Post on 03-Mar-2019
LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA 2008
MEKANISME PERAN VIDEOJURNALIS DALAM PELIPUTAN BERITA
DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA
Oleh :
CITRA CINTYA LESTARI
D 1405063
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh gelar Ahli Madya bidang Komunikasi Terapan
PROGAM DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN
Tugas Akhir Berjudul :
MEKANISME PERAN VIDEOJURNALIS
DALAM PELIPUTAN BERITA
DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA
Karya :
Nama : CITRA CINTYA LESTARI
NIM : D 1405063
Konsentrasi : Penyiaran
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Tugas Akhir Progam D3
Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juni 2008
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Drs. Ign. Agung Satyawan, SE, M.Si NIP. 131 658 536
PENGESAHAN
Tugas akhir ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Tugas Akhir
Progam D III Komunikasi Terapan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari : Tanggal :
Panitia Ujian Tugas Akhir :
1. Drs. H. Dwi Tiyanto, SU (…….………..………….) NIP. 130 814 593
2. Drs. Ign. Agung Satyawan, SE, M.Si (………………………....) NIP. 131 658 536
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Drs. H. Supriyadi, SN, SU NIP. 130 936 616
MOTTO
I can make it trough the rain, I can stand up once again..
On my own and I know that I am strong enough to mend..
And every time I feel afraid..
I hold higher to my faith..
And I live one more day…
That I’am make it through the rain..
(Mariah Carey-Make it Through the Rain)
PERSEMBAHAN
Allah SWT, pemilik seluruh alam semesta, dengan karunianya memberikan inspirasi
dan pengalaman hidup yang tak pernah terbayangkan, bahkan terlalu indah untuk
dirasakan.
Bapak-Mama, yang dengan kegigihan dan doanya yang tak pernah terputus,
pengorbanan tiada tara, yang membimbingku hingga kini.
Kakakku, yang selalu mendukung dengan kepercayaan yang selalu tercurah.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wujud rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang
dengan ridho dan izinnya, memberikan karunia dan inspirasi yang tak ternilai, dan
tuntunan Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi panutan hidup, suri tauladan
dalam kehidupan.
Semangat, inspirasi dan doa, yang tak pernah terputus dari orang-orang
terdekat, mengantarkan penulis hingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan
sebauik-baiknya.
Untuk itu, penulis berkenan untuk mengucapkan rasa terima kasih serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. A. Eko Setyanto, Msi, selaku Ketua Progam Komunikasi Terapan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS.
3. Bapak Drs. Ign. Agung Satyawan, SE, M.Si, selaku pembimbing tugas akhir
yang telah memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.
4. Mas Denny Reksa, selaku Manajer News Gathering Departement RCTI. Dan
tim redaksional serta reporter, vj, dan kameramen yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang telah membimbing penulis hingga menjadi pribadi yang
lebih maju.
5. Bapak-Mama yang tidak pernah lelah mencereweti dan menasehati, Mbak Eti
kakakku yang dengan caranya sendiri menyayangiku , Mbah Sudar atas doa
dan harapannya, terima kasih untuk perhatian yang selalu tercurah, aku
sayang kalian.
6. Keluarga besar di Bekonang, cium peluk yang paling hangat.
7. 99.60 FM PTPN radio, terima kasih atas pengertian dan izinnya untuk
melaksanakan magang, semua kru dj atas hiburan dan kehebohan yang
mewarnai hidupku.
8. Penghuni kos Aryanti blok barat, Tephy, Lathip, Ririn, Brindil, Rahma, Ulfa,
Ai, Khurur, selalu bersama dan berbagi dalam kekurangan.
9. Sahabatku The Three Musketeer Dee, Ajeng persahabatan kita akan
selamanya dalam hatiku.
10. Fiesta The Brain, Yudo, Fahmi, Fuad, terima ksih untuk semua informasi dan
pengetahuan, lebih pintar dekat kalian
11. All kru 107,7 Fiesta FM Intelectually Yours : Iben, Agung, Rizta, Lopi, dan
teruskan perjuangan radio komunitas.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berperan
dalam kegiatan penulisan tugas akhir ini.
Penulis sadar dalam penulisan tugas akhir ini, tidak luput dari kesalahan serta
kekurangan. Namun penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat menambah dan
memperluas pengetahuan yang telah ada dan semoga bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………… i
PERSETUJUAN..…………………………………………………………… ii
PENGESAHAN.……………………………………………………………. iii
MOTTO…………………………………………………………………….. iv
PERSEMBAHAN.………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR….…………………………………………………... vi
DAFTAR ISI…..……………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN……………….…………………………. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH…………………..... 1
B. PERUMUSAN MASALAH………………..…………... 3
C. TUJUAN………………………………….…………….. 3
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN………...... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. JURNALISTIK……………………………….………… 5
A.1 PENGERTIAN JURNALISTIK……………………. 5
A.2 SEJARAH JURNALISTIK…………………..……. 6
A.3 JURNALISTIK TELEVISI………………………… 7
B. BERITA TELEVISI …………………………………….. 8
B. 1. PENGERTIAN BERITA TELEVISI……………... 8
B. 2. NILAI BERITA………………………………….... 10
B. 3. JENIS-JENIS BERITA…………………………… 12
B. 4. FORMAT BERITA TELEVISI…………………... 15
C. PELIPUTAN BERITA…………………………………. 18
D. VIDEOJURNALIS……………………………………... 27
BAB III DESKRIPSI INSTANSI
A. GAMBARAN RINGKAS………………………………. 33
B. SEJARAH SINGKAT………………………………….. 33
C. PEMBAGIAN PROGAM TAYANG…………………... 35
D. FASILITAS RCTI……………………………………… 38
E. PERSONIL DIVISI NEWS DAN FEATURE ………... 40
F. LOGO…………………………………………………… 46
G. STRUKTUR ORGANISASI (terlampir)...……………... 46
BAB IV PELAKSANAAN MAGANG…………………………..….. 47
A. FOCUS OF INTEREST………………………………… 47
B. HAL YANG DILAKUKAN SELAMA MAGANG........ 48
C. LAPORAN KEGIATAN MAGANG…………………… 55
D. MEKANISME KERJA VIDEOJURNALIS……………. 59
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………….. 66
B. SARAN………………………………………………….. 68
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 70
LAMPIRAN………………………………………………………………… 71
A. SURAT TUGAS………………………………………… 72
B. SURAT KETERANGAN INSTANSI…………………... 73
C. LAPORAN PERIODIK………………………………… 74
D. UNDANGAN PELIPUTAN…………………………… . 77
E. AGENDA SETTING…………………………………… 80
F. JADWAL PRESENTER………………………………... 81
G. STRUKTUR ORGANISASI……………………………. 82
H. RUNDOWN…………………………………………….. 83
I. SCRIPT INEWS…………………………………………. 84
J. SCRIPT…………………………………………………. 95
K. FOTO…………………………………………………… 102
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan manusia akan informasi
sangatlah besar. Manusia yang pada hakekatnya merupakan mahluk sosial,
yang tidak bisa terlepas dari interaksi sesama manusia. Untuk itulah manusia
membutuhkan media untuk berkomunikasi dan saling bertukar informasi.
Dengan media komunikasi inilah, manusia dapat memenuhi tuntutan akan
rasa keingintahuannya yang tidak pernah terbatas.
Dalam pemenuhan tingkat informasi yang semakin meninggi,
muncullah beragam media komunikasi dan informasi, seperti cetak, radio, dan
televisi. Media-media tersebut saling berlomba untuk dapat memberikan dan
menyajikan informasi yang terbaru baik dari dalam maupun luar negeri. Dari
sekian macam media yang ada, televisi merupakan salah satu media pilihan
yang berfungsi sebagai sarana komunikasi, serta pemberi informasi.
Menurut Peter Herford1, Wakil Presiden stasiun TV CBS News, setiap
stasiun televisi dapat menayangkan berbagai progam hiburan seperti film,
musik, kuis dan sebagainya tetapi siaran berita merupakan progam yang
mengidentifikasi suatu stasiun televisi terhadap pemirsanya. Progam berita
1 So You Want To Run a TV Station ,Peter Herford, hal. 9, Media Development Loan Fund, New York, 2000
menjadi identitas khusus atau identitas lokal yang dimiliki suatu stasiun
televisi. Dengan demikian, stasiun TV tanpa progam berita akan menjadi
stasiun televisi tanpa identitas setempat. Progam berita juga menjadi bentuk
tanggung jawab pengelola televisi kepada masyarakat yang menggunakan
gelombang udara publik.
Di tengah maraknya persaingan media komunikasi dan informasi
inilah, mereka membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia yang ahli
untuk melaksanakan tugas tersebut. Namun penggunaan SDM yang
berkualitas yang terbatas pun terbentur akan masalah financial yang terbatas.
Untuk itu dalam mengatasi masalah SDM dan keuangan inilah pengelola
stasiun televisi menyiasatinya dengan menggunakan SDM yang mempunyai
keterampilan tidak hanya di satu bidang saja, contohnya Videojournalist.
Dalam hal ini peran videojournalist atau biasa dikenal dengan vj,
berperan sebagai penghimpun data atau berita yang kemudian akan
ditayangkan. Namun berbeda dengan reporter yang dalam praktek mencari
beritanya didampingi seorang kameramen, seorang videojournalist harus
berperan sebagai reporter namun juga dituntut untuk dapat berperan ganda
sebagai kameramen, editor, scripwriter, sutradara, dan presenter.
Televisi yang memiliki karakteristik audio visual, serta kemampuan
persuasif dalam perannnya dalam kehidupan manusia, memiliki efek langsung
untuk membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat. Untuk itu dalam
penyajian gambar berita atau lazim disebut Image Visual, yang didapat
seorang Vj harus jelas (sudut pengambilan tepat, fokus gambar tajam, gambar
tidak goyang), materi visual cukup, penjelasan narasi atau laporan verbal tidak
bertele-tele, sederhana dan tepat.
Hal ini dapat menimbulkan kesan mendalam pada audience dan
memudahkan proses penyerapan informasi.yang kemudian menjadi daya tarik
pemikat pemirsa, untuk tetap setia berada di depan televisi.
B. Perumusan Masalah
Dari penjelasan diatas, penulis ingin menarik suatu rumusan masalah
yaitu mengenai bagaimana mekanisme peran videojournalist dalam peliputan
berita di Rajawali Citra Televisi Indonesia
C. Tujuan
Dalam penyusunan tugas akhir kuliah kerja media ini, penulis
memiliki beberapa tujuan, antara lain :
a. Sebagai syarat kelulusan dari Progam Diploma III Penyiaran FISIP
UNS untuk mendapatkan gelar Ahli Madya.
b. Menerapkan disiplin ilmu penyiaran yang sudah penulis pelajari
selama ini. Ilmu yang didapat dari kuliah dapat penulis terapkan pada saat
melakukan magang.
c. Saat melakukan magang dapat menambah ilmu terutama di bidang
peliputan berita.
d. Dapat sebagai pengalaman kerja. Dengan hal ini, penulis dapat
mengetahui suasana kerja yaitu bagaimana berhubungan dengan rekan
kerja untuk bekerja sama, karena dalam dunia pertelevisian yang lebih
diutamakan adalah kerja tim (team work).
