Post on 12-Mar-2019
LAPORAN AKHIR
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
i
KATA PENGANTAR
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai institusi penghasil
dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, senantiasa berupaya
untuk terus melakukan terobosan-terobosan perakitan teknologi pertanian spesifik
lokasi melalui kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi yang mampu menjawab
tantangan yang sedang dan akan dihadapi di Provinsi Aceh. BPTP Aceh sebagai unit
pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian bertanggung jawab kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP), di Bogor.
Dalam tahun anggaran 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Aceh telah melaksanakan berbagai kegiatan diseminasi hasil penelitian sebagai
dukungan bagi pencapaian sasaran pembangunan pertanian, Laporan ini menyajikan
berbagai ringkasan informasi mengenai hasil kegiatan pengkajian/penelitian,
organisasi, kerjasama dan diseminasi yang dilaksanakan dalam tahun anggaran 2017.
Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
diucapkan terima kasih, saran-saran untuk perbaikan pembuatan laporan di masa
mendatang sangat diharapkan, semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
memerlukan.
Banda Aceh, Desember 2017 Kepala BPTP Aceh,
Ir. Basri AB, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v I.PENDAHULUAN 1
II. PROGRAM PENGKAJIAN DANDISEMINASI 2.1. Visi dan Misi 2.2. Tujuan 2.3. Sasaran
3 3 3 3
III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGKAJIAN DAN DISEMINASI 3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh 3.1.1. Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si 3.1.2. Kajian Model Desa Pertanian Organik Berbasis Padi-Ternak Di
Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Elviwirda, M.Si 3.1.3. Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Pasang
Surut di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab Idawanni, SP., M.Si 3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan
Berbasis Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar Mirza
3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab:
Nazariah, SP, M.Si 3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan Di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab M. Amin, SP.
3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si
3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya
3.1.9. Pemberdayaan Kelembagaan Penyuluh Kecamatan (KPK)
Penyuluh dan Petani. Penanggung Jawab: Ir. Nani Yunizar 3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni Yusriani, S.Pt, M.P)
4 4 4
9
13
16
19
22
25
27
31
33
iii
3.1.11 Diseminasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Peternakan Berbasis Sapi Potong. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P)
3.1.12 Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan
Pendekatan Sistem Dinamik di Kabupaten Nagan Raya Aceh. Penanggung Jawab: Firdaus, SP., M.Si
3.1.13 Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman
Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai). Penanggung Jawab: Cut Nina Herlina, SPi., M.Si
3.1.14 Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Indeks
Pertanaman Padi (Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Provinsi Aceh. Penanggung jawab: Muhammad Ismail, S.P, M.Si
3.1.15 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. T. Iskandar,
M.Si 3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai
Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Basri A. Bakar, M.Si
3.1.17 Kajian Kelayakan Teknis Ekonomis Sosial dan Kelembagaan
Teknologi Instore Dryer Bawang Merah di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Nurbaiti, M.Si
3.1.18 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi
Aceh. Penanggung Jawab: Ir. M. Ferizal, M.Sc 3.1.19 Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.
Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya
3.1.20 Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ahmad Adriani, SP
3.1.21 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Lokal Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si
35
38
41
44
46
52
55
57
59
62
65
IV. ORGANISASI DAN KERAGAAN SDM
4.1. Sumber Daya Manusia
4.2. Keuangan
4.3. Fasilitas
69 69 72 75
iv
V. KERJASAMA DAN DISEMINASI 5.1. Kerjasama 5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang 5.3. Diseminasi/AVA 5.4. Perpustakaan 5.5. Jaringan Informasi 5.6. Laboratorium
80 81 81 81 83 86 87
PENUTUP
89
DAFTAR PUSTAKA 90
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan 70
Tabel 2. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang 70 Tabel 3. Distribusi Jumlah PNS menurut Pendidikan dan Unit Kerja 70 Tabel 4. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Usia dan Jenis Kelamin 71 Tabel 5. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Pendidikan dan Usia 71 Tabel 6. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh 72 Tabel 7. Rincian Pagu dan realisasi Menurut Jenis Kegiatan 73 Tabel 8. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan 74 Tabel 9. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah 76
Tabel 10. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan 76
Tabel 11. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja
77
Tabel 12. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja 78 Tabel 13. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Keja 79 Tabel 14. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan 83 Tabel 15. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan 84 Tabel 16. Infrastruktur Perpustakaan 84 Tabel 17. Perkembangan Database Digital 85 Tabel 18. Koleksi perpustakaan 85 Tabel 19. Jumlah pengunjung perpustakaan 86
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh 69
Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2017 77 Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Kimia Tanah di BPTP Aceh 88
1
II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
Kedaulatan pangan (food-sovegrenity) merupakan sasaran yang harus dicapai
untuk program pertanian sampai dengan tahun 2045 yang dideklarasikan Indonesia
sebagai lumbung pangan dunia. Untuk mencapai visi tersebut tentunya dilaksanakan
(program) dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang
berlandaskan: keunggulan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian Republik Indonesia
merupakan ujung tombak pemerintah untuk meningkatkan pembangunan sistem pertanian
modern.
Dalam 9 program utama (Nawacita) pada sistem pemerintahan Indonesia, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai bagian integral dari sistem pertanian
bangsa ini, memiliki tugas dan fungsi melakukan pengkajian, penyuluhan dan diseminasi
(Litkajibangluh), yang memiliki arti penting bila dilakukan melalui proses yang terencana
dengan baik, dan outputnya dapat memberikan manfaat lebih kepada pihak
sasaran/pengguna secara terukur. Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek penting yang
merupakan titik kritis yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diembankan kepada BPTP Aceh. Ketiga aspek penting yang menjadi pokok
perhatian pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian, yaitu proses perencanaan,
pelaksanaan pengkajian dan diseminasi serta pemanfaatan output dari pengkajian dan
diseminasi oleh pengguna teknologi tersebut.
Identifikasi teknologi yang dibutuhkan pelaku sistem pertanian di Provinsi Aceh
menjadi sangat penting untuk dapat meningkatkan efektivitas sistem pertanian, melalui
peningkatan produktivitas berbagai sistem usahatani berbasis komoditas unggulan dan
zona agroekosistem, selain itu juga melakukan upaya efisiensi dalam sistem pertanian
tersebut melalui optimalisasi sistem alat dan mesin pertanian (alsintan) agar pendapatan
petani dapat ditingkatkan. Contoh nyata adalah aplikasi sistem pertanaman jajar legowo
super 2:1, yang salah satu komponen teknologinya adalah penggunaan alsintan pada saat
panen dengan combine harvester dan penanaman dengan rice transplanter.
Usahatani tersebut harus dikelola secara modern (precision farming), dengan tetap
memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang ada pada masing-masing daerah.
Seiring dengan tuntutan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh yang semakin kompleks,
maka untuk mengatasi hal tersebut BPTP Aceh yang merupakan lembaga pengkajian dan
2
diseminasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan terus
menyediakan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan
agroekosistem di Provinsi Aceh.
Pada tahun 2017, BPTP Aceh juga mendapat mandat tambahan berupa bagian dari
pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi komoditas padi,
jagung dan kedelai (Pajale) serta komoditas strategis lainnya, seperti bawang merah,
cabai, tebu dan sapi. Penanggung jawab utama kegiatan ini adalah Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Secara kedaerahan, BPTP Aceh menjadi
penanggung jawab Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues,
Aceh Singkil, Subussalam dan Simelue. Khusus untuk komoditas sapi, nama program
adalah Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB). BPTP Aceh menjadi penanggung jawab untuk
Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tamiang dan Gayo Lues.
Dari sisi anggaran, pada tahun 2017 setelah melalui beberapa kali revisi anggaran
(refocusing), BPTP Aceh mendapatkan anggaran Rp. 17.733.814.000 yang terdiri dari
belanja operasional, belanja non operasional dan belanja modal. Akhir Juli 2017, melalui
mekanisme APBN-P, BPTP Aceh mendapatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan
perbenihan sub sektor perkebunan, yaitu pada komoditas kelapa dalam dan kopi arabika,
sedangkan untuk hortikultura pepaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pentingnya peran BPTP Aceh
dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan teknologi terapan
yang bersifat spesifik lokasi pada suatu Zona Farming System dan sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi petani atau pelaku lainnya, seperti pedagang pengepul dan pelaku bisnis
berbasis komoditi pertanian; (2) keterkaitan antara para peneliti-penyuluh-petani dalam
proses percepatan dan penerapan teknologi spesifik lokasi; (3) keterkaitan program BPTP
Aceh dengan program pemerintah daerah Provinsi Aceh dalam pembangunan pertanian;
(4) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seluruh sumberdaya manusia lingkup
BPTP Aceh. Laporan tahunan ini merupakan hasil ringkasan pengkajian dan diseminasi dari
sisi fungsionalitas serta keragaan organisasi BPTP Aceh Tahun Anggaran (TA) 2017.
Laporan ini juga dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja BPTP Aceh dalam menjalankan
tugas dan fungsinya pada TA. 2017.
3
IIII.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGKKAAJJIIAANN,, DDIISSEEMMIINNAASSII DDAANN PPEENNYYUULLUUHHAANN
22..11.. VViissii ddaann MMiissii
Pelaksanaan kegiatan penelitian/pengkajian dan desiminasi oleh BPTP Aceh tahun 2014 –
2019 disesuaikan dengan rencana operasional, visi dan misi BPTP. Visi BPTP Aceh adalah
“Menjadi Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Terkemuka di Dunia Dalam
Mewujudkan Sistem Pertanian Bio-Industri Tropika Berkelanjutan” Adapun misi yang
diemban adalah:
1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing
mendukung pertanian bio-industri.
2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific
recognition dan impact recognition.
22..22.. TTuujjuuaann
11.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnffoorrmmaassii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii mmeellaalluuii kkeeggiiaattaann
ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..
22.. MMeenniinnggkkaattkkaann ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann mmaatteerrii
ppeennyyuulluuhhaann..
33.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann kkeeggiiaattaann
ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..
44.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa BBPPTTPP
AAcceehh..
22..33.. SSaassaarraann
11.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnoovvaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii yyaanngg sseessuuaaii
ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..
22.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann mmaatteerrii
ppeennyyuulluuhhaann yyaanngg sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..
33.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann
kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..
44.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa BBPPTTPP
AAcceehh..
4
IIIIII.. PPEELLAAKKSSAANNAAAANN KKEEGGIIAATTAANN PPEENNGGKKAAJJIIAANN DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melakukan berberapa kegiatan
melalui pendanaan yang dibiayai oleh DIPA Tahun Anggaran (TA) 2017. Pada TA 2017,
secara umum BPTP Aceh melaksanakan kegiatan berbasis penyediaan benih sumber
(UPBS) padi, jagung, kedelai untuk label putih dan biru, benih sebar komoditas padi,
jagung, kedelai untuk label unggu. Pendampingan Kawasan Peternakan berbasis Sapi
potong, kawasan berbasis tanaman pangan (padi, jagung dan kdelai) serta sub sektor
hortikultura yaitu pada komoditas cabai merah, bawang merah, pengembangan bioindustri
berbasis integrasi integrasi kopi dan sapi, inventarisasi sumbedaya genetik (SDG),
beberapa kegiatan diseminasi, penyuluhan dan penyebaran informasi teknologi pertanian
dalam bentuk media cetak dan elektronik. Kegiatan utama lainnya yang dilaksanakan oleh
BPTP Aceh tahun 2017, adalah pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota
Jantho dan pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) komoditas padi, jagung, kedelai serta
komoditas strategis lainnya.
3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh
3.1.1. Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si
Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan strategis sebagai bahan pangan, pakan, dan
bahan baku industri. Produksi jagung terus meningkat setiap tahun 5.6 % seiring dengan
meningkatnya produktivitas dan luas penanaman jagung, namun produksi dalam negeri
ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang meningkat 6.4% per
tahun. Secara umum, jagung ditanam pada lingkungan yang beragam yaitu berdasarkan
agroekologi, kesuburan tanah, ketersediaan pengairan/sumber air, musim tanam, dan
kemampuan modal petani. Keragaman yang sangat besar tersebut mengakibatkan
terjadinya keragaman produktivitas jagung.
Namun pada umumnya petani masih banyak yang berusahatani secara
konvensional (tradisional), belum maksimalnya penerapan pemupukan berimbang serta
pengaturan jarak tanam yang belum optimal. Peningkatan produktivitas jagung terus
dilakukan dengan upaya-upaya penerapan teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi.
Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah
penggunaan varietas unggul, rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam
(sistem jajar legowo) dengan pendekatan PTT.
5
Dalam budidaya jagung komponen teknologi penggunaan varietas unggul,
rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Pemilihan varietas unggul yang akan ditanam harus mempertimbangkan
aspek tanah dan iklim (lingkungan), minat petani, potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit
dan kekeringan serta berumur genjah. Varietas unggul mempunyai peran besar dalam
upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi memberikan hasil tinggi, tahan
terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan ternak (tebon) tinggi yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Dengan berkembangnya jagung hibrida dan komposit, petani cenderung
menggunakan pupuk urea lebih banyak dari yang direkomendasi. Karena itu sudah
selayaknya jumlah pupuk yang digunakan oleh para petani harus berdasarkan jumlah
pupuk yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil sesuai potensi hasil varietas yang
digunakan. Varietas dengan potensi hasil yang rendah (berumur genjah) kebutuhan
pupuknya akan lebih sedikit dibanding dengan jenis hibrida ataupun bersari bebas dengan
potensi hasil 6 yang tinggi. Dengan demikian diperlukan uji tanah baik ditinjau dari kondisi
fisik (physical properties) dan dari segi kesuburan kimia (chemical properties). Demikian
pula penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung sudah perlu mendapatkan
perhatian, dan biomas tanaman jagungpun dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak bagi
petani yang memelihara ternak.
Tujuan
- Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering suboptimal di Provinsi Aceh.
- Mengkaji beberapa paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang
optimal pada lahan kering dan spesifik lokasi.
- Rekomendasi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang adaptif spesifik lokasi dan
berkelanjutan.
- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering
suboptimal di Provinsi Aceh
Keluaran
- Meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui penerapan teknologi VUB jagung di
lahan kering di Propinsi Aceh.
- Meningkatnya produksi dan produktivitas Jagung di lahan kering spesifik lokasi serta
berkelanjutan.
- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota spesifik lokasi
dan berkelanjutan.
6
- Data usahatani budidaya VUB jagung dengan penerapan teknologi pada lahan kering
suboptimal di Propinsi Aceh .
Metodologi
Pendekatan (Kerangka Pemikiran)
Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan
antara peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani, kelompok tani serta melibatkan instansi
terkait yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Utara, BPP Kecamatan serta
lembaga desa lainnya.
Pengkajian ini dilaksanakan pada lahan milik petani di Kabupaten Aceh Utara
dengan luas ± 7 ha yang dimulai dari bulan Maret hingga Desember 2017.Metode
pengkajian menggunakan rancangan split plot design dan RAK faktorial. Teknologi yang
diintroduksikan meliputi : penggunaan VUB jagung, jarak tanam, penggunaan bahan
organik (sampah kota), pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah,
pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang Pertanian 2007).
Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan split plot design, varietas merupakan
petak utama/main plot sedangkan 2 (dua) paket pemupukan sebagai anak petak. Varietas
yang digunakan yaitu :
V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga
V2 = Bima 19 V6 = Pioner
V3 = Bima 20 V7 = Bisi
V4 = Lamuru
Sedangkan 2 (dua) paket pemupukan yang akan digunakan yaitu :
P1 = rekomendasi pemupukan petani setempat
P2 = rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah (PUTK)
Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali.
7
Hasil
Kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh diawali
dengan melakukan koordinasi dan survey calon lokasi kegiatan dan calon petani
kooperator yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Koordinasi dilakukan dengan dinas terkait
dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Aceh Utara. Dari hasil survey lokasi di
beberapa kecamatan sentra penanaman jagung, ditetapkan Desa Tanjong Keumala,
Kecamatan Sawang sebagai lokasi kegiatan dan kelompok tani Bungong Tanjong sebagai
kelompok tani pelaksana kegiatan ini.
Gambar 1. Lahan tempat pelaksanaan kegiatan
Keragaan Agronomis
Pertumbuhan vegetatif berpengaruh sangat penting untuk perkembangan pada
fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang optimal akan mendorong pertumbuhan
generatif yang optimal sehingga akan diperoleh hasil yang tinggi. Pengamatan tinggi
tanaman merupakan salah satu parameter utama untuk mengetahui tingkat adaptasi suatu
varietas pada suatu agroekosistem.
8
Tabel 1. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola
Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi VUB Jagung Hibrida Di
Lahan Kering Provinsi Aceh
VARIETAS
POLA PETANI POLA INTRODUKSI
Tinggi Tanaman
(cm)
Diameter Tongkol
(cm)
Tinggi/Jarak Tongkol (cm)
Tinggi Tanaman
(cm)
Diameter Tongkol
(cm)
Tinggi/Jarak Tongkol
(cm)
BIMA 15 169.2a 2.8b 119.0b 200.3b 3.3a 130.0a
BIMA 19 177.6c 2.9b 120.0b 201.3b 3.4a 135.0b
BIMA 20 185.8d 3.1c 121.0b 215.2c 3.6b 139.0c
LAMURU 173.4b 2.2a 119.7b 202.8b 3.1a 138.3c
SUKMARAGA 173.4b 2.2a 112.3a 202.8b 3.0a 138.1c
PIONER 165.3a 2.3a 113.0a 180.0a 3.0a 137.0c
BISI 167.0a 2.2a 118.5b 189.8b 3.0a 133.5a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).
Komponen Hasil
Pada pengamatan bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol kupasan pada
pola introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata, dimana
hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.
VARIETAS
POLA PETANI
Tongkol + Klobot (Gr)
Tongkol Kupasan (Gr)
Pipilan Kering (Gr) 1000 Butir (Gr) Hasil (Ton/Ha)
BIMA 15 272.1d 250.1c 112.2a 47.7a 4.4a
BIMA 19 281.3e 259.3c 120.2b 49.5a 4.8a
BIMA 20 326.8f 304.8d 129.2c 50.7a 5.1b
LAMURU 229.5c 207.5b 114.7a 49.5a 4.5a
SUKMARAGA 217.5a 195.5a 115.2a 50.1a 4.6a
PIONER 221.2b 199.2a 118.9b 49.8a 4.7a
BISI 280.6e 258.6c 120.0b 48.2a 4.8a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05)
9
POLA INTRODUKSI
Tongkol + Klobot (Gr)
Tongkol Kupasan (Gr) Pipilan Kering (Gr) 1000 Butir (Gr) Hasil (Ton/Ha)
399.1d 377.1c 138.2a 57.7a 5.5a
402.4e 380.4c 146.2b 59.5a 5.8a
469.7f 447.7d 155.2c 65.7c 6.2b
349.5c 327.4b 140.7a 55.5a 5.6a
277.5a 255.5a 141.2a 55.4a 5.6a
261.5a 239.5a 144.9b 54.8a 5.7a
300.0b 278.0a 146.0b 52.9a 5.8
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji
T 0,05).
KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh pada kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Lahan Kering di
Provinsi Aceh menunjukkan bahwa:
- Penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi dalam perbaikan budidaya jagung
hibrida dan komposit di lahan kering dapat meningkatkan produksi jagung hibrida dan
komposit. Varietas Bima 20 menunjukkan produksi paling tinggi (6,2 ton/ha).
- Penambahan bahan organik dalam bentuk kompos limbah sampah kota 10 ton/ha serta
pengolahan tanah minimun dapat meningkatkan produksi jagung hibrida Bima 15 yaitu
4.9 ton/ha.
