Post on 25-Jul-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tolak ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi
pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar
mengajar, padahal antara keduanya mempunyai arti yang berbeda meskipun
saling berhubungan. Mengukur bersifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih
bersifat kualitatif.
Sebagai calon seorang guru tentu harus menguasai prosedur evaluasi dalam
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui hasil akhir yang dicapai dari kegiatan belajar mengajar. Pada kali
ini bahasan yang akan diuraikan adalah mengenai Pendekatan Penilaian dan
Pengujian Kualitas Tes.
Seorang calon guru harus mengetahui berbagai pendekatan dalam penilain agar
kelak nanti apabila menjadi guru bisa diaplikasikan dalam proses pengajaran,
agar penilaian yang dilakukan bervariasi (tidak monoton) disesuaikan dengan
kebutuhan atau keadaan.
Begitu pun dalam pengujian kualitas tes akan diketahui apakah soal (sebagai
alat evaluasi) yang dibuat berkualitas atau tidak, layak diujikan atau tidak.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka laporan kali ini dibuat untuk mengkaji
lebih detail mengenai Pendekatan Penilain dan Kualitas Tes.
1
B. Tujuan Pembuatan Laporan
Tujuan pembuatan laporan adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi pembelajaran.
2. Mengetahui dan memahami macam-macam Pendekatan Penilaian.
3. Menguji kualitas tes suatu soal, untuk dianalisis lebih lanjut, dan
menyimpulkan kualitas dari soal tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan dalam Penilaian
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced
Evaluation)/Absolut yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil
pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan.
Sebelum melakukan penilaian dilakukan terlebih dahulu penetapan patokan
yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar
hasil itu mempunyai arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu biasanya disebut “batas lulus” atau “tingkat penguasaan minimum”.
Patokan yang digunakan bersifat tetap.
Skala Penilaian terdiri dari :
a) Skala lima ( 0, 1, 2, 3, dan 4 / E, D, C, B dan A)
b) Skala sembilan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9)
c) Skala sebelas ( 0 – 10)
d) Skala seratus (1 – 100)
e) Skala Z skor
Skala 5
a) Pembagian tingkatan yang terbagi dalam lima katagori
b) Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi
skor standar dengan norma patokan adalah didasarkan atas tingkat
penguasaan terhadap bahan yang diberikan
c) Tingkat penguasaan tersebut akan tercermin dari tinggi rendahnya skor
mentah yang dicapai.
3
Pedoman konversi skala 5
A
M + 1,5 SD = B
M + 0,5 SD = C
M – 0,5 SD = D
M – 1,5 SD = E
Berdasarkan Tingkat Penguasaan :
Tingkat Penguasaan Skor Standar
90% - 100%
80% - 89%
65% - 79%
55% - 64%
0% - 54%
A
B
C
D
E
Skala 9
Pedoman konversi skala 9
9
M + 1,75 SD = 8
M + 1,25 SD = 7
M + 0,75 SD = 6
M + 0,25 SD = 5
M - 0,25 SD = 4
M – 0,75 SD = 3
M – 1,25 SD = 2
M – 1,75 SD = 1
4
Berdasarkan Tingkat Penguasaan :
Tingkat Penguasaan Skor Standar
85 - 100%
75% - 84%
65% - 74%
55% - 64%
45% - 54%
35% - 44%
25% - 34%
15% - 24%
0% - 14%
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Skala 11
Pedoman konversi skala 11
10
M + 2,25 SD = 9
M + 1,75 SD = 8
M + 1,25 SD = 7
M + 0,75 SD = 6
M + 0,25 SD = 5
M – 0,25 SD = 4
M – 0,75 SD = 3
M - 0,75 SD = 2
M - 1,25 SD = 1
M – 1,75 SD = 0
5
Skala 100
Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus.
Mengkonversi skor mentah menjadi skor standar dengan norma patokan skala
seratus dipergunakan rumus T score.
T = 50 + X – M x 10
SD
Z skor
Z-skor adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya penyimpangan suatu skor
terhadap angka rata-rata skor dalam kelompok tersebut, dalam satuan deviasi
standar.