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Nama Instansi : PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia
Alamat : Jl. Raya Pejuang no. 3 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11000
Periode : 18 Maret 2008 – 24 Maret 2008 atau dalam waktu 5 minggu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. JURNALISTIK
A. 1. Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal, artinya catatan
harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat
kabar. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan
pekerjaan jurnalistik.
Menurut Webster Dictionary, journalism (jurnalisme) adalah kegiatan
mengumpulkan berita atau memproduksi sebuah surat kabar. Dengan kata lain,
jurnalisme adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang wartawan, sedangkan
jurnalistik merupakan kata sifat (ajektif) dari jurnalisme.
Terdapat berbagai macam pendapat seputar pengertian jurnalistik, David
Wainwright2 menjelaskan, journalism adalah sebuah informasi. Suatu proses
komunikasi, dimana suatu peristiwa yang baru terjadi disajikan kedalam bentuk
tulisan, suara, atau gambar, yang kemudian diproses dengan mekanisme
komunikasi untuk memenuhi rasa keingintahuan dan hasrat untuk mengetahui
segala sesuatu yang baru terjadi di dunia.
2 Journalism Made Simple, David Wainwright, M. A, hal 1 W. H Allen & Co Ltd, 1972
MacDougall3 menyebutkan bahwa journalism adalah kegiatan
menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat
penting dimana pun dan kapan pun.
Untuk lebih tegasnya, jurnalistik adalah, proses kegiatan meliput, memuat,
dan menyebarluaskan peristiwa yang bernilai berita (news) dan pandangan (views)
kepada khalayak melalui saluran media massa cetak dan elektronik (M Romli,
2005: 1)
A. 2. Sejarah Jurnalistik
Sejarah jurnalistik sendiri dimulai tiga ribu tahun lalu, saat Firaun di Mesir
Amenhotep III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di provinsi
untuk memberitahukan apa yang terjadi di ibukota. Di Roma 2.000 tahun yang
lalu Acta Diurna (“tindakan-tindakan harian”) – tindakan-tindakan senat,
peraturan-peraturan pemerintah, berita kelahiran dan kematian – ditempelkan di
tempat-tempat umum. Selama Abad Pertengahan di eropa, siaran berita yang
ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi usahawan.
Jurnalisme sendiri baru muncul ketika huruf-huruf lepas untuk percetakan
mulai digunakan digunakan di Eropa pada sekitar tahun 1440. Dengan mesin
cetak, lembaran-lembaran berita dan pamflet-pamflet dapat dicetak dengan
3 Curtis D. MacDougall, Interpretative Reporting, dalam Jurnalistik Teori dan Praktek, Hikmat, Purnama Kusumaningrat hal. 15 Rosda 2006
kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah yang lebih banyak, dan dengan ongkos
yang lebih rendah.4
Jurnalisme sangat tergantung dan dipengaruhi oleh keberhasilan wartawan
atau jurnalis dalam mencari informasi dari narasumber melalui wawancara.
Pekerjaan seorang jurnalis dalam meliput berita, merupakan pekerjaan yang
gampang namun sulit, banyak orang awam menginterpretasikan pekerjaan
seorang jurnalis hanya duduk dan mendengarkan, namun dibalik itu seorang
jurnalis harus mampu untuk menghasilkan suatu tulisan yang dapat menarik
perhatian khalayak pembaca.
Dalam penulisan tersebut, ungkapan not-just-the-fact – fakta saja belum
cukup untuk memenuhi hasrat keingintahuan khalayak pembaca – menjadi
panduan bagi jurnalis untuk lebih mengeksplorasi tulisannya.5
A. 3. Jurnalistik Televisi
Seperti halnya media informasi lain, media televisi mempunyai
persyaratan tertentu dalam mengemas isi liputannya. Hal itu seperti, cukup
pentingkah, cukup baru, dan cukup menarikkah berita yang akan ditayangkan,
yang kemudian akan mempengaruhi minat penonton untuk menyimak tayangan
berita tersebut.
4 Jurnalistik Teori dan Praktek, Hikmat, Purnama Kusumaningrat, hal. 16, Rosda 2006 5 Hal. 34, Ibid
Penting atau tidak sebuah berita, ditentukan oleh kebijakan yang dianut
oleh stasiun televisi masing-masing. Setelah proses pemilihan berita, barulah
ditentukkan gambar dan suara pendukung yang akan membangun isi berita.
Penentuan gambar dan suara erat kaitannya, dengan karakteristik televisi yang
berifat audiovisual. Dalam hal ini peran kebijakan redaksional sangat
berpengaruh dalam penayangan berita yang akan dinikmati oleh khalayak.
B. BERITA TELEVISI
B. 1. Pengertian Berita Televisi
Berita memiliki pengertian yang amat sukar untuk dijawab dalam sebuah
definisi atau pengertian. Dalam hal ini berkaitan dengan ruang lingkup berita
yang amat luas.
Setiap ahli mempunyai definisi yang berbeda mengenai berita,
berdasarkan sudut pandang masing-masing yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Berita adalah :
§ Segala sesuatu yang tidak Anda ketahui pada hari kemarin.6
§ Informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang banyak,
dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera mengikutinya.7
6 Turner Catledge, New York Times dalam Jurnalistik Televisi, Soewardi Idris, hal. 141Rosda, 1987 7 Robert Tyell, hal. 141, Ibid
§ Laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yan faktual, penting dan
menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan
mereka.8
§ Fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah
besar pembaca.9
Banyak pula yang mengartikan kata asal berita, yaitu news merupakan
bentuk jamak dari kata Inggris Pertengahan (Middle English), yaitu newe yang
memiliki arti “sesuatu yang baru”. Namun tidak sedikit yang menganalogikan
asal kata NEWS, berasal dari singkarah mata angin North, East, West, dan South,
yang mengartikan bahwa berita bisa berasal dari mana saja di berbagai tempat di
penjuru dunia10.
Setiap berita mempunyai kekuatan yang dapat membuat selera seseorang
untuk terus mengikuti perkembangan kejadian tersebut. Namun jika kemampuan
berita itu menghilang, maka berita yang disajikan tersebut telah kehilangan nilai
beritanya.
Berita televisi sendiri, memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
media informasi lainnya, namun televisi memiliki keunggulan di segi
penyajiannya yang didukung dengan audiovisual.
8 Mitchell V. Charnley dalam Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Asep Samsul M. Romli, S.Ip, hal. 5, Rosda, 2005 9 Dean M. Lyle Spencer, hal. 4, Ibid 10 Jurnalistik Teori dan Praktik, Hikmat, Purnama Kusumaningrat, hal. 39, Rosda, 2006
B. 2. Nilai Berita
Walaupun banyak berita yang terhimpun, namun pada prakteknya tidak
semua berita layak untuk ditayangkan. Kriteria sebuah berita untuk dapat patut
ditayangkan ke masyarakat adalah, sebuah berita tersebut harus memiliki nilai
berita. Nilai berita sendiri, menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley
Johnson, mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting, dekat,
aktual, unik, manusiawi, dan berpengaruh (Harriss, Leiter dan Johnson 1981:29-
33). Artinya, sebelum seseorang melaporkan sebuah peristiwa, ia perlu
mengkonfirmasikannya dengan kriteria-kriteria tersebut. Nilai-nilai berita tersebut
yaitu (Siregar, 1998 : hal 27-28) :
a. Konflik (Conflict)
Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan
negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah
untuk mengambil sikap. Dalam penyajian berita yang bersifat konflik, seorang
jurnalis tidak boleh bersifat memihak, maka ia harus mempertimbangkan sisi
objektifitas berita.
b. Dekat (Proximity)
Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan
khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan
tempat khalayak, informasinya akan makin disukai khalayak.
c. Aktual (Timelines)
Informasi tentang peristiwa yang unik dan penting yang jarang terjadi perlu
segera dilaporkan kepada khalayak. Masyarakat menghendaki agar berita
yang ingin mereka ketahui cepat diinformasikan. Banyak sekali peristiwa
yang unik, misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan
gorila, dan sebagainya.
Semakin aktual berita-berita yang ditayangkan, semakin tinggi nilai
beritannya.
d. Manusiawi (Human Interest)
Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa membuat
menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada
khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf
kemanusiaannya.
e. Berpengaruh (Consequence)
Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang
banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi
pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah unsur nilai
berita yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum dijadikan berita berbeda
pada setiap penerbitan pers. Ada surat kabar yang menetapkan hanya lima
unsur nilai berita. Tetapi, ada juga yang enam unsur. Yang jelas, makin
banyak sebuah peritiwa memiliki unsur nilai berita, makin besar kemungkinan
beritanya disiarkan oleh penerbitan pers.
B. 3. Jenis-jenis Berita
Berita dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yang ketiganya didasarkan
pada jenis peristiwa dan cara penggalian data. Tiga jenis berita tersebut adalah
(Deddy Iskandar, 2005 : 40 - 43):
§ Hard News (berita berat)
Adalah tipe berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi
masyarakat., baik secara individu maupun organisasi. Berita tersebut biasanya
menyangkut akan hajat hidup orang banyak. Misalnya tentang
diberlakukannya kebijakan. Reporter atau videojurnalis yang baik bahkan
seringkali menginformasikan berita tersebut lebih awal sebelum kebijakan
tersebut diturunkan. Hal ini tentu saja didukung oleh pernyataan narasumber
yang dapat meyakinkan pemirsa.
Uraian fakta dan data yang didapat, disajikan dalam bentuk 5W+1H ,
yaitu WHO, WHERE, WHEN, WHY, WHAT, dan HOW, dengan teori piramida
terbalik. Hal ini dimaksudkan berita peling penting berada di urutan paling
teratas hingga bagian berita yang kurang penting berada paling bawah
piramida.
Bentuk ini akan memudahkan proses penyuntingan atau pembuangan
informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat
kabar atau majalah, yang dalam pertelevisian terkait dengan durasi, atau
waktu tayang11.
Gbr. Piramida Terbalik (Inverted Pyramid)
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Semakin Tidak
Perlu
Salah satu contoh mengenai perubahan progam bantuan bagi rakyat
miskin Askeskin, menjadi Jamkesmas. Penulis melakukan pencarian data ke
Departemen Kesehatan dan mewawancarai Dirjen Kesehatan, untuk mendapat
data yang mampu memperkuat hasil tulisan yang akan meyakinkan pemirsa
atas kebenaran berita tersebut.
§ Soft News (berita ringan)
Adalah berita yang seringkali disebut dengan news feature, yaitu berita
yang ditayangkan tidak memiliki ikatan dengan aktualitas waktu, namun
memiliki daya tarik lain yang mampu menarik perhatian pemirsa. Berita-
berita yang tergolong soft news tergolong kedalam berita yang
11 Teknik Jurnalistik, Patmono S. K, hal. 27, BPK. Gunung Mulia, 1993
menitikberatkan pada sisi human interest atau sisi kemanusiaan yang dapat
menimbulkan rasa takjub, empati, senang, sedih dalam diri pemirsa.
Berita ringan di RCTI biasanya dihadirkan dalam dalam penyajian
progam acara Buletin Siang. Hal ini difungsikan sebagai selingan di antara
berita-berita yang disiarkan, karena berhubungan dengan waktu penayangan
di saat istirahat siang, dimana pemirsa menginginkan sajian yang ringan.
