Post on 15-Jan-2017
19/04/2016
1
DAYA SAING PRODUK PERTANIAN MENGHADAPIPASAR GLOBAL
Oleh : Prof. Dr. Ir. Erizal JamalKementerian Pertanian
KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS TADULAKOPalu, 11 April 2016
BIO DATA
• Prof. Dr. Erizal Jamal
• Lahir di Solok, Sumbar 1 Maret 1963
• Alumni Sosek IPB (S-1), PWD IPB (S-2),
UPLB Philippines (S-3)
• SEKJEN PERHEPI Pusat
• Profesor Riset Kemtan/ Kepala BPATP Balitbangtan
• Speech Writer Mentan (2004-2015)
• Kolumnis di Beberapa Media Nasional (Kompas,Republika, Bisnis Indonesia, Suara Karya, Sinar Tani)
19/04/2016
2
POSISI PRODUK PERTANIAN INDONESIA
UPAYA MEMACU PENINGKATAN DAYASAING
OUTLINE
I
KENAPA DAYA SAING KITA RENDAHII
III
IV PENUTUP
4
POSISI PRODUKPERTANIAN INDONESIA
4
I
19/04/2016
3
DAYA SAING DI PASAR BEBAS
Posisi ini meningkat empat tingkat daritahun sebelumnya, dan untuk lingkupASEAN, Indonesia ada diurutan ke empatsetelah Singapura (2), Malaysia (20) danThailand (31).
World Economic Forum (2014) tentang TheGlobal Competitiveness Report 2014–2015,posisi daya saing Indonesia ada diurutan ke34 dari 144 negara.
Dari 12 pilar yang ada maka secara relatifposisi Indonesia sangat rendah untuk pilarlabor market efficiency (110) dantechnology readiness (77). Untuk PilarInnovation ada di urutan 31.
DAYA SAING KITA
Deli Serdang
Technology readinessmenggambarkanketersedian danpemanfaatan teknologi ditingkat pengguna,disamping aksesmasyarakat terhadapteknologi informasi.
19/04/2016
4
Produktivitas padi (t/ha) di Dunia
9.53
8.624
7.711
6.764
6.728
6.717
5.901
5.573
5.304
5,300
0 2 4 6 8 10 12
Mesir
Amerika Serikat
Peru
Korea Selatan
Jepang
china
Taiwan
Vietnam
Korea Utara
Indonesia
ANALISIS DAYA SAING (Suryana et.al. 2014)
USAHA TANI PADI
Usaha tani padi nasional memiliki daya saing yang baik.Ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif (DRCR) dankompetitif (PCR) yang kurang dari satu.
Nilai Rasio DRCR dan PCR untuk usaha tani padi secara nasionalsama sebesar 0,65. Artinya untuk memperoleh nilai tambah sebesarRp 1.000.000,- diperlukan tambahan biaya faktor domestik sebesarRp 650.000,-.
Dengan demikian usaha tani padi secara nasional cukup efisiendalam menggunakan sumberdaya ekonomi domestik yang berartipula memiliki keunggulan komparatif.
19/04/2016
5
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Di 9 propinsi sentra produksi padi, usaha tani padi cukup efisien dengan
kisaran nilai DRCR antara 0,50–0,77. Usahatani padi yang memilikikeunggulan komparatif tertinggi adalah Lampung (DRCR=0,50), Jatim(0,60), Jabar, Sumbar, Sulsel (0,62).
Provinsi yang memiliki keunggulan komparatif terendah adalah di NAD(DRCR=0,77) dan Sumut (0,73). Namun di kedua provinsi ini pun tetaplayak dikembangkan usaha tani padi, karena nilai DRCR <1.
Dengan demikian, sumberdaya domestik yang harus dikorbankan untukmenghemat atau memperoleh devisa dari proses produksi padi lebih kecildari sumberdaya domestik yang tersedia dalam sistem ekonomi secarakeseluruhan. Hal ini berarti pula bahwa usahatani padi efisien secaraekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya faktor domestik.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Nilai PCR) usaha tani padi secara nasional sebesar 0,38. Nilaitersebut menunjukkan bahwa usahatani padi efisien secara finansialdan memiliki keunggulan kompetitif, dan layak untuk diusahakan.
Analisis pada tingkat provinsi sentra produksi padi menunjukkanbahwa usaha tani padi cukup memiliki keunggulan kompetitifdengan kisaran nilai PCR antara 0,36–0,57.
