Post on 03-Dec-2015
1 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan atau yang lebih
dikenal sebagai PPIP merupakan program pembangunan yang
dilakukan oleh masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
sekaligus sasaran pembangunan itu sendiri (swakelola) dengan
sokongan dana dari pemerintah.
PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat, yang
komponen kegiatannya meliputi fasilitasi dan mobilisasi masyarakat
sehingga mampu melakukan identifikasi permasalahan ketersediaan
dan akses ke infrastruktur dasar, menyusun perencanaan dan
melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar.
2 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Program Pembangunan ini bertujuan menciptakan dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok sehingga mampu memecahkan berbagai permasalahan
terkait kemiskinan dan ketertinggalan yang ada di desanya. Program
ini telah dimulai sejak tahun 2007 sampai dengan sekaran namun
untuk provinsi Kepulauan Riau sendiri program ini baru dimulai pada
tahun 2011.
Dalam pelaksanaannya, PPIP terus berupaya meningkatkan kapasitas
dan peran masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder)
dalam pelaksanaan program. Hal-hal tersebut dilakukan melalui :
a) Peningkatan kepedulian dan kesadaran mengenai pentingnya
ketersediaan dan akses terhadap infrastruktur dasa di semua
tingkatan pelaku;
b) Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif dalam
pelaksanaan program khususnya peran serta perempuan dan
masyarakat kelompok miskin, terutama dalam proses
pengambilan keputusan;
c) Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui pelatihan yang
terintegrasi dalam sistem penyelenggaraan program;
d) Peningkatan kualitas kerja, melalui pemantauan kinerja yang
akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, provinsi,
kabupaten, sampai di tingkat desa;
3 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
e) Penilaian kinerja yang dikaitkan dengan sistem, penghargaan, dan
sanksi bagi penyelenggara program, dari tingkat provinsi,
kabupaten, dan tingkat desa; dan
1.2 Uraian Kegiatan PPIP
Kegiatan PPIP untuk tahun anggaran 2015 ini tidak seperti tahun-tahun
sebelumnya, karena kegiatan pelaksanaan langsung kepada pekerjaan
fisik, namun berikut saya mengulas kembali rangkaian kegiatan PPIP di
Provinsi Kepulauan Riau untuk tahun anggaran 2014, karena kegiatan
tahun anggaran 2014 dan 2015 pada dasarnya adalah satu kesatuan
kegiatan yang dibagi atas 2 tahun anggran, dengan nilai BLM 100 juta
pada tahun 2014 dan sisanya 150 juta pada tahun 2015 ini. Berikut
adalah rangkaian PPIP sesuai dengan Buku Pedoman Pelaksanaan PPIP,
sebagai berikut:
A. Sosialisasi Tingkat Provinsi.
Tujuan dari Sosialisasi Provinsi adalah untuk menjelaskan substansi
dari Progaram PPIP ini kepada Tingkat Provinsi. Dalam kegiatan ini
juga akan dijelaskan maksud dan tujuan dari program PPIP.
Diantaranya mengenai tupoksi dari Pemerintah Provinsi, dalam hal ini
Gubernur, sebagai penanggungjawab pelaksanaan program di wilayah
provinsi dimana kabupaten sasaran PPIP berada. Gubernur juga
bertanggung jawab mengkoordinasikan pelaksanaan dan
pengendalian program.
4 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Tanggung Jawab Gubernur antara lain :
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan PPIP di wilayah kerjanya;
2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan PPIP di wilayah
kerja;
3. Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada Mentri PU;
Untuk Koordinasi pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan PPIP di
tingkat provinsi dilakukan oleh Tim Koordinasi PPIP Tingkat
Provinsi , dibentuk dibawah koordinasi TKPK Provinsi melalui Surat
Keputusan ( SK ) Gubernur. Tim Koordinasi Provinsi diketuai oleh
Kepala Bappeda Provinsi, dengan anggota-anggota terdiri dari unsur
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Provinsi,
Dinas PU Provinsi, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan.
Tugas Tim Koordinasi PPIP Tingkat Provinsi, adalah sebagai berikut :
1. Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis oprasional PPIP
dengan program –program PNPM Mandiri lainnya di Provinsi;
2. Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis
berbagai kegiatan program sektoral di provinsi;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PPIP di provinsi ;
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PPIP di provinsi;
5. Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah;
5 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
6. Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan
yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil
tindakan /sanksi yang diperlukan;
7. Melaporkan perkembangan kegiatan , hasil audit, dan evaluasi
kepada Gubernur;
8. Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PPIP.
Sedangkan untuk Pelaksana PPIP di tingkat provinsi dilakukan oleh
Tim Pelaksana PPIP Tingkat Provinsi. Tim Pelaksana Provinsi
terdiri dari Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Provinsi sebagai
ketua, dengan anggota-anggota terdiri dari unsur Dinas PU Provinsi.
Tim Pelaksana Provinsi dibentuk melalui Surat Keputusan ( SK )
Kepala Dinas PU. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana
Provinsi dibawah koordinasi Tim Koordinasi Provinsi .
Tugas Tim Pelaksana Provinsi adalah sebagai berikut :
1. Mensosialisasikan program di tingkat provinsi;
2. Memberikan arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian
program ;
3. Memantau dan melakukan evaluasi di tingkat provinsi;
4. Melakukan pertemuan dengan Tim Koordinasi PPIP Provinsi , Tim
Koordinasi PPIP Kabupaten dan Tim Pelaksana Kabupaten
sekurang-kurangnya 2 ( dua ) kali dalam setahun;
5. Menyusun laporan penyelenggaraan dan melaporkan kepada Tim
Koordinasi PPIP Provinsi dan Tim Pelaksana Pusat.
6 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Dan menerangkan juga Dana pendamping atau Biaya Oprasiaonal
(BOP) sebesar 1% untuk Tim Pelaksana Provinsi dalam
penyelenggaraan program yang terlokasi di DIPA SKPD di Tingkat
Provinsi.
B. Sosialisasi Tingkat Kabupaten.
Sosialisasi Tingkat Kabupaten ini penting untuk dilaksanakan.
Karena kegiatan ini akan menjelaskan tujuan dan maksud dari
Program PPIP ini, serta menerangkan Kabupaten tentang tupoksi
dari Kabupaten tersebut dalam program PPIP ini.
Sosialisasi kabupaten ini mengundang para Stake Holder, Bappeda
Kabupaten , Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Camat serta Kepala
Desa. Tujuan dari Sosialisasi ini untuk mengenalkan Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Tahun 2014 pada
tingkat kabupaten, juga mengupas mengenai kebijakan PPIP 2014,
termasuk didalamnya menjelaskan mengenai pembentukan Tim
Koordinasi, Tim Pelaksa dan Satker Kabupaten, serta menjelaskan
tupoksi dari masing – masing Tim yang dibentuk.
Uraian dalam penjelasan sosialisasi pada tingkat kabupaten ini
adalah mengenai penjelasan akan Tupoksi dari Pemerintah
Kabupaten dalam hal ini Bupati, yang merupakan penanggung
jawab pelaksanaan program di tingkat kabupaten . Secara umum
7 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
tugas dari pemerintah kabupaten adalah mengkoordinasikan
penyelenggaraan program PPIP di wilayah kerjanya.
Tugas Pemerintah Kabupaten meliputi :
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan PPIP di wilayah kerjanya;
2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan PPIP di wilayah
kerja;
3. Menunjuk dan mengajukan pejabat Satuan Kerja kepada Mentri
PU;
4. Menyiapkan BOP ( Biaya Oprasional )pelaksanaan program sesuai
dengan kebijakan program.
Untuk Koordinasi pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan PPIP
di tingkat kabupaten dilakukan oleh Tim Koordinasi PPIP
Tingkat Kabupaten , yang dibentuk dibawah koordinasi TKPK
Kabupaten melalui Surat Keputusan ( SK ) Bupati. Tim Koordinasi
Kabupaten terdiri dari Kepala Bappeda Kabupateni sebagai ketua,
dengan anggota-anggota terdiri dari unsur Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten, Dinas PU Kabupaten,
masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam penanggulangan kemiskinan. Tugas Tim Koordinasi PPIP
Tingkat Kabupaten, adalah sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis oprasional PPIP
dengan program – program PNPM Mandiri lainnya di
Kabupaten;
8 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
2. Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis
berbagai kegiatan program sektoral di Kabupaten;
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PPIP di Kabupaten ;
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PPIP di Kabupaten;
5. Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah;
6. Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan
yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil
tindakan /sanksi yang diperlukan;
7. Melaporkan perkembangan kegiatan , hasil audit, dan evaluasi
kepada Bupati;
8. Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman
PPIP.
