Post on 14-Mar-2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT
karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan tahun 2018 dapat tersusun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media
pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara Evaluasi
yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan
masukan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun
mendatang serta dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan dan Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan
penyelenggaraan yang bersih dan bebas dari korupsi,kolusi serta nepotisme.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
diharapkan dengan transpormasi ini dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya menjadi lebih baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Dengan laporan ini
diharapkan ada umpan balik yang akan berguna dalam proses perbaikan kinerja
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di masa mendatang. Masukan
dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaan di waktu yang
akan datang.
Jakarta, Januari 2019
2
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaiaikan
pertanggung jawaban Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan beserta
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan seluruh satuan kerja dilingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai sumber informasi untuk perbaikan
perencanaan ke depan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan tahun 2018 hampir memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja. Pencapaian presentase pada Indikator Kinerja utama program berjalan efektif
sebesar 92,96%sebagaiman tercantum pada capaian e-monev DJA, selain dari pada itu
indikator kinerja kegiatan memenuhi target dari yang ditetapkan.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja diatas adalah dengan
melakukan Sosialisasi, Bimbingan Teknis, advokasi, peningkatan kemampuan SDM
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, pendampingan akreditasi Internasional
pada Rumah Sakit Pemerintah, serta pengalokasian anggaran sesuai prioritas.
Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan dan
koordinasi karena adanya revisi anggaran, kesesuaian persepsi antara evaluator
LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 sebesar 92,63%
darialokasi Rp. 34.622.078.000,-. Sesuai tugas Direktorat Mutu dan Akreditasi yaitu
pembinaan pelayanan kesehatan dilingkungan lingkungan Ditjen Pelayanan
Kesehatan - Kementerian Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk
mendukung pencapaian indikator kinerja serta pelaksanaan program dan kegiatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
BAB. I : PENDAHULUAN
A. Penjelasan Umum Organisasi .........................................
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi
Yang Dihadapi ................................................................
C. Sistematika
BAB. II : PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja .....................................................
B. Perjanjian Kinerja ......................................................
BAB. III :AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi ..........................................
B. Realisasi Anggaran ......................................................
C. Sumber Daya Lainnya ................................................
BA. IV :KESIMPULAN ...............................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. DIPA Dit. Mutu dan Akreditasi Yankes TA. 2018
2. Perjanjian Kinerja Dirjen.Pelayanan Kesehatan TA. 2018
3. Rencana Aksi Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes
4. Renja-KL Kementerian Kesehatan Tahun 2018
5. Data Jumlah RS yang Terakreditasi s.d Desember 2018
6. Data Jumlah Puskesmas yang terakreditasi s.d Desember 2018
7. Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
8. Pencapaian Ouput Per Triwulan TA 2018
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan, dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,prosedur dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan menyelenggrakan fungsi :
1. Penyiapkan bahan rumusan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan
3. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan
4. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan terdiri atas :
1. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer.
2. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan, mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis
5
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan rujukan.
3. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan Lainnya.
4. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan
rencana, program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,
evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata
persuratan serta kerumah tanggaan Direktorat.
Gambar 1.Struktur Organisasi dan Nama Pejabata Eselon II, III, dan IV pada Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan keadaan per 31 Desember 2017.
B. ASPEK STRTEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Program Pembinaaan Pelayanan Kesehatan pada kegiatan Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi
masyarakat.Program target sebagaimana tercantum pada Rencana Strategis Kementrian
6
Kesehatan dari tahun 2015-2019Setiap tahunnya telah terjadi peningkatan jumlah
puskesmas. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di puskesmas, saat ini telah
terakreditasi sebanyak 7.518 puskesmas (dari total 9.613 puskemas) yang tersebar pada
5.385 kecamatan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Sedangkan jumlah Rumah Sakit yang sudah terseritifikasi akreditasi sampai akhir
tahun 2018 telah terdapat 628 RS daerah terakreditasi nasional, yang tersebar di 440
kabupaten/kota, dengan menggunakan instrumen penilaian akreditasi tahun 2012 dan
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.
Diharapkan peningkatan mutu Rumah Sakit dan Puskesmas secara langsung akan
diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus
diupayakan peningkatan jumlah Puskesmas dan RS yang terakreditasi, sebagaimana
pada gambar grafik di bawah ini.
Grafik 1.1 Tren Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Tahun 2014-2018
Sumber: RS Online per 2 Januari 2019.
Grafik tersebut memperlihatkan pertumbuhan jumlah RS berdasarkan jenis (RS Umum
dan RS Khusus) sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Secara umum, kedua jenis
RS terus mengalami pertambahan jumlah dari tahun ke tahun.
2014 2015 2016 2017
RSK 553 538 554 578
RSU 1855 1949 2046 2205
0
500
1000
1500
2000
2500
2014 2015 2016 2017
Jumlah RS 2.408 2.487 2.600 2.783
2.408
2.487
2.600
2.783
2.200
2.300
2.400
2.500
2.600
2.700
2.800
2.900
Jumlah RS
7
Grafik 1.2 Tren Jumlah Rumah Sakit Tahun 2014-2017
Sumber: RS Online per 18 Januari 2018.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, menyatakan bahwa fasilitas kesehatan
tingkat pertama harus terakreditasi dan rumah sakit harus memiliki sertifikat akreditasi.
Maka tantangan dan Isu strategis yang dihadapi oleh Direktorat dan mutu pelayanan
kesehatan yang tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2016-2019 adalah sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan dan
pelayanan kesehatan lain.
2. Data tentang gambaran mutu pelayanan kesehatan di FKTP, RS, dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lain secara detail belum ada.
3. Pengusulan survei akreditasiyang tidak sesuai dengan roadmap yang telah
diusulkan.
4. Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih `dimutasi/alih
fungsi/tugas.
5. Jumlah surveior terbatas dan kompetensi surveior yang bervariasi.
6. Kinerja Komisi Akreditasi FKTP dan KomiteAkreditasi Laboratorium Kesehatan belum
optimal .
7. Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi pada tahun 2015 masih
manual.
VISI
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatanmempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya
kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
menetapkan adalah:
MISI DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Dalam rangka mewujudkan VisiDirektorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan menetapkan misinya sebagai berikut :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin pelayanan kesehatan yang
bermutu melalui akreditasi.
“AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG TERJANGKAU DAN
BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT”
(Visi Ditjen Yankes)
8
2. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan pendampingan untuk puskesmas dan
rumah sakit dengan tata kelola yang baik.
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah
menetapkan suatu peta strategis yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat
dari 14 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukannya dalam
mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi
pencapaian visi tersebut disusun berdasarkan pendekatan balanced-score card dengan
memperhatikan peta strategispada Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Gambar 1.2. Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019
9
C. SISTEMATIKA
Laporan AkuntabilitasKinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 ini menjelaskan pencapaian
kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan selama Tahun 2016.
Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan disusun
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penjelasan Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi yang di Hadapi
C. Sistematika
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. Pencapaian Indikator Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
C. Sumber Daya Lainnya
BAB IV. PENUTUP
Berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator
kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
sasaran strategis. Dalam rencana kinerja (Renja) Kementerian/Lembaga Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2018, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk
mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 yang telah direvisi dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya kesehatan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.
Tabel 1. Sasaran Program Dit.Mutu & Akreditasi Yannkes Tahun 2015-2019
No Sasaran Program
Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
1
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350 700 2.800 4.900 5.600
2
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94 190 287 384 481
B. PERJANJIAN KINERJA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah
pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.
11
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen
pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan menyusun
perjanjian kinerja tahun 2018 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2018.
