Post on 20-Mar-2019
KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA DALAM PENGENCER
TRIS DENGAN PENAMBAHAN SERICIN
SEBAGAI ANTIOKSIDAN
ULAYYA ULFAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Semen Cair
Domba dalam Pengencer Tris dengan Penambahan Sericin sebagai Antioksidan”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 8 Agustus 2018
Ulayya Ulfah
NIM B04140020
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
ULAYYA ULFAH. Kualitas Semen Cair Domba dalam Pengencer Tris dengan
Penambahan Sericin sebagai Antioksidan. Dibimbing oleh NI WAYAN
KURNIANI KARJA dan KUSDIANTORO MOHAMAD.
Sericin merupakan protein yang berasal dari kepompong ulat sutra Bombyx
mori. Sericin dapat digunakan sebagai antioksidan karena mengandung asam amino
yang dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji efektivitas penambahan sericin pada pengencer tris terhadap kualitas semen
cair domba (motilitas, viabilitas, membran plasma utuh (MPU) spermatozoa)
pascapreservasi. Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dan betina pemancing,
serta dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Semen dengan motilitas ≥70%
dan abnormalitas ≤20% selanjutnya diencerkan dengan perlakuan pengencer tris-
kuning telur tanpa sericin (TKT), tris-kuning telur dengan sericin (TKT+Ser), tris-
susu skim tanpa sericin (TS), dan tris-susu skim dengan sericin (TS+Ser). Semen cair
dipreservasi pada suhu 4 ˚C selama 4 hari dan di evaluasi pada saat segera setelah
pengenceran (H0) dan setiap 24 jam sampai hari ke-4 (H1-H4) pascapengenceran.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas spermatozoa pada H0 tidak berbeda antar
perlakuan (p>0.05), selanjutnya kelompok TKT+Ser dapat mempertahankan kualitas
spermatozoa hingga H4. Nilai persentase viabilitas dan MPU spermatozoa pada
kelompok TKT+Ser tidak berbeda (p>0.05) dengan kelompok TKT dan kelompok
TS+Ser, tetapi berbeda nyata dengan kelompok TS (p<0.05) pada H1 hingga H3
pascapreservasi. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan terbaik adalah tris-kuning
telur dengan penambahan sericin.
Kata kunci: Antioksidan, radikal bebas, sericin, tris-kuning telur, tris-susu skim
ABSTRACT
ULAYYA ULFAH. Quality of Chilled Ram Semen in Tris Extender
Supplemented with Sericin as Antioxidant. Supervised by NI WAYAN
KURNIANI KARJA and KUSDIANTORO MOHAMAD.
Sericin is a protein derived from the silkworm cocoon of Bombyx mori.
Sericin can be used as an antioxidant because of the amino acid content that can
act as a free radical scavenger. This study aimed to evaluate the addition of sericin
to tris extenders to the quality of ram semen (motility, viability, and intact plasma
membranes (MPU) of spermatozoa). Semen was collected using the artificial
vagina and a teaser female and was evaluated macroscopically and
microscopically. Semen with motility ≥70% and abnormality ≤20% diluted into
tris-egg yolk without sericin (TEY), tris-eggs yolk with sericin (TEY+Ser), tris-
skim milk without sericin (TS), and tris-skim milk with sericin (TS+Ser). Semen
was preserved at 4 ˚C for 4 days and evaluated at immediately after dilution (H0)
and every 24 hours until day 4 (H1, H2, H3, and H4, respectively). The results
showed that the quality of spermatozoa at H0 did not different among the groups
(p>0.05) and that TEY+Ser group could maintain spermatozoa quality until H4.
The percentage of spermatozoa viability and MPU in the TEY+Ser group were no
differ (p>0.05) with the TKT and TS+Ser groups, but significantly differ with the
TS group (p<0.05) at H1 until H3 period postpreservation. Based on the results of
the study, the best treatment group in this study was the tris-egg yolk with
addition of sericin.
Keywords: Antioxidant, free radical, sericin, tris-egg yolk, tris-skim milk
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA DALAM PENGENCER
TRIS DENGAN PENAMBAHAN SERICIN
SEBAGAI ANTIOKSIDAN
ULAYYA ULFAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
berjudul Kualitas Semen Cair Domba dalam Pengencer Tris dengan Penambahan
Sericin sebagai Antioksidan dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Maret
2018.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP,
PhD dan Drh Kusdiantoro Mohamad, MSi, PAVet selaku dosen pembimbing
skripsi atas kesediaan dan kesabarannya dalam membantu menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih kepada Bapak Bondan Achamadi, SE dan Bapak Suganda selalu
teknisi kandang yang telah membantu dalam proses penampungan semen domba.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Novia Tri Harna,
Eriska Febriani, dan Ayundya Ristie Pridona selaku teman sepembimbingan.
Terima kasih kepada Kak Alkhairunisak, Kak Yassir Dzulfiqor, Kak Feni Dwi
Kartika Gulo, Kak Nur Alif Bahmid, dan Kak Agik selaku kakak pendamping
selama menjalani penelitian di Laboratorium Fertilisasi In Vitro. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada mama, papa, mba-mba, seluruh keluarga, serta
teman-teman atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, 30 Juli 2018
Ulayya Ulfah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Struktur Spermatozoa 2
Sifat Bahan Pengencer 3
Sericin 4
METODE 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Sumber Semen 5
Bahan dan Alat Penelitian 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1. Motilitas spermatozoa domba dalam pengencer tris dengan penambahan sericin
pada penyimpanan suhu 4 ˚C 7
2. Viabilitas spermatozoa domba dalam pengencer tris dengan penambahan
sericin pada penyimpanan suhu 4˚C 8
3. Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa domba dalam pengencer tris
dengan penambahan sericin pada penyimpanan suhu 4 ˚C 9
DAFTAR GAMBAR
1. Viabilitas spermatozoa menggunakan pewarnaan eosin nigrosin 8
2. Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa menggunakan HOST 8
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inseminasi buatan (IB) adalah teknologi reproduksi yang berkembang pesat
dan sering diaplikasikan dalam dunia teknologi reproduksi (Widayati et al. 2010).