Sedangkan untuk Pelaksana PPIP di tingkat kabupaten dilakukan
oleh Tim Pelaksana PPIP Tingkat Kabupaten . Tim Pelaksana
Kabupaten terdiri dari Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU
Kabupaten sebagai ketua, dengan anggota-anggota terdiri dari
unsur Dinas PU Kabupaten . Tim Pelaksana Kabupateni dibentuk
melalui Surat Keputusan ( SK ) Kepala Dinas PU Kabupaten .
Dalam melaksanakan tugasnya , Tim Pelaksana Kabupaten
dibawah koordinasi Tim Koordinasi Kabupaten
Tugas Tim Pelaksana Kabupaten adalah sebagai berikut :
1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan program di tingkat
kabupaten;
9 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
2. Memberikan arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian
program di wilayah kerjanya;
3. Memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan program di
tingkat kabupaten;
4. Mengadakan pertemuan dengan Tim Koordinasi PPIP Kabupaten
, Satker Kabupaten dan aparat Desa sekurang-kurangnya 2
( dua ) kali dalam setahun;
5. Menyusun laporan penyelenggaraan PPIP di wilayahnya dan
melaporkannya kepada Tim Koordinasi PPIP Kabupaten dan Tim
Pelaksana Provinsi .
Didalam Sosialisasi tingkat kabupaten dijelaskan juga dana BOP
(Biaya Oprasional) untuk kabupaten minimal sebesar 5% dari total
BLM yang diterima untuk membiayai oprasional Satker , Tim
Pelaksana Kabupaten dalam pengendalian dan pengawasan yang
teralokasi di DIPA SKPD di tingkat Kabupaten.
.
10 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Lingga
Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan
mencapai 211.772 km2. Namun, berdasarkan data eksisting luas
wilayah Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari
luas daratan sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar
43.432,08 Km2 (95,09%). Secara administrasi, pemerintahan
Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu
11 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep
Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan
Lingga Utara, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur, dan
Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten
Lingga sebanyak 604 pulau dengan kondisi ± 571 belum
berpenghuni.
Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan
dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah
Kabupaten Lingga antara lain : Sebelah Utara : Berbatasan dengan
Kecamatan Galang Kota Batam dan Kabupaten Bintan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Natuna
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat
Berhala.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Indragiri (Provinsi
Riau)
a. Kondisi Fisik
Kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Lingga antara lain meliputi :
1. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Iklim di Kabupaten Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-
rata 26,8⁰ C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin
rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah
curah hujan rata-rata 13,5mm/hari; Penyinaran matahari rata-rata
52 %. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi
potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi
12 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga
mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan
jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn
dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup
besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi
ketersediaan air lahan:
TABEL 2.1 POTENSI KETERSEDIAAN AIR LAHAN DI
KABUPATEN LINGGA
Nama
Daera
h
Curah
Hujan
(mm/th)
Air
Tersedia
(mm)
Kondisi Air (mm/th)
Defi
sitSurplus
Lingga 2600,7 64 0 968
Singkep 2600,7 82,2 0 968
Senaya
ng2600,7 62,7 0 968
Sumber : Hasil Analisis, 2009
Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Lingga tergolong tinggi,
yaitu 2.024,2 mm/tahun (< 2.000 mm/tahun) dengan hari hujan
rata-rata sebanyak 194 hari/tahun. Berdasarkan Klasifikasi Iklim
Schmidt dan Ferguson (1951), terdapat 9 bulan basah (curah hujan
>100 mm/bln), 1 bulan kering (curah hujan < 60 mm/bln), dan 2
bulan lembab (curah hujan 60 - 100 mm/bulan). Sedangkan
13 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
berdasarkan Zona Agroklimat Oldeman et.al (1980), bulan basah
(curah hujan >200 mm/bulan) dijumpai selama 4 bulan kering
sebanyak 3 bulan (curah hujan <100 mm/bulan) dan bulan lembab
sebanyak 5 bulan (curah hujan 100 - 200 mm/bulan). Curah hujan
bulanan minimum terjadi bulan Januari sebesar 13,9 mm/bulan,
sedangkan curah hujan bulanan maksimum terjadi bulan Nopember
sebesar 289,1 mm/bulan. Suhu udara rata-rata daerah kajian adalah
berkisar antara 26,3 – 27,7 ºC, dimana suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan suhu udara rata-
rata terendah terjadi pada bulan Maret. Suhu udara maksimum
berkisar antara 32,0 (Januari dan Maret) s/d 34,0 (Oktober), dengan
rata-rata suhu maksimum sebesar 33,0. Sedangkan suhu minimum
berkisar 18,4 (Oktober) s/d 20,8 (Pebruari), dengan rata-rata suhu
minimum sebesar 20,0. Kelembaban udara relatif rata-rata adalah
83,6 %, dimana kelembaban udara relatif terendah terjadi pada
bulan Januari sebesar 80,0 %, sedangkan kelembaban udara relatif
tertinggi dijumpai pada bulan Desember sebesar 86,9 %.
2. Kondisi Topografi
Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 – 1.272 m dpl,
sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit.
Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat
73.947 Ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah
datarnya hanya sekitar 11.015 Ha. Pada dasarnya wilayah
Kabupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk
14 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir
mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam
kemiringan 0 – 2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas
40 % yaitu mencapai hampir 17 %.
3. Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah
penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi,
yaitu:
Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan
lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18 -
45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk
dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat
rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah
pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan
Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.
Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15%
(3-80), ketinggian wilayah antara 45 - 144 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran
satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di
Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.
15 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15 -
30% (8 - 170) dengan ketinggian wilayah 150 - 400 meter di
atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai
menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar
sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep
serta sebagian di Kecamatan Lingga.
Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50%
(17 - 270),dengan ketinggian wilayah 200 - 550 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran
satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep,
sebagian kecil di Kecamatan Singkep Barat, sebagian kecil di
Kecamatan Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.
Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50 - 70% (27 -
360),dengan ketinggian wilayah 225 - 644 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran
16 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan
sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil
di sekitar Kecamatan singkep.
Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360),
dengan ketinggian wilayah 262 - 815 meter di atas permukaan laut.
Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran
satuan ini antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan
sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di
sekitar Kecamatan Singkep.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten
Lingga
N
oNAMA DAS AREA
PERIMET
ERHA
1 Bakung
73363135,21
123726,50
28
7.336,
31
2 Cikasim 111924542,8 64150,892 11.192,
17 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
32 45
3 Daik
92916742,26
70399,905
42
9.291,
67
4 Jelutung
32658062,87
27704,461
33
3.265,
81
5 Kelumu
71950250,28
71950250,
28
7.195,
03
6 Keton
70214656,85
50723,183
51
7.021,
47
7 Langkap
81348311,37
54951,394
49
8.134,
83
8 Limas
146221490,1
107717,34
61
14.622,
15
9 Marok Tua
54897668,53
87721,369
51
5.489,
77
10 Mengkudung
59664261,19
48495,450
43
5.966,
43
11 Mentunda
43136342,12
35607,374
06
4.313,
63
12 Nerekeh 29281574,63 29801,354 2.928,
18 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
41 16
13 Pancur
37343629,86
31873,107
28
3.734,
36
14 Panggak Darat
19864149,01
25306,829
96
1.986,
41
15 Petengah
24814291,94
25058,377
43
2.481,
43
16 Resun
54372550,9
39338,569
05
5.437,
26
17 Selayar
103877730,6
63432,565
59
10.387,
77
18 Senayang
40289778,76
47651,076
66
4.028,
98
19 Serak
82283607,45
74073,710
66
8.228,
36
20 Sergang
293817791,2
105552,92
38
29.381,
78
21 Sungai Besar
78536805,83
45747,239
06
7.853,
68
22 Sungai Pinang 65630224,27 40943,347 6.563,
19 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
28 02
23 Tanda
185547016,2
115668,99
84
18.554,
70
24 Temiang
41936846,26
34680,410
69
4.193,
68
25 Pulau Pulau
Kecil 41712180,21
72658,064
66
4.171,
22
4. Kondisi Administratif
Berdasarkan Undang Undang No. 31 Tahun 2003, Kabupaten
Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai
211.772 km2. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah
Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari luas
daratan sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar
43.432,08 Km2 (95,09%). Secara administrasi, pemerintahan
Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu
Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep
Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan
Lingga Utara, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur, dan
Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten
Lingga sebanyak 604 pulau dengan kondisi ± 571 belum
berpenghuni. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah
Kecamatan Senayang dengan luas wilayah 48730 Ha . Sedangkan
20 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
yang terkecil adalah Kecamatan Selayar dengan luas wilayah 4198
Ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah
Kelurahan/Desa
NONAMA
KECAMATAN
JUMLAH
KELURAHAN/DE
SA
LUAS WILAYAH
(HA)
1 LINGGA 1 Kelurahan /
10 Desa
44.101
2 LINGGA TIMUR 6 Desa 13.871
3 LINGGA UTARA 1 Kelurahan /
11 Desa
30.182
4 SINGKEP 3 Kelurahan / 3
Desa
13.453
5 SINGKEP PESISIR 6 Desa 9.562
6 SINGKEP SELATAN 3 Desa 15.096
7 SINGKEP BARAT 1 Kelurahan /
14 Desa
45.202
8 SENAYANG 1 Kelurahan /
18 Desa
48.730
9 SELAYAR 4 Desa 4.198
Total 82 Desa / Kel. 224.395
21 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Sumber : RTRW Kabupaten Lingga
Gambaran umum kondisi penggunaan lahan Kabupaten Lingga
meliputi distribusi penggunaan lahan, kondisi penggunaan lahan
menurut jenisnya, kondisi penggunaan lahan kawasan terbangun,
penggunaan lahan kawasan non terbangun, dan penggunaan lahan
menurut fungsinya.