3.1.2. Kajian Model Desa Pertanian Organik Berbasis Padi-Ternak Di Provinsi
Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Elviwirda, M.Si
Latar Belakang
Pertanian organik merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kembali daya dukung lahan pada satu kawasan. Menurut FAO (2002),
pertanian organik adalah sebagai sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan
dan mengembangkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus biologi dan aktivitas biologi
tanah. Pertanian organik menekankan pada meminimalkan input eksternal seperti
menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis.
Pertanian organik pada dasarnya adalah manifestasi dari pembangunan pertanian
berkelanjutan melalui inovasi-inovasi teknologi yang relevan dari Balitbangtan. Jika dilihat
dari aspek inovasi, sudah banyak invensi-invensi dari lembaga-lembaga pencetak teknologi
10
mengenai pembangunan pertanian berkelanjutan, akan tetapi yang masih kurang adalah
pengembangan pertanian organik berbasis kawasan.
Melihat berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan perhatian khusus
terhadap bagaimana mengelola lahan dengan baik. Sedangkan untuk membangun sebuah
pertanian yang berkonsep pertanian organik membutuhkan waktu yang panjang,
mengingat pencemaran terhadap tanah dan air telah terjadi dalam waktu yang sangat
panjang. Salah satu pendekatan yang dapat diimplementasikan dan sangat relevan untuk
dilaksanakan dalam sistem pertanian organik yang berkelanjutan di provinsi Aceh yaitu
pertanian organik berbasis padi-ternak.
Disisi lain pertanian organik berbasis padi-ternak lebih menekankan pada sumber
daya alam lokal yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan, menggunakan teknologi
lokal dan sederhana serta sedapat mungkin mengurangi input eksternal. Dengan
demikian, penerapan pertanian organik akan memangkas biaya produksi, sehingga petani
organik memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatannya.
Selain itu hal terpenting dalam menciptakan pertanian organik harus
memperhatikan semua aspek yang ada di suatu desa (kawasan) seperti kondisi tanah,
lahan, dan air serta sosial masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep membangun pertanian
organik adalah menjaga keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi melalui penerapan
inovasi teknologi.
Tujuan
1. Mengkaji pengelolaan lahan sawah ramah lingkungan secara partisipatif berbasis padi-
ternak spesifik lokasi.
2. Mengkaji model pertanian organik berbasis padi-ternak spesifik lokasi.
Keluaran
1. Adanya pengelolaan lahan sawah ramah lingkungan secara partisipatif berbasis padi-
ternak spesifik lokasi.
2. Adanya model pertanian organik berbasis padi-ternak spesifik lokasi.
Metodelogi
Pengkajian model desa pertanian organik berbasis padi-ternak, dilaksanakan
secara partisipatif, melibatkan stakeholders dan peran aktif kelompoktani. Guna
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan, perlu melakukan kegiatan observasi lapangan dan
11
dilanjutkan dengan melaksanakan survey guna memahami kondisi awal lokasi kegiatan,
serta melakukan pendekatan before dan after, yaitu membandingkan kondisi antara
sebelum dan setelah kegiatan pengkajian dilakukan. Kegiatan pengkajian akan
dilaksanakan mulai bulan Pebruari hingga Desember 2017. Lokasi kegiatan berada di desa
Lampakuk kecamatan Kuta Cot Glie kabupaten Aceh Besar.
Metode Analisis
Melakukan perbandingan antara model padi organik dengan padi semi organik dan
anorganik, dimana;
Model
Perlakuan Pupuk
Kompos
Jerami (Ton/Ha)
Pupuk
Organik Padat (Ton/Ha)
Pupuk
Organik Cair (ml/Ha)
NPK
(kg/Ha)
Urea
(Kg/Ha)
Padi Organik 3 5 210 - -
PadiSemi Organik 3 5 210 - 100
Padi an Organik - - - 200 200
Untuk mengetahui besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani padi
digunakan “Analisa biaya dan pendapatan” dengan rumus menurut (Bishop dan Toussaint,
1979), yaitu : NR = TR-TC, TR = Tp x P dan TC = FC + VC, dimana:
NR = Net Revenue atau pendapatan bersih
TR = Total Revenue atau pendapatan kotor
TC = Total Cost atau total biaya yang dikeluarkan
Tp = Total Produksi
P = Tingkat Harga,
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap
VC = Variable Cost atau Biaya Variabel
12
Hasil
Analisis Tanah
Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengkajian
Parameter Sebelum Pengkajian*
Sesudah Pengkajian**
Padi Semi Organik Padi Organik
pH H2O C-organik (%)
N total (%) P Bray (ppm)
K Morgan (ppm)
6,45 1,49
0,17 1,05
3,04
6,44 2,03
0,38 1,35
5,78
6,24 1,95
0,38 2,15
6,03
Sumber :Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (*) dan Universitas Syiah Kuala (**)
Tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah malai per rumpun, gabah isi
per malai, persentase gabah hampa per malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah
kering panen
Keragaan Komponen Hasil Padi Organik Padi Semi Organik t Hitung Hasil
Tinggi Tanaman (cm) 92,71 103,8 -3,706 S
Jumlah Anakan Maksimum 19,78 23,79 -3,927 S
Jumlah Malai Perumpun 17,18 21,73 -5,608 S
Gabah Isi per Malai 84,76 109,84 -7,375 S
Bobot 1000 biji (gr) 27,07 29,91 -1,672 NS
Hasil Gabah Kering Panen (ton/ha)
7,28 8,779 -8,951 S
t tabel 5% =2,101 S =berbeda nyata NS =Berbeda tidak nyata
Dokumentasi
13
Kesimpulan
1. Penggunaan pupuk organik padat dan cair dapat meningkatkan C-Organik,
Ketersediaan Nitrogen (N), Posfat (P) dan Kalium (K) tanah.
2. Bobot 1000 biji dan hasil gabah kering panen antara padi organik dengan padi non
organik berbeda tidak nyata.
3. Penerapan model padi organik pada tahun pertama belum menghasikan produktivitas
padi yang optimal.
4. Usahatani padi organik di desa Lampakuk kecamatan Kuta
3.1.3. Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Pasang Surut di
Provinsi Aceh. Penanggung Jawab Idawanni, SP., M.Si
Latar Belakang
Provinsi Aceh mempunyai luas lahan pasang surut 491 ha dan luas lahan rawa
lebak 8.015 ha. Dengan luasan tersebut padi rawa diharapkan dapat menyumbangkan
produksi padi yang lumayan besar untuk Provinsi Aceh (BPS, 2011). Pemanfaatan lahan
rawa merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan produksi padi melalui
penambahan luas areal tanaman. Pada kondisi lahan tersebut terdapat berbagai kendala
fisik yang akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan tingkat produktivitas padi.
Kendala-kendala tersebut antara lain lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan
mengandung besi (Fe) yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan
unsur hara, serta lahan yang selalu tergenang air merupakan permasalahan utama.
Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau
bahkan tidak menghasilkan. Oleh karena itu tanaman padi yang akan dibudidayakan pada
kondisi lahan tersebut harus memiliki sifat toleran terhadap permasalahan tersebut. untuk
mengatasinya, diantaranya adalah dengan menanam varietas yang toleran dan pemupukan
untuk meningkatkan keseimbangan unsur hara.
Tujuan
1. Meningkatkan produktivitas padi di dilahan pasang surut di Provinsi Aceh
2. Menghasilkan paket rekomendasi teknologi budidaya padi lahan pasang surut
Keluaran
1. Meningkatnya produktivitas padi di dilahan pasang surut di Provinsi Aceh
2. Paket rekomendasi teknologi budidaya padi lahan pasang surut
14
Metodologi
Pengelolaan komoditas padi rawa di suatu wilayah dapat berbeda dengan di
wilayah lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi. Langkah pertama dalam
mengembangkan suatu model yaitu: (1) mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2)
mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3)
mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4)
mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial
budaya petani (Kartaatmadja dan Fagi, 2000).
Metodologi yang digunakan berupa petak tanam demontrasi plot menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi yang diterapkan adalah
teknologi anjuran budidaya padi lahan rawa. Varietas padi lahan rawa yang digunakan
terdiri dari 7 (tujuh ) varietas unggul yaitu, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 8 Inpara 9, Inpari 34
dan Inpari 35.
Tabel 1.Teknologi anjuran budidaya padi rawa lahan pasang surut kegiatan peningkatan
produktivitas padi di lahan pasang surut di Provinsi Aceh
Komponen budidaya Pilihan Komponen Teknologi
Varietas - Inpara 2, Inpara 3,Inpara 8, Inpara 9, Inpari 34, Inpari 35
Benih bermutu - Berlebel biru, Uji daya Kecambah
Jumlah benih - Semai, 25 kg/ha
Umur Pindah - 15 hari setelah semai
Jumlah bibit/lubang - 3 batang/lubang
Sistem tanam - Jajar legowo 2 : 1 dan 3 : 1
Pengelolaan air - Secara efektif dan efisien
Pemupukan :
- Urea - SP-36
- KCL
NPK Phonska
- 200 kg/ha
- 50 kg/ha - 50 kg/ha
- 200 kg/ha
* Urea Diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam dan umur 25 serta 40 HST
15
Hasil
Keragaan Pertumbuhan Varietas Unggul Baru Padi Rawa Pasang Surut
Tabel 1. Tinggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Inpara pada Umur 3, 6, dan 9 Minggu
Setelah Tanam
No. Kode Varietas 3 MST 6 MST 9 MST
1. V1 Inpara 2 21.9 a 57.1 ab 98.6 b
2. V2 Inpara 3 15.4 ab 62.5 c 101.05 b
3. V3 Inpara 8 17.4 a 59.8 bc 100.5 b
4. V4 Inpara 9 23.5 c 58.8 bc 100.25 b
5. V5 Inpari 34 16.8 b 53.7 a 98.6 b
6. V6 Inpari 35 14.7 a 55.8 ab 94.2 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji Duncan 0,05).
Kesimpulan
1. Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi 5,29 ton/ ha diikuti Inpara 3 dengan hasil
5,1 ton/ha dan Inpari 35 4,85 ton/ha.
2. Dari keenam varietas yang dicobakan varietas Inpara 2, Inpara 3 dan Inpari 35 baik
untuk dikembangkan di lahan sawah pasang surut di Kabupaten Aceh Jaya.
3. Penerapan teknologi dengan menggunakan varietas unggul baru padi Inpara serta
pemberian pupuk yang sesuai rekomendasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas di lahan pasang surut.
Dokumentasi
16
3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan Berbasis
Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung Jawab: Dr. drh.
Iskandar Mirza
Latar Belakang
Kopi arabika merupakan salah satu komoditas unggulan daerah Aceh yang
memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
pendapatan petani. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting yang
mampu memberikan nilai tambah dan penerimaan devisa bagi Negara pada umumnya
maupun daerah sentra produksi utamanya yaitu Provinsi Aceh.
Kulit kopi merupakan limbah yang cukup melimpah, dikarenakan jumlahnya yang
mencapai 50- 60 % dari berat kopi yang dipanen. Kulit buah kopi (ExoCarp) merupakan
limbah agro industri tanaman kopi (coffea) yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pakan ternak, selama ini kulit kopi hanya dibiarkan disekitar pohon dan dibuat pupuk
organik. Kulit buah kopi segar memliki kandungan nutrisi : protein kasar 8,49, serat kasar
21,40, lemak 1,04, kalsium 0,21 dan phosphor 0,03. Kajian model pertanian bioindustri
berbasis tanaman – ternak diperkirakan akan dapat merubah pola usahatani komoditas
kopi maupun ternak sapi ke pola usahatani multikultur atau integrasi. Pola usahatani ini
diperkirakan dapat meningkatkan produksi kopi dan produksi daging sapi, juga
meningkatkan pendapatan petani dibandingkan sebelumnya. Selain itu pertanian
bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak yang ramah lingkungan, mengelola dan
memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati atau limbah organik pertanian
bagi kesejahteraan masyarakat.
Tujuan
1. Menghasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,
terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.
2. Memandirikan kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas
tanaman-ternak yang berkelanjutan
3. Mengembangkan/mereplikasi bioindustri berbasis tanaman-ternak oleh Pemerintah
Daerah pada agrosistem yang berbeda
Keluaran
1. Dihasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,
terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.
17
2. Mandirinya kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas
tanaman-ternak yang berkelanjutan.
3. Berkembangnya dan tereplikasikannya model pertanian bioindustri berbasis tanaman-
ternak oleh Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda.
Prosedur Pelaksanaan
1. Koordinasi antar pemangku kepentingan (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten,
Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Pemda Kabupaten dan BP3K Jagong Jeget ).
2. Sosialisasi kegiatan bioindustri berbasis kopi arabika
3. Penentuan calon lokasi dan petani kooperator
4. Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group Discussion (FGD) dan identifikasi
permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang mempunyai titik
ungkit tinggi.
5. Penelusuran literatur (desk study).
6. Penyusunan instrumen penggalian data primer.
7. Survei lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid Rural
Appraisal/RRA) untuk menggali informasi keragaan atau karakteristik usahatani.
8. Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di
Provinsi Aceh.
18
Hasil
Tabel 1. Beberapa Teknologi yang Dihasilkan dari Pembinaan Petani
No Teknologi yang dihasilkan
Bahan dan Alat Aktivator Fermentor
1 Pembuatan Garam
Mineral Blok
Garam dapur 7 kg
Semen 2 kg Ultra mineral sapi 1 kg
Cetakan 14 buah
- -
2 Bio-urine Urine 100 liter, MOL 5 liter, Sere ½ kg
Lengkuas ½ kg Kunyit ½ kg
Jahe ½ kg Rebung bambu muda 2 kg
Poly Tank
Pompa hisap (aerator) Talang air
Selang air Lem paralon
MOL -
MOL Pepaya, nenas, pisang, dan
buah-buahan lainnya Drum plastic, Pisau,
Blender, Tali karet Plastik hitam
Gula
merah
Air kelapa
dan air cucian beras
Pestisida nabati Sere 6 kg, Lengkuas 6 kg
Daun mimba, Sabun colek 10 gr, Air 20 liter, Drum
Blender atau lesung,
Pisau, Ember, Baskom Talenan
- -
Fermentasi kulit kopi
dengan ragur 100
Kulit kopi 1000 kg = 1 ton
Karung plastik hitam ukuran besar
Tali
Ragur 100
Pembuatan pupuk
organik padat
Kotoran sapi 1.000 kg
Urea 2 kg
SP36 4 kg Dolomit 10 kg
Kesimpulan
1. Sudah terbangunnya sistem integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi, dimana hasil
samping ternak dalam bentuk pupuk cair dan pupuk padat sudah diaplikasikan pada
tanaman kopi. Demikian juga dengan hasil samping kopi sudah diberikan pada ternak
sapi dalam bentuk silase pakan ternak.
2. Sudah dimanfaatkan hasil samping menjadi produk sekunder yang bernilai ekonomi.
3. Untuk menghasilkan rekomendasi model pengembangan bioindustri pertanian
berbasis kopi Arabika, diperlukan waktu selama 4-5 tahun.
19
Dokumentasi
3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab: Nazariah,
SP, M.Si
Latar Belakang
Dalam konteks percepatan adopsi, diseminasi bukan hanya menyebarluaskan
informasi inovasi, akan tetapi juga menjadi sarana untuk mendapatkan umpan balik bagi
perencanaan litkaji dan diseminasi teknologi dan informasi hasil litkaji, serta bahan
masukan bagi pengambil kebijakan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan
Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan
diseminasi (3-Si) diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan
memperluas pemanfaatan berbagai inovasi pertanian hasil litkaji oleh pengguna (pelaku
utama dan pelaku usaha sektor pertanian).
Penyebaran teknologi tidak hanya dilakukan pada satu metode diseminasi, tetapi
dilakukan secara multi chanel sehingga diharapkan inovasi teknologi hasil penelitian dan
pengkajian dilingkup Badan Litbang Pertanian dapat didistribusi secara tepat kepada
pengguna melalui berbagai media secara simultan dan terkoordinir. Untuk mempercepat
adopsi teknologi oleh pengguna, Badan Litbang Pertanian melakukan terobosan diseminasi
melalui model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas dengan
memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing pemangku kepentingan. Strategi tersebut Spectrum Diseminasi Multi
Channel (SDMC).
Tujuan
1. Memproduksi media cetak brosur, Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi,
poster, banner dan petunjuk teknis teknologi Litbangtan
20
2. Mempercepat proses penyebaran inovasi teknologi Litbangtan untuk diadopsi dan
diadaptasikan oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi
Aceh.
3. Menyebarluaskan inovasi teknologi Litbangtan melalui berbagai saluran diseminasi di
Provinsi Aceh.
Keluaran
1. Produksi media cetak brosur 500 eksemplar, Buletin Info Teknologi Pertanian sebanyak
500 eksemplar, Leaflet Serambi Pertanian satu judul 500 eksempar, poster 500
eksemplar.
2. Tersebarluaskannya inovasi teknologi Litbangtan dengan cepat untuk diadopsi dan
diadaptasikan oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi
Aceh.
3. Tersebarluaskannya inovasi teknologi Litbangtan melalui berbagai saluran diseminasi
di Provinsi Aceh
Prosedur Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi inovasi teknologi Litbangtan yang memenuhi syarat untuk
disebarluaskan di Provinsi Aceh
b. Merencanakan, mengolah dan merancang inovasi teknologi Litbangtan berdasarkan
saluran yang akan digunakan (media cetak, media elektronik, demplot, temu lapang
dan lain-lain yang relevan).
c. Pemilihan materi yang tepat untuk media cetak (buletin Info Teknologi Pertanian,
Leaflet Serambi Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis) serta media
elektronik yaitu materi paket teknologi untuk disiarkan ditelevisi lokal (audio visual).
d. Produksi Media Cetak (Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian,
Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis)
e. Produksi Media Elektronik (berita paket teknologi pada televisi lokal)
Hasil
Kegiatan Penyebaran Inovasi Teknologi Litbangtan di Provinsi Aceh tahun 2017
telah menghasilkan:
1. Buletin Info Teknologi Pertanian sebanyak 1000 eksemplar terbagi atas beberapa
rubrik, seperti; budidaya, hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang
mendukung pembangunan pertanian di Aceh.
21
2. Leaflet Serambi Pertanian 6 judul masing-masing 1000 eksemplar, judul: (1)
Pengembangan Rumput Gajah Sebagai Pakan Ternak, (2) Pestisida Nabati Cabai, (3)
Budidaya Rumput Raja (King Grass), (4) Budidaya Selada hydroponic, (5) Mengenal
varietas unggul padi gogo, Budidaya bawang merah dengan biji.
3. Brosur dua judul, yaitu; sistem tanam jajar legowo beroplah 620 eksemplar dan
budidaya bawang merah berjumlah 600 eksemplar.
4. Poster (kalender 2017) mengusung tema Jarwo Super yang berjumlah 686 eksemplar.
5. Informasi teknologi tepat guna yang dipublikasikan melalui media elektronik TV Lokal
Aceh (Aceh TV) adalah informasi; (1) empat varietas padi rekomendasi Litbangtan, (2)
Pembinaan Kelompok Wanita Tani dan (3) padi inpari 30.
6. Demontrasi plot berupa gelar teknologi budidaya jagung unggul Litbangtan, yaitu Bima
20 dan display budidaya tanaman padi menggunakan empat varietas yaitu; inpari 16,
inpari 30, inpari 32 dan mekongga.
Kesimpulan
1. Kegiatan Penyebaran Inovasi Teknologi Litbangtan di Provinsi Aceh tahun 2017 telah
memproduksi media cetak Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian,
brosur, poster dan demontrasi plot padi.