Perkembangan IB pada domba dimulai di Rusia oleh Milovanov pada tahun 1938
dan 1964, serta oleh Maule pada tahun 1962 (Foote 2002). Di Indonesia sendiri,
IB pada ternak domba pertama kali dilakukan pada tahun 1991 (Inounu 2014).
Keberhasilan IB sangat bergantung pada kualitas spermatozoa yang akan
diinseminasikan. Pengencer yang digunakan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan IB (Ridwan 2008). Menurut Suteky et al. (2008), tujuan dari
pengenceran semen adalah untuk mempertahan kualitas spermatozoa dan
meningkatkan volume semen sehingga dapat digunakan untuk menginseminasi
betina dalam jumlah yang lebih banyak.
Pengencer yang sering digunakan untuk preservasi spermatozoa adalah
pengencer dengan tambahan kuning telur atau susu skim. Kuning telur dilaporkan
mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat melindungi membran plasma
spermatozoa dari cold shock yang dapat menyebabkan kerusakan membran
(Quinn et al. 1980). Susu skim dilaporkan dapat melindungi spermatozoa selama
preservasi karena mengandung kasein (Leboeuf et al. 2003). Lipoprotein maupun
kasein diduga akan berikatan dengan lipid-binding proteins (BSP protein) yang
menstimulasi lepasnya kolesterol dan fosfolipid dari membran spermatozoa
(Bergeron dan Manjunath 2006).
Proses preservasi semen dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas.
Radikal bebas terbentuk karena lamanya waktu penyimpanan sehingga membran
spermatozoa yang kaya akan asam lemak tak jenuh mudah mengalami proses
peroksidasi lipid. Hal ini sesuai dengan pendapat Alvarez dan Storey (1982)
bahwa lama penyimpanan dapat menyebabkan peroksidasi lipid dan menurut
Lenzi et al. (2002) bahwa peroksidasi lipid mudah terjadi pada membran plasma
spermatozoa karena mengandung asam lemak tak jenuh. Reactive oxygen species
(ROS) dihasilkan oleh metabolisme oksidatif dari mitokondria sebagai akibat dari
hilangnya elektron pada sistem transport elektron (Ball et al. 2001).
Pembentukan ROS oleh spermatozoa menunjukkan bahwa ROS memiliki
peran fisiologis penting dengan adanya oksidase NADPH (Ball et al. 2001).
NADPH merupakan sumber elektron untuk membentuk superoksida anion (O2-)
melalui oksidase NADPH (Aitken et al. 1997). Peningkatan konsentrasi NADPH
dapat meningkatkan hidrogen peroksida (H2O2) yang dihasilkan dari dismutasi
superoksida (O2) (Ball et al. 2001) yang selanjutnya dapat menyebabkan
kerusakan pada membran plasma spermatozoa. Oleh karena itu, selama proses
preservasi antioksidan sering ditambahkan untuk mengatasi radikal bebas yang
terbentuk.
Salah satu antioksidan terbaru yang ditemukan adalah sericin. Sericin adalah
protein makromolekul alami yang berasal dari ulat sutra Bombyx mori dan sering
digunakan untuk modifikasi bahan biologis, seperti biomaterial terdegradasi,
bahan biomedis, dan membran fungsional (Fan et al. 2009). Menurut Sothornvit et
al. (2010), sericin mengandung 80% asam amino yang merupakan kelompok
2
hidrofilik, seperti serin, aspartat, dan glisin. Pendapat lain yang dikemukakan
Tsujimoto et al. (2001) bahwa peptida sericin mempunyai proporsi asam amino
hidrofilik yang tinggi (Ser 45%, Gly 16%, Thr 11%, Asn 11%) yang berperan
dalam membungkus fibroin.
Sericin mengandung donor elektron yang bereaksi dengan radikal bebas
untuk mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan menghentikan reaksi
berantai dari radikal bebas (Fan et al. 2009). Sericin dapat bertindak sebagai
antioksidan kuat dan free radical scavenger yang mengurangi peroksidasi lipid
dan melindungi spermatozoa dari radikal bebas dan kerusakan oksidatif (Kumar et
al. 2015). Penambahan sericin pada media pengenceran semen belum banyak
dilaporkan. Kumar et al. (2015) melaporkan sericin dapat mempertahankan
motililas dan integritas membran pada spermatozoa kerbau.
Penggunaan antioksidan sericin pada bahan pengencer tris-kuning telur
telah dilaporkan dapat meningkatkan kualitas semen anjing (Khye 2017). Oleh
karena itu, perlu dilakukan kajian penambahan sericin sebagai antioksidan untuk
preservasi semen domba.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penambahan sericin pada
pengencer tris terhadap kualitas semen cair domba pascapreservasi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi
mengenai efektivitas penambahan sericin pada pengencer tris-kuning telur atau tris-
susu skim terhadap kualitas semen cair domba pascapreservasi. Informasi ini juga
diharapkan dapat digunakan di dalam strategi pemilihan bahan pengencer yang
berkualitas guna menunjang program IB pada domba.
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Spermatozoa
Spermatozoa adalah sel yang dihasilkan oleh sistem reproduksi hewan
jantan (Puji 2015). Setiap spesies memiliki bentuk spermatozoa yang berbeda-
beda (Puji 2015). Struktur spermatozoa terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, leher,
dan ekor (Puji 2015). Kepala spermatozoa mengandung nukleus yang berisi DNA
dan akrosom yang mengandung enzim-enzim (Puji 2015). Di antara enzim-enzim
yang terdapat di akrosom ialah enzim hialuronidase yang berfungsi menembus
lapisan korona radiata dan enzim akrosin untuk menembus zona pelusida pada
ovum (Puji 2015). Leher (midpiece) atau bagian tengah spermatozoa dikelilingi
oleh mitokondria yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa (Puji 2015).
Ekor spermatozoa berupa flagella (alat gerak) berbentuk sitoskeleton yang
3
berukuran panjang berfungsi untuk mendorong spermatozoa ke depan dengan
kecepatan sekitar 30 inci per jam (Puji 2015).