2.3 Distribusi Pengunaan Lahan Kabupaten Lingga
Penggunaan lahan merupakan suatu cara atau metode bagaimana
pemanfaatan ruang di suatu wilayah yang akan digunakan
berdasarkan potensi dan sumber daya alam yang tersedia.
Penggunaan lahan di suatu wilayah dapat dibagi menurut fungsi dan
jenisnya. Penggunaan lahan menurut fungsinya dapat dibagi
menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan terbangun (perumahan dan
perkampungan, jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan kawasan
non terbangun (sawah teknis dan sawah non teknis, tegalan atau
ladang, kebun, hutan, penggunaan tanah khusus dan lainnya seperti
sungai, jalan).
1. Kondisi Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya
Salah satu aspek yang dikaji dalam melihat potensi fisik dasar
adalah penggunaan lahan eksisting pada suatu wilayah. Hal
tersebut dikarenakan penggunaan lahan merupakan gambaran
dari pemanfaatan lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten
Lingga. Pengertian dari masing‐masing jenis penggunaan lahan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
22 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
a. Pesawahan/sawah merupakan lahan pematang dengan
ditunjang atau tidak ditunjang oleh saluran irigasi, sering
digenangi, ditanami padi atau tanaman semusim lainnya.
b. Perkampungan merupakan lahan pemukiman (rumah
tinggal, dan penggunaan fasilitas lainnya, seperti pendidikan,
pemerintahan dan lainnya) yang berkelompok tetapi tersebar
pada pusat‐pusat kota/desa maupun sepanjang jalur jalan.
c. Tegalan/perkebunan merupakan lahan yang diusahakan
untuk pengembangan pertanian lahan kering yang
diusahakan menetap dengan tanaman semusim dengan
tanaman keras sebagai batas persil dan tidak memiliki
saluran irigasi.
d. Padang rumput merupakan lahan yang tanamannya
merupakan padang rumput dan kadang‐kadang hanya
digunakan bagi kepentingan ternak, tetapi kadang pula
dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman sebagai
tanaman sambilan.
e. Empang/kolam merupakan areal lahan yang tidak dapat
dimanfaatkan dikarenakan lahannya rusak.
f. Hutan merupakan lahan hutan yang berdasarkan ciri
vegetasi dan status, serta fungsinya dapat dibedakan dalam:
Hutan lebat mempunyai ciri‐ciri tumbuhan dengan
berbagai jenis pohon, tingkat pertumbuhan maksimum,
tajug rapat, semak belukar jarang didapati.
23 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Hutan belukar banyak ditumbuhi dengan tumbuhan
berbatang kecil, umumnya merupakan bekas daerah
penebangan hutan, perladangan.
Hutan sejenis dicirikan oleh dominasi satu jenis pohon
dengan kriteria dominasi 75% atau lebih.
Perkebunan merupakan lahan yang ditanami dengan
berbagai jenis tanaman dan berumur panjang baik
diusahakan oleh perkebunan besar maupun perkebunan
rakyat/kecil. Umumnya tanaman yang diusahakan
hanya satu jenis.
Penggunaan lainnya, dimana penggunaan ini termasuk
penggunaan untuk jalan, irigasi, riool, sungai, tanah yang
tidak diusahakan, penggalian, industri, dan peternakan
serta pariwisata.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pola
penggunaan tersebut mengalami pergeseran luasan jenis
penggunaan sejalan dengan tuntutan perubahan kegiatan,
guna meningkatkan nilai tambah dari setiap jenis
penggunaan lahan bersangkutan. Kecenderungan
perubahan penggunaan lahan yaitu dengan tumbuhnya
beberapa kawasan perumahan baru, kawasan/zona industri,
persawahan, dan lainnya yang akan menggeser jenis
penggunaan kegiatan pertanian lahan basah dan pertanian
lahan kering
24 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Tabel 2.1 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Lingga Berdasarkan
Jenisnya
2. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Berdasarkan data penggunaan tanah di Kabupaten Lingga, luas
pemanfaatan ruang sebagai kawasan terbangun sudah
mencapai 240,1 Km2. Pada penggunaan lahan keseluruhan di
Lingga, kawasan terbangun terbagi menjadi beberapa bagian.
Permukiman di Kabupaten Lingga memiliki luas 21,03 Km2 dari
luas keseluruhan wilayah Kabupaten Lingga. Perumahan ini
dibedakan atas 2 macam utama, yaitu permukiman
(perumahan) yang dibangun oleh pengembang (developer) dan
permukiman (kampung) yang dibangun secara individu oleh
masyarakat.
25 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
a. Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya
Wilayah Kabupaten Lingga dapat juga dibagi menjadi 2
kawasan, yaitu: kawasan lindung, yang berfungsi untuk
melindungi kawasan Kabupaten Lingga; dan kawasan
budidaya, yang berfungsi untuk tempat pembudidayaan
sumber daya yang ada di wilayah Kabupaten Lingga.
b. Penggunaan Lahan Kawasan Lindung
Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang
direncanakan atau ditetapkan dalam wilayah Kabupaten
Lingga meliputi :
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya.
Kawasan perlindungan kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai dan sempadan mata air.
Kawasan resapan air.
c. Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian
Pada penggunaan lahan kawasan budidaya pertanian,
kawasan ini terbagi menjadi beberapa bagian‐bagian, antara
lain: sawah, sawah tadah hujan, tegalan/ladang, kebun
campur, dan perkebunan/kebun.
Sawah Total penggunaan lahan persawahan di
Kabupaten Lingga seluas 140,22 Km2 atau sekitar
27,26% dari luas penggunaan lahan di Kabupaten
Lingga. Sawah terluas ada di Kecamatan Senayang.
26 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Tanah Ladang dan Perkebunan
Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan ini adalah
Tanah ladang dan Perkebunan, yang merupakan bagian
dari pertanian lahan kering. Total luas pertanian lahan
kering tersebut adalah 816.01 Ha dari luas wilayah
Kabupaten Lingga, yang terdiri atas: Perkebunan sebesar
462.96 Ha dan Tanah Ladang sebesar 353.05 Ha.
3. Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama,
yaitu kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya
pertanian (perdesaan). Dalam kawasan budidaya perkotaan ini
tercakup baik kawasan budidaya perkotaan yang telah ada
dewasa ini maupun kawasan budidaya transisi perkotaan,
dalam arti transisi dari karakter perdesaan menjadi karakter
perkotaan. Prinsip penetapan kawasan tersebut adalah
berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada
dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut.
a. Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD)
Kawasan Pusat Kota ini merupakan pusat utama bagi
Kabupaten Lingga. Kawasan Pusat Kota ini terletak di
wilayah ibukota kecamatan yang telah maju seperti Daik
dan Dabo. Dalam kawasan pusat kota ini terdapat fungsi
atau kegiatan:
Taman/ruang terbuka pusat kota;
27 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Perniagaan/perbelanjaan;
Jasa‐jasa;
Fasilitas sosial/fasilitas umum;
Perumahan pusat kota (rumah‐toko/ruko).
Institusi/fasum
b. Kegiatan‐kegiatan khusus
Kegiatan‐kegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat
diidentifikasi luas pemanfaatan ruang/lahannya, yang
meliputi:
Komplek Batalyon Infantri/kawasan militer di
Kecamatan Singkep.
Lapangan terbang di Kecamatan Singkep.Komplek
perkantoran di Kecamatan Lingga.
Peta 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten
Lingga
28 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
2.3 Kondisi Demografis Kabupaten Lingga
Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung
dengan masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam
pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai
dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud
disini adalah karakter dari masing-masing penduduk.
Pada tahun 2014 jumlah Penduduk Kabupaten Lingga yaitu
90.651 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan
Singkep Barat yaitu 26.760 jiwa dan yang terkecil terdapat pada
Kecamatan Selayar yaitu 3.506 jiwa. Gambaran tentang jumlah
dan kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Lingga dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.3.
