Post on 30-Jan-2016
description
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PANGAN FUNGSIONAL
MATERI
PENGUJIAN KOMPONEN BIOAKTIF POLIFENOL
SEBAGAI ANTIOKSIDAN
Disusun Oleh:
Faranita Lutfia Normasari/131710101029
Kelompok 2/Kelas THP B
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
November, 2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan yang menjadi kebutuhan pokok atau primer manusia saat ini ikut
berkembang seiring dengan semakin majunya teknologi. Namun, seiring dengan
berkembangnya pangan yang semakin beragam semakin beragam pula cara penyakit
menginfeksi tubuh manusia. Salah satu caranya adalah dengan radikal bebas. Selam
ini yang kita tahu radikal bebas hanya berasal dari lingkungan yang dihasilkan oleh
asap-asap pabrik maupun kendaraan bermotor. Akan tetapi, bila diteliti lebih lanjut
terdapat beberapa produk pangan yang juga bisa bersifat radikal bebas. Salah satunya
adalah sate, karena terdapat beberapa bagian pada daging sate yang terbakar hingga
menghitam inilah yang menjadi sumber radikal bebas yang bersifat karsinogenik
(penyebab kanker).
Oleh karena itu, pada saat ini juga sedang digalakkan berbagai cara untuk
menangkal radikal bebas tersebut. Karena apabila selalu ditangkal dengan obat juga
dapat merusak sistem imun yang baik dalam tubuh kita. Salah satu cara untuk
menangkal radikal bebas tersebut adalah dengan pangan fungsional. Dimana pangan
fungsional ini merupakan pangan yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi
tubuh, namun juga dapat memberikan efek sehat yang salah satunya dapat menangkal
radikal bebas dalam tubuh. Senyawa bioaktif yang secara khusus dapat menangkal
dan mengendalikan jumlah radikal dalam tubuh adalah antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas. Antioksidan juga berguna untuk mencegah oksidasi
komponen makanan yang mengandung senyawa tidak jenuh (mempunyai ikatan
rangkap) misalnya minyak dan lemak. Kombinasi beberapa jenis antioksidan
memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi dibanding
dengan satu jenis antioksidan saja (Kumalaningsih, 2006). Pelaksanaan praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui kandungan dan aktivitas antioksidan pada beberapa
produk yang sering diberitakan mengandung antioksidan yang tinggi dan apa yang
mempengaruhinya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari diadakannya praktikum pengujian aktivitas antioksidan pada
beberapa sampel produk antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dalam berbagai produk pangan;
dan
2. Untuk mengetahui cara analisis aktivitas antioksidan metode DPPH pada
berbagai produk pangan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Antioksidan dan Jenis-Jenis Senyawa Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara
signifikan dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai
(Halliwell dan Whitemann, 2004; Leong dan Shui, 2002). Antioksidan dapat melindungi
sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai
radikal bebas. Antioksidan dapat mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal
bebas, sehingga dapat menstabilkan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai.
Contoh antioksidan antara lain β karoten, likopen, vitamin C, vitamin E (Sies, 1997).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis dari senyawa antioksidan yang telah
dijabarkan oleh Sies pada paragraf sebelumnya dengan beberapa tambahan.
2.1.1 Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang
disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas.
Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam
(Sunita, 2004).
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari
D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan.
Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk
tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-
asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan
tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003). Susunan kimia ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1. Susunan kimia Asam Askorbat (Vitamin C)
2.1.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang
paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam
golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (Gambar 2.2.). Kerangka
flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem
penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya.
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah
satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayursayuran dan buah,
telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara
mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam,
berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam
bentuk bebas yang disebut aglikon (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985; White dan
Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001; Cook dan S. Samman,1996;
Cuppett et al.,1954 dalam Redha, 2010).
Gambar 2.2. Struktur Kimia C6-C3-C6 Flavonoid
2.1.3 Polifenol
Polifenol merupakan salah satu senyawa antioksidan yang berasal dari golongan
flavonoid yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Komponen-komponen fenolik
banyak terdapat pada pangan nabati atau sayuran dan buah-buahan. Senyawa
tersebut mempengaruhi kualitas gizi pangan segar dan olahan. Selain itu senyawa
fenol dapat berfungsi sebagai antioksidan primer karena mampu menghentikan reaksi
rantai radikal bebas pada oksidasi lipid (Kochar dan Rossell, 1990 dalam Paembong,
2012).
Selain itu, polifenol memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam
molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut
dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Senyawa fenol sangat peka terhadap
oksidasi enzim dan mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase
yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol
mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim. Semua senyawa fenol berupa
senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum
UV. Selain itu, secara khas senyawa fenol menunjukkan geseran batokrom pada
spektrumnya bila ditambahkan basa. Karena itu cara spektrumetri penting terutama
untuk identifikasi dan analisis kuantitatif senyawa fenol (Harbone, 1987).
Polifenol adalah senyawa yang terdiri dari 2 gugus yaitu flavanoid dan turunan
asam sinamat. Flavanoid adalah senyawa polyphenol yang banyak terdapat pada
buah, sayuran, teh, anggur merah dan cokelat. Polyphenol berfungsi sebagai
antioksidan dan bermanfaat untuk kesehatan manusia, seperti mencegah kanker,
jantung dan penyakit-penyakit lainnya (Misnawi et al., 2004).