Salah satu struktur seluler yang penting di dalam penentuan kualitas
spermatozoa adalah membran plasma. Membran plasma spermatozoa
mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga rentan terhadap
kerusakan peroksidasi (Kewilaa et al. 2014). Peroksidasi lipid dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas (Kewilaa et al. 2014). Kerusakan membran plasma
akan berlanjut pada bagian internal sehingga dapat menurunkan kualitas
spermatozoa, seperti motilitas dan daya hidup spermatozoa (Kewilaa et al. 2014).
Sifat Bahan Pengencer
Pengencer tris memiliki sifat sebagai larutan penyangga (buffer) yang baik
dengan tingkat toksisitas yang rendah dan memiliki kandungan glukosa yang
dapat digunakan sebagai bahan sumber energi bagi spermatozoa (Setiono et al.
2015). Buffer berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik dan juga berfungsi
menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa metabolisme spermatozoa
(Wicaksono dan Arifiantini 2009). Sumber energi pada tris selain glukosa adalah
fruktosa (Wicaksono dan Arifiantini 2009). Fruktosa merupakan gula sederhana
yang terdapat dalam plasma semen dan paling penting untuk dimetabolisme oleh
spermatozoa (Wicaksono dan Arifiantini 2009).
Kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat melindungi
membran plasma spermatozoa dari cold shock yang dapat menyebabkan
kerusakan membran (Quinn et al. 1980). Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Setiono et al. (2015) bahwa kandungan kuning telur merupakan sumber asam
amino bagi spermatozoa. Komponen spesifik yang terdapat pada kuning telur
adalah fosfatidilkolin (lesitin), fraksi low density lipoprotein (LDL), dan ekstrak
lipid (Vishwanath dan Shannon 2000). Ketiganya berfungsi sebagai agen
kriprotektan sehingga menyebabkan membran plasma tetap stabil saat melalui
zona temperatur kritis pada proses preservasi (Vishwanath dan Shannon 2000).
Spermatozoa dapat hidup lebih lama selama proses preservasi karena
terlindungnya membran plasma (Vishwanath dan Shannon 2000). Kuning telur
yang ditambahkan pada bahan pengencer biasanya digunakan sebagai
krioprotektan non-permeabel dalam pembekuan semen (Rabadan et al. 2015).
Penggunaan kuning telur pada preservasi semen ternak mamalia umumnya adalah
20% (Ducha et al. 2013).
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah lemak/krim diambil
sebagian atau seluruhnya (Negoro 2011). Susu skim mengandung semua zat
makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak
(kandungan lemak <1%) (Negoro 2011). Nilai kalori susu skim cukup rendah,
yaitu hanya mengandung 55% dari seluruh energi susu (Negoro 2011). Susu
mengandung enzim yang hancur pada waktu pemanasan di atas 80 ˚C sehingga
akan melepaskan gugus sulfhidril (-SH) yang berfungsi sebagai zat reduktif untuk
mengatur metabolisme oksidatif spermatozoa (Widjaya 2011). Laktosa dari susu
skim pada pengenceran semen berguna meningkatkan efisiensi pengencer namun
tidak cukup untuk melindungi spermatozoa selama proses penyimpanan
4
(Bergeron dan Manjunath 2006). Susu skim dilaporkan dapat melindungi
spermatozoa selama preservasi karena mengandung kasein (Leboeuf et al. 2003).
Sericin
Menurut Rizal dan Herdis (2010), antioksidan merupakan senyawa
nukleofilik atau yang mempunyai kemampuan mereduksi, memadamkan atau
menekan reaksi radikal bebas. Antioksidan berfungsi melindungi sistem biologis
dari efek yang merusak suatu proses atau reaksi yang menyebabkan oksidasi yang
meluas (Lenzi et al. 2002). Penambahan antioksidan tidak hanya meningkatkan
viabilitas, tetapi juga dapat melindungi integritas membran dan akrosom (Azawi
dan Hussein 2013). Beberapa jenis antioksidan di antaranya adalah katalase,
glutation peroksidase, superoksida dismutase, dan glutation reduktase (Saraswat et
al. 2016), sistein, vitamin C (asam askorbat) (Patel et al. 2016), dan vitamin E
(Soltanpour et al. 2014). Salah satu senyawa protein yang juga memiliki fungsi
sebagai antioksidan adalah sericin.
Sericin adalah protein makromolekul alami yang berasal dari ulat sutra
Bombyx mori (Fan et al. 2009). Sutra atau silk dibentuk dari dua protein penting,
yaitu sericin dengan berat molekul antara 20-300 kDa (Agarwal dan Bhusant
2012) dan fibroin dengan dua molekul utama masing-masing dengan berat 25 dan
35 kDa (Altman et al. 2003). Menurut Sothornvit et al. (2010), sericin
mengandung 80% asam amino yang merupakan kelompok hidrofilik, yaitu asam
amino serin, aspartat, dan glisin. Tsujimoto et al. (2001) melaporkan bahwa
peptida sericin mempunyai proporsi asam amino hidrofilik yang tinggi (Ser 45%,
Gly 16%, Thr 11%, Asn 11%) yang berperan dalam membungkus fibroin.
Sericin mengandung donor elektron yang bereaksi dengan radikal bebas
untuk mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan menghentikan reaksi
berantai dari radikal bebas (Fan et al. 2009). Sericin bermanfaat karena aktivitas
antioksidannya (Fan et al. 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sericin
memiliki aktivitas antioksidan kuat pada proses peroksidasi asam linoleat (Fan et
al. 2009). Sericin sebagai antioksidan kuat dan free radical scavenger yang
mengurangi peroksidasi lipid dan melindungi spermatozoa dari radikal bebas dan
kerusakan oksidatif (Kumar et al. 2015). Sericin pada media pengenceran semen
berpengaruh terhadap motililas dan integritas membran spermatozoa (Kumar et al.