29 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk dimasa
yang akan datang berdasarkan trend perkembangan penduduk
tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi penduduk dalam penyusunan
laporan ini direncanakan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan
yaitu tahun 2015-2019. Pada tahun 2014 jumlah penduduk
Kabupaten Lingga sebesar 90.651 jiwa. Berikut adalah proyeksi
jumlah penduduk Kabupaten Lingga antara tahun 2014– 2019,
sebagai berikut :
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga
Dasar perumusan struktur ruang di Kabupaten Lingga dilakukan
dengan memperhatikan arahan rencana struktur ruangnasional
dan rencana struktur ruang provinsi serta kebutuhan
pengembangan wilayah dan pelayanan infrastruktur sesuai
dengan persoalan yang harus diatasi dan potensi yang dapat
dikembangkan serta peluang pengembangan yang dapat
diusahakan untuk menopang pengembangan perekonomian
wilayah sampai dengan akhir tahun perencanaan.
1. Rencana Struktur Ruang Dalam Sistem Nasional Dan
Provinsi
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka
tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-
pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan oleh
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi.
30 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan
sosial ekonomi masyarakat di wilayah kabupaten, yang dapat terdiri
atas:
a) PKN yang berada di wilayah kabupaten;
b) PKW yang berada di wilayah kabupaten;
c) PKL yang berada di wilayah kabupaten;
d) PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
e) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang
penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
- Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala
pelayanan kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;
dan
- Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)merupakan pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa.
- Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi
sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan
sumber daya air yang mengintegrasikannya dan
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di
wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah
kabupaten berfungsi :
a) Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah
kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan
31 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam
wilayah kabupaten; dan
b) Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang
menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi
fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Rencana
struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten,
kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah
kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial
ekonomi;
2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan
dengan kriteria:
1. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional,rencana
struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan
rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang
berbatasan;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka
waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut :
32 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
- Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain
yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah
kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi;
- Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL); dan
- Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di
dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan
sistem wilayah kabupaten.
4. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada angka 3 huruf a dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari
ditetapkan sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp);
- Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp
hanya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
- Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten
dan mengindikasikan program pembangunannya
didalam arahan pemanfataan ruangnya, agar
pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi
kriteria PKL.
33 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh
sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan
prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem
jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana
sistem pusat kegiatan, dan rencana sistem jaringan prasarana
wilayah.Rencana pusat kegiatan terdiri dari sistem perkotaan dan
sistem perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah
terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang meliputi jaringan
transportasi darat, laut dan udara; (ii) Sistem prasarana lainnya
yang meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana sistem
jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air,
dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
Rencana Sistem Perkotaan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga
dilakukan dengan merujuk pada rencana sistem perkotaan
nasional yang tertuang didalam RTRWN.Dalam sistem
perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap
pengembangan ke II dengan mendorong pengembangan kota-
kota sentra produksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka
34 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
peran kedua kawasan perkotaan tersebut diharapkan dapat
berperan:
1. Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor–impor yang
mendukung PKN di Batam;
2. Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat
pengolahan/pengumpulan barang di wilayah kabupaten
dan sekitarnya dan/atau melayani skala
ProvinsiKepulauan Riau;
3. Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi
atau beberapa kabupaten di sekitarnya.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem
perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan
Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi Kepulauan
Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara)ditetapkan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan demikian
diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat
berperan sebagai:
1. Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan di
wilayah Kabupaten Lingga.
2. Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa
kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga.
3. Simpul transportasi beberapa kecamatan di wilayah
Kabupaten Lingga.
35 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
4. Jasa pemerintahan beberapa kecamatan di wilayah
Kabupaten Lingga.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di
Kabupaten Lingga, hal-hal yang mendasari antara lain :
1. Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana tersebut
diatas, sehingga penetapan PPK dapat mendukung
pengembangan PKL maupun PKW yang sudah ditetapkan dalam
rencana sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan di
tingkat Provinsi. Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL
sebagaimana tertuang didalam RTRWN dan RTRW Provinsi
Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan
Kawasan diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di
Senayang dan Pancur.Selain itu, pengembangan PPK
khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat
menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik.
2. Potensi dan permasalahan pengembangan di setiap wilayah
kecamatan di Kabupaten Lingga.
3. Potensi pengembangan di setiap wilayah di Kabupaten Lingga
adalah sebagai berikut:
a. Daik (Kecamatan Lingga), merupakan pusat
pengembangan dengan orientasi kegiatan berupa pusat
pemerintahan kabupaten, perdagangan, industri,
36 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
perumahan dan permukiman, pariwisata, pertanian,
perkebunan, pendidikan, dan kawasan lindung;
b. Dabo (Kecamatan Singkep), merupakan pusat di bagian
selatan dengan industri, perdagangan, pertanian,
kehutanan, pertambangan, simpul transportasi laut skala
nasional, pusat pelayanan transportasi udara skala
regional, pariwisata, perumahan dan permukiman sebagai
orientasi pengembangan wilayahnya;
c. Senayang, merupakan pusat di bagian utara dengan
fokus pengembangan sektor pariwisata, perumahan dan
pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan dan
sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal;
d. Lingga Utara, merupakan pusat dibagian tengah dengan
fokus pengembangan sektor pertanian, perikanan dan
kelautan, Permukiman/perumahan,dan Simpul pelayanan
transportasi laut lokal sebagai orientasi pengembangan
wilayahnya;
e. Singkep Barat, merupakan pusat di bagian selatan
dengan fokus pengembangan sektor pariwisata,
perkebunan, pertanian, perikanan, perumahan dan
pemukiman sebagai sektor andalannya.
3. Isu Strategis Kabupaten Lingga
Issu strategis yang terkait dengan kesenjangan pengembangan
wilayah di utara dan wilayah selatan Kabupaten Lingga.
37 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Kesenjangan pengembangan wilayah dan pelayanan sosial ekonomi
dan budaya di wilayah utara dan selatan Kabupaten Lingga
(khususnya pada pulau-pulau kecil) menjadi pertimbangan utama
untuk mendorong pemerataan pelayanan pengembangan wilayah.
Namun, kondisi geografis berupa perairan yang memisahkan antara
pulau-pulau kecil di Kabupaten Lingga memerlukan penanganan
yang terpadu dalam sistem aksesibilitas yang menghubungkan
antar Pusat Pelayanan Kawasan maupun Pusat Pelayanan
Lingkungan.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat
Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa dan
juga mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
direncanakan sebagai berikut:
1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang)
Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat
pertumbuhan di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga
khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau kecil yang
berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian).
2. PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga)
Keberadaan pelabuhanSungai Tenam diharapkan
dapat menjadi simpul transportasi yang
menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara
wilayah Kabupaten Lingga dengan Pulau Lingga
38 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
maupun Pulau Singkep. Dengan demikian,
diharapkan pada simpul transportasi tersebut
tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan di wilayah sekitarnya yang
berbasis pada pengembangan perdagangan jasa,
pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru.
3. PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat)
PengembanganMarok Tua sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan diharapkan dapat memperkecil
kesenjangan pengembangan wilayah barat dan
wilayah timur Pulau Singkep. Pengembangan Marok
Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
kawasan dengan basis pengembangan sektor
perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Selain
itu, pengembangan Marok Tua juga dipersiapkan
untuk mendorong pengembangan transportasi ke
Provinsi Jambi.
4. PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur)
Pengembangan Sungai Pinang sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat
memperkecil kesenjangan pengembangan
wilayah timur Pulau Lingga. Pengembangan
SungaiPinang diharapkan dapat mendorong
tumbuhnya kawasan dengan basis
39 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
pengembangan sektor perkebunan dan
perikanan.
Rencana Sistem Perdesaan
Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga
merupakan penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk mendukung
pengembangan PPK yang ada di Kabupaten Lingga.
1. Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung
pengembangan PPK Pulau Rejai adalah sebagai berikut:
a. PPL Cempa terletak di Kecamatan Senayang.
b. PPL Tajur Biru (Pulau Temiang)terletak di Kecamatan
Senayang.
c. PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak
di Kecamatan Senayang.
2. Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk
mendukung pengembangan PPK Sungai Tenam adalah:
a. PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga.
b. PPL Centeng (pelayanan wisata, agropolitan) terletak di
Kecamatan Lingga Utara.
c. PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di Kecamatan
Selayar.
3. Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk
40 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
mendukung pengembangan PPK Marok Tua adalah:
a. PPL Kuala Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat.
b. PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat.
c. PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan.
d. PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat.
e. PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir. Pusat
Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk
mendukung pengembangan PPK Sungai Pinang adalah
PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara
4. Rencana Sistem Jaringan Prasana Wilayah
A. Rencana Sistem prasarana Lainnya
1) Rencana Sistem Jaringan Energi
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten
Lingga meliputi jaringan minyak bumi dan gas; jaringan
transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik.