2. Leaflet Serambi Pertanian berjudul; Pngendalian penyakit antraknosa pada cabai
merah. Brosur dan Poster mengangkat judul Jarwo Super.
3. Buletin Info teknologi Pertanian berisikan berbagai macam informasi yang diharapkan
dapat berguna atau dimanfaatkan oleh pengguna untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan mereka. Bulletin ini terbagi atas beberapa rubrik, seperti; budidaya,
hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang mendukung pembangunan
pertanian di Aceh.
4. Penyebaran informasi teknologi Litbangtan yang dilakukan melalui demontrasi plot
berupa display Varietas Unggul Baru Inpari 16, 30, 32, Situ Patenggang, dilaksanakan
di Desa Geumpa Raya Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.
5. Demontrasi plot (demplot) tanaman padi dilakukan dalam rangka memperkenalkan
varietas Unggul Baru (VUB) kepada masyarakat sekaligus untuk memperkenalkan
teknologi kalender tanam terpadu (KATAM). Teknologi KATAM yang diaplikasikan
adalah sistem tanam dan pemupukan
22
Dokumentasi
3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan Di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab M. Amin, SP.
Latar Belakang
Pada tahun 2010, Balitbangtan telah mengembangkan Sistem Imformasi (SI) yang
menyediakan rekomendasi inovasi teknologi tanaman pangan hingga level Kecamatan yaitu
Sistem Imformasi Katam Terpadu, Dalam kaitan dengan pengembangan pola tanam
tanaman pangan, rekomendasi inovasi SI Katam Terpadu dapat di jadikan acuan bagi
pelaku usahatani tanaman pangan. Dalam acuan tersebut meliputi estimasi awal waktu
tanam ke depan berdasarkan prediksi iklim, rekomendasi varietas, benih, rekomendasi
pemupukan berimbang dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Penerapan
rekomendasi dalam SI Katam Terpadu diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian
target produksi utama komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai). Berdasarkan
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2017, sasaran produksi padi 78.132 ribu ton Gabah
Kering Giling (GKG), produksi jagung sebanyak 30.544 ton dan kedelai 1,2 juta ton (Ditjen
Tanaman Pangan).
Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan pola tanam tanaman pangan dapat
bersinergis dengan kegiatan pendampingan Kawasan Pendampingan Tanaman Pangan,
Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) tanaman pangan, atau kegiatan lain yang terkait
pengembangan komoditas tanaman pangan, sehingga hasilnya dapat memberikan
kontribusi dalam mendukung peningkatan produktifitas dan pendapatan petani tanaman
pangan.
23
Tujuan
1. Untuk memperluas penyebaran inovasi teknologi terkait pengembangan pola tanam
dan memperoleh rekomendasi teknologi pengembangan pola tanam yang spesifik
lokasi.
2. Untuk memperoleh gambaran pola tanam eksisting minimal 3 tahun terakhir pada
beberapa tipe agroekosistem.
3. Untuk memperoleh gambaran penerapan teknologi terkait pola tanam berdasarkan
rekomendasi SI Katam Terpadu.
Keluaran
1. Mendapatkan petunjuk pelaksanaan kegiatan optimalisasi kinerja pengembangan pola
tanam tanaman pangan yang dilaksanakan BPTP dalam rangka mendukung
peningkatan produksi tanaman pangan.
2. Memperoleh rekomendasi paket teknologi pola tanam spesifik lokasi berdasarkan
rekomendasi SI Katam Terpadu yang layak diterapkan secara teknis, social dan
ekonomi.
3. Mendapatkan data dan imformasi penerapan teknologi terkait pola tanam berdasarkan
rekomendasi SI Katam Terpadu pada beberapa tipe agroekosistem.
Prosedur Pelaksanaaan
Pelaksanaan kegiatan pengembangan pola tanam tanaman pangan dilakukan
dengan pendekatan lapang, sosialisasi, verifikasi maupun validasi yang berupa gelar
teknologi dalam rangka diseminasi teknologi pola tanam tanaman pangan yang
berdasarkan pada SI Katam Terpadu di Propinsi Aceh.
a. Diseminasi inovasi teknologi pertanian terkait pengembangan pola tanam dapat
dilakukan melalui penyusunan dan penyebaran materi penyebaran materi diseminasi
dengan menggunakan media tercetak maupun elektronik.
b. Identifikasi kondisi eksisting pola tanam diprioritaskan pada kabupaten lokasi
pengembangan kawasan pertanian komoditas tanaman pangan.
c. Teknologi pengembangan pola tanam, ujicoba teknologi disinergikan dengan kegiatan
pendampingan kawasan pertanian tanaman pangan.
d. Verifikasi rekomendasi teknologi tanaman pangan parameter berbasis luasan tingkat
Kecamatan untuk kesesuaian: (1) luas baku lahan, (2) waktu tanam, (3) varietas dan
rekomendasi pemupukan serta membandingkan yang digunakan petani.
24
Hasil
Gelar Teknologi
Pelaksanaan gelar teknologi Pengembangan Pola tanam Tanaman Pangan
dilakukan berdasarkan kalender tanam (Katam) terpadu dan sekaligus mensosialisasikan
Kalender Tanam Terpadu yang dilaksanakan di Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong
Kabupaten Aceh Besar. Beberapa teknologi yang diterapkan adalah :
a. Jadwal Tanam
Penanaman jatuh pada musim tanam Musim Kering (MK) 2017 yang berlaku pada
pertengahan April 2017 sampai dengan April 2018.Berdasarkan rekomendasi Kalender
Tanam untuk Kecamatan Lhoong, maka jadwal tanam tepat jatuh pada dasarian April I–II.
Berdasarkan hal tersebut, tetapi validasi jadwal tanam pada lahan demplot tidak dapat
dilakukan karena terjadi musim kemarau panjang, air aliran sungai yang merupakan
sumber air pada lokasi tersebut menjadi kering sehingga jadwal tanam bergeser ke
tanggal 22 bulan Mei 2017.
Penggunaan varietas varietas padi dalam kegiatan ini untuk menvalidasi katam
terpadu di Kecamatan Lhoong adalah Inpari 16 dan Inpari 30. Disekitar lahan padi
pergelaran teknologi seluas lebih kurang 1 Ha, petani menanam varietas mekongga dan
ciherang dan mekongga yang merupakan varietas eksisting daerah tersebut. Pemilihan
inpari 16 dan Inpari 30 berdasarkan kebijakan untuk memperkenalkan varietas padi yang
lebih unggul kepada pengguna, menyikapi kebijakan pembatasan pemakaian varietas
Ciherang dan mekongga yang selama ini digunakan petani Kecamatan Lhoong pada
khususnya.
b. Sistem Tanam
Penanaman dilakukan dengan sistim tanam 2 : 1, jumlah bibit 1-2 batang per
lubang tanam, dengan umur bibit 17 hari setelah semai. Dilakukan sistem Jarwo 2 : 1
karena ini merupakan teknologi sistim tanam padi yang terbaru dan sangat
menguntungkan dari segi peningkatan produksi padi.
Kesimpulan
1. Kegiatan diseminasi inovasi teknologi pengembangan pola tanam tanaman pangan
berdasarkan Sistem Imformasi (SI) Kalender Tanam Terpadu sangat penting diterapkan
kepada pengguna terutama pada daerah-daerah sentra produksi tanaman pangan
terutama padi dan khususnya dalam Provinsi Aceh.
25
2. Penerapan teknologi pengembangan pola tanam tanaman pangan merujuk pada Sistem
Informasi (SI) Kalender Tanam Terpadu yang merupakan acuan dalam pengelolaan
budidaya komoditas tanaman pangan untuk meningkatkan produktivitasnya.
3. Produktivitas padi yang telah diuji coba pada demplot gelar teknologi pengembangan
pola tanam tanaman pangan di Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh
Besar untuk varietas Inpari 30 mencapai 8 ton/ha, pada varietas Inpari 16 mencapai 7,5
ton/ha sedangkan perlakuan petani mencapai 5,9 ton/ha. Gelar teknologi ini dilakukan
pada penanaman tahap pertama.
4. Bentuk pola tanam pada gelar teknologi kegiatan pengembangan pola tanam tanaman
pangan di lokasi Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar yaitu Padi-
Padi-Bera, ini merupakan bentuk pola tanam spesifik lokasi setempat.
Dokumentasi
3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si
Latar Belakang
Pada sektor pertanian dan peternakan telah banyak dihasilkan paket maupun
komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke pasca panen oleh
Badan Litbang Pertanian. Namun sebagian besar dari teknologi yang dihasilkan tersebut,
ternyata hanya sebagian lapisan masyarakat tani yang merespon dan menerapkan
teknologi anjuran tersebut di lahan usahatani mereka.
Proses adopsi teknologi ini dapat terlaksana melalui penerapan teknologi secara
terfokus, sistematis, sinergi dan terintegrasi baik dari segi pembinaan maupun
pembiayaan. Salah satu kegiatan diseminasi yang dapat mengatasi masalah diatas yaitu
melalui kegiatan visitor plot yang dilaksanakan dilingkungan BPTP Aceh dan di KP. Gayo
serta KP. Paya Gajah.
26
Tujuan
- Melakukan optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.
- Menyediakan paket teknologi hasil-hasil Litkaji untuk pengguna teknologi di petak
percontohan.
Keluaran
- Adanya optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.
- Tersedianya paket teknologi hasil-hasil Litkaji kepada pengguna teknologi.
Prosedur Pelaksanaan
1. Penempatan komoditas dan lay out di lapangan sesuai dengan kaedah-kaedah
penelitian dan pengkajian.
2. Pengolahan lahan pada plot yang telah ditetapkan
3. Pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan
4. Pengumpulan data
5. Analisa data dan pelaporan
Hasil
- Tersedianya lima paket teknologi Budidaya (jagung, kacang tanah, kacang hijau,
sayuran dan cabai)
- Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada
masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi
teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan
teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.
Kesimpulan
Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada
masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi teknologi
sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi dari
peneliti dan penyuluh BPTP.
Dokumentasi
27
3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan
Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya
Latar Belakang
Berdasarkan geografis, salah satu wilayah yang memiliki perbatasan langsung
dengan negara lain adalah, Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal ini spesifik kepada
Kecamatan Pulo Aceh. Fakta menunjukkan bahwa selain merupakan etalase bangsa, hal
terpenting lainnya adalah faktor kemandirian pangan (localy food security). Hal ini
disebabkan oleh wilayah Kecamatan Pulo Aceh yang terditi dari beberapa pulau dapat
dikatakan terisolir, akibat dari keterbatasan sarana transportasi sehingga sangat
tergantung dari faktor cuaca. Sebagian besar ketersediaan pangan utama didatangkan dari
Banda Aceh, melalui transportasi laut. Jika terjadi iklim eskterm, seluruh kegiatan
transportasi otomatis dihentikan, sehingga sangat berpengaruh kepada sistem ketahanan
pangan di wilayah tersebut. Di lain pihak, kawasan Pulo Aceh memiliki potensi untuk
dikembangkan komoditas padi (tadah hujan), cabai merah, ternak (Sapi Aceh) dan
beberapa komoditas perkebunan seperti cengkeh dan lada.
Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh akan
melakukan kegiatan pendampingan dalam penyediaan teknologi spesifik lokasi berbasis
komoditas hortikultura (cabai) dan padi sawah tadah hujan serta penyediaan pakan ternak
berbasis jerami yang sesuai kebutuhan, selain itu, secara aktif memberikan rekomendasi
untuk pengambil keputusan melalui inisiatif pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada
pihak terkait sehingga mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah. Melalui
Pelaksanaan Program dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan diharapkan akan
terjadi peningkatan produktivitas komoditas padi sawah tadah hujan, cabai dan ternak
yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga kemandirian pangan lokal di
kawasan Pulau Aceh dapat tercapai.
Tujuan
1. Memberikan dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi sawah tadah hujan)
sesuai wilayah pembinaan/pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.
2. Menghasilkan paket rekomendasi inovasi teknologi pertanian tanaman pangan (padi
sawah tadah hujan) spesifik lokasi.
28
Keluaran
Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program dukungan
inovasi teknologi di daerah perbatasan di Propinsi Aceh, yaitu dengan peningkatan
produktivitas tanaman padi sawah tadah hujan dari 3-4 ton/ha menjadi 6 ton/ha dan
peningkatan IP dari 1 menjadi 1.5.
Prosedur Pelaksanaan
Konsep dan Strategi Pengembangan
Program pembangunan lumpangan pangan berorientasi ekspor-wilayah perbatasan,
dalam hal ini fokus kepada Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
pada dasarnya adalah suatu kegiatan usaha tani berbasis kawasan atau yang bersentuhan
langsung dengan berbagai aspek pada sektor pembangunan. Secara teknis pembangunan
wilayah perbatasan tidak hanya pada aspek teknis semata, misalnya peningkatan
produktivitas, pertambahan luas tanam dan luas panen, tetapi juga harus menyentuh
aspek sosial, ekonomi, budaya, regulasi serta arus politik yang ada. Secara khusus dapat
dikatakan bahwa masing-masing aspek tersebut satu sama lain saling beririsan. Terdapat 4
kata kunci dari program ini, yaitu “lumbung”, “pangan”, “ekspor” dan “perbatasan”. Dalam
konteks kewilayahan, yaitu Kecamatan Pulo Aceh dapat kita lihat seperti apa kesesuaian 4
kata kunci tersebut.
Konsepsi Pembangunan LPBE-WP Provinsi Aceh
Pada dasarnya pembangunan lumbung pangan wilayah perbatasan di Provinsi Aceh
adalah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi teknologi pertanian serta
mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah. Dalam konteks program ini,
lumbung pangan dapat dimaknai sebagai konsep swasembada pangan yang diperluas,
artinya bukan hanya pada aspek teknis, tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi,
budaya dan politik. Mengacu kepada grand-design LPBE-WP yang diterbitkan oleh
Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dapat disimplifikasi konsep
pembangunan lumbung pangan, spesifik Aceh (Gambar 1).
Hasil
Keragaan Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan
Kegiatan introduksi VUB padi yang cocok dengan kondisi agro-ekosistem yang
mendominasi Kecamatan Pulo Aceh, yaitu lahan sawah tadah hujan (rainfed lowland) telah
29
dapat dilaksanakan, walaupun masih berumur 50 hari setalah tanam (HST), karena proses
penanaman (planting) pada tanggal 20 Oktober 2017 (Gambar 19), sedangkan persemaian
pada 3 Oktober 2017. Dalam hal ini umur bibit yang ditanam adalah 17 hari, fakta ini telah
sesuai dengan petunjuk teknis sistem budidaya padi dengan kategori Varietas Unggul Baru
(VUB) yang diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian Padi (BB-Padi) Sukamandi. Dengan
menggunakan bibit yang relatif muda, tentunya proses adaptasi bibit lebih baik dengan
bibit yang relatif tua (>21 hari). Pengolahan lahan sawah yang digunakan sepenuhnya
dengan menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan), yaitu dengan traktor kapasitas
sedang 5-11 GT. Total lahan yang digunakan untuk pembuatan demplot adalah 3.5 ha,
yang terbagi menjadi 3 persil lahan. 1 persil diantaranya untuk demplot padi Gogo, karena
hampir seluruhnya lahan yang ada di Kecamatan Pulo Aceh adalah tadah hujan.
Gambar 1. Simplifikasi Konsep Pembangunan Lumbung Pangan
Pada pembuatan demplot padi sawah tadah hujan kegiatan pengembangan wilayah
perbatasan (LPBE-WP) di kecamatan Pulo Aceh, di-introduksi VUB Inpari 30, 32, 38, 39 dan
42 serta Inpago 8. Pemilihan VUB ini dikarenakan karakteristik dari Inpari 30 dan 32 yang
telah relatif dikenal dikalangan petani di Provinsi Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh
Besar. Selain itu VUB Inpari 32 memiliki performa yang mirip dengan Ciherang, yang
secara eksisting masih banyak digunakan oleh petani, termasuk juga di Kecamatan Pulo
Swasembada
Kondisi Eksisting:
• Lahan
• SDM
• Teknologi
• Budaya
Lingkungan Strategis: • Pertumbuhan ekonomi
• Perubahan iklim
• Kebijakan Pemda
• Pertumbuhan penduduk
Dukungan Sarana dan Prasarana Pertanian: Tan. Pangan,
Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan
Tata Kelola
Air
Jasa Alsintan Agro-input:
benih, pupuk
Revitalisasi
Penyuluhan
Inovasi Tek.
Pertanian
Implementasi Sistem
Kemandirian pangan wilayah dan perdagangan antar pulau
30
Aceh. Padahal Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan telah merekomendasikan untuk
mengganti varietas tersebut dengan VUB, karena secara teknis dan genetic sudah
mengalami degradasi mutu serta rentan terhadap serangan HPT, terutama Blast dan HDB.
Pada sisi yang lain, dalam penelitian ini di-introduksi juga VUB Inpari 38, 39 dan 42 yang
pada dasarnya berkategori VUB Ampibi, pengertian Ampibi didasarkan pada kemampuan
adaptasi dari VUB tersebut pada lahan dan iklim yang relatif kering. Pada konteks dengan
lahan, dapat juga dihubungkan dengan lahan sawah tadah hujan.
Kelambagaan Usahatani
Salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam keberhasilan program
pengembangan wilayah perbatasan (LPBE-WP) di Provinsi Aceh adalah kelembagaan yang
secara struktural memiliki tugas dan fungsi (tupoksi) pada bidang pertanian. Dal hal ini
diarahkan kepada lembaga seperti BPP, Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), dan dapat juga dihubungkan dengan Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang
merupakan struktur organik dari TNI AD. Lembaga terakhir ini dapat dimasukan karena
adanya perjanjian kerja antara Menteri Pertanian dengan Panglima TNI, tentang peran TNI
dalam membangun sektor pertanian. Selain lembaga tersebut, terdapat juga beberapa
lembaga yang secara struktur tidak langsung pada aktivitas pertanian, tetapi juga berperan
dalam keberhasilan program pertanian, seperti Camat, Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat
(Tuha-Peut), Kepemudaan Desa dan Alim Ulama (Tengku).Akan tetapi pada tahap awal
kegiatan hanya difokuskan pada lembaga BPP.
Kesimpulan
1. Dukungan inovasi teknologi pertanian yang di-introduksi pada kegiatan
pengembangan wilayah perbatasan di Kecamatan Pulo Aceh adalah teknologi
budidaya sawah tadah hujan dengan menggunakan VUB berkategori Ampibi seperti
Inpari 30, 32, 38, 39 dan 43, dengan sistem pertanian Jarwo (2:1). Disamping
Inpago 8, karena mayoritas agroekosistem adalah sawah tadah hujan.
2. Paket rekomendasi yang diberikan adalah penggunaan VUB berkategori Ampibi,
sistem pertanaman jarwo (2:1), pengendalian HPT secara terpadu (IPM).
3. Prediksi hasil nyata berdasarkan kondisi pertanaman pada 50 HST adalah 7-8.5
ton/ha, dengan asumsi serangan HPT terkontrol dan tidak ada faktor (force-majure)
yang menyebabkan kegagalan produksi.
31
Dokumentasi
3.1.9. Pemberdayaan Kelembagaan Penyuluh Kecamatan (KPK) Penyuluh dan
Petani. Penanggung Jawab: Ir. Nani Yunizar
Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal dimaksudkan agar
penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan keluarganya bersedia merubah
perilaku mereka yang meliputi perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan sehingga mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat
menolong dirinya sendiri untuk memperbaiki tarafhidup dan meningkatkan
kesejahteraannya. Dalam hal ini peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena
penyuluh bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan
berhubungan langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-
masalah yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-masalah
tersebut.Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan tenaga-tenaga penyuluh
yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan seperti yang
direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran utama bagi penyuluh pertanian adalah
penyuluh sebagai penasehat, penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung
(Dewi dan Siregar, 2010).