2015).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2018, bertempat
di Laboratorium Fertilisasi In Vitro, Divisi Reproduksi dan Kebidanan,
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
5
Sumber Semen
Sumber semen segar domba yang digunakan pada penelitian berasal dari
kandang Unit Rehabilitasi dan Reproduksi (URR) FKH IPB. Domba yang
digunakan adalah domba garut jantan dengan usia ± 3 tahun dan bobot badan ± 30
kg. Domba dipelihara di kandang panggung dengan pemberian pakan dua kali
sehari dan penampungan semen dilakukan secara rutin satu kali seminggu.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar domba, air
Milli-Q, natrium klorida (NaCl) 0.9% (Otsu-NS, PT Otsuka Indonesia), NaCl 3%,
zat pewarna eosin nigrosin, pure sericin™ (Wako, Japan), tris(hydroxymethyl)-
aminomethane (MERCK, E. Merck, Germany), asam sitrat, D(-)fructose
(MERCK, E. Merck, Germany), kuning telur ayam, susu skim, penicillin-G (1000
IU/mL) (Meiji, PT Meiji Indonesian Pharmaceutical Industries, Indonesia),
streptomycin sulfate (1 g/mL) (Meiji, PT Meiji Indonesian Pharmaceutical
Industries, Indonesia), larutan hypo-osmotic, dan alkohol 70%.
Alat yang digunakan adalah vagina buatan, tabung koleksi, gelas
Erlenmeyer 100 mL, gelas ukur, kamar hitung Neubauer (Marienfeld, Germany),
gelas objek, gelas penutup, mikroskop cahaya (Nikon Eclipse E600 dan
Olympus), pH special indicator paper range 6.4-8, pipet plastik, tabung sentrifus
ukuran 15 mL, pinset, mikropipet, mikrotub, mikrotip, kertas saring, perkamen,
heating table, lap atau tisu, gelas plastik, penangas air (waterbath), counter, mesin
pengaduk otomatis, timbangan digital, magnetic stirer, spatula, lemari pendingin
(kulkas) 3-5 ˚C, syringe, Merck Millipore RiOs™ 16, dan Merck Millipore Milli-
Q® Academic A10.
Prosedur Penelitian
Pembuatan bahan pengencer
Pengencer yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengencer tris-
kuning telur dan tris-susu skim. Buffer tris dibuat dengan melarutkan 0.03025
g/mL tris(hydroxymethyl)-aminomethane, 0.0125 g/mL fruktosa, dan 0.017 g/mL
asam sitrat (Dorji et al. 2014). Setelah semua bahan terlarut, buffer tris
ditambahkan 1000 IU/mL penisilin dan 1 g/mL streptomisin (Baiee et al. 2017).
Pengencer tris-kuning telur dibuat dengan menambahkan 20% kuning telur
(Ducha et al. 2013) ke dalam buffer tris, sedangkan pengencer tris-susu skim
dibuat dengan menambahkan 0.015 g/mL susu skim ke dalam buffer tris. Masing-
masing pengencer kemudian ditambahkan sericin sebanyak 0.5% (Khye 2017).
Kelompok perlakuan pada penelitian ini adalah kelompok tris-KT tanpa sericin
(TKT), tris-KT dengan sericin (TKT+Ser), tris-susu skim tanpa sericin (TS), dan
tris-susu skim dengan sericin (TS+Ser).
6
Koleksi dan preservasi semen
Semen domba dikoleksi menggunakan vagina buatan pada pagi hari setiap
satu kali seminggu sebanyak empat kali penampungan. Semen dikoleksi dengan
satu tangan menggenggam preputium dan tangan yang lain memegang vagina
buatan. Koleksi semen dilakukan dengan menggunakan betina pemancing. Semen
segar hasil koleksi ditempatkan dalam tabung sentrifus 15 mL kemudian
ditransportasikan ke Laboratorium Fertilisasi In Vitro FKH IPB untuk dilakukan
proses dan perlakuan selanjutnya.
Semen segar dilakukan evaluasi sebelum dipreservasi. Evaluasi dilakukan
secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume,
warna, konsistensi, dan pH semen, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi
motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan membran plasma utuh (MPU) spermatozoa.
Semen yang diproses lebih lanjut adalah semen yang memiliki nilai persentase
motilitas ≥70% dan abnormalitas ≤20%. Setelah evaluasi, semen segar domba
diencerkan ke dalam masing-masing pengencer perlakuan yang telah disiapkan
dengan konsentrasi akhir yang digunakan pada penelitian sebesar 50 juta
sperma/0.5 mL (stimulasi pengujian in vitro) dan disimpan (preservasi) dalam
kulkas bersuhu 3-5 ˚C.
Evaluasi semen cair
Evaluasi harian dilakukan pada saat segera setelah pengenceran (H0) dan
setiap 24 jam sekali sampai hari ke-4 (H1-H4) pascapreservasi atau hingga
motilitas spermatozoa turun hingga di bawah 40%. Parameter yang dilihat adalah
motilitas, viabilitas, dan membran plasma utuh spermatozoa (MPU). Motilitas
diukur berdasarkan gerak progresif spermatozoa. Penilaian dilakukan secara
subjektif kuantitatif yang diamati menggunakan mikroskop cahaya perbesaran
100x dan 400x. Hasil tersebut diinterpretasikan dalam bentuk persentase.
Penilaian persentase viabilitas spermatozoa dapat dilihat dengan pewarnaan
eosin nigrosin. Campuran sampel semen dengan pewarnaan eosin nigrosin diulas
pada gelas objek kemudian difiksasi. Viabilitas yang diamati sebanyak 10
lapangan pandang dengan jumlah sel minimal 200 spermatozoa. Spermatozoa
hidup tidak akan berwarna setelah diberi pewarna eosin nigrosin, sedangkan
spermatozoa mati akan berwarna merah atau merah muda. Zat warna eosin akan
diserap oleh spermatozoa yang mati karena permeabilitas dinding sel yang
meningkat ketika spermatozoa tersebut mati, sedangkan nigrosin akan mewarnai
latar dari spermatozoa (Septiyani 2012).
Parameter MPU spermatozoa dilihat dengan menggunakan larutan hypo-
osmotic (HO). Larutan HO dibuat dari campuran 0.09 g/mL fruktosa dan 0.049
g/mL natrium sitrat (Baiee et al. 2017). Larutan HO yang digunakan sebanyak 95
µl dan ditambahkan 5 µl semen cair lalu diinkubasi dalam penangas air 37 oC
selama 10 menit. Pengamatan MPU spermatozoa dilakukan menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x terhadap 200 sel spermatozoa.