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten
Lingga bertujuan:
a. Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan
dan kesinambungan penyediaannya dalan rangka
penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten
Lingga.
b. Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak
untuk kebutuhan rumah tangga, industri,dan
transportasi.
41 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
c. Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas
d. Pengembangan penyediaan energi untuk transportasi,
rumah tangga, dan industri bertujuan untuk
menyediakan bahan bakar bagi keperluan transportasi,
rumah tangga, dan industri berupa bahan bakar gas
maupun minyak bumi. Pengembangan penyediaan
energi untuk transportasi, rumah tangga, dan industri
meliputi :
Penyediaan, pengamanan, dan pengembangan fasilitas depo
pengisian Bahan Bakar Minyak untuk keperluan rumah
tangga, transportasi maupun industri yang akan melayani
seluruh wilayah kabupaten Lingga. Lokasi pengembangan
depo pengisian bahan bakar direncanakan terpadu dengan
pengembangan Pelabuhan, hal ini disebabkan karena suplai
bahan bakar dilakukan dari laut dengan mempergunakan
kapal. Dalam hal kerawanan terhadap bencana maka perlu
dikembangkan unit depo pengisian bahan bakar yang terletak
pada lokasi yang aman terhadap ancaman sebagai alternatif
pengisian bahan bakar apabila dalam kondisi darurat.
Penyediaan stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk
keperluan transportasi dialokasikan tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Lingga baik untuk transportasi darat
maupun transportasi laut dengan tetap mempertimbangkan
42 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
faktor-faktor keamanan lingkungan dan aksesibilitas yang
akan diatur lebih lanjut didalam rencana yang lebih rinci.
Pengembangan stasiun pengisian bahan bakar gas untuk
keperluan rumah direncanakan tersebar di setiap pusat
pelayanan lingkungan.
Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk
kebutuhan rumah tangga akan dikembangkan di Sungai
Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan Singkep).
Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk
transportasi akan dikembangkan di Dusun Penarik Desa
Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh (Kecamatan
Singkep Barat), dan Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang).
5. Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Dalam rangka meningkatkan pelayanan konsumen, maka usaha
perluasan jaringan perlu ditempuh.Perluasan jaringan distribusi (20
kV) dilakukan sesuai dengan penyebaran dan pemusatan beban di
wilayah Kabupaten Lingga.Untuk menjaga terjaminnya kontinuitas
pelayanan, maka lokasi tertentu perlu dibuat dengan sirkuit ganda.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemadaman total
bila terjadi gangguan pada jaringan antara pusat pembangkit
dengan gardu distribusi, atau penyaluran ke pusat-pusat beban
yang sifatnya penting yang mengalami kerugian secara ekonomis
yang sangat berarti bila terjadi pemadaman listrik. Parameter
jaringan yang perlu diperhatikanadalah:
43 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
a. Tegangan : mengikuti standar PLN (SPLN1), jatuh tegangan yang
dijinkan adalah + 5% dan –10% dari tegangan nominal.
b. Frekuensi : kestabilan frekuensi perlu dipertahankan,
mengingat ada beberapa peralatan konsumen yang peka
terhadap perubahan frekuensi. Untuk Indonesia, frekuensi
ditetapkan 50 Hz. Penyimpangan yang lazim diizinkan adalah 3%
selama 10 menit.
c. Faktor daya : Yang rendah dan ketidakseimbangan beban
konsumen akan mengakibatkan pengaruh balik pada jaringan,
seperti timbulnya kerugian besar. Diusahakan faktor daya
dipertahankan 0.8.
d. Beban : Keadaan beban dan pembebanan yang tidak seimbang
akan berakibat menurunnya fungsi jaringan serta usia
peralatannya.
e. Keandalan : Tingkat keandalan perlu dirumuskan sebelumnya.
Kemudian pada saat pengoperasian, dimonitor tingkat dan
banyaknya gangguan, dievaluasi berdasarkan tolok ukur tingkat
keandalan yang diinginkan, dan bila perlu dilakukan usaha
penyempurnaan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
f. Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di
wilayah Kabupaten Lingga dikembangkan pada setiap pulau yang
direncanakan untuk mengembangan permukiman. Adapun
rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
meliputi:
44 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
g. Pengembangan jaringan saluran udara transmisi dan
distribusimeliputi:
1. Pulau Lingga meliputi:
a) Kecamatan Lingga;
b) Kecamatan Lingga Timur; dan
c) Kecamatan Lingga Utara.
2. Pulau Singkep meliputi:
a) Kecamatan Singkep;
b) Kecamatan Singkep Pesisir;
c) Kecamatan Singkep Selatan; dan
d) Kecamatan Singkep Barat.
3. Pulau Senayang Kecamatan Senayang.
4. Pulau Sebangka Kecamatan Senayang.
5. Pulau Benan Kecamatan Senayang.
6. Pulau Selayar Kecamatan Selayar.
7. Pulau Bakung Kecamatan Senayang.
8. Pulau Cempa Kecamatan Senayang.
Pengembangan jaringan saluran bawah laut yang
menghubungkan Pulau Lingga terletak di Penarik Desa
Kelumu Kecamatan Lingga dengan Pulau Singkep
terletak di Desa Jagoh Kecamatan Singkep Barat; dan
Pengembangan gardu induk DesaJagoh Kecamatan
Singkep Barat.
6. Rencana Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik
45 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Kebutuhanlistrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan
kebutuhan listrik untuk rumah tangga, sarana pelayanan umum,
dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan
listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah 162.368 kw
yang meliputi listrik untuk rumah tanggasebesar 116,170 KW, listrik
untuk sarana pelayanan umum sebesar 29,043 KW dan listrik untuk
penerangan jalan sebesar 17,426 KW. Kondisi geografis Kabupaten
Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan sistem
pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau
kecil untuk menunjang pengembangan kegiatan yang direncanakan
pada pulau tersebut akan dipenuhi dengan pola pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut
diatas,maka untuk pembangkit listrik direncanakan sebagai
berikut:
1. Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW
sejumlah 7 unit yang akan ditempatkan di Desa Sungai
Pinang,Kelurahan Daik, Desa Limbung, Sungai TenamDesa
Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur.
Di Pulau Lingga terdapat potensi sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan sistem Pembangkit Tenaga
Listrik Min Hidro(PLMNH) di Sungai Jelutungdengan kapasitas 1,5
Mw.
2. Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas
46 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
masing-masing pembangkit 10 MW. yang akan ditempatkan di
Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok Kecil, dan Desa
Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan
Singkep Barat) juga akan dikembangkan Pembangit Listrik
Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) dengan kapasitas 2 x 3
Mw.
3. Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas
masing-masing pembangkit 10 Mw yang akan ditempatkan di
Pulau Senayang.
4. Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk
kawasan permukiman dan wisata yang meliputi Pulau Benan,
Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing akan dilayani
oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan
dikembangkan pembangkit listrik alternatif tenaga surya
dengan skala kecil untuk kebutuhan penerangan rumah
tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara
telekomunikasi serta kebutuhan kebutuhan skala kecil
lainnya.
7. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telepon adalah rangkaian perangkat/sekelompok alat
telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam rangka
bertelekomunikasi. Sampai saat ini jaringan telepon sudah melayani
wilayah Kabupaten Lingga, namun kapasitas masih terbatas
jumlahnya. Umumnya jaringan telekomunikasi tersebut, terdapat
47 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
pada fasilitas perkantoran, perdagangan, dan jasa serta sebagian
lingkungan perumahan. Pengembangan sistem jaringan
telekomunikasi bertujuan:
1. Untuk memberikan arah penyelenggaraan telekomunikasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di samping
kehandalan cakupan (coverage) frekuensi telekomunikasi dengan
tujuan meminimalkan jumlah menara telekomunikasi yang ada,
dengan prioritas mengarahkan pada penggunaan/dalam
penggunaan/pengelolaannya maupun penggunaan ruang, namun
tetap menjamin kehandalan cakupan pemancaran, pengiriman
dan atau penerimaan telekomunikasi;
2. Untuk menyediakan sarana telekomunikasi yang terjangkau
masyarakat dan merata seluruh wilayah kabupaten Lingga baik
daratan maupun lautan; dan
3. Mengembangkan sistem jaringan teknologi informasi yang
terjangkau dan merata di seluruh wilayah kabupaten.