Gambar 2.3. Struktur dasar polifenol
2.1.4 Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan memiliki sifat
antioksidan, diantara vitamin E, yang paling banyak dipelajariadalah β tokoferol
(Gambar 5) karena memiliki ketersediaan hayati yang tinggi (Herrera dan Barbas, 2001
dalam Inggrid dan Santoso, 2014).
Tokoferol dapat melindungi membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas pada
reaksi rantai peroksidasi lipid. Tokoferol dapat menghambat radikal bebas dan
mencegah tahap reaksi propagasi. Reaksi ini menghasilkan radikal tokoferosil yang
dapat diubah kembali ke bentuk kurang aktif melalui pemberian elektron dari
antioksidan lainnya, seperti askorbat dan retinol. Berikut ini pada gambar 2.4 adalah
struktur kimia dari vitamin E :
Gambar 2.4. Struktur kimia β tokoferol
2.2 Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan
Metode yang umum untuk mengukur aktivitas antioksidan adalah dengan DPPH,
DPPH adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl. Pada metode ini antioksidan (AH) bereaksi
dengan radikal bebas DPPH dengan cara mendonorkan atom hidrogen, menyebabkan
terjadinya perubahan warna DPPH dari warna ungu menjadi kuning, intensitas warna
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Pada metode ini
yang diukur adalah aktivitas penghambatan radikal bebas.
Gambar 2.5. Reaksi Penghambatan Radikal DPPH (Moektiwardoyo, 2012)Metode ini tidak spesifik untuk komponen antioksidan tertentu, tetapi untuk
semua senyawa antioksidan dalam sampel. DPPH digunakan secara luas untuk
menguji aktivitas antioksidan makanan. Warna berubah menjadi kuning saat radikal
DPPH menjadi berpasangan dengan atom hidrogen dari antioksidan membentuk
DPPH-H. Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
% aktivitas antioksidan = x 100%
Berdasarkan rumus tersebut, makin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi
nilai aktivitas penangkapan radikal. Aktivitas antioksidan dinyatakan secara kuantitaif
dengan IC50. IC50 adalah konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH
sebesar 50%.
Selain itu, secara umum pengujian antioksidan dapat dilihat dalam beberapa
cara, yaitu:
a. BCB Method (β-Carotene Bleaching Method) atau Metode Pemutihan β-karoten,
b. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) Radical Scavenging Method (Metode
Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH),
c. TBARS Assay (Thiobarbituric Acid-Reactive Substance),
d. CUPRAC Assay (Cupric Reducing Antioxidant Capacity),
e. ORAC Assay (Oxygen-Radical Absorbance Capacity), dan
f. FRAP Assay (Ferric Reducing Antioxidant Power) (Rafi, 2013; Rosidah, et al.,
2008).
Perkiraan aktifitas antioksidan bergantung kepada sistem pengujiannya.
Spesifitas dan sensitifitas satu metode saja tidak dapat menguji seluruh senyawa fenol
yang terdapat pada ekstrak. Oleh karena itu dibutuhkan kombinasi pengujian aktivitas
antioksidan lebih dari satu (Sun dan Ho, 2005). Selain itu, pengujian antioksidan juga
dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.
2.3 Senyawa Antioksidan yang terdapat dalam Kopi, Kakao, Teh, Apel, Ginseng,
dan Jahe
2.3.1 Kopi
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji
tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea.
Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea
robusta (Saputra E., 2008). Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant
yang akan menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan memberikan
efek fisiologis berupa peningkatan energi (Bhara L.A.M., 2005).
Kopi mengandung beberapa komponen fenolik selain tokoferol yang
menunjukkan kapasitas antioksidan seperti asam klorogenat yang merupakan ester
dari beberapa asam sinamat dengan asam quinat, dan asam kafeat, asam ferulat serta
asam p-kaumarat yang terdapat dalam bentuk bebas (Natella dan Scaccini dalam
Yusmarini, 2011). Senyawa polifenol yang utama pada kopi adalah asam klorogenat
dan asam kafeat. Jumlah asam klorogenat mencapai 90% dari total fenol yang
terdapat pada kopi (Mursu, et al., 2005). Senyawa polifenol yang terdapat pada kopi
mempunyai beberapa aktivitas biologis seperti kemampuan untuk memerangkap
radikal bebas, meng-kelat logam, memodulasi aktivitas enzim, mempengaruhi signal
transduksi, aktivasi faktor transkripsi dan ekspreksi gen (Yusmarini, 2011).
2.3.2 Kakao
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu bahan baku yang dapat
digunakan dalam bidang pangan. Wood, G.A.R. (1975), kakao dibagi tiga kelompok
besar, yaitu criollo, forastero, Kadar lemak dalam biji criollo lebih rendah daripada
forastero tetapi ukuran bijinya besar, bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik.
