatan
pengelolaan UPBS, dengan output berupa benih sumber : (1) tanaman rempah
dan obat meliputi lada (48.000 stek/polybag); nilam (68.420 stek); jambu mete
(12.000 pohon); vanili (1.009 stek); pala (2.974 pohon); temu-temuan (27.000
kg); seraiwangi (356.230 stek); akarwangi (5.645 stek); dan cengkeh (1.389
pohon). (2) tanaman industri dan penyegar berupa kakao (25.000 polybag);
kopi robusta (17.771 mata entres); dan karet (100.126 mata entres). (3)
tanaman pemanis dan serat berupa kapas (2.000 kg); wijen (2.100 kg); rosela
(548 kg); jarak kepyar (3.750 kg); jarak pagar (670 kg); kenaf (250 kg); tebu
(3.000.000 budset G2); dan rami (200.000 ryzome). (4) tanaman kelapa
(68.060 butir) mencakup benih tanaman kelapa yang dihasilkan di KP. Mapanget,
KP. Paniki, dan KP. Kima Atas.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kinerja rekomendasi kebijakan dicapai melalui kegiatan analisa kebijakan.
Selama TA 2016 telah terealisasi sebanyak 6 (enam) Rekomendasi kebijakan
yaitu: (1) Studi Dampak Teknologi Unggulan; (2) Percepatan Adopsi Sistem
Tanam Juring Ganda Tebu; (3) Akselerasi Swasembada Gula; (4) Pengembangan
Bioindustri Berbasis Perkebunan; (5) Up Date Neraca Gula; dan (6) Dukungan
Fasilitas bagi Percepatan Adopsi Sistem Juring Ganda.
PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI INFORMASI PERKEBUNAN
Untuk adopsi teknologi oleh pengguna/petani telah dirintis percepatan
penyampaian inovasi hasil penelitian melalui diseminasi dan publikasi hasil
penelitian serta kerjasama penelitian dengan mitra kerja swasta, pemerintah,
dan perguruan tinggi.
SUMBERDAYA KEUANGAN
Pagu anggaran UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan sebesar Rp.
144.126.346.000,-. Pada akhir tahun diterbitkan kebijakan save blocking (blokir)
anggaran sebesar Rp.2.800.000.000,- sehingga pagu anggaran riil Puslitbang
Perkebunan Rp. 141.326.346.000,-.
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal per 31 Desember 2016 berturut-turut mencapai 99,12%; 97,76%; dan
95,61. Realisasi untuk semua jenis belanja mencapai angka diatas 95%
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xi
menunjukkan bahwa penyerapan anggaran sudah bagus, melebihi target yang
telah ditetapkan, dan pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar.
Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan (1,79%), Balittro (113,86%), Balittri,
67,90%, Balitpalma 97,67%, dan Balittas (124,12%), Puslitbang Perkebunan,
Balittri dan Balitpalma tidak mencapai target yang telah ditentukan. Realisasi
PNBP di Puslitbang Perkebunan hanya mencapai 1,7% karena target yang terlalu
tinggi sementara sumber PNBP di Puslitbang Perkebunan hanya dari sewa mess,
sementara Balittri dan Balit Palma dampak dari musim kering tahun 2015
sehingga produksi turun ditahun 2016.
xii Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
SUMMARY
Indonesian Center for Estate crops Research and Development (ICERD) as one of the centers of the Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development (IAARD) has the task and functions as a provider of technology and policy recommendations, especially in estate crops. ICERD always support
the vision of Ministry of Agriculture and the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, as well as continually strive to produce a competitive, effective and efficient estate crops technology that easy to be
applied. There were quite a lot of innovative technologies research resulted during 2015 related to the improvement of biodiversity, plant materials, quality and productivity of estate crops, processing quality, seed sources, and policy
synthesis. HIGH YIELDING VARIETIES
Up to the end of 2016, ICERD released 13 new high yielding varieties of estate crops, namely Sugar cane (1 variety); Kenaf (2 varieties); Jatropha curcas (2 varieties); Sisal (1 variety); Coconut (2 varieties) ; Nutmeg (1 variety);
Lemongrass (1 variety); Temulawak (2 varieties) and Cocoa (2 varieties). PRODUCTIVITY IMPROVEMENT TECHNOLOGY OF ESTATE CROPS
As much as 19 improvement technologies had been produced by ICERD i.e Sugar cane (6 technologies); Coffee (1 technology); Cocoa (3 technologies); Pepper (4 technologies); Nutmeg (1 technology); Cashew (1 technology); Clove (1
technology); and Coconut (2 technologies). Those resulted technologies mentioned above includes technologies components of fertilization, microbial
utilization, plant propagation, pests and diseases control, and processing technology
DIVERSIFICATION TECHNOLOGY AND ADDED VALUE ENHANCEMENT/ PROCCESSING PRODUCT In 2016 there were 7 formula of diversification technology and processing
product resulted by ICERD comprising Sugar cane (1 technology); Coconut (2 technologies); Sago (1 technology); Rubber (2 technologies); and Cocoa (1 technology). The resulting technologies are fertilizers formula, environmentally
friendly pesticide formula, and hydrolysis and biodegradable films formula. ESTATE CROPS GERMPLASM
To support plant breeding activities, the genetic material of estate crops is neccessary. Up to 2016, the ICERD had collected as many as 12, 468 accessions consisting of 362 accessions palm trees, 5,475 accessions spices and medicinal
plants, 601 plant accessions beverages and industrial crops, as well as the 6,030 accession sweeteners and fiber crops.
SEED SOURCE OF ESTATE CROPS The production of estate crops seed source is achieved through UPBS
management activities by the output of: (1) spice and medicinal plants include
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xiii
pepper (48,000 cuttings/polybag); Patchouli (68.420 cuttings); Cashew (12,000 trees); vanilla (1,009 cuttings); Nutmeg (2,974 trees); zingiberaceae family (27,000 kg); Lemongrass (356,420 cuttings); and Cloves (1,389 trees). (2)
industrial plants and beverages in the form of cocoa (25,000 polybag); Robusta coffee (17,771 buds); and rubber (100,126 buds). (3) Sweeteners and fiber
crops such as cotton (2,000 kg); Sesame (2,100 kg); roselle (548 kg); castor (3,750 kg); Jatropha (670 kg); Kenaf (250 kg); Sugar cane (3.000.000 budset G2); and Hemp (200,000 ryzome). (4) Palm tree (68.060 items) including
coconut seeds produced in KP. Mapanget, KP. Paniki, and KP. Kima Atas. POLICY RECOMMENDATION
The performance of policy recommendation was achieved by policy analisys activity. There were six policy recommendations resulted in 2016 i.e. : (1) study the impact of superior technology; (2) Accelerate and Adoption Sugar cane
Double segment Cropping Systems ; (3) Acceleration Sugar Self-Sufficiency; (4) Development of Estate based Bioindustry; (5) Up Date Balance of Sugar; and (6) Support Facility for Accelerated Adoption of Double Segment Cropping Systems.
DEVELOPMENT AND DISSEMINATION OF ESTATE INFORMATION For technology adoption by the user/farmer, the acceleration of delivery of
innovation had been initiated through dissemination results and the publication of results, and research collaboration with private partners, government, and universities.
FINANCIAL RESOURCES
The budget of ICERD including its research institution, at the beginning of the budget year amounting to Rp. 144.126.346.000, -. At the end of the year after self blocking policy Rp. 2.800.000.000,- there fare the riil budget of ICERD was
Rp. 141.326.346.000, -. Based on the type of expenditure, the realization of personnel expenditure, goods expenditure and capital expenditure per December 31, 2016 respectively reached 99.12%; 97.76%; and 95.61. Realization for all
types of shopping reaches above 95% indicates that the budget absorption is good, surpassing the set targets, and implementation of the activities running smoothly. Realization of non-tax revenues in Puslitbang Perkebunan (1.79%);
Balittro (113.86%), Balittri, 67.90%, 97.67% Balit Palma, and Balittas (124.12%) exceeded the target. Puslitbang Perkebunan, Balittri dan Balit Palma not reach the set targets. Realization of non-tax revenues in the Puslitbang Perkebunan
only reaches 1.79% since the target is too high while non-tax sources in the Puslitbang Perkebunan only of mess, while Balittri and Balit Palma affected by dry season impact of 2015 so Production fell in 2016.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 1
I. PENDAHULUAN
Komoditas perkebunan memiliki kontribusi besar dalam pembangunan
ekonomi dengan perannya sebagai penyumbang devisa negara, penyedia
lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi
nasional. Agar kontribusi tersebut dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan,
pembangunan usaha perkebunan harus selalu didukung oleh IPTEK melalui
pengembangan teknologi dan inovasi untuk menghadapi permasalahan dan
tantangan pertanian kedepan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai salah satu Unit
kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memiliki tugas dan fungsi
sebagai penghasil teknologi dan kebijakan khususnya dibidang perkebunan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan selalu mendukung visi
Kementerian Pertanian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian serta
terus berupaya untuk menghasilkan inovasi teknologi perkebunan yang mudah
diterapkan, efektif, efisien dan berdaya saing.
Mengacu pada sasaran strategis Renstra Puslitbang Perkebunan
2015-2019 dan sebagai basis dalam proses perencanaan kegiatan, kegiatan
penelitian dan pengembangan selama tahun 2016 telah menghasilkan banyak
inovasi teknologi yang terkait dengan upaya peningkatan produktivitas dan mutu
hasil tanaman perkebunan serta hasil sintesis kebijakan.
Puslitbang perkebunan tahun 2015-2019 fokus pada upaya
mendukung dua program strategis Kementerian Pertanian yaitu : (1)
pencapaian swasembada gula, (2) nilai tambah, (3) daya saing, dan (4)
menghadapi kampanye negatif yang berkaitan dengan lingkungan dan
kesehatan. Kegiatan yang sudah dilakukan meliputi, perakitan varietas unggul
baru tebu dan komoditas perkebunan lainnya, penyediaan benih sumber tebu
hasil kultur jaringan dan benih sumber tanaman perkebunan lainnya,
penelitian peningkatan produktvitas tebu, peningkatan produktivitas dan
diversifikasi komoditas perkebunan lainnya melalui perakitan teknologi
budidaya pendukung serta Good Agricultural Practice (GAP) untuk memenuhi
standar kualitas produk olahan komoditas perkebunan. Sesuai dengan
perubahan lingkungan strategis, Puslitbang perkebunan juga berupaya
Laporan Tahunan 2016
2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
mengembangkan berbagai komoditas dan teknologi bioenergi.
Pada Tahun anggaran 2016 telah dihasilkan 3 juta benih G2 untuk
mendukung upaya pencapaian swasembada gula. Upaya peningkatan
produktvitas tebu dan komoditas perkebunan lainnya, melalui perakitan
varietas unggul telah dihasilkan 13 VUB, yang terdiri atas 1 varietas tebu, 2
varietas kenaf¸ 2 varietas jarak pagar, 1 varietas sisal, 2 varietas temu lawak,
dan masing- masing 1 varietas yaitu serai dapur, pala dan kakao. Selain itu,
juga dihasilkan 19 teknologi peningkatan produksi komoditas tebu, kakao, kopi,
lada, jambu mete, cengkeh dan kelapa. Kegiatan litbang untuk meningkatkan
nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan telah menghasilkan 7
produk olahan dan teknologi proses, yaitu formula pupuk hayati pada
tanaman kopi, 2 produk olahan berbahan kelapa, 1 produk olahan berbahan
sagu, formula biopestisida untuk mengendalikan wereng coklat, formula
biopestisida untuk mengendalikan uret pada tebu.
Agar inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dapat segera
menyentuh masyarakat maka diseminasi teknologi merupakan suatu keharusan
dengan memanfaatkan berbagai saluran dan media yang tepat dan efektif.
Umpan balik diseminasi teknologi dari masyarakat berperan penting sebagai
acuan dalam perencanaan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan
teknologi yang lebih sesuai dengan kebutuhan para penggunanya.
Dalam upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi kinerja, Balitbangtan
merestrukturisasi program penelitian dan pengembangan pertanian, yakni
program strategis Kementerian Pertanian, penelitian dasar (basic research), yaitu
penelitian untuk menciptakan teknologi unggul dan inovasi, dan penelitian
adaptif (adaptive research) untuk pematangan teknologi yang siap dilepas.
Program penelitian dan pengembangan mendukung Agenda Riset Nasional
(ARN) merupakan bentuk kemitraan dan kerja sama dengan berbagai lembaga
penelitian nasional (Kemenristek Dikti, LAPAN, LIPI, PT dll) dan internasional.
Pembenahan organisasi dan peningkatan kemampuan sumber daya penelitian
dan tenaga penunjang terus diupayakan untuk meningkatkan produktivitas
kinerja.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 3
II. VARIETAS UNGGUL
Varietas Unggul merupakan hasil penelitian yang mempunyai daya ungkit
peningkatan produktivitas tanaman. Selama TA 2016, Puslitbang Perkebunan
telah melepas 13 varietas unggul baru tanaman perkebunan yang terdiri dari :
Tebu (1 varietas), Kenaf (2 varietas), Jarak Pagar (2 varietas), Sisal (1 varietas),
Kelapa (2 varietas), Pala (1 varietas), Serai dapur (1 varietas), Temulawak (2
varietas) dan Kakao (1 varietas). Varietas unggul yang telah dilepas beserta
keunggulannya adalah sebagai berikut:
TEBU
1. POJ Agribun Kerinci
Varietas POJ Agribun Kerinci merupakan hasil seleksi dan evaluasi tebu lokal
Kerinci berdasarkan penilaian daya kepras (jumlah anakan), produksi, rendemen,
sifat lepas pada pelepah daun (klenthek), preferensi petani dan luasan areal
penanaman. Tidak seperti di daerah lain, tebu di Kabupaten Kerinci mempunyai
nilai ekonomi bagi masyarakat lokal Kabupaten Kerinci untuk menghasilkan gula
merah. Potensi produksi mencapai 109 ton/ha/tahun, potensi hasil gula merah
rata-rata 12,03 ton gula merah/ha/tahun, dan rendemen 11-12%.
Gambar 1. Penampilan Varietas Unggul Tebu Lokal Kerinci
Laporan Tahunan 2016
4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Berbeda dengan di Jawa, tebu dataran tinggi di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi
dipanen secara selektif. Dengan sistim panen tebang pilih petani tidak perlu
melakukan bongkar ratun. Varietas ini toleran terhadap penyakit mosaik dan
cocok untuk dataran tinggi di Propinsi Jambi, Sumatera dan Aceh.
KENAF
2. Kenafindo 1 Agribun
Kenafindo 1 Agribun mempunyai potensi produksi serat 3,727 ton/ha,
18,2% lebih tinggi dibandingkan KR15; beradaptasi luas, duri pada batang relatif
sangat sedikit, moderat tahan terhadap kekeringan, moderat tahan terhadap
keracunan Aluminium, rentan terhadap hama Amrasca biguttula Ishida, dan
rentan terhadap serangan nematoda puru akar.