Berkaitan tujuan pengembangan jaringan
telekomunikasi maka rencana pengembangan
jaringan telekomunikasi adalah sebagai
berikut:
8.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel
Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara
bertahap dan ekonomis sesuai dengan kebutuhan serta arah
pengembangan wilayah terutama kawasan yang di tetapkan
48 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal
(PKL) serta pusat pelayanan kawasan (PPK). Pembangunan jaringan
prasarana telekomunikasi kabel direncanakan yang mengikuti
jaringan cakupan pelayanan ke seluruh pusat pelayanan dan
wilayah pengembangannya. Kebutuhan jaringan telekomunikasi
kabel direncanakan dengan acuan sebagai berikut:
Rumah tangga : 4 unit/100 penduduk
Fas. sosial dan umum : 3 % dari rumah tangga
Telepon umum/ wartel : 1 unit/3.000 jiwa
Warnet : 1 unit/12.000 jiwa
Rumah kabel : 1 unit/1.500 SST
STO : 1/20.000
Berdasarkan standar tersebut, maka pengembangan jaringan
telepon di Kabupaten Lingga direncanakan dengan
mengembangkan STO serta Rumah Kabel (RK) guna
meningkatkan kapasitas sambungan telepon. Rencana kebutuhan
telepon di Kabupaten Lingga tahun 2010 mencapai 3,808
sambungan dan 63 unit Rumah Kabel serta 5 Stasiun Otomat.
Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan mencapai
6.936sambungan dengan kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit
STO. Untuk memenuhi kebutuhan jaringan telepon di Kabupaten
Lingga, maka direncanakan pengembangan jaringan kabel yang
terdiri dari:
49 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
a. Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Daik - PKL
Pancur - PPK Sungai Tenam - PPL Centeng - PPL Penarik - PPK
Sungai Pinang terletak di Pulau Lingga; dan
b. Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Dabo - PPK
Marok Tua –PPL Resang - PPL Kuala Raya - PPL Jagoh terletak di
Pulau Singkep.
9.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel
Mengembangkan sistem telekomunikasi satelit atau telekomunikasi
nirkabel (selular) melalui pembangunan BTS dikembangkan untuk
dapat melayani seluruh wilayah kabupaten lingga baik daratan
maupun perairan dengan memperhatikan tingkat kepadatan
bangunan dan tingat kepadatan jasa telekomunikasi.
Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan
dikembangkan dengan jaringan telepon nirkabel melalui
pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau
seluruh wilayah Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di
Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik
sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak
Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua) BTS,
Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu.
2. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit
Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS,
Resun, Sungai Besar, Teluk, danLimbung.
50 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
3. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di
Sungai Pinang dan Kudung.
4. Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau
Selayar.
5. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo
sebanyak 4 (empat) BTS dan Batu Berdaun sebanyak 3 (tiga)
BTS.
6. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh
sebanyak 3 (tiga) BTS, Raya sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua
sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak 2 (dua) BTS,
Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek.
7. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi
Persing sebanyak 2 (dua) BTS dan Kote.
8. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di
Berhala dan Marok Kecil (Resang)
9. Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau
Senayang sebanyak 2 (dua) BTS, Penaah sebanyak 2 (dua) BTS
berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar, Cempa, Rejai,
Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir
Panjang, Mamut, Batu Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan
Temiang.
10. Pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi dibagi
dalam kawasan berdasarkan kepadatan bangunan serta
kepadatan jasa telekomunikasi yang lokasi persebarannya
51 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
ditetapkan dengan Peratuan bupati memperhatikan ketentuan
umum sebagai berikut:
1. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada
permukaan tanah direncanakan untuk pengembangan
menara bersama (beberapa operator) baik menara rangka
maupun menara tunggal.
2. Menara telekomunikasi dapat didirikan di atas tanah dan di
atas bangunan dengan memperhatikan keamanan,
keselamatan, estetika dan keserasian lingkungan.
3. Pada kawasan dengan perkotaan penempatan titik lokasi
menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat
dilakukan untuk Menara Rangka dan Menara Tunggal tinggi
maksimum 52 meter dari permukaan tanah dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan
keserasian lingkungan.
4. Menara Telekomunikasi dibangun sesuai dengan kaidah
penataan ruang ruang, keamanan dan ketertiban,
lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada
umumnya.
5. Pengaturan zona-zona pembangunan menara transmisi
selular (BTS), terutama yang berada di kawasan perkotaan
disesuaikan dengan kriteria teknis keindahan kota serta
mempertimbangkan faktor keamanan.
52 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
6. Dalam rangka pengaturan pembangunan menara
telekomunikasi di Kabupaten Lingga, perlu disusun
masterplan pengaturan menara telekomunikasi di
Kabupaten Lingga dengan memperhatikan rencana tata
ruang.
10. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang
terdiri atas: Daerah Aliran Sungai (DAS), Prasarana Air Baku untuk
Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B.
A. Daerah Aliran Sungai(DAS)
Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten
Lingga terdiri dari DAS Bakung, DAS Cikasim, DAS Daik, DAS
Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS Limas,
DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh,
DAS Pancur, DAS Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun,
DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS Sergang, DAS
Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS
Temiang.
B. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih
Rencana penataan sumber daya air untuk air baku dalam
rangka pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi sangat
penting mengingat wilayah Kabupaten lingga terdiri dari banyak
pulau-pulau kecil yang tidak memiliki sumber air baku yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum. Pada saat ini
53 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
kebutuhan air minum dipenuhi dari air sumur. Mengingat
kondisi geografis serta luas pulau serta jumlah penduduk yang
semakin meningkat maka pengambilan air tanah akan
mengakibatkan intrusi air laut khususnya pada kawasan pesisir.
Dengan demikian maka kebutuhan air minum di Kabupaten
Lingga direncanakan dengan sistem perpipaan. Untuk menuju
pada sistem tersebut maka penataan sumber daya air untuk air
baku menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air
minum bagi penduduk samai akhir tahun perencanaan.
Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan
didapat dari sumber mata air yang terdapat di Pulau Lingga dan
Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang
lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan
di kembangkan sistem pengolahan air bersih dengan
memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari kolong
yang banyak terdapat di Pulau Singkep.
Untuk menjaga kelestarian sumber air baku dari Sungai Daik
dan kualitas air kolong maka perlu dijaga kualitas air sungai
tersebut. Hal ini dilakukan dengan melakukan pembatasan
kegiatan kegiatan yang dapat menyebabkan penuruan kualitas
air sungai yang meliputi:
1. Menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadi sedimentasi
pada sungai yang dapat menurunkan debit air maupun
kualitas air.
54 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
2. Melarang pembuangan limbah ke Sungai sungai atau kolong
yang akan dikembangkan sebagai air baku untuk air minum.
3. Menetapkan ruang sempadan kolong sebagai daerah
pengamanan air baku.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata
air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Lingga umumnya
dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan
dan mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air
di wilayah Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
a. Gunung Muncung Kecamatan Singkep;
b. Cenot Kecamatan Lingga;
c. Bukit Raja Kecamatan Lingga Utara;
d. Limbung Kecamatan Lingga Utara;
e. Sungai Kerandin Kecamatan Lingga Timur;
f. Kudung Kecamatan Lingga Timur;
g. Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur;
h. Tebing Kecamatan Lingga Utara;
i. Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep
Pesisir;
j. Gunung Daik Kecamatan Lingga;
k. mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat;
l. mata air terjun Resun Kecamatan Lingga Utara;
m. Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur;
n. Gunung Tunggal Kecamatan Singkep Barat;
55 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
o. Gemuruh Kecamatan Singkep;
p. Sungai Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir;
q. Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara;
r. Sungai Tanjung Gantung Kecamatan Senayang;
s. Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan
t. Bukit Selayar Kecamatan Selayar;
u. kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir;
v. kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep;
w. kolong Serayak diKecamatan Singkep Selatan;
x. kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep Selatan;
y. kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; da
z. kolong Tanah Sejuk terletak di Kecamatan Singkep
Dalam kaitannya dengan kelestarian sumber air baku
dari mata air tersebut diatas, maka harus dijaga
kelestarian hutan yang menjadi daerah tangkapan air.
11. Rencana Sistem Pengendalian Banjir
Wilayah Kabupaten Lingga merupakan wilayah kepulauan yang
terdiri dari lautan, pulau-pulau kecil dengan daya dukung terbatas.
Pengembangan ruang untuk permukiman direncanakan pada
pulau-pulau besar dengan pendayagunaan ruang ruang pesisir
sehingga dapat dicapai optimasi pengembangan ruang darat dan
laut. Kondisi ini mengakibatkan wilayah pengembangan menjadi
relatif datar dengan perbedaan elevasi kecil terhadap permukaan
air laut yang memungkinkan sebagian wilayah dipengaruhi oleh
56 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
pasang surut air laut yang mengakibatkan aliran drainase tidak
lancar dan meluasnya daerah genangan. Kawasan yang rawan
terhadap banjir adalah kawasan di wilayah hilir. Hal ini disebabkan
semakin berkurangnya daerah resapan air dan belum optimalnya
sistem drainase.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
terjadinya banjir adalah mengedalikan air sungai di daerah hulu.