Rumus dalam mencari Z skor :
Z = X – M
SD
2. Penilaian Acuan Normal (PAN)
Pendekatan Penilaian Acuan Normal (Norm-Referenced Evaluation)/Relatif yaitu
pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan
hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang lain dalam kelompoknya.
Evaluasi Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa
adanya”. Tidak sama sekali dikaitkan dengan ukuran-ukuran ataupun patokan
yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran sekelompok mahasiswa.
Pada dasarnya mempergunakan “kurve normal” dengan menafsirkan angka rata-
rata (mean) dan angka simbangan baku (standard deviation). Patokan penilaian
ini bersifat relatif, dapat bergeser ke atas atau ke bawah.
6
Skala penilain yang digunakan sama hal nya dengan PAP, yaitu skala 5, skala 9,
skala 11, skala 100 dan Z skor.
3. Penilaian gabungan PAN dan PAP (Kombinasi)
Norma absolut dan norma relatif mempunyai kebaikan dan kelemahan
masing-masing. Norma absolut baik dipergunakan apabila derajat kesukaran
tes yang digunakan telah memenuhi syarat tes yang baik.
Norma relatif baik dipergunakan apabila distribusi kecakapan kelompok anak
mengikuti hukum kurve normal. Norma kombinasi yaitu suatu norma yang
didasarkan atas kombinasi antara norma absolut dan norma relatif.
Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar
skala lima, sembilan , sebelas dan seratus :
- Mencari angka rata-rata kombinasi (Mk)
Mk = ½ (Mi + Ma)
- Mencari standar deviasi kombinasi (SDk)
SDk = ½ (SDi + SDa)
- Membuat pedoman konversi
B. Kualitas Tes
Ada beberapa aspek yang dinilai dalam kualitas tes, yaitu tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas dan reliabilitas. Untuk lebih jelasnya, diuraikan di bawah ini :
1. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.
Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
7
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty indeks). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan
rumus sebagai berikut :
P = B
JS
Dimana :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P 1,00 – 0,30 = soal sukar
Soal dengan P 0,30 – 0,70 = soal sedang
Soal dengan P 0,70 – 1,00 = soal mudah
2. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang bodoh (lower group).
Angka yang menunjukan besarnya day pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D.
Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa- siswa yang
pandai saja. Langkah pertama untuk menganalisis daya pembeda, adalah
dengan mengelompokan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pandai (upper group) dan kelompok bodoh (lower group).
8
Untuk mencari indeks diskriminasi (D) digunakn rumus berikut :
D = BA - BB = PA -PP
JA JB
Dimana :
J = jumlah peserta tes
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
Klasifikasi daya pembeda
D : 0,00 – 0,20 = jelek
D : 0,20 – 0,40 = cukup
D : 0,40 – 0,70 = baik
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali
3. Validitas
Dalam evaluasi pembelajaran validitas dibagi menjadi dua, yaitu validitas
menyangkut soal secara kesuluruhan dan validitas menyangkut butir soal atau
item dan validitas faktor yang menyangkut materi.
Pada kali ini validitas yang akan diujikan adalah validitas butir soal atau item.
Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap
9
skor total. Dengan kata lain sebuah item mempunyai validitas yang tinggi jika
skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Perhitungan validitas dilakukan dengan rumus korelasi product moment, yaitu
dengan perhitungan angka kasar.
Rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagi berikut :
N∑XY – (∑X) (∑Y)
rxy = √{ N∑X2 – (∑X2)} {N∑Y2 – (∑Y)2}
Koefisien untuk menentukan besarnya koefisien korelasi, yaitu :
0,800 – 1,00 = sangat tinggi
0,600 – 0,800 = tinggi
0,400 – 0,600 = cukup
0,200 – 0,400 = rendah
0,00 – 0,200 = sanagt rendah
4. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Ada tiga metode yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas, yaitu
metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method) dan
metode belah dua (split-half method).