Gambar 2. Varietas Kenafindo 1 Agribun
3. Kenafindo 2 Agribun
Kenafindo 2 Agribun mempunyai potensi produksi serat 3,521 ton/ha,
11,7% lebih tinggi dibanding KR 15; beradaptasi luas, moderat tahan terhadap
kekeringan, tahan terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap hama
Amrasca biguttula Ishida, dan rentan terhadap serangan nematoda puru akar.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 5
Gambar 3. Varietas Kenafindo 2 Agribun
JARAK PAGAR
4. Jet 1 AGribun
Jet 1 Agribun mempunyai potensi produksi biji kering 2.331,35 kg dengan
rata-rata 1.085,87 kg/ha/th (37,91% lebih tinggi dibandingkan IP-3A), kadar
minyak biji 37,44%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim kering.
5. Jet 2 Agribun
Jet 2 Agribun mempunyai potensi produksi biji kering 2.636,30 kg dengan
rata-rata 1.078,70 kg/ha/th (37,00% lebih tinggi dibandingkan IP-3A) berkadar
minyak 35,80%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim kering.
Dengan keunggulan minyak bijinya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku Biofuel dan kemampuannya untuk dikembangkan di wilayah beriklim kering,
maka kedua varietas unggul jarak pagar ini berpotensi untuk dikembangkan di
wilayah Indonesia Timur yang beriklim kering, khususnya daerah-daerah yang
masih kekurangan pasokan listrik, karena biofuelnya dapat dimanfaatkan untuk
mesin pembangkit listrik.
Laporan Tahunan 2016
6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 4. Jet 1 Agribun (kiri) dan Jet 2 Agribun(kanan)
SISAL
6. H 11648
Varietas ini mempunyai potensi produksi serat kering 4.728 – 5.965 kg/ha/th,
peka terhadap penyakit Fusarium sp. Varietas ini dapat dikembangkan pada
berbagai jenis lahan.
Gambar 5. Tanaman sisal (atas), ujung daun(kiri bawah), helaian daun (tengah bawah), irisan melintang daun (kanan bawah)
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 7
KELAPA
7. Kelapa Dalam Sri Gemilang
Kelapa Dalam Sri Gemilang berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, adaptif
pada lahan pasang surut. Potensi produksi kopra > 3 ton/hektar/tahun, kadar
minyak 65,19%, protein 8,96%, galaktomanan 1,7%, fosfolipid 0.04%. Kadar
minyak, protein dan galaktoman relatif lebih tinggi dari varietas yang telah
dilepas sedangkan kadar fosfolipid lebih rendah atau sama dengan varietas
unggul lainnya. Hasil observasi menunjukkan tidak ditemukan serangan hama
Sexava sp dan Brontispa sp, terdapat serangan hama Oryctes sp dan Acerya sp
dengan tingkat serangan rendah (ringan). Tidak ditemukan gejala serangan
penyakit utama gugur buah dan busuk pucuk serta Steem Bleeding. Potensi
benih untuk pengembangan atau peremajaan + 39.200 butir/tahun. Varietas ini
telah menyebar di daerah Parit Sialang Krubuk, Desa Hidayah, Kecamatan
Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Gambar 6. Kelapa dalam Sri Gemilang
Laporan Tahunan 2016
8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
8. Kelapa Puan Kalianda
Kelapa Puan Kalianda termasuk tipe kelapa Dalam dengan karakteristik
morfologi yang lebih besar dibandingkan kelapa kopyor tipe Genjah asal Pati,
Jawa Tengah. Ukuran buah relatif besar dan kuantitas endosperm lebih banyak
dibanding buah kelapa Genjah kopyor Pati. Kandungan lemak tak jenuh dan
asam laurat daging buahnya lebih tinggi dibanding kelapa Genjah kopyor Pati.
Kuantitas daging buah kelapa kopyor Kalianda bervariasi antara skor 1-9, lebih
tinggi dibanding kelapa Genjah Kopyor Pati yang hanya memiliki skor 1-6. Kadar
gula total berkisar dari 1,6-2,4%, protein 0.24-2.55% dan lemak total 12,12-
16.46%. Jumlah Pohon Induk Terpilih (PIT) sebanyak 123 pohon, memiliki
potensi benih sebanyak 6.657 butir. Jumlah total benih kopyor alami
(heterozigot) pertahun sebanyak 10.731 butir dapat digunakan untuk
pengembangan pada lahan seluas 53 ha. Varietas Kelapa Puan Kalianda sudah
menyebar di wilayah Provinsi Lampung dan sekitarnya. Potensi penyebaran pada
sentra produksi kelapa di wilayah Sumatera.
Gambar 7. (A) Populasi Kelapa Puan Kalianda, (B) Tanaman Kelapa Puan Kalianda, (C) Keragaman warna buah Kelapa Puan Kalianda dan
(D). Endosperm Kelapa Puan Kalianda
A
D C
B
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 9
PALA
9. Pala Fak Fak
Pala Fak-fak memiliki habitus tanaman relatif lebih tinggi dan besar, daun
lebih panjang dan lebih lebar dibanding pala lainnya. Tinggi tanaman berkisar
15 - 23 meter, lingkar batang 90 - 150 cm., lebar kanopi 2,5 m – 3,9 m jumlah
lingkaran percabangan dalam batang tanaman 11 - 27 dan jumlah cabang dalam
satu lokus adalah 3 - 6 buah. Bentuk daun lonjong langsing sampai lonjong
agak lebar.
Gambar 8. Daun, buah, biji dan fuli pala Fak-fak (atas), daun, buah dan biji
pala banda (bawah).
Biji pala Fakfak berbentuk lonjong panjang dengan variasi lonjong agak
langsing atau agak gemuk. Bagian pangkal biji lebih lebar dari bagian ujung biji,
bobot biji basah per butir > 10 gram, jumlah biji basah per kg basah dari
berbagai PIT adalah 60 - 76 butir. Bunga (fuli) lebih tebal yang merupakan ciri
khas pala fakfak. Kandungan minyak atsiri biji pala tua 2,71 - 5,37%. Kadar
oleoresin biji 14%, dan oleoresin fuli 13,0 - 15,2%.
Laporan Tahunan 2016
10 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
SERAI DAPUR
10. Sitralina Agribun
Varietas ini berasal dari aksesi Cyci 009 hasil seleksi serei dapur yang
berasal dari DIY. Produksi bobot kering 3,67 g, mutu (kadar minyak 0,31% dan
sitral 74,81%) dan memiliki dua karakter pembeda yaitu ujung batang daun
yang melengkung dan lebar daun yang sempit dan kaku. Habitus agak merumbai
pada ujung, panjang daun (cm) 52,42-78,58, lebar daun 0,95-1,25 cm, tebal
daun 0,34-0,42 cm, warna batang abu-abu keunguan/GPG 183 D, karakteristik
mutu 0,31%, kadar cytrall 74,81%. Bobot basah batang per rumpun 6,07 kg,
bobot kering batang per rumpun 3,67 g, produktivitas batang basah 2,74
ton/ha, produktivitas minyak 110 kg/ha. Beradaptasi baik di dataran rendah
sampai tinggi.
Gambar 9. Serai dapur Sitranila Agribun
TEMULAWAK
11. Xanthorina 1 dan 2
Potensi produksi Xanthorina 1 dan 2 mencapai 22-28 ton/ha. Sedangkan
potensi produksi tiga varietas temulawak yang sudah dilepas adalah (13,7 – 33,1
ton/ha). Karakter pembeda Xanthoria 1 dan 2 dan Cursina 3 (varietas yang
sudah dilepas) disajikan pada Tabel berikut :
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 11
Tabel 1. Karakter pembeda Xanthorina 1, Xanthorina 2 dan Cursina 3
URAIAN XANTHORINA 1 XANTHORINA 2 CURSINA 3
Kadar kurkuminoid
1,72% 1,87% 1,69%
Kadar xanthori zol
4,94% 4,83% 4,82%
Produksi ton/ha 29,28 – 39,90 27,63 – 40,69 27,46 – 38,53
Kestabilan produksi
Stabil Stabil Stabil
Gambar 10. Temulawak varietas Xanthorina 1
Laporan Tahunan 2016
12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 11. Temulawak varietas Xanthorina 2
KAKAO
BL 50
Kakao unggul di Kabupaten Lima puluh Kota mempunyai karakter
bentuk buah berukuran cukup besar, lonjong, licin mengkilat agak beralur samar,
ujung buah runcing, leher botol tidak ada, pangkal buah membulat, dengan
panjang 30-35 cm, diameter 30-35 cm. Warna buah merah marun dan berbuah
sepanjang tahun dengan jumlah buah/pohon/tahun dapat mencapai 50-90
buah/tahun. Potensi produksi/ha/th 2,67 kg/pohon atau 3,3733 kg/ha/thn
dengan populasi 1.100 pohon/ha. Pod Index 40-60 buah. Varietas ini terlihat
agak tahan Busuk Buah Kakao (BBK), Agak tahan Penyakit Buah Kakao (PBK)
dan agak tahan Vascular Steak Dieback (VSD)
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13
Gambar 12. Penampilan pertanaman Kakao BL 50 (A & B), Bentuk Buah Kakao RCL (C ), Bentuk Buah Kakao Unggul Lokal (D), Bentuk Buah Kakao
BL 50 (E)
A B
C D E
Laporan Tahunan 2016
14 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
III. TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI
Menghadapi permasalahan di bidang pertanian berupa penurunan
produktivitas tanaman, serta serangan hama dan penyakit memerlukan teknologi
budidaya yang tepat yang dapat meningkatkan produktivitas. Teknologi budidaya
perkebunan mencakup perbenihan, pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan
selama TA 2016 adalah sebagai berikut:
TEBU
1. Teknologi Protokol Perbenihan Tebu PC
Perlakuan Hot Water Treatment pada suhu 52 0C selama 30 menit, dapat
menghindarkan benih tebu dari serangan hama penggerek batang dan
penggerek pucuk. Dengan perlakuan HWT, tingkat serangan hama tersebut
dapat menurun dari 2,48% menjadi 0,52% pada varietas BL, dan dari 1,81%
menjadi 1,09% pada varietas PSJK 922, yaitu tingkat serangan yang masuk
kategori dibawah standar.
Gambar 13. A) Panen Benih Tebu Umur 5 Bulan, (B) Pembersihan Pelepah Tebu, dan C) Pengambilan Mata Tebu Dengan Bor Bud Chip
Gambar 14. A) Proses HWT Pada 52ºc Selama 30 Menit, B) Pesemaian Benih
Bud Chip Pada Pengujian Daya Mengecambah
A B
C A B
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 15
2. Pemupukan Tebu RC Juring Ganda
Takaran pupuk normal pada tebu adalah 60 kg Phonska + 50 kg ZA per
hektar. Peningkatan populasi tanaman tebu sebanyak 2,36 kali lipat
menyebabkan mutrisi yang diperlukan meningkat. Pemberian pupuk sebanyak
9,6 Ku Phonska + 6,4 ku ZA/ha atau setara dengan 1,6 x dosis pupuk normal
pada sistem tanam juring ganda memberikan hasil tebu sebesar 128,28 ton/ha
.
Gambar 15. Keragaan Tanaman Tebu Sebelum Tebang
3. Validasi kesesuaian tipe kemasakan varietas tebu dengan tipologi
lahan
Lahan bertekstur berat pada lahan tadah hujan dengan drainase jelek
sampai lancar dapat ditanami varietas dengan tipe kemasakan awal tengah
sampai tengah lambat. Pada lahan tadah hujan dengan tekstur ringan dan
drainase jelek sampai lancar dapat ditanami varietas masak tengah lambat dan
apabila lahan dapat diairi maka dapat ditanami varietas masak awal tengah.
Pemilihan varietas yang sesuai yang mempunyai daya kepras yang tinggi sangat
dianjurkan.
4. Pupuk Hayati PC
Penggunaan pupuk hayati (dengan carrier biomassa Tithonia yang telah
dihaluskan dan dikeringkan, dan memiliki kandungan 30,82% C-organik; 53,32%
bahan organik; 4,15% N, rasio C/N 7 ; 0,62% P; 4,63% K; 1,68% Ca dan 0,84%
Mg) dikombinasikan dengan pupuk an-organik dapat meningkatkan rendemen
tebu. Formula pupuk hayati sampai 6 bulan penyimpanan masih memenuhi
persyaratan teknis pupuk hayati yaitu: populasi koloni≥ 107 cfu/g untuk formula
powder. Secara umum aplikasi pupuk hijau C. juncea dapat meningkatkan
rendemen tebu.
Laporan Tahunan 2016
16 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 16. A) Tanaman Crotalaria juncea, B) Bintil akar C. juncea, dan C)
koloni Rhizobia juncea (kanan)
5. Pengendalian Hama Uret pada Tanaman Tebu
Hama uret pada tanaman tebu dapat dikendalikan dengan menggunakan mulsa
plastik. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghalangi serangga dewasa
untuk terbang atau serangga dewasa betina meletakkan telur di
lahan.Penggunaan mulsa plastik sebagai penutup tanah dinilai paling efektif
mengendalikan uret selain memberikan dampak positif terhadap produktivitas
tanaman tebu. Dengan mengendalikan hama uret menggunakan mulsa plastik,
produktivitas tebu meningkat dari 47,80 ton/ha menjadi 91,83 ton/ha.
Gambar 17. (A) Perlakuan penutupan mulsa plastik 100% (Produksi 91,83 ton/ha); (B) Penutupan mulsa plastik 50% (produksi 56,28
ton/ha); (C) Kontrol (tidak ditutup mulsa plastik) (Produksi 47,80
ton/ha)
A
C B A
C B
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 17
6. Optimasi Proses Pembuatan Bioethanol Dari Molase Tebu
Penggunaan molase dengan kadar gula 40% + katalis Urea 1%, dengan
waktu proses 3 hari menghasilkan bioethanol sebesar 7,6%, tertinggi dibanding
perlakuan lainnya.
KAKAO
7. Teknologi Fermentasi Biji Kakao Kering
Fermentasi biji kakao kering dapat dilakukan dengan merehidrasi biji
menggunakan air hangat bersuhu 40 °C selama ±10 menit, dilanjutkan proses
fermentasi selama 5 hari menggunakan Saccharomyces cerevisiae sebanyak
1,5% dari berat biji kakao. Fermentasi menghasilkan biji kakao dengan nilai
indeks fermentasi 1. Biji kakao kering yang diperoleh memiliki kadar air 7,4%,
dan jumlah biji/100 gr sebanyak 82 biji sehingga dikategorikan ke dalam mutu A
sesuai SNI 01-2323-2008.
Gambar 18. (A) Sortasi biji kakao asalan untuk memisahkan kotoran dan biji
kakao yang tidak sehat; (B) penambahan agens fermentasi pada biji
kakao yang telah direhidrasi, dan (C) biji kakao yang telah diberi agens fermentasi sesuai perlakuan dan siap untuk difermentasi
8. Teknologi Pengendalian Terpadu Hama PBK Kakao
Pengendalian hama PBK kakao harus dilakukan secara terpadu
mengingat hama ini sangat sulit dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menanam atau melakukan sambung samping dengan klon ICCRI 07 dan
Sulawesi 03
2. melakukan pemupukan berimbang dengan memadukan pupuk kimia dan
pupuk organik yang memanfaatkan serasah daun kakao, buah kakao
A B C
Laporan Tahunan 2016
18 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
terinfeksi hama dan penyakit, kulit kakao dan limbah perkebunan kakao
lainnya.