Usaha tani yang paling efisien (memiliki keunggulan kompetitiftertinggi) terdapat di Jabar, Sulsel (PCR=0,36) dan Lampung,Sumbar (0,37). Nilai PCR tertinggi di NAD (PCR=0,57)
19/04/2016
6
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Provinsi Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan
DRC PCR NPCO NPCI EPC
NAD 0,77 0,57 1,28 0,72 1,36
Sumatera Utara 0,73 0,48 1,43 0,76 1,52
Sumatera Barat 0,62 0,37 1,58 0,75 1,66
Lampung 0,50 0,37 1,22 0,63 1,33
Jawa Barat 0,62 0,36 1,58 0,63 1,72
Jawa Tengah 0,66 0,42 1,42 0,67 1,57
Jawa Timur 0,60 0,41 1,33 0,63 1,46
NTB 0,64 0,38 1,58 0,68 1,69
Sulawesi Selatan 0,62 0,36 1,58 0,69 1,69
Indonesia 0,65 0,38 1,58 0,67 1,71
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Padidi Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
USAHA TANI JAGUNG
Komoditas jagung secara nasional memiliki daya saing yang baik,hal ini ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif (DRCR=0,48)dan kompetitif (PCR=54), lebih kecil dari satu. Di provinsi sentra produksijagung, nilai DRCR berkisar antara 0,33 di NTB dan 0,70 di Sulut.
Keunggulan kompetitif usaha taniu jagung di propinsi sentra produksicukup beragam, dengan kisaran nilai PCR 0,40-1,07. Propinsi Jabar, lampung,
Jateng, NTB mempunyai keunggulan kompetitif yang baik, sementara Sumut,NTT dan Sulut memiliki keunggulan kompetitif yang rendah, dengannilai PCR yang mendekati nilai 1,0. bahkan di Sumut, nilai PCRnyasebesar1,07.
19/04/2016
7
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Jagungdi Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
No Provinsi DRCR PCR NPCO NPCI EPC
1 Sumatera Utara 0.69 1.07 0.65 0.69 0.64
2 Lampung 0.40 0.64 0.64 0.75 0.62
3 Jawa Barat 0.35 0.40 0.86 0.84 0.87
4 Jawa Tengah 0.43 0.63 0.70 0.86 0.69
5 Jawa Timur 0.45 0.77 0.60 0.81 0.59
6 Nusa Tenggara Barat 0.33 0.62 0.54 0.78 0.53
7 Nusa Tenggara Timur 0.69 0.96 1.02 0.99 1.02
8 Sulawesi Utara 0.70 0.96 0.73 0.81 0.73
9 Sulawesi Selatan 0.39 0.67 0.61 0.78 0.59
Indonesia 0.48 0.54 0.87 0.78 0.88
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
USAHA TANI KEDELAI Berdasarkan nilai DRCR dan PCR, usaha tani kedelai secara
nasional tidak memiliki daya saing. Nilai DRCR usaha tani kedelaisecara nasional = 1,05 dan PCR = 0,92.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha tani kedelai secaranasional tidak efisien dalam menggunakan sumberdaya ekonomidomestik atau tidak memiliki keunggulan komparatif dan juga tidakmemiliki keunggulan kompetitif.
Di beberapa sentra produksi kedelai seperti di Propinsi Sumsel danSulut mempnyai nilai DRCR yang baik (0,55); sedangkan di Sumut,Lampung dan Jatim tidak memiliki keunggulan komparatif.