Lama fermentasi bijinya lebih singkat daripada tipe forastero Menurut (Djatmiko dan
Wahyudi (1986), biji kakao sangat diperlukan dalam berbagai macam industri karena
sifatnya yang khas, yaitu : (1) biji kakao mengandung lemak yang cukup tinggi (55 %),
dimana lemaknya mempunyai sifat yang unik yaitu membeku pada suhu kamar, akan
tetapi mencair pada suhu tubuh, (2) bagian padatan biji kakao mengandung komponen
flavor dan pewarna yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan. Biji kakao
mengandung polifenol, yaitu senyawa yang sangat sepat, yang terdiri dari antosianin
dan leukoantosianin 3%, katekhin 3%, dan polifenol kompleks. Selama proses
fermentasi, polifenol teroksidasi oleh polifenol oksidase membentuk quinon dan
diquinon. Katekhin dan epikatekhin selama proses fermentasi, keduanya menghasilkan
warna cokelat yang khas (Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung senyawa polifenol,
yang dapat bertindak sebagai antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Kandungan total polifenol pada kakao lebih tinggi dibandingkan dari anggur, teh hitam,
teh hijau. Kelompok senyawa polifenol yang banyak terdapat pada kakao adalah
flavonoid golongan flavanol. Flavanol umumnya terdapat dalam bentuk senyawa
tunggal seperti katekin dan epikatekin dan juga berbentuk senyawa oligomer seperti
prosianidin.
2.3.3 Teh
Teh adalah suatu produk yang dibuat dari daun muda (pucuk daun) dari tanaman
teh Camellia sinensis L. Daun teh mengalami beberapa proses pengolahan untuk
dapat menjadi produk seperti teh hitam dan teh hijau. Untuk membuatnya, daun
biasanya dilayukan dan kemudian digulung dengan alat pemutar OTR (Open Top
Roller), kemudian dihamparkan ke udara agar teroksidasi atau terfermentasi. Daun
kemudian dikeringkan dengan udara panas, dan dihasilkan teh hitam (Harler, 1966).
Daun teh memiliki senyawa bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah
polifenol. Pada teh hijau kandungan polifenolnya sebesar 36 persen. Katekin
merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epikatekin (EC),
epikatekin gallat (ECG), epigallokatekin (EGC), epigallokatekin gallat (EGCG), katekin
dan gallokatekin (GC). Dalam daun teh terdapat sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin
yang dapat mencegah kanker dan kolesterol. Flavonol merupakan zat antioksidan
utama pada daun teh yang terdiri atas kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2- 3
persen bagian teh yang larut dalam air merupakan senyawa flavonol (Alumniits, 2009).
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan tannin
terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena banyaknya gugus
fungsional hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein
yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan.
Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan
vitamin A yang diduga akan menurun kadarnya akibat pengolahan, namun masih
dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam
teh, terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi (Kustamiyati, 2006).
Pada daun teh segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara
berturut-turut semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat
sebaliknya. Meskipun semua komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui
mempunyai kemampuan untuk penyembuhan penyakit ginjal, namun tannin dalam
bentuk epigalokatekin galat, merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling
berkhasiat. Tannin memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi. Tannin
merupakan senyawa yang sangat penting karena hampir semua karakteristik mutu teh
berkaitan erat dengan perubahan yang terjadi pada tannin selama pengolahan teh.
Tannin yang terkandung dalam teh merupakan turunan asam galat dan dikenal dengan
katekin (Ramayanti, 2003).
2.3.4 Apel
Daging buah apel mengandung senyawa-senyawa flavonoid seperti : Catechin,
procyanidin, phloridzin, phloretin glycoside, caffeic acid, dan chlorogenic acid.
Sedangkan kulit apel selain mengandung senyawa-senyawa di atas, juga mengandung
flavonoid tambahan yang tidak terdapat pada daging buah seperti quercetin glycosides
dan cyanidin glycoside (Wolfe dan Liu, 2003).
Kulit apel yang diekstrak mengandung vitamin C dengan total aktivitas
antioksidan 1251±56 μmol/gram (Wolfe dan Liu, 2003). Vitamin C merupakan
mikronutrien esensial yang larut air yang berguna untuk kesehatan tubuh. Manusia dan
primata lainnya tidak dapat mensintesis vitamin C karena tidak adanya enzim L-
gulonolakton oksidase, suatu enzim terminal dalam biosintesis vitamin C dari glukosa
(Shills, 2006).
2.3.5 Ginseng
Faridah dan Isfaryanti (1996) menyebutkan bahwa akar ginseng jawa
mengandung steroid/sterol (stigmasterol dan b-sitosterol) dan saponin (b sitosterol-b-
D-glukosida), senyawa pereduksi dan senyawa yang diduga kumarin. Sedangkan
Sukardiman (1996) menyebutkan bahwa dari hasil analisis KLT (kromatografi lapis
tipis) densitometri, diketahui ada sedikitnya dua senyawa (golongan terpenoid dan
steroid ) yang terkandung dalam ginseng jawa sama dengan yang terkandung dalam
ginseng korea.
2.3.6 Jahe
Jahe (Zingiber officinale, Roscoe) merupakan salah satu rempah yang umum
digunakan untuk keperluan rumah tangga dan secara universal diketahui juga dapat
dimanfaatkan untuk kesehatan. Antioksidan utama yang terkandung dalam jahe adalah
gingerol, shogaol dan gingeron. Ekstrak jahe mempunyai sifat antioksidan, karena
dapat ”menangkap” anion superoksida dan radikal hidroksil. Hasil percobaan
menggunakan mikrosom hati tikus menunjukkan bahwa gingerol yang diisolasi dari
rimpang jahe pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pembentukan kompleks
askorbat-besi (ferro) yang dapat menginduksi peroksidasi lipid. Demikian juga gingerol
dari jahe dapat menghambat fungsi platelet karena dapat menghambat pembentukan
tromboksan dan dapat menghambat terjadinya peradangan (inflamasi). Selain itu,
ekstrak jahe dapat pula menghambat biosintesis kolesterol dalam hati (Muchtadi,
2009).