Salah satu kunci sukses untuk percepatan pembangunan pertanian di suatu wilayah
adalah percepatan transfer inovasi pertanian spesifik lokasi. Transfer inovasi adalah salah
satu cara berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemitraan
dengan lembaga pemerintahan dan swasta. Percepatan transfer inovasi yang efektif adalah
melalui pengembangan penelitian yang kontekstual, dan menyerbarluaskan ilmu
32
pengetahuan, dan teknologi serta mengupayakan pengguna teknologi untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat petani.
Untuk mempercepat proses percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian, Badan
Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) disetiap provinsi
memiliki tugas pokok pada inovasi teknologi, bagaimana cara penyampaian serat
penerimaannya ditingkat pengguna melalui penjaringan umpan balik guna perbaikan dan
pengembangan kedepan inovasi yang akan dihasilkan (Badan Litbang Pertanian,2011).
Mengacu pada kebutuhan informasi teknologi ditingkat pengguna, penggunaan
berbagai media komunikasi dinilai efektif dalam menyebarluaskan informasi teknologi
tersebut. Keberadaan media komunikasi dalam berbagai bentuk tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain, karena dengan kemampuan dan sifat media masing-masing
akan saling menguatkan dan melengkapi satu sama lain dalam proses transfer informasi.
Tujuan
Meningkatkan intensitas komunikasi diseminasi inovasi teknologi melalui
pemberdayaan kelembagaan penyuluhan, penyuluh lapangan, petani dan meningkatkan
temu koordinasi peneliti dan penyuluh.
Keluaran
Peningkatan intensitas komunikasi diseminasi inovasi teknologi melalui
pemberdayaan kelembangaan penyuluh, penyuluh lapangan, petani dan meningkatkan
temu koordinasi penelitian dan penyuluh serta menjadikan Balai Penyuluhan Kecamatan
sebagai home base/tempat pertemuan, perencanaan, pelaksanaan berbagai kegiatandan
evaluasi kegiatan penyuluhan ditingkat kecamatan.
Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan, penentuan lokasi lokasi workshop, materi penyampaian hasil Litkaji BPTP
Aceh yang berkaitan dengan program strategis Kementerian Pertanian, dan peserta.
b. Pelaksanaan, penyampaian materi dari peneliti BPTP Aceh. Kebijakan Pembangunan
daerah disesuaikan dengan lokasi kegiatan dan peserta yang hadir dari penyuluh dan
petani.
c. Evaluasi diperlukan untuk memperoleh data tentang ; 1) bagaimana tingkat
pemahaman terhadap materi yang disampaikan, 2) bagaimana apresiasi pemerintah
daerah, penyuluh dan petani terhadap penerapan inovasi teknologi dilihat dari segi
kemudahan adopsi oleh pengguna untuk peningkatan pengetahuan.
33
Dokumentasi
3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni
Yusriani, S.Pt, M.P)
Latar Belakang
Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi daging sapi dan kerbau sangat
dominan, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terus
membaik dan sangat menyenangi konsumsi daging sapi dan kerbau terutama pada
saat perayaan acara keagamaan dan perayaan acara ritual adat istiadat. Provinsi
Aceh memiliki potensi dan keunggulan komparatif untuk memperbaiki kelemahan
tersebut diatas, karena mayoritas masyarakat memiliki mata pencarian utama sebagai
petani dan peternak, tidak kurang dari 30 % rumah tangga produktif bekerja pada
sub sektor usaha peternakan.
Selanjutnya potensi lahan untuk pengembangan peternakan rakyat masih
tersedia cukup luas, hasil sampingan produk pertanian yang selama ini dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk pakan ternak cukup tersedia sepanjang tahun. Menghadapi
tantangan tersebut, Pemerintah menyusun strategi untuk peningkatan produksi daging
sapi dan kerbau dalam negeri dengan menggunakan pendekatan yang lebih banyak
mengikutsertakan peran aktif masyarakat. Pemerintah mencanangkan UPSUS SIWAB
(Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting) pada
Tahun 2017. Dengan Upaya Khusus ini sapi dan kerbau betina produktif milik masyarakat
dipastikan dikawinkan dan menjadi bunting dengan Inseminasi Buatan maupun Kawin
Alam. Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan ini, Menteri Pertanian Republik Indonesia
menerbitkan Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus
Percepatan Peningkatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Selanjutnya untuk
mengawal operasionalnya kegiatan tersebut di lapangan, Kementerian Pertanian
menerbitkan Kepmentan Nomor 656/Kpts/OT.050/10/2016 tentang Kelompok Kerja Upaya
34
Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting, dan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 7589/Kpts/F/10/2016, tentang Sekretariat Kelompok Kerja Upsus Siwab,
serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor 7659/Kpts/OT.050/F/11/2016, tentang Tim
Supervisi Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Tujuan
Mengoptimalkan penambahan populasi dengan memaksimalkan tingkat
kebuntingan pada induk ternak dengan peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan
(IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).
Tujuan Jangka Panjang
1. Menginventarisi dan merekap data perkembangan kegiatan reproduksi di
Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara.
2. Meningkatkan produksi dan reproduksi ternak sapi untuk wilayah Aceh.
Keluaran
Terjadinya penambahan populasi ternak sapid dan kerbau melalui Inseminasi
Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).
Keluaran Jangka Panjang
1. Terlaksananya pelaksanaan IB pada sapi sebanyak 2. 360 ribu akseptor di 2
(dua) dua kabupaten.
2. Terjadinya kebuntingan sapi sebanyak 1.345 ekor di tahun 2017 pada 2 (dua)
kabupaten.
Prosedur Pelaksanaan
Penentuan status reproduksi dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan
ditetapkan oleh Dinas Pertanian yang diketuai oleh Koordinator Tim dan anggotanya
terdiri dari unsur medis, paramdis, inseminator, petugas PKb, dan Petugas ATR. Tugas
Tim Pelaksana Kabupaten memeriksa akseptor yang sudah di-SK-kan. Semua akseptor
dicatat kondisi BCS-nya dan diberi kartu ternak serta didaftar dalam ISIKHNAS,
selanjutnya diberi keterangan status reproduksi (normal, bunting sekian bulan, terjadi
gangguan reproduksi/gangrep, atau gangrep permanen. ) Tindak lanjut setelah
menentukan status reproduksi, untuk ternak yang normal diamati birahinya dan
dilakukan IB, selanjutnya untuk ternak bunting diberi keterangan bunting dan
sebutkan bulan kebuntingannya dan terus diamati sampai proses melahirkan.
Kemudian untuk yang mengalami gangrep permanen diarahkan untuk dipotong dan
untuk kondisi yang lainnya menjadi target penanganan gangrep.
35
Hasil
Kontribusi Aceh terhadap target nasional sebanyak 105.867 akseptor untuk IB dan
60.344 ekor untuk kebuntingan. Dari target tersebut, capaian IB kumulatif Aceh mencapai
66.361 ekor atau 62,68 persen; kebuntingan mencapai 49.317 atau sebesar 94,25 persen
dan kelahiran sebanyak 13.166 ekor. Kontribusi Kabupaten Gayo Lues terhadap target
nasional sebanyak 1.367 akseptor untuk IB dan 676 ekor untuk kebuntingan. Dari target
tersebut, capaian IB kumulatif mencapai 521 ekor atau 38,11 persen; kebuntingan
mencapai 401 atau sebesar 59,32 persen dan kelahiran sebanyak 214 ekor. Kontribusi
Kabupaten Aceh Tenggara terhadap target nasional sebanyak 989 akseptor untuk IB dan
492 ekor untuk kebuntingan. Dari target tersebut, capaian IB kumulatif mencapai 366
ekor atau 37,01 persen; kebuntingan mencapai 286 atau sebesar 58,13 persen dan
kelahiran sebanyak 62 ekor.
Dokumentasi
3.1.11 Diseminasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi
Peternakan Berbasis Sapi Potong. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar
Mirza, M.P)
Latar Belakang
BPTP Aceh sebagai salah satu UPT Badan Litbang Pertanian berkewajiban untuk
mendukung keberhasilan program tersebut. Salah satu program utama Badan Litbang
Pertanian untuk sub sektor peternakan adalah perakitan inovasi teknologi untuk
peningkatan produktivitas ternak dan tanaman pakan ternak, dan diseminasi dan promosi
hasil penelitian serta pengembangan peternakan. Badan Litbang Pertanian telah
menghasilkan berbagai teknologi peternakan untuk mendukung keberhasilan program
tersebut. Teknologi dimaksud diantaranya; Peningkatan Mutu Genetik Sapi Potong,
Pengelolaan Kandang Kelompok, Perbaikan Performans Reproduksi Sapi Potong, Model
Integrasi Sapi Sawit, Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah Pertanian dan Perkebunan
36
Ramah Lingkungan, Teknologi Percepatan Penyediaan Bibit dan Bakalan Sapi Potong,
Diseminasi Teknologi Sapi Potong dan Pendampingan PSDSK, Percepatan Penyediaan Bibit
dan Bakalan Sapi Potong untuk Peningkatan Bobot Potong.
Kegiatan pengembangan kawasan pertanian nasional komoditas peternakan berbasis
sapi potong direncanakan di 4 kabupaten yaitu Aceh Besar, Aceh Jaya dan Bener Meriah
dan Aceh Tamiang. Berdasarkan hasil kegiatan pendampingan PSDSK maka kegiatan
pengembangan kawasan sapi potong difokuskan kepada kegiatan diseminasi teknologi
pakan (jerami fermentasi, introduksi rumput unggul dan leguminosa), pemberian mineral,
pemuliabiakan (IB dan INKA) dan pengendalian parasit interna.
Pelaksanaan pendampingan PSDSK di Aceh pada umumnya berjalan sangat baik,
yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi. Pada kegiatan
pendampingan telah dilakukan diseminasi beberapa komponen teknologi budidaya sapi
potong yang bersifat opsional. Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah inovasi
dalam mewujudkan swasembada daging sapi dan kerbau. Manfaat dari kegiatan ini adalah
perubahan perilaku pada praktik manajemen pemeliharaan ternak sapi potong ke arah
yang lebih produktif. Namun demikian, dampak dari kegiatan ini baru dapat dilihat pada
tahun-tahun berikutnya.
Tujuan
Tujuan Tahunan
• Mempercepat proses inovasi teknologi peternakan dalam rangka percepatan
pencapaian swasembada daging sapi potong.
• Meningkatkan keterampilan peternak dan penyuluh/petugas lapang yang bersifat
optional.
• Menyediakan hijauan pakan ternak berupa rumput unggul dan leguminosa pohon
serta jerami fermentasi.
• Optimalisasi kelembagaan peternakan sapi potong
Tujuan Jangka panjang
Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK guna
memenuhi kebutuhan daging sapi potong.
37
Keluaran
Keluaran Tahunan
• Paket inovasi teknologi peternakan untuk petani dalam rangka percepatan
pencapaian swasembada daging sapi potong.
• Peternak dan penyuluh/petugas lapang yang terampil dalam budidaya sapi potong.
• Terciptanya kawasan ternak dan padang penggembalaan yang memadai
Keluaran Jangka Panjang
Peningkatan populasi sapi potong mendukung program siwab, tercapainya
swasembada daging sapi potong di Provinsi Aceh yang di dukung oleh aspek teknis
(teknologi), manajemen, dan arah kebijakan yang sinergi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Prosedur Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan Diseminasi Teknologi Mendukung program
pengembangan kawasan peternakan berbasis sapi potong antara lain: (1) Apresiasi dan
koordinasi kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, (2) Pengumpulan data
sekunder tentang sapi potong, (3) Penyedian hijauan pakan ternak (rumput unggul,
leguminosa pohon dan jerami fermentasi), (4) Teknologi pemberian mineral, (5) Teknologi
pengendalian parasit interna, (6) Temu teknis dan temu lapang, (7) Melaksanakan
bimbingan manajemen pemeliharaan, (8) Monitoring dan evaluasi kegiatan, (9) Analisa
data dan Pelaporan.
Kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya
pada tahun 2013 sampai dengan 2015 dan akan berlanjut hingga tahun 2017.
Hasil
1. Teknologi yang diadopsi oleh petani adalah teknologi yang mudah dilaksanakan dan
low external input.
2. Teknologi yang sudah diadopsi dengan baik adalah teknologi fermentasi jerami
dengan menggunakan starter trichoderma sp.
3. Teknologi garam blok belum diadopsi dengan baik oleh petani
4. Selama pendampingan dari evaluasi melalui kuisioner terjadi peningkatan
pengetahuan sikap dan ketarampilan petani dalam pelaksanaan manajemen
pemeliharaan, manajemen perkawinan dan kesehatan ternak
5. Dari segi kelembagaan kelompoktani sudah melaksanakan administrasi kelompok
dengan baik dan melaksanakan pertemuan rutin
38
Dokumentasi
3.1.12 Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan Pendekatan
Sistem Dinamik di Kabupaten Nagan Raya Aceh. Penanggung Jawab:
Firdaus, SP., M.Si
Latar Belakang
Sistem penyediaan beras melibatkan berbagai sektor dan mencakup berbagai aspek
dan bersifat kompleks, sehingga untuk memecahkan permasalahan yang kompleks
diperlukan pendekatan yang lebih konprehensif dan holistik. Pendekatan yang tepat adalah
pendekatan sistem dinamik (system approach). Pendekatan sistem adalah suatu
pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak
analisis (Marimin, 2004). Menurut Eriyatno (1999) pemikiran sistem selalu mencari
keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, sehingga diperlukan suatu
kerangka fikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan sistem
merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi
terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu
operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem dapat memberi landasan
untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah
dalam kerangka sistem.
Untuk itu sangat penting diketahui faktor-faktor dominan (key factors) yang paling
berperan dalam sistem penyediaan dan konsumsi beras di Aceh. Hasil identifikasi faktor-
faktor kunci dapat dijadikan bahan untuk menyusun model dan strategi yang harus
diimplementasikan agar sistem dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena
39
itu analisis yang komprehensif dan holistik terhadap permasalahan sistem penyediaan dan
konsumsi beras sangat diperlukan.
Tujuan
Menghasikan Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan Pendekatan Sistem
Dinamik.
Keluaran
Tersedianya Paket Rekomendasi Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Nagan
Raya.
Metodologi
• Cakupan kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat makro pada agregasi Provinsi
Aceh. Menurut Simatupang (2007), untuk tujuan analisis kebijakan, isu ketahanan
pangan dapat dikaji pada tingkat agregasi: rumah tangga dan regional (kabupaten,
provinsi, dan nasional).
• Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan
dengan metode survei melalui teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan
menggunakan daftar pertanyaan. Pengambilan data primer dilakukan pada tingkat
usahatani padi pada lahan sawah irigasi teknis, semi teknis, tadah hujan dan ladang.
Penentuan lokasi dan responden dilakukan dengan metode multistage stratified random
sampling.
• Data sekunder dikumpulkan secara desk study dari berbagai sumber, antara lain: BPS,
Dinas/Instansi terkait, BMKG, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian di daerah serta
publikasi ilmiah, seperti buku, jurnal, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
Hasil
SKENARIO SKENARIO PENINGKATAN PRODUKSI DI NAGAN RAYA
Luas sawah baku
A. Luas sawah awal (baku)
B. Luas sawah awal : 16.300 Ha
C. Fraksi cetak sawah : 1%/thn
D. Potensi perluasan lahan : 30.000 Ha
E. Fraksi konversi : 0.5 %/Ha
Indek Penanaman
1. Perbaikan irigasi : 3%/thn
40
2. Rehabilitasi sawah rusak : 1%/thn
3. IP maksimum : 2
Peningkatan Produktivitas padi
a. VUB : 5%/thn
b. Sistem tanam jarwo : 2 %/thn
c. Pemupukan berimbang : 3% /thn
d. Pengendalian OPT : 2%/thn
e. Produktivitas maksimum : 8 ton /Ha/thn
Beberapa paket rekomendasi dan stretegi pembangunan pertanian untuk peningkatan
produksi padi di kabupaten nagan raya.
• REVITALISASI PERBENIHAN
• PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
• PENGUATAN ALSINTAN
• PASCA PANEN /NILAI TAMBAH
• PENINGKATAN PERAN KOORDINASI PENYULUHAN / TENAGA FUNGSIONAL &
KELEMBAGAAN PETANI
Gambar 1. Model Peningkatan produksi padi di Nagan Raya
SUB MODEL KONSUMSI
SUB MODEL RAMAH LINGKUNGAN (GRK)
SUB MODEL NERACA BERAS
Luas Sawah
Cetak sawah
Gap LS
Potensi perluasan
Fraksi cetak
Konversi lahan
fraksi konversi
Program cetak swh
Luas panen
IP
Perbaikan IP
Gap IP
IP maks
Perbaikan irigasi
Rehabilitasi sawahrusak
Luas sawah awal
Pengg VarietasGenjah
Produksi GKG
Produktivitas padi
Prodtvts Ekssting
Peningktn provitas
Gap provitas
Provitas maksJarwo
Pupuk berimbang
Pengendalian OPT
kenaikan var
kenaikan prov vsvar
Losses
Losses eksisting
GHP dan Mektan
Gap lossesfraksi GHP dan
Mektan
GKG ygdiselamatkan
Losses maksGKG total
Beras
Rendemen giling
laju rend
Gap rendmnRevitalisasi
Rendmn exist
Rend max
Penduduk
Laju pertumbuhan
fraksi prtmbhn
konsumsi
konsumsi eksistpenurunankonsumsi
Gap konsumsifraksi penurunankonsm maks
Kebutuhan beras
Neraca Beras
GKG 1
persen kenaikan
Stok Beras
Produksi GKG
Jerami
Sekam
Dedak
fraksi jerami
Fraksi sekam
Fraksi dedak
Stok jerami
Stok sekam
Stok dedak
pemanfaatan jerami
pemanfaatansekam
pemanfaatan dedak
fraksi pemanf jerami
fraksi pemanfsekam
fraksi pemanf dedak
Gas Methan
Produksi Gas Mthan
fraksi gas methan
Mitigasi
Fraksi mitigasi
41
Dokumentasi
3.1.13 Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
(Padi, Jagung dan Kedelai). Penanggung Jawab: Cut Nina Herlina, SPi.,
M.Si
Latar Belakang
Produksi gabah di Provinsi Aceh pada tahun 2017 mencapai 2,6 juta ton atau
melebihi target yang ditetapkan 2,4 juta ton dengan luas lahan sekitar 307.410 hektare,
jagung ditargetkan mampu mencapai produksi jagung 249 ribu ton dan kedelai 48 juta
ton. Areal paling luas sementara ini adalah tanaman padi mencapai 11.075 hektare.
Sedangkan jagung 1.401 hektare dan kedelai 224 hektare. Angka ramalan sementara,
Aceh dapat menghasilkan padi 2,6 juta ton tahun 2017. Pendampingan pengembangan
kawasan pertanian tanaman pangan yang telah dilakukan sejak tahun 2015 oleh BPTP
Aceh bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal,
sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran peningkatan produksi padi. Sasaran kegiatan pendampingan tahun 2017 ini
difokuskan pada 3 komoditi padi, jagung dan kedelai di kabupaten Aceh Utara. Melalui
penerapan PTT, petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah,
air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya
berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu
mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung dan
kedelai.
42
Tujuan
Tujuan Tahunan
Melaksanakan pendampingan dan pengawalan teknologi pada kawasan sentra
produksi padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan : pelatihan, Demplot, display varitas
dan temu lapang di 4 kabupaten.