* Revisi I Renstra 2017 Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/422/2017
No Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target 2018
1. Jumlah Puskesmas yang siap di akreditasi
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
4900 (2100)
2. Rumah Sakit yang siap di akreditasi
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional
434 (147)
Pada tahun 2018 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran pada DIPA
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp.36.026.001.000,-
(Tiga Puluh Empat Miliar Dua Puluh Enam Juta Seribu Rupiah.
12
13
14
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENCAPAIAN KINERJA
Tahun 2018 adalah tahun keempat dalam pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, serta tahun ketiga pelaksanaan SOTK
baru yaitu dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menjadi Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana
Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator.
Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian
indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang
akan datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna.
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan mendapat tugas dalam melakukan pembinaan pelayanan
kesehatan dengan tujuan meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang berkualitas bagi masyarakat, seperti yang tertuang dlam sasaran
strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu:
.
Indikator Kinerja pencapaian pada Sasaran Program/ Kegaiatan tahun 2018 dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di tingkat Eselon I yaitu
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional.
MENINGKATNYA AKSES PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN YANG BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT
15
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan Akrediatsi Pelayanan Kesehatan
sebagaimana yang tercantum pada Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA
K/L) TAHUN 2018, adalah :
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi Nasional.
3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi Standar mutu
Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional.
RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA K/L)
TAHUN ANGGARAN 2018
SASARAN KEGIATAN/ INDIKATOR KINERJA KEGAIATAN (IKK) TARGET
2018
PUSKESMAS YANG SIAP DIAKREDITASI 4.900
(2.100) Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi
RUMAH SAKIT YANG SIAP DIAKREDITASI 434
(147) Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG SIAP DIAKREDITASI 200 (100) Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG MEMENUHI STANDAR MUTU PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL TINGKAT NASIONAL
Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal tingkat nasional
200
Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran
kinerjaini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Direktorat JenderalPelayanan Kesehatan khususnya
dibandingkan dengan target yang ingin dicapaidan sudah ditetapkan di awal tahun.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-
pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
(RENSTRA) Kementerian Kesehatandan Penetapan Kinerja.
Untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Program Kegiatan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah
memberikan Dana Dekosentrasi dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik yang di sebar di
34 Provinsi dan Kabupaten/Kota.
16
Uraian pengukuran pencapaian kinerja dari analisis pencapaian kinerja pelaksanaan
program di lingkungan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
dilaporkan berdasarkan pengelompokan indikator adalah sebagai berikut::
A.1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit.Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
1.1. Definisi Operasional
Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang telah
memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
Permenkes No. 46 tahun 2015
1.2. Cara Penghitungan
Cara perhitungan adalah dengan menjumlahseluruh kecamatan yang memiliki
minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun berjalan. Sedangkan cara
mengukur adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk
Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.
1.3. Rencana Aksi yang dilakukan untuk mencapai Target
a. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
melalui pelaksanaan akreditasi Puskesmas
b. Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan akreditasi
Puskesmas dan FKTP lainnya
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
17
1.4. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai Target
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
untuk mencapai target kinerja indikator pertama ini adalah:
a). Dukungan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatanPuskesmas
melalui Dana Alokasi Khusus Fisik tahun 2018 baik di DAK regular dan afirmasi
sebesar Rp. 5.350.991.029.000,-
b). Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus
Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp
721.763.900.000,- untuk 2.981 Puskesmas untuk 449 Kab/ Kota.
c) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Dekonsentrasi
tahun 2018 untuk kegiatan Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi
FKTP dan Workshop Percepatan Akreditasi Bagi Tenaga Kesehatan
sebesar Rp 7.937.804.000,- di 34 Provinsi
d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi. Sampai saat ini
sudah tersedia 867 Surveior (289 Tim) yang tersebar di 34
provinsi.Penyediaan calon surveior tahun 2018 melalui Kegiatan
Peningkatan Teknis Calon Surveior FKTP sebanyak 7 angkatan.
e). Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pendamping Akreditasi di setiap Kab/kota.
Saat ini sudah tersedia Tim pendamping Akreditasi sebanyak 1405 Tim yang
tersebar di 514 Kab/Kota di 34 provinsi. Bagi Kabupaten/Kota yang belum
memilki Tim Pendamping Akreditasi terlatih akan dipenuhi di 2018.
18
f). Penyusunan pedoman penyelenggaran akreditasi Puskesmas yaitu Review
Standard dan Instrumen Akreditasi FKTP sesuai Permenkes No. 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi FKTP yang sudah digunakan selama 4 (empat) tahun.
Review ini dibutuhkan untuk mengakomodir adanya perubahan kebijakan,
masukan dari hasil survei, masukan dari lintas program lintas sektor dan hasil
kajian dari Badan Litbangkes tahun 2017. Diharapkan hasil review standar dan
instrument ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan akreditasi serta
menjamin mutu layanan kesehatan.
Gambar 3.2 Kegiatan Review Instrumen dan Standar Akreditasi
g). Pengembangan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP
yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite
SIAFhttps://siaf.kemkes.go.iduntuk percepatan sehingga penugasan dan laporan
survei melalui aplikasi.
h). Dukungan Operasional Komisi Akreditasi FKTP
- Rapat Koordinasi Komisi Akreditasi FKTP dalam rangka pembahasan hasil survei
akreditasi FKTP dan penetapan status akreditasi FKTP.
- Rapat kerja Komisi dalam rangka evaluasi teknis penyelenggaraan akreditasi di
Bogor tanggal 23-26 Mei 2018 dan Makassar tanggal 28 November – 1 Desember
2018 Tahun 2018 yang menyusun rencana perbaikan menuju independensi
Komisi Akreditasi FKTP
19
Gambar 3.4
Kegiatan Raker Komisi di Makassar tanggal 28 Nov – 1 Desember 2018
- Penyelenggaraan Lomba Inovasi Penerapan Budaya Mutu dan Keselamatan
Pasien di Puskesmas rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 53
tahun 2017 dan untuk menjamin kesinambungan perbaikan mutu dan kinerja
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan tingkat
primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan
secara institusi kepada Puskesmas.
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan FKTP yang berhasil meraih penghargaan
FKTP Berprestasi yaitu :
g) Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : KP.04.04/Menkes/628/2018 tentang
Lomba inovasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas
dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 54 tahun
2018 dan untuk menjamin kesinambungan perbaikan mutu dan kinerja
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan
tingkat primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan
yang diberikan secara institusi kepada Puskesmas, penetapan pemenang
pada tangggal 2 s.d 4 Oktober 2018 dapat dilaporkan pemenang FKTP
Berprestasi tahun 2018 adalah sebagai berikut :
20
1. Puskesmas Kawasan Perkotaan:
No. PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS NILAI
1. DKI Jakarta Jakarta Utara Kecamatan Koja 497
2. Jawa Tengah Brebes Banjarharjo 398
3. Kalimantan Timur Balikpapan Baru Tengah 363
2. Puskesmas Kawasan Perdesaan:
NO PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS NILAI
1. Jawa Tengah Wonosobo Kaliwiro 499
2. Kalimantan Tengah
Kotawaringin Barat Semanggang 415
3. Bangka Belitung Bangka Barat Jebus 343
3. Puskesmas Kawasan Terpencil/ Sangat Terpencil
NO PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS NILAI
1. Riau Siak Sungai Apit 455
2. Jawa Barat Garut Pendeuy 424
3. Sulawesi Tengah Parigi Moutong Balinggi 416
4. Klinik Pratama
NO PROVINSI KAB/KOTA KLINIK PRATAMA NILAI
1. DKI Jakarta Jakarta Pusat St. Carolus Paseban 355
2. Jawa Timur Jember Rolas Medika 265
3. DI. Yogyakarta Yogyakarta Firdaus 260
4. Jawa Tengah Kudus Cahaya Husada 230
21
h) Pelaksanaan Bimtek dan Mutu Keselamatan Pasien di FKTP dalam rangka
percepatan akreditasi dan pelaksanaan keselamatan pasien di puskesmas
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Bimtek Mutu dan Keselamatan Pasien di Kabuapten Sorong Selatan Propinsi
Papua Barat.