Berita-berita ringan tersebut biasanya berupa potret-potret kehidupan
manusia, kuliner, ataupun peristiwa unik yang jarang diketahui pemirsanya.
§ Investigative Report (penyidikan)
Adalah sebuah laporan penyidikan biasa dikenal dengan Indepht
News. Investigative Report merupakan jenis berita yang eksklusif. Dalam
penghimpunan datanya tergolong sulit, karena selain data tertulis, jenis berita
ini menuntut adanya dukungan tampilan audiovisual, sehingga membutuhkan
waktu yang tergolong relatif lama.
Data yang nantinya digunakan dalam penulisan berita biasanya bukan
data yang terlihat dipermukaan, namun memiliki sumber-sumber kompeten
yang biasanya identitasnya dirahasiakan. Selain data yang mendalam serta
gambar pendukung, seorang reporter atau videojurnalis harus memperhatikan
tekinik-teknik penulisan, agar hasil liputan tersebut dapat dinikmati dan
dimengerti semua lapisan masyarakat. Hal ini juga dimaksudkan untuk
menghindari adanya perbedaan persepsi yang diterjemahkan oleh pemirsanya.
Untuk lipsus atau liputan khusus, RCTI menyediakan tim khusus yang
berkonsentrasi pada berita yang akan didalami. Seperti Dirut PT. X sebuah
perusahaan, yang merupakan tersangka pelaku penggelap pajak yang
melarikan ke Singapura, tim liputan khusus yang diterjunkan berangkat ke
Singapura untuk melacak tempat tinggal tersangka. Selain itu, tim khusus juga
mewawancarai Direktur O, yang merupakan narapidana penggelap uang
perusahaan yang telah tertangkap sebelumnya, untuk dapat menjelaskan
secara langsung praktek kecurangan yang telah dilakukan Dirut PT. X
tersebut.
B. 4. Format Berita Televisi
Dari berbagai jenis berita yang ada, dalam penyajiannya berita televisi
bisa disajikan dalam berbagai format. Penentuan format bergantung materi berita
dan deadline berita. Format berita tersebut antara lain12 :
a. Reader (RDR)
Adalah format berita singkat, yang disampaikan presenter, tanpa
tambahan gambar video. Format berita ini, umumnya untuk melaporkan
peristiwa penting dan mendadak yang belum ada videonya.
b. Voice Over (VO)
12 Panduan Gaya / Style Guide Metro TV, Litbang Redaksi Metro TV, 2002
Adalah format berita yang dibacakan seluruhnya oleh presenter, dari
lead sampai akhir berita. Setelah presenter menyampaikan lead, suara
presenter akan di insert atau dilengkapi dengan video/ gambar
peristiwanya.
Kriteria penentuan VO :
- Berita-berita yang sangat terbatas data dan videonya,
- Berita-berita yang memeprosesnya sangat terbatas karena sudah
menjelang tayang.
- Berita-berita yang karena alokasi waktu di rundown terpaksa dipotong
durasinya.
- Berita-berita yang karena pertimbangan pacing (irama dalam
rundown) harus diperpendek. VO dapat disertai Natural Sound
(Natsot) atau tidak. Durasi VO maksimal 50 detik.
c. Sound On Tape (SOT)
Format berita ini terdiri dari lead-in dan SOT sumber. Dalam lead-in
presenter menjelaskan nama sumber dan keterangan singkat SOT-nya,
namun tidak boleh sama persis (parroting) dengan SOT. Kriteria penetuan
SOT :
- Keterangan sumber yang sangat penting dan perlu diketahui
masyarakat umum.
- Reporter / Writer / Redaktur harus teliti memilih SOT yang
ditayangkan.
- Writer boleh memotong SOT agar lebih ramping tanpa mengurangi
makna SOT.
- Pada akhir SOT perlu ada tag on-cam persenter mengenai latar
belakang atau perspektif dari hal-hal yang diungkapkan dalam SOT.
- Berita SOT bisa terdiri lebih dari satu SOT, baik yang saling
mendukung maupun yang bertentangan.
SOT yang lebih satu, yang saling dukung atau bertentangan bisa
disambung langsung / berurutan (back-to-back). Durasi berita SOT
maksimal 1 menit.
d. Voice Over-SOT (VO-SOT)
Format berita ini merupakan gabungan VO dan SOT . kriteria
penentuannya sama dengan kriteria untuk VO dengan SOT. Reporter atau
writer bekewajiban membuat pengantar (bridging) dari VO ke SOT tanoa
harus menggunakan kata-kata ”berita kutipan pernyataan (narasumber)...”
sebagai pengantar menuju SOT. Durasi VO SOT maksimal 90 detik.
e. Package (PKG) Berita, News Features
Adalah berita komprehensif yang disertai kutipan pernyataan satu atau
dua narasumber (soundbite), dan naskahnya dinarasikan sendiri oleh
reporter atau dubber. Durasi maksimal dua menit tiga puluh detik.
f. Laporan Khusus
Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan soundbite dari
sejumlah narasumber. Biasanya merupakan laporan panjang yang
komprehensif, bisa mengenai berbagai peristiwa, politik, hukum-kriminal,
bencana dan sebagainya. Durasi maksimal 6 menit.
g. Siaran langsung (Live Event)
Siaran langsung mengenai suatu peristiwa yang sudah terjadwal,
seperti sidang MPR/DPR, sidang pengadilan, dan peristiwa lain. Disajikan
secara utuh dilengkapi narasumber di studio untuk memberikan perspektif
tentang kejadian tersebut. Durasi tidak terbatas, tergantung event-nya.
h. Breaking News
Berita yang sangat penting dan harus segera disiarkan bila
memungkinkan bersamaan denagn terjadinya peristiwa tersebut. Breaking
News merupakan berita yang tidak terjadwal dan bisa terjadi kapan saja.
Kriteria penentuan Breaking News :
- Peristiwa yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang
luar biasa, minimal 10 orang tewa dan 50 luka berat.
- Peristiwa yang mengancam keselamatan manusia, minimal mengancam
50 orang dan harta benda.
- Peristiwa yang mengancam perekonomian negara, misal perang antar
negara yang berdampak pada Indonesia.
- Kematian tokoh penting yang berpengaruh dan terkenal.
C. PELIPUTAN BERITA
Sebuah stasiun berita, biasanya mendapatkan informasi adanya suatu
kejasian atau peristiwa dari berbagai macam sumber. Informasi-informasi inilah
yang kemudian akan diteruskan kepada videojurnalis untuk kemudian diliput.
Sumber-sumber berita televisi antara lain13 :
§ Kontak Pribadi
Reporter bisa memiliki kontak pribadi dengan orang-orang yang
bekerja pada berbagai lembaga pemerintahan dan nonpemerintahan. Disebut
kontak pribadi karena nomor-nomor telepon mereka tidak bebas diberikan
kepada media. Narasumber kontak pribadi itu mungkin akan memberikan
suatu petunjuk awal atau peringatan dini atau memberikan latar belakang
informasi yang penting. Informasi diberikan dalam bentuk off the record.
Semua ini diperlukan reporter sehingga ia dapat melangkah lebih dulu dari
reporter tv saingannya.
§ Kontak Publik
Adalah orang-orang penting atau figur kunci yang dapat diminta
tanggapan atau opininya mengenai berita yang mempengaruhi organisasi atau
profesi mereka. Kontak-kontak ini dapat berasal dari organisasi pemerintah,
nonpemerintah, serikat buruh, kelompok-kelompok oposisi (penekan) atau
pengamat, dan kalangan perguruan tinggi.
Pendapat mereka sangat penting, maka daftar kontak ini hendaknya
disimpan di ruang berita sehingga dapat diakses oleh semua reporter. 13 Horea Salajan, dalam Jurnalistik Televisi mutakhir, Morrisan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004
§ Kantor Berita
Hampir seluruh stasiun televisi berlangganan kantor berita, sebagai
sumber berita paling penting dan utama bagi progam beritanya karena mereka
tidak bisa mengakses ke seluruh provinsi. Antara lain Kantor Berita Antara,
Kantor Berita Asing Reuters, Associated Press (AP), dan Agence France
Press (AFP).
§ Siaran Pers (press release)
Adalah informasi atau pernyataan (statement) yang dikirimkan ke
stasiun TV dengan tujuan dapat dipublikasikan. Siaran pers dapat datang dari
berbagai lembaga seperti : organisasi lokal dan internasional, lembaga
pemerintahan, pejabat pemerintahan, kantor-kantor asing, kelompok penekan
(oposisi), lembaga nonpemerintahan, dan lain-lain.
Siaran pers yang disebar biasanya menggambarkan hal-hal yang
positif bagi lembaga yang mengeluarkannya. Maka suatu reporter harus
pandai mengemasnya memisahkan antara fakta dan opini, agar stasiun TV
tidak terkesan publisitias dan promosi gratis bagi perusahaan atau lembaga
tertentu.
§ Jumpa Pers
Biasanya menyampaikan hal-hal yang positif bagi lembaga yang
mengadakannya. Maka stasiun tv harus mempertimbangkan bobot berita dan
siapa yang akan memberikan jumpa pers.
Jumpa pers dapat menjadi sumber berita yang bagus, namun
merupakan sumber gambar yang buruk. Reporter dan juru kamera harus
mengambil gambar penunjang lain, yang terkait dengan tema atau topik yang
dibicarakan dalam pers. Jumpa pers merupakan kesempatan bagus untuk
mendapatkan kutipan langsung narasumber atau wawancara khusus.
§ Saksi Mata
Para saksi mata dapat menjadi sumber informasi yang sangat baik,
sebab saksi mata dapat membrikan keteranagan dengan cepat sehinga
menambah kredibilitas berita yang dibuat. Nmun sering kali para saksi mata
ini masih dalam kondisi emosional atau terguncang deng peristiwa yang baru
saja dialaminya sehingga reporter tidak bisa sepenuhnya mengandalkan
keterangan para saksi mata untuk mendapat keterangan yang objektif.
§ Media lain
Siaran televisi dan radio dari berbagai pelosok dunia dapat juga
menjadi sumber berita bagi suatu stasiun TV. Untuk keperluan ini, ruangan
berita (newsroom) perlu memiliki penerima siaran radio yang baik. Tim kerja
bagian pemberitaan hendaknya terus menerus memonitor stasiun TV
saingannya dalam mengambil berita yang mungki liput dari liputan. Berita-
berita penting yang dimuat dan diperoleh surat kabar dapat disiarkan oleh
televisi asal saja disebutkan sumbernya.
Seorang videojurnalis, dalam peliputannya tidak hanya terpaku pada
sumber-sumber beritanya saja, namun ia juga harus memperhatikan teknik
pengumpulan beritanya14 :
Ø Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas
sosial. Ada pengamatan langsung, ada juga pengamatan tak langsung.
Seseorang disebut melakukan pengamatan langsung bila ia menyaksikan
sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri. Pengamatan ini bisa
dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang. Seseorang disebut
melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa
yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang
menyaksikan peristiwa itu.
Pengamatan di sini tidak sama dengan pengamatan seorang peneliti.
Seseorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan hipotesis
dan biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah. Sedangkan
seorang pekerja pers melakukan pengamatan untuk melaporkan kejadian
sebuah peristiwa apa adanya.
Ø Wawancara
Adalah tanya jawab antara seorang wartawan dengan narasumber
untuk mendapatkan data tentang sebuah fenomena. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan adalah: 14 http://aliefnews.wordpress.com, Teknik Mengumpulkan Berita
a. Posisi narasumber dalam wawancara
Dalam proses wawancara, seorang videojurnalis harus
menanyakan terlebih dahulu, apakah narasumber keberatan apabila
pernyataanya direkam, atau data dirinya perlu disembunyikan, karena
hal ini merupakan hak pribadi narasumber. Sebelum itu, wartawan
harus memperkenalkan secara langsung jati dirinya dan untuk siapa ia
bekerja kepada narasumber. Tahap-tahap ini, menurut prinsip etika
jurnalistik yang umum, harus ditempuh oleh setiap wartawan sebelum
melakukan wawancara dengan narasumber, terlepas dari narasumber
mengetahui cara kerja jurnalisme atau tidak.
b. Posisi wartawan dalam wawancara
Kedudukan wartawan adalah penjaga kepentingan umum. Para
wartawan berhak mengorek informasi yang berkaitan dengan
kepentingan umum dari narasumber. Mereka bebas menanyakan apa
saja kepada narasumber untuk menjaga kepentingan umum. Posisi
inilah yang menyebabkan mereka mendapat tempat di hati khalayak.
Kendati begitu, para wartawan, seperti dinyatakan oleh Jeffrey Olen,
harus menghormati keberadaan narasumber. Mereka harus mengakui
bahwa narasumber adalah individu yang bisa berpikir, memiliki alasan
untuk berbuat dan mempunyai keinginan-keinginan. Akibatnya, para
wartawan harus memperlakukan narasumber sebagai individu yang
memiliki otonomi dan bebas mengekspresikan segala keinginannya.
Kalau pada satu saat narasumber keberatan hasil wawancaraya
disiarkan, maka wartawan harus menghormati keinginan ini dan tidak
menyiarkannya.
Menurut Itule dan Anderson, wawancara sendiri terbagi menjadi tujuh
jenis wawancara, yang terbagi menjadi berikut :
§ Man in the street interview
Wawancara yang dilakukan untuk mengumpulkan pendapat beberapa
orang awam mengenai sebuah peristiwa, bisa menyangkut satu keadaan dan
bisa pula tentang sebuah kebijaksanaan baru. Biasanya wawancara ini
diperlukan setelah terjadinya sebuah peristiwa yang sangat penting.
§ Casual interview
Sebuah wawancara mendadak. Dalam hal ini seorang wartawan
minta kesediaan seorang narasumber untuk diwawancarai. Si wartawan
berbuat begitu karena ia bertemu dengan narasumber yang dianggapnya
punya informasi yang perlu dilaporkan kepada khalayak.
§ Personal Interview
Merupakan wawancara untuk mengenal pribadi seseorang yang
memiliki nilai berita lebih dalam lagi. Hasilnya, biasanya berupa profil
tentang orang bersangkutan. News Peg Interview, wawancara yang berkaitan
dengan sebuah laporan tentang sebuah peristiwa yang sudah direncanakan.
Wawancara ini sering juga disebut information interview.
§ Telephone Interview
Wawancara yang dilakukan lewat telepon. Ini biasanya dilakukan
wartawan kepada narasumber yang sudah dikenalnya dengan baik dan untuk
melengkapi sebuah berita yang sedang ditulis. Dengan perkataan lain,
seorang wartawan memilih jenis wawancara memilih jenis wawancara ini
karena ia dalam keadaan terdesak.
§ Question Interview
Wawancara tertulis. Biasanya dilakukan seorang wartawan yang sudah
mengalami jalan buntu. Setelah ditelepon, didatangi ke rumah dan ke
kantor, si wartawan tidak bisa bertemu dengan anrasumber, maka ia
memilih wawancara jenis ini. Keuntungan wawancara ini adalah, informasi
yang diperoleh lebih jelas dan mudah dimengerti. Namun kelemahannya
wartawan tidak bisa mengamati sikap-sikap pribadi narasumber ketika
manjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan.
§ Group Interview
Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang sekaligus untuk
membahas satu persoalan atau implikasi satu kebijaksanaan pemerintah.
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara.
Menurut J. B Wahyudi, hal lain yang perlu diketahui oleh seorang
reporter, dan juga videojurnalis, adalah berita yang dapat disiarkan harus
memenuhi persyaratan antara lain :
a. Penting (Important)
b. Menarik (Interesting)
c. Masih Baru (Actual)
d. Aman Jika Disiarkan (Security)
Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, J. B Wahyudi
menjelaskan mengenai variasi dalam penyajian sebuah berita. Variasi ini,
bertujuan agar tayangan berita tersebut menjadi lebih menarik, tidak
membosankan namun isi berita tetap dapat dipertanggungjawabkan. Variasi
penyajian berita dikenal dengan sistem ROSS (Wahyudi, 1994 : hal 37 – 38).
Sistem ROSS, merupakan cara penyajian berita televisi dimana reporter
atau videojurnalis dengan aktif mencari, mengumpulkan, menyeleksi,
mengolah, dan menyajikan sendiri uraian berita dengan merekam suara
pembacaan naskah berita yang disajikan. Sistem mempunyai beberapa makna,
yaitu :
a. Reporter On the Spot and On the Screen
Reporter berada di lokasidan sewaktu menyajikan berita muncul di layar
televisi.
b. Reporter On the Spot and Off the Screen
Reporter berada di lokasi, namun sewaktu menyajikan tidak muncul di layar
televisi.
c. Reporter Off the Spot and On the Screen
Reporter tidak berada di lokasi, tetapi dalam penyajian berita reporter
muncul di layar televisi.
d. Reporter Off the Spot and Off the Screen
Reporter tidak berada di lokasi, dan juga tidak tampil di layar televisi saat
berita disajikan.
Seorang videojurnalis bisa dikatakan wartawan yang baik apabila ia
bisa menguasai teknik-teknik liputan di atas, namun semua jenis wawancara
diatas dapat menjadi lebih baik apabila didukung dengan persiapan-persiapan
yang mendukung terlaksananya proses wawancara yaitu dengan, menggunakan
daftar pertanyaan yang tersusun baik, yang sudah disiapkan lebih dulu; memulai
wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan; mengajukan pertanyaan
secara langsung dan tepat; tidak malu bertanya bila ada jawaban yang tidak
dimengerti dan mengajukan pertanyaan tambahan berdasarkan perkembangan
wawancara.
C. VIDEOJURNALIS
Videojurnalis adalah sebutan untuk sebuah profesi yang digunakan oleh
media elektronik, khususnya televisi. Videojurnalis bertanggung jawab terhadap
beberapa pekerjaan sekaligus, yang dalam hal ini erat kaitannya dalam peliputan
berita. Menurut Richard Griffiths dalam bukunya Videojurnalism, ia
menjelaskan bahwa seorang videojurnalis adalah orang yang menjadi
kameramen, sutradara, penulis naskah, produser, presenter, serta reporter
sekaligus.
Seorang videojurnalis atau biasa dikenal dengan vj, banyak digunakan
dalam pembuatan berita, features, dan dokumentasi. Namun lebih tepatnya
seorang vj biasanya juga banyak dipakai saat peliputan tentang perjalanan,
fashion, dan kuliner.
Profesi sebagai videojurnalis mulai dikenal saat pertama kali digunakan di
Inggris pada awal tahun 1994. Penggunaan videojurnalis dalam peliputan
berita sendiri sebenarnya terkait masalah sumber daya manusia berkualitas,
yang semakin sulit didapat seiring dengan maraknya persaingan antara media
informasi. Namun masalah ini juga didukung, dengan desakan ekonomi yang
semakin tinggi. Untuk itu, pihak pengelola televisi mengantisipasinya dengan
melakukan pengerucutan lapangan kerja, hingga terbentuklah profesi
videojurnalis.
Seorang videojurnalis di RCTI, diambil dari beberapa profesi, seperti
kameramen, dan editor, sebelumnya mereka telah dilatih terlebih dahulu agar
menguasai teknik dasar peliputan berita. Selain itu, videojurnalis di RCTI
terdapat juga yang bukan merupakan tim redaksional, mereka adalah freelancer
yang berperan sebagai koresponden dan kontributor yang menyediakan dan
menjual berita kepada suatu media, sistem pembayaran ditentukan dari jumlah
berita ditayangkan.
Videojurnalis dituntut untuk dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus.
Berikut adalah job-description seorang videojurnalis saat peliputan berita.
1. Tugas Reporter15
a. Persiapan
v Liputan Undangan
§ Mencari tahu event apa yang akan diliput, ceremonial atau non-
ceremonial
§ Menghimpun data awal melalui telepon atau datang ke lokasi
pengundangan
§ Menyiapkan buku catatan dan tape recorder mini
§ Menyiapkan pertanyaan untuk bahan wawancara
§ Menyiapkan segala perelatan dan keperluan yang harus dibawa
§ Menyiapkan format berita yang akan disajikan
§ Mencari tahu lokasi dan waktu yang diperlukan untuk menuju
lokasi
§ Berangkat tepat waktu
v Liputan Inisiatif
§ Menentukan event yang akan diliput setelah berkoordinasi
dengan assignment desk 15 Jurnalistik Televisi, Deddy Iskandar Muda, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, Mei 2003
§ Memiliki data awal yang akan dikembangkan di lapangan
§ Siapkan buku catatan dan tape recorder mini Menyiapkan
pertanyaan untuk bahan wawancara
§ Menyiapkan segala peralatan dan keperluan yang harus dibawa
§ Menyiapkan format berita yang akan disajikan
§ Mencari tahu lokasi dan waktu yang diperlukan untuk menuju
lokasi
§ Berangkat tepat waktu
b. Dilokasi Peristiwa
· Tiba di lokasi 30 menit lebih awal
· Amati orang penting yang hadir
· Tentukan siapa saja yang harus diwawancarai
· Siapkan kemungkinan untuk memperoleh topik berita lainnya
· Himpunan data sebanyak mungkin termasuk press-release jika ada
· Pada event ceremonial, rekam sambutan orang penting
· Pada event ceremonial wawancarai orang-orang penting pada atau
sesudah acara
· Segera pikirkan lead berita yang akan ditulis
c. Pasca Produksi
· Koordinasi dengan produser berita, kapan ditayangkan berita yang
telah selesai diliput tersebut termasuk durasi yang diperlukan
· Berikan susunan gambar/ visual yang akan disunting kepada tape
editor
· Mendampingi tape editor selama menyunting gambar tersebut
· Menyusun naskah utnuk komentar berita
· Menyerahkan susunan naskah berita kepada produser berita untuk
disunting
· Check-recheck jika ada keraguan
· Memberi label judul berita termasuk durasinya
· Menyerahkan naskah dan kaset yang siap siar kepada redaksi
· Memantau siaran berita
2. Tugas Kameramen / Camera Person
a. Persiapan
- Memastikan kamera dan mikropon dalam keadaan baik
- Membawa tripot dan lighting bila diperlukan
- Membawa kaset minimal 2 buah, charger, dan baterai cadangan
- Diskusi dengan produser (reporter) tentang isu dan gambar yang harus
diambil
b. Dilokasi Peristiwa
- Mengambil gambar sesuai instruksi dari produser (reporter)
- Harus mendapatkan semua gambar penunjang berita
- Menyiapkan stok inter-cut
- Memastikan stock-shot telah cukup
- Harus mampu edit by camera bila diperlukan
c. Pasca Produksi
- Menulis judul berita, tanggal, waktu dan shot list
- Menjelaskan tentang gambar kepada produser dan editor bila
diperlukan
BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI
A. Gambaran Ringkas RCTI
Rajawali Citra Televisi Indonesia ( RCTI ) adalah stasiun televisi
swasta pertama di Indonesia yang lahir dari sebuah gagasan dua perusahaan
besar, yaitu : Bimantara Citra Tbk dan Rajawali Corporations.
