Post on 02-Mar-2019
layouter: triongko
RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 66
MUNGKIN usaha yang dirintis Nuryana ini masih berskala mi kro, kecil dan menengah. Namun, adanya nasi ba kar ini bisa mem ber da yakan masyarakat se ki tar.
“Saat ini ada empat orang yang bekerja dengan saya. Memang saya uta makan saudara da hulu. Nanti jika pesanan banyak, warga sekitar juga turut membantu,” ujar Nuryana Rahmawati.
Sebagai UMKM binaan Pemkot Surabaya, terkadang nasi bakar Yana Taste mendapat pesanan. Bah kan sesekali pesanan mencapai 100 bungkus lebih dan dalam waktu singkat harus segera diki rim. Situasi seperti ini ter kadang mengharuskan untuk mempeker jakan warga sekitar.
Namun, yang paling uta ma adalah meman faat kan pemuda sekitar u n t u k
mengirim pesanan na si ba kar. Meski belum begitu ba nyak, tapi selalu ada pe san antar.
“Biasanya sa ya ta warkan, ada yang mau ngirim atau tidak. Ka lau ada ya monggo be rang kat. Kami berda ya kan pe muda sekitar, da ri pada ngang gur,” jelas nya.
Sempat ingin mendaftar kan produknya ke pesa nan online, seperti go food guna mengem bangkan bisnisnya. Tapi niat tersebut diurungkan. Nur yana lebih memilih memberdayakan warga sekitar tempat usahanya. Sembari membagi rezeki kepada masyarakat. Untuk itu, dirinya menga lihkan kosentrasi pengemba ngan usaha.
“Untuk dalam Kota Sura baya, biaya pengiriman Rp 8 ribu. Sedangkan luar kota, Rp 15 ribu. Sering kali saya kirim ke PP Legi dan Benowo. Itu terhitung luar kota. Tapi jika pemesanan di atas 50, maka saya bebaskan ongkos kirimnya,” pungkas nya. (bae/no)
Rumah Kreatif Kembang Melati, Dupak Bangunsari, Kec. Krembangan
Hasil Perjuangan Mentas dari Lembah HitamKEHIDUPAN Anik Sri
wa ti’ ah, 43, kini jauh lebih ten tram dan tertata. Be gitu hal nya dengan sepuluh ang go ta da ri Rumah Kreatif Kem bang Melati yang dikelo la nya. Dengan usaha ke ra ji nan dari ba han perca, mere ka suk ses mentas da ri lem bah hi tam.
Ibu dua anak itu sudah me lupakan teriakan cemo oh an dan pencekalan masa lalu ke tika berjuang keras mele pas kan diri dari cap zona me rah di ka wasan tem pat ting galnya di eks lokalisasi Dupak Ba ngun sari.
Perlahan tapi pasti, dia te rus berjuang mengen taskan pa ra warga untuk berpeng hid upan lebih baik. Le w at keterampilan menja hit yang dikuasai sekitar dua bulan, dia membera nikan diri de ngan mengajak be berapa ka um hawa untuk membuat ke rajinan cantik.
“Saat itu dapat program pe latihan dari pemkot. Mera sa bisa, langsung sa ya me mu tuskan beralih dan men se riusi jahit keset ini,”
berapa keraji nan ak se so ris dari kain perca mu lai bros, dompet, hijab, hingga keset.
Tak dinyana, produksi ke rajinan keset dari kain perca itu cukup diterima di tengah ma syarakat. Bah
kan, pro duk keset di tangan nya bisa menjadi semacam suvenir unik dan can tik. Dia bersama be bera pa perempuan eks pekerja di zona merah terus me ngembangkan krea ti vi
tas pa da keset yang dibuat.“Sebenarnya awalnya cu
ma jahit bantalan sofa. Tapi ka mi cari ide yang ki rakira lang ka. Ketemulah keset per ca dan jilbab per ca ini,” ujar istri Sumardi itu.
Perempuan kelahiran Kedi ri itu mengungkapkan, pro duk keset perca dan jilbab pas mina perca menjadi yang best-seller hingga saat ini. Rumah Kreatif Kembang Me lati ini
menyuplai barang hingga ke kota Malang, La mo ngan, dan sebuah ritel ter ke nal. “Alhamdulillah, se ti ap bulan pesanan ber ja lan mes ki naik turun. Men dekati lebaran ini, ma lah sudah banyak order ke ru dung handycraft,” ujar nya.