Agar koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan
konsentrasi aliran di daerah hulu dapat di kendalikan maka perlu
mempertahankan daerah tutupan lahan yang menjadi daerah
tangkapan air serta mempertahankan kelestarian ruang yang
menjadi wilayah DAS setiap sungai.Perubahan fungsi pemanfaatan
lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan terbangun, secara
langsung akan mempengaruhi besarnya koefisien limpasan
permukaan yang semakin besar dan konsentrasi aliran. Selain itu
perubahan fungsi tersebut akan merusak bagian hulu sungai (DAS),
seperti pada DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda,
DAS Keton, DAS Sungai Pinang. DAS tersebut perlu dijaga
kelestariannya dalam upaya untuk mengedalikan banjir.
Penataan DAS direncanakan sebagai berikut:
1. Menjaga kelestarian hutan yang menjadi kawasan hulu sungai
sungai yang direncanakan sebagai kawasan permukiman di
kabupaten Lingga;
2. Membatasi dan mengedalikan perkembangan di sepanjang DAS;
57 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
3. Menjaga kelestasian daerah resapan air;
4. Pengembangan cek dam dan atau waduk waduk pengendali
banjir.
12. Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Rencana sistem penanganan persampahan di Kabupaten Lingga
meliputi prediksi jumlah timbunan sampah dan kebutuhan
prasarana untuk penanganannya serta sistem penanganan pada
tempat pengelolaan sampah akhir.Tujuan pengelolaan sampah di
Kabupaten Lingga adalah:
1. Meminimalkan volume sampah dan pengembangan prasarana
pengolahan sampah dengan teknologi yang berwawasan
lingkungan.
2. Mencapai target penanganan 75 % dari jumlah total sampah
khususnya di permukiman perkotaan yang dilakukan baik pada
sumbernya, proses pengangkutan maupun pengelolaannya di
TPA.
3. Mendorong keterlibatan masyarakat didalam proses
pengelolaan sampah.
Perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Lingga dilakukan
dengan proyeksi penduduk dan standar produksi sampah yang
dihasilkannya. Berdasarkan besaran-besaran tersebut, maka
dapat dihitung produksi sampah dan perkembangannya. Total
timbunan sampah pada akhir tahun perencanaan di kabupaten
Lingga adalah 921 m3 per hari.
58 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Rencana penanganan persampahan di Kabupaten Lingga
dibedakan menjadi 2 yaitu:
Penanganan sampah pada lingkungan permukiman
perkotaan
Penanganan sampah di lingkungan perkotaan khususnya di
Pulau Lingga dan Pulau Singkep dikembangkan dengan sistem
penanganan sampah terpadu yang meliputi sistem
pengumpulan, sistem pengangkutan sementara, pengolahan
akhir dan pengolahan untuk sampah tertentu.
Rencana sistem penanganan sampah di permukiman perkotaan
di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah permukiman perkotaan di Kabupaten
Lingga dilakukan melalui proses pewadahan, pemilahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan
pengolahan.
b. Sistem pengolahan sampah direncanakan sistem
pengolahan sampah secara terpadu.
c. Penggunaan teknologi tepat-guna untuk meningkatkan
efisiensi dan mengoptimalkan prasarana persampahan
d. Pengembangan prasarana sampah bahan berbahaya dan
beracun serta pengelolaannya dilakukan dengan teknologi
yang tepat serta berwawasan lingkungan
e. Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber
produksi sampah; Skenario ini diharapkan dapat mereduksi
59 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
sampah sebesar 20% pada TPS dan 10% di TPA sehingga
total reduksi sampah adalah 30%.
f. Komposter sampah organik pada sumber domestik; di
TPSdan TPA
g. Pengembangan sumber energi alternatif (gas metan) pada
Tempat Pengelolaan Sampah Akhir.
h. Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir dilakuan
dengan sistem sanitary landfill.
i. Peningkatan daerah pelayanan pengelolaan sampah.
Lokasi yang memungkinkan untuk dinominasikan
sebagai Lokasi.
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di
Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut:
Air Merah II Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep
Barat seluas ± 5 Ha. Desa Musai Kecamatan Lingga
seluas ± 5 Ha.
Penanganan sampah pada lingkungan permukiman
perdesaan
Penanganan sampah di pedesaan dan pulau-pulau kecil
direncanakan untuk dilakukan secara swadaya oleh masrakat
dengan sistem komposting.
Rencana sistem penanganan sampah di permukiman pedesaan
di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
60 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
a. Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber
produksi sampah.
b. Komposter sampah organik pada secara on site oleh
masyarakat.
13. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
Berdasarkan hasil perhitungan rencana kebutuhan air bersih di
Kabupaten Lingga pada akhir tahun rencana (tahun 2031) adalah
sebesar 216.74 ltr/org/detik atau 18.725,944 ltr/org/hr. Kebutuhan
air bersih setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Rencana kebutuhan air
bersih ini dihitung menggunakan standar yang dikeluarkan
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah yang menyusun
standar kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat dengan
asumsi 150 Lt/org/hari dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk kabupaten Lingga pada akhir tahun
perencanaan adalah 173.388 jiwa.
2. Kebutuhan air minum penduduk kabupaten lingga
akan dipenuhi dengan sistem perpipaan yang di kelola
oleh PDAM Kabupaten Lingga.
3. Konsumsi domestik meliputi sambungan rumah (SR)
dan kran umum (KU), dengan asumsi 150 ltr/org/hr
pada akhir tahun perencanaan. Sementara tingkat
konsumsi untuk kran umum (KU) adalah tetap, yaitu 30
ltr/org/hr.
61 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
4. Sambungan rumah (SR) akan melayani 4 penduduk,
sementara 1 kran umum (KU) akan melayani 100
penduduk.
5. Kehilangan air pada akhir perencanaan (tahun 2031)
kehilangan air turun menjadi 15% dengan rata-rata
pengurangan 1% setiap tahunnya.
Pengembangan air minum dirumuskan berdasarkan
analisis terhadap permasalahan yang ada saat ini, baik
berkaitan dengan kinerja PDAM, ketersediaan air baku
yang memiliki kriteria layak minum, dan hasil proyeksi
tingkat kebutuhan air minum Kabupaten Lingga pada
masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan aspek
pengembangan wilayah, maka arahan rencana pelayanan
air minum direncanakan sejalan dengan arahan
pengembangan wilayah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
pengembangan air minum di Kabupaten Lingga diarahkan
untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Berkurangnya pemakaian air tanah dan terpeliharanya
sumber daya air tanah dan air permukaan sebagai air
baku.
2. Terlaksananya distribusi air minum untuk seluruh
lapisan masyarakat baik di perkotaan maupun di
62 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
pedesaan serta pulau pulau kecil yang memiliki
keterbatasan sumberdaya air baku untuk air minum
3. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya air yang dapat mendukung kebutuhan penduduk
serta aktivitas kawasan perencanaan dengan melihat
kecenderunagn dan kendala faktor ketersediaan
produksi air dan kecenderungan peningkatan aktivitas
dan penduduk dan penyediaan air bersih untuk
masyarakat dengan kualitas yang baik serta kuantitas
yang mencukupi secara berkesinambungan.
4. Terlaksananya konservasi air tanah untuk
pengendalian muka tanah, muka air tanah dan
kerusakan struktur tanah.
5. Tersedianya air minum yang memenuhi standar yang
ditetapkan, baik secara kualitas maupun kuantitas
kepada seluruh penduduk.
6. Tercapainya target pelayanan air minum sebesar 75%
pada akhir tahun perencanaan.
7. Terjaganya konservasi hutan dalam rangka menjaga
ketersediaan air baku dari sumber sumber air yang
ada di Kabupaten Lingga.
Kebijakan pengembangan penyediaan air minum
dilakukan melalui:
63 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
1. Prioritas pelayanan perlu diberikan kepada seluruh
kawasan terbangun khususnya di daerah perkotaan
dan daerah rawan air minum di pulau-pulau kecil serta
daerah dengan kondisi air tanah yang tidak dapatdi
konsumsi sebagai air minum.
2. Pengembangan IPA (Instalasi Pengolahan Air) untuk
pengolahan air baku di sungai-sungai yang memiliki
potensi dikembangkan sebagai penyediaan air baku
3. Pembangunan IPA baru untuk menambah kapasitas
produksi dan perluasan jaringan perpipaan distribusi
untuk meningkatkan dan memperluas cakupan
pelayanan.
Rencana pengembangan sistem penyediaan air
minum Kabupaten Lingga adalah:
1. Membagi wilayah pelayanan air minum di Kabupaten Lingga
meliputi :
a. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Lingga akan
dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air serta
pengolahan air baku dari Sungai Daik dan Sungai Tanda.
b. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Singkep akan
dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air serta
pengolahan air baku dari Sungai air Gemuruh.