Sejak berdiri tahun 1989, RCTI identik dengan beragam program yang
popular dan menjadi trend-setter. Memiliki 47 stasiun pemancar yang
mencakup 232 kota di seluruh Indonesia. Secara populasi, mencakup lebih
dari 140 juta penduduk Indonesia. RCTI juga selalu menjadi pilihan para
pemasang iklan, karena merupakan media untuk beriklan yang efektif dengan
cakupan terluas.
B. Sejarah Singkat RCTI
23 Juni 1988
Peletakan batu pertama oleh Gubernur DKI Jakarta, Bp. Wiyogo
Atmodarminto.
14 November 1988
RCTI mulai melakukan siaran percobaan untuk wilayah Jakarta
selama 4 jam sehari dengan menggunakan dekoder dengan jumlah pelanggan
30.000
24 Agustus 1989
Stasiun RCTI diresmikan oleh Presiden RI, Bp. Soeharto dan
ditetapkan menjadi hari jadi RCTI. Jumlah pelanggan menanjak menjadi
125.000
1 Agustus 1990
RCTI melakukan pelepasan penggunaan dekoder. Sebagai
konsekuensinya, pendapatan RCTI hanya bersumber dari iklan. Pelepasan
dekoder juga bertujuan agar semakin banyak pemirsa yang dapat menikmati
siaran RCTI.
Agustus 1990 – 1992
SCTV bersama RCTI melakukan beberapa program kerjasama,
diantaranya : pemberitaan, sales & marketing, produksi dan teknik.
1 Mei 1991
RCTI mengembangkan siarannya dengan meresmikan stasiun RCTI
Bandung
24 Agustus 1993
RCTI mulai bersiaran secara nasional, hingga awal tahun 2001, RCTI
memiliki 47 buah stasiun transmisi di seluruh Indonesia.
Maret 1996
RCTI memindahkan siaran dari Satelit Palapa B2P menjadi satelit
Palapa C2 guna meningkatkan kualitas penyiaran.
1 Februari 2000
Sistem siaran RCTI diubah dari Analog menjadi Digital.
24 Agustus 2000
RCTI melakukan penajaman logo yang menggambarkan penampilan
dan semangat baru.
10 Februari 2001
Peresmian stasiun transmisi RCTI yang ke-47 di Kotabaru,
Kalimantan Selatan.
C. Pembagian Program Tayang
Pembagian program tayang di RCTI adalah 20 – 24 jam sehari.
Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :
a. Berita dan Dialog 18 %
b. Iklan 20 %
c. Hiburan, Sports, dan Budaya 62 %
60 % dari tayangan RCTI adalah program lokal dan 40 % merupakan
program asing.
RCTI lokal break mencakup :
- Jakarta ( Jabotabek ) 6 kota
- Jawa Barat 3 kota
- Jawa Timur 9 kota
- Jawa Tengah 20 kota
- Sumatera Utara 6 kota
- Kota Lainnya 40 kota
Untuk program tayangan berita ( News ), terdiri dari :
§ Nuansa Pagi
Merupakan program yang menyajikan berita – berita di bidang polkam dan
hukum, ekbis dan sosmas, metro dan kriminal, regional, sport. Umumnya
berita yang ditayangkan baru saja terjadi dini hari atau satu hari sebelumnya.
Program ini dimulai dari pukul 05.00 – 06.30 WIB pada hari Senin – Sabtu
dan pukul 06.00 – 06.30 WIB pada hari Minggu.
§ Buletin Siang
Program ini ditayangkan setiap hari pada pukul 12.00 – 12.30 WIB.
Menyajikan berita – berita yang terjadi pada hari yang sama, sejak pagi hari
sampai saat program akan ditayangkan. Berita – berita yang disajikan meliputi
bidang polkam dan hukum, ekbis dan sosmas, metro dan regional.
§ Sergap
Merupakan tayangan khusus yang menyajikan berita – berita kriminal.
Program ini mengangkat kasus kejahatan yang umumnya terjadi dalam
kehidupan sehari – hari di masyarakat. Bertujuan agar masyarakat bisa lebih
waspada terhadap fenomena yang ada saat ini. Ditayangkan setiap hari pada
pukul 12.30 – 13.00 WIB.
§ Seputar Indonesia
Ditayangkan setiap hari pada pukul 17.30 – 18.00 WIB. Menyajikan berita –
berita yang terjadi pada hari yang sama sejak pagi hari hingga saat program
tersebut ditayangkan. Berita – berita yang disajikan meliputi bidang polkam
dan hukum, ekbis dan sosmas, metro dan regional.
§ Buletin Malam
Program tayangan ini disajikan setiap hari mulai pukul 00.00 – 00.30 WIB.
Berita – berita yang disajikan merupakan liputan peristiwa yang terjadi
sepanjang hari. Meliputi bidang polkam dan hukum, ekbis dan sosmas, metro
dan regional.
D. Fasilitas RCTI
Fasilitas yang ada di RCTI meliputi :
a. Fasilitas gedung
- Gedung Utama ( administrasi )
- Gedung Teknik / Operasi / Pemberitaan
- Gedung Produksi
- Gedung Pemancar
- Gedung Artistik
b. Fasilitas studio
- Studio 1 dan 4
Studio berukuran besar yang dimiliki RCTI, masing – masing 600m2
dan 900m2. Dipergunakan untuk acara yang memerlukan setting luas,
seperti Hole in the Wall, Idola Cilik, Hikmah Fajar.
- Studio 2
Virtual studio berukuran 110m2 yang digunakan untuk pembawa acara
TALA, MP 3, Tergoda.
- Studio 3
Berukuran 60m2 digunakan untuk shooting Pembawa acara
(announcer), Cinema – Cinema, Acara Rohani.
- Studio 5
Studio khusus berukuran 215m2, khusus untuk program berita, seperti
Nuansa Pagi, Buletin Siang, Seputar Indonesia, Buletin Malam,
SERGAP, Sekilas Info, dan Go Spoot.
- Studio 6 dan 7
Sedang dalam pembangunan
- OB Van
Studio berjalan yang dipergunakan untuk acara diluar komplek RCTI.
c. Fasilitas lainnya yang ada di komplek RCTI
- Ruang kontrol
- Ruang edit
- Ruang audio dan video
- Ruang terjemahan / subtitling
- Ruang sulih suara / dubbing
- Dua buah menara antena pemancar : 275 meter dan 151 meter
- Koperasi karyawan RCTI
- Masjid Raudhatul Jannah
- Kantin karyawan
- Klinik umum dan Klinik gigi
- Bengkel mobil koperasi karyawan RCTI – Hyundai
- Radio Trijaya FM dan Radio ARH FM
- Café, salon, lapangan bola, dll.
E. Personil Divisi News dan Features
Ø News Gathering Department : Daniel Widhi Nugroho
a. Koordinator Liputan : Dandhy Dwi Laksono
1. Ken Indra Savitri 2. Dwi Yuniarti
3. Masdian Diasto 4. Elly Husein
5. Endy M. Saputra 6. Dian Setia Palupi
6. Riyanto Witjaksono 7. Heri Kuswiyanto
8. Cecilia Tiara
b. Koordinator Koresponden Daerah : Ahmad Setiono
1. Kinanti Pinta 2. Aunnurochim
3. Evi Elfrida 4. Soemiadeny
5. Arfan Arsyad 6. Betty Usman
7. Iwan Haposan
c. Koordinator Camera Person : Budi S. Zein
1. Andi Rubiyanti
2. Fifin Kurniawan
3. Jati Pamungkas
4. Asep Edward
d. Pembidangan Reporter
· Desk POLKAM : Ken Indra Savitri
- AM Fikri - Michael Tjandra
- Tody Tjokro - Olla Sudrajat
- Bane Raja Manalu - Marcelina Ika
- Bima Marzuki - Vicky Damanta
- Royhan Akbar
· Desk HUKUM : Dwi Yuniarti
- Tunggal Siregar - Ade Bambang
- Ledyani Simarmata - Rosalia Dewi Arlusi
- Hendrawan
· Desk EKBIS : Masdian Diasto
- Gustav Aulia
- Mutie Aryanti
· Desk SOSMAS : Elly Husein
- Dentamira Kusuma
- Iwan Hardjadi
- Eko Budi Utomo
- M. Budhi
· Desk KRIMINAL : Endy M. Saputra
- Gusti Aitonam
- Monika Tobing
- Aziz – Kontributor Jakarta Utara
- Andi – Kontributor Jakarta Timur
- Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat
· Desk METRO : Dian Setia Palupi, Riyanto Witjaksono, Heri
Kuswiyanto, Caecilia Tiara
- Amalia Kartika - Joice Triatman
- Priandono kusumo - Chantal Della Concetta
- Ira Syarief - Hendra Akbari Majid
- Isyana Bagoes Oka - Aan Dwi Puantoro
- Windy Indriani - Aulia Wulan
- Kontributor Bekasi
- Kontributor Bogor
- Kontributor Tangerang
- Kontributor Depok
- Alexander Zulkarnain – Kontributor Malaysia
Ø News Production Department : Putra Nababan
a. Executive Producer NUANSA PAGI : Khoiri Akhmadi
2. Desk POLKAM dan HUKUM
- Raymond Rondonuwu
- Iwan Malik
3. Desk EKBIS dan SOSMAS
- Edi P. Mawarto
4. Desk METRO dan KRIMINAL
- Taufiqurahman
5. Desk REGIONAL
- Fauziah Dasuki
6. Desk SPORT
- I Made Pasek
b. Executive Producer BULETIN SIANG : Atika Suri
1. Desk POLKAM dan HUKUM
- Tunggul Sri Panindra
- Jamalul Insan
2. Desk EKBIS dan SOSMAS
- Crysanti Soewarso
- Inne Sudjono
3. Desk METRO dan REGIONAL
- Tim
c. Executive Producer SERGAP : Deden Kuswondo
- Juniardhi
- Aiman Witjaksono
- Luba Rosita
d. Executive Producer SEPUTAR INDONESIA : Yulia Supadmo
1. Desk POLKAM dan HUKUM
- Purwadi
- Catharina Davy
2. Desk EKBIS dan SOSMAS
- Winarto
- Yunita Rinasari
3. Desk METRO dan REGIONAL
- Tim
e. Executive Producer BULETIN MALAM : Avida Virya
1. Desk POLKAM dan HUKUM
- Ario Damar
- Eman Sulistiani
2. Desk EKBIS dan SOSMAS
- Winarto
- Yunita Rinasari
3. Desk METRO dan REGIONAL
- Tim
Ø News Features Department : Apni Jaya Putra
o Kepala Seksi Produksi Features & Infotainment / Executive Producer
: Ratna Komala
o Kepala seksi Peliputan Features & Infotainment : Vitri Chadarsih
i. Producer Features & Dokumenter : Dicky Martiyaz
ii. Producer Infotainment : Julis Marhono
iii. Assistant Producer Infotainment : Adriana
iv. Assistant Magazine : Taufik Hidayat
v. Producer Delik & Liputan Khusus : Edy Budiarso
o Assistant Producer, Reporter Delik & Liputan Khusus : Levianer
Silalahi ( Delik ), Yuni Eko S ( Lipsus ), Bram Harwin ( Rep ), Hendy
Susanto ( Rep ), M Syaiful Anwar ( Rep ), Cheryl A Tanzil ( Rep )
o Producer Value Added Service ( VAS ) : Damar Hatmadi
o Koord Pasca Produksi Features & Infotainment : Wenang Pitoyo
o Koordinator Kamerawan Features & Infotainment : Akmal Yusmar
o Koordinator Kreatif : Zaldi Nurzaman
o Koordinator Liputan Infotainment : Rika Asmon
o Penata Fotografi ( Fungsional ) : Yaskur, Wayan Astaphala
F. Logo RCTI
G. Struktur Organisasi (terlampir)
BAB IV
PELAKSANAAN MAGANG
A. Focus of Interest
Dalam Kuliah Kerja Media ini, penulis diberikan kesempatan magang yang
sangat luas dalam mengenal dan mengetahui sistem kerja peliputan dan penyajian
berita di News Gathering Departement di PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia.