Kendati kerap diguncang pa sang surut lantaran persa ingan industri kreatif yang semakin ketat, Anik tak mau menyerah. Dirinya memutar otak agar usa ha handycraftnya tetap eksis.
Pasalnya, usahanya yang per nah menyabet juara III the best home industry pada 2015 dari Pemkot Surabaya itu menyimpan sejarah panjang perjuangannya. Usaha ini juga membawa Anik me ra ih gelar Pejuang Peremp u an Kartini Masa kini 2016 la lu dari Universitas Ciputra.
Sempat berpindahpindah, kini Anik dan kawankawan berpindah di se buah rumah kecil di Jalan Du pak Ba ngun sari I No 17. (psy/jay)
ujar nya.Anik memang pernah ‘ja
ya’ dengan warung yang dimilikinya di kawasan merah Du pak Bangunsari, sekitar pu luhan tahun lalu. Namun, be nak yang berkecamuk ditam bah tun tu tan untuk men didik anak nya yang sema kin tum buh besar, dia me milih hijrah.
Tahun 2013, Anik awalnya me ngajak segelintir warga yang samasama ingin ber hi jrah. Hanya li ma orang ber sa ma Anik, mereka lantas mem buat be
KETUA Rumah Kreatif Kembang Melati Anik Sri wa ti’ah sudah sejak jauhjauh hari me nyadari bahwa usaha keset berkarakter bahan perca tidak setiap ha ri bisa langsung meng hasil kan pundipundi rupiah. Usaha kuliner dipilihnya se ba gai alternatif bisnis agar dapur da ri 10 ang go tanya tetap me ngepul.
Anik kemudian memilih men co ba usaha baru pada pembua tan kue. Lagilagi, inisiatif ini di awali se te lah Anik dan kawanka wan me me roleh suatu
pro gram pe la ti han me ma sak da ri pemkot. Tak tang gungtanggung, pe nga jarnya s e orang chef lo kal kenamaan. “Awalnya be la jar. Al ham du lillah, Chef Hu go nga ja ri nya serius. Di telpon pun mau datang ke ka mi,” ke nangnya.
Merasa mantap, Anik dkk pun memberanikan di ri men ju al produk kuenya. Or der selalu ramai pada be be ra pa perayaan ter tentu. Mu lai natal, ramadan, le ba ran ataupun peringatan ha ri besar lainnya. (psy/jay)
Sambut Ramadan, Rambah Bisnis Kue Kering ANGGOTA Rumah Krea tif Kem
bang Melati kini men capai 10 orang. Anik ju ga mengajak be be rapa kar yawan tuna rungu dari Li pon sos. Setiap pesanan ma suk, satu atau dua orang meng garap satu jenis kue. “Me reka garap di ru mah ma sing masing. Hasil pen jua lan juga kita bagi rata,” ujar nya.
Pesanan kue bisa beragam, bisa 5 sampai 10 jenis. Anik mengaku je lang Ramadan mendatang, pi hak nya sudah mendapat orderan pu luhan dus kue kering dari La mo ngan. “Alhamdulillah, Rama dan ini jadi satu peluang ma nis kita. Kami sudah ancangan cang membagi waktu dan tu gas masingmasing,” tu kasnya.
Belum lama ini mereka ju ga diper caya menggarap ca te ring atau snack bagi ko mu nitas lanjut usia (lansia) yang tinggal di Li pon sos di Su rabaya. Rezeki berupa or de ran pra makanan itu di mulai pa da Oktober 2014. Se jak itu, ru ti nitasnya setiap pukul lima pagi, Anik dan temantemannya sudah ber jibaku menyiapkan 162 kotak snack.
Ditanya berapa omzetnya, Anik menjawab cukup un tuk makan dan biaya se ko lah putrinya. De ngan mem buat kue kering yang di jual bila ada momenmomen ter ten tu, anggota kelompok bisa me ngais rejeki tambahan. Anik juga mengaku ingin mengembangkan model kuliner lainnya. (psy/jay)
Gandeng Kaum Tak Berdaya dari Liponsos
Kuliner Nasi Bakar Ebi di Dupak, Kec. Krembangan
BERAWAL dari mengi kuti pelatihan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Su rabaya tentang usaha mikro, ke cil dan menengah (UMKM). Nuryana Rahmawati mencoba memulai usaha nasi bakarnya. Udang ebi (kecil) menjadi varian pertama bis nis kuliner yang terletak di daerah Dupak ini.