Evaluasi MPU dinilai dari adanya reaksi pada ekor dan/atau pembengkakan
spermatozoa. Membran plasma spermatozoa yang masih utuh akan bersifat
semipermiabel menyebabkan air dari larutan hipoosmotik bisa masuk ke dalam sel
dan menyebabkan ekor yang menggulung atau membengkak (Herdis et al. 2009).
7
Analisis Data
Data motilitas, viabilitas, dan MPU disajikan dalam bentuk persentase rata-
rata ± SD. Data dari empat kali ulangan dianalisis menggunakan program SPSS
16 dengan uji one way ANOVA dan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan
95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Motilitas spermatozoa adalah parameter utama yang digunakan dalam
menentukan fertilitas dari spermatozoa pascapreservasi. Hanya semen yanng
memiliki persentase motilitas >40% yang dapat digunakan untuk program IB.
Motilitas spermatozoa pascapreservasi pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Motilitas spermatozoa domba dalam pengencer tris dengan penambahan
sericin pada penyimpanan suhu 4 ˚C
Perlakuan Persentase motilitas spermatozoa (%) pada penyimpanan hari ke-
H0 H1 H2 H3 H4
TKT 85.0±0.0A 75.0±0.0bcB 62.5±6.5bC 52.5±6.5abD 40.0± 7.1aE
TKT+Ser 86.0±2.5A 82.5±2.9aA 75.0±4.0aB 65.0±4.1aC 53.8± 7.5aD
TS 83.8±2.5A 73.8±4.8cAB 61.3±6.3bB 38.8±14.4bC 17.5±17.0bD
TS+Ser 85.0±0.0A 78.8±2.5abAB 71.3±4.8aBC 60.0±9.1aC 41.3±15.5aD
Keterangan: Huruf besar berbeda (A,B,C,D,E) pada baris yang sama dan huruf kecil berbeda
(a,b,c) pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Tris-Kuning Telur
tanpa Sericin (TKT); Tris-Kuning Telur dengan Sericin (TKT+Ser); Tris-Susu Skim tanpa Sericin
(TS); Tris-Susu Skim dengan Sericin (TS+Ser). Penyimpanan semen cair hari ke-0 (H0); hari ke-1
(H1); hari ke-2 (H2); hari ke-3 (H3); hari ke-4 (H4).
Motilitas spermatozoa menurun seiring dengan bertambahnya periode
penyimpanan ( p<0.05). Motilitas spermatozoa pada H0 tidak berbeda nyata antar
perlakuan (p>0.05). H1 pascapreservasi, motilitas spermatozoa yang disimpan
dalam pengencer TKT+Ser lebih tinggi daripada kelompok pengencer TKT dan
TS (p<0.05), sedangkan motilitas spermatozoa pada kelompok TS+Ser tidak
berbeda dengan kelompok TKT dan TKT+Ser (p>0.05). Nilai persentase motilitas
spermatozoa pada H2 pascapreservasi menunjukkan perbedaan nyata antara
kelompok pengencer dengan sericin (TKT+Ser dan TS+Ser) dan kelompok
pengencer tanpa sericin (TKT dan TS) (p<0.05).
Pada H3 dan H4 pascapreservasi, nilai persentase motilitas pada pengencer
TS berbeda nyata dengan kelompok pengencer dengan sericin (TKT+Ser dan
TS+Ser) (p<0.05) namun tidak berbeda nyata dengan kelompok pengencer TKT
(p>0.05), sedangkan pada pengencer TKT tidak berbeda dengan kelompok
pengencer yang lain (TKT+Ser, TS, dan TS+Ser) (p>0.05). H3 dan H4 pada
pengencer TS juga nenunjukkan nilai persentase motilitas yang turun mencapai
<40%.
8
Viabilitas dievaluasi dengan pewarnaan eosin nigrosin. Spermatozoa yang
hidup ditandai dengan warna pucat karena tidak menyerap warna eosin,
sebaliknya pada spermatozoa yang mati berwarna merah muda karena menyerap
warna eosin. Gambaran spermatozoa hidup dan mati dapat dilihat pada Gambar
1A.
Viabilitas menunjukkan penurunan seiring lamanya waktu penyimpanan.
Viabilitas spermatozoa dalam empat kelompok perlakuan selama empat hari
penyimpanan pada suhu 4 ˚C disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2,
persentase viabilitas pada H0 tidak berbeda nyata antar perlakuan (p>0.05). H1
sampai H4 pascapreservasi, persentase viabilitas pada kelompok pengencer
TKT+Ser tidak berbeda nyata dengan kelompok pengencer TKT dan TS+Ser
(p>0.05) namun berbeda nyata dengan kelompok pengencer TS (p<0.05). Selama
preservasi pada kelompok pengencer TKT+Ser nilai viabilitas tidak berbeda nyata
(p>0.05) setiap harinya sampai H4.
Tabel 2 Viabilitas spermatozoa domba dalam pengencer tris dengan penambahan
sericin pada penyimpanan suhu 4 ˚C
Perlakuan Persentase viabilitas spermatozoa (%) pada penyimpanan hari ke-
H0 H1 H2 H3 H4
TKT 90.0±3.6A 87.2±2.3abAB 85.1±3.7abAB 84.0±3.8abB 83.0±4.0abB
TKT+Ser 92.3±2.9A 91.7±3.2a 90.3±3.3a 89.1±3.3a 88.4±4.2a
TS 89.7±3.8A 85.7±3.6bAB 81.4±3.5bBC 79.7±4.8bBC 77.9±6.1bC
TS+Ser 92.0±3.2A 90.0±2.1abAB 89.4±2.2aABC 86.4±3.5aBC 84.6±4.3abC
Keterangan: Huruf besar berbeda (A,B,C) pada baris yang sama dan huruf kecil berbeda (a,b) pada
kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Tris-Kuning Telur tanpa Sericin
(TKT); Tris-Kuning Telur dengan Sericin (TKT+Ser); Tris-Susu Skim tanpa Sericin (TS); Tris-
Susu Skim dengan Sericin (TS+Ser). Penyimpanan semen cair hari ke-0 (H0); hari ke-1 (H1); hari
ke-2 (H2); hari ke-3 (H3); hari ke-4 (H4).