64 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
c. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Senayang
dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air di Pulau
Sebangka dan di distribusikan ke Pulau Senayang.
d. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pancur dan
sekitarnya dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air Ulu
Sungai Medap.
e. Pelayanan air minum di pulau-pulau kecil akan dilayani dengan
sistem perpipaan dari penampungan air dan kolam
penampungan air.
f. Penyediaan air minum pada masa yang akan datang dilakukan
oleh PDAM, dengan meningkatkan kinerja pelayanan melalui
optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa, serta
penambahan kapasitas produksi dan perluasan jaringan
distribusi.
g. Target tingkat pelayanan akan mencapai 75% di perkotaan di
seluruh wilayah Kabupaten Lingga.
h. Tingkat kehilangan akan menjadi 15% hingga akhir tahun
perencanaan.
i. Dalam rangka pengembangan air minum perpipaan di
Kabupaten Lingga perlu disusun masterplan penyediaan air
minum.
2.3 Sosial dan Budaya Kabupaten Lingga
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup
merata, terutama pada Sekolah setingkat SMU/sederajat,
65 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
dimana masih ada 2 Kecamatan yang belum memiliki
Sekolah setingkat SMU/sederajat, yaitu Kecamatan Singkep
Selatan dan Singkep Pesisir. Fasilitas pendidikan di
Kabupaten Lingga dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.11. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten
Lingga
No Nama Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
SD/
Sederajat
SMP/
Sederajat
SMU/
Sederajat
1 Kecamatan Lingga 19 10 3
2
Kecamatan Lingga
Utara 21 4 1
3
Kecamatan Lingga
Timur 9 2 2
4 Kecamatan Singkep 14 4 5
5
Kecamatan Singkep
Barat 22 6 1
6Kecamatan Singkep
Selatan 6 2 0
7
Kecamatan Singkep
Pesisir 5 1 0
8 Kecamatan 39 15 6
66 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
No Nama Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
SD/
Sederajat
SMP/
Sederajat
SMU/
Sederajat
Senayang
9 Kecamatan Selayar 7 1 1
TOTAL 142 45 19
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab.Lingga
Sedangkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Lingga pada tahun
2014 sejumlah 7.329 KK yang tersebar merata di seluruh
Kecamatan. Daerah yang memiliki jumlah KK miskin terbesar adalah
Kecamatan Senayang dengan jumlah 2651 KK dan yang terkecil di
Kecamatan Singkep Selatan dengan jumlah 81 KK. Secara lengkap
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin
N
ONAMA KECAMATAN
JUMLAH
KELUARGA MISKIN
(KK)
1 Kecamatan Lingga 1.096
2 Kecamatan Lingga Utara `1.473
3 Kecamatan Lingga Timur 730
4 Kecamatan Singkep 672
67 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
N
ONAMA KECAMATAN
JUMLAH
KELUARGA MISKIN
(KK)
5
Kecamatan Singkep
Barat97
6Kecamatan Singkep
Selatan81
7
Kecamatan Singkep
Pesisir197
8 Kecamatan Senayang 2.651
9 Kecamatan Selayar 332
TOTAL 7.329
Sumber : Data Daftar Rekapitulasi PPLSD
Adapun jumlah rumah yang ada di Kabupaten Lingga adalah
sebanyak 22.206 Rumah, dengan Kecamatan yang memiliki rumah
terbanyak di Kecamatan Singkep, yakni 8.026 rumah dan yang
terkecil di Kecamatan Selayar yakni 840 rumah. Dengan kondisi
jumlah rumah di Kabupaten Lingga secara lengkap dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 2.13. Jumlah Rumah per-Kecamatan
68 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
No Nama Kecamatan Jumlah Rumah
1 Kecamatan Lingga 2.784
2 Kecamatan Lingga Utara 2.830
3 Kecamatan Lingga Timur 994
4 Kecamatan Singkep 8.026
5 Kecamatan Singkep Barat 3.516
6 Kecamatan Singkep Selatan
7 Kecamatan Singkep Pesisir
8 Kecamatan Senayang 3.216
9 Kecamatan Selayar 840
Total 22.206
Sumber : Dinkes Kabupaten Lingga
2.3 Kelembagaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pada tahun 2006 telah dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Lingga dimana Perangkat Daerah Kabupaten Lingga
terdiri dari:
1. Sekretaris Daerah yang terdiri dari 3 (tiga) asisten dan 10
(sepuluh) Bagian
2. Staf Ahli
3. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
69 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
4. Dinas-Dinas
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informatika
Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi
Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertanian dan Kehutanan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5. Lembaga Teknis Daerah
Inspektorat
Badan Kepegawaian dan Diklat
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana
Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
70 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Kantor Perpustakaan dan Arsiip
Rumah Sakit Umum Daerah
PELAKSANAAN KEGIATAN PPIP
3.1 Pelaksanaan PPIP 2015
Laporan Bulan Juli ini merupakan salah satu pemenuhan
kewajiban oleh fasilitator masyarakat kepada Tenaga Ahli
Manajemen Kabupaten dalam pekerjaan Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kabupaten Lingga, Provinsi
71 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Kepulauan Riau Tahun anggraan 2015, sebagai bagian dari suatu
proses dan tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Laporan ini sendiri berisikan kegiatan PPIP di Kabupaten Lingga
Provinsi Kepulauan Riau untuk 2 Desa dampingan yakni Desa
Sungai Buluh, Desa Kulaa Raya dan Desa Sungai Harapan di
Kecamatan Singkep Barat. Pelaksanaan pekerjaan untuk tahun
2015 ini merupakan kegiatan lanjutan dari pekerjaan PPIP tahun
2014 dengan sisa dana BLM sebesar 150 juta rupiah. Kegiatan di
tingkat desa yang dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat yang
termasuk dalam tahap perencanaan partisipatif adalah sebagai
berikut: (a) Fasilitasi Survey Kampung Sendiri (SKS); (b) Fasilitasi
Identifikasi Permasalahan dan Pemetaan Kemiskinan (Rembug
Pra Musdes II); (c) Musyawarah Desa II; (d) Penyusunan Usulan
Prioritas Desa (UPD); (e) Penyusunan Usulan Rencana Kegiatan
Masyarakat (RKM); (f) Verifikasi RKM; (g) Finalisasi RKM; dan (h)
Penyusunan Rencana Teknis dan RAB. Semua Desa R-1 dan Desa
R-2 sudah selesai melakukan kegiatan yang termasuk dalam
kelompok kegiatan perencanaan partisipatif, yakni telah
menyelesaikan penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat
(RKM), serta menyusun Rencana Teknis dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB). Secara keseluruhan rekapitulasi kegiatan yang
termasuk dalam kelompok tahapan perencanaan partisipatif
adalah sebagai berikut: Survey Kampung Sendiri (SKS)
dilaksanakan oleh OMS bersama dengan KD dan FM serta
72 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
relawan masyarakat dari masing-masing dusun/RW. Data dan
informasi yang digali melalui SKS adalah: 1) Kondisi Wilayah;
dilakukan dengan membuat petasederhana kawasan desa yang
berisi tata letak tapak, status tanah dan status penguasaan, peta
jaringan dan profil kondisi sarana dan prasarana lingkungan yang
ada, kondisi dan permasalahan sarana dan prasarana desa; 2)
Kondisi Demografi; dilakukan dengan pengumpulan data dan
pemutakhiran data kependudukan; pengumpulan data sosial
masyakarat seperti tingkat pendidikan, strata ekonomi, dan
sebagainya; pengumpulan data permasalahan kependudukan
yang mencakup permasalahan sosial seperti konflik antar
penduduk; 3) Kondisi Kemiskinan; dilakukan dengan identifikasi
kelompok miskin yang potensial menjadi sasaran program.
Kegiatan untuk Tahun 2015 ini sendiri langsung dimulai dengan
pelaksanaan fisik kegiatan, diawali dengan rembug kesepakatan
untuk memulai pekerjaan yang telah disepakati pada RKM pada
tahun 2014 lalu. Pekerjaan dimulai setelah melakukan pencairan
dana BLMN senilai 30% yakni sebesar 75 Juta pada akhir Juli dan
pelaksanaan Fisik dimulai pada bulan Agustus 2015.
Sehingga kegiatan pada Bulan Juli sendiri adalah rembug awal
warga dan persiapan untuk pencairan dan BLM tahap kedua
sebesar 30% yakni senilai 75 Juta rupiah.
1. Wilayah Pendampingan
Desa Sungai Buluh
73 Laporan Fasilitator Masyarakat (Andi Haryadi, & M.Thabrani) 2015
Desa Sungai Harapan
Desa Kuala Raya