Dalam pengujian reliabilitas kali ini metode yang digunakan adalah metode
belah dua adalah dengan cara pembelahan ganjil-genap. Perhitungan yang
10
digunakan adalah dengan menggunakan korelasi product moment dalam
reliabilitas disebut koefisien reliabilitas separo tes.
Hasil perhitungan dengan korelasi product moment dimasukan ke dalam
rumus di bawah ini, untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien tersebut :
2 r ½ ½
r 11 = (1 + r ½ ½)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Materi Soal yang Diujikan
Soal yang dianalisis pada kesempatan kali ini adalah soal ujian mata pelajaran
PKN kelas X. tepatnya kelas X.5 di SMA N 2 Ciamis dengan jumlah siswa
sebanyak 36 orang. Adapun materi dari mata pelajaran PKN tersebut sebagi
berikut :
Bab 1. Hakikat Bangsa dan Negara
A. Pendahuluan
B. Hakikat Bangsa
C. Negara :
1. Hakikat Negara
2. Unsur-unsur terbentuknya Negara
3. Asal Mula Negara
4. Bentuk kenegaraan
5. Pengertian, fungsi dan tujuan negara kesatuan Republik Indonesia
D. Semangat Kebangsaan
1. Makna Nasionalisme
2. Makna Patriotisme
3. Penerapan Prinsip Patriotisme
11
4. Nasionalisme dan Patriotisme diantara paham-paham lain
Bab 2. Sistem Hukum dan Peradilan
A. Pendahuluan
B. Sistem Hukum Nasional
1. Konsep tentang Hukum
2. System Hukum Nasional
C. Sistem Peradilan Sosial
1. Pengertian
2. Kekuasaan yang merdeka
3. Lembaga-lembaga peradilan di Indonesia
D. Bersikap sesuai Hukum yang Berlaku
1. Pengembangan Budaya Hukum
2. Budaya (sadar) Hukum
E. Pemebrantasan Korupsi di Indonesia
1. Pengertian dan sebab-sebab korupsi
2. Upaya dan kendala pemberantasan korupsi
3. Berperan serta dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
Bab 3. Hak Asasi Manusia
A. Pendahuluan
B. Pemahaman konseptual tentang Ham
1. Pengertian Hak
2. Pengertian HAM
3. Macam-macam HAM
C. Instrument Hukum HAM Nasional dan Internasional
1. Instrument hukum HAM Nasional
2. Instrument hukum HAM Nasional
D. Upaya Penegakan HAM di Indonesia
1. Sejarah singkat penegakan HAM di Indonesia
12
2. Upaya-upaya Penegakan HAM
3. KOMNAS HAM dan peranannya
4. Pengadilan HAM di Indonesia
5. Penanganan beberapa kasus HAM di Indonesia
6. Tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia
E. Berperan serta dalam penegakan HAM
1. Peran serta Individual
2. Peran serta Organisasional
F. Dimensi Internasional HAM
1. Bila Negar tidak Menegakan HAM
2. Peradilan Internasional HAM
Bab 4. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
A. Pendahuluan
B. Dasar Negara : Pengertian, Substansi dan Fungsinya
1. Pengertian dasar Negara
2. Subsatnsi dasar Negara
3. Fungsi dasar Negara
C. Konstitusi : pengertian, kedudukan, sifat, fungsi dan substansinya
1. Pengertian konstitusi
2. Kedudukan konstitusi
3. Sifat konstitusi
4. Fungsi konstitusi
5. Substansi/isi konstitusi
D. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
1. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Indonesia
2. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Negara Lioberal (Amerika
Serikat)
13
3. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Negara komunis (Uni
Soviet)
E. Pembukaan UUD 1945 : isi dan kedudukannya
1. Isi pembukaan UUD 1945
2. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
F. Tanggung Jawab Negara terhadap Konstitusi Negara dan Dasar Negara
Bab 5. Persamaan Kedudukan Warga Negara
A. Pendahuluan
B. Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan
1. Pengertian Warga Negara
2. Asas Kewarganegaraa