Tujuan Jangka Panjang
• Meningkatkan adopsi teknologi PTT oleh petani dalam upaya mendukung
swasembada pangan nasional untuk meningkatkan produksi padi, jagung dan
kedelai di provinsi Aceh
• Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai di
provinsi Aceh
Keluaran
Keluaran Tahunan
Terlaksananya kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi pada kawasan
sentra produksi padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan: pelatihan petani, demplot dan
display varitas, dan temu lapang.
Keluaran Jangka Panjang
• Meningkatknya penerapan teknologi PTT dalam upaya mendukung swasembada
pangan nasional untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai di provinsi
Aceh
• Meningkatknya pendapatan dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai di
provinsi Aceh
Prosedur Pelaksanaan
• Pelatihan petani untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan petani guna
mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, kedelai, jagung dalam
usahataninya.
• Demplot dan display varitas untuk memberi contoh bagi petani/masyarakat tentang
keunggulan dan tata cara penerapan teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai
dalam bentuk peragaaan teknologi.
• Temu lapang untuk menginventarisasi permasalahan yang dihadapi petani di wilayah
pendampingan dan menggali umpan balik dari petani/pengguna dan pihak terkait,
terhadap teknologi yang diterapkan
43
• Evaluasi terhadap pelaksanaan pendampingan untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani.
Hasil
• Adanya peningkatan pengetahuan petani yang mengikuti pelatihan. Rataan skor pre
test pengetahuan peserta petatihan adalah 12,47 dan skor post test adalah 19,23,
yang berarti skor pengetahuan peserta pelatihan meningkat sebesar 6.77 setelah
mengikuti pelatihan.
• Hasil evaluasi terhadap petani jagung, 62.86 persen responden memiliki persepsi baik
terhadap penerapan teknologi budidaya jagung speklok sisanya sebesar 37,14 persen
responden memiliki persepsi tidak baik.
• Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi dominan terhadap penerapan teknologi ini
adalah persepsi baik. Hasil pelaksanaan demplot padi menunjukan bahwa produksi
padi dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 melebihi dari produksi yang ditanam
dengan system tanam jarwo 3:1, 4:1 dan tegel
• Hasil ubinan demplot padi 3 Ha di desa lhok kuyun diperoleh varitas Inpari 16
mencapai 8 ton per Ha, inpari 30 mencapai 8,6 ton dan varitas inpari 32 mencapai 8,8
ton per Ha.
• Angka ini melebihi dari produksi yang dihasilkan oleh petani diluar demplot yaitu rata-
rata berkisar 6 -7 ton/Ha.
Dokumentasi
44
3.1.14 Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi
(Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Provinsi Aceh. Penanggung
jawab: Muhammad Ismail, S.P, M.Si
Latar Belakang
Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), perguruan tinggi maupun lembaga riset
lainnya sudah cukup memadai. Balitbangtan, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah
menghasilkan paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai dengan
kebutuhan daerah yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa inovasi paket
teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat nyata walaupun di sentra-sentra
produksi komoditas sekalipun.
Upaya memperbaiki adopsi inovasi teknologi oleh petani Aceh, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh melakukan kegiatan pendampingan dalam penyediaan teknologi
spesifik lokasi berbasis komoditas padi dan kedelai lahan kering dan tadah hujan yang
sesuai kebutuhan, dan secara aktif sebagai pengambil inisiatif pertemuan dan
mengkonsultasikannya kepada pihak terkait sehingga mampu menumbuhkan
pembangunan ekonomi di daerah. Melalui pelaksanaan program dukungan inovasi
teknologi pertanian diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas komoditas padi
sawah tadah hujan yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga
kemandirian pangan lokal di kawasan provinsi Aceh dapat tercapai.
Tujuan
• Memberikan dukungan inovasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman
pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.
• Memberikan rekomendasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman pangan
(padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan spesifik lokasi.
Keluaran
• Terlaksananya dukungan inovasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman
pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.
• Rekomendasi rekomendasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman
pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan spesifik
lokasi.
45
Prosedur Pelaksanaan
Guna meluaskan penyebaran inovasi teknologi yang diberikan pada kedua tipe
lahan maka dipilih lokasi strategis yang mudah akses bagi petani sekitar serta dilakukan
pelatihan bagi petani di luar petani kooperator. Analisis dititikberatkan pada pengelolaan
air, usahatani, serta dilanjutkan dengan menganalisis pendapatan, serta rekomendasi
teknologi dari kedua tipe lahan sebagai faktor produksi utama usahatani. Oleh karena itu,
data yang digunakan merupakan data pada tahapan budidaya atau produksi, biaya
produksi, harga input, dan harga jual produk di tingkat petani di lokasi pengkajian.
Pengelolaan air dan rekomendasinya menjadi tujuan dari kegiatan ini, oleh karena
itu juga dilakukan inventarisasi, identifikasi dan verifikasi data pengelolaan sumber daya air
dari tiap kabupaten. Data primer meliputi karakteristik petani, input dan output usahatani.
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan yang berkaitan dengan penelitian ini,
seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Balai Penyuluhan Pertanian, Badan Pusat
Statistik, Dinas Pengairan, instansi lainnya serta data baru yang ditemukan langsung di
lapangan.
Hasil
Kegiatan inventarisasi, identifikasi dan survey tata kelola air dari 23
kabupaten/kotamadya di Aceh telah terkumpul 267 titik lokasi dengan luas layanan
mencapai 24.096,01 ha atau 80,32 persen yang berupa lahan sawah tadah hujan dan
lahan sawah irigasi. Jumlah tersebut belum cukup dari target yang ditetapkan BBP2TP
sebesar 30.000 ha untuk tahun 2017.
Adapun bentuk diseminasi inovasi teknologi pertanian yang dilakukan berupa
demplot/demarea peningkatan Indeks Pertanaman pada kering telah panen komoditas
kedelai yang ditanam di desa Teureubeh, Aceh Besar. Rendahnya hasil produksi diduga
karena kesuburan tanah yang rendah dan curah hujan yang tinggi dengan pola yang tidak
teratur mengganggu pertumbuhannya. Sedangkan pada lahan sawah tadah hujan di desa
Lambaro Biluy, kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar kondisi masih akan
dilakukan penanaman pada pertengahan Desember dan akan panen sekitar Maret 2018.
Dengan demikian telah peningkatan IP tanaman pangan (padi dan kedelai) kedua
lokasi display telah ditingkatkan dari 2 menjadi 3 kali tanam pada desa Lambaro Biluy dan
dari nol menjadi 1 pada lahan kering di desa Teureubeh dalam tahun 2017.
46
Dokumentasi
3.1.15 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. T. Iskandar, M.Si
Latar Belakang
Rencana strategis Badan Litbang Pertanian 2010-2014, sasaran yang harus dicapai
antara lain: (1) Meningkatnya tingkat adopsi (>40%) hasil inovasi teknologi dan
rekomendasi kebijakan pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, (2) Tersedianya
benih, bibit, pupuk dan alsintan untuk komoditas unggulan tanaman dan ternak dalam
rangka peningkatan produksi dan produktivitas (Kementerian Pertanian, 2010 ; Badan
Litbang Pertanian, 2010).
BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah Litbang
Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi
sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui kegiatan
desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam bentuk pengembangan
benih sumber bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat
langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat
mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan
pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani
karena paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan.
Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih adalah untuk dapat
meningkatkan ketersediaan benih yang bermutu ditingkat petani, kemudian juga
diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat memproduksi benih sendiri
dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi produsen benih untuk wilayah
sekitarnya.
47
Tujuan
Tujuan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih padi kelas FS = 4
ton, SS= 5 tondan ES = 28 Ton, Benih Jagung Hibrida = FS 8 ton dan benih kedelai kelas
FS = 2,5 ton, SS = 18 ton.
Keluaran
Keluaran tahunan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih padi
kelas FS = 4 ton, SS= 5 tondan ES = 28 Ton, Benih Jagung Hibrida = FS 8 ton dan benih
kedelai kelas FS = 2,5 ton, SS = 18 ton.
Prosedur Pelaksanaan
No. Tahapan Kegiatan
1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi
Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya disesuai dengan kehendak
penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel,
b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin,bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama.
2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih
Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada UPTDBalai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas pada masing-masing kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.
3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah baik untuk pertanaman dan/atau untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.
4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan
Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
5. Menabur dan memelihara persemaian (khusus untuk tanaman yang tanam pindah)
Penangkar benih dapat menaburkan benihnya (untuk tanaman yang membutuhkan persemaian) pada persemaian kurang lebih 3 minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini
48
juga dilakukan pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, dan seleksi/ roguing.
6. Menanam Bibit/Benih Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain/terpisah.
7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif
Seleksi dimulai pada umur 12, 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan masing-masing komoditas tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat tanaman antara lain (tergantung komoditi) : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hipokotil dan sebagainya.
8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif
Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-masing jenis komoditas.
9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama)
Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam (sesuai dengan komoditas) setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama (ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam.
10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga
Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditas masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong /biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya.
11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase Berbunga Termasuk Ulangan
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase berbunga pada minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang.
12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua)
Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar
49
lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas.
13. Seleksi fase masak Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam tergantung komoditi, seleksi fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong/biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya
14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak
Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau kepada petugas lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen.
15. Pemeriksaan lapangan fase masak
Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan.
16. Pelaksanaan panen Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.
17. Pengawasan panen Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk panen, bersih dan terhindar dari percampuran dengan varietas lain.
18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang
Penangkar benih harus mengajukan membe-ritahukan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen.
19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang.
Dilakukan sebelum alat-alatprosessing/gudang tersebut digunakan.
20. Pengolahan benih. Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan
50
benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa.
21. Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih di kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan.
22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih
Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah
dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian
rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/keterangan mengenai: nomor kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen.
23. Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih.
24. Pengujian benih di laboratorium
Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh di Banda Aceh.
25. Permintaan label Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus pengujian laboratorium untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai seri label yang dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
26. Pemasaran benih. Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditas tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih
51
maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mutu kelas benih yang bersangkutan.
27. Pengawasan pemasaran benih
Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh. Benih dipasaran sewaktu-waktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data tercantum pada label.
Hasil
• Produksi benih Sumber padi kelas FS pada tahun 2017 sebanyak 7.995 kg (199,9%),
Kelas SS = 3.000 kg (60 % ) dan Kelas ES sebanyak 29.500 kg (105,0%).
• Produksi benih Sumber Jagung kelas F-1/Setara ES pada tahun 2017 sebanyak 6.000 kg
(75,00 %), varietas Benih jagung hibrida Bima 19 URI dan Bima 20 URI (diperkirakan
sebanyak 3.000 kg kondisi belum panen).
• Produksi benih Sumber Kedelai kelas SS pada tahun 2017 sebanyak 5.000 kg (200 %
dari target produksi) dan kelas ES pada tahun 2017 sebanyak 15.000 kg (83,33 % dari
target produksi).
• Secara keseluruhan target produksi benih UPBS BPTP Aceh Padi FS 4.000 kg, SS 5.000
kg dan ES 28.000 kg, Jagung 8.000 kg F-1/ES dan Kedelai SS 2.500 kg, ES 18.000 kg
total 65.500 kg. Produksi Padi FS = 7.995 kg ,SS = 3.000 dan ES = 29.500 kg, Jagung
6.000 kg, Kedelai SS = 5.000 kg, ES = 15.000 kg, total 65.845 kg (100,53%).
• Terbentuknya Kelompok/petani penangkar benih Padi, Jagung dan kedelai dilakukan
dengan melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansi terkait sebanyak 11 kelompok/petani penangkar
yang tersebar pada Kabupaten Pidie Jaya ada 1 (satu) kelompok, Kabupaten Pidie 2
(dua) kelompok, Kabupaten Aceh selatan 2 kelompok , Kabupaten Aceh Besar 4
(empat) kelompok, Kabupaten Aceh Tengah 2 (dua) kelompok penangkar.
52
Dokumentasi
3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai
Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi
Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir.
Basri A. Bakar, M.Si
Latar Belakang
Provinsi Aceh pada tahun 2017 dalam mendukung dan menyukseskan UPSUS
Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung, kedele masing-masing
522.461ha, 80.000 ha, 30.078 ha dengan luas panen masing-masing 504.382 ha, 76.000
ha, 28.921 ha serta sasaran produksi masing-masing sebesar 2.539.004 ton, 327.256 ton,
44.840. ton (Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, 2017).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana Badan
Litbang Pertanian yang berada di tingkat provinsi diberi tugas untuk mendukung suksesnya
program UPSUS Pajale dan Komoditas Utama Kementerian Pertanian dengan melakukan
koordinasi, pendampingan teknologi dan diseminasi dalam bentuk demplot maupun
demfarm serta diseminasi dan publikasi.
Di sisi lain peragaan teknologi dan hasil penelitian melalui kegiatan pendampingan
diharapkan lebih meyakinkan pengguna agar teknologi tersebut dapat diterima petani pada
saat yang tepat dan menjadi pembelajaran bagi petugas, petani dan masyarakat pada
umumnya.
Tujuan
Mendukung Program Kementerian Pertanian dalam swasembada padi, jagung,
kedelai dan meningkatkan produksi komoditas utama Kementan melalui pendampingan
teknologi adaptif spesifik lokasi
53
Keluaran
Peningkatan produksi komoditas utama Kementerian Pertanian (padi, jagung dan
kedelai) melalui pendampingan teknologi adaptif spesifik lokasi.
Prosedur Pelaksanaan
• Koordinasi Program UPSUS di tingkat Provinsi dan Kabupaten
Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait, dan
pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan dan
pendampingan Program UPSUS Pajale dan Komoditas Unggulan Kementan lainnya.
• Dukungan Teknologi Inovasi: Diseminasi melalui demplot padi sawah dan jagung
Kegiatan demplot tanaman padi tahun 2017 dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar
dan dan Aceh Barat. Sedangkan demplot jagung dilaksanakan di kabupaten Aceh
Tenggara. Kegiatan demplot melibatkan petani kooperator dan penyuluh yang berada di
BP3K kecamatan lokasi demplot.
• Diseminasi melalui publikasi dan penyediaan saprodi serta bahan pendukung
lainnya.
Untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan UPSUS diperlukan
publikasi bahan cetakan seperti petunjuk teknis dan penyediaan saprodi serta bahan
pendukung lainnya. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan
UPSUS Pajale juga diperlukan publikasi seperti petunjuk teknis Pengelolaan Tanaman
Terpadu Padi Sawah, leaflet dan penyediaan saprodi (benih, pupuk dan obat-obatan) serta
bahan pendukung lainnya (gastrok, dll). Selain itu juga dilakukan publikasi dan diseminasi
melalui Temu lapang, media cetak, elektronik dan media sosial seperti Facebook, WA,
website dan lain-lain.
• Pelatihan bagi Petani dan Penyuluh
Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL melalui pelatihan secara teori di
ruangan maupun praktek di lapangan.
• Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan yang
dilakukan.
• Temu Lapang
Kegiatan temu lapang merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang sangat
penting di dalam proses transfer teknologi ke pengguna, karena pada kesempatan ini
54
antara pengguna teknologi dan nara sumber dapat bertemu langsung sehingga banyak
permasalahan yang dapat diselesaikan. Bagi nara sumber (peneliti/penyuluh dan
pengambil kebijakan) kegiatan ini merupakan bahan masukan yang cukup berarti untuk
mengukur tingkat keberhasilan penerapan teknologi baru di lapangan.
Hasil
1. Pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yang
dikombinasikan dengan penerapan teknologi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu
hasil teknologi inovasi Balitbangtan dapat meningkatkan produktivitas padi secara
nyata.
2. Penerapan teknologi Jarwo salah satu system tanam yang dapat meningkatkan hasil
panen di beberapa wilayah masih rendah ditingkat petani. Salah satu alasan karena
dengan system tanam jarwo, ongkos tanam mejadilebih mahal dan dianggap lebih
rumit. Namun dengan demplot yang dilakukan di beberapa tempat, membuka
wawasan petani bahwa system tanam Jarwo memberikan hasil yang lebih tinggi
dan pendapatan.
3. BPTP melakukan demplot dengan tujuan untuk mendiseminasikan teknologi
budidaya padi dan jagung secara lebih meluas mulai pengenalan benih unggul baru
adaptif, pemupukan berimbang, system tanam, pengendalian hama penyakit dan
lain-lain. Selain itu juga dilakukan diseminasi dan publikasi baik penyuluhan, temu
lapang, mapuun melalui media cetak, elektronik dan media social.
Dokumentasi
55
3.1.17 Kajian Kelayakan Teknis Ekonomis Sosial dan Kelembagaan Teknologi
Instore Dryer Bawang Merah di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir.
Nurbaiti, M.Si
Latar Belakang
Produksi bawang merah di Aceh adalah 6.706,5 ton dengan produktivitas 7,8
ton/ha. Peningkatan produksi ini disebabkan karena meningkatnya luas panen di
Kabupaten Pidie sebesar 204 ha dan di Kabupaten Aceh Tengah sebesar 128 ha (BPS,
2014). Peningkatan produksi tersebut belum sepenuhnya memberikan keuntungan bagi
petani. Umummya panen raya bawang merah di provinsi Aceh pada bulan Juni - Agustus.
Untuk menghindari kerugian, setelah panen petani langsung menjual bawang merah tanpa
disimpan untuk pembibitan. Hal ini disebabkan karena petani belum mengetahui teknologi
pascapanen bawang merah secara tepat.
Titik kritis kegagalan dalam penanganan pascapanen bawang merah terutama
apabila panen terjadi pada musim penghujan adalah pada tahap pengeringan daun atau
pelayuan dan pengeringan umbi. Kegagalan proses pelayuan daun dapat menyebabkan
infeksi bakteri pembusuk, sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan
rendahnya daya simpan, umbi cepat busuk, bertunas dan keluar akar. Kehilangan hasil
akibat kerusakan ini bisa mencapai 20 – 40%.
Selama ini teknik pengeringan yang dilakukan petani adalah penjemuran di bawah
sinar matahari yang membutuhkan waktu antara 7-9 hari. Pengeringan dengan teknik ini
tentunya sangat tergantung dengan kondisi cuaca saat penjemuran. Untuk mengatasi
masalah yang dihadapi petani bawang merah di Provinsi Aceh maka perlunya
mengintroduksikan suatu teknologi sistem pengeringan-penyimpanan (instore dryer) yang
sudah dihasilkan oleh Balai Pascapanen. Diharapkan dengan adanya instore dryer dapat
meningkatkan ketersediaan benih bawang merah di Aceh.
Tujuan
• Menghasilkan analisis kelayakan instore dryer bawang merah dari aspek teknis,
ekonomis, sosial dan kelembagaan di Provinsi Aceh.
• Meningkatkan ketersedian benih bawang merah di Provinsi Aceh
Keluaran
• Tingkat kelayakan instore dryer bawang merah dari aspek teknis, ekonomis, sosial
dan kelembagaan di Provinsi Aceh
• Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani penangkar bawang merah di
Provinsi Aceh.
56
Prosedur
Pelaksanaan kegiatan introduksi paket teknologi instore dryer meliputi :
• Persiapan proposal
• Koordinasi dengan instansi terkait (BB Pascapanen, Dinas Pertanian dan calon
petani kooperator)
• Identifikasi lokasi
• Pelatihan
• Perakitan instalasi instrore drying (ID)
• Pengawasan dan bimbingan operasional ID
• Analisa awal komponen mutu fisik bawang
• Analisa setelah penyimpanan
• Melaksanakan kegiatan survey dan evaluasi
• Analisa data dan pelaporan
• Kegiatan temu lapang
Hasil
• Instore dryer bawang merah secara ekonomis layak untuk diusahakan karena
mempunyai R/C ratio (2,51) dan B/C ratio (1,51) lebih besar dibandingkan dengan
teknologi cara petani.