3. melakukan pemangkasan secara periodik dengan membatasi tinggi tajuk
tanaman maksimum 3-4 meter
4. melakukan panen sering pada saat buah masak awal dengan rotasi 1
minggu diikuti dengan pemecahan buah pada hari itu juga, kemudian kulit
buah dikumpulkan dan dibenamkan ke dalam tanah serta ditimbun tanah
setebal 20 cm
5. melakukan sanitasi kebun dengan cara membersihkan areal kebun dari
daun-daun kering, tanaman tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun
gulma yang berada di sekitar tanaman
6. Melakukan penyarungan buah muda berukuran 5–8 cm dengan plastik -->
dapat menggunakan bekas mie instan atau bungkus makanan lainnya
7. memelihara predator PBK berupa semut hitam (Dolichoderus thoracicus),
yang sekaligus bermanfaat untuk mengendalikan hama Helopeltis spp. Cara
yang paling mudah untuk memelihara semut hitam adalah dengan
meletakkan sarang semut yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun
kakao, kemudian diberi larutan gula merah.
Gambar 19. Gejala serangan (A), kerusakan (B), larva PBK (C), dan
Morfologi kulit buah kakao yang tahan terhadap PBK (D)
A B C D
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 19
Gambar 20. (A) Proses pembuatan pupuk organik dari limbah kebun kakao );
(B) pemangkasan pemeliharaan secara rutin; dan (C),
penyarungan buah kakao dengan plastik
9. Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Busuk Buah Kakao
Pengendalian penyakit busuk buah kakao dapat dilakukan dengan
menerapkan hal berikut:
1. Sanitasi kebun dengan menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun
berupa buah yang terinfeksi P. palmivora baik yang masih berada di pohon
atau yang jatuh ke permukaan tanah, kulit buah dari limbah panen, ranting
dan daun dari pemangkasan, dengan cara mengubur/membenamkan atau
mendekomposisikan untuk dijadikan pupuk organik.
2. Pemangkasan pemeliharaan
3. Pemanfaatan mikroorganisme antagonis berupa jamur antagonis Trichoderma
viride
4. Pemanfaatan fungisida nabati berupa minyak cengkeh dan serai wangi
5. Penggunaan asap cair dari tempurung kelapa dengan konsentrasi 0,1%
Gambar 21. (A) Gejala serangan Phytophthora palmivora pada buah kakao ;
dan (B) produk biofungisida berbahan aktif spora jamur antagonis
Trichoderma viride
A B C
A B
Laporan Tahunan 2016
20 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
KOPI
10. Teknologi Pemanfaatan Mikroba Untuk Meningkatkan Cita Rasa
Kopi
Penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 200 gr pada 10 kg kopi
Arabika pulper basah dan difermentasi selama 10 jam menghasilkan kopi citarasa
tertinggi dengan skor mencapai 84,88 dengan citarasa khas berupa caramelly,
spicy, floral dan sweet. Secara fisik kopi yang dihasilkan dari perlakuan ini
menghasilkan biji kopi beras dengan kadar air 9,4% dengan nilai cacat 11,80
dimana merujuk ke SNI 01-2907-2008 masuk ke dalam mutu 2. Proses ini jauh
lebih cepatt dibanding proses fermentasi konvensional yang membuttuhkan
waktu 12-36 jam.
Gambar 22. (A) Penambahan agens fermentasi pada kopi pulper basah
sebelum di fermentasi; (B) dan pengukuran pH dan suhu awal
sebelum biji kopi difermentasi
LADA
11. Metode Blancing Untuk Pengolahan Lada Hitam
Perendaman terbaik untuk pengolahan lada hitam dilakukan selama 1,5-2,5
menit pada suhu 80-900C. Teknologi ini mempunyai keunggulan : 1) Lada
berwarna hitam lebih gelap, mengkilat dan merata; 2) Pengeringan lada lebih
cepat; 3) Menghasilkan lada beraroma lebih kuat/tajam dibandingkan lada hitam
yang diolah secara tradisional.
A B
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 21
12. Pengendalian Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China dengan
Pestisida Nabati dan Parasitoid Telur Anastatus dasyni Ferr..
Pestisida nabati minyak mimba dan atau minyak cengkeh pada
pertanaman lada yang diaplikasikan dengan di semprot dengan konsentrasi 5
ml/liter dapat menurunkan populasi hama pengisah buah lada (D. piperis).
Aplikasi parasitoid A. dasyni pada pertanaman lada menurunkan populasi
pengisap buah lada. Keberlanjutan populasi parasitoid A dasyni ditentukan oleh
keberadaan inang penghasil nectar yaitu Asystatus gengetica
Gambar 23. Beberapa Telur Dasynus piperis yang terparasit oleh Anastatus dasyni pada pertanaman lada di Bangka
13. Formulasi Trichoderma sp. Untuk Pengendalian BPB Lada
Formulasi merupakan salah satu pendekatan agar mikroba yang
berpotensi dalam pengendalian BPB maupun memperbaiki pertumbuhan
tanaman lebih mudah diaplikasikan. Salah satunya adalah teknik formulasi
Trichoderma sp. dan jamur endofit untuk pengendalian patogen penyebab
penyakit. Formula dari jagung, sukrosa dan larutan sodium alginate 1% dengan
perbandingan 2:0,02:2. Trichoderma dan jamur endofit efektif mengendalikan
penyakit BPB lada, baik untuk uji di rumah kaca dan lapang. Keunggulan formula
ini karena: 1) Bahan dasar yang digunakan mudah didapat (tepung jagung,
alginate dan gula (sukrosa); 2) Proses pembuatan granule dapat dilakukan di
laboratorium dengan persyaratan minimal; dan 3) jamur yang sudah dalam
bentuk terfomulasi akan lebih mudah untuk diaplikasikan, dibawa dan disimpan.
Laporan Tahunan 2016
22 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
14. Teknologi Praktis Konservasi Lengas Tanah Dengan Biopori Pada Pertanaman Lada
Fluktuasi lengas tanah merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi lada. Hal ini berhubungan dengan
karakteristik dasar lada yang perakarannya dominan di lapisan tanah atas <60
cm. Mengingat fenomena perubahan iklim yang semakin nyata dengan kejadian
El-nino dan La-nina yang semakin intens, maka diperlukan strategi inovasi yang
tepat untuk mendukung pengembangan lada di tanah air. Biopori merupakan
teknologi konservasi air yang telah lama dikenal oleh masyarakat perkotaan,
namun belum banyak dilirik dan dimanfaatkan di bidang pertanian.
Teknik konservasi lengas tanah dilakukan dengan pengaturan 6 titik
biopori per tanaman lada, berdiameter 15 cm dan kedalaman 100 cm, yang diisi
dengan material organik serasah daun yang ada dikebun. Dengan teknik ini
ternyata efektif meredam fluktuasi lengas tanah ekstrim pada tahun basah, dan
dapat meningkatkan performansi produksi lada pada tahun basah, dan
diharapkan lebih berdampak positif pada kondisi tahun kering.
PALA
15. Teknologi Penanganan Dan Penyimpanan Biji Pala.
Indonesia sebagai negara pengekspor pala terbesar di dunia, dari tahun ke
tahun mengalami penurunan akibat seringnya terjadi penolakan oleh negara-
negara importir karena tidak sesuai dengan persyaratan mutu yang mereka
tetapkan, terutama mengenai kandungan alfatoksin yang melebihi batas
maksimum. Penanganan yang baik dan benar pada biji pala perlu diperhatikan
untuk mengurangi cemaran aflatoksin.
Teknologi penanganan dan penyimpanan biji pala dengan cara: Pala
dijemur sampai kadar air 8-10%, kemudian dikemas dalam plastik jenis
polietilen, dan ditempatkan pada suhu 20-25oC. Dengan cara ini menghasilkan
lpala degan kandungan Alfatoksin jenis B1, B2, G1, dan G2 memenuhi standar,
kadar air dan kandungan minyak atsiri relative stabil.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 23
JAMBU METE
16. Teknologi Pemupukan Jambu Mete
Pemberian pupuk dalam jumlah (dosis) yang memadai memperbaiki
pertumbuhan dan produksi mete secara signifikan. Pada stadia TBM, dosis
pupuk anjuran adalah 200 gr, 300gr, dan 600 gr NPK 2:1:1/ph/th dalam bentuk
N, P2O5 dan K2O, masing-masing untuk tanaman berumur 2, 3 dan 4 tahun di
lapangan, yang diberikan dalam 2 kali agihan (split dosis). Pada tanaman dewasa
(TM), dosis pupuk anjuran adalah 500 gr, 750 gr dan 1000 gr NPK 1:1:2 /ph/th,
masing-masing untuk umur tanamaan 5, 6 dan 7 tahun. Contoh, pada dosis
pemupukan 1.0 kg NPK/ph menghasilkan rata-rata hasil gelondong mete 8.1
kg/pohon pada umur tanaman 6 tahun.
Penggunaan dosis pupuk tersebut berpotensi dapat diturunkan atau
bahkan dihilangkan sama sekali (tidak perlu dipupuk) apabila ruang (space)
diantara tegakan jambu mete ditanami tanaman sela seperti jagung yang
dipelihara secara intensif. Karena tanaman jambu mete dapat memanfaatkan
sebagian pupuk yang tidak diserap/diambil tanaman jagung atau dikenal sebagai
residual effect.
Apabila tanaman jambu mete diusahakan secara polikultur dengan
tanaman sela seperti jagung atau padi lahan kering, maka ada potensi dosis
pupuk anjuran jumlahnya dapat dikurangi atau ditekan hingga 50% atau bahkan
lebih, tergantung jenis tanaman sela yang digunakan dan tingkat intensitas
pemeliharaannya.
CENGKEH
17. Sinergisme Insektisida Nabati Untuk Meningkatkan Efektifitas
Pengendalian Hama Nilaparvata Lugens Campuran 2 jenis minyak atsiri (minyak serai wangi + cengkeh atau minyak
serai dapur + cengkeh) dengan konsentrasi 10 ml/l dapat menekan peletakan
telur N. lugens 2 kali lebih baik dibandingkan secara tunggal di rumah kaca. Di
lapang campuran serai wangi + cengkeh dengan konsentrasi 10 ml/l yang
diaplikasikan 2 kali seminggu dapat meningkatkan efikasinya dengan nilai
efektivitas aplikasi sebesar 70,2%. Campuran tersebut relatif aman terhadap
musuh alami di lapang.
Laporan Tahunan 2016
24 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
KELAPA
18. Teknologi Pengendalian Penyakit Layu Kalimantan
Pengendalian penyakit layu Kalimantan secara terpadu dengan kombinasi teknik
mekanis dengan cara bobokor dan pembersihan rerumputan dan secara
bersama dilakukan pemupukan untuk tanaman kelapa yang menunjukan gejala
serangan tingkat 3. Perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dengan
dosis pupuk 750 gr sampai dan dengan 1 kg NPK. Penyuntikan antibiotika dapat
dilakukan pada tanaman kelapa yang kena penyakit layu dengan gejala tingkat
2. Kemudian melakukan penebangan pohon kelapa yang kena serangan penyakit
layu Kalimantan dan membakar batang kelapa hingga habis.
Gambar 24. Kelapa terserang penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2 dari
kiri), pembakaran batang kelapa yang baru ditebang
19. Teknologi Pengendalian Phytoptora (Penyakit Busuk Pucuk
Kelapa)
Pengendalian phythoptora dapat dilakukan dengan pengendalian mekanis
sebagai berikut:
1. menebang tanaman kelapa yang terserang busuk pucuk, dan
membakarnya hingga habis
2. memanen buah kelapa yang kena penyakit dan dimusnahkan dengan cara
membakar
3. membersihkan tanaman sehat dan dipupuk dengan NPK 1 kg untuk
tanaman dewasa dan tanaman muda 0.25 - 0.5 gr/pohon dengan interval 6
bulan selama 1 tahun
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 25
Gambar 25. Penyakit Busuk Kelapa
Laporan Tahunan 2016
26 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
IV. TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI dan PENINGKATAN NILAI TAMBAH/
PRODUK OLAHAN
Puslitbang Perkebunan selama TA 2016 telah menghasilkan Teknologi
diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman
perkebunan. Teknologi ini berperan penting dalam meningkatkan pendapatan
petani dan pengembangan agribisnis. Teknologi diversifikasi dan Peningkatan
Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan yaitu:
1. Formula Pupuk Hayati Untuk Efisiensi Pupuk Anorganik Pada Tanaman Kopi
Penggunaan mikroba indigenous yang terdiri dari mikroba pelarut fosfat
(MPF) dan mikoriza meningkatkan asupan hara pada tanaman kopi robusta,
dengan peningkatan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah cabang dan
diameter tajuk) sebesar 17% terhadap kontrol.
Gambar 26. A) Aplikasi Formula Pupuk Hayati Pada Tanaman Kopi,
B) dan C) Keragaan Tanaman Kopi Pada Umur 20 Bulan Setelah Aplikasi
2. Aplikasi edible coating pada daging kelapa muda terolah minimal
Untuk dapat mempertahankan kesegaran daging buah kelapa muda,
diperlukan teknologi penyimpanan yang baik. Penggunaan edible coating dari
bioselulosa yang berasal dari bahan baku air kelapa merupakan teknologi
kemasan yang cukup baik karena dapat melindungi produk dari pengaruh
kontaminasi dan mempertahankan produk tetap segar karena terhindar dari
penguapan. Hasil penelitian awal menunjukkan, kelapa muda yang disimpan
selama 2 bulan di refrigerator atau freezer dengan teknologi edible coating
menunjukkan jumlah mikroba hanya berkisar 0-80 cfu, pH 7,0 (netral), kadar air
C B A
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 27
84,11-87,15% (masih seperti kadar air daging kelapa muda segar). Uji
organoleptik pada karakter warna dan aroma menunjukkan nilai 3 (normal),
tetapi pada karakter rasa mendapat nilai 2,5 (biasa sampai tidak suka). Masih
diperlukan penyempurnaan sebelum teknologi ini siap disebarkan.
Gambar 27. (A) Bahan Baku Bioselulosa , (B) Proses Pembuatan Slurry
Bioselulosa Dan (C) Proses Pembuatan Edible Coating Darislurry
Gambar 28 (A) Proses coating daging Buah Kelapa; (B) Pengemasan Vacuum;
(C) Dan Daging Buah Kelapa Sudah Dicoating Dan Dikemas Siap Disimpan
3. Perbaikan Pengolahan Makanan Ringan Coconut Chip
Salah satu produk andalan dari daging buah kelapa adalah coconut chips
yang diproses dengan di rendam dalam CaCl2 0,5-2,0% sebelum diproses. Hasil
pengamatan nilai gizi coconut chip adalah sebagai berikut: kadar air 2,30-2,48%,
abu 2,40-2,55%, lemak 37,20-40,15%, protein 4,25-5,42% dan serat kasar
4,98-5,45%. Uji organoleptik menunjukkan penambahan CaCl2 meningkatkan
kerenyahan coconut chip.