3. Pewarganegaraan
4. Masalah Kewarganegaraan
C. Warga Negara menurut Hukum Kewarganegaraan Indonesia
1. Menurut Hukum Kewarganegaraan Indonesia
2. Memperoleh Kewarganegaraan RI
3. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
4. Hak dan Kewajiban Negara RI
D. Persamaan Kedudukan Warga Negara
1. Pengertian Persamaan Kedudukan Warga Negara
2. Alasan Perlunya Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara
E. Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara Diberbagai bidang
F. Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara
Bab 6. Sistem Politik di Indonesia
A. Pendahuluan
B. Pengertian Sistem Politik
1. Pengertian Sistem
2. Pengertian Politik
14
3. Sistem Politik
C. Struktur Politik di Indonesia
1. Sistem Poilitik di Indonesia Berdasarkan pancasila
2. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
D. Macam-macam politik
1. Demokrasi
2. Kediktatoran
E. Partisipasi dalam Sistem Politik di Indonesia
1. Partisipasi Konvensional
2. Partisipasi Non Konvensional
B. Pendekatan Penilaian
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Skala 5
Berdasarkan penghitungan konversi skala 5 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
NO. KRITERIA FREK %
1 > 74 (A) 1 2.777778
2 58 - 74 (B) 22 61.11111
3 42 - 57 ( C ) 12 33.33333
4 25 - 41 (D) 1 2.777778
5 < 25 (E)
Jumlah 36 100
Table 1. PAP skala 5
Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor A, duapuluh dua orang
mendapat skor B, dua belas orang mendapat skor C dan satu orang mendapat
skor D.
15
Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat
penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar D.
Skala 9
Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
NO
.KRITERIA FREK %
1 >78 (9)
2 71 - 78 (8) 2 5.555556
3 62.5 - 70 (7) 10 27.77778
4 54 - 62 (6) 19 52.77778
5 45 - 53 (5) 2 5.555556
6 37.5 - 44 (4) 3 8.333333
7 29 - 37 (3)
8 21- 28 (2)
9 < 21 (1)
Jumlah 36 100
Table 2. PAP skala 9
Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 8, sepuluh orang mendapat
skor 7, Sembilan belas orang mendapat skor 6, dua orang mendapat skor 5 dan
tiga orang anak mendapat skor 4. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila
dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 9 berada
pada skor standar 6.
Skala 11
Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
16
NO
.KRITERIA FREK %
1 > 87 (10)
2 79 – 87 (9)
3 71 - 78 (8) 2 5.555556
4 62.5 – 70 (7) 10 27.77778
5 54 - 62 (6) 19 52.77778
6 46 – 53 (5) 2 5.555556
7 37.5 – 45 (4) 3 8.333333
8 29 – 37 (3)
9 21 - 28 (2)
10 12.5 – 20 (1)
11 < 12.5 (0)
Jumlah 36 100
Table 3. PAP skala 11
Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 8, sepuluh orang
mendapat skor 7, Sembilan belas orang mendapat skor 6, dua orang mendapat
skor 5 dan tiga orang anak mendapat skor 4. Berdasarkan skor yang diperolah
siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi
skala 5 berada pada skor standar 6.
Skala 100
Berdasarkan perhitungan konversi skala 100 dengan menggunakan T score,
skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 65 dan skor terendanhnya 44.6. Rata-
rata skor yang diperoleh siswa berdasarkan skala 100 adalah 55.73. (Pada
lampiran Table 1. Penilaian Acuan Patokan).
Z Skor
17
Berdasarkan perhitungan konversi pada Z Skor terdapat 33 orang siswa yang
memiliki Z skor positif, artinya berada di atas rataan kelas. 3 orang siswa lainya
memiliki nilai Z skor negative (di bawah rataan kelas). (Pada lampiran Table1.