Gambar 1 Viabilitas (A), Membran plasma utuh (B-C), Membran plasma tidak
utuh (D)
Parameter MPU dievaluasi menggunakan metode hypo-osmotic swelling test
(HOST). Gambaran spermatozoa dengan membran yang masih utuh dapat dilihat
pada Gambar 1B-C, sedangkan dengan membran plasma tidak utuh pada Gambar
1D.
Nilai MPU spermatozoa mengalami penurunan seiring dengan lamanya
waktu penyimpanan. Nilai MPU spermatozoa dalam empat kelompok perlakuan
selama empat hari penyimpanan pada suhu 4 ˚C disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, MPU pada H0 sampai H1 pascapreservasi tidak berbeda
nyata antar perlakuan (p>0.05). H2 sampai H3 pascapreservasi, persentase MPU
9
spermatozoa pada kelompok pengencer TKT+Ser tidak berbeda nyata dengan
kelompok pengencer TKT dan TS+Ser (p>0.05) namun berbeda nyata dengan
kelompok pengencer TS (p<0.05). H4 pada kelompok pengencer TS+Ser tidak
berbeda nyata dengan kelompok pengencer TKT dan TKT+Ser (p>0.05) namun
berbeda nyata dengan kelompok pengencer TS (p<0.05). Secara keseluruhan
bahwa bahan pengencer yang digunakan dapat mempertahankan keutuhan
membran plasma.
Tabel 3 Membran plasma utuh (MPU) spermatozoa domba dalam pengencer tris
dengan penambahan sericin pada penyimpanan suhu 4 ˚C
Perlakuan Persentase MPU spermatozoa (%) pada penyimpanan hari ke-
H0 H1 H2 H3 H4
TKT 90.0±3.1A 88.4±3.1AB 85.3±2.2abBC 84.1±2.8aBC 82.9±2.6bC
TKT+Ser 91.2±3.3A 89.8±3.4 88.8±2.7a 88.0±2.9a 87.0±2.1a
TS 87.9±2.5A 87.0±4.0A 82.5±2.1bB 79.4±2.3bBC 77.0±2.4cC
TS+Ser 91.3±2.9A 89.4±2.9AB 87.6±2.6aAB 85.9±2.7aB 85.2±2.2abB
Keterangan: Huruf besar berbeda (A,B,C) pada baris yang sama dan huruf kecil berbeda (a,b,c)
pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Tris-Kuning Telur tanpa
Sericin (TKT); Tris-Kuning Telur dengan Sericin (TKT+Ser); Tris-Susu Skim tanpa Sericin (TS);
Tris-Susu Skim dengan Sericin (TS+Ser). Penyimpanan semen cair hari ke-0 (H0); hari ke-1 (H1);
hari ke-2 (H2); hari ke-3 (H3); hari ke-4 (H4).
Pembahasan
Secara umum, belum ada perbedaan nilai persentase antar perlakuan di
semua parameter segera setelah diencerkan (H0) diduga karena ketersediaan
energi yang dimiliki antar pelakuan masih relatif sama dan penambahan sericin
belum berpengaruh. Sebaliknya, terjadi penurunan persentase pada semua
parameter setiap harinya dapat disebabkan oleh penurunan cadangan energi pada
bahan pengencer dan lama penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kewilaa
et al. (2014) bahwa pertambahan lama penyimpanan dapat menyebabkan
penurunan kualitas spermatozoa. Penurunan kualitas spematozoa terjadi karena
peningkatan kerentanan spermatozoa terhadap peroksidasi lipid akibat cekaman
dingin (Pursel 1979) dan peroksidasi lipid akibat penyimpanan spermatozoa yang
lama (Alvarez dan Storey 1982).
Kelompok perlakuan yang dapat digunakan untuk inseminasi buatan (IB)
adalah kelompok perlakuan yang memiliki nilai motilitas >40%. Sesuai dengan
pendapat Kewilaa et al. (2014) bahwa persentase motilitas spermatozoa yang
layak untuk kegiatan inseminasi buatan (IB) minimal 40%. Persentase motilitas
tidak akan lebih tinggi dari nilai persentase hidup spermatozoa (Mundt dan
Shanahan 2011). Hal ini disebabkan karena spermatozoa yang non-motil mungkin
hidup namun terlihat non-motil karena memiliki cacat pada bagian ekor,
sedangkan spermatozoa yang mati tidak akan menunjukkan motilitasnya (Mundt
dan Shanahan 2011). Oleh sebab itu, menurut Mundt dan Shanahan (2011) bahwa
penurunan nilai persentase hidup spermatozoa tidak selalu berkorelasi dengan
nilai motilitas.
Tidak terlihat perbedaan antara pengencer TKT+Ser dengan TKT dapat
dikarenakan pengencer tris-kuning telur mengandung lesitin dan lipoprotein yang
10
dapat melindungi integritas membran plasma spermatozoa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Quinn et al. (1980) bahwa kuning telur mengandung lipoprotein dan
lesitin yang berfungsi melindungi membran plasma spermatozoa dari cold shock
yang dapat menyebabkan kerusakan membran. Pendapat lain yang dikemukakan
oleh Vishwanath dan Shannon (2000) bahwa komponen spesifik yang terdapat
pada kuning telur adalah fosfatidilkolin (lesitin), fraksi low density lipoprotein
(LDL), dan ekstrak lipid. Ketiganya berfungsi sebagai agen krioprotektan
sehingga menyebabkan membran plasma tetap stabil saat melalui zona temperatur
kritis pada proses preservasi.
Selain lipoprotein dan lesitin, kuning telur juga mengandung albumin.
Bovine serum albumin (BSA), salah satu jenis albumin yang berasal dari darah
sapi, dikenal sebagai krioprotektan efektif dan secara luas digunakan untuk
preparasi biologis (Tsujimoto et al. 2001). Mekanisme dari efek krioprotektif
BSA tidak jelas namun secara hipotesis dijelaskan bahwa penambahan BSA
meningkatkan konsentrasi protein yang akan mencegah kristalisasi es (Tsujimoto
et al. 2001). Molekul BSA mengelilingi dan melindungi enzim dari
transkonformasi dan agregasi yang disebabkan oleh proses pembekuan (Tsujimoto
et al. 2001).
