Post on 22-Jan-2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ISOLASI SOSIAL DI RSJ GRHASIA
YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH :
VIVIANDA DEVISA
NIPP : 32-104-08-1-2012
PROGRAM PROFERI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
A. Kasus (masalah utama) : Isolasi sosial
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,
pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
(Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).
Isolasi sosial adalah kedaan seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien merasa ditolak, tidak diterima, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Yosep, 2009, hlm. 229).
2. Penyebab
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah
kegagalan perkembangan yaitu tidak mampu membina hubungan
yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh
kembang, kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan
kehangatan ibu (pengasuh) pada waktu masih bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang menghambat terbentuknya rasa
percaya yang mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan merasa tertekan.
Banyak peneliti percaya bahwa gangguan jiwa seperti
gangguan kepribadian atau gangguan kepribadian antisosial sangat
rentan diwariskan atau diturunkan secara genetik. Sebuah studi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan genetik untuk gangguan
kepribadian antisosial. Hipotesa biologi menunjukkan perilaku
yang impulsif dan agresif disebabkan oleh disfungsi otak, ambang
rendah rangsangan sistem limbik, rendahnya tingkat serotonin, atau
zat kimia beracun.
Pada komunikasi dalam keluarga juga dapat mengantar
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negatif akan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,
mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang
lain.
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak menghargai,
tidak mempunyai angota masyarakat yang kurang produktif seperti
lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realitas terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari faktor sosio-kultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan
faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam
keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar
dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat, kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan, ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi.
3. Rentang respon
Respon adaptif
Respon adaptif - maladaptif
Respon maladaptif
Solitude - Kesepian - Manipulasi
Otonomi - Menarik diri – Impulsif
Kebersamaan - Ketergantungan – Narkikisme
Saling ketergantungan
Keterangan:
a. Respon adaptif :
Solitude: Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu
cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
Otonomi: Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran.
Kebersamaan: Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
Saling ketergantungan: Saling ketergantungan antara indivudu
dengan orang lain dalam hubungan interpersonal
b. Respons maladaptif
Menarik diri: Ganguan yang terjadi apabila seseorang
memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk
mencari ketenangan sementara waktu.
Manipulasi: Hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
Ketergantungan: Individu gagal mengembangkan rasa percaya
diri dan kemampuan yang dimiliki.
Impulsif: Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan,
mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan
kehendak.
Narkikisme: Harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap
egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak
mendukung.
4. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respons sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan
yang spesifik (Stuart, 2002, hlm. 281).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting,
formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan
orang lain dan identifikasi proyeksi.
C. Pohon masalah
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
D. Masalah keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
2. Data yang perlu dikaji
DS :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa apa-apa
Klien mengatakan bodoh, tidak tahu apa-apa
Klien mengatakan marah pada diri sendiri
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri
Klien tampak bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan
Klien ingin mencederai diri sendiri
3. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
4. Rencana tindakan keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku kesehatan dimana memiliki
tujuan yang berpusat pada pasien dari hasil yang dapat diperkirakan
dan ditetapkan, intervensi keperawatan dipilih untuk tujuan tersebut
(Potter & Perry, 2005, hlm. 180). Menurut Keliat dan Akemat (2010,
hlm. 98-99) intervensi keperawatan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah:
a. Tujuan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2) Pasien dapat menyadari penyebab interaksi sosial
3) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4) Pasien menunjukkan keterlibatan sosial
b. Intervensi Keperawatan untuk Pasien
Intervensi keperawatan untuk pasien menurut Keliat dan Akemat
(2010, hlm 98-99) adalah sebagai berikut:
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Membantu pasien untuk mengenal penyebab isolasi sosial, yaitu
dengan cara:
Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
3) Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan
orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien
memiliki banyak teman.
4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain, yaitu dengan cara:
Diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap, yaitu dengan cara:
Memberikan kesempatan pasien memperhatikan cara
berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan
perawat.
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
(perawat, pasien atau keluarga).
Jika pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga atau empat orang dan seterusnya.
Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
Motivasi pasien untuk terus berinteraksi dengan orang lain
dan tingkatkan jadwal aktivitas pasien secara bertahap.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP1p Isolasi Sosial
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan Klien mengatakan tidak mampu melakukan apa-apa,
mengatakan bahwa dirinya bodoh, klien marah pada diri sendiri.
Klien tampak lebih suka sendiri, tampak bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri sendiri.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
4. Tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab menarik diri
2. Diskusikan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain
3. Diskusikan kerugian tidak berinteraksi sosial dengan orang lain
4. Bantu klien mempraktekkan cara berkenalan dengan sesama
temannya
5. Anjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. orientasi
1. Salam Terapeutik
Selamat sore Pak, nama saya suster Winna, saya dinas sore hari ini
dari jam 1 siang sampai jam 7 malam nanti. Boleh saya tahu nama
Bapak?
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa yang Bapak rasakan hari
ini? Apakah tidur Bapak nyenyak semalam?
3. Kontrak
o Topik : Baik Pak,sekarang bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman Bapak agar
kita saling mengenal sekaligus agar Bapak dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain?
o Waktu : Apakah Bapak mau berbincang-bincang? Bapak mau
berapa lama? Apakah dari jam 15.00-15.15 cukup?
o Tempat : Bapak mau dimana tempat kita mengobrol? Bagaimana
kalau di teras depan?