19/04/2016
8
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Kedelaidi Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
Provinsi DRC PCR NPCO NPCI EPC
NAD 0,79 0,71 1,09 0,93 1,11
Sumatera Utara 1,94 1,85 1,01 0,95 1,05
Sumatera Selatan 0,55 0,44 1,17 0,69 1,26
Lampung 1,11 0,81 1,22 0,77 1,37
Jawa Tengah 0,95 1,10 0,86 0,84 0,86
Jawa Timur 1,06 1,17 0,86 0,73 0,90
NTB 0,89 1,00 0,90 0,95 0,89
Sulawesi Utara 0,55 0,47 1,13 0,83 1,17
Indonesia 1,05 0,92 1,06 0,78 1,14
PERBANDINGAN HARGA JAGUNG LOKAL DAN LN
a. *Maize (corn), U.S. No.2 Yellow, FOB Gulf of Mexico, U.S. price, US Dollars per Metric Ton.b. Harga eceran Jagung pipilan (Pusdatin Kementan)
*Merupakan perkembangan nilai tukar mata uang dollar terhadap rupiah atas dasar kurs tengah rupiahyang dihitung atas dasar kurs jual dan beli pada akhir periode yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Dengan kurs tahun 2010-2015:9.086,85; 8.775,82; 9.384.32; 10.459,05; 11.802,52 ; 13.391,97
16
19/04/2016
9
2,800
2,900
3,000
3,100
3,200
3,300
3,400
3,500
3,600
3,700
3,800
JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI
Rp/ KG
Jagung Lokal Jagung Impor
RATA-RATA HARGA PEMBELIAN JAGUNG LOKAL DAN IMPOR OLEHPABRIK PAKAN, JUNI 2014 – MEI 2015
DAYA SAING
Secara umum daya saing produk panganIndonesia sudah baik, untuk padi misalnya rata-rata produktivitas kita hanya sedikit dibawahVietnam dan jauh lebih tinggi dari Negara ASEANlainnya.
Persoalannya, begitu produk petani keluar darilahannya, petani menghadapi berbagaitantangan diantaranya kualitas infrastruktur yangburuk, regulasi yang tidak sepenuhnyamendukung upaya mereka mendapatkan hargajual yang baik serta peluang untuk meningkatkannilai tambah produk, kebijakan makro ekonomiyang tidak kondusif . Ini semua membuat dayasaing produk pangan kita menjadi rendah.
19/04/2016
10
19
KENAPA DAYA SAING KITARENDAH
19
II
PRODUKSI, DRYER DAN SILO
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Produksi Kapasitas Silo Kapasitas Dryer
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Produksi 436,985 3,232,655 4,378,740 1,951,280 2,068,185 2,030,000 1,929,015 1,821,360 1,545,520 1,712,010 1,196,750 887,705
Kapasitas Silo 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233
Kapasitas Dryer 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750
19/04/2016
11
Hasil Pembangunan Secara Umum
Sumber Rujukan :
1. Stiglitz, J. E. 2014. Growth Strategies for a RisingIndonesia : Reducing Inequality and PromotingInclusive Growth.
2. Brodjonegoro, B.P.S. 2014. Growth Strategies fora Rising Indonesia Rapporteur.
3. Nasution, D. 2014. Setting the Growth Strategyon the Right Trajectory
4. Semua Bahan dapat dilihat diportal.fiskal.depkeu.go.id/seminar2014
Pembangunan Selama 10 tahun Terakhir
• Secara umum Indonesia menunjukanpertumbuhan ekonomi yang impresif setelahAsian Financial Crisis. Hal itu ditandai denganpertumbuhan ekonomi tinggi dan berkurangnyajumlah penduduk miskin.
• Namun yang memanfaatkan pertumbuhan tadihanya segelintir kelompok masyarakat, sehinggaketimpangan dalam masyarakat meningkat: Giniratio meningkat dari 0,36 pada tahun 2005menjadi 0,41 pada tahun 2013
19/04/2016
12
Pembangunan Berbasis Sumberdaya Alam
• Salah satu sumber ketidakmerataan di Indonesia,pembangunan terlalu mengandalkan padaeksploitasi sumberdaya alam, sementara aksesterhadap sumberdaya itu sendiri tidak merata.