Penilaian Acuan Patokan)
Penilaian Acuan Normal (PAN)
Skala 5
Berdasarkan penghitungan konversi skala 5 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
NO. KRITERIA FREK %
1 A= > 69 2 5.55555556
2 B= 63 -69 10 27.7777778
3 C= 56 - 62 17 47.2222222
4 D= 49 - 55 5 13.8888889
5 E= < 49 2 5.55555556
Jumlah 36 100
Table 4. PAN skala 5
Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor A, sepuluh dua orang
mendapat skor B, tujuh belas orang mendapat skor C dan lima orang mendapat
skor D dan dua orang mendapat skor E. Berdasarkan skor yang diperolah siswa
apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala
5 berada pada skor standar D.
Skala 9
Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
NO
.KRITERIA FREK %
18
1 9= > 71 2 5.5555562 8= 68 - 71 1 2.7777783 7= 65 - 67 6 16.666674 6= 61 - 64 7 19.444445 5= 58 - 60 7 19.444446 4= 54 - 57 9 257 3= 50 - 53 1 2.7777788 2= 47 - 599 1= < 47 3 8.333333
Jumlah 36 100Table 5. PAN skala 9
Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 9, satu orang mendapat
skor 8, enam orang mendapat skor 7, tujuh orang mendapat skor 6, tujuh orang
anak mendapat skor 5, sembilan orang mendapat skor 4, satu orang mendapat
skor 3 dan satu orang mendapat skor 1.
Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat
penguasaan siswa pada konversi skala 9 berada pada skor standar 6.
Skala 11
Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut :
NO
.KRITERIA FREK %
1 10= >74 1 2.777778
2 9= 71 - 74 1 2.777778
3 8= 68 - 70 1 2.777778
4 7= 65 - 67 6 16.66667
5 6= 61 - 64 7 19.44444
6 5= 58 - 60 7 19.44444
7 4= 54 - 57 8 22.22222
8 3= 51 - 53 2 5.555556
19
9 2= 47 - 50
10 1= 43 - 46 1 2.777778
11 0= < 43 2 5.555556
Jumlah 36 100
Table 6. PAN skala 11
Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor 10, satu orang mendapat
skor 9, satu orang mendapat skor 8, enam orang mendapat skor 7, tujuh orang
anak mendapat skor 6, tujuh orang mendapat skor 5, delapan orang mendapat
skor 4, dua orang mendapat skor 3, satu orang mendapat skor 1, dan dua orang
berada di bawah skor 1.
Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat
penguasaan siswa pada konversi skala 11 berada pada skor standar 6.
Skala 100
Berdasarkan perhitungan konversi skala 100 dengan menggunakan T score, skor
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 72.11 dan skor terendanhnya 23.44. Rata-
rata skor yang diperoleh siswa berdasarkan skala 100 adalah 47.01. (Pada
lampiran Table 2. Penilaian Acuan Normal).
Z Skor
Berdasarkan perhitungan konversi pada Z Skor terdapat 20 orang siswa yang
memiliki Z skor positif, artinya berada di atas rataan kelas. 16 orang siswa
lainya memiliki nilai Z skor negative (di bawah rataan kelas). (Pada lampiran
Table 2. Penilaian Acuan Normal).
Penilaian Gabungan PAP dan PAN (Kombinasi)
20
Skala kombinasi yang digunakan adalah Skala 5. Berdasarkan penghitungan
konversi skala 5 kombinasi, dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut :
NO. KRITERIA FREK %
1 A= > 71 1 2.777778
2 B= 61 - 71 15 41.66667
3 C= 49 - 60 17 47.22222
4 D= 37 - 48 3 8.333333
5 E= < 37
Jumlah 36 100
Table 7. PAN skala 5
Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor A, lima belas orang
mendapat skor B, tujuh belas orang mendapat skor C, dan tiga orang mendapat
skor D. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %),
tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar D. (pada
Lampiran 3. Tabel Kombinasi)
Pendekatan penilaian yang cocok digunakan untuk mengukur skor siswa (ujian
PKN) adalah Penilain Acuan Normal (PAN). Hal ini karena dengan nilai yang
diperoleh siswa reltif rendah. Selain itu denagn menggunakan PAN skor yang
diperoleh siswa lebih beragam. Apabila menggunakan pendekatan PAP skor yang
diperoleh siswa terpusat pada skor tertentu. Begitu pun jika menggunakan
Pendekatan Kombinasi.