A
A
C
B C
B
Laporan Tahunan 2016
28 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 29. (A) Irisan daging buah kelapa direndam dalam larutan CaCl2;
(B) perebusan dalam larutan gula dan garam; dan (C) produk coconut chip
4. Pemanfaatan biodegradablefilm pati sagu sebagai kemasan aktif
Biodegradable film yang dipreparasi menggunakan 1,0% Carboxy Methyl
Cellulose, 1,0% gliserol dan 0,3% Virgin Coconut Oil, telah digunakan sebagai
bahan pengemas primer pada produk permen kelapa. Sampai penyimpanan 40
hari permen kelapa mengandung kadar air 6,71%, total mikroba 0 cfu, protein
2,79 %, lemak 14,58% dan kadarabu 1,44%. Hasil uji sensoris menggunakan
20 orang panelis sampai penyimpanan 20 hari permen kelapa memiliki aroma,
rasa dan warna yang disukai.
5. Formula Bio Insektisida Yang Prospektif Mengendalikan Wereng
Coklat
Penggunaan bio insektisida dengan formula piretrum pada konsentrasi
5ml/lt air yang diaplikasikan secara kontak menyebabkan mortalitas wereng
82,5% - 85% pada pengamatan jam pertama setelah aplikasi. Pada konsentrasi
lebih rendah 20ml/lt air mortalitas wereng berkisar 48,75% – 60%, jauh lebih
efektif dibanding penggunaan insektisida sintetis (kontrol positif) pada
konsentrasi 2ml/lt air yang hanya menimbulkan mortalitas sebesar 26,25%.
Aplikasi residu pada daun (leaf residu method) mengakibatkan mortalitas pada
hari pertama setelah penyemprotan sebesar 70% - 85%; pada hari kedua
sebesar 50% - 65%; pada ke tiga sebesar 40% - 42,5% dan pada hari ke empat
sebesar 30% - 40%. Sebagai pembanding, penggunaan formula mimba pada
hari pertama menimbulkan mortalitas sebesar 15% - 27,5%, pada hari kedua
sebesar 5% - 20%; pada hari ketiga sebesar 10% - 12,5% dan pada hari
keempat sebesar 10% - 12,5%; sementara pada insektisida sintetis pada hari
A C B
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 29
pertama mengakibatkan mortalitas 20%; hari kedua sebesar 12,5%; hari ketiga
sebesar 10% dan hari keempat sebesar 10%.
6. Pengujian Insektisida Hayati Terhadap Wereng Cokelat
Penggunaan insektisida hayati dari Beauveria dan Metarhizium mampu
mengendalikan wereng cokelat, dengan daya bunuh lambat, yaitu memerlukan
waktu sekitar 1 minggu. Penelitian menunjukkan sampai dengan hari keempat
mortalitas hanya berkisar antara 1,25% hingga 7,5%, pada hari ke 5 sebesar
13,75% hingga 20%, pada hari ke 6 sebesar 20% hingga 30%, dan pada hari ke
9 meningkat menjadi 51,25% hingga 66,25%.
7. Formula/Produk Biopestisida untuk uret
Penggunaan formula jamur Metarhiziumanisopliae di laboratorium
menunjukkan formula jamurM. anisopliae yang dicampur dengan pupuk kandang
meningkatkan mortalitas hama uret hingga mencapai 90%.
Gambar 30. (A) Uret terinfeksi jamur M. anisopliaedi laboratorium; (B) Uret
yang terserang jamur M. anisopliae (mikosis); (C) Pengujian
formula jamur M.anisopliae di rumah kasa
A C B
Laporan Tahunan 2016
30 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
KSRG1 KSRG2
KSRT1 KSRT2
Gambar 31. Formula Pupuk K Slow Release
Empat formula pupuk, yaitu KSRG1, KSRG2, KSRT1 dan KSRT2
(Gambar 1) diuji lapang pada tanaman tebu PC varietas masak lambat BL
dengan dosis pupuk K optimal (180 kg K2O/ha) lebih tinggi dari paket pupuk K
petani (90 kg K2O/ha) pada tanah Inceptisols berpengairan teknis dengan status
hara K tanah rendah di KP Karangploso Malang. Hasil pengujian lapang
menunjukkan bahwa perlakuan paket pemupukan petani dengan penambahan
90 kg K2O/ha pupuk K slow release berbahan baku finase baik berbentuk granul
(KSRG2) maupun tablet (KSRT2) serta berbahan baku KCl impor berbentuk
tablet (KSRT1) mampu meningkatkan produksi tebu dan hablur serta
keuntungan usahatani tebu tertinggi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 31
V. PLASMA NUTFAH
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2016, Puslitbang Perkebunan memiliki
koleksi plasma nutfah yang tersebar di Balai-balai komoditas meliputi tanaman
palma sebanyak 362 aksesi, tanaman rempah dan obat sebanyak 5.475
populasi (terdiri dari 1.111 spesies), tanaman penyegar dan industri lainnya
sebanyak 601 aksesi, serta tanaman pemanis dan serat sebanyak 6.030 aksesi
seperti yang disajikan pada Tabel 2. Kegiatan Sumber Daya Genetik (SDG)
meliputi eksplorasi, koleksi/konservasi, karakterisasi, evaluasi, dan rejuvenasi.
Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan status plasma nutfah. Koleksi yang
mulai mengalami gangguan viabilitas, segera diremajakan melalui kegiatan
rejuvenasi, koleksi yang belum lengkap deskripsinya dikarakterisasi, dan yang
memiliki potensi untuk dimanfaatkan, dievaluasi. Komoditas yang masih sedikit
koleksinya, diperkaya melalui kegiatan eksplorasi.
Tabel 2. Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman Perkebunan 2016
NO KOMODITAS JUMLAH AKSESI PADA
TAHUN
2015 2016
BALIT PALMA (Tanaman Palma)
1 Aren 16 14
2 Kelapa 88 86
3 Kelapa sawit 204 204
4 Pinang 38 38
5 Sagu 17 20
Sub Jumlah 363 362
BALITTAS (Tanaman Pemanis dan Serat)
1 Abaca 73 73
2 Agave 25 24
3 Bunga matahari 75 75
4 Jarak kepyar 216 216
5 Jarak pagar 435 435
6 Kapas 841 841
7 Kapok 156 147
8 Kemiri Sunan 52 54
9 Kenaf dan spesies lainnya 1559 1559
10 Linum 25 16
11 Rami 83 83
Laporan Tahunan 2016
32 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
12 Tebu 772 1060
13 Tembakau 1360 1370
14 Wijen 75 75
Sub Jumlah 5.747 6.030
BALITTRI (Tanaman Penyegar dan Industri)
1 Kakao 235 241
2 Karet 50 50
3 Kopi 265 270
4 Makadamia - -
5 Teh 45 40
Sub Jumlah 595 601
BALITTRO (Tanaman Rempah dan Obat)
1 Cengkeh 127 238
2 Jahe 92 76
3 Jambu mete 216 221
4 Lada 141 89
5 Pala 386 355
6 Kayu manis 95 87
7 Tanaman Rempah,obat dan atsiri lainnya
3.954 4.399
Sub Jumlah *5.011 *5.475
Keterangan:
*Untuk koleksi SDG Balittro, jumlah tersebut adalah jumlah populasi yang
dipelihara
Kegiatan Sumber Daya Genetik (SDG) yang dilakukan pada TA 2016 meliputi
koleksi/konservasi, karakterisasi, evaluasi dan dokumentasi. Volume kegiatan
dan tingkat pencapaiannya berbeda antar Balai.
TANAMAN PALMA
Koleksi Sumber Daya Genetik atau plasma nutfah tanaman palma terdiri
dari kelapa, sagu, aren, pinang dan kelapa sawit. Pada tahun 2016, dilakukan
pemeliharaan tanaman koleksi (konservasi), karakterisasi komponen produksi
tanaman kelapa, sagu, aren dan pinang, serta evaluasi nira kelapa, dan evaluasi
kelapa dalam hibrida intervarietas.
Koleksi dan Konservasi
Koleksi tanaman palma terdiri dari 86 aksesi kelapa, 20 aksesi sagu, 14
aksesi aren, 38 aksesi pinang, dan 204 aksesi kelapa sawit.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 33
Karakterisasi dan Evaluasi
Karakterisasi tanaman palma menunjukkan sejumlah kelapa Dalam
memiliki potensi produksi daging buah cukup tinggi dengan kisaran 385 – 587
g/buah. Sejumlah kelapa Genjah menghasilkan nira 656 – 1,090 ml/tandan/hari.
Kelapa kopyor menghasillkan buah kopyor dengan persentase 7 – 37,5%.
Koleksi kelapa sawit memiliki keragaman yang tinggi pada karakter generatifnya
diantaranya buah tanpa inti, buah dengan inti tanpa cangkang, dan buah dengan
1 – 4 biji bercangkang.
Hasil evaluasi kelapa dalam hibrida menunjukkan potensi menghasilkan
buah berkisar 10 – 13 tandan/pohon dengan jumlah kelapa 8 – 12 butir/tandan,
dan berat daging buah 412 – 585 g/butir. Hibrida DMT x DTA berpotensi
menghasilkan buah terbanyak yaitu 145 butir kelapa/pohon/tahun, dan hibrida
DMT x DSA menghasilkan kopra tertinggi yaitu 4,35 ton/tahun.
TANAMAN PEMANIS DAN SERAT
Koleksi Sumber Daya Genetik tanaman pemanis dan serat dibagi atas
kelompok tanaman semusim, dan kelompok tanaman tahunan. Tanaman
semusim terdiri dari bunga matahari, jarak kepyar, kapas, kenaf, linum, rosela,
wijen, yute, sedangkan tanaman tahunan terdiri dari abaca, agave, jarak pagar,
kapok, kemiri sunan, rami, dan tebu.
Rejuvenasi, Koleksi dan Konservasi
Pada tahun 2016, rejuvenasi dilakukan pada koleksi plasma nutfah
tanaman semusim yang terdiri dari 30 aksesi bunga matahari, 40 aksesi jarak
kepyar, 80 aksesi kapas, 75 aksesi kenaf-rosela-yute, 50 aksesi wijen, dan 74
aksesi tembakau. Rejuvenasi menghasilkan benih-benih baru untuk disimpan
sebagai koleksi Sumber Daya Genetik.
Plasma nutfah yang merupakan tanaman tahunan dipelihara melalui
konservasi eksitu di lapangan yang terdiri dari 23 aksesi agave, 75 aksesi abaka,
453 aksesi jarak pagar, 54 aksesi kemiri sunan, 87 aksesi rami, dan 1 060 aksesi
tebu (613 aksesi dikoleksi di KP Muktiharjo dan Ngemplak, dan 447 aksesi di KP
Karangploso Malang) yang terpelihara dengan baik.
Karakterisasi dan Evaluasi
Kegiatan karakterisasi tanaman semusim dilakukan terhadap 30 aksesi
bunga matahari, 40 aksesi jarak kepyar, 80 aksesi kapas, 75 aksesi kenaf, rosela,
Laporan Tahunan 2016
34 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
yute, 74 aksesi tembakau, dan 40 aksesi wijen. Bunga matahari bervariasi pada
ukuran bunga, jarak kepyar bervariasi pada karakter ukuran dan bobot biji serta
kadar minyak biji, kapas bervariasi pada karakter daun, umur mulai berbunga
dan jumlah buah, kenaf-rosela-yute bervariasi pada karakter batang, daun,
bunga dan umur mulai berbunga, linum bervariasi pada karakter bunga.
Pada tanaman tahunan, karakterisasi dilakukan terhadap 915 aksesi
tebu, 453 aksesi jarak pagar, 54 aksesi kemiri sunan, 73 aksesi abaka dan 24
aksesi agave. Koleksi tebu bervariasi pada karakter nilai brix, ditemukan aksesi
dengan nilai brix mencapai 25,00%, jarak pagar sangat rendah keragamannya,
abaca bervariasi pada karakter agronomis terutama tinggi dan diameter batang,
agave bervariasi pada karakter daun terutama panjang daun, sedang kemiri
sunan masih sulit dibedakan antar aksesi karena memiliki karakter morfologi
yang mirip satu sama lain. Evaluasi yang dilakukan pada abaca menghasilkan 3
aksesi unggulan yang berpotensi untuk dilepas sebagai varietas unggul baru.
TANAMAN PENYEGAR DAN INDUSTRI
Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik yang dilakukan di Balittri
pada tahun 2016 meliputi koleksi/konservasi (in situ dan eks situ), karakterisasi,
dan evaluasi.
Koleksi/Konservasi
Pada awal tahun 2016, jumlah koleksi tanaman industri dan penyegar
sebanyak 620 aksesi, yang terdiri atas 270 aksesi kopi, 235 aksesi kakao, 50
aksesi karet dan 65 aksesi teh. Dari jumlah tersebut termasuk tambahan 6 aksesi
kakao dari Sumatera Barat.
Karakterisasi
Karakterisasi tahun 2016 dilakukan terhadap 240 koleksi yang terdiri atas
150 aksesi kopi, 100 aksesi kakao, dan 59 aksesi teh. Beberapa aksesi
menunjukkan karakteristik komponen daya hasil yang lebih baik dibanding aksesi
lainnya yaitu aksesi KWI14-63-695, KWI14-60-660, KWI14-56-629, KWI3-48-
543 dan BP409-4-7-066 untuk kopi robusta; 23-4, HBD 6, HBD 16, HBD 20 dan
HBD 70 untuk kakao; CA 0003, CA 0025, CA 0027 dan CA 0041 untuk teh
assamica serta CS 0001 untuk teh sinensis. Kegiatan konservasi dan
karakterisasi perlu dilanjutkan untuk karakter komponen daya hasil dan karakter
morfologi lainnya
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 35
Evaluasi
Evaluasi terhadap 22 aksesi kopi robusta menunjukkan, pada fase bibit,
aksesi 15-6-12A tumbuh paling tinggi (11,24 cm) dan aksesi 10-10F yang paling
rendah.
TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Koleksi Sumber Daya Genetik atau plasma nutfah tanaman rempah dan
obat terdiri dari kelompok tanaman rempah, obat, dan atsiri. Total koleksi yang
dimiliki saat ini adalah 5.475 populasi yang terdiri dari 1.111 spesies. Kegiatan
yang dilakukan pada tahun 2016 meliputi Koleksi dan konservasi serta
dokumentasi plasma nutfah.
Koleksi dan Konservasi
Sumber Daya Genetik tanaman rempah dan obat dikonservasi secara ek-
situ di lapangan. Untuk mempertahankan kelestarian koleksi, beberapa aksesi
dikonservasi pada beberapa kebun percobaan, sehingga aksesi yang sama ada di
beberapa lokasi. Total koleksi plasma nutfah yang dipelihara di semua kebun
percobaan berjumlah 5.475 populasi. Koleksi plasma nutfah menyebar di kebun-
kebun percobaan yaitu di KP. Cikampek sebanyak 30 populasi yang terdiri dari 2
spesies, di KP Cimanggu dan Cibinong 2.223 populasi yang terdiri dari 350
spesies, di KP Cicurug 1.135 populasi yang terdiri dari 205 spesies, di KP
Sukamulia 934 populasi yang terdiri dari 13 spesies, di KP Manoko 580 populasi
yang terdiri dari 225 spesies, di KP Laing 331 populasi yang terdiri dari 138
spesies, dan di Rumah Kaca 242 populasi yang terdiri dari 178 spesies. Seluruh
koleksi berjumlah 1.111 spesies.