• Instore dryer bawang merah secara sosial dapat diterima oleh petani penangkar
bawang merah.
• Instore dryer bawang merah secara kelembagaan mendukung penguatan kelompok
penangkaran bawang merah.
• Dengan penggunaan instore dryer terjadi peningkatan ketersediaan benih bawang
26% jika dibandingkan dengan cara pengeringan dan penyimpanan cara petani.
Dokumentasi
57
3.1.18 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi Aceh.
Penanggung Jawab: Ir. M. Ferizal, M.Sc
Latar Belakang
Target produksi benih hortikultura dan perkebunan pada TA. 2017 berupa benih
sumber maupun benih sebar yang siap disalurkan pada TA. 2018. Pelaksanaan kegiatan
produksi benih tersebut dilakukan oleh Balai Penelitian lingkup Puslitbang dan 33 BPTP di
seluruh Indonesia. Mekanisme produksi benih yang dilakukan oleh Balitbangtan akan
dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura dan
Direktorat Jenderal Perkebunan, penangkar benih, kelompok tani, BPSB, serta BBI,
sehingga target volume output yang telah ditetapkan dapat tercapai dalam waktu efektif 4
bulan yang tersedia.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melalui APBN-P TA. 2017
mendapat alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana prasarana
guna mendukung produksi bibit pepaya sebanyak 15.000 batang, bibit kelapa dalam
15.000 batang, dan bibit kopi arabika 21.000 batang. Untuk bibit pepaya ditargetkan
dapat disalurkan pada tahun 2017 sedangkan untuk kelapa dalam dan kopi arabika
diharapkan dapat disalurkan pada tahun 2018.
Tujuan
• Meningkatkan kapasitas BPTP Aceh dalam memproduksi benih/bibit komoditas
hortikultura dan perkebunan.
• Mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan di Provinsi Aceh,
yaitu pepaya, kelapa dalam, dan kopi arabika.
Keluaran
• Peningkatan sarana prasarana gedung/bangunan dan peralatan mesin pertanian
untuk mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan.
• Produksi dan distribusi benih/bibit sebar varietas unggul pepaya (15.000 batang),
kelapa dalam (15.000 batang), dan kopi arabika (21.000 batang).
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan: (1) Penyusunan Paket Kegiatan Pengadaan Bangunan beserta metode
pemilihan penyedia jasa konstruksi, termasuk konsultan perencana, pelaksana
pembangunan, dan konsultan pengawas; (2) Penyusunan Paket Pengadaan Barang dan
penentuan metode pengadaan seperti pembelian langsung dan e-katalog atau melalui jasa
penyedia; (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan dan dinas terkait lainnya
di kabupaten/kota untuk menentukan sumber benih, proses sertifikasi, dan lokasi petani
58
calon penerima; (4) Penyusunan Petunjuk Teknis dan Pembagian tugas berdasarkan
kemampuan dan bidang keahlian dalam mengawal proses produksi benih.
Pelatihan: Pelatihan adalah pembekalan bagi petugas yang akan bertanggung jawab
mengawal dan mendampingi di lapangan dalam proses produksi pembibitan. Pelatihan
diikuti oleh petugas berdasarkan jadwal dan materi yang ditentukan oleh Pusat Penelitian
Komoditas yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan bimbingan teknis pembibitan
komoditas. Untuk masing-masing komoditas tanaman diikuti oleh masing-masing satu
orang dari BPTP Aceh.
Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara simultan antara pengadaan gedung
dan bangunan, pengadaan peralatan dan mesin, sarana dan prasarana pendukung, serta
proses pembibitan di lapangan.
Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
kegiatan dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan.
Monitoring dilakukan secara terus menerus. Pelaporan dilakukan setiap seminggu sekali
secara bertahap sesuai dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Hasil
• Peningkatan kapasitas produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan BPTP Aceh
telah dilaksanakan melalui pengadaan gedung dan bangunan, peralatan dan mesin
pertanian, dan sarana dan prasarana pendukung proses produksi.
• Bibit pepaya Merah Delima telah diproduksi dan distribusikan sebanyak 16.500
batang (110% dari target).
• Pembibitan kelapa dalam unggul lokal sebanyak 18.000 batang dalam tahap
pembesaran (umur 2 bulan).
• Pembibitan kopi arabika Gayo-1 sebanyak 25.000 batang dalam tahap persemaian
(umur 2 minggu).
59
Dokumentasi
3.1.19 Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.
Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya
Latar Belakang
Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan secara oleh institusi
pencetak teknologi seperti Balitbang Pertanian dan perguruan tinggi sudah cukup
memadai. Balitbang Pertanian, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah menghasilkan
paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai dengan kebutuhan daerah
yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa inovasi paket teknologi
pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat nyata pada tataran Industry pertanian
yang berorientasi profit, sehingga diperlukan wadah untuk menyatukan temuan inovasi
tersebut dengan pengguna (entrepreneurs), sehingga dapat dirasakan dampaknya
terhadap perekonomian wilayah.
Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan berbasis industri
pertanian yang dikembangkan berdasarkan inovasi-inovasi pertanian (Seonarso 2011)
spesifik lokasi. TTP adalah kawasan Ipteks yang dibangun untuk memfasilitasi percepatan
alih teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang pemerintah, perguruan tinggi dan
swasta, sekaligus sebagai percontohan pertanian terpadu bersiklus biologi (Tatsuno, 1996;
Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008). Berkaca kepada kesuksesan beberapa negara lain
60
dalam mengembangkan agro tekno-park, seperti Amerika Serikat dengan Sillicon Valley
high-tech, Daejon di Korea Selatan, Zongguanchun Science Park di Cina, Andalusia techno-
park di Spanyol dan Tsukaba science di Jepang serta Kampung tekno-park di Jepara
(Raharjo, 2002). Tentunya tidak salah jika Indonesia, dalam hal ini adalah Provinsi Aceh
melalui Badan Litbang Pertanian yang di jalankan BPTP Aceh dapat mengembangkan (TTP)
berbasis inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dimiliki dengan
bekerja sama dengan universitas, pemerintah daerah dan industriawan lokal.
Tujuan
• Membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas padi
sawah, ternak, hortikultura.
• Membangun unit bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih sumber
padi sawah dan jasa alsintan.
• Meningkatkan kapasitas kelembagaan Koperasi Baba Pintoe sebagai pengelola bisnis di
TTP Kota Jantho.
• Meningkatkan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho dan Meningkatkan
ekonomi regional.
Keluaran
• Terbangunnya Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas padi
sawah, padi gogo, ternak (sapi) dan hortikultura.
• Terbangunnya bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih sebar padi
sawah dan jasa alsintan oleh Koperasi Babah Pintoe sebagai entitas bisnis TTP Kota
Jantho.
• Menghasilkan wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho.
Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho tahun 2017 mengacu kepada
teknik pelaksanaan diseminasi yang telah dilaksanakan oleh Balitbangtan. Prosedur
mencakup hasil evaluasi dan penjaringan umpan balik pelaksanaan kegiatan pembangunan
TTP Kota Jantho tahun 2016. Dalam hal ini dilakukan analisis mendalam terhadap
pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan. Kemudian dilakukan diskusi mendalam yang
melibatkan seluruh tim dari Balitbangtan dan unsur teknis (dinas) terkait dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian menyusun rencana pelaksanaan kegiatan TTP
Kota Jantho.
61
Mengacu kepada teori dasar manajemen (plan, do, check dan act), setelah
pembentukan purwarupa, tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan, untuk penyesuaian beberapa kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan
yang dimaksud, agar pada tahap selanjutnya kegiatan dapat lebih fokus dalam pencapaian
tujuan. Beberapa kegiatan yang bersifat ilmiah (scientific based) dilakukan untuk
mengetahui tingkat capaian tujuan kegiatan dengan melihat pencapaian indikator
keberhasilan dari kegiatan TTP itu sendiri.
Pada tahun anggaran 2017, kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho lebih
difokuskan kepada penguatan aspek kelembagaan dari TTP, dalam hal ini adalah lembaga
yang berorientasi bisnis yaitu pencapaian profit usaha. Fakta ini merujuk kepada Pedoman
Umum Pembangunan TSTP edisi revisi yang diterbitkan oleh Balitbangtan, bahwa dalam
pembangunan TTP harus berorientasi bisnis berbasis komoditas lokal dan pelaku bisnis
muda (pemuda). Berdasarkan hal tersebut, tim pelaksana pembangunan TTP Kota Jantho
bersama dengan seluruh stakeholder, termasuk juga tokoh masyarakat, menentukan
bahwa bentuk kelembagaan pengelola TTP Kota Jantho adalah koperasi. Filosofi koperasi
dianggap sesuai dengan sistem sosial yang ada di kawasan pembangunan TTP Kota
Jantho.
Hal mendasar yang menjadi insert pembangunan TTP Kota Jantho tahun 2017
adalah fokus kepada pengembangan bisnis yang dikelola oleh Koperasi Babah Pintoe,
karena aset yang telah dibangun dan diadakan harus secara bertahap diserahkan kepada
Pemerintah Daerah Aceh Besar. Hal ini sesuai dengan naskah kesepahaman (MOU) antara
Balitbangtan dan Pemerintah Daerah Aceh Besar (Lampiran 1), serta dengan legalitas
turunan (derivat) dari MOU tersebut, seperti penetapan organisasi pelaksanaan (Lampiran
2) pembangunan TTP Kota Jantho oleh Bupati Aceh Besar.
Secara operasional, untuk aspek teknis pendampingan dilaksanakan oleh tim dari
BPTP Aceh bersama Perguruan Tinggi (Unsyiah), Dinas Pertanian Aceh Besar melalui Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Jantho. Dari sisi teknis koperasi pendampingan dilakukan
oleh Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Besar, dalam hal ini dilakukan oleh Pusat Layanan
Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar.
Hasil
1. Pada tahun ketiga pembangunan TTP Kota Jantho difokuskan kepada penguatan
kapasitas kelembagaan Koperasi Babah Pintoe, sebagai entitas bisnis TTP Kota Jantho.
Penguatan kapasitas kelembagaan dikaji dari aspek perluasan bisnis pada volume
produksi dan cakupan wilayah pemasaran produk benih sebar komoditas padi sawah.
62
Pada unit usaha penyediaan jasa alsintan adalah peningkatan utilitas traktor untuk
mencapai nilai ke ekonomian.
2. Dari sisi administrasi dan legalitas hukum telah diselesaikan proses penyerahan aset ke
Pemerintah Daerah Aceh Besar untuk tahun kegiatan 2015 dan 2016, untuk kegiatan
fisik dan pengadaan sarana pendukung menunggu proses audit dari Inspektorat
Kementerian Pertanian.
3. Beberapa tenan yang mengikuti pelatihan teknis telah berhasil mengaplikasikan inovasi
teknologi introduksi.
Dokumentasi
3.1.20 Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)
di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ahmad Adriani, SP
Latar Belakang
Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik terus meningkat
baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari peningkatan
pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota industri dan pariwisata.
Sementara itu ditinjau dari aspek produksi potensi pengembangan komoditas hortikultura
terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan lahan, teknologi budidaya,
pascapanen, maupun pengolahannya (Saptana, et.al. 2005). Potensi lahan untuk
pengembangan komoditas hortikultura di provinsi Aceh mencakup luas lahan tegalan/huma
322.336 ha, luas lahan ladang/huma 246.801 ha dan lahan sementara tidak digunakan
seluas 444.341 ha (BPS, 2013). Beberapa kabupaten di Provinsi Aceh, lahan sawah di luar
musim rendengan juga digunakan sebagai lahan yang potensial untuk budidaya tanaman
hortikultura.
Pendekatan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Hortikultura;
63
cabai merah, bawang merah dan jeruk yang dirancang berdasarkan kesesuaian potensi
daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan kesesuaian dan kelayakan agro-
ekosistem, keterkaitan antar wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi,
serta berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Badan
Litbang Pertanian, 2012). Kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis
Hortikultura mengacu pada Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang penetapan
kawasan Cabai, Bawang Merah, dan Jeruk.
Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Tengah,
Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal dengan jeruk
keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi penurunan areal akibat
serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman jeruk yang mati. Sedangkan di
Aceh Jaya terkenal dengan jeruk siam akibat konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia
yang berkepanjangan mengakibatkan tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan
banyak yang mati. Perlu penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknologi
pembibitan dan budidaya yang berkelanjutan.
Tujuan
• Memberikan dukungan inovasi hortikultura; cabai merah, bawang merah, dan jeruk
sesuai wilayah pembinaan/ pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.
• Memberikan rekomendasi teknologi hortikultura spesifik lokasi cabai merah, bawang
merah dan jeruk
Keluaran
Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura; cabai merah, bawang merah dan
jeruk di Provinsi Aceh.
Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)
dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama dalam
mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP sayuran bawang merah,
cabai merah dan Jeruk di kabupaten yang melaksanakan Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan di Provinsi Aceh.
Kegiatan yang akan dilaksanakan PKAH meliputi :
1. Koordinasi dengan instansi terkait
2. Identifikasi lokasi/analisis masalah
64
3. Pelatihan Agribisnis hortikultura.
4. Pembuatan demplot cabai merah dan bawang merah,
5. Kegiatan temu lapang agribisnis hortikultura.
6. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice (GAP).
Ruang Lingkup
Kegiatan PKAH mendukung program kementerian pertanian dilakukan melalui
kerjasama petani, penyuluh, dan stake holder terkait, kegiatannya meliputi:
a. Persiapan
Persiapan meliputi : Studi pustaka, mengumpulkan data, Menyusun proposal,
menyusun RODHP, koordinasi dengan instansi terkait.
b. Pelaksanaan
Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura meliputi kegiatan pelatihan Agribisnis
hortikultura, Pembuatan demplot cabai merah, bawang merah (temu lapang) dan
pelatihan budidaya jeruk Manis Patek.
c. Pelaporan
Hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam laporan tengah tahunan dan laporan
akhir kegiatan.
Hasil
• Hasil Demplot untuk bawang merah TSS Tuk-tuk belum memberikan hasil yang baik
disebabkan pada saat pindah semai umur 45 hst kelahan mengalami gangguan
perubahan iklim yang ekstrim sehingga banyak tanaman bawang yang mati, upaya
preventif sudah dilakukan namun hasilnya tidak memuaskan, untuk pendampingan
kedepan pengawalan tentang Budidaya bawang TSS harus lebih Intensif.
• Hasil Demplot untuk bawang merah umbi varietas Bowji, Mentes, Bima Brebes,
menunjukkan hasil diatas rata-rata produksi bawang merah yang dihasilkan oleh
petani bawang merah Kecamatan Simpang Tiga yang hanya mencapai 6-8 ton/ha,
Varietas Mentes produktivitas mencapai 11,63 ton/ha, Varietas Bima Brebes 9,10
ton/ha dan Varietas Bowji 8,7 ton/ha.
• Untuk Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura Jeruk dilaksanakan di
Desa Pajar Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Aceh Jaya dengan memperkenalkan
Teknologi pemupukan tanaman jeruk muda (belum menghasilkan), saat jeruk
Produktif dan tanaman Tua (kurang produktif)
• Untuk Pengendalian OPT yang dominan selama ini di Aceh Jaya adalah Penyakit
65
Bledok dan Lalat Buah dalam mengatasi masalah tersebut di dalam kegiatan ini
melakukan Pelatihan/praktik dalam mengatasi OPT tersebut serta melakukan
Pemangkasan dan Peremajaan(sambung samping).
Dokumentasi
3.1.21 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Lokal
Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si
Latar Belakang
Pedoman pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik (SDG) tanaman telah
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
67/Permentan/OT.140/12/2006. SDG tanaman merupakan kekayaan negara yang tidak
ternilai harganya, keberadaannya tersebar diberbagai tempat, dan merupakan bahan
dasar yang penting untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan untuk memperoleh
varietas tanaman unggul baru. Untuk keperluan Pelestarian dan pemanfaatan sumber
daya genetik tanaman, mempertahankan keberadaan keanekaragaman dan potensinya
perlu dilakukan kegiatan pencarian, pengumpulan, pemuliaan dan pengembangannya.
Rencana kegiatan SDG 2017, sesuai dengan arahan tim monev BB Biogen agar
difokuskan pada komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yaitu padi sigupai,
pengelolaan kebun koleksi in-situ dan ex-situ, serta pendaftaran varietas. Kegiatan untuk
padi sigupai mencakup uji adaptif, pengelolaan kebun ex-situ mencakup perawatan kebun
koleksi dan pengoleksian tanaman langka lainnya yang dianggap penting, serta
pendaftaran varietas lokal.
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman, disebutkan varietas tanaman adalah sekelompok tanaman
dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun bunga, biji dan eksperesi karakteristik genotype atau kombinasi genotype yang dapat
66
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang
menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Sesuai dengan
pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa varietas tanaman yang dihasilkan harus
berbeda dengan varietas tanaman yang lain yang ditandai dengan perbedaan bentuk fisik
sampai perbedaan karakteristik tanaman.
Tujuan
Tujuan tahunan kajian ini yaitu :
• Mendapatkan data potensi dan tingkat keberagaman padi sigupai sebagai calon varietas
baru.
• Menyelamatkan tanaman SDG tidak hilang/punah.
• Mendaftarkan kepemilikan varietas.
Tujuan jangka panjang kajian ini yaitu :
• Mendapatkan database dan buku katalog padi sigupai
• Menggali informasi, mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca panen dan
sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan tanaman lokal potensial serta
memperbaharui buku katalog SDG.
• Mendapatkan perlindungan varietas.
Keluaran
Keluaran tahunan dari kajian ini yaitu :
• Diperoleh data potensi dan tingkat keberagaman padi sigupai sebagai calon varietas
baru.
• Diperoleh informasi, mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca panen dan
sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan SDG tanaman lokal potensial serta
memperbaharui buku katalog SDG.
• Diperoleh sertifikat kepemilikan varietas
Keluaran jangka panjang dari kajian ini yaitu :
• Diperoleh database dan buku katalog padi sigupai
• Dilindungi varietas lokal
Metodologi
• Menetapkan lokasi, luas areal dan benih.
• Melaksanakan olah tanah sempurna (2 kali), penanaman, pemupukan, pemeliharaan
dan pengendalian hama/penyakit disesuaikan dengan anjuran/rekomendasi setempat.
• Melaksanakan seleksi (rouguing). Bila campuran varietas lain sangat banyak,
dianjurkan untuk melakukan seleksi positif, yaitu memilih tanaman yang memenuhi
67
kriteria baku/sesuai deskripsi varietas yang bersangkutan. Disamping itu juga
melakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, komponen hasil produksi,
deskripsi, serangan hama/penyakit dan kondisi pertanaman.
Analisa data : Parameter yang diamati
• Tinggi tanaman dilakukan pada umur 30, 50 dan 70 HST dilakukan dengan mengukur
dari pangkal sampai daun yang tertinggi.
• Jumah anakan dilakukan pada umur 30, 50 dan 70 HST dilakukan menghitung semua
anak yang produktif maupun tidak produktif.