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan
3.1.1 Bahan Pangan yang Digunakan dalam Analisa Uji Aktivitas Antioksidan Antara
Lain:
1. Vicco bubuk cokelat murni
2. Vicco 3 in 1
3. Pro food jahe chocolate
4. Sekar arum kopi arabika murni
5. Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
6. Sekar arum kopi blanding ekselen
7. Sekar arum kopi jahe sachet
8. Sekar arum kopi robusta murni
9. Sekar arum komik (kopi minim kafein)
10. Kopi O Aik chehong
11. Kopi jahe sekar arum
12. Rolas tea black tea
13. Teh Botol Sosro
14. Sariwangi sari melati
15. Oolong my tea
16. Tong tji green tea
17. Mirai ocha
18. Teh kepala djenggot
19. Zestea green tea
3.1.2 Bahan Kimia yang Dgunakan dalam Uji Aktivitas Antioksidan
1. Aquades
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak
berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan
alat-alat laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 2008). Aquades merupakan air
murni hasil destilasi. Aquades memiliki kemampuan yang baik untuk
mengekstraksi sejumlah bahan simplisia (Voigt, 1995).
2. DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrasil)
DPPH (1,1 –diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan radikal bebas yang dapat
bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat
berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu
ekstrak. Karena adanya electron yang tidak berpasangan. DPPH memberikan
serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh
keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara
stokiometri sesuai jumlah elekton yang diambil. Keberadaan senyawa
antioksdian dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning.
3. Etanol p.a
Etanol p.a merupakan jenis pelarut murni yang sudah umum digunakan
dalam praktikum, etanol ini sering digunakan untuk mengekstrak suatu bahan
pangan sehingga didapatkan ekstrak dari bahan yang digunakan.
3.2 Persiapan Bahan
3.2.1 Sampel Bubuk
Bahan pangan yang akan diuji nilai antioksidannya akan dilakukan pengenceran
terlebih dahulu dengan aquades hangat bagi sampel padat/bubuk agar senyawa yang
terkandung di dalamnya terlarut sempurna, karena air panas membuka pori-pori
sampel. Sampel bubuk tersebut antara lain jenis coklat bubuk dan kopi bubuk dari
berbagai merek yang dilakukan penimbangan masing-masing 1,5 g. Larutan campuran
sampel bubuk dan aquades hangat diaduk selama 10 menit untuk menghomogenkan
larutan. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan ampas dengan filtrat. Filtrat yang dihasilkan ditera dengan menambahkan
aquades hingga 50 ml di dalam labu takar. Filtrat yang sudah diencerkan diambil 1 ml
kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dan dilakukan pengenceran kembali
dengan penambahan aquades 50 ml. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengujian
aktivitas antioksidan dalam sampel yang digunakan saat pengukuran absorbansi
sehingga nantinya larutan encer ini akan dicuplik sebesar 0,1 ml.
3.2.2 Sampel Minuman
Pada sampel yang berupa cairan/minuman tidak dilakukan preparas, namun
langsung dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan menambahkan bahan kimia
yang digunakan untuk analisa seperti DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) dan
etanol. Hal ini dikarenakan sampel minuman telah berbentuk konsentrasi yang encer
dalam kemasannya. Oleh karena itu, hanya dilakukan pengambilan cuplikan sebesar
0,1 ml.
3.3 Ekstraksi Senyawa Polifenol
Gambar 3.3.1. Skema kerja ekstraksi senyawa polifenol
1,5 g sampel bubuk
Pelarutan
Pengadukan 15 menit
Penyaringan
Filtrat
Ambil 1 ml
Masukkan dalam beaker glass50 ml aquades
Peneraan hingga 50 ml
Pengadukan
50 ml Aquades hangat
Ampas
3.4 Prosedur Analisa
3.4.1 Prosedur Analisa Blanko
Gambar 3.4.1. Skema kerja analisis blanko
3.4.2 Prosedur Analisa Sampel
Gambar 3.4.2. Skema kerja analisis aktivitas antioksidan
Dalam uji aktivitas antioksidan diawali dengan dilakukannya pembuatan blanko
untuk memperoleh nilai absorbansi yang nantinya digunakan sebagai acuan dari nilai
absorbansi sampel. Prosedur analisa pengukuran absorbansi sampel dilakukan
dengan mengambil 0,1 ml sampel yang kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Selanjutnya ditambahkan etanol 0,9 ml. penambahan etanol berfungsi karena etanol
dapat melarutkan senyawa bioaktif antioksidan berupa polifenol. kemudian
ditambahakan larutan DPPH sebanyak 3 ml. setelah itu, dilakukan pengadukan pada
sampel dengan cara di vortex agar larutan menjadi homogen. Kemudian dilakukan
pendiaman selama 30 menit. Hal bertujuan agar sampel dan radikal bebas DPPH yang
0,1 ml sampel
Dimasukkan kedalam tabung reaksi Etanol 0,9 mlDPPH 3ml
dikocok
Pendiaman 30 menit
Pengukuran absorbansi λ= 517 nm
Etanol 0,9 mlDPPH 3 ml
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Di vortex
Pendiaman 30 menit
Pengukuran absorbansi λ= 517 nm
berwarna ungu dapat bereaksi berubah menjadi warna ungu. Hal ini dikarenakan
DPPH direduksi oleh senyawa-senyawa antioksidan bahan sehingga warna ungu akan
semakin memudar. Tingginya kepudaran warna ungu menunjukkan seberapa besar
suatu bahan mengandung senyawa antioksidan. Tahap terakhir dalam analisa ini
dilakukan pengukuran absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 517 nm. Panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelaombang yang besarnya cocok untuk mendeteksi akan adanya senyawa
antioksidan dan memudahkan dalam pengukuran absorbansi.
