Post on 20-Dec-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI
“RESPON MORFOLOGI TANAMAN Nerium oleander TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN TERNAUNG, DI
ANTARA DAN TERDEDAH”
Oleh:Mar’atus Solihah 12030244006
Biologi 2012 A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMJURUSAN BIOLOGI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan tidak bisa berpindah tempat sehingga tidak dapat
menghindari tekanan terhadap lingkungan, akan tetapi dapat melakukan
perubahan dalam siklus hidupnya. Oleh sebab itu, setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri pada satu kisaran penampakan berbeda
(plastisitas fenotip) yang bergantung pada lingkungan (Yuliani dan
Rahardjo, 2013).
Adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan mnerupakan rekayasa
secara khusus sifat-sifat karakteristik fisiologi untuk memberikan peluang
keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu
adaptasi fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan
hidup tumbuhan (Soerodikusuma dan Hartika, 1989).
Respon tumbuhan sebagai akibat dari faktor lingkungan terlihat
pada keadaan morfologis dan fisiologisnya. pula. Respon tanaman akan
meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Cahaya termasuk
faktor cekaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
suatu individu tumbuhan. Respon tanaman terhadap intensitas cahaya yang
berbeda tergantung dari sifat adaptif tanaman tersebut. Respon terhadap
intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau merugikan. Hal ini
karena tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang
harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya
struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman, sehingga
menyebabkan produktifitas tanaman menurun (Salisbury & Ross., l992).
Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang
berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik
ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh
dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Adapula tanaman yang
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya
(Mahbubillah, 2013). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan
respon morfologi dan fisiologi tanaman Nerium oleander pada kondisi
terdedah, terdedah dan ternaung, dan ternaung.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu:
1. Apa saja organ yang mampu berplastisitas pada tanaman Nerium
oleander?
2. Bagaimanakah perbedaan bentuk respon morfologi dan fisiologi
tanaman Nerium oleander pada daerah ternaung, di antara dan
terdedah?
3. Apa saja faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat khas
pada tanaman Nerium oleander?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian tersebut adalah :
1. Menentukan organ yang mampu berplastisitas dan beradaptasi dari
suatu jenis tumbuhan khususnya tanaman Nerium oleander.
2. Mendeskripsikan berbagai bentuk respon morfologi dan fisiologi
tanaman Nerium oleander pada daerah ternaung, di antara, dan
terdedah.
3. Menjelaskan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat
khas pada tanaman Nerium oleander.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Nerium oleander
Nerium oleander merupakan tanaman hias, berasal dari Asia dan
memiliki sifat tahan panas dan kekeringan. Tanaman ini dapat ditemukan di
berbagai negara seperti India, China, Indonesia, dan beberapa negara Asia
lainya.
Gambar 1. Nerium oleander
Tanaman ini merupakan perdu, tumbuh tegak, tinggi 2-5 m,
berdaun tebal, bertangkai sekitar 1 cm yang agak membengkok, 3 daun
sering tumbuh melingkar, bergetah dan dapat tumbuh pada ketinggian
antara 1-700 mdpl. Helaian daun berbentuk langset dengan ibu tulang
daun yang menonjol, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, warna
daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau muda,
panjang 7-20 cm, dan lebar 1-3 cm. Cabang tanaman tumbuh secara rutin,
tumbuh tegak, warna hijau tidak menyolok, permukaan luarnya tidak ada
duri, dan memiliki ketebalan yang cukup. Tanaman ini dapat
dibudidayakan di berbagai tempat. Dapat tumbuh di tempat yang teduh
atau di bawah sinar matahari penuh, dapat ditanam di tanah liat, tanah
pasir, asam, dan basa. Tanaman dapat tumbuh dengan hanya pemupukan
satu kali dalam setahun. Pemanfaatan tanaman N. oleander sebagai
pengendalian hama belum banyak dilakukan. Padahal telah banyak
diketahui bahwa tanaman ini mengandung oleandrin yang memiliki sifat
insektisida dan antifeedant. Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk
pengendalian hama antara lain adalah akar, batang, kulit batang, daun, dan
bunga, tetapi yang paling sering digunakan adalah pada bagian daunnya,
karena memiliki kandungan oleandrin paling tinggi (Dalimartha, 2008).
B. Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan yaitu :
1. Cahaya
Cahaya berpengaruh dari intensitas, kualitas, dan penyinarannya.
Pigmen yang bertanggung jawab terhadap reaksi cahaya adalah
fitokrom. Fitokrom mempengaruhi berbagai proses metabolisme,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan.
Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan
luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya
perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk
pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan
dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya
berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil
aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari
jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati
stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang
(Haryanti, 2012).
2. Temperatur
Temperatur berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
organisme. Temperatur berpengaruh langsung terhadap berbagai reaksi
kimia di dalam tubuh organisme seperti aktivitas enzim yang berperan
pada percepatan reaksi metabolisme tubuh. Secara tidak langsung
temperatur mempengaruhi kondisi faktor lingkungan lain, khususnya air
seperti mempengaruhi laju evaporasi sehingga berpengaruh pula terhadap
transpirasi. Pengaruh temperatur ini sulit dipisahkan dengan pengaruh
faktor lain (Nazib, 2011). Pertumbuhan sangat peka terhadap perubahan
suhu. Suhu mempengaruhi kerja gen dengan menghambat pada suhu
rendah.
3. Air
Air berpengaruh terhadap pertumbuhan. Fungsinya
sebagai metabolism, menentukan turgor sel sebelum
membelah, menentukan kecepatan reaksi biokimia dalam
sel. Berubahnya kadar air sel akan mempengaruhi kadar
hormone dalam tubuh. Saat air masuk ke dalam sel untuk
mengisi ruang yang kosong, maka air menyebabkan
terjadinya pertumbuhan dengan cara mendorong dinding
dan membrane untuk mengembang (Salisbury, 1995).
4. Kelembaban
Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air
lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat
(Nazib, 2011).
5. Tanah
Menurut Campbell (2003), tekstur dan komposisi kimia tanah
merupakan faktor utama yang menentukan jenis tumbuhan apa yang
dapat tumbuh dengan baik pada suatu lokasi tertentu, apakah itu suatu
ekosistem alam ataupun daerah pertanian. Tumbuhan yang tumbuh secara
alamiah pada jenis tanah tertentu dapat beradaptasi terhadap kandungan
mineral dan tekstur tanah tersebut dan mampu menyerap air dan
mengekstraksi nutrien esensial dari tanah tersebut.
C. Respon Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan terhadap
Intensitas Cahaya
Sinar matahari yang ditangkap klorofil menaikkan tingkat energi
elektron-elektron yang dihasilkan dari oksidasi air dalam proses fotosintesis.
Energi yang dihasilkan dapat digunakan tumbuhan untuk keperluan biologis
atau sintesis makromolekul dan pembelahan sel (Fahn, 1992). Fitter dan Hay
(1991) mengungkapkan, terjadinya perusakan struktur kloroplas
mencerminkan berkurangnya resistansi bagian - bagian tanaman tersebut dan
sangat berfariasi. Respon untuk beradaptasi merupakan pengendali yang
halus atas resistansi terhadap kerusakan struktur klorofil daun. Resistensi itu
terjadi mungkin berbalik (biasanya bersifat fisiologis) atau tidak berbalik
(biasanya bersifat morfologis).
Respon tanaman terhadap cekaman sangat ditentukan oleh
tingkat cekaman yang dialami, dan fase pertumbuhan tanaman saat
mengalami cekaman. Tanaman yang dihadapkan pada kondisi cekaman akan
memperlihatkan dua macam tanggapan (Salisbury and Ross, 1995) yaitu: (1)
tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan
akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas
akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi
transpirasi; dan (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata
untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi.
Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda
antara tumbuhan yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant; indor
plant); dengan tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi.
Tumbuhan cocok ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat
rendah pada intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok
ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju
fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah, titik
kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka. Dari
uraian di atas menyebabkan tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup
pada kondisi ternaungi (intensitas cahaya rendah) saat tumbuhan cocok
terbuka tidak dapat bertahan hidup (lakitan,1993).
Tanaman yang tumbuh pada kondisi cahaya penuh dapat
beradaptasi dari pengaruh radiasi tinggi dengan beberapa faktor (Gardner et
al., 1991).
1. Beberapa spesies membentuk arah tumbuh daun secara vertikal.
2. Membentuk bulu-bulu putih atau permukaaan yang mengkilap pada
daun untuk memantulkan kembali banyak radiasi yang diterima.
3. Membentuk lapisan tipis pada daun untuk melindungi selnya.
4. Kecepatan transprasi yang tinggi pada tanaman heliophytes menjamin
dedaunannya akan tetap dingin.
5. Adanya lapisan kutikula pada daun dan adanya jaringan gabus pada kulit
kayu akan membantu mengisolasi tanaman dari radiasi matahari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi, karena
tidak menggunakan variabel-variabel dalam melakukan observasi.