Pemilihan divisi pemberitaan sebagai bahan pelaksanaan magang terkait
dengan latar belakang pendidikan ilmu jurnalistik yang diterima penulis selama
menjalani pendidikan Diploma III Penyiaran di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Adapun pertimbangan dalam pemilihan stasiun RCTI sebagai sebagai
tempat praktek pelaksanaan magang, adalah stasiun RCTI saat ini menjadi televisi
yang memiliki kredibilitas tinggi dalam menyajikan tayangan yang bersifat
hiburan dan informatif. Selain itu penulis juga ingin lebih mendalami proses pra
dan post production penyangan berita hingga tayang di layar kaca.
Penulis diberikan kesempatan yang besar untuk dapat melakukan kegiatan
magang di semua bagian News Gathering, baik di dalam redaksi maupun terjun ke
lapangan langsung mengobservasi aktivitas kerja reporter dan kameramen dalam
peliputan beritanya, serta menjadi asisten videojournalist dalam pencarian data di
lapangan. Dalam divisi pemberitaan ini, kegiatan penulis meliputi, liputan,
penulisan naskah, redaksi, editing, dan studio.
Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis di stasiun RCTI adalah 5
minggu, terhitung tanggal 18 Maret 2008 hingga tanggal 24 Mei 2008.
B. Hal Yang Dilakukan Selama Magang
Kegiatan Kuliah Kerja Media di stasiun televisi RCTI, diawali dengan
pengenalan alur berita yang biasa digunakan dalam memproduksi berita. Alur
berita inilah yang kemudian menjadi sebuah pedoman kerja bagi tim redaksional,
yang nantinya akan mempengaruhi kualitas dari suatu tayangan berita.
Berdasarkan proses pengamatan maka sistem alur berita tersebut, dapat
diuraikan sebagai berikut ini :
Bagan Alur Berita RCTI (flow of news)
Rapat Redaksi
Reporter/ vj menulis naskah
Hasil Peliputan
Peliputan Berita
Pembagian Tugas
Penentuan Agenda Setting
Presenter cek naskah
Check & Recheck oleh Produser
Editing Gambar Master Control
Dubbing
Tayang
Keterangan :
1. Rapat Redaksi
Dalam rapat redaksi ini terbagi menjadi Rapat Evaluasi untuk progam
berita yang telah tayang, dan Rapat Proyeksi untuk progam berita yang akan
tayang selanjutnya. Rapat ini dihadiri oleh Manajer News Production,
Eksekutif Produser masing-masing acara yang bertanggung jawab terhadap
progam tersebut, Produser, Koordinator liputan, dan Koordinator bidang.
2. Penentuan Agenda Setting
Standar prioritas penentuan topik yang akan digunakan sebagai bahan
liputan adalah, topiknya bersifat nasional, berpengaruh terhadap kebijakan
publik, serta fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini,
topik-topik yang menjadi prioritas, seperti kebijakan publik, dan topik
fenomenal yang mempunyai efek di masyarakat. Selain itu topik yang
mempunyai nilai berita, seperti isu-isu nasional, atau tokoh publik. Berita
lokal pun dipertimbangkan, tergantung apakah berita tersebut mempunyai
nilai yang mampu menarik empati di seluruh Indonesia. Namun ada kalanya
nilai berita dapat dikesampingkan, terkait oleh karakteristik televisi yang
bersifat audiovisual, apabila berita yang diliput memiliki gambar yang
dramatis.
3. Pembagian Tugas
Pembagian tugas peliputan ini, secara teknis diserahkan kepada
Koordinator Liputan dan Koordinator Bidang. Koordinator Liputan membuat
jadwal dan nantinya akan terus bertugas untuk memantau dan menghubungi
seluruh reporter atau vj mengenai perkembangan di lapangan, dan juga
mengarahkan messenger, untuk dapat mengambil kaset dari reporter dan vj
apabila keadaan mendesak.
Sedangkan Koordinator Bidang, memantau kerja reporter dan vj yang
menjadi tanggung jawab bidangnya. Seperti bidang Polkam, Hukum, Ekbis,
Sosmas, Kriminal dan Metro. Koordinator Bidang akan terus mengawal hasil
liputan hingga menjadi naskah, dalam pengertian reporter tidak dapat kembali
ke redaksi dan mengedit hasil naskah reporter yang telah selesai tepat waktu
Pembidangan liputan ini, lebih memudahkan reporter dan vj dalam
menghubungi narasumber yang akan dihubungi, karena biasanya mereka
sudah mempunyai kontak sumber tersendiri yang dapat dimintai keterangan
mengenai bidang yang bersangkutan. Selain itu reporter dan videojurnalis
menjadi lebih fokus dalam mencari berita, karena mereka telah menguasai
bidang liputan tersebut.
4. Peliputan Berita
Dari pembagian jadwal yang telah disusun, setelah rapat evaluasi progam
Seputar Indonesia, Koordinator Liputan yang bertugas menghubungi reporter,
vj, dan kameramen mengenai pembagian plot esok hari. Dalam peliputannya
reporter, kameramen, dan vj berangkat dengan menggunakan alat transportasi
yang telah dipersiapkan sesuai dengan jadwal shift masing-masing.
Sebelum berangkat reporter dan vj harus sudah menguasai matrik
peliputan, penentuan angle (sudut pandang) berita pun juga ditentukan agar
ketika liputan di lapangan jelas dan terarah., serta kameramen dapat mengira-
mengira gambar yang akan dijadikan stokshot.
Dalam peliputan beritanya, reporter berkoordinasi dengan kameramen
dalam menentukan angle pengambilan gambar, yang akan mendukung data
yang dihimpun. Sebelum liputan reporter dan videojurnalis harus telah
menguasai matriks liputan, sumber data pegangan dapat diperoleh dari
internet atau menanyakannya kepada Koordinator Liputan yang sedang
bertugas. Seorang reporter dan vj harus mampu memilih angle berita apa yang
lebih menarik perhatian khalayak masyarakat. Selama berada di lapangan
reporter dan vj terus melakukan kontak dengan redaksional, lebih tepatnya
dengan Koordinator Liputan atau Koordinator Bidang yang bertanggung
jawab, untuk melaporkan perkembangan dari suatu kejadian atau peristiwa
yang sedang diliput.
5. Hasil Liputan
Setelah mendapatkan hasil liputan tim peliput kembali ke redaksi,
selanjutnya kameramen menyerahkan kaset gambar kepada reporter untuk
melakukan preview kaset. Kemudian reporter dan vj akan memilih gambar-
gambar yang berfungsi sebagai penunjang paket berita. Reporter dan vj juga
melihat time code dari insert gambar dengan menggunakan menggunakan alat
VTR, kemudian diserahkan ke bagian editing. Jika dalam mengejar deadline
waktu tayang, reporter atau vj tidak dapat kembali tepat waktu ke kantor,
maka peran seorang messenger sangatlah dibutuhkan. Kemudian penulisan
naskah akan diwakilkan kepada Produser, Koordinator Liputan atau
Koordinator Bidang.
6. Penulisan Naskah
Setelah menentukan gambar visual yang akan ditayangkan, reporter dan vj
menyusun naskah berita dari bahan-bahan yang telah terkumpul di lapangan.
Berdasarkan gambar pendukung yang telah dipilih tadi, reporter dan vj
membangun rangkaian berita, yang dapat menceritakan isi gambar tersebut.
Naskah atau script berita itu dapat berbentuk package (PKG) yang berbentuk
lengkap atau voice over (VO) yang narasinya dibacakan presenter berita.
Penulisan naskah yang diwakilkan kepada Produser, Koordinator Liputan atau
Koordinator Bidang, biasanya melalui telepon maupun sms. Dalam penentuan
penggunaan package (PKG), berita tersebut harus bagus dalam artian
memiliki gambar yang bagus, dramatis serta Sound On Tape (SOT) yang baik.
Namun ketiga hal tersebut masih tergantung kepada topik berita yang akan
disajikan serta kebijakan produser serta durasi penayangan berita.
7. Check dan Recheck oleh Produser
Tugas selanjutnya merupakan tugas produser, ia harus menyunting naskah
berita hasil tulisan reporter dan vj di lapangan. Naskah-naskah tersebut
dikoreksi dari segi penulisan dan bahasa yang digunakan.Biasanya naskah
yang ditulis reporter dan vj masih belum sempurna, dan masih mengandung
unsur emosi di dalamnya. Namun unsur emosi ini dapat berguna dalam
membangun atmosfir dari suatu kejadian yang sedang diliput. Dalam hal ini
produser hanya menghaluskan teknik penulisan yang salah, tanpa
menghilangkan identitas dan karakteristik penulisnya.
8. Dubbing
Setelah naskah berita telah disunting produser, kemudian reporter bertugas
untuk mengisi narasi yang digunakan sebagai pengantar package (PKG),
namun tidak semua reporter dan vj mempunyai kualitas sebagai narator.
Sebagai seorang narator, ia harus mampu mengantarkan isi berita dengan
baik, selain memiliki suara yang bagus. Apabila dalam kasus reporter dan vj
tidak memenuhi standar kualitas sebagai narator, maka produser atau
Koordinator Liputan atau Produserlah yang mengantikan perannya.
9. Editing Gambar
Kaset yang telah di preview oleh reporter atau vj, kemudian dikirimkan ke
bagian editing untuk melakukan pemotongan gambar., kemudian editor
menggabungkan gambar yang telah dipilih serta narsi yang telah direkam.