Aktivitas scavenging terhadap radikal DPPH dinyatakan % penghambatan
terhadap radikal DPPH. Persen penghambatan dihitung dengan rumus :
Rumus: % penghambatan = x 100%
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
No Blanko Jenis SampelPengukuran Absorbansi
(λ = 517 nm)Ulangan 1 Ulangan 2
13,034 A1 : Vicco bubuk cokelat murni 2,976 3,076
2 3,034 A2 : Vicco 3 in 1 2,765 2,8353 3,034 A3 : Vicco 3 in 1 3,030 3,0114
3,034 A4 : Pro food jahe chocolate 2,995 3,031
5 3,034 B1 : Sekar arum kopi arabika murni 2,961 2,988
6 3,034B2 : Sekar arum ereksa (kopi robusta
ginseng instan)3,008 3,028
7 3,034 B3 : Sekar arum kopi blanding ekselen 2,663 2,930
8 3,034 B4 : Sekar arum kopi jahe sachet 2,977 2,754
9 3,034 B5 : Sekar arum kopi robusta murni 2,829 2,761
10 3,034B6 : Sekar arum komik (kopi minim
kafein)2,885 1,371
11 3,034 B7 : Kopi O Aik chehong 2,413 2,315
12 3,034 B8 : Kopi jahe sekar arum 0,708 0,736
13 3,034 C1 : Rolas tea black tea 2,836 2,283
14 3,034 C2 : Teh Botol Sosro 0,308 0,300
15 3,034 C3 : Sariwangi sari melati 2,979 2,935
16 3,034 C4 : Oolong my tea 1,811 1,686
17 3,034 C5 : Tong tji green tea 2,981 2,933
18 3,034 C6 : Mirai ocha 2,217 2,000
19 3,034 C7 : Teh kepala djenggot 2,622 2,652
20 3,034 C8 : Zestea green tea 0,625 0,629
4.1.2 Hasil Perhitungan
No BlankoJenis Sampel
% Penghambatan Antioksidan
terhadap DPPH Rata-rata(%)
SD RSD (%)Ulangan
1Ulangan
2
13,034
A1 : Vicco bubuk cokelat murni
1,91 1,91 - -
2 3,034 A2 : Vicco 3 in 1 8,87 6,56 7,76 1,63 21,06
3 3,034 A3 : Vicco 3 in 1 0,13 0,76 0.44 0,44 101,26
4 3,034A4 : Pro food jahe
chocolate1,28 0,1 0,69 0,83 120,92
5 3,034B1 : Sekar arum kopi
arabika murni2,41 1,52 1,96 0,63 32,11
6 3,034
B2 : Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
0,87 0,2 0,54 0,47 87,74
7 3,034B3 : Sekar arum kopi
blanding ekselen12,23 3,43 7,83 6,22 79,47
8 3,034B4 : Sekar arum kopi
jahe sachet1,88 9,23 5,56 5,20 93,47
9 3,034B5 : Sekar arum kopi
robusta murni6,76 9 7,88 1,58 20,10
10 3,034B6 : Sekar arum
komik (kopi minim kafein)
4,91 54,81 29,86 35,28 118,17
11 3,034B7 : Kopi O Aik chehong
20,47 23,7 29,86 11,23 37,61
12 3,034B8 : Kopi jahe sekar arum
76,66 75,74 76.2 0,65 0,85
13 3,034C1 : Rolas tea black tea
6,53 24,75 15.64 12,88 82,37
14 3,034 C2 : Teh Botol Sosro 89,85 90,11 89.98 0,18 0,20
15 3,034C3 : Sariwangi sari melati
1,81 3,26 2,54 1,02 40,37
16 3,034 C4 : Oolong my tea 40,31 44,43 42,37 2,91 6,88
17 3,034C5 : Tong tji green tea
1,75 3,33 2,54 1,12 43,99
18 3,034 C6 : Mirai ocha 26,93 34,08 30,51 5,05 16,57
19 3,034C7 : Teh kepala djenggot
13,58 12,59 13,08 0,70 5,35
20 3,034C8 : Zestea green tea
79,4 79,27 79,34 0,09 0,12
4.2 Pembahasan
Grafik 4.1. Aktivitas Antioksidan Masing-Masing Sampel Produk Pangan
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, nilai tertinggi adalah pada sampel
A20 (teh Botol Sosro) dengan nilai 89,98% yang kemudian diikuti oleh Zestea Green
Tea, dan pada urutan ketiga adalah Kopi Jahe Sekar Arum. Ketiga nilai tersebut
merupakan nilai dengan tingkat ketelitian yang tinggi karena nilai RSDnya kurang dari
5% bahkan kurang dari 1%.