4. Tujuan :
Saya harap Bapak bisa percaya kepada saya untuk bercerita tentang
keadaan Bapak semuanya.
2. Kerja
Baik Pak,Bapak masih ingat nama saya siapa? Ya,bagus ternyata Bapak
masih ingat nama saya. Siapa orang yang paling dekat dengan Bapak? Apakah
Bapak kenal dengan semua oarng yang ada disini? Apakah Bapak senang
mengobrol dengan mereka? Kenapa Bapak tidak suka mengobrol dengan mereka?
Apakah Bapak tahu keuntungan berinteraksi dengan orang lain? Bapak bisa
banyak mempunyai teman yang bisa saling menolong dan Bapak tidak sendirian
lagi, Apakah Bapak tahu kerugiannya tidak berinteraksi dengan orang lain?
Sekarang saya akan mengajarkan Bapak cara berkenalan dengan orang
lain, pertama-tama Bapak ucapkan salam kepada teman yang mau di ajak
mengobrol. Contohnya seperti ini, ” Selamat pagi, Saya ingin berkenalan dengan
Bapak nama saya Bapak H, nama Anda siapa? Saya mau mengobrol dengan
Bapak ”. Bapak bisa mempraktekkannya dan mungkin bisa memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian Bapak.
3. Terminasi
a. Evaluasi :
1. Evaluasi subyektif :
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan latihan
berkenalan?
2. Evaluasi obyektif :
Tadi Bapak sudah belajar berkenalan, coba bapak lakukan sekali lagi
sekarang.
b. Rencana tindak lanjut :”Nah, karena bapak sudah bisa berkenalan dengan
orang lain, saya harap bapak bisa mempraktekannya kepada orang lain.”
4. Kontrak yang akan datang :
1. Topik : ”Nah, bagaimana kalau besok kita berbincang;bincang lagi,
tentang kemampuan yang bapak miliki.”
2. Waktu : Bagaimana kalau waktunya saat bapak beristirahat, sekitar jam
16.00-16.15?”
3. Tempat : ”Bapak mau berbincang-bincang dimana? Baiklah kalau bapak
mau di kamar saja.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP1p Isolasi Sosial
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan Klien mengatakan tidak mampu melakukan apa-apa,
mengatakan bahwa dirinya bodoh, klien marah pada diri sendiri. Klien
tampak lebih suka sendiri, tampak bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri sendiri.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
4. Tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab menarik diri
2. Diskusikan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain
3. Diskusikan kerugian tidak berinteraksi sosial dengan orang lain
4. Bantu klien mempraktekkan cara berkenalan dengan sesama
temannya
5. Anjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. orientasi
1. Salam Terapeutik
Selamat sore Pak, Masih ingat dengan saya?”
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa yang Bapak rasakan hari ini?
Apakah tidur Bapak nyenyak semalam?
3. Kontrak
o Topik : Baik Pak Andi, sekarang bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman Bapak agar
kita saling mengenal sekaligus agar Bapak dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain?
o Waktu : Apakah Bapak Andi mau berbincang-bincang? Bapak mau
berapa lama? Apakah dari jam 15.00-15.15 cukup?
o Tempat : Bapak mau dimana tempat kita berbicara? Bagaimana
kalau di teras depan?
4. Tujuan : Saya harap Bapak bisa percaya kepada saya untuk bercerita
tentang keadaan Bapak semuanya..
2. Kerja
Baik Pak,Bapak Andi masih ingat nama saya siapa? Ya,bagus ternyata
Bapak Andi masih ingat nama saya. Siapa orang yang paling dekat dengan
Bapak? Apakah Bapak kenal dengan semua oarng yang ada disini? Apakah Bapak
Andi senang mengobrol dengan mereka? Kenapa Bapak tidak suka mengobrol
dengan mereka? Apakah Bapak tahu keuntungan berinteraksi dengan orang lain?
Bapak bisa banyak mempunyai teman yang bisa saling menolong dan Bapak tidak
sendirian lagi, Apakah Bapak tahu kerugiannya tidak berinteraksi dengan orang
lain?
Sekarang saya akan mengajarkan Bapak cara berkenalan dengan orang
lain, pertama-tama Bapak ucapkan salam kepada teman yang mau di ajak
mengobrol. Contohnya seperti ini, ” Selamat pagi, Saya ingin berkenalan dengan
Bapak nama saya Bapak H, nama Anda siapa? Saya mau mengobrol dengan
Bapak ”. Bapak bisa mempraktekkannya dan mungkin bisa memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian Bapak.
3. Terminasi
a. Evaluasi :
1. Evaluasi subyektif : Bagaimana perasaan Bapak Andi setelah kita
berbincang-bincang dan latihan berkenalan?
2. Evaluasi obyektif : Tadi Bapak Andi sudah belajar berkenalan, coba bapak
lakukan sekali lagi sekarang.
b. Rencana tindak lanjut : ”Nah, karena bapak Andi sudah bisa berkenalan
dengan orang lain, saya harap bapak bisa mempraktekannya kepada orang lain.”
4. Kontrak yang akan datang :
o Topik : ”Nah, bagaimana kalau besok kita berbincang;bincang lagi,
tentang kemampuan yang bapak miliki.”
o Waktu : Bagaimana kalau waktunya saat bapak beristirahat, sekitar
jam 16.00-16.15?”
o Tempat : ”Bapak mau berbincang-bincang dimana? Baiklah kalau
bapak mau di kamar saja.