Reporter dan vj bila perlu mendampingi editor dalam proses editing, dan juga
dalam proses pembuatan grafik.
10. Presenter Cek Naskah
Naskah berita yang telah jadi di redaksi, kemudian di printout dan
diserahkan ke studio saat announcer sedang bersiap-siap. Pesenter yang telah
siap di studio, wajib untuk membaca terlebih dahulu naskah yang nanti akan
ia baca. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pengetikan atau
kesalahan baca oleh presenter itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan akan
terjadinya perubahan naskah sewaktu-waktu, namun paling tidak presenter
sudah terlebih dahulu memahami maksud awal naskah yang akan dibacakan.
11. Master Control
Setelah announcer, naskah dan kamera studio siap, maka langkah
selanjutnya adalah penggabungan dan penayangan yang dilakukan di master
control. Lewat master control ini mereka menggabungkan hasil editing dan
grafik dengan tayangan di studio, hingga pesawat penerima atau televisi dapat
menyajikan siaran berita yang akan disaksikan oleh khalayak luas.
Langkah penentu terakhir, dalam sebuah penyajian tayangan berita
adalah pengolahan dalam master room. Hal ini sangat berpengaruh dalam
ketepatan dalam pemakaian durasi penayangan. Master room dipimpin oleh
seorang Floor Director.
12. Tayang
Tayangan berita yang baik dan layak tayang, berada di tangan tim master
control, apakah mereka mampu menyambungkan atau lebih dikenal dengan
istilah “menjahit” rangkaian berita agar menjadi satu kesatuan yang utuh.
C. Laporan Kegiatan Magang
Laporan periodik kegiatan penulis selama menjalani proses Kuliah Kerja
Media di stasiun Rajawali Citra Televisi Indonesia, terhitung sejak tanggal 18
Maret 2008 hingga 24 April 2008 :
LAPORAN MINGGU I
Periode : 18 Maret 2008 – 26 Maret 2008
· Liputan ke Departemen Kesehatan dan RS. Tarakan, meninjau sosialisasi progam
baru Departemen Kesehatan untuk subsidi kesehatan masyarakat miskin,
JAMKESMAS
· Melihat proses viewing kaset.
· Diterangkan software inews
· Liputan rapat direksi pemegang saham Adam Air, Untuk mengetahui hasil
keputusan rapat direksi mengenai pencabutan ijin terbang Adam Air oleh Dep.
Hub, serta nasib pegawai dan pelanggan.
· Perdelapan final ITF U14, mengetahui hasil pertandingan Indonesia vs Korea,
Wisnu Adi Nugroho dan Park Sung Jun. Hasil dimenangkan Indonesia dengan
perolehan 36/63/63.
· Liputan On Air Arus Balik long weekend di Gadok, Puncak, Jawa Barat dan
Kebon Raya Bogor. Live report arus balik libur paskah dan maulid nabi dari
puncak. Mengetahui sistem On Air dengan tim SNG, genset, IT.
· Liputan KPK mengenai pemeriksaan 5 Jaksa. Penjelasan Wakil Ketua KPK
Chandra Hamzah, mengenai pemeriksaan 5 jaksa yang terkait kasus suap Jaksa
Agung oleh Arthalita Suryani. Kehadiran grup Slank dan Krisbiantoro dalam
rangka memberikan dukungan moral kepada KPK untuk segera menuntaskan kasus
korupsi.
· Liputan wawancara Dirjen Departemen Kesehatan Faiq Bahfen, mengenai
pencairan dana Askeskin tahun 2007 yang menunggu hasil verifikasi dari 33 tim
yang telah dibentuk.
· Liputan sosialisasi JAMKESMAS, tentang peluncuran program subsidi kesehatan
untuk masyarakat miskin JAMKESKIN, dilanjutkan Press Confrence Menteri
Kesehatan Siti Fadillah Supari.
LAPORAN MINGGU II
Periode : 27 Maret 2008 – 2 April 2008
· Liputan wawancara Dirjen Departemen Kelautan dan Perikanan Ali Sularso di
RedTop Hotel, mengenai tanggapan Dep. Laut dan Perikanan tentang penangkapan
kapal asing di perairan papua dengan bendera Indonesia.
· Liputan Press Conference Deputi Menteri Keuangan Bayu Khrisnamurti,
Mengenai larangan eksport beras ke luar negeri, untuk menjaga stok beras dalam
negeri.
· Liputan wawancara Direksi PT. PLN, mengenai penetapan tarif dasar listrik non
subsidi bagi pengguna diatas 6600 kv. Serta tanggapan para pengusaha akan
ketetapan baru pemerintah.
· Menjadi asisten videojurnalis, meliput parade sepeda ontel, dalam rangka
peluncuran album Krisbiantoro, yang berisikan keprihatinan terhadap bangsa
Indonesia yang tidak memiliki rasa cinta tanah air.
· Menjadi asisten videojurnalis, meliput demo karyawan honorer PT.KAI, mengenai
Mengenai tuntutan karyawan yang menolak adanya swastanisasi dengan
outsourcing, serta menuntut adanya kejelasan status kerja mereka untuk diangkat
menjadi karyawan tetap.
· Menjadi asisten videojurnalis, meliput pemberian subsidi kedelai di Desa Semanan
Jakarta Selatan.
· Menjadi asisten videojurnalis, meliput kedatangan kapal latih angkatan laut Jepang
dalam rangka memperingati HUT ke 50 tahun hubungan diplomatic Jepang-
Indonesia
LAPORAN MINGGU III
Periode : 3 April 2008 – 12 April 2008
· Liputan di atas Kapal Nusanive 937 di Tanjung Priok, penandatanganan nota
kesepahaman Departemen Sosial dan Kesatuan Angkatan Laut. Hal ini dalam
rangka untuk pemberian layanan kesejahteraan bagi masyarakat di pulau-pulau
terpencil dan yang berada di daerah perbatasan Negara.
· Pencarian data di redaksi, liputan pendalaman untuk SERGAP Minggu tentang
kasus penculikan anak.
· Memantau perkembangan kasus korupsi, stand by di Mabes Polri dan KPK,
menanti penangkapan Bupati Riau. Tidak aktivitas yang terjadi.
· Liputan TKP lokasi percobaan bunuh diri, seorang pria nekat meloncat dari lampu
taman setinggi 7 meter ke dalam kolam air mancur di daerah Teuku Umar,
Menteng Jakarta Pusat.
LAPORAN MINGGU IV
Periode : 13 April 2008 – 19 April 2008
· Penulisan dan penyusunan Laporan Magang untuk RCTI
· Pencarian sumber data di redaksional
· Wawancara mengenai penjelasan desk-job tim redaksional
LAPORAN MINGGU V
Periode : 20 April 2008 – 24 April 2008
· Pencarian bahan untuk penyusunan Tugas Akhir
· Pengajuan Laporan Magang untuk RCTI
C. Mekanisme Kerja Videojurnalis
Selama menjalani proses magang, penulis lebih cenderung untuk mengikuti
kerja seorang videojurnalis atau vj. Dalam prakteknya seorang vj lebih mampu
menguasai lapangan dan menghimpun data, namun seringkali yang menjadi
kendala adalah dimana seorang vj dituntut untuk mengambil gambar yang sangat
penting, tetapi ia juga harus menghimpun data disaat yang sama. Untuk itu
seorang vj membutuhkan seorang asisten, yang biasa merangkap sebagai asisten
adalah driver yang ditugaskan mengantarkan vj ke daerah liputan. Saat proses
magang mengikuti liputan vj, penulis dapat benar-benar terjun sebagai reporter
yang menghimpun data. Beberapa videojurnalis memberikan kesempatan dan
kepercayaan yang besar kepada penulis, yang terlebih dulu telah diberikan arahan-
arahan sebelum mencari data. Hasil penghimpunan data tersebut yang kemudian
akan dievaluasi bersama, dicari letak kekurangan dan kelemahannya.
Seorang vj merupakan profesi one man show (bekerja sendiri), sehingga ia
harus sigap dan waspada dengan segala kejadian yang tengah terjadi. Seorang
asisten vj harus menjadi mata kedua bagi vj saat ia tidak bisa melihat sekitar
ketika sedang mengambil gambar (hasil wawancara dengan Iwan Hartadji
videojournalist bidang sosmas 4 April 2008).
Mekanisme menurut Prof. Dr. J. S. Badudu, dalam Kamus Bahasa Indonesia
memiliki pengertian cara kerja suatu organisasi. Bila dikaitkan dengan
videojurnalis, maka mekanisme kerja seorang vj adalah, cara seorang videojurnalis
dalam mencari, meliput berita,dan membuat naskah berita hingga layak siar.
Mekanisme kerja seorang videojurnalis antara lain :
1. Sebagai Reporter
Tugas penting seorang videojurnalis adalah sebagai reporter. Menurut
Dedy Iskandar Muda, reporter adalah seorang wartawan aktif yang bertugas
mengumpulkan berita dari berbagai sumber, menyusun masing-masing
laporan dan kadang-kadang menulisnya kemudian melaporkannya melalui
stasiun televisi yang bersangkutan.
Kebijakan redaksional RCTI, mewajibkan reporter dan vj untuk
melakukan on cam. Hal ini lebih dimaksudkan, agar tim peliput berita terlihat
ada di tempat kejadian atau peristiwa. Kebijakan ini juga untuk mengenalkan
tim peliput berita yang ada di stasiun tv RCTI. Dalam on cam, reporter atau vj
mengantarkan berita yang akan disajikan atau menutup sajian berita yang telah
tayang. Naskah yang dipakai, bukanlah naskah yang dipakai untuk lead (teras)
berita. Durasi on cam tergantung naskah yang dibuat, namun bekisar 1 hingga
2 menit. Syarat pengambilan gambar dalam on cam harus di tempat yang
memiliki background yang sama dengan berita yang diliput. Misalkan dalam
liputan demonstrasi, latar belakang reporter atau vj haruslah keadaan
demonstrasi tersebut. Dimaksudkan agar pemirsa dapat merasakan ketegangan
yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Selain itu berita tersebut mempunyai
nilai berita yang sangat penting. Sistem on cam ini lebih dikenal dengan
sistem ROSS (Reporting On the Spot and On the Screen), sehingga penyajian
berita dapat lebih menarik, jelas dan tidak membosankan.
Dalam naskah berita yang dibuat oleh reporter atau vj, nantinya akan
dibacakan oleh presenter saat siaran. Untuk naskah yang berbentuk PKG atau
package, presenter atau news caster hanya menghantarkan kalimat awal atau
lead-nya saja, dan isi berita keseluruhan di dubbing oleh reporter atau vj yang
bertugas.
Dalam menjalankan tugasnya, sorang reporter mempunyai
tanggungjawab yang lebih besar, karena ia harus melaporkan hasil pandangan
mata. Selain itu reporter juga mempunyai dua fungsi sebagai wartawan dan
juga penyiar.
- sebagai wartawan :
Seorang reporter harus menguasai peristiwa yang akan dilaporkan
dalam segala aspeknya. Ia harus melaporkan bukan saja apa yang tidak
terlihat, akan tetapi ia juga harus melaporkan ada apa di belakang berita
(the news behind the news). Ia juga harus menyelidiki latar belakang
dan prospek peristiwa yang akan disiarkan.