• Negara yang mengandalkan eksploitasisumberdaya alam cenderung pertumbuhannyalambat dan mengarah pada inequality karena; (1)Overvalued exchange rate, (2) Tidak mampumengendalikan volatility of commodity price; dan(3) Korupsi
Access to Land Utilization
24
FO
RE
ST
RY
PL
AN
TA
TIO
N
26.000.000 ha
10.300.000 ha
Community-Based ForestManagement
Companies:
11.499Household (hh) 240.000 ha
Farmers (havingno access to land)
Farmers
PlantationCompanies:
13.572.000 hh
23.728.000 hh
0 ha
21.500.000 ha
16.000.000 ha
hold
hold
hold
hold
hold
hold
Forest ConcessionRight: 304
Industrial TimberPlantation: 227
2.178
Source: Sirait, Fauzi, Safitry , dan Pradhan (unpublished)
19/04/2016
13
Kementan
NegaraLuas lahanpertanian
(ribuan ha)
Jumlah penduduk(ribuan orang)
Luas lahan pertanianper kapita (m2/orang)
1. Argentina 33.700 37.074 9.100
2. Australia 50.304 119.153 26.100
3. Bangladesh 8.085 123.408 655
4. Brasil 58.865 171.796 3.430
5. Canada 45.740 30.769 14.870
6. China 143.625 1.282.172 1.120
7. India 161.750 1.016.938 1.290
8. Thailand 31.839 60.925 5.230
9. USA 175.209 285.003 6.150
10. Vietnam 7.500 78.137 960
11. Indonesia 7.750 (LS) 230.000 337
9.788/17.538 (+LK) 428/765
RASIO LAHAN PENDUDUK
Kementan
Luas Penguasaan Lahan (hektar) Persentase Rumah Tangga
< 0,1 6,99
0,1-0,49 46,59
0,50-0,99 22,46
1,00-1,99 15,27
2,00-2,99 5,04
>3,00 3,65
Total 100
Distribusi Penguasaan Lahan untuk Padi,Jagung, kedele dan Tebu, Indonesia,Tahun 2009
19/04/2016
14
Data Dari Sensus Pertanian 2013
• Saat ini ada sekitar 39 juta atau 34,2% orang yangbekerja di pertanian, dari jumlah tersebut 55,94%adalah petani yang mengusahakan lahan kurang 0,5hektar.
• Struktur Ongkos : 0,5 Hektar Padi penghasilanbersih sekitar Rp 4 Juta/4 Bulan, bila dikerjakansuami istri mereka hanya menerima Rp 500 ribusebulan, jauh lebih rendah dari UMR.
• Bagian terbesar Part time farmer, dan penerapanteknologi tidak bisa optimal
Petani : Dominan Orang Tua dan Wanita
• Data Sensus Pertanian 2013 menunjukan 63%petani Indonesia berumur di atas 45 tahun, danjumlah wanita yang terlibat di pertanianmeningkat sekitar 13% selama 10 tahun
• Data BPS (2014) menunjukan selama 10 tahunterakhir proporsi pendapatan yang bersumber darikegiatan sebagai petani mengalami penurunandari 60,34% menjadi 36,76%, ini berarti bagianpendapatan dari non pertanian semakin dominan.
19/04/2016
15
Terjadi Perlambatan pertumbuhanManufacture
• Ada masalah terkait dengan produktivitas pekerja(Infrastructure Gap, Skill Gap, Upward WagePressure).
• Ketidakstabilan exchange rate, menyebabkanbiaya produksi tinggi.
• Lebih menariknya Negara new Asia FrontierMarket ( Vietnam, Cambodia, Bangladesh, LaoPDR and Myanmar)
BUKAN ANGKATANKERJA 55.86 jt
(32,12%)
< SD : 2,04 (28,18%)SMTP : 1,69 (23,34%)SMTA : 1,83 (25,28%)SMK : 1,04 (14,36%)Diploma I/II/III : 0,20 (2,76%)Universitas : 0,44 (6,08%)
BEKERJA> (34 Jam
77,25jt/minggu)76.5 1jt
[ 69,05 %]
BEKERJA(<
35/minggu)Jam 34,29 jt
[ 30.95%]
PENDUDUKUSIA KERJA
[ > 15 Th]173,90 juta
ANGKATAN KERJA118.04 JT(67,88%)
BEKERJA110.80 JT (93,86%)
PENGANGGURAN TERBUKA = 7.24 JTTingkat Pengangguran Terbuka (TPT) =6.14%
SETENGAHPENGANGGUR 12.77 JT[ 37.24%]
PARUHWAKTU21.52 JT[ 62.76]
Berdasarkan Sektor :PERTANIAN : 38.88 jt [35.10%]INDUSTRI : 15.37 jt [ 13.87%]KONSTRUKSI : 6,79 jt [ 6.13 %]PERDAGANGAN : 23.15 jt [ 20.89%]TRANSPORTASI : 5.00 jt [4.51%]KEUANGAN : 2.66 JT [2.40%]JASA KEMASY : 17.10 JT [ 15.57 %]LAINNYA : 1.85 JT [1.67%]Berdasarkan Pendidikan<SD : 53.88 JT [48.63%]SMP : 20.22 JT [18.25%]SMA : 17.25 JT [15.57%]SMK : 9.50 JT [8.57%]DIPL : 2.97 JT [2.68%]UNIVERSITAS : 6.98 JT [ 6.30%]
PROFIL SUMBER DAYA MANUSIA(POSISI AGUSTUS 2012)
SUMBER : BPS, Berita Resmi Statistik AGUSTUS 2012,*) Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010 , Data Olah BPS 20 12
PENDUDUKINDONESIA237,64 juta*
Slide 30
19/04/2016
16
Meskipun perkembangan lapangan kerja formal telah tumbuh positif selama beberapatahun terakhir, tetapi di sektor industri masih terdapat pelambatan di dalam menyeraptenaga kerja formal.