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan observasi ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015 di
sekitar gedung C1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada
pukul 13.00 – 14.00 WIB, sedangkan pengukuran kadar klorofil dan
morfologi daun bunga sepatu di lakukan di Laboratorium Struktur dan
Fisiologi Tumbuhan FMIPA UNESA pada pukul 14.00 – 16.00 WIB.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Termometer tanah 1 buah
b. Soil tester 1 buah
c. Timbangan 1 buah
d. Lux meter 1 buah
e. Higrometer 1 buah
f. Penggaris 1 buah
g. Meteran 1 buah
h. Alu dan mortar 1 buah
i. Kertas milimeter
j. Neraca timbangan 1 buah
k. Spektrofotometri 1 buah
2. Bahan
a. Tanaman Nerium oleander secukupnya
b. Alkohol 96% secukupnya
c. Kertas saring secukupnya
d. Kantong plastic 3 buah
D. Langkah Kerja
1. Memilih suatu tempat yang memperlihatkan adanya perubahan
lingkungan secara teratur, yaitu berdasarkan keadaan penyinaran.
Kemudian menentukan tiga tempat, yaitu : di tempat terbuka
(terdedah), di bawah pohon (ternaung), dan diantara kedua tempat
tersebut.
2. Memperhatikan dan mencari jenis tumbuhan yang hidup di ketiga
tempat tersebut, dan memilih tumbuhan perdu yang akan dianalisis,
yaitu tanaman Kembang Sepatu.
3. Melakukan pengukuran faktor-faktor fisik di ketiga tempat tersebut.
Faktor klimatorik yang diukur adalah suhu udara, kelembaban relatif
udara dan intensitas cahaya. Sedangkan faktor edafik yang diukur
meliputi suhu tanah, kelembaban tanah, dan pH tanah.
4. Setiap tanaman Kembang Sepatu, dilakukan pengukuran terhadap :
a. Diameter batang
1) Mengukur keliling batang dari daun yang telah diambil
2) Menghitung diameter batang dengan rumus kπ
b. Panjang dan lebar daun
1) Daun yang telah diambil diletakkan di atas kertas millimeter
2) Mensktetsa daun pada kertas millimeter
3) Menghitung panjang dan lebar daun dengan kertas milimeter
c. Luas daun
1) Daun yang telah diambil diletakkan di atas kertas millimeter
2) Mensktetsa daun pada kertas millimeter
3) Menghitung luas daun dengan kertas milimeter
d. Panjang internodus
Mengukur panjang antara nodus pertama sampai nodus kelima
e. Panjang pteolus
Mengukur jarak dari pangkal daun sampai ujung tangkai. Sebelum
melakukan pengukuran menentukan dan memperhatikan terlebih
dahulu daun keberapa yang akan diukur yaitu pada daun ke-5 dari
daun yang paling ujung. Setiap pengukuran dulakukan
pengulangan sebanyak 10 kali.
5. Membandingkan hasil pengukuran pada setiap tanaman Kembang
Sepatu di tempat yang berbeda.
6. Melakukan pengukuran pada respon fisiologis yaitu dengan
menghitung kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total
pada masing-masing daun Kembang Sepatu di tempat yang berbeda:
a. Menimbang 0,2 gram daun yang masih segar, kemudian
memotongnya kecil-kecil.
b. Menggerus potongan-potongan tersebut dalam lumpang porselin
sampai halus.
c. Mengekstraksi gerusan daun tersebut dengan menambahkan
larutan alkohol 95% sedikit demi sedikit sampai mencapai volume
20 mL.
d. Menyaring ekstrak tersebut menggunakan kertas saring sampai
volume akhir filtrat mancapai volume 20 mL. Jika kurang dari 20
mL maka menambahkan kembali alkohol 95%.
e. Mengukur kadar klorofil filtrat tersebut dengan menggunakan
spectrofotometer pada panjang gelonbang 649 nm dan 665 nm.
Sebelum pengukuran perlu dikalbrasi terlebih dahulu. Larutan yang
digunakan sebagai pelarut adalah alkohol 95%. Mencatat nilai
absorbansi (Optical Density/DO) larutan tersebut.
f. Kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total dapat
dihitung dengan rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai
berikut:
1) Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649 (mg/l)
2) Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 x OD 665 (mg/l)
3) Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 x OD 665 (mg/l)
7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Respon Fisiologi Tanaman
Nerium oleander terhadap Kondisi Ternaung, Di antara, dan Terdedah.