1.5 .Pencapaian Kinerja
Pada tahun 2018 realisasi kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
tersertifikasi akreditasi sebanyak 5.385 Kecamatan (sumber data dari Capaian
Akreditasi per 23 Januari 2019). Dari tabel 3 menunjukan bahwa capaian
melampaui dari target tahun 2018.
Berikut tabel yang menggambarkan perbandingan antara target dan realisasi
indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas tersertifikasi
akreditasi sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 :
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T
Jumlah
kecamatan yang
memiliki
minimal 1
Puskesmas yang
tersertifikasi
akreditasi
350
93
(26,6%)
700
1.308
(186,85%)
2.800
3.447
(123,11
%)
4.900
5.385
(119.
08%)
5.600
22
Adapun capaian indikator dibandingkan dengan target RPJMN dan Renstra disajikan dalam
grafik berikut ini:
Dari grafik 3.3 tersebut menunjukan bahwa baik target Renstra Kemenkes 2015-2019
maupun target RPJMN 2015-2019 masih on the track sesuai target yang telah
ditetapkan. Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2019, seluruh target capaian
indikator Jumlah Kecamatan yang Memiliki Minimal Satu Puskesmas Tersertfikasi
Akreditasi dapat tercapai seluruhnya.
Adapun Gambar 3.2 berikut mengambarkan distribusi capaian Akreditasi Puskesmas
pada tahun 2018 dengan total 7518 Puskesmas tersebar di 5.385 kecamatan, dan di
499 kab/kota dan 34 provinsi.
23
1.6. Peluang
Ada kebijakan peluang implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, di mana FKTP yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus memenuhi syarat antara lain
terakreditasi paling lambat akhir tahun 2020. Hal ini menjadi daya dorong
percepatan akreditasi FKTP di Propinsi dan Kabupaten.
Namun capaian tahunan tidak tercapai karena adanya puskesmas terakreditasi
yang terletak di kecamatan yang sama sehingga tidak menambah capaian
indikator tahunan namun kumulatif tercapai karena capaian puskesmas
terakreditasi ada di tahun 2017 sebanyak 3.447 kecamatan sehingga menambah
angka capaian tahunan tahun 2018.
1.7. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaran akreditasi
Puskesmas, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Sumber Dana
Keterlambatan pencairan anggaran akreditasi Puskesmas (DAK Non Fisik),
sebagian besar dicairkan pada pertengahan tahun sehingga persiapan
akreditasi yang membutuhkan waktu 6 (enam) - 8 (delapan) bulan terlambat
dilakukan yang pada akhirnya menyebabkan satker baru dapat mengusulkan
survei di akhir tahun.
2. Faktor SDM dan Jaringan Internet
Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih
dimutasi/alih fungsi/tugas serta ketersediaan tim pendamping di
Kabupaten tidak sesuasi dengan jumlah puskesmas yang akan
didampingi.
Pengusulan survei menumpuk diakhir tahun sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan antara ketersediaan surveior dengan permintaan
survei.
Meskipun sudah disediakan aplikasi sistem pengusulan berbasis internet
(WebSite SIAF: https://siaf.kemkes.go.id), namun daerah belum
konsisten mengisi dokumen yang harus diupload karena belum siapnya
tenaga Puskesmas.
24
3. Faktor Waktu persiapan Puskesmas
Komitmen bersama antara propinsi dan kabupaten dalam menyusun
Roadmap kesiapan FKTP yang akan diakreditasi. Agar Roadmap yang
disampaikan ke Kemenkes tidak banyak berubah dan survei tidak
menumpuk diakhir tahun.
Waktu persiapan akreditasi (pendampingan) dan waktu survei
dilaksanakan pada tahun yang sama, sehingga mempengaruhi kesiapan
Puskesmas yang pada gilirannya diusulkan survei pada akhir tahun dan
terjadi penumpukan jumlah Puskesmas yang dilakukan survei akreditasi.
4. Tingkat Kelulusan akreditasi Puskesmas
Tingkat kelulusan akreditasi masih didominasi tingkat dasar dan madya yang
berdasarkan gambaran survey tahun 2016 - 2017 .
5. Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei hal ini dibuktikan
belum optimalnya pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil survei
1.8. Upaya Pemecahan Masalah
1. Masalah Dana
Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk menghimbau Bupati/Walikota
agar mempercepat pencairan dana DAK Non Fisik.
Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan terpisah dari sektor non
kesehatan
Merubah menu DAK Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas (Permenkes
61 tahun 2017 tentang Juknis DAK)
2. Masalah faktor SDM dan Jaringan Internet :
Menghimbau kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar menyediakan akses
internet dan menyediakan tenaga khusus yang kompeten terkait dengan
tehnologi informasi
Menambah tenaga surveior sesuai dengan kebutuhan
3. Masalah faktor waktu persiapan Puskesmas
Permintaan roadmap usulan akreditasi ke propinsi tahun 2019-2020.
Untuk menghindari penumpukan usulan survei di akhir tahun, maka
pada tahun anggran 2018 dilakukan hal perubahan menu DAK Non Fisk untuk
akreditasi menjadi 3 menu, yaitu :
25
Menu Workshop Pendukung Akreditasi Puskesmas
Menu Survei akreditasi Puskesmas
Menu Re Akreditasi Puskesmas
Menu Pendampingan Pra Akreditasi
Menu Pendampingan Pasca Akreditasi
4. Masalah Tingkat kelulusan akreditasi Puskesmas
Untuk meningkatkan kelulusan akreditasi maka dilakukan hal-hal sebagai
berikut, antara lain:
Bimtek kepada daerah yang memiliki komptensi masih kurang terhadap
akreditasi Puskesmas
Membuat SE Dirjen Yankes untuk pembinaan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di Puskesmas
DAK Non fisik TA 2018 dapat digunakan untuk workshop pemahaman
standar dan instrumen akreditasi.
Dana dekonsentrasi, untuk tahun 2018 untuk Workshop teknis
percepatan akreditasi FKTP dan peningkatan teknis kemampuan
pendamping
5. Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei karena
pendampingan dilakukan hanya oleh pendamping, sehingga pada tahun
2019 Direktorat Mutu dan Akreditasi menyusun Pedoman Tim Pembina
Cluster Binaan agar pendampingan dilakukan terintegrasi dengan seluruh
program.
6. Sarana
Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun 2018 dengan
pengembangan penugasan dan laporan survei melalui aplikasi.
1.9. Efisiensi Sumber Daya
a). Kebijakan honor surveior akreditasi FKTP sebesar 3 jam per hari sebelumnya
jam.
b). Membagi regionalisasi surveior sehingga surveior hanya bertugas
diregionalnyadiharapkan dapat mengurangi besaran biaya.
c). Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei dua puskesmas yang
lokasinyaberdekatan secara berturut turut (maraton) untuk menghemat
waktu, tenaga dan biaya.
26
d) Penyediaan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP yang
real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF
https://siaf.kemkes.go.idTerlampauinya target tahun anggaran 2018 hal ini
menunjukkan adanya efisiensi dalam penggunaan anggaran tahun 2018.