Teh botol Sosro memiliki nilai tertinggi dalam aktivitas penghambatan radikal
bebas diakrenakan kandungan total polifenolnya yang tinggi. Hal ini juga telah
didukung oleh pernyataan dari Alumniits (2009) yaitu, daun teh memiliki senyawa
bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah polifenol. Pada teh hijau kandungan
polifenolnya sebesar 36 persen. Katekin merupakan senyawa dominan dari polifenol
teh hijau dan terdiri dari epikatekin (EC), epikatekin gallat (ECG), epigallokatekin
(EGC), epigallokatekin gallat (EGCG), katekin dan gallokatekin (GC). Dalam daun teh
terdapat sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin yang dapat mencegah kanker dan
kolesterol. Flavonol merupakan zat antioksidan utama pada daun teh yang terdiri atas
kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2- 3 persen bagian teh yang larut dalam air
merupakan senyawa flavonol. Namun, menurut Ramayanti (2003), pada daun teh
segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut-turut semakin
kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat sebaliknya. Meskipun semua
komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui mempunyai kemampuan
untuk penyembuhan penyakit ginjal, namun tannin dalam bentuk epigalokatekin galat,
merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling berkhasiat. Tannin memiliki
rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi. Tannin merupakan senyawa yang
sangat penting karena hampir semua karakteristik mutu teh berkaitan erat dengan
perubahan yang terjadi pada tannin selama pengolahan teh. Tannin yang terkandung
dalam teh merupakan turunan asam galat dan dikenal dengan katekin. Dengan kata
lain semakin rendahnya proses fermentasi yang terjadi, maka kandungan total
polifenolnya akan semakin sedikit yang berkurang.
Berdasarkan teori pada paragraf sebelumnya, maka seharusnya produk teh
dengan merek Zestea Green Tea memiliki nilai yang lebih tinggi daripada teh botol
sosro, karena teh botol sosro termasuk ke dalam jenis teh hitam yang melakukan
fermentasi penuh pada daun teh. Karena Green Tea/teh hijau merupakan jenis teh
yang tidak mengalami proses fermentasi. Perubahan nilai ini dapat diakibatkan oleh
proses inaktifasi enzim fenolase yang kurang maksimal, sehingga masih terdapat
beberapa bagian yang terfermentasi spontan. Hal ini terbukti dari warna produk yang
seharusnya berwarna putih (tidak adanya fermentasi sehingga tidak ada senyawa yang
berkontribusi memberi warna coklat) berwarna sedikit coklat bahkan hampir sama
dengan warna teh botol sosro.
Pada produk ketiga nilainya yang tinggi dikarenakan adanya kombinasi antara
kopi dan jahe. Karena menurut literatur yang ada menyebutkan bahwa, kopi
mengandung beberapa komponen fenolik selain tokoferol yang menunjukkan kapasitas
antioksidan seperti asam klorogenat yang merupakan ester dari beberapa asam
sinamat dengan asam quinat, dan asam kafeat, asam ferulat serta asam p-kaumarat
yang terdapat dalam bentuk bebas (Natella dan Scaccini dalam Yusmarini, 2011).
Senyawa polifenol yang utama pada kopi adalah asam klorogenat dan asam kafeat.
Jumlah asam klorogenat mencapai 90% dari total fenol yang terdapat pada kopi
(Mursu, et al., 2005). Jahe pun menurut literatur pada saat dilakukan penelitian pada
tikus (menggunakan mikrosom hati tikus) menunjukkan bahwa gingerol yang diisolasi
dari rimpang jahe pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pembentukan kompleks
askorbat-besi (ferro) yang dapat menginduksi peroksidasi lipid. Demikian juga gingerol
dari jahe dapat menghambat fungsi platelet karena dapat menghambat pembentukan
tromboksan dan dapat menghambat terjadinya peradangan (inflamasi). Selain itu,
ekstrak jahe dapat pula menghambat biosintesis kolesterol dalam hati (Muchtadi,
2009). Oleh kaena itu, keduanya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengujian kandungan antioksidan terhadap 20
macam sampel dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. aktivitas antioksidan terbesar terdapat pada sampel teh botol sosro apabila
dibandingkan dengan sampel lainnya dengan nilai 89,98%;
2. aktivitas antioksidan pada produk dengan bahan dasar teh lebih tinggi daripada
produk dengan bahan dasar lainnya (kopi, kakao, jahe);
3. kombinasi dari dua jenis bahan dasar yang berbeda mampu meningkatkan
kemampuan antioksidan produk tersebut, misalnya pada produk Kopi Jahe
Sekar Arum;
4. rendahnya kandungan aktivitas antioksidan pada bahan dapat disebabkan
beberapa faktor yaitu pH, suhu, cahaya, pengecilan ukuran bahan atau proses
penumbukan, dan proses pengolahan yang tepat; dan
5. sampel Vicco 3 in 1 memiliki kandungan aktivitas antioksidan paling rendah
dengan nilai 0,44%.
DAFTAR PUSTAKA
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.
Alumniits. 2009. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. http://www.alumniits.com
(diakses 25 Oktober 2015).
Bhara L.A.M., 2009. Semarang: Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per Oral
30 Hari terhadap Gambaran Histology Hepar Tikus Wistar. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Fakultas Kedokteran. 15-17.
Faridah GE, dan Isfaryanti AF, 1996. Skrining Fitokimia Akar Som Jawa. Prosiding
Seminar Nasional Pokjanas Tanaman Obat Indonesia XI. Surabaya.