Nuryana memulai usaha pa da 2013. Berbekal pelatihan pada acara Pahlawan Ekonomi yang diadakan oleh Pemkot Surabaya mengenai ku liner, wanita asli Sa wahan, Surabaya itu lantas men coba membuka bisnis na si bakar. “Pertama saya ju al nasi bakar udang ebi. Sa ya ingin mengangkat khas cita rasa dan aroma Su ra baya, yakni ebi. Nasi bakar ini banyak dijual di sekitar Kenjeran,” ujar Nuryana saat dite mui Radar Surabaya belum lama ini.
Langkah mengangkat ebi da lam campuran nasi bakar yang diberi nama Yana Taste ini cukup berani. Pasalnya, saat itu kuliner yang serupa lebih banyak menggunakan te ri sebagai lauk. Namun, sia pa sangka apa yang dicoba nya tersebut cocok dengan lidah konsumennya. Dengan me nawarkan dagangannya ke sejumlah teman dan pema saran melalui online, lam bat laun pesanan mulai da tang.
“Awalnya saya hanya mene rima orderan. Namun, kemudian saya beranikan diri berjualan melalui online. Kebe tulan mendapat bantuan da ri Kementerian Kominfo un tuk domain gratis. Memang awalnya sangat susah, ka rena saya memulai dari nol,” bebernya.
Wanita yang memulai usa
Berdayakan Warga Sekitar untuk Masak dan Antar PesananAngkat Cita Rasa Surabaya
ha di rumah nya, di Ja lan Ked u n g Anyar, Sawa han ini sempat mendapat kritikan dari pembe linya. Salah satunya meng enai rasa. Pelanggannya ini mengomentari rasa nasi ba karnya yang berubah. Sete lah dilakukan evaluasi, ter nyata campuran bumbu menjadi masalahnya.
Dia pun mencari informasi, agar kombinasi bumbu tak berubah. Berbekal seringnya ikut seminar usaha, Nuryana me nanyakan kekurangan na si bakarnya tersebut ke pa ra tutor. “Mereka menyaran kan agar saya mengguna kan gram dalam menakar. Ha silnya memang cita ra sanya lebih terjaga dan tidak ber ubah,” ungkap Nuryana yang sejak 2016 memin dahkan usahanya ke tempat le
itu mahal. Bisanya ya join dengan temanteman. Tapi sa ya pu nya ide un tuk men j a lan kan bis nis ini me la lui food truck. Sa at ini m a s i h dalam per ba ikan mobilnya,” tan dasnya. (bae/no)
bih luas di Jalan Babadan Ru kun, Dupak tersebut.
Saat ini, pesanan yang dite rima oleh Yana Taste bi sa mencapai 100 bungkus. Meski tidak stabil segitu, tetapi penghasilan dari berjualan nasi bakar cukup untuk menambah penghasilan. “Kalau untuk lauknya, ada berbagai macam, mulai ayam, tuna dan daging. Sedangkan va rian rasa, ada balado merah, ba lado hijau, jamur dan rica,” tuturnya.
Untuk pemasarannya, Yana Taste mengirim pro duknya hingga Gresik dan Si doarjo. Sementara bagi pembeli luar kota lainnya, dirinya me nyediakan bum bu jadi nya. Ini mengan ti si pa si
pe sa nan luar kota yang ingin membawa men jadi oleholeh. Nuryana mem buat menge mas nya da lam botol kaca bag i me re ka yang ingin me ma sak sen diri di rumah.
Kini usahanya sudah mu lai berkembang, dirinya me miliki mimpi mem punyai de pot atau stand. Namun, mo dal menjadi kendala uta ma nya.
“Kalau mendirikan stand
Dicaci maki, diusir, dan di curigai
sebagai pro peme rintah, itu saya anggap se ba gi an kecil dari
perjuangan sa ya dan ibuibu lain anggota ka mi. Yang penting,
kami su dah lepas dari jurang hi tam itu,”
Anik Sri wa ti’ ahAng go ta da ri Rumah Krea tif
Kem bang Melati
AJAK MANDIRI: Rumah Kreatif Kembang Melati yang didirikan Anik kini menyuplai barang hingga ke kota Malang, Lamongan, dan sebuah ritel terkenal.
ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA
KREATIF: Anik Sriwati’ah sukses mengajak para tetangganya di Dupak Bangunsari untuk memproduksi aneka souvenir dan kerajinan keset dari bahan kain perca.