Membran plasma merupakan bagian spermatozoa yang berfungsi
melindungi organel-organel sel dan berperan dalam keseimbangan elektrolit intra
dan ekstra selular (Herdis et al. 2009). Membran plasma mengandung asam lemak
tak jenuh yang rentan terhadap kerusakan peroksidasi (Kewilaa et al. 2014). Oleh
karena itu, membran plasma yang rusak dapat menghambat aktivitas metabolisme
sehingga akan mempercepat kematian spermatozoa (Kewilaa et al. 2014; Herdis
et al. 2009). Keutuhuan membran plasma spermatozoa mutlak diperlukan untuk
menjamin kelangsungan hidup dan keberhasilan membuahi sel telur (Herdis et al.
2009). Keutuhan membran plasma memiliki korelasi positif dengan persentase
hidup spermatozoa. (Herdis et al. 2009).
Pengencer TKT+Ser dapat mempertahankan kualitas hidup spermatozoa
selama preservasi dan memiliki nilai tertinggi pada semua parameter sampai
penyimpanan H4. Hal ini dapat disebabkan karena adanya penambahan sericin
pada pengencer TKT+Ser. Sama halnya dengan tidak adanya perbedaan nyata
pada kelompok pengencer dengan penambahan sericin dapat disebabkan karena
sericin merupakan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya reaksi radikal
bebas sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat. Menurut Herdis et al. (2009)
bahwa penambahan antioksidan cenderung meningkatkan persentase motilitas,
daya hidup, dan membran plasma utuh spermatozoa, tetapi belum mampu
mempertahankan kualitas semen cair. Selain itu, membran plasma juga dapat
mempengaruhi daya fertilisasi dari spermatozoa.
Penggunaan sericin sebagai antioksidan karena memiliki kemampuan untuk
menghambat proses peroksidasi lipid. Free radical scavenging adalah salah satu
mekanisme yang diketahui dapat menghambat peroksidasi lipid (Fan et al. 2009).
Sericin mengandung donor elektron yang akan bereaksi dengan radikal bebas
untuk mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan menghentikan reaksi
berantai dari radikal bebas (Fan et al. 2009). Sericin mengandung asam amino
yang memiliki kelompok hidroksil sehingga baik digunakan sebagai krioprotektan
karena memiliki kapasitas untuk membentuk ikatan hidrogen kuat dengan molekul
air (Tsujimoto et al. 2001). Namun demikian, mekanisme sericin melindungi sel
11
spermatozoa dari proses pencairan, pendinginan, dan kriopreservasi masih belum
diketahui secara pasti (Kumar et al. 2015).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan antioksidan sericin pada pengencer tris-kuning telur efektif dapat
mempertahankan kualitas semen cair domba pascapreservasi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pada bahan pengencer lain yang ditambah
antioksidan dan perlu dilakukan uji lanjutan untuk meyakinkan keefektifan
penambahan antioksidan pada berbagai bahan pengencer.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal A, Bhusant S. 2012. Preparation of sericin nano particles from waste of
silk industry. Int J of Sci Res. 1(3):116-120.
Aitken RJ, Fisher HM, Fulton N, Gomez E, Knox W, Lewis B, Irvine S. 1997.
Rective oxygen species generation by human spermatozoa is induced by
exogenous NADPH and inhibited by the flavoprotein inhibitors diphenylene
iodonium and quinacrine. Mol Reprod Dev. 47:468-482.
Altman GH, Diaz F, Jakuba C, Calabro T, Horan RL, Chen JS, Lu H, Richmond
J, Kaplan DL. 2003. Silk-based biomaterials. Biomater. 24:401–416.
Alvarez JG, Storey BT. 1982. Spontaneous lipid peroxidation in rabbit
epididymal· spermatozoa: its effect on sperm motility. Biol Reprod.
27(5):1102-1108.
Azawi OI, Hussein KE. 2013. Effect of vitamin C or E supplementation to Tris
diluent on the semen quality of Awassi rams preserved at 5 ˚C. Vet Res
Forum. 4(3):157-160.
Baiee FH, Wahid H, Rosnina Y, Ariff OM, Salman H, Tarig AA, Khumran AM.
2017. Hypo-osmotic swelling test modification to enhance cell membrane
integrity evaluation in cryopreserved bull semen. Pertanika J Trop Agric
Sci. 40(2):257-268.
Ball BA, Vo TA, Baumber J. 2001. Generation of reaction oxygen species by
equine spermatozoa. AJVR. 62(4):508-515.
12
Bergeron A, Manjunath P. 2006. New insights towards understanding the
mechanisms of sperm protection by egg yolk and milk. Mol Reprod Dev.
73(10):1338-1344.
Dorji P, Pattarajinda V, Vongprolub T. 2014. Cryopreservation of semen of
mithun and siri bulls. Bangl J Vet Med. 12(2):147-153.
Ducha N, Susilawati T, Aulanni’am, Wahyuningsih S. 2013. Motilitas dan
viabilitas spermatozoa sapi limousin selama penyimpanan pada refrigerator
dalam pengencer CEP-2 dengan suplementasi kuning telur. J Ked Hewan.
7(1):5-8.
Fan JB, Wu LP, Chen LS, Mao XY, Ren FZ. 2009. Antioxidant activities of silk
sericin from silkworm bombyx mori. J Food Biochem. 33(1):74-88.
Foote RH. 2002. The history of artificial insemination: selected notes and
notables. J Anim Sci. 80(2):1-10.
Herdis, Kusuma I, Angga IW. 2009. Pengaruh penambahan α-tokoferol pada
media pengencer tris kuning telur terhadap kualitas semen cair domba garut.
JSTI. 11(3):175-180.
Inounu I. 2014. Upaya meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan pada ternak
ruminansia kecil. Wartazoa. 24(4):201-209.
Kewilaa AI, Ondho YS, Setiatin ET. 2014. Efisiensi penambahan kuning telur
dalam pembuatan pengencer air kelapa-kuning telur terhadap kualitas
spermatozoa pada semen cair domba ekor tipis (DET). Agrilan. 2(2):1-12.