1.10. Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 96,30% atau sebanyak
Rp.9.420.100.590,- dari alokasi yang tersedia Rp.9.781.754.000,-. Realisasi
tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan puskesmas bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kesehatan.
No KEGIATAN ALOKASI REALISASI SP2D SISA
ALOKASI CAPAI
AN
501 Kecamatan dengan Puskesmas yang Siap di Akreditasi
9.781.754.000 9.420.100.590 361.653.410 96,30%
1 051 Dukungan Komisi Akreditasi FKTP 3.682.654.000 3.443.252.450 239.401.550 42,14%
2 052 Peningkatan Kemampuan Bagi Tenaga Kesehatan sebagai Surveior Akreditasi FKTP
4.607.880.000 4.527.579.026 80.300.974 91,36%
3 053 Peningkatan Kemapuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Audit Internal dan Tinjauan Manajmeen di FKTP
972.680.000 945.340.287 27.339.713 85,48%
4 054 Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko di FKTP
518.540.000 503.928.827 14.611.173 98,84%
505 Kabupaten/Kota yang Siap Akreditasi Fasilitas Kesehatan Primer
1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25%
1 052 Review Standar dan Instrumen Akreditasi FKTP Tahun 2015
502.660.000 387.044.253 115.615.747 77,00%
2 053 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Keselamatan Pasien di FKTP
1.052.800.000 907.882.438 144.917.562 86,24%
* Sumber data Omspan
27
A.2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit.Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi
Akreditasi Nasional
Definisi Operasional
RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang telah
memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 atau
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1, baik lulus perdana, dasar,
madya, utama atau paripurna sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.1. Cara Perhitungan
Cara perhitungan capaian indikator ini adalah dengan menjumlahkan Kabupaten/Kota
yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara
pengukuran hasil adalah dengan menghitung jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki
RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional berdasarkan data RSUD terakreditasi dari
KARS atau melalui website KARS.Untuk Kabupaten/Kota dengan lebih dari 1 RSUD
terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota.
2.2. Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target
a. Penyusunan Regulasi di BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.
b. Pembinaan di BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.
2.3. Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
a. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi Internasional (JCI) pada Rumah Sakit
Pemerintahdi9 rumah sakit yaitu :
1. RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar (Lulus JCI)
2. RSUP dr. Kariadi Semarang (Lulus JCI)
3. RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado (Lulus JCI)
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.
Permenkes No. 34 tahun 2017
28
4. RSUP H. Adam Malik Medan (Lulus JCI 8 Januari 2019)
5. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (persiapan triennial survei JCI)
6. RSUP Persahabatan Jakarta (persiapan survei JCI)
7. RSUD dr. Soetomo Surabaya (Lulus JCI)
8. RSUD dr. AW Sjahranie Samarinda (persiapan survei JCI)
9. RSUDZainoel Abidin Banda Aceh (persiapan survei JCI)
b. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi Nasional pada RS Pemerintah
bersama tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan RS yang sudah
terakreditasi Paripurna dan JCI pada 42 RSPemerintah yang terdiri dari 27 RSUD, 2
RS Jiwa, 1 RS Kusta dan 12 RS TNI/POLRI.
c. Melakukan Workshop Peningkatan Kapasitas SDM Dinkes sebagai Tim Pendamping
Akreditasi RS untuk Regional Barat, Tengah dan Timur dengan masing-masing 40
peserta.
d. Melakukan Workshop Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Wilayah Barat
sebanyak 31 orang dari 15 RS, Wilayah Tengah sebanyak40 orang dari 20 RS dan
Wilayah Timur dengan 34 orang dari 17 RS.
e. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Pelaksanaan Akreditasi RS di 3
Wilayah, yaitu Wilayah Barat sebanyak 37 RS, Wilayah Tengah sebanyak 48 RS dan
Wilayah Timur sebanyak 35 RS. Output kegiatan ini adalah pernyataan komitmen RS
untuk terakreditasi pada tahun 2018 dan diketahui Dinas Kesehatan Kab/Kota.
f. Melakukan pendampingan evaluasi dalam persiapan akreditasi di beberapa RS.
g. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dengan mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan rujukan dengan unit kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan, KARS, PERSI, ARSADA, Kemenhan, Pusat
Kesehatan TNI, Pusat Kedokteran dan Kesehatan POLRI, RS UPT vertikal
Kementerian Kesehatan dan RS lain yang sudah terakreditasi nasional dan
internasional.
h. Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik akreditasi rumah sakit tahun
2018 sebesar Rp 50.521.890.000,- untuk 84 RS untuk melaksanakan workshop,
bimbingan, survei simulasi dan survei akreditasi.
i. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk Workshop Standar Nasional Akreditasi
Rumah Skait (SNARS) edisi 1 tahun 2018 sebesar Rp 3.508.580.000,- untuk 17
Dinas KesehatanPropinsi.
29
j. Penyusunan regulasi di bidang mutu pelayanan rumah sakit antara lain:
1. Pengukuran Mutu Pelayanan di RS dengan menyusun Indikator Mutu di
Pelayanan Kesehatan Rujukan, serta telah dilakukan uji coba di beberapa rumah
sakit sehingga didapatkan 12 indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang bersifat wajib dan akan ditetapkan sebagai indikator mutu nasional.
2. Pedoman Penyelenggaraan Komite Mutu di Rumah Sakit, yang akan digunakan
sebagai acuan bagi RS dalam penyelenggaraan Komite Mutu, baik bentuk
organisasi, tugas dan fungsi serta pembinaan dan pengawasan, sehingga RS
dapat melaksanakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara
berkesinambungan (continuous quality improvement).
3. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Mutu Pelayanan di Rumah Sakit, yang akan
digunakan sebagai acuan bagi Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota maupun RS dalam melaksanakan monitoring dan
evaluasi pelayanan di RS.
Peserta Monev Percepatan Pelaksanaan Akreditasi RS Wilayah Tengah foto
bersamaDirjen Yankes.
30
Penyerahan Sertifikat Akreditasi Internasional JCI di RSUD dr. Soetomo Surabaya
Dirjen Yankes memberikan arahan pada acara Workhsop Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk Wilayah Timur di Balikpapan.
2.4. Pencapaian Kinerja
Upaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai target kinerja jumlah Kabupaten/Kota
yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional pada tahun 2015-2018
adalah sebagaimana tabel di bawah ini :
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94
50 (53,2
%)
190
201 (105,8
%)
287
331 (115,3%)
434
440 (101,4%)
481
Tabel :Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Pada tahun 2018, pencapaian indikator sebanyak 440 kabupaten/kota yang memiliki
minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari
laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember 2018. Analisis pencapaian
tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian tahun 2018 sebanyak 440 kab/kota apabila dibandingkan dengan target
tahun 2018 (434 kab/kota), maka persentase capaiannya sebesar 101,4%.
2. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2017 (331 kab/kota), maka pencapaian
tahun 2018 meningkat sebesar 133%.
3. Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah (481 kab/kota), maka telah
mencapai 91,5%,namun masih perlu upaya yang keras untuk mencapainya.