Dokumentasi Plasma Nutfah
Dokumentasi plasma nutfah tanaman rempah dan obat telah merekam
dan memasukan (input) data ke komputer database sebanyak 29.114 data
yang terdiri dari 5.624 data jumlah koleksi, 3.030 data passport, 15.086 data
karakterisasi, 2.850 data klasifikasi, 1.164 data deskripsi, dan 1.360 data foto
dari tujuh kebun percobaan lingkup Balittro. Dokumentasi data di kebun koleksi
dilakukan secara manual (database manual), data dan informasi dicatat dalam
bentuk lembaran form atau buku catatan (agenda), dari data base manual
tersebut kemudian di input kedalam program database komputer menggunakan
program/software Microsoft Access, dilakukan penambahan data yang sudah ada
dengan data baru hasil karakterisasi atau evaluasi dari peneliti (Gambar 32)
Laporan Tahunan 2016
36 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 32. Program software database TRO
Pembaruan (update) dan perbaikan (validasi) data koleksi plasma
nutfah
Pembaruan (update) dan perbaikan (validasi) data dilakukan terhadap
data-data yang telah ada. Data yang dimasukkan berupa data pasport, data hasil
karakterisasi dan evaluasi yang disertai dengan foto sehingga memudahkan
pengguna mengenal tanaman dan memanfaatkan aksesi yang diperlukan.
Kegiatan ini dimulai secara bertahap dengan pengumpulan data koleksi, data
pasport, data hasil karakterisasi dan evaluasi yang dilanjutkan dengan
pembuatan deskriptor untuk masing-masing tanaman termasuk foto
dokumentasi (Gambar 33).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 37
Gambar 33. Database koleksi plasma nutafh Kebun Percobaan Lingkup Balittro
Penajaman penggunaan sofware data base
Pengelolaan data plasma nutfah dilakukan dengan menggunakan
program software Microsoft Access yang selalu dilakukan penyempurnaan sesuai
dengan perkembangan informasi dari pengguna. Data yang dimasukkan berupa
data koleksi, data pasport, data karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah TOA.
Operator data base plasma nutfah di kebun koleksi yang selalu berganti /tidak
tetap menyebabkan pelaksanaan entry data koleksi dari hasil pengamatan agak
terhambat. Oleh karena itu sosialisasi hasil penyempurnaan dengan tujuan
penajaman penggunaan sofware data base bagi operator harus terus dilakukan
secara berkesinambungan.
Laporan Tahunan 2016
38 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
VI. BENIH SUMBER
Benih sumber merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam program
pertanian. Untuk mendukung pengembangan komoditas perkebunan, Puslitbang
Perkebunan menghasilkan benih benih sumber varietas unggul yang dibutuhkan
masyarakat melalui kegiatan Pengelolaan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)
pada masing-masing Balit komoditas dan Puslitbangbun. Hasil pengelolaan
selama tahun 2016 disajikan pada Tabel 3 :
Tabel 3. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2016
No Komoditas Produksi benih sumber
1. Akarwangi 5.645 anakan
2. Cengkeh 1.389 pohon
3. Jahe merah 3.500 kg
4. Jahe Putih Kecil (JPK) 2.500 kg
5. Jahe Putih Besar (JPB) 4.000 kg
6. Jambu Mete 12.000 pohon
7. Jarak Kepyar 3.750 kg
8. Jarak Pagar 670 kg
9. Kakao 25.000 batang
10. Kapas 2.000 kg
11. Karet 100.126 entress
12. Kelapa 68.060 butir
13. Kenaf 250 kg
14. Kencur 1.000 kg
15. Kopi Robusta 17.771 entress
16. Kunyit 5.000 kg
17. Lada 48.000 polybag
18. Lempuyang 3000 kg
19. Lengkuas 4000 kg
20. Nilam 68.420 setek
21. Pala 2.974 pohon
22. Rami 200.000 Rhyzome
23. Seraiwangi 356.230 anakan
24. Tebu 3.000.000 budset
25. Temulawak 4.000 kg
26. Vanili 1.009 setek
27. Wijen 2.100 kg
Laporan Tahunan 2015
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 39
Sebaran varietas yang dihasilkan Puslitbangbun
Bermanfaatnya inovasi perkebunan tercermin juga dari penyebaran varietas
Unggul yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan. Berdasarkan catatan
penyebaran benih di UPBS lingkup Puslitbang Perkebunan, varietas unggul
tanaman perkebunan telah tersebar dibeberapa wilayah. Unit pengelola benih
sumber (UPBS) merupakan unit atau instalasi UK/UPT yang berfungsi untuk
menyiapkan logistic bagi diseminasi dan pengembangan varietas unggul. UPBS
menghasilkan benih varietas unggul yang diperbanyak secara generatif
(dalam bentuk biji), dan yang diperbanyak secara vegetatif (dalam bentuk
setek, rhyzome, anakan, entres, budset, planlet/hasil kuljar). Berdasarkan
komoditasnya, beberapa sebaran VUB tanaman perkebunan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Sebaran VUB Kelapa DMT
NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Sumatera Utara - - - 1.700 -
2 Jawa Timur - - - - 5.900
3 Sulawesi Utara 6.000 - 25.000 81.300 4.100
4 Sulawesi Tengah 3.000 - - - -
5 Sulawesi Tenggara - - - - 3.000
6 Kalimantan Tengah - - - - 1.000
7 Kalimantan Timur 500 - - - 5.000
8 Kalimantan Selatan - - - - 1.560
9 Maluku - - 1.000 - -
10 Papua 126.620 153.150 22.780 6.600 1.600
11 Papua Barat 7.000 6.000 27.500 - 4.000
JUMLAH 143.120 159.150 76.280 89.600 26.160
Tabel 5. Sebaran VUB Kapas
NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jawa Tengah 9 - - 9 -
2 Yogyakarta - 11 79 - -
3 Jawa Timur 15 26 28 8 51
4 Bali - 13 - - -
5 Nusa Tenggara Barat 11 31 1 - -
6 Nusa Tenggara Timur 11 11 79 21 56
7 Sulawesi Selatan - 44 - 75 -
JUMLAH 46 136 187 113 107
Laporan Tahunan 2016
40 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Tabel 6. Sebaran VUB Tembakau
NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Sumatera Barat - - - - 30
2 Lampung - - - - 200
3 Jawa Barat - 60 - - -
4 Jawa Tengah 247 2.155 44.974 4.270 18.840
5 Yogyakarta 5 250 300 885 60
6 Jawa Timur 6.722 35.830 47.769 63.012 33.078
7 Bali - - - 20 -
8 Nusa Tenggara Barat - 24 - - -
9 Nusa Tenggara Timur - - 630 60 7.656
JUMLAH 6.974 38.319 93.673 68.247 59.864
Tabel 7. Sebaran VUB Lada
NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Aceh 1 - - 2 -
2 Sumatera Utara - - 1 1 4
3 Jambi - 1 - - -
4 Sumatera Selatan - - 1 - -
5 Lampung 1 - - 5 -
6 Jawa Barat - 2 5 10 20
7 DKI Jakarta - - - - -
8 Jawa Tengah - 1 2 2 2
9 Yogyakarta - - - - -
10 Jawa Timur - 1 - - -
11 Sulawesi Tengah - 2 - 3 6
12 Sulawesi Selatan - - - 1 4
13 Sulawesi Tenggara - 1 - - -
14 Kalimantan Tengah 1 - - - -
15 Kalimantan Barat 2 2 7 4 -
16 Kalimantan Timur - - 5 - -
17 Kalimantan Selatan - - - 1 1
18 Bangka Belitung 1 1 2 1 2
19 Gorontalo 1 - - - -
20 Papua Barat - - 1 - -
JUMLAH 7 11 24 30 39
Laporan Tahunan 2015
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 41
Tabel 8. Sebaran VUB Seraiwangi
NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Aceh - 1 - - -
2 Sumatera Utara - - 1 - -
3 Sumatera Barat 1 - - - -
4 Bengkulu - 1 2 - -
5 Jambi - - 2 - -
6 Sumatera Selatan - - 1 - -
7 Lampung - - - - -
8 Jawa Barat 1 1 2 5 6
9 DKI Jakarta - - - 2 1
10 Jawa Tengah 1 1 - 1
11 Jawa Timur - 1 1 2 2
12 Bali - - - - -
13 Nusa Tenggara Barat - - - 1 3
14 Kalimantan Barat - - - 2 2
JUMLAH 3 4 10 12 15
Laporan Tahunan 2013
42 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
VII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Puslitbang Perkebunan melalui kegiatan “Sintesa Kebijakan” menghasilkan
rekomendasi kebijakan yang dapat dijadikan acuan bagi perumusan kebijakan
bidang perkebunan di tingkat Kementerian Pertanian, baik yang bersifat
responsif maupun antisipasif.
1. Moratorium Perluasan Lahan Sawit :
a. Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
yang dimasukkan sebagai Industri strategis nasional menghasilkan
devisa negara senilai 250 triliyun/tahun. Luas lahan kelapa sawit
Indonesia mencapai ± 10-12 juta Ha dimana 40-45% diantaranya
merupakan perkebunan rakyat.
b. Industri kelapa sawit dapat menyerap sekitar 50 juta tenaga kerja.
Dengan kondisi tersebut, laju peningkatkan perkebunan kelapa sawit
sangat cepat mencapai 10,39% per tahun.
c. Berbagai isuue negatif mencuat, antara lain deforestrasi konversi lahan
hutan primer menjadi perkebunan kelapa sawit dan issue lingkungan
terkait penggunaan lahan gambut yang dapat menyebabkan emisi gas
rumah kaca yang berdampak terhadap daya saing perdagangan sawit
Indonesia. Untuk itu pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 8 tahun
2015 tentang penundaan pemberian ijin baru dan penyempurnaan tata
kelola hutan primer dan lahan gambut sebelum dikeluarkan Perpres
mengenai moratorium kelapa sawit.
d. Manfaat dari moratorium adalah menjaga stabilitas harga CPO di pasar
dunia, terdeteksinya ijin usaha perkebunan yang lebih rapih dan
terhindar dari konflik kawasan serta untuk restrukturisasi tata kelola,
meningkatkan produkvtivitas lahan sawit yang sudah ada dengan
replanting terutama masyarakat petani serta mendorong hilirisasi
produk sawit.
e. Kebijakan moratorium tersebut perlu didukung oleh semua pihak yang
terkait. Langkah tindak lanjut yang diperlukan adalah (1) melakukan
kajian berapa tahun moratorium dilaksanakan selama periode
pemerintahan saat ini, (2) bagaimana pelaksanaan moratorium dapat
mencapai target sasaran sesuai dengan perkiraan manfaatnya.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 43
2. Pengembangan Kemiri Sunan Untuk Biodiesel :
a. Berdasarkan kondisi atau perkembangan kemiri sunan saat ini, kontribusi
kemiri sunan saat ini hanya akan mampu mengisi 0,3 % dari target
biodiesel B30 pada tahun 2025. Inipun jika tersedia luasan pertanaman
sekitar 270 ribu Ha. Oleh karena itu penetapan angka-angka dan
indikator pengembangan biodiesel dari bahan baku kemiri sunan
hendaknya segera dibuat termasuk roadmapnya yang definitive dan
kuantitatif, agar masyarakat luas termasuk swasta mengetahui peran
yang akan dilakukan.
b. Kementan perlu terus mengembangkan kesiapan tanaman bahan
bakunya termasuk kemiri sunan yang mampu mendukung program
pengembangan biodiesel tersebut. Kesiapan Kementan hendaknya
ditetapkan secara definitive dan terukur atau kuantitatif, yang meliputi
penyediaan bibit unggul, bahan tanaman dan partner penangkarnya,
disertai pohon risetnya
c. Sosialisasi kedua butir tersebut di atas sangat diperlukan agar
masyarakat dapat berperan serta, termasuk secara perlahan mendorong
tanaman kemiri sunan menjadi suatu komoditas yang bernilai ekonomi
dan dapat diperdagangkan
3. Implementasi Integrasi Tebu-Sapi, Mendorong Produktivitas Tebu
Lahan Kering :
a. Pemerintah mentargetkan laju pertumbuhan produksi gula sebesar
7,81 % per tahun, untuk meraih produksi gula sebesar 3,8 juta ton
pada tahun 2019. Tetapi produksi gula nasional selama 2013-2014
berlangsung stagnan, sekitar 2,5 juta ton, bahkan th 2015 produksi
gula nasional hanya mampu mencapai 2,3 juta ton. Salah satu
kemungkinan penyebabnya secara teknis adalah belum cukupnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pupuk organik untuk tebu
lahan kering. Padahal areal tebu lahan kering saat ini mencapai 65%
dari luas areal tebu, yakni sekitar 300 ribu ha.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik pada
tebu lahan kering mampu meningkatkan produktivitas 30-70%.
Diperkirakan tebu lahan kering saat ini, membutuhkan 1,5 juta ton
pupuk organik, dengan asumsi setiap ha butuh 5 ton pupuk. Model
Laporan Tahunan 2013
44 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
integrasi tebu ternak sudah lama dikumandangkan, tetapi implementasi
di lapangan belum nyata, apalagi dalam bentuk sistim pertanian
modern.
c. Model pengembangan ini selain secara langsung untuk menyediakan
pupuk organik bagi tebu lahan kering dalam mendukung peningkatan
produksi gula, potensi dan manfaatnya sekaligus meningkatkan
produksi daging, pengurangan emisi GRK (terutama gas Methane dan
CO2) dan peningkatan nilai tambah serta kesejahteraan petani.
d. Kebutuhan pupuk organik tebu yang ditanam di lahan kering sangat
potensial untuk dipenuhi sendiri melalui pengembangan unit model
integrasi tebu-sapi, yang setiap unitnya meliputi pengelolaan 5 ha
pertanaman tebu dengan satu unit kandang 20 ternak sapi, yang
dilengkapi dengan 2 instalasi biogas. Pengelolaan model integrasi tebu-
sapi yang baik secara bisnis dapat meningkatkan nilai tambah dan daya
saing usaha tani tebu dan ternak.
e. Pengembangan model integrasi tebu sapi secara bertahap untuk
memenuhi kebutuhan pupuk organik 25% dari areal tebu yang ditanam
di lahan kering (75 ribu ha) diperkirakan melalui kegiatan pembibitan
dapat menambah paling sedikit 225 ribu anakan sapi dari hasil
pembibitan per tahun, dari hasil 1 unit sebanyak 15 anakan melalui
program nasional Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB). Setiap unit model
integrasi tebu sapi membutuhkan investasi awal sebesar 1,36 milyar
dan akan diperoleh break even poin (BEP) dengan total investasi
selama 3 tahun sebesar 2,36 milyar dan B/C Rasio sebesar 1,9.