Parameter Terdedah Di antara Ternaung
pH 7 8 8
Kelembapan 3 3 3
Intensitas Cahaya 36100 2203 1303
Suhu Tanah 32 32 29
Suhu Udara 35 34 33
Klorofil a (mg/l) 0,740 0,990 0,801
Klorofil b (mg/l) 2,269 2,061 7,041
Klorofil total (mg/l) 3,014 3,058 7,848
Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Respon Morfologi Tanaman
Nerium oleander terhadap Kondisi Ternaung, Di antara, dan Terdedah.
Kondisi
Pengamatan Morfologi
Diameter
Batang
Panjang
Daun
Lebar
Daun
Luas
Daun
Berat
Daun
Panjang
Petiolus
Terdedah 0,2 12 0,5 6,0 0,22 0,3
0,2 11 0,5 5,5 0,20 0,4
0,4 12 0,5 6,0 0,17 0,4
0,4 13 0,5 6,5 0,21 0,4
0,3 11 0,5 5,5 0,18 0,3
0,4 14 0,5 7,0 0,19 0,3
0,5 13 0,5 6,5 0,23 0,4
0,2 12 0,5 6,0 0,16 0,3
0,3 13 0,5 6,5 0,18 0,4
0,3 15 0,5 7,5 0,25 0,4
Rata-rata 0,32 12,6 0,5 6,3 0,20 0,36
Di antara 0,2 15 1 15 0,30 0,2
0,3 15 2 30 0,26 0,3
0,3 12 1 12 0,19 0,2
0,2 15 1 15 0,28 0,2
0,3 15 1 15 0,25 0,2
0,3 16 1 16 0,28 0,1
0,3 15 1 15 0,24 0,2
0,3 16 1 16 0,27 0,3
0,3 13 1 13 0,18 0,3
0,4 17 1 17 0,33 0,3
Rata-rata 0,29 14,90 1,10 16,40 0,26 0,23
Ternaung 0,1 11 1 11 0,10 0,3
0,2 12 1 12 0,14 0,3
0,2 8 1 8 0,06 0,3
0,2 15 1 15 0,20 0,1
0,2 14 1 14 0,17 0,2
0,2 14 1 14 0,15 0,3
02 14 1 14 0,20 0,3
0,2 15 1 15 0,19 0,3
0,2 13 1 13 0,16 0,3
0,2 14 1 14 0,20 0,3
0,19 13 1 13 0,16 0,27
B. Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel dapat diketahui di
daerah terdedah, di antara, dan ternaung tanaman Nerium oleander
merespon dengan membentuk morfologi yang berbeda sesuai dengan
kondisi lingkungannya. Pada pengamatan faktor klimatorik Nerium
oleander pada kondisi ternaung diketahui suhu udaranya sebesar 33oC, pH
8 dan intensitas cahaya 1303 cd/m2. Pada kondisi di antara diketahui suhu
udaranya sebesar 34oC, pH 8, dan intensitas cahaya 2203 cd/m2. Pada
kondisi terdedah diketahui suhu udaranya sebesar 35oC, pH 7 dan
intensitas cahaya 36100 cd/m2.
Dari hasil di atas dapat dianalisis bahwa tanaman yang hidup pada
lingkungan terdedah memiliki rata-rata panjang petiolus dan diameter
batang tertinggi berturut-turut adalah 0,36 cmdan 0,32 cm. Tanaman yang
hidup dilingkungan diantara ternaung dan terdedah memiliki rata-rata
diameter batang, panjang daun, lebar daun, luas daun tertinggi berturut-
turut adalah 0,29 cm, 14,9 cm,1,1 cm, 16,4 cm2 dan 0,258 gram .
Sedangkan pada tanaman yang hidup di lingkungan terdedah, memiliki
rata-rata parameter terkecil dibandingkan dengan tanaman pada tempat
ternaung dan diantaranya.
Faktor fisiologis pada tanaman ternaung, terdedah, dan
diantaranya, yang menjadi parameter pengukuran adalah klorofil. Pada
tanaman ternaung, memiliki klorofil B dan klorofil total terbanyak yaitu
7,041 mg/l dan 7,848 mg/l. Sedangkan pada tanaman diantaranya memiliki
klorofil A terbesar yaitu 0,990 mg/l. Faktor lingkungan pada setiap habitat
merupakan faktor pendukung dalam penelitian ini.