31
Grafik Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi Tahun 2018 .Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
Berdasarkan tabel di atas, maka pada tahun 2018terdapat628 RSUD yang telah
terakreditasi di 440Kab/Kota. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu 210 RS
lulus perdana (33,4%), 23 RS lulus dasar (3,7%), 53 RS lulus madya (8,4%), 69 RS
lulus utama (11%) dan 273 RS lulus paripurna (43,5%). Adapun proporsi tingkat
kelulusan akreditasi dapat dilihat dalam grafik 3.4 berikut ini:
Grafik : Tingkat Kelulusan Akreditasi 628 RSUD Tahun 2018 Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
32
Pada tahun 2018 di Indonesia terdapat 1.970 rumah sakit baik milik pemerintah
maupun swastayang sudah terakreditasi nasional versi 2012 atau SNARS Edisi 1, yang
terdiri dari 1224 RS Pemerintah (62%) dan 746 RS swasta (38%). Adapun proporsi
tingkat kelulusan dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Grafik. Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia Tahun 2018
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2018
2.5. Peluang
Pencapaian kinerja pada tahun 2018 tercapai yaitu 440 Kab/Kota memiliki minimal 1
RSUD tersertifikasi akreditasi nasional. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya
peluang implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional, di mana RS yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
harus memenuhi syarat antara lain terakreditasi paling lambat akhir tahun 2018.
Di samping itu, terdapat informasi KARS bahwa survei akreditasi program khusus
paling lambat tahun 2018, sehingga hal ini merupakan peluang bagi RS untuk dapat
terakreditasi.Survei akreditasi program khusus adalah survei akreditasi yang dapat
diikuti oleh RS kelas C atau kelas D dengan jumlah tempat tidur kurang dari 120 dan
tidak ada pelayanan subspesialis. Adapun standar yang dinilai adalah 4 dari 16 standar
dalam SNARS edisi 1 yaitu Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI), Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS), serta Hak Pasien
dan Keluarga (HPK).
Ditetapkannya Surat Edaran Ketua Eksekutif KARS Nomor 3674/SE/KARS/XI/2018
tentang Persyaratan Mutlak untuk Akreditasi RS merupakan peluang bagi RS untuk
menyelesaikan Izin Pengelolaan Air Limbah (IPAL) atau Izin Pembuangan Limbah Cair
(IPLC) dalam waktu paling lambat satu tahun setelah survei akreditasi RS.
33
2.6. Permasalahan
Faktor Anggaran
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang mendukung
pelaksanaan akreditasi RSUD di wilayah kerjanya.
Keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di Pemerintah Daerah.
Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat
kesehatan, sehingga belum mendukung persiapan akreditasi RS.
Faktor Waktu
Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang
lama, mulai dari pelatihan atau workshop sampai survei akreditasi agar dapat
mengimplementasikan standar akreditasi dengan baik. Namun banyak RS yang
mempersiapkan akreditasi dalam waktu kurang dari satu tahun, sehingga persiapan
survei menjadi kurang optimal.
Pelaksanaan persiapan akreditasi yang menunggu pencairan anggaran
menyebabkan penumpukan jadwal workshop dan bimbingan pada Triwulan II-IV,
sedangkan survei simulasi dan survei akreditasi pada akhir tahun, sedangkan
jumlah SDM pembimbing atau surveior terbatas, maka RS masuk dalam daftar
tunggu untuk difasilitasi narasumber atau surveior dari KARS. Hal ini juga dapat
disebabkan oleh batas waktu penggunaan anggaran hingga akhir tahun 2018.
2.7. SUMBER DAYA MANUSIA
Komitmen pemerintah daerah yang masih kurang di beberapa daerah, sehingga
belum mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi antara lainpenunjukan
direktur rumah sakit yang bukan tenaga medis, sehingga struktur organisasi RS
tidak sesuai dengan UU Nomor 44 tahun 2009 dan Perpres Nomor 77 tahun 2015
tentang Organisasi Rumah Sakit.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak terlibat aktif
dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi kebutuhan
pegawai sesuai dengan kelas RS.
Kurangnya kesadaranpimpinan dan staf RS tentang budaya kerja dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan mutu
pelayanan sesuai dengan standar akreditasi.
Pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi yang masih kurang,
misalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI), SasaranKeselamatan Pasien (SKP), Peningkatan Mutu dan
34
Keselamatan Pasien (PMKP), Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
(PKPO), Keselamatan danKesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan standar
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga tidak dapat berperan
optimal dalam akreditasi.
Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam persiapan akreditasi belum
cukup untuk mendorong dinkes dalam menjalankan fungsi pembinaan dan
pengawasan sesuai Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi RS.
2.8. Sarana dan Prasarana
Masih banyak RS yang akan diakreditasi namun belum memiliki sarana, prasarana
dan alat kesehatan sesuai dengan standar misalnya RS belum memiliki IPAL/IPLC
yang menjadi persyaratan mutlak bagi akreditasi RS.
Dampak bencana dan kondisi keamanan di daerah sehingga berpengaruh terhadap
kondisi sarana, prasarana dan alat kesehatan maupun operasional RS.
2.9. Upaya Pemecahan Masalah
Anggaran
1) Menyediakan alokasi DAK Non Fisik akreditasi RS pada tahun 2018.
2) Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk menyediakan dana akreditasi
rumah sakit bersumber APBD atau BLUD.
3) Melakukan advokasi kepada RS agar berkoordinasi dengan Dinas Keuangan Daerah
sehingga pencairan DAK Nonfisik dapat dilaksanakan lebih awal.
Waktu
1) Melakukan advokasi kepada RS agar melakukan persiapan akreditasi lebih awal
sehingga RS dapat memahami dan mengimplementasikan SNARS edisi 1 dengan
baik.
2) Melakukan koordinasi dengan KARS untuk memfasilitasi survei akreditasi RS sesuai
jadwal yang diusulkan Kementerian Kesehatan berdasar pernyataan komitmen
akreditasi RS.
3) Melakukan advokasi kepada RS untuk mengutamakan jadwal survei akreditasi
daripada survei simulasi karena penumpukan jadwal survei dan keterbatasan jumlah
surveior di akhir tahun.
4) Melakukan himbauan kepada RS UPT Vertikal Kementerian Kesehatan agar
mendukung penugasan staf oleh KARS sebagai surveior akreditasi RS.
35
SDM
1) Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah dan RS agar melaksanakan
percepatan akreditasi dan pemenuhan syarat mutlak akreditasi RS sesuai Surat
Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/VI/2953/2018 tanggal 25 Juni
2018 tentang Proses Percepatan Akreditasi RS.
2) Melakukan advokasi kepada RS untuk melakukan pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan sesuai dengan kelas RS melalui BKD, kerja sama dengan RS terdekat
atau Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) Kementerian Kesehatan.
3) Melakukan advokasi kepada RS untuk menyusun anggaran pelatihan SDM sesuai
Standar Nasional Akreditasi RS.
4) Melakukan advokasi kepada RS agar tidak melakukan mutasi pegawai yang telah
mengikuti pelatihan untuk mendukung akreditasi RS.
5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk meningkatkan budaya mutu
dan keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
6) Berkoordinasi dengan RS yang telah terakreditasi paripurna dan/atau internasional
JCI sebagai tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan bimbingan kepada
RS yang membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes.
7) Peningkatan kapasitas SDM Dinas KesehatanPropinsi sebagai Tim Pendamping
Akreditasi RS sehingga dapat menjalankan fungsi dalam persiapan dan pembinaan
akreditasi RS.
2.10. Sarana dan prasarana
1. Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2018 untuk RSUD dalam pemenuhan sarana,
prasarana dan alat kesehatan sesuai standar kelas RS.
2. Berkoordinasi dengan KARS agar izin IPAL bukan sebagai syarat mutlak survei
akreditasi RS karena sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara elektronik
belum berjalan dengan baik.
3. Melakukan advokasi kepada RS yang mengalami dampak bencana dan kondisi
keamanan agar dapat melaksanakan persiapan akreditasi seoptimal mungkin pasca
tanggap darurat atau situasi kondusif.