- sebagai penyiar :
Seorang reporter harus mampu memberikan laporan secara ad libitum,
fasih dan sopan, sedang suaranya harus empuk enak didengar disertai
dengan pengucapan yang jelas. Untuk penggunaan on cam dilapangan,
seringkali ditemukan gangguan baik yang berupa teknis maupun non
teknis.
Pembidangan materi peliputan dirasa jauh lebih baik. Pengkotakan ini
dapat membantu reporter atau vj untuk lebih fokus dan lebih terpusat
terhadap satu bidang masalah saja. Hasil liputan yang dikeluarkan pun
nantinya akan jauh lebih bervariatif dan berbobot, kerena mereka telah
menguasai secara mendalam apabila dibandingkan dengan hasil
liputan reporter yang generalis. Di stasiun tv RCTI, pembidangan ini
mulai berlaku bulan Pebruari tahun 2008, yang dikelompokkan
menjadi beberapa bidang liputan seperti Polkam, Sosmas, Ekbis,
Kriminal dan Metro. Untuk pembidangan metro, materi peliputan
lebih berkonsentrasi pada isu-isu hangat yang terjadi di ibukota
Jakarta.
Untuk menjadi seorang reporter atau vj, tidaklah diharuskan memiliki
latar belakang komunikasi, namun lebih kepada kemampuan dalam pencarian
berita. Beberapa reporter dan vj di RCTI, tidak memiliki latar belakang
pendidikan komunikasi, namun mereka dapat menyerap dan mengaplikasikan
pelatihan mengenai teknik peliputan berita dengan baik. Untuk itu, seorang
peliput berita haruslah memiliki sense of news yang tinggi, kepekaan terhadap
suatu berita, dan tidak menggunakan pengetahuannya di bidang jurnalistik
dengan setengah-setengah.
2. Sebagai Kameramen / Camera Person
Tugas sebagai kameramen atau camera person adalah sebagai orang
yang bertanggung jawab dan memegang kendali atas semua aspek
pengambilan gambar dan perekaman gambar. Karena karakteristik televisi
bersifat audiovisual, maka keberhasilan dari suatu tayangan berita bergantung
ditangan cameraman, karena ia secara tidak langsung menjadi mata penonton.
Kameramen atau juru kamera harus memastikan bahwa gambar yang
diambil sudah tajam (focus), komposisi gambar (framing) yang sudah tepat,
pengaturan level atau tingkat suara sudah sesuai, warna gambar yang sesuai
dengan aslinya (natural) yang mendapatkan gambar (shot) yang terbaik.
Sebuah standarisasi berita yang bagus selain didukung oleh nilai berita
itu sendiri, juga dari hasil visualisasi yang didapat oleh kameramen. Dalam
hal ini, terkait dengan gambar yang bagus, dan memiliki unsur dramatis yang
dapat membangun dan menarik perhatian khalayak (hasil wawancara dengan
Norman Fajar, Camera Person RCTI, 19 Maret 2008).
Penentuan gambar yang akan diliput merupakan hasil koordinasi dengan
repoter, karena gambar tersebut akan mendukung pembuatan naskah yang
akan dibuat oleh reporter.
Setiap kameramen mempunyai karakteristik masing-masing yang
berbeda tiap individunya. Terkadang ada beberapa kameramen yang terlalu
sering mengambil stockshot yang tidak penting. Disinilah peran reporter
untuk mengarahkan dan mengingatkan kameramen.
Untuk mengatasi hal-hal yang tidak terduga yang terjadi di lapangan,
seorang kameramen diharuskan untuk menguasai teknik-teknik kamera yang
lebih dalam, seperti editing by camera atau editing dengan menggunakan
kamera langsung. Hal ini tentu saja untuk mengurangi resiko mengejar
deadline atau permasalahan dalam penggunaan peralatan editing.
Bila dilihat dari karakteristik yang dimiliki setiap kameramen, maka
lebih tepat jika untuk profesi kameramen diberlakukan juga sistem
pembidangan. Hal ini terkait dengan spesialisasi seseorang jika terbiasa
meliput soft news atau features, maka akan memberikan tampilan gambar
yang berbeda dengan kameramen yang terbiasa meliput konflik atau hard
news.
3. Sebagai Reporter dan Camera Person
Seorang videojurnalis atau vj dimaksudkan kepada peliput berita yang
berada di stasiun televisi tersebut beroperasi. Sedangkan kontibutor dan
koresponden yang dapat juga diartikan sebagai videojurnalis, lebih tidak
terikat dalam jalinan dengan kerja stasiun televisi tersebut. Videojurnalis
kerap kali dihadapkan dengan pilihan prioritas pengambilan gambar atau
penghimpunan data, disini lebih diutamakan pengambilan gambar. Hal
tersebut sangat penting karena sebuah kejadian atau moment yang terjadi
tidak dapat terulang dua kali, sedangkan peliputan data bisa dihimpun dari
lain pihak atau sumber data yang lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjalani proses Kuliah Kerja Media di stasiun televisi RCTI
sebagai reporter dan videojurnalis, penulis dapat mengambil banyak manfaat
dari progam magang ini. Hal ini tentu saja berbeda dengan pelatihan serta
praktek yang selama ini telah diberikan dari masa perkuliahan di kampus.
Dari manfaat-manfaat inilah, maka penulis dapat membuat kesimpulan-
kesimpulan sebagai berikut :
1. Mengetahui kekurangan penulis saat penerapan ilmu sehingga, penulis
dapat mengerti hal-hal yang harus diperdalam setelah proses magang.
2. Memahami potensi serta standarisasi kemampuan yang harus dimiliki
dalam bidang jurnalistik televisi.
3. Televisi sebagai salah satu hasil teknologi komunikasi yang berperan
sebagai media komunikasi dan informasi, merupakan media yang paling
banyak memiliki pengaruh langsung kepada masyarakat, sesuai dengan
karakteristiknya yang bersifat audiovisual.
Kebutuhan akan informasi yang semakin meningkat menuntut setiap
media komunikasi dan informasi untuk dapat bergerak cepat dalam
menyajikan data-data dalam sajian berita yang mampu memberikan
pelayanan informasi yang aktual, menarik, jelas, mudah dimengerti, serta
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang akan menciptakan
masyarakat menjadi well-informed atau mengerti informasi.
5. Untuk menghasilkan berita yang bernilai serta baik, maka
keberhasilannya ditentukan oleh kecakapan dan kelihaian reporter dan vj
dalam mempraktekkan tehnik meliput beritanya. Hal ini terkait dengan
dengan proses selanjutnya yaitu, tehnik membuat berita, penulisan berita,
serta siaran berita.
6. Agar peliputan berita berjalan baik, maka seorang reporter dan vj dituntut
untuk menguasai terlebih dahulu matriks-matriks peliputan. Disini
reporter dan vj harus tahu apa yang akan ia liput, siapa saja yang akan
menjadi narasumber, referensi-referensi yang akan memperkuat hasil
liputan serta penentuan angle-angle atau sudut pengambilan gambar.
7. Dalam sebuah liputan berita, seorang reporter tidak akan tahu apa yang
akan terjadi di lapangan, oleh karena itu mereka harus selalu dalam
keadaan sigap dan waspada.
8. Seorang koordinator lapangan berperan penting dalam perkembangan
sebuah liputan berita. Mereka harus selalu menghubungi reporter dan vj,
unutk menanyakan dan memberitahu informasi terkini tentang sebuah
peristiwa, yang kemudian akan diteruskan oleh reporter dan vj.
9. Dalam pengemasan berita, kerja tim redaksional sangatlah memerlukan
kesolidan. Hal ini sangat terasa, di saat tim redaksional berjuang dengan
deadline waktu penayangan. Terlebih saat pengiriman berita ke kantor
terhambat akibat lalu lintas yang padat, terlebih kejadian yang tak terduga.
10. Seorang reporter dan vj, dalam prakteknya selalu memiliki link-link yang
penting dan akan memudahkan penghimpunan data. Saat berada di
lapangan, sesama reporter dan vj akan salaing berkoordinasi dan membagi
informasi yang telah terhimpun.
11. Kegiatan magang di Stasiun Televisi RCTI, penulis lebih banyak
melakukan observasi seputar kerja reporter serta vj di lapangan. Penulis
tidak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan mengemas berita.
Pembuatan naskah yang dilakukan penulis hanya dikonsultasikan sebagai
acuan perkembangan kemampuan penulis selama proses magang
berlangsung.
B. Saran
Dari hasil-hasil kesimpulan yang didapat penulis selama melakukan
proses magang, penulis berkenan unutk menyampaikan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Diperlukan adanya pengoptimalan kerja tim, sehingga nantinya stasiun
televisi RCTI, mampu menjadi stasiun televisi dengan tayangan berita
yang paling baik.
2. Penempatan berita yang semi fleksibel, terkadang dirasa kurang efektif.
Pemirsa hanya akan menyaksikan tayangan berita yang ingin ditayangkan
saat berita itu disiarkan. Perpindahan channel televisi, sering kali
dilakukan pemirsa, oleh karena itu stasiun tv harus membuat tayangan
yang lebih menarik dan informatif.
3. Untuk pelatihan magang, diharapkan RCTI dapat lebih memberikan
bimbingan yang lebih terfokus pada kemampuan peserta magang. Hal ini
yang akan banyak membantu peserta magang, dalam proses menyerap dan
mengaplikasikan kemampuannya kelak, tentu saja selain harus peran aktif
serta inisiatif peserta dalam melakukan tugasnya.
4. Penulis mengharapkan Progam Diploma III Penyiaran Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Surakarta, dapat menambah sarana
praktek untuk mengasah kemampuan lapangan serta meningkatkan
pelayanan dan kontribusi yang efektif dan memudahkan sisitem birokrasi
dalam penyelenggaraan Kuliah Kerja Media. Penyediaan laboraturium
khusus dengan akses penggunaan yang terbuka untuk mahasiswa, dirasa
efektif untuk lebih meningkatkan standar kualitas mahasiswa, yang
berperan ganda sebagai pencitraan universitas.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, Prof. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia Griffiths, Richard. 1998. Videojurnalism : Reed Educational and Professional
Publishing Ltd, Boston Idris, Soewardi. 1987. Jurnalistik Televisi : Remaja Karya, Bandung
Kusumaningrat, Hikmat & Purnama. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktek : Rosda, Bandung
M. Romli, Asep Syamsul, S.ip. 2005. Jurnalistik Praktis untuk Pemula : Rosda,
Bandung Metro TV, Redaksi. 2003. Panduan Kebijakan dan Standar Berita : Redaksi, Jakarta Morrisan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir : Ghalia Indonesia, Jakarta Muda, Deddy Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi : Remaja Rosda, Bandung S. K, Patmono.1993. Teknik Jurnalistik : Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan
: BPK Gunung Mulia Siregar, Ashadi, dkk. 1998. Bagaimana Menulis dan Meliput Berita Untuk Media
Massa :LP3Y, Kanisius, Yogyakarta Wahyudi, J. B. 1996. Dasar – dasar Jurnalistik Radio dan Televisi : Pustaka Utama
Grafiti Wainwright, David, M. A. 1972. Journalism Made Simple : W. H. Allen & Co Ltd,
London Http://aliefnews.wordpress.com