C. Kualitas Tes
1. Tingkat Kesukaran
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut :
NO. TINGKAT KESUKARAN FREK %
1 Sukar 7 17.5
2 Sedang 16 40
21
3 Mudah 17 42.5
Jumlah 40 100
Table 8. Tingkat Kesukaran
Pendistribusian tingkat kesukaran pada soal berdasarkan tabel di atas kurang
proporsional. Terlihat dari proporsi pada tingkat sukar sebanyak 17.5 %, sedang
40 % dan mudah 42.5 %. Perbandingan antara soal mudah dan sedang hamper
sama.
Meskipun proporsi soal lebih banyak pada tingkat mudah dan sedang, nilai yang
diperoleh siswa dalam satu kelas relative kecil. Harus dilakukan diagnosis
untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai siswa dalam kelas tersebut. Selain
itu semua butir soal harus diuji kembali secara validitas agar di ketahui tingkat
validitasnya (kesesuain dengan materi).
2. Daya Beda
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut :
NO. KRITERIA FREK %
1 Sangat Jelek 8 20
2 Jelek 22 55
3 Cukup 10 25
4 Baik
5 Baik Sekali
Jumlah 40 100
Table 9. Daya Beda
Berdasarkan tabel di atas, soal yang diujikan memiliki daya beda yang jelek
terlihat dari jumlah presentase soal jelek sebanyak 55%. Artinya soal yang
22
dibuat tidak bisa membedakan kelompok siswa pandai (upper group) dan
kelompok siswa bodoh (lower group).
3. Validitas
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut :
NO. KRITERIA FREK %
1 Sangat Tinggi
2 Tinggi
3 Cukup
4 Rendah
5 Sangat Rendah 8 80
6 Tidak Valid 2 20
Jumlah 10 100
Table 10. Validitas Butir Soal
Berdasarkan tabel di atas, dari sepuluh butir soal 20 % butir soal tidak valid
dan 80 % butir soal memiliki validitas sangat rendah. Hal ini berdasarkan
hasil pengujian validitas butir soal dengan product moment angka kasar (pada
lampiran Table 6. Validitas Butir Soal).
Hasil analisis menunjukan bahwa sepuluh butir soal pertama berhubungan
dengan Bab.4 “Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi” dan kesepuluh butir
soal tersebut sesuai dengan sub bab yang disajikan.
4. Reliabilitas Butir Soal
Hasil perhitungan dengan rumus product moment (pada lampiran Tabel 7.
Reliabilitas Butir Soal),diperoleh angka berikut :
rxy = -0.004612898. dilanjutkan dengan perhitungan reliabilitas r11 = -
0.00926855
23
Hasil perhitungan (r11) minus (-) menunjukan bahwa butir soal tidak reliable.
Artinya butir soal tersebut tidak boleh digunakan untuk tes berikutnya.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Penilain yang cocok untuk digunakan dalam menskor soal PKN
yang diujikan adalah dengan menggunakan Penilaian Acuan Normal (PAN).
2. Berdasarkan Kualitas tes :
- Tingkat kesukaran soal lebih banyak pada proporsi mudah dan sedang.
- Soal yang diujikan memiliki daya beda yang jelek.
- Dari sepuluh butir soal 80% soal memiliki validitas yang rendah dan 20 %
soal tidak valid.
- Dari sepuluh butir soal menunjukan bahwa soal tersebut tidak reliabel
(tidad layak digunakan untuk tes selanjutnya).
B. Saran
Dari simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan sebagi berikut :
1. Sebagai calon seorang guru harus terus berlatih membuat soal yang baik agar
memenuhi kriteria kualitas tes yang baik.
2. Terkait dengan soal PKN yang diujikan, harus didiagnosis kembali penyebab
rendahnya nilai siswa dalam kelas tersebut, baik kaitannya dengan materi
yang diujikan ataupun dengan pembelajaran yang diberikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara.
Jakarta : 2009.
26