2.11. Efisiensi Sumber Daya
a. Menugaskan tim pendamping akreditasi yang berasal dari daerah atau provinsi yang
sama, sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih rendah (efisien).
b. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan pelatihan surveior internal
RS sehingga dapat berperan dalam persiapan akreditasi RS.
36
c. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan workshop SNARS dengan
anggaran Corporate Social Responbility (CSR) KARS untuk memfasilitasi persiapan
akreditasi RS terutama di Provinsi Papua.
d. RSUD yang sudah siap melaksanakan survei akreditasi tidak harus melalui semua
tahap akreditasi (workshop, bimbingan, survei simulasi) terlebih dahulu sehingga
anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien.
e. Alokasi anggaran tahun 2018 ditargetkan untuk mencapai 434 kab/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi
target yang ditetapkan (440 kab/kota). Hal ini menunjukkan adanya efektivitas dalam
peningkatan capaian kinerja tahun 2018.
Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 89,99% atau
sebanyakRp.7.276.861.829,- dari pagu alokasi sebesar Rp. 8.086.645Realisasi
tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan Rumah Sakit bekerja.
Table Realisasi Anggaran DIPA Subdit Mutu dan Akreditasi Yankes Rujukan TA.2018.
No KEGIATAN ALOKASI REALISASI
SP2D SISA
ALOKASI CAP
AIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
502 Kabupaten/Kota dengan Rumah Sakit yang Siap di Akreditasi
8.086.645.000 7.276.861.829 809.783.171 89,99
%
1 051 Pendampingan Akreditasi Internasional pada RS Pemerintah Rujukan Nasional
1.703.641.000 1.329.529.424 374.111.576 42,14
%
2 052 Pendampingan Akreditasi Nasional pada RS Pemerintah
1.718.920.000 1.531.696.000 187.224.000 91,36
%
3 054
Peningkatan Kapasitas Pokja Akreditasi Rumah Sakit menjadi Tenaga Pendamping Akreditasi RS
1.059.475.000 1.035.503.272 23.971.728 85,48
%
4 055 Peningkatan Kapasitas SDM Dinas Kesehatan sebagai Tim Pendamping Akreditasi RS
1.102.613.000 1.099.276.992 3.336.008 98,84
%
5 056 Lokakarya Manajemen Resiko dalam Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di RS
2.501.996.000 2.280.856.141 221.139.859 98,84
%
506 NSPK Standar Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit
878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79
%
1 051 Penyusunan NSPK Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit
878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79
%
* Sumber data Omspan
37
A.3.Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh
Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di Akreditasi
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar
mutu Pemantapan Mutu Eksternal.
Dasar pertimbangan :
1. Permenkes 411 tahun 2010 tentang laboratorium klinik yang
mengamanahkan kewajiban bagi laboratorium klinik mandiri untuk
diakreditasi
2. Jumlah laboratorium kesehatan (labkes) mandiri sebanyak 1.216
laboratorium sedangkan laboratorium yang terintegrasi dengan
fasyankes lainnya seperti rumah sakit, puskesmas, UTD dan klinik
diperkirakan 14.000
3. Tidak semua kabupaten memiliki laboratorium kesehatan yang mandiri,
penyebaran terkonsentrasi di daerah perkotaan
4. Jika tetap menggunakan satuan kabupaten/kota maka capaian indikator
khusus untuk point (1) akreditasi tersebut samapai akhir tahun hanya
sekitar 50%, sedangkan jika dirubah menjadi satuan fasilitasi kesehatan
lain maka capaian 100 % dalam e-monev Bappenas triwulan IV
5. Agar lebih tetap dalam mengukur kinerja dan dapat mencapai jumlah
indikator yang telah ditetapkan.
Grafik 1. DistribusiJumlah laboratorium kesehatan daerah/Laboratorium Klinik (LK) Pemerintah dan LK Swasta berdasarkanProvinsi
71
7 6 60
93
63
82
26
36
6
29
4 48 6 4 5 6
1 26
1
92 2 1 1 0 0
5
39
126 6
1118
38
12
58
220
168
108
16
152
2026
912 11
2
29
2 41
13
1 2 1 06
2
0
50
100
150
200
250
LK PEMERINTAH LK SWASTA
J
JUMLAH LK. PEMERINTAH: 217
JUMLAH LK.SWASTA: 983
TOTAL: 1200
38
Grafik 2: Distribusi Laboratorium Klinik Pemerintah dan Swasta yang terakreditasi KALK dan distribusi kebutuhan reakreditasi sampai tahun 2020
2% 3%
95%
LK. PEMERINTAH
LK. SWASTA
LAB YANG BELUM TERAKREDITASI
12%
88%
PROPORSI LK. PEMERINTAH
TERAKREDITASI KALK
TERAKTREDITASI
TIDAK TERAKREDITASI
4%
96%
PROPORSI LK. SWASTA TERAKREDITASI KALK
TERAKREDITASI
TIDAK TERAKREDITASI
5%
95%
KEBUTUHAN REAKREDITASI SAMPAI TAHUN 2020
REAKREDITASI BELUM TERAKREDITASI
Peta Jalan Akreditasi Laboratoriun Kesehatan
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan akreditasi
sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi
tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada 1.206 laboratorium kesehatan mandiri yang
tersebar di 321 kabupaten/kota. Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes
nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai
salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan
diberlakukan pada tahun 2021. Sampai dengan tahun 2017, ada 120laboratorium
kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34 kabupaten/kota.Dengan
demikian masih ada 1.086laboratorium kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi
yang tersebar di 480kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan tersebut
diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 – 2020).
Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu
disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium kesehatan tahun 2017-2020 yang dibagi
dalam 4 tahapan. Penentuan target per tahun (tahun 2017 – 2020) kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base
line data laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan target pertahun
telah tercantum dalam Renaksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -
2020, yaitu :
39
(1) Tahun 2016 sudah tercapai 25laboratorium kesehatan
(2) Tahun 2017 ditargetkan : 100 laboratorium kesehatan
(3) Tahun 2018 ditargetkan : 200 laboratorium kesehatan
(4) Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan
(5) Tahun 2020 ditargetkan :..... laboratorium kesehatan
Tahap pelaksanaan
a. Tahun 2017
1) Target pada tahun ini adalah 75laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 100 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2018
1) Target pada tahun ini adalah 100laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi
Peta Jalan Akreditasi Laboratoriun Kesehatan
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan akreditasi
sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi
tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada 1.206 laboratorium kesehatan mandiri yang
tersebar di 321 kabupaten/kota. Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes
nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai
salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan
diberlakukan pada tahun 2021. Sampai dengan tahun 2017, ada 120laboratorium
kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34 kabupaten/kota.Dengan
demikian masih ada 1.086laboratorium kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi
yang tersebar di 480kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan tersebut
diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 – 2020).
Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu
disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium kesehatan tahun 2017-2020 yang dibagi
dalam 4 tahapan. Penentuan target per tahun (tahun 2017 – 2020) kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base
line data laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan target pertahun
telah tercantum dalam Renaksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -
2020, yaitu :
1) Tahun 2016 sudah tercapai 25laboratorium kesehatan
2) Tahun 2017 ditargetkan : 100 laboratorium kesehatan
3) Tahun 2018 ditargetkan : 200 laboratorium kesehatan
4) Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan
40
Tahap pelaksanaan
a. Tahun 2017
1) Target pada tahun ini adalah 75laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 100 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2018
1) Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi
3.1. Rencana Aksi yang di Lakukan untuk Mencapai Target
a. Penyusunan Regulasi di BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan.
b. Pembinaan di BidangMutudanAkreditasiPelayananKesehatan dalam bentuk:
- Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi dan pendampingan
akreditasi Labkes
- Pelaksanaan Bimtek
c. Pelaksanaan Monev terkait mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan
d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
3.2. Upaya yang dilaksanakan
A. Norma Standar Pedoman dan Kriteria (NSPK)
o Revisi Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
o Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kemampuan Teknis
Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan
o Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kemapuan Teknis
Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan
o Penetapan Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/400/2016
tentang Balai Besar Laboratorium Kesehatan sebagai penyelenggara
PME tingkat Nasional
B. Bimtek/ Monev
a. Bimbingan Teknis Penguatan Akreditasi Laboratorium Kesehatan
b. Pertemuan Evaluasi Penyelenggaraan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Laboratorium dan Pelayanan Darah
c. Pemetaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Lainnya di Fasilitas Kesehatan
d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan melalui kegiatan :
- Rapat kerja komite akreditasi laboratorium kesehatan
- Workshop akreditasi laboratorium kesehatan
41
C. Pelatihan
Peningkatan kemampuan teknis surveior akreditasi laboratorium kesehatan
3.3. Pencapaian Kinerja
Indikator 2017 2018 2019
T R T R T
Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Lain yang siap diakreditasi
100 109
(109%) 200
(100) 203
(103)
Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal (PME tingkat nasional)
100 147
(147%) 200 274
3.4. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator adalah:
a. Faktor dana
Pembiayaan akreditasi laboratorium kesehatan belum masuk dalam menu
dana DAK Non Fisik, sehingga dinas kesehatan Kab/kota harus
menganggarkan sendiri untuk akreditasi laboratorium kesehatan melalui
APBD
b. Faktor SDM
Tenaga Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan yang aktif masih
kurang(hanya 18 surveior)
Kinerja Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK) belum optimal
Kekurangan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
Belum semua anggota Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK)
bekerja optimal
c. Faktor Sarana
Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual lewat
surat atau email dan belum berbasis web
Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi pada tahun
2016 masih manual
Belum adanya kantor sekretariat, sarana dan prasarana untuk Komisi
Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
42
3.5. Usul/saran Pemecahan Masalah
a. Dana
Mengusulkan pembiayaan Akreditasi Laboratorium Kesehatan dalam
menu dana DAK Non Fisik
b. SDM
Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
Mengadakan dukungan tehadap Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK) melalui workshop Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
Mengusulkan pengadaan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi
Laboratorium Kesehatan(KALK)
c. Sarana
Pengadaan ruang sekretariat Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
Pengadaan sarana dan prasarana untuk Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
d. Penyusunan NSPK
Penyusunan Pedoman Akreditasi Klinik Utama
Penyusunan Pedoman Akreditasi Pelayanan Darah
3.6. Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar Rp.5.845.997.737,-atau
92,60% sebanyak dari alokasi yang tersedia Rp.6.312.855.000 ,-
Realisasi tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan kepada Balai Besai
Laboratorium Kesehatan (BBLK) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kesehatan.
43
No KEGIATAN ALOKASI REALISASI
SP2D SISA
ALOKASI CAPAI
AN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
503 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Siap di Akreditasi
4.091.177.000 3.689.795.740 401.381.260 90,19%
1 051 Dukungan Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan
1.639.195.000 1.445.518.558 193.676.442 88,18%
2 052 Penyusunan NSPK Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lain
1.213.815.000 1.168.550.000 45.265.000 96,27%
3 053
Peningkatan Kemampuan Teknis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Melakukan Survei pada Akreditasi Laboratorium Kesehatan
887.067.000 819.820.267 67.246.733 92,42%
4 055 Monitoring dan Evaluasi Akreditasi Laboratorium
351.100.000 255.906.915 95.193.085 72,89%
504
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal
2.221.678.000 2.156.201.997 65.476.003 97,05%
1 051 Penyusunan NSPK Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lain
1.339.102.000 1.329.788.100 9.313.900 99,30%
2 053 Bimbingan Teknis Pelaksanaan Mutu Laboratorium Kesehatan
280.966.000 227.919.597 53.046.403 81,12%
3 055 Pertemuan Evaluasi Pemantapan Mutu Eksternal Labkes Tahun 2017
227.004.000 226.212.800 791.200 99,65%
4 056 Lokakarya Sinkronisasi Program Peningkatan Mutu Labkes dengan Program Dinkes Prov Kab/Kota
374.606.000 372.281.500 2.324.500 99,38%
44
A.4.Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh
Subag.Tata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes.
Subag.Tata Usaha sebagai fasilitator dan pendukung kegiatan pada Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.Tahun 2018, Sub Bagian Tata Usaha
melaksakan sebanyak 4 kegiatan antara lain adalah :
1. Menyusun Perencanaan dan Anggaran
2. Melaksanakan pembinaan Internal
3. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Internal
4. Dukungan Internal Lainnya.
4.1. Kondisi yang dicapai :
Sosialisasi tentang Tata Naskah Persuratan melalui e-Office satu pintu
Bagian Kepegawaian dan Umum Setditjen Pelayanan Kesehatan
Penataan Arsip Pegawai berdasarakan kode penomoran surat.
Penata SIMAK BMN melaui aplikasi SIMAK DAN SIMAN
Penata ruangan kerja dan penghijauan.
4.2. Permasalahan :
Ruang Penyimpanan arsip pegawai belum maksimal
Penataan dan pembagian alat pengolah data BMN
Belum adanya pedoman pasti mengenai proses pengajuan Hibah BMN, baik
BMN asal kantor pusat maupun dropping.
Belum ada BAST barang BMN dropiing.
4.3. Realisasi Anggaran.
Realisasi kegiatan ada Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Total alokasi anggaran sebesar Rp.8.006.694.000,-,
dimana capaian realisasi dari masing-masing kegiatan dapat dilihat pada table
sebagai berikut :
No KEGIATAN ALOKASI
REALISASI SP2D
SISA ALOKASI
CAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.561.502.219 445.191.781 94,44%
1 051 Perencanaan dan Anggaran Internal
298.882.000 286.833.217 12.048.783 95,97%
2 052 Pembinaan Internal 2.642.786.000 2.221.527.566 421.258.434 84,06%
3 053 Monittoring dan Evaluasi Internal 172.239.000 170.743.600 1.495.400 99,13%
4 055 Dukungan Internal Lainnya 4.892.787.000 4.882.397.836 10.389.164 99,79%
45
B. REALISASI ANGGARAN
Pada tahun 2018 alokasi sumber dana dipergunakan dari DIPA Kantor Pusat Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rp. 34.622.078.000,-. Adapun realisasi program
kegiatan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN
ALOKASI
REALISASI SISA
ALOKASI PERSENTASI
VOL SETELAH EFISIENSI
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
34.622.078.000 31.764.539.599 2.857.538.401 91,75
%
501 Kecamatan dengan Puskesmas yang Siap di Akreditasi
9.781.754.000 9.386.280.211 395.473.789 95,96
% KECAMATAN
502 Kabupaten/Kota dengan Rumah Sakit yang Siap di Akreditasi
8.086.645.000 7.231.461.726 855.183.274 89,42
% KAB/KOTA
503 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Siap di Akreditasi
4.091.177.000 3.564.878.240 526.298.760 87,14
% FASYANKES
504 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal
2.221.678.000 2.150.001.997 71.676.003 96,77
% FASYANKES
505 Kabupaten/Kota yang Siap Akreditasi Fasilitas Kesehatan Primer
1.555.460.000 1.294.926.691 260.533.309 83,25
% KAB/KOTA
506 NSPK Standar Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit
878.670.000 630.840.676 247.829.324 71,79
% DOK
951 Layanan Internal (Overhead) 8.006.694.000 7.506.150.058 500.543.942 93,75
% LAYANAN
C. SUMBER DAYA LAINNYA
Jumlah Pegawai pada Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan per 31
Desember 2018 sebanyak orang, dengan latar pendidikan perincian sebagai
berikut:
46
DAFTAR PEGAWAI
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
NAMA JENIS KELAMIN
NIP JABATAN PANGKAT GOL.