Khye KC. 2017. Kualitas semen cair anjing dalam pengencer tris-kuning telur
dengan penambahan sericin [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Kumar P, Kumar D, Sikka P, Singh P. 2015. Sericin supplementation improves
semen freezability of buffalo bulls by minimizing oxidative stress during
cryopreservation. Anim Repro Sci. 152:26-31.
Leboeuf B, Guillouet P, Batellier F, Bernelas D, Bonne JL, Forgerit Y, Renaud G,
Magistrini M. 2003. Effect of native phosphocaseinate on the in vitro
preservation of fresh semen. Theriogenology. 60(5):301-304.
Lenzi A, Gandini L, Lombardo F, Picardo M, Maresca V, Panfili E, Tramer F,
Boitani C, Dondero F. 2002. Polyunsaturated fatty acids of germ cell
membranes, glutathione and glutathionedependent enzyme-PHGPx: from
basic to clinic. Contraception. 65:301–304.
Mundt LA, Shanahan K. 2011. Graff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids
2nd ed. Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins.
Negoro F P. 2011. Pengaruh bahan pengencer tris kuning telur, tris susu skim, dan
tris susu sapi segar terhadap kualitas semen sapi pesisir dan sapi Peranakan
Ongole (PO) [skripsi]. Padang (ID): Fakultas Peternakan Universitas
Andalas.
13
Patel HA, Siddique GM, Chaudhari DV, Suthar VS. 2016. Effect of different
antioxidant additives in semen diluent on cryopreservability (-196 ˚C) of
buffalo semen. Vet World. 9:299-303.
Puji R. 2015. Pengertian, struktur, dan proses pembentukan sperma [Internet].
[Tersedia pada http://www.softilmu.com/2015/12/pengertian-struktur-dan-
proses-pembentukan-sperma.html]. [diunduh pada 2017 Oktober 14].
Pursel VG. 1979. Effect of cold shock on boar sperm treated with butylated
hydroxitoluene. Biol Reprod. 21(2):319-325.
Quinn PJ, Chow PYW, White IG. 1980. Evidence that phospholipid protects ram
spermatozoa from cold shock at a plasma membrane site. J Reprod Fert.
60:403-407.
Rabadan PJ, Alvarez OG, Vida A, Morales AM, Cuerda MI, Ramon M, Olmo E,
Santos RF, Garde JJ, Soler AJ. 2015. Cryobiology. 1-6.
Ridwan. 2008. Jenis Pengencer semen terhadap motilitas, abnormalitas dan daya
tahan hidup spermatozoa ayam buras pada penyimpanan suhu 5˚C. J
Agroland. 15(3):229-235.
Rizal M, Herdis. 2010. Peran antioksidan dalam meningkatkan kualitas semen
beku. Wartazoa. 20(3):139-145.
Saraswat S, Jindal SK, Kharche SD. 2016. Antioxidant and spermatozoa: a
complex story-A review. Indian J Anim Sci. 86(5):495-501.
Septiyani R. 2012. Hubungan Antara Viabilitas, Motilitas, dan Keutuhan
Membran Plasma Spermatozoa Semen Beku Sapi Limousin [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Setiono N, Suharyati, S, Santosa PE. 2015. Kualitas semen beku Sapi Brahman
dengan dosis krioprotektan gliserol yang berbeda dalam bahan pengencer
tris sitrat kuning telur. JIPT. 3(2):61-69.
Soltanpour F. Moghaddam G, Asadpour R, Rafat SA. 2014. Effect of antioxidant
combinations on sperm quality of cross breed rams during liquid storage. Int
J Adv Biol Biom Res. 2(3):732-740.
Sothornvit R, Chollakup R, Suwanruji P. 2010. Extracted sericin form silk waste
for film formation. Songklanakarin J Sci Technol. 32(1):17-22.
Suteky T, Kadarsih S, Novitasari YY. 2008. Pengaruh pengencer susu skim
dengan sitrat kuning telur dan lama penyimpanan terhadap kualitas semen
kambing persilangan Nubian dengan Peranakan Etawa. JSPI. 3(2):81-88.
Tsujimoto K, Takagi H, Takahashi M, Yamada H, Nakamori S. 2001.
Cryoprotective effect of the serine-rich repetitive sequence in silk protein
sericin. J Biochem. 129(6):979-986.
Vishwanath R, Shannon P. 2000. Storage bovine semen in liquid frozen state.
Anim Reprod Sci. 62:23-53.
Wicaksono A, Arifiantini RI. 2009. Uji banding empat bahan pengencer untuk
preservasi semen anjing Retriever. JITV. 14(1):50-57.
14
Widayati DT, Aris J, Kresno S, Amelia O, Wahyuningsih. 2010. Reproduction
performance of Etawah cross bred goats in estrus synchronization by
controlled internal drug release implant and PGF2α continued by artificial
insemination. Int J Anim Vet Sci. 4(5):393-395.
Widjaya N. 2011. Pengaruh pemberian susu skim dengan pengencer tris kuning
telur terhadap daya tahan hidup spermatozoa sapi pada suhu penyimpanan 5
˚C. Sains Peternakan. 9(2):72-76.
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 3 Maret 1996. Penulis
merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Jayana Efendi dan
Rodianah. Riwayat pendidikan penulis, yaitu lulus dari SD Negeri Kramat 3 tahun
2008, SMP Negeri 1 Cirebon tahun 2011, lulus dari SMA Negeri 1 Cirebon tahun
2014, dan melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan IPB
melalui jalur undangan (SNMPTN) pada tahun 2014.
Selama menjalani masa pendidikan sarjana, penulis pernah mengikuti
berbagai organisasi dan kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus IPB.
Organisasi yang pernah diikuti, yaitu Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia
(HIMPRO Ruminansia) tahun 2016-2018, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan
IPB (IMAKAHI IPB) tahun 2016-2018, dan Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan
Kekeluargaan Cirebon (OMDA IKC) tahun 2014-2017. Kegiatan di luar kampus
yang pernah diikuti, yaitu Sharing and Fun Education (SAFE) yang
diselenggarakan oleh CT Arsa Foundation tahun 2017 dan 2018.