Halliwell, B. & Whiteman, M. (2004) Measuring reactive species and oxidative damage
in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the results mean ;
Br J Pharmacol, 142,55-231.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Edisi kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soedira, ITB Press, Bandung.
Harler. C.R., 1966. Tea Growing. London: Oxford University Press.
Hostettmann, K., Hostettmann, M. dan Marston, A. (1995). Cara Kromatografi
Preparatif. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
Halaman 9-11, 33.
Kustamiyati, B. 2006. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional.
http://www.Ippi.go.id (diakses 24 Oktober 2015).
Misnawi, S Jinap, B Jamilah, S Nazamid, 2004. Fermentation Sensory Properties of
Cocoa Liquor as Affected by Polyphenol Concentration and Duration of
Roasting. Food Quality and Preference 15 (2004) 403-409 dalam Jurnal Industri
Hasil Perkebunan, Journal of plantation Based Industry. Volume 4 no. 2
Desember 2009. 52-64.
Paembong, Adyati. 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan Polifenol Biji Kakao
(Theobroma Cacao L) dari Hasil Fermentasi yang diberi Perlakuan Larutan
Kapur. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar. (Skripsi)
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam Sistem
Biologis. Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196-202.
Saputra, E. 2008. Kopi. Yogyakarta: Harmoni.
Shills M.E. (ed). 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 10th Edition. Lippincott
William and Wilkins.
Stahl W, Sies H. 1997. Antioxidant defense: vitamin C, E and carotenoid. Supll
Sukardiman, 1996. Perbandingan Profil Kandungan Kimia dari Akar Talinum
paniculatum Gaertn. dan Panax ginseng dengan Metode KLT Densitometri.
Prosiding Seminar Nasional Pokjanas Tanaman Obat Indonesia XI. Surabaya.
Sunita, A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Susanto, F.X., 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Wolfe K. L, Liu R.H.. 2003. Apple Pells as a Value-Added Food Ingredient . J. Agric.
Food Chem. 51: 1676 – 1683.
Wood, G.A.R. 1975. Cocoa Tropical Agriculture. Series, 3 Ed. London: Longmans.
Yusmarini, 2011. Senyawa Polifenol pada Kopi: Pengaruh Pengolahan, Metabolisme
dan Hubungannya dengan Kesehatan. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
% penghambat = x 100%
Rata-rata % penghambat =
1. Vicco bubuk coklat murni dan Vicco 3 in 1
Vicco bubuk coklat murni
Blanko = 3,034
U1 = 2,976
U2 = -
U1 = x 100% = 1,91 %
U2 = -
Rata-rata = 1,91%
Vicco 3 in 1
Blanko = 3,034
U1 = 2,765
U2 = 2,835
U1 = x 100% = 8,87 %
U2 = x 100% = 6,56 %
Rata-rata = = 7,76 %
SD = (((8,87-7,76^2+(6,56-7,76)^2)/(2-1))^0,5
= 1,634655927
RSD = 1,634655927/7,76 *100%
= 21,06515 %
2. Vicco 3 in 1dan Pro food jahe chocolate
Vicco 3 in 1
Blanko = 3,034
U1 = 3,030
U2 = 3,011
U1 = x 100% = 0,13 %
U2 = x 100% = 0,76 %
Rata-rata = = 0.44 %
SD = (((0,13-0.44)^2+(0,76-0.44)^2)/(2-1))^0,5
=0,445533388
RSD = 0,445533388/= 0.44*100%
= 101,2576 %
Pro food jahe chocolate
Blanko = 3,034
U1 = 2,995
U2 = 3,031
U1 = x 100% = 1,28 %
U2 = x 100% = 0,1 %
Rata-rata = = 0,69 %
SD = (((1,28-0,69)^2+( 0,1-0,69)^2)/(2-1))^0,5
= 0,834386002
RSD = 0,834386002/0,69*100%
= 120,9255075 %
3. Sekar arum kopi arabika dan sekar arum ereksa
Sekar arum kopi arabika
Blanko = 3,034
U1 = 2,961
U2 = 2,988
U1 = x 100% = 2,41 %
U2 = x 100% = 1,52 %
Rata-rata = = 1,96 %
SD = (((2,41-1,96)^2+(1,52-1,96)^2)/(2-1))^0,5
= 0,629364759
RSD = 0,629364759/1,96*100%
= 32,11045 %
Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
Blanko = 3,034
U1 = 3,008
U2 = 3,028
U1 = x 100% = 0,87 %
U2 = x 100% = 0,2 %
Rata-rata = = 0,54 %