4. Revitalisasi Agribisnis Jambu Mete Nasional :
a. Pemerintah Pusat (Kementerian Pertanian) agar segera mencanangkan
gerakan peremajaan dan rehabilitasi pertanaman jambu mete di
daerah penghasil utama disertai bimbingan dan pendampingan teknis
secara intensif.
b. Sinergi Pemerintah dan Industri Pengolahan untuk mengatasi
kelangkaan bahan baku ditengah dominasi ekspor gelondong mete
dengan melakukan Gerakan Serap Gelondong saat musim panen di
daerah penghasil utama jambu mete. Perlu diinisiasi Skim tataniaga
berupa pengaturan harga saat Gerakan Serap Gelondong. Penetapan
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 45
harga memperhatikan biaya pokok produksi (BPP) di tingkat petani.
Gerakan tersebut perlu didukung dengan regulasi Kementerian
Perdagangan yang membatasi ekspor gelondong mete, dengan
mewajibkan eksportir untuk melakukan ekspor gelondong dan kacang
mete dalam proporsi tertentu. Kementerian Perindustrian agar
menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh kembangnya industri
pengolahan mete nasional.
c. Sinergi Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam
mengimplementasikan Gerakan Peremajaan dan Rehabilitasi, serta
Gerakan Serap Gelondong.
d. Penugasan kepada Lembaga Penelitian dan/atau Perguruan Tinggi,
sesuai dengan tugas dan fungsinya menyediakan inovasi teknologi
yang diperlukan untuk gerakan peremajaan dan rehabilitasi, serta
keberlanjutan agribisnis jambu mete nasional, misalnya: sistem
perbenihan, varietas baru dengan kualitas CNSL tinggi, teknologi
rehabilitasi dan peremajaan jambu mete, alat mesin pengolah kacang
mete dan produk samping yang efisien.
5. Pengelolaan Tebu Terpadu Untuk Meningkatkan Produksi Gula :
a. Penerapan sistem tanam yang sesuai akan memberikan hasil optimal.
Pada beberapa wilayah seperti Cirebon, Pati, Klaten, Blora, Sidoarjo, dan
Gorontalo, sistem tanam juring ganda memberikan keuntungan yang
lebih tinggi dibanding sistem tanam juring tunggal. Dengan
pendampingan dan bimbingan dari penyuluh setempat, penerapan
sistem juring ganda sesuai SOP diharapkan akan memberikan hasil yang
optimal. Sementara itu, di wilayah lainnya, sistem juring tunggal yang
didukung dengan budidaya optimal dengan penambahan bahan organic,
memberikan hasil yang cukup menguntungkan.
b. Untuk daerah yang tenaga kerjanya terbatas, rekomendasi penerapan
sistem juring ganda harus dibarengi dengan tersedianya mesin-mesin
atau traktor untuk pengolahan tanah dan pembuatan juringan untuk
sistim juring ganda, serta bantuan subsidi benih dan pupuk, baik bahan
organik, maupun pupuk kimia.
Laporan Tahunan 2013
46 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
c. Rencana tindak lanjut kebijakan ini adalah melakukan pilot project
teknologi P2T3, dan bila memungkinkan dipadukan dengan integrase
ternak – sapi. Kegiatan yang dilakukan adalah penanaman skala massal
50 Ha, di jawa dan atau luar Jawa, dengan menerapkan teknologi yang
dipilih dari kegiatan P2T3 (juring ganda, bahan organik, klentek dan
pemeliharaan optimal).
6. Komunikasi Inovasi Sistem Juring Ganda Mendukung Peningkatan
Produksi Tebu Nasional :
a. Dengan penerapan sistem juring ganda, produktivitas tebu meningkat
dari 70-90 ton/ha, menjadi 135-150 ton/ha. Potensi peningkatan
tersebut dapat menunjang peningkatan produksi tebu nasional apabila
terbangun sebuah sistem inovasi yang mendorong terjadinya adopsi di
tingkat petani.
b. Saat ini penerapan sistem juring ganda baru pada petani contoh dengan
bantuan pendampingan. Pada beberapa lokasi percontohan pernah
dilakukan gelar teknologi. Hasil penelitian juga disebarluaskan melalui
media komunikasi dalam bentuk publikasi ilmiah, ilmiah populer, dan
populer.
c. Proses adopsi teknologi sistem juring ganda di tingkat petani terdiri dari
tahapan: (1) pengetahuan (knowledge), (2) persuasi (persuasion), (3)
keputusan (decision), (4) pelaksanaan (implementation), dan (5)
konfirmasi (confirmation). Kegiatan komunikasi inovasi pada petani non
contoh diduga masih dalam tahap peningkatan pengetahuan. Untuk
mendorong adopsi pada wilayah yang lebih luas dan petani yang lebih
banyak maka pada tahapan selanjutnya maka perlu dilakukan
penderasan teknologi atau diseminasi teknologi kepada petani non
contoh dengan cakupan yang lebih luas.
d. Metode komunikasi inovasi yang dapat dipilih yaitu metode penyuluhan
masal, metode penyuluhan kelompok, dan metode penyuluhan individu.
Metode komunikasi massa ditujukan kepada khalayak petani umum
tanpa adanya hubungan personal antara penyuluh dengan audien.
Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui
TV, radio, koran, pamflet, dan lain-lain. Metode komunikasi kelompok
ditujukan kepada kelompok tertentu dan memerlukan pertemuan tatap
muka antara penyuluh dengan para petani. Beberapa teknik yang
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 47
digunakan dalam metode ini antara lain ceramah, widyakarya, diskusi
kelompok, pelatihan, demontrasi atau peragaan teknologi.
e. Difusi teknologi merupakan langkah penyebaran teknologi yang pada
akhirnya akan mendorong terbangunnya sistem pertukaran
pengetahuan, dimana petani non contoh akan mendapatkan
pengetahuan, dan petani contoh akan mendapatkan penguatan adopsi.
Laporan Tahunan 2016
48 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
VIII. PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI
INFORMASI PERKEBUNAN
Dalam upaya percepatan hasil penelitian perkebunan ke masyarakat, Puslitbang
Perkebunan melakukan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian. Kegiatan
diseminasi hasil-hasil penelitian dilakukan melalui berbagai media, atau yang
dikenal dengan system diseminasi multi channel, seperti seminar, ekspo,
laboratorium lapang, pameran, workshop, publikasi ilmiah dan semi popular,
serta kerjasama penelitian dan pengembangan perkebunan.
9.1. Publikasi Hasil Penelitian
Puslitbang Perkebunan beserta keempat Unit Pelaksana Teknis (Balittro, Balittri,
Balittas, Balit Palma) secara terus menerus melakukan penyebaran informasi
hasil penelitian dan pengembangan perkebunan melalui terbitan berkala dalam
bentuk publikasi ilmiah dan populer. Bentuk diseminasi ini dilakukan baik dalam
bentuk cetakan yang berupa jurnal, buku, booklet, leaflet, sirkuler, maupun
melalui media elektronik dalam bentuk DVD dan website.
Publikasi ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian terkini dan diterbitkan secara
berkala antara lain Jurnal Littri, Perspektif, Jurnal Tanaman Industri dan
Penyegar, Buletin Tanaman Tembakau dan Serat, Buletin Tanaman Rempah dan
Obat, dan Buletin Palma. Selain itu Puslitbang Perkebunan juga menerbitkan
penerbitan berkala berisikan informasi ringkas tentang teknologi terkini dalam
bentuk Warta Littri, Infotek Perkebunan, dan Media Komunikasi Perkebunan.
Informasi ringkas tentang budidaya, pengolahan hasil maupun produk-produk
hasil penelitian diterbitkan dalam bentuk leaflet dan booklet.
Jumlah publikasi lingkup Puslitbang Perkebunan yang telah dihasilkan selama TA
2016 untuk penerbitan interen Puslitbang Perkebunan adalah sebanyak 37
terbitan publikasi (berupa jurnal, buku, sirkuler, booklet,leaflet dan DVD
kegiatan). Disamping publikasi tersebut tahun 2016 Puslitbang Perkebunan juga
menghasilkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Nasional dan Internasional. Sebaran KTI
tersebut seperti tertera dalam tabel 9 berikut ini.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 49
Tabel 9. Rekapitulasi KTI Nasional dan Internasional lingkup Puslitbang Perkebunan Tahun 2016
No. Unit Kerja Jumlah
Peneliti
KTI
Nasional Internasional
1. Puslitbang Perkebunan 15 24 0
2. Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat
63 20 0
3. Balai Penelitian Tanaman Pemanis
dan Serat
53 76 6
4. Balai Penelitian Tanaman Palma 31 25 8
5. Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar
39 24 2
9.2. Pameran
Pameran merupakan salah satu sarana promosi produk baru maupun produk
lama yang telah dikemas dalam inovasi baru. Pemeran juga dapat berfungsi
sebagai media yang memperkuat citra suatu lembaga, dan mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Melalui pameran dapat diperoleh umpan balik yang
bermanfaat bagi perencanaan kegiatan litbang dimasa mendatang. Pada Tahun
Anggaran 2016 Puslitbang Perkebunan telah ikut berpartisipasi pada berbagai
acara ekspose/pameran. Beberapa produk yang dipamerkan mencakup berbagai
produk olahan hasil inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Puslitbang
Perkebunan, seperti produk kesehatan (herbal aneka tanaman obat), produk
bioenergi, pestisida nabati, aneka informasi dan produk yang terkait erat dengan
inovasi teknologi dan pemanfaatan sumber daya genetik mendukung ketahanan
pangan, serta publikasi ilmiah dan semi populer yang diterbitkan Puslitbang
Perkebunan.
a. Partisipasi dalam Gelar Teknologi TTP (Taman Teknologi Pertanian)
Gelar teknologi di TTP merupakan salah satu kegiatan yang dikoordinasikan
oleh Balitbangtan sebagai wahana penelitian dan pengembangan baik balai-
balai penelitian maupun dari universitas/perguruan tinggi untuk menunjukkan
Laporan Tahunan 2016
50 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
hasil inovasinya kepada masyarakat, khususnya kepada para petani. Target
utama TTP adalah meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
pertanian lokal sebagai daya ungkit skala ekonomi dari usaha tani melalui
penerapan teknologi di lokasi usaha tani petani. Teknologi yang dipamerkan
dan didemokan pada gelar teknologi meliputi bibit unggul, teknologi budidaya,
teknologi pengolahan hasil pertanian, teknologi kesehatan hewan dan alat
mesin pertanian.
Gelar TTP Sedong
Gelar TTP Sedong dilaksanakan tanggal 27-29 Januari 2016, dibuka oleh
Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. M. Syakir MS. dan dihadiri oleh Ketua
Komisi IV DPR RI, Bupati Cirebon, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Camat
Sedong, kelompok tani dan masyarakat sekitar area TTP Sedong. Puslitbang
perkebunan turut berpartisipasi pada acara peresmian TTP Sedong dengan
mengikuti pameran produk inovasi teknologi perkebunan yang di antaranya
minuman secang, minuman kunyit asam dan minuman temu lawak, coklat
batangan, coklat tepung, kopi Pakuwon, kopi Arabika, bunga Rosella dan
minyak biodiesel dari kemiri sunan (Gambar 33). Selain produk, Puslitbang
Perkebunan juga membagikan benih tanaman untuk petani yaitu kakao, kopi,
lada panjat dan lada perdu, cengkeh dan pala.
Gambar 34. Gelar TTP Sedong, Cirebon, 27-29 Januari 2016
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 51
Gelar Teknologi TTP Cikajang-Garut
Taman Teknologi Pertanian (TTP) Cikajang, Garut diresmikan oleh Kepala
Badan Litbang Pertanian Dr. M. Syakir MS. pada tanggal 5 Februari 2016.
Partisipasi Puslitbang Perkebunan pada acara TTP Cikajang dengan
memberikan tanaman kopi dataran tinggi serta turut mengisi pameran
dengan menampilkan beberapa produk dari Balittri dan Balittro di antaranya,
minyak kemiri sunan, kopi, kakao, minuman kesehatan secang fit, temulawak
greng dan kunyit asam serta healtro (Gambar 34).
Gambar 35. Gelar TTP Cikajang Garut - Garut , 5 Februari 2016
Gelar Teknologi TTP Teknologi/Ekspose Pacitan
Gelar TTP Pacitan dibuka langsung oleh Kepala Badan Litbang Pertanian
Dr.Ir. M. Syakir MS , tanggal 16 Februari 2016 serta dihadiri oleh para
undangan dari Pemda Pacitan, kelompok tani dan perguruan tinggi.
Puslitbang Perkebunan turut berpartisipasi dalam pengisian materi pameran
terutama produk hasil inovasi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
(Gambar 35) yang membuat pengunjung sangat antusias terutama terhadap
pengganti bahan bakar minyak fosil, yaitu minyak biodiesel kemiri sunan.
Beberapa produk yang dipamerkan di antaranya minuman kesehatan teh
rosella, madu kapok, minyak wijen, serat dari rosella dan abaca.
Gambar 36. Gelar TTP Pacitan Jawa Timur – Pacitan, 16 Februari 2016
Laporan Tahunan 2016
52 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gelar Teknologi TTP Cigombong, Bogor
Gelar Teknologi TTP Cigombong, Bogor pada tanggal 30 Maret 2016 dihadiri
oleh Bupati Bogor ibu Nurhayati. Dalam pameran yang ditampilkan di TTP
Cigombong, Puslitbang Perkebunan menampilkan minuman kesehatan
Secang Fit dan minuman Temulawak Greng yang sangat disukai oleh para
pengunjung.
Gambar 37. Kunjungan Bupati Bogor di TTP Cigombong, Bogor, 30 Maret
2016
b. Partisipasi dalam Pameran
Pameran dalam rangka Panen dan Sergap (serap gabah petani)
Pameran diselenggarakan bersamaan acara panen, serap gabah, harga stabil
di Provinsi Sulawesi Selatan dipusatkan di Pa’rasangan Beru, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar tanggal 15 Maret 2016, dan dihadiri Menteri
Pertanian (Dr. Amran Sulaeman), Pangdam VII Wirabuana (Mayjen Agus
Surya Bakti), Gubernur Sulawesi Selatan (Syahrul Yasin Limpo), Kepala Divisi
Bulog Sulawesi Selatan (Abdul Muis) dan Kepala Balitbangtan (Dr. M. Syakir)
serta Bupati Takalar (Burhanuddin Baharuddin). Puslitbang Perkebunan turut
berpartisipasi dengan memamerkan beberapa produk di antaranya minuman
secang fit, temulawak greng serta healthro, dan Pestisida Nabati serta
publikasi terkait (Gambar 38).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 53
Gambar 38. Pameran dalam rangka panen dan sergap gabah petani (Takalar-Sulsel,15 Maret 2016)
Pameran dan Bazar Gelar Teknologi Pertanian, Dies Natalis STPP
Bogor ke 15
Pameran dan Bazar Teknologi Pertanian diselenggarakan STPP Bogor, diikuti
oleh beberapa stakeholder di antaranya perusahaan sektor
pertanian/peternakan, Alumni STTP Bogor, Instansi Pemerintah, Universitas
dan kelompok tani/UMKM Agribisnis. Badan Litbang Pertanian turut serta
dalam pameran ini. Materi pameran berasal dari berbagai unit kerja di
antaranya Puslitbanghorti, Pustaka, Puslitbangnak, BBSDLP, Sekretariat
(BPATP), dan Puslitbangbun. Puslitbangbun menampilkan minyak biodiesel
kemiri sunan, healthro, VCO, cokelat, kopi,, hand body berbahan kelapa dan
minyak sayur, bioadiktif, pestisida nabati, serta publikasi. Pameran ini
menjadi media penting dalam diseminasi inovasi teknologi yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian, apalagi para mahasiswa STPP kelak menjadi
menyambung informasi ke masyarakat pertanian.