• Jumlah malai dalam satu rumpun
• Jumlah gabah bernas/malai
• Jumlah gabah hampa/malai
• Bobot kering 1000 butir
• Hasil gabah kering/plot
• Pelaporan
Hasil
Suatu kultivar untuk mendapatkan perlindungan varietas tanaman memiliki
karakteristik yang dapat dideskripsikan dan dibudidayakan turun menurun. Pendaftaran
varietas sebagai perlindungan varietas tanaman menurut UU No. 29 Tahun 2000,
perlindungan khusus yang diberikan Negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh mendaftarkan sebanyak 5 varietas, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Pendaftaran Varietas pada Tahun 2017
No Nama Varietas Lokasi Komoditi Sertifikat
1. Bawang Merah Gayo Aceh Tengah Bawang merah
2. Pisang Awak Taja Aceh Timur Pisang 279/PVL/2017
3. Sambay Simeulue Padi 381/PVL/2017
4. Cantik Putih Pidie Padi 236/PVL/2017
5. Siputih (Room Putih) Aceh Tengah Padi
68
IV.. OORRGGAANNIISSAASSII DDAANN KKEERRAAGGAAAANN SSDDMM
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh merupakan Unit Kerja Teknis
(UPT) Kementerian Pertanian yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Eselon I), yang selanjutnya bertanggungjawab langsung kepada Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor.
Kelancaran pelaksanaan tugas–tugas yang diemban oleh BPTP Aceh telah
ditetapkan berdasarkan struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh. Hal ini telah sesuai
dengan Surat Keputusan (SK) Kepala BPTP Aceh No.01/OT.130/I.12.1/01/2016 tanggal, 7
Desember 2016 yang mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
16/Permentan/OT.140/3/2006. Sebagai gambaran tentang struktur organisasi dapat dilihat
pada Gambar 1.
Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang telah
ditetapkan, maka sasaran dan tujuan pembentukan BPTP Aceh, di Provinsi Aceh adalah
untuk dapat memperkuat kegiatan penelitian dan pengembangan di daerah, berdasarkan
sumberdaya yang dimiliki dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian
spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung
pembangunan agribisnis dan agroindustri. Selain itu keberadaan BPTP Aceh diarahkan
untuk menggerakkan pembangunan pertanian sekaligus sebagai pusat informasi inovasi
teknologi pertanian, yang mempunyai tugas/fungsi :
1. Inventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan
materi penyuluhan pertanian. Hal ini mengacu kepada Permentan Nomor:
19/Permentan/OT.020/05/2017, tentang Pengaturan dan Tugas Fungsi BPTP. Dalam
hal ini spesifik pada tugas penyuluh BPTP yang membantu penyuluh di daerah dalam
mempersiapkan materi penyuluhan, spesifik lokasi.
4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian.
69
4.1. Sumber Daya Manusia
Keragaan Sumber Daya Manusia (SDM) BPTP Aceh per 31 Desember 2017 jumlahnya
mencapai 4 orang tenaga PNS dan 14 orang tenaga kontrak. Dalam tahun yang sama,
penyebaran tenaga PNS berdasarkan tempat tugas dapat dilihat pada Tabel 3. Persentase
jumlah SDM yang bertugas di BPTP Aceh sebesar 79,6 %, 10,6 % bertugas di KP. Gayo
dan 9,7 % bertugas di KP. Paya Gajah.
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh.
KP. Gayo
Kelji :
1. Budidaya 2. Sosek Pertanian 3. Pasca Panen 4. Sumberdaya lahan
KP. Paya Gajah
Kelompok Jabatan
Fungsional
Ur. Keu/Perlk.
Ur.Kepeg/ RT
- Lab - UPBS
- Visplot - Alsintan/
Bengkel
Subsi
Jaringan
Infotek
Subsi
Kerjasama
Subsi
Diseminasi Koordinator
Program
Komisi
Teknologi
Kasi Kerjasama
dan Pelayanan
Pengkajian
Sub Bag.TU
KEPALA BPTP
70
Tabel 1. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan
Unit Kerja Golongan
Jumlah % IV % III % II % I %
BPTP ACEH 8 50 20 2 80 79,6
KP. GAYO - - 4 7 - - 11 10,6
KP. PAYA
GAJAH
- - 3 5 2
10 9,7
Total 8 57 29 5 101 100
Berdasarkan golongan, pegawai terbesar adalah golongan III (62,1%), diikuti dengan
urutan distribusi; golongan II (24,3%), golongan IV (10,9%) dan golongan I (2,43%).
Distribusi tenaga PNS menurut golongan dan ruang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang
Golongan Ruang
Jumlah A % B % C % D %
IV 4 55.5 3 33,3 1 11,1 - - 9
III 7 12,0 23 39,6 9 12,5 18 32,7 58
II 4 12,5 6 3,1 13 40,6 9 28,1 32
I - - 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4
Total 101
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh pegawai BPTP Aceh
terbanyak; S3 (2,9 %) diikuti S2 (16,5) S1 (32 %), D4 (2,9 %), D3 ( 6,7 %), SLTA (33,9
%), SLTP (29,1 %) dan SD sebanyak 1,9 %. Distribusi jumlah PNS berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja
Pendidikan Unit Kerja
Jumlah BPTP % KP Gayo % KP. Paya Gajah %
S3 3 100 - - - - 3
S2 17 100 - - - - 17
S1 27 87,8 3 9 1 3 31
D4 3 100 - - - - 3
D3 6 85,7 - - 1 14,2 7
SLTA 21 60 8 22,8 6 17,1 35
SLTP 1 33,3 - - 2 66,3 3
SD 2 100 - - - - 2
Total 80 11 10 101
71
Keragaan sumberdaya manusia menurut tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 4, sedangkan jumlah PNS menurut tingkat pendidikan dan kelompok usia dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin
No Tingkat Usia Laki –laki Perempuan Jumlah
1. 20 – 25 Tahun 1 1
2. 26 – 30 Tahun 2 4 6
3. 31 – 35 Tahun 10 2 12
4. 36 – 40 Tahun 7 5 12
5. 41 – 45 Tahun 9 6 15
6. 46 – 50 tahun 12 6 18
7. 51 – 55 tahun 21 7 28
8. 56 – 60 tahun 7 2 11
Jumlah 69 32 101
Tabel 5. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan
Tingkat Usia
No Unit
Kerja
Pendidikan
S3 S2 S1 D4 SM D3 SLTA SLTP SD
1 20-25
Tahun -
2 26-30
Tahun
2 1 4
3 31-35
Tahun
2 3 1 3 1
4 36-40
Tahun
1 5 1 5 -
5 41-45
Tahun
2 2 3 1 6 1 1
6 46-50
Tahun 5 6 7 -
7 51-55
Tahun 1 5 10 3 10 -
8 56-60
Tahun
3 3 3
Jumlah 3 18 32 7 38 1 2
Menurut pendidikan dan usia jumlah pegawai terbanyak pada strata SLTA kisaran
usia 51-55 tahun. Diikuti strata S1 juga pada kisaran usia 51-55 tahun dan pada umumnya
pegawai terdistribusi ke semua tingkatan usia. Pada jenjang S3 terdapat 2 orang yang
berumur antara 41-45 tahun, hal ini menunjukkan masih cukup panjang jenjang karir yang
72
akan dilalui, walaupun secara kuantitas masih kurang dengan level kerja BPTP Aceh saat
ini.
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja bagi PNS telah ditempuh berbagai
upaya peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian uang makan dan Tunjangan
Kinerja (TUKIN)). Sedangkan untuk proses kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan
pengusulan karis/karsu, askes dan lain-lain lebih diprioritaskan dan lancar. Pada tahun
2016 pegawai yang pensiun sebanyak 5 orang.
BPTP Aceh merupakan unit pelaksana penelitian, pengkajian dan diseminasi hasil
penelitian yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus didukung oleh
tenaga fungsional, tenaga struktural dan tenaga administrasi lainnya. Keberadaan tenaga
PNS Lingkup BPTP Aceh dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh
No Jabatan Golongan
Jumlah IV III II I
A Struktural 1 Eselon III 1 - - - 1 2 Eselon IV 1 1 - - 2
Total 2 1 3
B Fungsional 1 Peneliti 1 11 - - 12 2 Penyuluh 3 14 - - 19 3 Pustakawan - 1 - - 1 4 Teknisi/Litkayasa - - 2 - 2
Total 5 25 2 - 34
4.2. Keuangan
a. Anggaran Belanja
BPTP Aceh, pada tahun anggaran 2017 memperoleh alokasi dana APBN sebesar
Rp. 17.733.814.000,- (tujuh belas milyar tujuh ratus tiga puluh tiga delapan ratus empat
belas ribu rupiah). Secara umum, alokasi tersebut mencakup belanja operasional dan
belanja non operasional. Pada tahun ini juga, BPTP Aceh tidak mendapat alokasi untuk
belanja modal, kecuali belanja modal yang diserahkan ke pemerintah daerah atau
masyarakat (526). Gambaran tentang rincian dana untuk masing-masing kegiatan dapat
dilihat pada Tabel 7.
73
Tabel 7. Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2017
No Kode Uraian Kegiatan Jumlah
Dana/pagu (RP)
Realisasi (Rp) %
1. 1801.201 Teknologi Spesifik
Lokasi Komoditas
Strategis
670.000.000,- 668.550.726,- 99,90
2. 1801.202
Teknologi
Komoditas Strategis
yang Terdesiminasi
ke Pengguna
2.792.500.000,- 2.791.159.722,- 99,95
3. 1801.203
Rekomendasi
kebijakan
pembangunan
pertanian
75.000.000,- 74.894.4 00,- 99,86
4. 1801.204
Model
pengembangan
inovasi pertanian
bioindustri
170.000.000,- 169.836.000,- 99,90
5. 1801.206 Benih Sumber Padi,
Jagung dan Kedelai 1.090.250.000,- 1.088.804.000,- 99,84
6. 1801.209 SDG 90.000.000 89.211.300,- 99.88
7. 1801.208 Taman Teknologi
Pertanian (TTP) 1.000.000.000,- 995.145.000,- 99,51
8. 1801.994 Layanan
perkantoran 8.580.000.000,- 7.984.273.461,- 93,056
9. 1801.995 Layanan Internal 2.834.964.000,- 2.786.071.872,- 98,275
Jumlah 17.733.814.000,- 17.201.580.000 95.85
b. Anggaran dan Realisasi
a. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian
dan pengembangan Satker BPTP Aceh pada TA. 2017 didukung oleh sumber dana
yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM), Rupiah Khusus
(RK), serta Rupiah Murni Pendamping (RMP).
b. Anggaran Satker BPTP Aceh dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA Tahun
Anggaran 2017 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: SP DIPA-018.09.2.567392/2016,
tanggal 7 Desember 2016. Setelah mengalami beberapa kali revisi, karena adanya
kebijakan penganggaran, jumlah Pagu DIPA Tahun Anggaran 2017 terakhir direvisi
adalah sebesar Rp. 17.733.814.000,-. Alokasi anggaran BPTP Aceh berdasarkan
jenis belanja (menurut DIPA tahun 2017) terdiri dari belanja pegawai, belanja
74
barang dan belanja modal. Disamping dana DIPA, BPTP Aceh pada tahun 2017 juga
mendapat dana dari kerjasama dengan ACIAR-Australia sebesar Rp. 622.964.000,-
dengan realisasi sebesar 100%.
c. Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).
d. Target dan Realisasi Pendapatan
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP Aceh pada
tahun 2017 diperoleh dari penerimaan umum dan penerimaan fungsional. Target
pengembalian PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Aceh sesuai DIPA tahun anggaran
2017 adalah sebesar Rp. 236.460.000., sedangkan estimasi PNBP sebesar Rp.
253.500.000,-. Realisasinya penerimaan pada akhir tahun anggaran 2017 sebesar Rp.
330.395.930 (130.33%), sehingga dapat dikatakan target PNBP dari Satker BPTP Aceh
pada tahun anggaran 2017 mencapai 130.33 %. Secara lengkap target dan realisasi PNBP
berdasarkan jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2017
AKUN Jenis Peneimaan Target (Rp) Realisasi (Rp) %
423141 Pendapatan Sewa Tanah,
gedung dan bangunan
2.000.000 37.278.240 1863.92
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan
Mesin
0 0 0
423951 Penerimaan Kembali Belanja
Pengawai TAYL
0 90,- 0
423752 Pendapatan Denda
Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah
0 0 0
423921 Pendapatan Pelunasan Piutang
Non Bendahara
0 0 0
423111 Penjualan Hasil
Pertanian/Perkebunan
250.000.000,- 293.117.600,- 116.55
423216 Pendapatan Jasa Tenaga,
Pekerjaan, Informa
0 5.625.000,- 0
423291 Pendapatan jasa lainnya 1.500.000,- 0 0
Jumlah 253.500.000,- 330.395.930,- 130,33
75
4.3 Fasilitas
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh tersebar di 3 (tiga) lokasi; (1)
Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh ; (2) Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak kabupaten
Barat Aceh Timur dan (3) Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah kabupaten Bener Meriah.
Keadaan sarana dan prasarana yang disajikan dalam laporan ini merupakan gambaran
secara garis besar. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh meliputi: (1)
Tanah; (2) Gedung dan Bangunan; (3) Perumahan; (4) Kendaraan roda dua, empat, dan
roda tiga (5) Peralatan dan mesin; (6) Jalan, Irigasi dan Jaringan, (7) Peralatan UPBS dan
(8) Aset tetap lainnya.
a. Tanah
BPTP Aceh saat ini mempunyai aset tanah seluas 1.665.847 m² yang terletak di 3
(tiga) lokasi yaitu: (1) Kota Banda Aceh; (2) Kabupaten Aceh Timur dan; (3) Kabupaten
Bener Meriah. Status kepemilikan tanah pada kantor BPTP Aceh adalah berstatus sebagai
sertifikat Hak Guna Pakai (HGU) dari Pemerintah Aceh , Hak milik Kementerian Pertanian
dan akta pembebasan/jual beli.
Lokasi Tanah Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh BPTP Aceh
berlokasi: 1) Tanah BPTP Aceh yang setatusnya Hak pakai Pemerintah Aceh dengan luas:
56.100 m² (tidak tercatat dalam SIMAK BMN), sedangkan yang tercatat dalam Simak BMN:
1.609.747 m² yang terdiri dari tanah kebun Visitor Plot, bangunan kantor, perumahan,
bengkel, gudang dan garasi. 2) Kebun Percobaan Paya Gajah dengan luas: 1.410.917 m²
yang terdiri dari kebun percobaan kelapa, bangunan kantor, perumahan, gudang. 3)
sedangkan Kebun Percobaan Gayo dengan luas: 198.830 m². Luas yang terdiri dari: Kebun
plasma nuftah kopi dan SDG lainya, bangunan kantor, perumahan, bengkel, gudang dan
garasi, dengan luas dan keragaan pemanfaatan tanaman Plasma Nutfah Tanaman yang
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.
76
Tabel 9. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2017
No Uraian
Luas (m²)
Jumlah BPTP
Aceh
KP P. Gajah
(Aceh Timur)
KP. Gayo
(Bener Meriah)
1. Tanah Kebun
Percobaan 0 1.392.817 190.508 1.583.325
2. Tanah Bangunan
Kantor Pemerintah 0 2.100 4.773 6.873
3. Tanah Bangunan
Rumah Negara GOL II/
Guest House/Gudang/
Bengkel/Gerasi
0 16.000 3.550 19.550
Jumlah 0 1.410.917 198.830 1.609.748
b. Bangunan Gedung
Keragaan bangunan gedung yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember 2016
meliputi gedung kantor, guest house, gudang/bengkel/parkir, garasi, pos jaga, lantai
jemur, gudang benih/UPBS, gedung laboratorium, gedung multimedia dan gedung
perpustakaan serta Pagar pengaman kebun. Jenis, luas, lokasi dan banyaknya bangunan
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2017
No Uraian
Lokasi Jumlah
BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo
Un
it
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2)
1 Kantor 2 1.155,5 1 205 1 784 4 2.144,5
2 Guest House 1 120 1 120 - - 2 240
3 Gudang/
Bengkel/parkir 4 826 5 311 4 2.704 13 3.841
4 Laboratorium 4 480 - - - - 4 480
5 Multimedia 1 120 - - - - 1 120
6 Perpustakaan 1 120 - - - - 1 120
7 Pos Jaga 1 33 - - - - 1 33
Pagar permanen
1 75 1 1.143 - - 2 1,218
6 Lantai jemur 1 210 1 200 - - 1 410
Total 16 3.139,5 9 836 5 3.488 30 8.606,5
Rumah Dinas
Rumah Negara golongan II yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember 2017
berjumlah 40 unit, golongan I sebanyak 2 unit dan Rumah jabatan sebanyak 1 unit, dan
kondisi rumah yang dimiliki pada saat ini rata-rata masih baik, dan rusak ringan, hanya
rumah dinas yang berada di Kebun Percobaan Paya Gajah sebanyak 7 unit kondisinya
77
sudah kurang baik, 1 unit sudah rusak berat, dari 11 unit rumah dinas Gol II dalam kondisi
rusak ringan sampai berat karena bangunannya sudah lama. Sedangkan rumah dinas yang
ditinggalkan karena pensium terdapat pada lokasi Kp Paya Gajah sebanyak: 3 Unit dalam
kondisi kosong dan untuk rumah dinas Golongan II yang berlokasi di kebun Percobaan
Gayo pada tahun anggaran 2015 sebanyak: 11 Unit rumah negara Gol II dengan rincian
Rumah Negara Golongan II Type A 1 unit, Type B: 4 Unit, Type C: 4 Unit dan Type D : 2
Unit - jumlah bangunan dapat di lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2017
Tabel 11. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja
Tahun 2017
No Uraian
Lokasi Jumlah
BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo
Unit Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2) Unit
Luas
(M2)
1 Rumah dinas Type A - - - - 1 190 1 190
2 Rumah dinas Type B 2 240 - - 4 360 6 600
3 Rumah Dinas Type C 3 210 - - 4 280 7 490
4 Rumah Dinas Type C Semi permanen
- - 4 204 - - 4 204
5 Rumah Dinas Type D 12 636 4 202 2 112 18 950
6 Rumah Dinas Type E 2 72 3 105 - - 5 177
Jumlah 19 1.158 11 511 11 942 41 2.611
0
2
4
6
8
10
12
BPTP ACEH KP PAYAGAJAH
KP GAYO
RUMAH DINAS TYPE .A
RUMAH DINAS TYPE.B
RUMAH DINAS TYPE.C
RUMAH DINAS TYPE C SEMI
RUMAH DINAS TYPE.D
RUMAH DINAS TYPE.E
78
a. Kendaraan Dinas
Untuk kelancaran pelaksanaan operasional kegiatan BPTP Aceh didukung oleh sarana
transportasi kendaraan dinas roda dua dan kendaraan dinas roda empat. Kondisi per 31
Desember 2017 Jumlah kenderaan roda dua, empat dan roda tiga terdiri dari Pick Up : 6
unit, Mini Bus : 10 unit, Jeep : 3 unit dan sepeda motor : 36 unit dan Kenderaan Dinas
Roda 3 sebanyak : 4 unit. Kondisi kendaraan roda 2 dan 4 yang baik dan rusak antara lain
BPTP Aceh rusak ringan/berat 17 unit, KP Paya Gajah: 6 unit dan KP Gayo berjumlah 11
unit. Kondisi rusak ringan sampai dengan berat dan direncanakan akan dihapus pada
tahun anggaran 2016. pada tahun 2016 telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN
berupa Kenderaan Roda 4 ,3, dan 2 ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang
Pertanian. Jumlah dan lokasi kendaraan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2017
No Uraian Lokasi
Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo
1. Kendaraan
Dinas Roda 4 16 3 - 19
2. Kendaraan
Dinas Roda 2 22 3 11 36
3. Kenderaan
Dinas Roda 3 2 1 1 4
Jumlah 40 7 12 59
c. Peralatan
Guna menunjang pelaksanaan kegiatan BPTP Aceh juga dilengkapi dengan berbagai
peralatan yang meliputi: (1) peralatan kantor; (2) peralatan pertanian; (3) peralatan
multimedia; (4) peralatan laboratorium dan; (5) peralatan bengkel, pada tahun 2017 telah
diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Selain Tanah dan Bangunan berupa
peralatan ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Pada tahun
anggaran 2017 terjadi penambahan peralatan yang berasal pengadaan belanja modal, dan
trasfer masuk yang terdiri dari:
I. Pembelian : Kendaraan roda 2 (dua) 2 unit, Air Conditioning (AC) 4 unit, Scenner 2
unit, laptop 1 unit, printer 1 unit, dan P.C Unit 3 unit, dan mesin Foto copy 1 unit
II. Transafer masuk Dari Kementerian pertanian 1 unit Laptop, 1 unit Printer, LCD 1
unit, Software untuk ULP 2 paket untuk kegiatan ULP BPTP Aceh.