C. Pembahasan
Pengaruh kondisi lingkungan yang berbeda dari hasil praktikum
dapat diketahui pada kondisi terdedah, daun nerium memiliki ukuran yang
lebih kecil dibandingkan dengan kondisi terdedah, ternaung dan
diantaranya. Pada tanaman dengan kondisi diantara memiliki ukuran luas
daun yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi ternaung dan
terdedah. Pada tanaman dengan kondisi ternaung, memiliki selisih luas
daun yang tidak jauh dari kondisi tanamandengan kondisi diantara. Hal ini
kemungkinan dipengaruhi oleh umur tanaman yang berbeda. Tanaman
pada kondisi ternaung lebih muda dari pada tanaman pada kondisi
diantara.
Seharusnya pengaruh intensitas cahaya memberikan efek yang
nyata terhadap luas daun. Di bawah intensitas cahaya yang rendah terjadi
peningkatan luas daun, untuk memperoleh satu permukaan yang lebih
besar bagi absorbsi cahaya. Peningkatan luas daun pada dasarnya
merupakan kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan.
Peningkatan luas daun merupakan upaya tanaman dalam mengefisiensikan
penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi
intensitas cahaya rendah. Bila luas daun meningkat, asimilat yang
dihasilkan akan lebih besar pula. Daun ternaung memiliki berat daun yang
lebih besar daripada daun yang terdedah dan terdedah ternaung. Luas daun
yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju
pertumbuhan nisbi juga meningkat dan bobot kering tanaman meningkat
pula.
Daun ternaungi lebih tampak berwarna hijau, merupakan adaptasi
daun agar menyerap cahaya lebih efektif (Lakitan, 200l). Daun ternaung
umumnya juga mempunyai klorofil lebih banyak, khususnya klorofil b,
karena tiap kloroplas mempunyai lebih banyak grana dibandingkan dengan
pada daun matahari (Salisbury, 1995).
Parameter panjang petiolus pada kondisi ternaung ini memiliki
ukuran lebih pendek dibandingkan dengan lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena cahaya matahari kurang optimal pada bagian ini, sehingga enzim-
enzim yang mengaktifkan sel-sel meristem bagian ini membelah lebih
lambat.
Pada pengukuran suhu, PH, dan kelembaban tanah, pada kondisi
terdedah diperoleh suhu paling tinggi, dan pH tanah yang netral dibanding
lainnya karena pada kondisi ini mendapatkan intensitas cahaya matahari
yang tinggi, intensitas cahaya sebanding dengan suhu lingkungan dan suhu
tanah. Namun berbanding terbalik dengan kelembaban. Semakin panas
lingkungan maka konsentrasi uap air dilingkungan semakin sedikit, karena
tumbuhan mengurangi penguapan untuk mencukupi kebutuhan air dalam
tubuhnya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapt ditarik simpulan bahwa:
Organ yang berplastisitas pada tanaman Nerium oleander adalah batang.
Respon tanaman terhadap kondisi ternaung, terdedah, dan diantaranya
secara morfologis dan fisiologis berbeda. Secara morfologis rata-rata
parameter tertinggi berturut-turut adalah diantaranya, ternaung, dan
terdedah. Sementara secara fisiologis, tanaman ternaung memiliki klorofil
total tertinggi, disusul oleh kondisi diantara dan terdedah. Faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat khas pada tanaman Nerium
oleander adalah pH, suhu tanah, suhu lingkungan, kelembapan tanah,
kelembapan lingkungan, dan intensitas cahaya.
Daftar Pustaka
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia: menguak kekayaan
tumbuhan obat Indonesia. Niaga Swadaya. Jakarta.
Fahn, A. l992. Anatomi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Fitter, A. H. and Hay, R. K. M. l99l. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Diterjemahkan oleh Sri.
Haryanti, Sri. 2012. Respon Pertumbuhan dan Luas Daun Nilam pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015 dari http://eprints.undip.ac.id/6200/1/Sri_Haryanti,_RESPON_JUMLAH_DAUN_1.pdf
Lakitan, l993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta
Mahbubillah, Ainul. Pengaruh Cahaya terhadap Tumbuhan. Diakses pada tanggal
13 Maret 2015 dari http://bioteknologi.org/cahaya/
Nazib. 2011. Lingkungan dan Tumbuhan. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015
dariterdedah/Nazip_blogspot%20%20Materi%20Kuliah
%20%20%20Konsep%20Faktor%20Lingkungan%20Tumbuhan.htm.
Sallisbury, F. B. And Ross, C. W. l992. Plant Physiologi. Wadsworth Publishing
Company Belmont, California.
Yuliani dan Raharjo. 2013. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
LAMPIRAN