Ranking Indonesia dalam pilar efisiensi pasar tenaga kerja, menunjukkan semakinmemburuk, khususnya terkait biaya redudansi dan fleksibilitas penentuan upah, yangselama ini sudah sering dikeluhkan dunia usaha. Tahun 2012, dari 142 negara, Indonesiamenduduki ranking 137 dan 114.
PASAR TENAGA KERJA DAN PERMASALAHAN DAYA SAING
No. Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 2012 2011 2010 2009 2008
1 Biaya redundansi 137 131 127 119 117
2Kekakuan lapangan kerja (PHK, kontrakkerja, outsourcing) - 104 100 82 87
3 Praktek penerimaan dan pemutusan kerja52 51 38 34 19
4 Fleksibilitas penentuan upah 114 113 98 92 79
5 Kerjasama hubungan karyawan pengusaha61 68 47 42 19
Ranking Indonesia dalam PILAR EFISIENSI PASAR KERJA dari 142 negara
Sumber: The Global Competitiveness Index, 2012. Slide 31
2010-2011 2011-2012 2012-2013
Ranking Indonesia 44(dari 139 negara)
46(dari 142 negara)
50(dari 144 negara)
Sumber: The Global Competitiveness Report 2012-2013, World Economic Forum
Inefisiensi birokrasimasih menjadikendala utama
dalam melakukanberusaha diIndonesia
Iklim Investasi dan Usaha di Indonesia masih perluditingkatkan........
32
19/04/2016
17
33
UPAYA MEMACU PENINGKATANDAYA SAING
33
III
KEMENTERIAN PERTANIAN 34
Bagaimana Membangun Daya Saing Pangan SECARAGLOBAL?
o Teknologio Inovasio Kebutuhan/preferensi
penggunao Tujuan pemasaran
SumberDaya Alam
Lokal
KebijakanPemerintah &
Pendukungnya
Produk panganaman, bergizi,
beragam,berdaya saing
Petani, Industri,Perdagangan
19/04/2016
18
KEMENTERIAN PERTANIAN 35
Global Agricultural Outlook
Penguasaan BioScience & Bioengineering (Nanoteknologi,Bioteknologi, Mekanisasi Pertanian Spesifik Lokasi)
Penguasaan Teknologi Merespon Dinamika Iklim
Penguasaan Aplikasi Teknologi Informasi pada AspekHulu-Hilir Pertanian Indonesia (Bioinformatika, AgrimapInfo, Diseminasi)
Ciri Pertanian Modern(Masa Depan)
Lahan dan Anak Muda di Pertanian
• Bagaimana meningkatkan rata-ratapenguasaan lahan petani, sehingga economicof scale tercapai.
• Reforma Agraria atau Corporate farming .
• Mekanisasi ?
• Anak muda mau dan melihat pertaniansebagai lapangan kerja yang menjanjikan?
19/04/2016
19
37
PENUTUP
37
IV
Perguruan tinggi dan Anak Muda di Pertanian
• Tantangan terbesar bagi perguruan Tinggi adalahbagaimana bisa menciptakan iklim pembelajaranyang kondusif sehingga sebagian besar alumninyamenjadi pengusaha pertanian.
• Pengalaman selama ini dengan alumni IPB/ITB/UIyang bergerak di pertanian dan sukses sebagaipengusaha pertanianMereka memulainyadengan menjadi pemain di pemasaran Produk.
• Setelah Pasar Dikuasai, baru ditarik kebelakangbagaimana memproduksinya.
19/04/2016
20
Sistem Pendidikan Kita
• Mahasiswa Prasetya Mulya…. Sebelum tamatmereka secara group (3-4 orang) harusmenciptakan produk berbahan baku dari hasilpertanian, kemudian di Jual di pasaran.
• Pola semacam ini telah melatih intuisi alumninyauntuk lebih banyak mengembangkan produk danberwiraswasta.
• Perguruan tinggi kita masih terjebak dengan tugasakademik yang kurang melatih kemandirian danberani menghadapi tantangan dan resiko.