Laporan Tahunan 2016
54 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 39. Pameran dan bazar Geltek Pertanian STPP Bogor, 11-13 April 2016
Pameran Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI 2016)
Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI)
menyelenggaraan pameran dari tanggal 5-7 Mei 2016 di JIExpo Kemayoran,
Jakarta. Pameran dibuka oleh Wakil Presiden RI, Bapak H. Yusuf Kalla.
Penyelenggaraan promosi ini membuka peluang kerjasama pembangunan
dan pemberdayaan potensi ekonomi daerah. Puslitbang Perkebunan turut
berpartisipasi pada acara AITIS 2016 di stand Kementerian Pertanian dengan
menampilkan alat Bud Chips dan tanaman tebu hasil kultur jaringan serta
publikasi mengenai tanaman tebu (Gambar 40).
Gambar 40. Kegiatan APKASI/AITIS 2016 di JIExpo Kemayoran, 5-7 Mei
2016
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 55
Agro and Food Expo 2016
Penyelenggaraan The16th Agro and Expo 2016, Food and Beverage Industry
Expo 2016 and Cacao, Coffee and Tea Expo 2016 berlangsung pada tanggal
5-8 Mei 2016 di Jakarta. Pameran tahun ini mengangkat tema “The 16th
Agro Expo 2016 and Food and Baverage Industri Expo 2016”. Puslitbang
Perkebunan turut berpartisipasi dalam stand Badan Litbang pertanian
dengan menampilkan minuman kesehatan secang fit, kunyit asam, dan
aneka healthro serta kopi, dan kakao. Berbagai publikasi juga turut
dipamerkan (Gambar 41). Pameran diikuti oleh pemerintah daerah,
kementerian dan lembaga terkait, BUMN dan perusahaan swasta serta
pelaku usaha lainnya.
Gambar 41. Pameran Agro and Food 2016 di JIExpo Kemayoran, 5-8 Mei
2016
Pameran Benih & Seminar Nasional Sawit
Pameran benih dan seminar nasional “Kiat Sukses Replanting Kelapa Sawit”,
diadakan di Jakarta tanggal 26 Juli 2016, yang dibuka langsung oleh Dirjen
Perkebunan. Tujuan seminar adalah untuk memberikan pengetahuan yang
komprehensif tentang pembiayaan, teknologi yang telah tersedia untuk
replanting, penanganan hama penyakit termasuk ganoderma, tumpang sari
kelapa sawit-jagung, dan regulasi yang mengatur soal peremajaan kelapa
sawit. Saat ini lebih dari 30% areal perkebunan kelapa sawit baik plasma
maupun swadaya sudah melewati umur produktif dan harus segera
direplanting. Kendala dalam pelaksanaan amatlah sulit, mulai dari
ketersediaan anggaran, masalah efisien dan juga ancamanan ganoderma.
Puslitbang Perkebunan pada acara ini turut berpartisipasi dengan
Laporan Tahunan 2016
56 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
menampilkan hasil penelitian tentang sawit, minyak biodiesel kemiri sunan,
pestisida nabati dan beberapa publikasi (Gambar 42).
Gambar 42. Pameran Benih dan Semnas Kelapa Sawit, Jakarta, 26 Juli 2016
Agro Inovasi Fair 2016
Agro Inovasi fair 2016 diselenggarakan di Jakarta, tepatnya di Mall Taman
Anggrek dari tanggal 27 – 31 Juli 2016. Dalam pameran ini Balitbangtan
menampilkan berbagai inovasi teknologi pertanian terkini, varietas tanaman
dan ternak unggul baru, buah-buahan unggul, alat mesin pertanian, benih
sayuran, dan publikasi tercetak. Puslitbang Perkebunan menampilkan
minuman kesehatan seperti temu lawak, kunyit asam, kapsul (Healthro), dan
Kopi (Gambar 43).
Gambar 43. Agro Inovasi Fair 2016, Jakarta, 27-31 Juli 2016
Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXVI
Hari Pangan Sedunia ke XXXVI tahun 2016 digelar dari tanggal 28-30
Oktober 2016 di Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali,
Provinsi Jawa Tengah. Tema yang diusung tahun 2016 adalah “Membangun
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 57
kedaulatan pangan berkelanjutan di era perubahan iklim”. Gelar Teknologi
Inovasi Pertanian dibuka oleh Presiden RI, sedangkan acara pameran dibuka
oleh Menteri Pertanian. Pada acara ini juga dilakukan panen padi oleh
Presiden RI di kecamatan Desa Trayu, Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Puslitbang Perkebunan turut berpartisipasi pada acara HPS ke XXXVI tahun
2016 dengan mengikuti gelar teknologi budidaya biofarmaka dan pameran
produk olahan untuk kecantikan dan kesehatan untuk manusia dan ternak
(Gambar 44).
Gambar 44. Hari Pangan Sedunia ke XXXVI 2016, Boyolali, 28-30 Oktober 2016
Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Dalam rangka harmonisasi kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan Universitas Gunadarma
menggelar kegiatan pameran dari tanggal 6-7 Desember 2016 di Jakarta dengan
tema“Penguatan Riset di Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang Kepada
Masyarakat untuk Meningkatkan Kemandirian dan Daya Saing Bangsa”. Acara
dibuka oleh Menristek Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D.,AK. Puslitbang
Perkebunan menampilkan berbagai produk pestisida nabati di antaranya
Organeem, Bio Protektor, Biotris, Biofob dan Mitol serta beberapa publikasi yang
berhubungan dengan Pestisida nabati (Gambar 45).
Laporan Tahunan 2016
58 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Gambar 45. Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Jakarta,6-7 Desember 2016
9.3. Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Dalam upaya penerapan hasil penelitian dan pengembangan perkebunan,
kerjasama pengelitian dan pengembangan perkebunan dengan mitra sangat
penting sekaligus berperan mendekatkan hasil litbang perkebunan dengan
masyarakat langsung. Kegiatan kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan pada tahun 2016 dengan meninjaklanjuti nota kesepahaman yang
sudah ada dan melakukan rintisan kerjasama baru.
Tindak lanjut telah dilakukan pada Nota Kesepahaman dengan Pemerintah
Daerah, yaitu:
a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumedang
Tindaklanjut berupa Pelatihan dan Penetapan Pembukaan Demplot atau
Kebun Benih Induk Lada di Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini dilaksanan
pada tanggal 27 April 2016 yang dilaksanakan di Aula Desa Tanjung
Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang dan dihadiri oleh petani lada
kurang lebih 60 orang. Narasumber pada kegiatan ini oleh Dr. Ir. Otih
Rostiana dan Dr. Sukamto dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
b. Pemerintah Daerah Kabupaten Landak
Pada tahun 2016 dibangun kebun entres kopi robusta seluas 1 ha dan
sarana pendukung seperti bak penyemaian benih setek berakar dan tempat
pembibitan, serta pelatihan petani tentang budi daya kopi dan karet dalam
rangka membangun kawasan satu kesatuan budi daya karet mendukung
Kawasan Indistri Mandor (KIM). Selain itu juga membangun kebun entres
beberapa klon unggul karet.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 59
Pelatihan dilaksanakan di saung tani kebun entres kopi di Desa Kayu Ara,
Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Bimtek ini dilaksanakan pada
tanggal 31 Mei 2016 dengan peserta ± 50 petani, 4 orang panitia dari
Disbunhut dan 3 orang narasumber dari Puslitbang Perkebunan.
Gambar 46. Penyampaian materi budidaya kakao dan kopi dan Praktek pembibitan kopi
c. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)
Tindak lanjut ini berkaitan dengan Penandatangan Perjanjian
Kerjasama/Kontrak Kerjasama tentang Riset Pemuliaan dan Perbaikan
Budidaya Kelapa Sawit. Kerja sama penelitian Riset Pemuliaan dan
Perbaikan Budidaya Kelapa Sawit TA. 2016 yang didanai Badan Pengelola
Dana Perkebunan Kelapa Sawit TA. 2016 sejumlah 5 kegiatan penelitian
dengan total biaya Rp 3.405.304.540,- (Tiga milyar empat ratus lima juta
tiga ratus empat ribu lima ratus empat puluh rupiah sebagaimana berikut:
1. Pemanfaatan Plasma Nutfah Kelapa Sawit Angola dan Kamerun Koleksi
Indonesia serta Populasi Elit Mekarsari untuk Pembentukan Populasi
dan Percepatan Perakitan Varietas Unggul Kelapa Sawit Tipe Baru
2. Pengendalian hama ulat api (Limacodidae) secara terintegrasi dan
ramah lingkungan dengan tehnik konvensional dan RNA interference
(RNAi)
3. Pengembangan metoda pelapisan benih (seed coating) untuk
mempertahankan viabilitas dan mutu benih kelapa sawit
4. Kaji Tindak Percepatan Penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil
(ISPO) pada Perkebunan Sawit Rakyat
5. Konservasi dan Pengelolaan Plasma Nutfah Kelapa Sawit di Kebun
Percobaan Sitiung
Laporan Tahunan 2016
60 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
d. Kerjasama Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung dengan Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar
Pada tanggal 16 Juni 2016 Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kabupaten Temanggung (Ir. C. Masrik Amin Zuhdi, MM.),
beserta staf berkunjung ke Balittri untuk koordinasi dan tindak lanjut MoU
(Gambar 59). Kegiatan yang direncanakan untuk tahun anggaran 2016,
yaitu penilaian kebun entres, bimbingan teknis, observasi varietas unggul
lokal, serta pelatihan budidaya dan pascapanen kopi. Pengembangan kopi
yang sedang dilakukan oleh pemerintah daerah diharapkan dapat
meminimalisir jumlah lahan kritis agar tidak semakin bertambah setiap
tahunnya. Selain menindaklanjuti kerjasama yang sudah ada, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan pada 2016 telah melakukan
rintisan kerjasama dengan membuat draft Nota Kesepahaman (MoU)
dengan :
a. Pemerintah Kabupaten Garut
Draft Nota Kesepahaman antara Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan dengan Pemerintah Kabupaten Garut tentang Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan guna mendukung Program
Strategis Kabupaten Garut. Strategi pengembangan Garut yang terdiri
atas: (a) mengembangkan kawasan untuk pertanian, perkebunan dan
perikanan yang berkelanjutan, (b) mengembangkan industri pengolahan,
perdagangan dan jasa, dan (c) mengembangkan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan parawisata.
b. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banjarnegara
dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Draft Nota Kesepahaman antara Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Banjarnegara dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, menyediakan, mendiseminasikan dan mengembangkan inovasi
teknologi komoditas tanaman lada dalam rangka mendukung percepatan
pencapaian target dan program di Kabupaten Banjanegara; dengan
runag lingkup (a) Pengembangan perbenihan tanaman lada, (b)
Peningkatan sistem budidaya lada, dan (c) Pelatihan dan pendampingan
inovasi teknologi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 61
c. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga
Draft Nota Kesepahaman antara Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Purbalingga dengan Balai Penelitian tanaman
rempah dan Obat tentang pengembangan komoditas lada dan nilam.
Tujuan kerjasama untuk menyediakan, mendiseminasikan dan
mengembangkan inovasi teknologi komoditas tanaman lada dan nilam
dalam rangka mendukung percepatan pencapaian target dan program di
Kabupaten Purbalingga; dengan ruang lingkup kegiatan a)
Pengembangan perbenihan tanaman lada dan nilam b) Peningkatan
sistem budidaya lada dan nilam, c) Pelatihan dan pendampingan inovasi
teknologi.
d. Rintisan Kerjasama dengan Dinas Pertanian Sumatera Barat
Rintisan dilaksanakan pada tanggal 22 – 26 November 2016 dengan
kunjungan ke beberapa dinas pertanian dan kehutanan perkebunan di
Suamtera Barat. Kegiatan kerjasama yang direncanakan meliputi:
pelatihan sambung samping, pertemuan penangkar, aspek pascapanen
kopi dan kakao, dan lain-lain. Kegiatan kerjasama untuk komoditas
perkebunan terutama kopi dan kakao akan terus dilanjutkan pada TA
2017. Tanaman yang memiliki komoditi unggulan, yakni tanaman kopi
dan kakao. Pihak Dinas berharap segera memiliki kebun entres kopi dan
kakao.
Kerjasama Lisensi
Lisensi adalah izin penggunaan teknologi dalam jangka waktu tertentu, yang
diberikan oleh pemilik/pemegang paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten. Dari
pemberian lisensi akan dihasilkan Royalti, seperti yang telah terbit PMK No. 72
Tahun 2015 tentang imbalan yang berasal dari PNBP Royalti Paten kepada
Inventor. Beberapa arahan Menteri Pertanian pada saat sidak di BBP2TP,
Balitklimat dan PSEKP (7/4/2015), yaitu dihimbau agar peneliti banyak
menghasilkan paten dan lisensi sehingga inovasi banyak tersedia untuk
masyarakat serta peneliti bisa hidup sejahtera dari hasil penelitiannya; produk
Laporan Tahunan 2016
62 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
yang dihasilkan oleh Balitbangtan harus dapat ditingkatkan kualitasnya dan
kemasannya serta dipasarkan oleh tim marketing secara menarik; dan jiwa
entrepreneurship perlu dibangun. Beberapa inovasi teknologi yang dihasilkan
oleh UPT lingkup Puslitbangbun telah dilakukan kerjasama lisensi (Tabel 10).
Tabel 10. Data base kerjasama lisensi lingkup Puslitbang Perkebunan
No. Teknologi Mitra Kerja Masa
Perjanjian Jenis
Perjanjian Tahun Mulai
Tahun Berakhir
1 Kenaf Varietas KR 15
PT Global Agrotek
Nusantara
18 tahun Lisensi (E) 6/8/2009 6/8/2027
2 BBM Bioaditif PT. Sinergi Alam
Bersama
10 tahun Rahasia
Dagang
31/3/2011 31/3/2021
3 Green 200 EC PT. Sainindo
Kurniasejati
10 Tahun Rahasia
Dagang
15/06/2012 15/06/2017
4 Decomposer
Orligno
PT. Sainindo
Kurniasejati
10 Tahun Rahasia
Dagang
27/06/2012 27/06/2022
5 Atraktan PT. Sainindo Kurniasejati
5 tahun Rahasia Dagang
28/08/2012 28/08/2017
6 Lem Perangkap
Lalat Buah
PT. Sainindo
Kurniasejati
5 tahun Rahasia
Dagang
28/08/2012 28/08/2017
7 Insektisida Cair
Biotris
PT. Berdikari
(Persero) 5 Tahun
Lisensi 9/2/2012 9/2/2017
8 Ramuan Demam
Berdarah Dengue ( DEHAF)
PT. Soho
Industri Pharmasi
5 Tahun Rahasia
Dagang
10/01/2014 10/01/2019
9.4. WEBSITE
Kegiatan pengelolaan website Puslitbang Perkebunan bertujuan untuk
menyampaikan informasi perkembangan teknologi komoditas perkebunan.