SD = (((0,87-0,54)^2+(0,2-0,54)^2)/(2-1))^0,5
= 0,47381431
RSD = 0,47381431/0,54*100%
= 87,74339067 %
4. Sekar arum kopi blanding ekselen dan sekar arum kopi jahe sachet
Sekar arum kopi blanding ekselen
Blanko = 3,034
U1 = 2,663
U2 = 2,930
U1 = x 100% = 12,23 %
U2 = x 100% = 3,43 %
Rata-rata = = 7,83 %
SD = (((12,23-7,83)^2+(3,43-7,83)^2)/(2-1))^0,5
= 6,222539674
RSD = 6,222539674/7,83*100%
= 79,47049393 %
Sekar arum kopi jahe sachet
Blanko = 3,034
U1 = 2,977
U2 = 2,754
U1 = x 100% = 1,88 %
U2 = x 100% = 9,23 %
Rata-rata = = 5,56 %
SD = (((1,88-5,56)^2+(9,23-5,56)^2)/(2-1))^0,5
= 5,197239652
RSD = 5,197239652/5,56*100%
= 93,47553331 %
5. Sekar arum kopi robusta murni dan sekar arum komik
Sekar arum kopi robusta murni
Blanko = 3,034
U1 = 2,829
U2 = 2,761
U1 = x 100% = 6,76 %
U2 = x 100% = 9 %
Rata-rata = = 7,88 %
SD = (((6,76-7,88)^2+( 9-7,88)^2)/(2-1))^0,5
= 1,58391919
RSD = 1,58391919/7,88
= 20,10049733 %
Sekar arum komik (kopi minim kafein)
Blanko = 3,034
U1 = 2,885
U2 = 1,371
U1 = x 100% = 4,91 %
U2 = x 100% = 54,81 %
Rata-rata = = 29,86 %
SD = (((4,91-29,86)^2+(54,81-29,86)^2)/(2-1))^0,5
= 35,28462838
RSD = 35,28462838/29,86*100%
= 118,1668733 %
6. Kopi O Aik chechong dan kopi jahe sekar arum
Kopi O Aik chechong
Blanko = 3,034
U1 = 2,413
U2 = 2,315
U1 = x 100% = 20,47 %
U2 = x 100% = 23,7 %
Rata-rata = = 29,86 %
SD = (((20,47-29,86)^2+(23,7-29,86)^2)/(2-1))^0,5
= 11,23021371
RSD = 11,23021371/29,86*100%
=37,60955697 %
Kopi jahe sekar arum
Blanko = 3,034
U1 = 0,708
U2 = 0,736
U1 = x 100% = 76,66 %
U2 = x 100% = 75,74 %
Rata-rata = = 76.2 %
SD = (((76,66-76.2)^2+(75,74-76.2)^2)/(2-1))^0,5
= 0,650538239
RSD = 0,650538239/76.2*100%
= 0,853724723 %
7. Rolas tea black tea dan teh botol sosro
Rolas tea black tea
Blanko = 3,034
U1 = 2,836
U2 = 2,283
U1 = x 100% = 6,53 %
U2 = x 100% = 24,75 %
Rata-rata = = 15.64 %
SD = (((6,53-15.64)^2+(24,75-15.64)^2)/(2-1))^0,5
= 12,88348555
RSD = 12,88348555/15.64*100%
= 82,37522732 %
Teh botol sosro
Blanko = 3,034
U1 = 0,308
U2 = 0,300
U1 = x 100% = 89,85 %
U2 = x 100% = 90,11 %
Rata-rata = = 89.98 %
SD = (((89,85-89.98)^2+(90,11-89.98)^2)/(2-1))^0,5
= 0,183847763
RSD = 0,183847763/89.98*100%
= 0,204320697 %
8. Sariwangi sari melati dan Oolong my tea
Sariwangi sari melati
Blanko = 3,034
U1 = 2,979
U2 = 2,935
U1 = x 100% = 1,81 %
U2 = x 100% = 3,26 %
Rata-rata = = 2,54 %
SD = (((1,81-2,54)^2+(3,26-2,54)^2)/(2-1))^0,5
= 1,025329215
RSD = 1,025329215/2,54*100%
= 40,36729195 %
Oolong my tea
Blanko = 3,034
U1 = 1,811
U2 = 1,686
U1 = x 100% = 40,31 %
U2 = x 100% = 44,43 %
Rata-rata = = 42,37 %
SD = (((40,31-42,37)^2+(44,43-42,37)^2)/(2-1))^0,5
= 2,913279938
RSD = 2,913279938/42,37*100%
= 6,87580821%
9. Tong tji green tea dan mirai ocha
Tong tji green tea
Blanko = 3,034
U1 = 2,981
U2 = 2,933
U1 = x 100% = 1,75 %
U2 = x 100% = 3,33 %
Rata-rata = = 2,54 %
SD = (((1,75-2,54)^2+(3,33-2,54)^2)/(2-1))^0,5
= 1,117228714
RSD = 1,117228714/2,54*100%
= 43,98538245 %
Mirai ocha
Blanko = 3,034
U1 = 2,217
U2 = 2,000
U1 = x 100% = 26,93 %
U2 = x 100% = 34,08 %
Rata-rata = = 30,51 %
SD = (((26,93-30,51)^2+(34,08-30,51)^2)/(2-1))^0,5
= 5,05581843
RSD = 5,05581843/ 30,51*100%
= 16,57102075 %
10. Teh kepala djenggot dan zeztea green tea
Teh kepala djenggot
Blanko = 3,034
U1 = 2,622
U2 = 2,652
U1 = x 100% = 13,58 %
U2 = x 100% = 12,59 %
Rata-rata = = 13,08 %
SD = (((13,58-13,08)^2+(12,59-13,08)^2)/(2-1))^0,5
= 0,700071425
RSD = 0,700071425/13,08*100%
= 5,352228019 %
Zeztea green tea
Blanko = 3,034
U1 = 0,625
U2 = 0,629
U1 = x 100% = 79,4 %
U2 = x 100% = 79,27 %
Rata-rata = = 79,34 %
SD =(((79,4-79,34)^2+(79,27-79,34)^2)/(2-1))^0,5
0,092195445
RSD = 0,092195445/79,34*100%
= 0,11620298 %