1. Drg. Farichah Hanum,M.Kes P 196406041989102001 Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Pembina Tk.I IV/b
BAGIAN TATA USAHA
1. Dra. Akas Yekti Angembani
P 196412101994032002
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Penata Tk.I III/d
2. Rosna Yusuf, S.Sos P 196209191984012001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
3. I.G.A.P Aditya Mahendra, ST L 197707202000031001 Pengelola BMN Penata Tk.I III/d
4. Aning Herawati Ningsih, S.Sos P 196602131990032001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
5. Sri Dwi Budiarti, S.IP, MM P 196905111991032001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
6. Sudarnyoto, SE L 196309271984011001 Arsiparis Pemula Penata III/c
7. Marlina Napitupulu
P 196205201982032002 Pengadministrasi Umum
Penata Muda Tk.I
III/b
8. Angraitorini Kusumo Wardani, S.Kom
P 198106062006042001 Perencana
Penata Muda Tk.I
III/b
9. Mugi Lestari, A.Md P
Pengolahan Data Penata III/c
10. Sari Wijiyastuti, Amd P 197801012010122001 Arsiparis Pemula Pengatur Tk.I II/d
11. Surya A. Kusuma, S.Kom L Honorer
12. Nurhaini Fibiyanti, SE P Honorer
13. Andry Maulana,SE L Honorer
14. Ruswanda L Honorer
15. Marimun L Honorer
16. Dede Hendaya L Honorer
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
1. dr. K.M. Taufik, MMR L
196709181993022001 Kepala Subdit Mutu & Akreditasi Yankes Primer
Pembina IV/a
2. dr. Dewi Irawati, MKM P
198103162008012017 Kepala Seksi Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer
Penata Tk.I III/d
3. Siti Romlah, SKM., MKM P
196912291990032006 Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Primer
Penata Muda Tk.I
III/d
4. Ida Ayu Citarasmi, S.SiT P
196009021987032001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
5. Indi Susanti, SKM P
197910142003122003 Administrator Kesehatan Penata III/c
6. dr. Ernawati Atmanintyas P
198507042010122003 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
7. Kanisius Maturbongs, SKM L
197011021993031006 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
8. Rury Purwandani, SP P
198306162006042002 Administrator Kesehatan Penata III/c
9. dr. Mugi lestari P
198105302010012011 Administrator Kesehatan Penata III/c
10 Ira Irianti, SKM P
1976100220032001 Administrator Kesehatan Penata III/c
11. Meily Arovi Qulsum, SKM
P 198105062003122005 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
12. Emma Aprilia, SKM
P 198204262011042006 Administrator Kesehatan
Penata Muda Tk.I
III/b
13. Tanti Oktriani, S.Kep P
197610261996032001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
47
14 Drs. Supriyadi L
196306241984031001 Pengelola BMN Penata Muda
Tk.I III/b
15 Hani Anggoro S.S.P.Si P
197701012003122003 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
16. Ikbal Januar, Amd
L Honorer
17. Ikrar
L Honorer
18. Hadi Nugroho, SE
L Honorer
19. Roy Artama Saragih
L Honorer
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1 dr. B. Eka Anoegrahi Wahjoeni, M.Kes
P 196106111988022001
Kasubdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
Pembina Tk.I IV/b
2 dr. Andi Arjuna Sakti, SH., MPH
L 196602282002121002
Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pembina IV/a
3 dr. Desriana Elizabeth Ginting
P 197012012002122002
Kasi Subdit Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pembina IV/a
4 dr. Amy Rahmadanty P 197908062009122001 Administrator Kesehatan Penata III/c
5 dr. Yosephine Ayu Savitri P 196101031989112001 Administrator Kesehatan Pembina Tk.I IV/b
6 dr. Lisbet Mery Tambunan, MPH
P 197104212006042007 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
7 Drs. Emil Novyadi, M.Kes L 196311181989031002 Administrator Kesehatan Pembina IV/a
8 dr. Polii Heintje L 197203112005011001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
9 dr. ARIEF WAHYU PRAPTIWI, MKM
P 197608152006042002 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
10
drg. TIARNY GUSMIANA SIANTURI, MARS
P
196708042000122001 Administrator Kesehatan
Pembina
IV/a
11 dr. TRI WAHYU KUSUMAWATI, MARS
P 197306142008012009 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
12 Elita Sinaga
L 196909041991032001 Pengolah Data
Penata Muda Tk.I
III/b
13 Donni Simangunsong S.Kom
L 197602052006041003 Perencana
Penata Muda Tk.I
III/b
14 Wati Mekarsari, Amd.OT P 197607282010122001 Administrator Kesehatan Pengatur Tk.I II/d
15 Helly Ockavaini SKM
p 197910132006042002 Pengolah Data
Penata Muda Tk.I
III/b
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA
1. Dr. Kamal Amiruddin,MARS
L 197110162005011002
Kasubdit Mutu dan Akreditasi Yankes Lainnya
Pembina Iva
2. Dini Rahmadian Dewi Rahayu, S.Kp., MHSM
P 196711041993032002
Kasi Subdit Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
Pembina IV/a
3. dr. Bertha Pasaribu
P 197305042005012001 Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Lainnya
Penata Tk.I III/d
4. Ratu Intang Manyereang, S.ST.FT, SKM, MKM
P 197011251993032001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
5. dr. Femmy Iravanti
P 197602072007012001 Administrator Kesehatan Penata III/c
6. dr. Indri Sari P
198104162008122000 Administrator Kesehatan
Penata III/c
7. drg. Frita Wiraswati
P 198106232010012013 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
48
8. drg. Irfan Arifin, M.Kes L
196504111992031009 Administrator Kesehatan Pembina IV/a
9. Hartanti Sri Andini, S.Sos, MM P
196604181990032003 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
10 Iin Musriani Maftukhah, SKM P
198602222010122001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
11.
Siti Rahayu, SKP
P 197110151999032001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
12.
Esty Wahyuningsih, S.Kep
P 197908052010122002 Administrator Kesehatan Penata Muda III/a
13.
Rusnani, S.Sos., MAB
P 196212281994032001 Penata Laporan Keuangan Penata
Akreditasi
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai
pelaksanaan akuntabilitas kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan serta
sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan kepada Ditjen Pelayanan Kesehatan.
Pencapaian pada tahun 2018 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-
kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan
hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta
alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup besar, maka
pada tahun 2018 Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan harus melakukan
teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar ketertinggalan dan mempercepat
pencapaian target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang
baik dan pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN : 1. Perjanjian Kinerja Eselon II Dit.Mutu & Akreditasi Yankes TA 2018
2. Renja K/L Tahun 2018
3. Renaksi Dit.Mutu Dan Akreditasi Yankes
4. Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2016-2019
5. Data Capaian Indikator per Triwulan
6. Data Kecamatan Dengan Minimal 1 Puskesmas yang sudah terakreditasi
7. Data Kab/Kota dengan Minimal 1 RSUD yang sudah terakreditasi
49