Dalam pengelolaannya terdapat sub kegiatan pengembangan yang meliputi
kegiatan : a) Pemutakhiran data, b) Pembaharuan tampilan website, c) informasi
tambahan, d) Pemeliharaan website Puslitbang Perkebunan, dan e) dokumentasi.
Data website yang diperbaharui terdiri dari aktivitas perkebunan (info aktual)
hasil liputan kegiatan, berita perkebunan berupa info, artikel hasil penelitian dan
review, berita inovasi teknologi dan varietas unggul, serta publikasi terbitan
(Gambar 47).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 63
Gambar 47. Grafik Pemutakhiran/update data berita pada website Puslitbang
Perkebunan 2014-2016
Berita aktivitas perkebunan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan kegiatan
banyak terpusat di Badan Litbang Pertanian dan Kementan (terutama Upsus).
Namun dari sisi berita perkebunan terdapat kenaikan. Sebagai Unit Kerja Eselon
II Badan Litbang Pertanian, Puslitbangbun juga berkontribusi untuk mengisi
content Info Aktual, Info Teknologi, dan Tahukah Anda di website Badan Litbang
Pertanian. Sesuai SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor
83/Kpts/OT.050/I/02/2015 tanggal 12 Februari 2015. Tim Web Badan Litbang
Pertanian tahun 2015, melakukan updating dan admin content website Badan
Litbang Pertanian setiap hari Senin.
Kontribusi berita dari Pusllitbangbun untuk website Balitbangtan dari 2014-2016
ditunjukkan dalam grafik berikut :
Gambar 48. Grafik kontribusi berita dari Puslitbangbun untuk website
Balitbangtan 2014-2016.
0
50
100
150
2014 2015 2016
Aktivitas PerkebunanBerita Perkebunan
0
5
10
15
20
25
30
352014
2015
2016
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 64
IX. SUMBERDAYA PENELITIAN
9.1. Sumberdaya Manusia
Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM Balitbangtan untuk
menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang
berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas tinggi terhadap
peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga handal
dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan sumber daya
manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2016, disajikan pada Tabel 16 dan
Tabel 17.
Sampai dengan TA 2016 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 698 pegawai yang
terdiri dari 61 orang S3, 68 orang S2 dan 172 orang S1, 31 orang SM/D3, 6
orang D2, 2 orang D1 serta 358 orang SLTA ke bawah. Berdasarkan jabatannya
sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan diklasifikasikan
menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3) Pustakawan,
(4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, (6) Pranata Humas, (7) Analisis
Kepegawaian, dan (8) Fungsional Umum.
Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 369 orang. Jumlah tersebut
cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup
Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi litkayasa dan fungsional lainnya).
Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak untuk
mencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengan tenaga
penunjangnya sehingga perencanaan SDM sebaiknya mempertimbangkan
komposisi tersebut.
Tabel 11. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Menurut Pendidikan
Pada Tahun 2016
Unit Kerja Peneliti
Tek.
Lit-
kaya
sa
Pusta-
kawan
Pra-
nata
Kompu-
ter
Arsi-
paris
Pra-
nata
hu-
mas
Ana-lisis
Kepe-
gawai-an
fungsio
nal
umum
Jumlah
Kantor Pusat 15 2 4 1 3 - 2 52 79
Balittro 63 46 6 - 1 1 - 141 258
Balittas 53 23 2 - 2 1 1 85 167
Balit Palma 31 10 1 - - - - 57 99
Balittri 39 20 - 1 - 1 34 95
Jumlah 201 101 13 1 7 2 4 369 698
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 65
Tabel 12. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Jabatannya Pada Tahun 2016
Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah
Kantor Pusat 12 2 17 7 3 1 37 79
Balittro 20 15 61 9 2 - 151 258
Balittas 10 23 54 7 - - 73 167
Balit Palma 10 13 18 4 1 - 53 99
Balittri 9 15 22 4 - 1 44 95
Jumlah 61 68 172 31 6 2 358 698
Keragaan peneliti berdasarkan bidang kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang
Perkebunan TA. 2016 disajikan pada Tabel 18. Bidang keahlian yang terbanyak
di lingkup Puslitbang Perkebunan adalah hama dan penyakit tanaman (58),
disusul oleh pemuliaan dan genetika tanaman (52), budidaya tanaman (48),
teknologi pasca panen (18), ekonomi pertanian (12) dan fisiologi tanaman (6).
Bidang kepakaran yang paling sedikit adalah mektan (3), sistem usahatani
pertanian (2) serta pangan, hortikultura dan perkebunan dan hidrologi (masing-
masing 1). Kedepan pengusulan sekolah (S2 dan S3) pada masa yang akan
datang hendaknya mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-
masing Balai Penelitian.
Tabel 13. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan 2016
No Bidang Keahlian Kantor
Pusat Balittro Balittas
Balit
Palma Balittri JML
1 Budidaya Tanaman 3 15 12 6 12 48
2 Ekonomi Pertanian 3 2 4 1 2 12
3 Fisiologi Tanaman - 3 2 - 1 6
4 Hama dan Penyakit Tanaman 4 25 14 8 7 58
5 Pemuliaan dan Genetika Tanaman 2 15 14 10 11 52
6 Teknologi Pasca Panen - 3 6 5 4 18
7 Teknologi Pertanian dan Mekanisasi 2 - 1 - - 3
8 Sistem Usaha Pertanian - - - 1 1 2
9 Ekonomi Sumber Daya - - - - - 0
10 Tan. Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan 1 - - - - 1
11 Hidrologi dan Konservasi Tanah - - - - 1 1
Jumlah 15 63 53 31 39 201
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 66
Pada tahun 2016, peneliti yang masih sekolah berjumlah 35 orang dengan
bidang ilmu: Manajemen Sumberdaya Lahan Dan Lingkungan; Entomologi;
Bioteknologi Mikroba; Fitopatologi; Pemuliaan Tanaman; Ilmu Tanah; Teknologi
Hasil Penelitian; Bioteknologi Tanaman; Energi Lingkungan Sosial, Teknologi
Benih; Dan Agro Teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti tugas
belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.
9.2. Sumberdaya Sarana dan Prasarana
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puslitbang
Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang
digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga penelitian
adalah Kebun Percobaan, Laboratorium, dan Rumah Kaca.
Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium sudah
terakreditasi. Selain itu, Puslitbang Perkebunan memiliki Kebun percobaan yang
tersebar di 18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan
tersebut, terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut
yaitu KP Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani, yaitu
KP Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas). Status
kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP yang
pinjam pakai. Puslitbangbun juga mempunyai 37 Rumah Kaca (Masing-masing 15
RK di Balitro, Balittas 7, Balit Palma 3, dan 12 RK di Balitri).
9.3. Tata Kelola
Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi
pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan
kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang
berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi perspektif
jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa: (1)
unified budgeting, (2)performance based budgeting, dan (3) medium term
expenditure frame work.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 67
Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang
Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah
operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Tim Satuan Pelaksana
Pengendalian Intern (Tim Satlak PI), (2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI (3) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI, dan
(4) Penyusunan Laporan Pelaksanaan SPI.
Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan
anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses
pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang
dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan
pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien.
Dokumen pelaksanaan monev dituangkan dalam LAKIN, PMK 249 dan Laporan
Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2015-2019
mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan
Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat
UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)
Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur
Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap
UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama
serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap triwulan.
9.4. Sumberdaya Keuangan
Pagu Anggaran Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis
(Balittro, Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada 31 Desember 2016 sebesar Rp.
144.126.346.000,-. Dari sejumlah anggaran tersebut, terdapat anggaran yang
diblokir sebesar Rp. 2.800.000.000,-, sehingga pagu anggaran riil (tanpa
anggaran yang diblokir) sebesar Rp 141.326.346.000,-.
Alokasi anggaran Jenis Belanja, satker dan output pada TA 2016 disajikan
pada gambar berikut:
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 68
Gambar 49. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jenis Belanja TA 2016
Gambar 50. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkanSatker TA 2016
Gambar 51. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Output (diluar Layanan Perkantoran) TA 2016
Pegawai 39%
Barang Operasional
10%
Barang Non Operasional
23%
Modal 28%
Puslitbangbun 20%
Balittro 23%
Balittas 27%
Balit Palma 15%
Balittri 15%
Benih 5%
Rekomendasi Kebijakan
1%
Varietas 6%
Teknologi 9%
Produk Olahan 1% Model
Bioindustri 4%
TSP 8%
Diseminasi 8%
Dukungan Manajemen
11%
Aset 47%
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 69
Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2016 sebesar
Rp. 138.066.412.526,- yang berarti mencapai 95,80 % atau 97,69% (jika
dihitung dari pagu riil/tanpa anggaran blokir). Realisasi anggaran pada tahun
2016 ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun anggaran
yang lalu. Namun demikian realisasi anggaran TA 2016 masih menunjukkan
kinerja keuangan yang baik, karena masih diatas 95%. Realisasi anggaran
berdasarkan satker disajikan dalam Gambar 79 berikut:
Gambar 52. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2016 (Juta Rupiah)
Realisasi keuangan berdasarkan satker pada TA 2016, berturut-turut dari satker
Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma adalah: 96,58%,
98,89%, 96,87%, 98,50% dan 98,05 (Gambar 79). Realisasi keuangan tersebut
cukup bagus (diatas 95%).
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang dan modal per 31
Desember 2016 berturut-turut mencapai 99,12%; 97,76%; dan 95,61% (Gambar
80). Realisasi anggaran pegawai dan barang dan modal yang diatas 95%
menunjukkan bahwa penyerapan anggaran sudah bagus, dan menunjukkan juga
pelaksanaan kegiatan sudah berjalan dengan lancar.
Gambar 53. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja TA 2016 ( Juta
Rupiah)
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 70
Berdasarkan kontrak kinerja Puslitbang Perkebunan dengan Badan Litbang
Pertanian, ada 8 kegiatan utama di Puslitbang Perkebunan, yaitu kegiatan
perakitan varietas unggul baru, teknologi budidaya, teknologi diversifikasi/
produk olahan, pengelolaan benih sumber, rumusan kebijakan tanaman
perkebunan, diiseminasi melalui publikasi, dan kerjasama penelitian. Realisasi
anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan output utama sampai
dengan akhir tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
Dari sisi pendapatan, Puslitbang Perkebunan menghasilkan penerimaan dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Target dan realisasi PNBP Fungsional
Puslitbang Perkebunan selama tahun Anggaran 2016 adalah sebagaimana
disajikan pada Gambar berikut.
Gambar 54. Target dan Realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan TA 2016
Capaian Realisasi PNBP Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittas, Balitpalma dan
Balittri berturut turut adalah 1,79%, 113,86 %, 124, 12%, 97,67%, dan 67,90%.
Tidak tercapainya target PNBP di Balittri dikarenakan target yang tidak
realistis/terlalu tinggi dibandingkan kemampuannya.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 71
BAB X
P E N U T U P
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai penghasil teknologi
dan kebijakan khususnya dibidang perkebunan telah menghasilkan cukup banyak
inovasi teknologi di bidang perkebunan antara lain dalam peningkatan
biodiversitas dan jumlah bahan tanaman, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan, produk dan teknologi pengolahan hasil tanaman perkebunan serta
sintesis kebijakan.
Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Perkebunan selama
tahun 2016 dengan sasaran mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul,
teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan bertujuan
untuk (1) menghasilkan dan tersedianya varietas unggul, (2) menghasilkan
teknologi produktivitas tanaman perkebunan, (3) menghasilkan teknologi
diversifikasi dan peningkatan nilai tamabh produk olahan, (4) menghasilkan
benih sumber dan plasma nutfah tanaman perkebunan, (5) Menghasilkan enam
rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan, (6) menghasilkan
pengembangan dan diseminasi informasi perkebunan dan (7) pengelolaan
sumberdaya keuangan.
Capaian hasil varietas unggul yang telah dilepas pada akhir tahun 2016 sebanyak
13 varietas tanaman perkebunan meliputi tanaman: tebu, kenaf, jarak pagar,
sisal, kelapa, pala, serai dapur, temu lawak dan kakao. Capaian dari hasil
penelitian teknologi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan yang telah
dihasilkan pada tahun 2016 sebanyak 19 teknologi baru yang meliputi 8
komoditas yaitu tebu, kopi, kakao, lada, pala, jambu mete, cengkeh dan kelapa.
Teknologi yang telah dihasilkan adalah terkait formulasi teknologi pemupukan,
pemanfaatan mikroba, perbanyakan tanaman, pengendalian hama-penyakit, dan
teknologi pengolahan. Teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah
produk olahan sepanjang tahun 2016 telah menghasilkan sebanyak 7 formulasi
untuk komodita tebu, kelapa, sagu, karet dan coklat serta teknologi yang
dihasilkan berupa formulasi pupuk, formulasi pestisida ramah lingkungan,
formulasi hidrolis serta biodegradable.
Laporan Tahunan 2016
72 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Upaya pemuliaan tanaman perkebunan diperlukan materi genetik dan pada
tahun 2016 Puslitbang Perkebunan telah memiliki koleksi aksesi sebanyak 12.468
yang terdiri atas 362 kasesi tanaman palma, 5.475 aksesi tanaman rempah dan
obat, 602 aksesi tanaman penyegar dan industri, serta 6.030 aksesi tanaman
pemanis dan serat. Pencapaian benih sumber dihasilkan melalui kegiatan Unit
Penyediaan Benih Sumber (UPBS) yang meliputi benih sumber tanaman rempah,
tanaman industri dan penyegar, tanaman pemanis dan serat dan tanaman
kelapa.
Hasil rekomendasi kebijakan yang telah dilakukan sebanyak 6 rekomendasi yang
terkait dengan studi dampak teknologi unggulan, percepatan adopsi sistem
tanam juring ganda tebu, akselerasi swasembada gula, pengembangan
bioindustri tanam BBN, up date neraca gula dan dukungan fasilitas bagi
percepatan adopsi teknologi juring ganda. Untuk adopsi teknologi oleh
pengguna-petani telah dirintis percepatan penyampaian inovasi hasil penelitian
melalui diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta kerjasama penelitian
dengan mitra kerja swasta, pemerintah, dan perguruan tinggi. Selanjutnya
pengelolaan dan alokasi pagu anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan untuk satker lingkup Puslitbang Perkebunan telah
direalisasikan dengan baik berdasarkan program dan kegiatan yang ditetapkan.
Progres dan realisasi anggaran semua jenis belanja terserap mencapai lebih dari
95% (97,69%), hal ini menunjukkan, bahwa sepanjang tahun 2016 penyerapan
anggaran berjalan bagus dan pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sebagaimana
mestinya.
Upaya memaksimalkan capaian dari target- output yang telah ditetapkan pada
renstra yang mengacu pada indikator kinerja utama (IKU) secara keselutuhan
sepanjang tahun 2016 telah tercapai walaupun masih terdapat beberapa IKU
yang belum sesuai terget sebagai akibat kendala teknis dan non teknis, namun
secara keseluruhan program/kegiatan lingkup Puslitbang Perkebuanan hasilnya
sesuai dengan yang tetapkan dan masih memerlukan evaluasi dan perencanan
yang tepat dalam upaya mencapai target semestinya.