79
Tabel 13. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2017
No Uraian Luas (m²)
Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo
1. Peralatan
kantor
1.038 98 267 1.403
2. Peralatan
Pertanian
150 11 11 172
3. Peralatan
Multimedia
412 - 26 438
4. Peralatan
Laboratorium
71 - 18 92
5. Peralatan
Bengkel
80 2 10 92
6. Pustaka 575 - - 575
Jumlah 2.326 111 332 2.772
AAsseett LLaannccaarr ((YYaanngg BBeerraassaall DDaarrii BBeellaannjjaa MMaakk 552266 )) YYaanngg DDiisseerraahhkkaann KKeeppaaddaa
MMaassyyaarraakkaatt//PPeemmddaa DDaallaamm KKeeggiiaattaann TTttpp LLookkaassii AAcceehh BBeessaarr TTaahhuunn 22001177 SSeebbaaggaaii BBeerriikkuutt ::
11.. PPEERRAALLAATTAANN DDAANN MMEESSIINN ::
➢➢ KKeennddaarraaaann RRooddaa 33 :: 11 UUNNIITT RRpp.. 2255..000000..000000,,--
➢➢ SSoouunnddssyysstteemm SSttaannddaarr :: 11 UUNNIITT RRpp.. 3300..000000..000000,,--
➢➢ MMoobbiillaaiirr :: 1100 UUNNIITT RRpp.. 5500..00000000..000000,,--
22.. GGEEDDUUNNGG DDAANN BBAANNGGUUNNAANN UUNNTTUUKK DDIISSEERRAAHHKKAANN KKEEPPAADDAA MMAASSYYAARRAAKKAATT//PPEEMMDDAA LLOOKKAASSII
TTTTPP KKAABBUUPPAATTEENN AACCEEHH BBEESSAARR TTAAHHUUNN 22001166
➢➢ BBaanngguunnaann PPooss JJaaggaa :: 11 UUnniitt RRpp.. 8800..000000..000000,,--
➢➢ SSaauunnggttaannii :: 11 UUnniitt RRpp.. 112200..000000..000000,,--
➢➢ LLaannttaaii JJeemmuurr :: 11 UUnniitt RRpp.. 7722..000000..000000,,--
80
VV.. KKEERRJJAASSAAMMAA DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh tingkat
pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan hasil litkaji tersebut diharapkan
dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah sehingga sektor pertanian mampu
berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Penyampaian informasi
teknologi hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada petani-nelayan, pihak swasta dan
pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan terus menerus agar petani-
nelayan dapat menerapkan hasil litkaji tersebut dan kesejahteraannya meningkat. Ada tiga
subseksi dalam kegiatan Pelayanan Teknis BPTP Aceh yaitu Kerjasama Pelayanan dan
Pengkajian, Perpustakaan dan Diseminasi/AVA.
81
5.1. Kerjasama
Tugas pokok dari subseksi Kerjasama adalah melaksanakan kerjasama dengan
stakeholders (pengambil kebijakan) dan beneficiaries (pengguna dan penerima manfaat
jasa teknologi) baik di tingkat daerah maupun nasional, guna mendapatkan input dan
peluang kerjasama untuk menciptakan konsep penelitian/pengkajian paket teknologi usaha
pertanian. Fungsi dari subseksi ini adalah sebagai media perantara yang memberikan
pelayanan prima paket teknologi pertanian dari BPTP Aceh sebagai dapur teknologi kepada
para pengguna jasa teknologi pertanian. Pada TA. 2017, di BPTP Aceh melakukan
kerjasama penelitian/pengkajian dengan instansi lain, dari luar negeri yaitu ACIAR.
5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang
Selain kerjasama penelitian, pelatihan dan magang, BPTP Aceh juga melayani
kerjasama dalam bentuk magang dan on job training mahasiswa. Mahasiswa yang
melakukan magang ikut dibimbing oleh salah satu peneliti atau penyuluh sesuai masalah
dan disiplin ilmu (tanaman pangan, peternakan dan sayuran). Selama tahun 2017, jumlah
mahasiswa yang magang dan melakukan penelitian di lahan BPTP Aceh sebanyak 40 orang
yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Kota Banda Aceh, Universitas Malikulsaleh Kota
Lhokseumawe, Universitas Al-Muslim Kabupaten Bireuen dan mahasiswa program keahlian
dari program diluar domisili IPB.
5.3. Diseminasi/AVA
Pengembangan informasi pertanian merupakan salah satu bentuk kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai media komunikasi.
Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan nonformal bagi petani memiliki peranan mengisi
proses transfer teknologi hasil pengkajian untuk terjadinya perubahan perilaku,
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga petani mempunyai kedudukan
strategis dalam pembangunan pertanian.
Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian dilakukan dengan tujuan untuk
menyampaikan informasi teknologi pertanian kepada pengguna, dengan menggunakan
beragam media komunikasi yang representatif yang mudah diterima mereka, sehingga
sasaran peningkatan produksi dan produktivitas usahatani tercapai seiring meningkatnya
tingkat adopsi terhadap teknologi yang sesuai yang mereka terima pada saat yang tepat.
Beragamnya media komunikasi yang digunakan disebabkan karena masing-masing
media mempunyai keunggulan sendiri. Secara garis besar, media komunikasi yang
82
digunakan oleh BPTP Aceh dikelompokkan menjadi dua yaitu media cetak dan media
elektronik.
5.3.1. Pengembangan informasi melalui media cetak berupa:
a. Buletin Info Teknologi Pertanian
Buletin Info teknologi Pertanian diproduksi sebanyak 1000 eksemplar, berisikan
berbagai macam informasi yang diharapkan dapat berguna atau dimanfaatkan oleh
pengguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka. Bulletin ini terbagi
atas beberapa rubrik, seperti; budidaya, hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya
yang mendukung pembangunan pertanian di Aceh.
b. Leaflet Serambi Pertanian
Seperti halnya Buletin Info Teknologi Pertanian, media cetak Leflet Serambi
Pertanian juga berisikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Akan tetapi isi dari
liptan Serambi Pertanian lebih praktis yang diharapkan dapat di jadikan acuan atau
referensi pengguna untuk teknologi yang diinformasikan. Produksi media cetak Leaflet
Serambi Pertanian Tahun 2017 terbit sebanyak 6 judul, masing-masing berjumlah 1000
lembar (timbal balik), yaitu; (1) Pengembangan Rumput Gajah Sebagai Pakan Ternak, (2)
Pestisida Nabati Cabai, (3) Budidaya Rumput Raja (King Grass), (4) Budidaya Selada
hydroponic, (5) Mengenal varietas unggul padi gogo dan Budidaya bawang merah dengan
biji
c. Poster
Poster (kalender 2017) mengusung tema Jarwo Super yang berjumlah 686 eksemplar.
d. Brosur
Brosur dua judul, yaitu; sistem tanam jajar legowo beroplah 620 eksemplar dan
budidaya bawang merah berjumlah 600 eksemplar.
e. Informasi teknologi tepat guna yang dipublikasikan melalui media elektronik TV Lokal
Aceh (Aceh TV) adalah informasi; (1) empat varietas padi rekomendasi Litbangtan,
(2) Pembinaan Kelompok Wanita Tani dan (3) padi inpari 30.
f. Demontrasi plot berupa gelar teknologi budidaya jagung unggul Litbangtan, yaitu
Bima 20 dan display budidaya tanaman padi menggunakan empat varietas yaitu;
inpari 16, inpari 30, inpari 32 dan mekongga.
83
5.3.2. Pendistribusian Media
Media cetak Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi Pertanian dan poster
disebarluaskan kepada pengguna yang membutuhkan. Sasaran utama pendistribusian
adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Badan Ketahanan Pangan
dan penyuluhan mulai dari propinsi sampai ke kabupaten. Khusus media yang
didistribusikan kepada dinas/instansi terkait di kabupaten diharapkan dapat diteruskan
kepada pengguna selanjutnya baik penyuluh maupun petani. Media yang masih tersisa
akan terus disebarkan kepada pengguna lain yang membutuhkan, baik dari dinas/instansi,
kelompok tani, BPP, mahasiswa, LSM maupun perorangan. Disamping iitu seperti
biasanya media yang diproduksi dalam Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian juga
didistribusikan pada saat pameran pembangunan berlangsung.
5.4. Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Aceh merupakan salah satu implementasi dari tupoksi BPTP
Aceh sebagai pelayanan teknologi dan penyebarluasan hasil penelitian/pengkajian,
perpustakaan ini bertujuan menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan
pengguna lainnya berupa bahan tercetak maupun elektronik untuk membantu kelancaran
tugas lembaga. Sumberdaya manusia sebanyak dua orang. Jumlah sumberdaya manusia
berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2017.
Nama Petugas L/P Pendidikan Mulai
Tugas
Th Pensiun
1. Mardhiah, Amd P D 3 Perpustakaan 1985 Des 2021
2. Suriyani Novita P SMA Biologi 2002 Nov 2034
Tenaga yang menangani perpustakaan BPTP Aceh pada tahun 2017 berdasarkan
dengan jumlah ,bidang tugas dan tupoksi dapat dilihat pada Tabel 15.
84
Tabel 15. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2017.
No Nama Bidang Tugas Tupoksi Keterangan
1 Mardiah, Amd
NIP: 19651231
199103 2 003
Pelayanan - Mengkoordinir kegiatan
Perpustakaan
- Sirkulasi koleksi
- Melayani Peminjaman
buku/publikasi
- Membantu entri database
- Membuat penomoran buku
- menjaga kerapian buku
Pelatihan
2 Suriyani Novita
NIP: 19781108
200812 2 001
Database - Inputing data
- Pelayanan
- Sirkulasi
- Administrasi perpustakaan
- Melaksanakan entri
database
Pelatihan
Dalam menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan pengguna lainnya
berbagai infrastruktur dilengkapi di perpustakaan Aceh. Uraian peralatan perpustakaan
Aceh dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Infrastruktur Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2017
No Uraian Peralatan Lama Baru Jumlah
1 AC 2 buah - 2 buah 2 Komputer lengkap + CD/RW 6 set - 6 set 3 Lemari penitipan barang
pengunjung 1 buah - 1 buah
Lemari koleksi Publikasi Baru 2 buah - 2 buah 5 Lemari Arsip 4 buah - 4 buah 6 Locker (15-20 ruang) 2 buah - 2 buah 7 Meja Komputer 4 buah - 4 buah 8 Meja resepsionis 1 buah - 1 buah 9 Meja baca (1,40 x 0,70 cm) 10 buah - 10 buah 10 Printer 1 unit - 1 set 11 Rak koleksi buku & majalah 16 buah - 16 buah 12 Rak Katalog 1 buah - 1 buah 13 Server 1unit - 1 unit 14 Scanner 2 unit - 2 unit 15 Televisi 21 inci 1 buah - 1 buah 16 Provider Telkomsel - 1 unit
85
Tabel 17. Perkembangan Database Digital Tahun 2017
No Jenis Jumlah record Keterangan
1. Database Buku 1.978 Judul
2. Database Majalah -
3. Database IPTAN 988 Abstrak
4. Database PPTAN (teknologi tepat
guna)
-
5. Database KPTAN (paket
komoditas)
-
6. Database Foto -
7. Databse EJR (Artikel luar negeri) -
8. VCD/ DVD - Koleksi
Perpustakaan
KONDISI TERKINI
Ketersediaan publikasi saat ini sampai akhir tahun 2017 perpustakaan BPTP Aceh memiliki
8.153 koleksi , terdiri atas :
Tabel 18. Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2016
Jenis 2014 2015 2016
Eksemplar Judul Eksemplar Judul Eksemplar Judul
Buku 3.956 13 4.121 165 4.133 177 Berkala Ilmiah
1.867 206 1.967 100 2.046 179
Berkala Lainnya
1.738 6 1.839 101 1.974 180
TOTAL 7.561 225 7.728 167 8.153 536
86
PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN
Adapun data pengunjung perpustakaan di BPTP Aceh Tahun 2017 dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017.
No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang)
1 Januari 55 2 Februari 19 3 Maret 49 4 April 38 5 Mei 39 6 Juni 77 7 Juli 40 8 Agustus 45 9 September 37 10 Oktober 13 11 November 21 12 Desember 26
T O T A L 460
Data pengunjung perpustakaan BPTP Aceh mulai Januari s/d Desember 2016
banyak terdapat dari kalangan mahasiswa, umum, dan penyuluh dari dinas pertanian
selebihnya adanya pengunjung dari mahasiswa/i dari Universitas Syiah Kuala untuk
membuat Surat Bebas Pustaka dan beberapa kalangan Pegawai Dinas mencari bahan
untuk makalah S2.
Perpustakaan menerima kembali mahasiswi magang sebanyak 2 (dua) orang yang
berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Fakultas adab dan Humaniora., Serah
terima mahasiswi dilakukan oleh dosen pembimbing yang bersangkutan, Pada Tanggal 6
September 2016 sampai dengan 1 November 2016 magang, dan ditambah penelitian
selama sebulan mulai tanggal 2 November s/d 5 Desember 2016 Tugas yang dilakukan
yaitu membantu segala aktivitas harian perpustakaan seperti mengentry data SIMPERTAN,
Membuat bundel kliping Koran, mendokumentasikan publikasi yang masuk dan penomoran
serta membuat Leaflet promosi Perpustakaan BPTP ACEH.
5.5. Jaringan Informasi
Salah satu jaringan informasi yang ada di BPTP Aceh sejak 1998 adalah Internet.
Email resmi yang dimiliki ada dua, yaitu bptp_aceh@yahoo.co.id dan bptp-
aceh@litbang.deptan.go.id. Selain itu BPTP Aceh sejak Agustus 2007 telah membuat
87
website atau homepage khusus yakni www.nad.litbang.pertanian.go.id Untuk mengupdate
homepage tersebut telah ditunjuk tim redaksi terdiri peneliti, penyuluh dan teknisi. Dua
Meskipun belum sempurna, namun website tersebut sudah memiliki rubrikasi seperti
Struktur Organisasi BPTP Aceh, SDM, Hasil-hasil penelitian, Profil, News dan lain-lain.
Dengan demikian, website ini diharapkan menjadi media tercepat dalam mendiseminasikan
hasil kegiatan dan pengkajian kepada khalayak melalui jaringan internet.
5.6. Laboratorium
Laboratorium kimia tanah merupakan unit pelayanan dari BPTP Aceh, berfungsi
untuk melayani permintaan analisis dari para peneliti lingkup sendiri maupun dari luar
seperti perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi pemerintah lainnnya.
Keberadaannya juga untuk mendukung usaha pertanian dari para pengusaha pertanian
besar maupun petani kecil.
Laboratorium kimia tanah merupakan salah satu sarana pendukung penelitian dasar
dan terapan, melayani permintaan analisis tanah, air dan pupuk organik. Analisis tanah
yang dapat dilayani oleh BPTP Aceh berupa:
− Penetapan kadar air
− Penetapan pH H2O dan CaCl2 (pH tidak bisa analisis lagi karena pH meternya rusak)
− Penetapan salinitas tanah (ECe) dengan EC meter dan ECa (dengan EM-38)
− Penetapan salinitas air (ECw)
− Penetapan Nitrogen metoda penyulingan titrimetri dan kalorimetri
− Penetapan P & K potensial (ekstrak HCl 25 %) kalorimetri
− Penetapan C-Organik metoda walkley and Black
− Penetapan Al-dd metoda tetrimetri
− Analisa N, P dan K dengan Paddy Soil Test Kit
− Penetapan tekstur tiga fraksi
Sedangkan analisis air yang dapat dilakukan baru mencakup penghitungan pH dan EC.
Analisis pupuk organik: pH, N total, C-organik, C/N, P tersedia dan K & P total.
Laboratorium kimia tanah BPTP Aceh dikelola oleh satu orang staf. Laboratorium kimia
tanah BPTP Aceh didukung oleh beberapa instrumen seperti timbangan analitik,
Spectrophotometer, Flamephotometer, Water Destilation Unit, Mikro Kjeldalh dan EM-38.
Berikut ini adalah alur/tahapan pelayan analisis kimia tanah di BPTP Aceh (Gambar 3).
88
Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Kimia Tanah di BPTP Aceh.
Pelayanan jasa
Pengisian blanko
regestrasi
Pelanggan (Bawa sampel)
Check mutu
Test 1
Analisis
Test 2
Test/Uji Sample
Pengolahan sampel
Terima di laboratorium
Hasil analisis
Selesai
Pengesahan hasil
Hasil analisis
89
VI. PENUTUP
Secara organisasi, struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh sesuai dengan
Surat Keputusan No.01/OT.220/I.12.1/01/2016 tanggal, 2 Januari 2017 berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2006, Sumberdaya manusia yang
dimiliki BPTP berjumlah 103 orang. Pada TA. 2016, BPTP Aceh melaksanakan kegiatan
Pengkajian yang dilaksanakan 8 kegiatan, sedangkan kegiatan diseminasi dan
pendampingan 21 kegiatan yang tersebar di Provinsi Aceh. TA. 2017 BPTP Aceh
memperoleh dana APBN sebesar Rp 17.733.814.000,- (Tujuh Belas Milyar Tujuh Ratus Tiga
Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Empat Belas Ribu Rupiah) dengan realisasi penggunaan
anggaran sebesar Rp. 16.997.105.118,- (95,85 %).
Sampai dengan tahun 2017, sarana dan prasarana berupa tanah, bangunan gedung,
rumah dinas, kendaraan dinas dan peralatan yang tersebar di 3 (tiga) lokasi, yaitu Kantor
BPTP Aceh di Banda Aceh, Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur
dan Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah sedangkan Kerjasama
magang mahasiswa sebanyak 40 orang yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Kota
Banda Aceh, Universitas Malikulsaleh Kota Lhokseumawe, Universitas Al-Muslim Kabupaten
Bireuen dan mahasiswa program keahlian dari program diluar domisili IPB. Untuk kegiatan
diseminasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan teknologi pertanian kepada pengguna
melalui berbagai kegiatan, media elektronik dan media cetak, sedangkan perpustakaan dan
laboratorium sebagai fasilitas untuk staf BPTP Aceh dan pihak lain yang memerlukan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Umum. Manajemen Internal dan Komersialisasi
Teknologi Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 44 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian Serta Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. 74 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Kumpulan Juklak dan Juknis Prima Tani. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan. Penyusunan dan Mekanisme Perencanaan Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 35 hal.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian 2005-2009. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 104 hal.
BBP2TP. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 100 hal.
BBP2TP. 2005. Prosiding Lokakarya Pertemuan Regional BPTP; Peningkatan Kinerja BPTP Dalam Rangka Mendukung Pemantapan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), Badan Litbang Pertanian. 155 hal.
BBP2TP. 2006. Pedoman Umum Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian, Monitoring dan Evaluasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 20/ Permentan/ TU.200/3/2008 Tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2008.