Post on 11-Nov-2021
i
KOORDINASI PEMERINTAH KELURAHAN DENGAN KEPOLISIAN
DALAM PENANGANAN KEAMANAN KETERTIBAN MASYARAKAT
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar
Disusun dan Diajukan Oleh
WIRDAN TAHIR
Nomor Stambuk : 10561 0368 10
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
WIRDAN TAHIR Koordinasi Pemerintah Kelurahan Dengan Kepolisian Dalam
Penanganan Kantibmas Di Kota Makassar (dibimbing oleh Abdul Mahsyar dan
Djaelan Usman)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana
koordinasi pemerintah dengan kepolisian dalam hal Penanganan Balapan Liar di
Sepanjang Jalan Veteran kota Makassar yang masih belum ditangani dengan baik.
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini dalah deskriftif
kualitatif dengan menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder.
Data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menganalisis semua data
yang berhasil dikumpulkan penulis dan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk
kalimat sesuai dengan hasil wawancara dari 6 (enam) informan yang sebelumnya
telah dicantumkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah dengan kepolisian
berkoordinasi dalam Penanganan kasus balapan liar yang dilakukan anak remaja tidak
sesuai yang diharapkan masyarakat, waulupun kepolisian denagan pemerintah
kelurahan sudah memiliki langkah-langkah penanganan tetapi hasil dilapangan masih
terjadi balapan liar dan tindakan kekerasan dan perampasan barang-barang warga. Ini
sebagai fokus Kepada instansi pemerintah termaksud kepolisian dengan pemerintah
untuk lebih memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi wilayahnya sehingga
bisa terciptaya keamanan dan ketertiban masyarakat di jalan veteran utara kota
makassar.
Keyword: Koordinasi Pemerintah Kelurahan Terhadap Kepolisian Dalam
Penanganan Kantibmas Di Kota Makassar
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti diberikan kepada hambaNya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Koordinasi Pemerintah Kelurahan Dengan
Kepolisian Dalam Penanganan Kantibmas Di Kota Makassar” Skripsi ini merupakan
tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana
Ilmu Administrasi Negara pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Sembah sujud dan kupersembahkan skripsi ini terkhusus kepada orang tua
tercinta Ayahanda H. M. Tahir D. Dan Ibunda Hj. Nurtini Tahir, terima kasih atas
segala pengorbanan, kesabaran, doa dukungan dan semangat yang tak ternilai hingga
penulis dapat menyelesaikan studi, kiranya amanah yang diberikan kepada penulis
tidak tersia-siakan. Terima kasih juga kepada saudara-saudaraku tercinta Kakanda
Wandi Tahir, Wardi Tahir. SH, Wisman tahir. S,Sos, adinda Wiwin Tahir, dan
seluruh keluarga besarku.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
vii
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku Pembimbing I dan Dr.Djaelan Usman, M.Si
selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Ibu Hj. Rosdianti Razak, M.Si selaku penasehat akademik selama menempuh
kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Pemerintahan di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali segudang ilmu kepada penulis.
6. Kepolisian Polrestabes Makassar kota Makassar yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
7. Keluarga besar Desa MoncongLoe yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan KKP serta teman se-angkatan KKP.
viii
8. Adinda Hardiyanti Syamsuddin yang memberikan kasih sayang dan yang selalu
menemani dengan setia, memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan
bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan A. Putra Putra Pratama Mangewa S.Psi yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Ananda A. Nuraisyah, A. Rahman Swair dan A. Akil dan Ari ,Alif yang
memberikan semangat dan keceriaan pada penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi.
11. Kakak Senior, serta Adik-Adik yang sama-sama menimbah ilmu di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat
serta hidayahNya kepada semua pihak yang membantu hingga terselesainya Skripsi
ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Makassar, 2015
Wirdan Tahir
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Informan Penelitian…………………………………………..……… 40
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir…………………………………………… 36
Gambar 2. Model Analisis Interaktif………………………………………… 43
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………..………………………………………………....... i
Halaman Persetujuan……………………….………………………………….. ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah…………………………….......... iii
Abstrak ............................................................................................................... iv
Kata Pengantar………………………………………………………………… v
Daftar Tabel........................................................................................................ viii
Daftar Gambar…………………………………………………………………. ix
Daftar Isi……………………………………………………………………….. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………..………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 8
D. Manfaat Penelitian..…………………………………………………… 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kemitraan……………………………………………….......... 10
B. Karangka Pikir…………….……………………………....................... 26
C. Fokus Penelitian ...........…………….…………………………………. 28
D. Deskripsi Fokus Penelitian…...........……………………….…...…….. 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………….. 30
B. Jenis dan Tipe Penelitian………………………………………………. 30
C. Sumber Data…………………………………………………………… 31
D. Informan Penelitian…………..……...…...……………………………. 31
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 32
F. Teknik Analisis Data…………………………………………………... 32
G. Keabsahan Data………………………………………………………... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Obyek Penelitian……......……………………... 35
B. Hasil Penelitian…………………….……………..…………………... 49
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………......... 55
B. Saran……...……………………………………………………………. 56
xii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 57
LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara………………………………………………….. 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang
sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu penguyuban tapi hubungan negatif
dengan penguyuban yang tidak teratur dan cendrung melakukan tindakan anarkis.
Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya
keyakinan/anggapan/perasaan bersama. keyakinan bersama itu bisa berbentuk,
katakanlah, siapa yang cendrung dipersepsi sebagai maling, atau situasi apa yang
mengindikasikan adanya kejahatan yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti
dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan. Dan adanya keyakinan bersama
tentang suatu hal tersebut amat sering dibarengi dengan munculnya geng, simbol,
tradisi, graffiti, ungkapan khas dan bahkan mitos serta fabel yang bisa
diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik.
Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak
yang begitu besar terhadap masyarakat indonesia. Khususnya bagi kehidupan
pelajar yang selalu mencoba hal-hal yang baru dan berbau moderen waulupun hal
tersebut hal tersebut tidak sesuai dengan budaya indonesia. Perubahan social
budaya yang terjadi di kehidupan pelajar ini, salah satunya adalah adanya geng
motor, yang telah menyebabkan perubahan dalam semua aspek kehidupan
bermasyarakat termaksuk kehidupan para pelajar. Namun pada perkembangnya
geng motor sering dilakukan para remaja yang hanya senang dengan kebut-
2
kebutan dan balapan liar, juga mulai melakukan hal-hal yang meresahkan
masyarakat dan melakukan tindakan kriminal. tetapi sekarang ini bukan hanya
dikalang remaja bahkan para pelajar sering melakukan balapan lair dijalan raya.
Belakangan ini sering melihat tanyangan berita ditelevisi tentang adanya
kekerasan yan dilakukan oleh geng motor, prilaku kekerasan ii otomatis
memberikan citra buruk bagi perkumpulan/ club otomtif yang lain. Padahal
banyak juga club otomotif yang jauh dari kegiatan negatif namun justru juga
sering melakukan kegiatan positif seperti bakti sosial, donor darah, dan lain-lain.
Menurut pengamatan saya terjadi kekerasan yang di lakukan oleh beberapa
oknum geng motor disebabkan dan dipengaruhi oleh beberapa sebab antara lain :
(1) Kurangnya perhatian orang tua tak jarang menyebabkan mereka menjadi
pribadi yang keras karena kurang nya rasa kasih sayang dalam mendidik anakny.
Pendidikan agama yang tidak ditanamkan dengan baik menyebabkan mereka
tidak tahu bahkan barangkali tidak mengenal norma agama atau tak jarang mereka
tahu tapi tidak menjalankannya karena kurangnya bimbingan didalam keluarga.
(2) Pendidikan sekolah yang tidak dilaksanakan dengan baik seringkal kami
perhatiakan banyak anak sekolah sering bolos lebih banyak nogrong dijalanan.
Kemiskinan atau masalah ekonomi memaksa mereka untuk melakukan kekerasan
agar dapat mencukupi kebutuhan mereka. (3) Pengaruh alkohol dan obat-obatan
terlarang membuat sesorang kehilangan akal dan nalar sehingga melakukan
tindakan kejahatan tanpa memikirkan dampak buruk buat dirinya sendiri dan
masyarakat. Ingin menunjukkan aktualisasi diri agar keberadaan mereka diakui ,
karena semakin disorot dan ditakuti maka semakin memberikan rasa bangga buat
3
mereka. Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, tayangan
kekerasan di televisi dan sinetron yang tidak mendidik, pornografi juga sangat
mempengaruhi psikologis sesorang untuk cendrung meniru apa yang mereka
tonton. (4) Kurangnya pengawasan dan tindakan tegas dari aparat penegak hukum
juga memberikan kesempatan bagi berkembangnya geng motor brutal semacam
ini. Mudahnya orang mendapatkan sepeda motor saat ini dengn modal kredit
ringan selain itu menyebabkan kepadatan dijalan raya jugaberakibat banyaknya
kumpulan geng motor yang ingin menunjukkna eksistensi mereka.
Beberapa penyebab yang saya amati, dimana semakin marak bermunculan
geng motor yang memberikan pengaruh negatif dan cendrung berbuat kriminal
dimasyarakat. Peran pemerintah serta keluarga dan aparat penegak hukum disini
sangat diperlukan untuk membantu mengatasi permasalahan semcam ini agar
tidak semakin meluas. Karena jika dibiarkan pada akhirnya yang rugi adalah
masyrakat dan masa depan para anggota geng motor yang didominasi para remaja
tersebut.
Beberapa waktu terakhir ini disuguhi sebuah fenomena kekerasan yang
dilakukan komunitas anak bermotor (Geng Motor) yang bermula dari hobi, namun
aktivitasnya berujung keonaran hingga tindakan kriminal. Di Kota Makassar
khususnya di sepanjang jalan Veteran, kelompok yang familiar disebut geng
motor kembali berulah. Kelompok ini terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan,
bahkan sampai menelan korban jiwa. Kekerasan itu tak hanya melibatkan atau
membenturkan sesama geng motor, tapi juga telah meresahkan warga masyarakat
dan merusak fasilitas jalan. awalnya geng motor hanya perkempulan anak-anak
4
remaja yang hobi ngebut-ngebutan dengan motor, baik siang maupun malam hari.
Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalan umum. Namun akhir-
akhir ini geng motor mulai meresahkan masyarakat, bahkan aksi brutal geng
motor menyebabkan banyak korban meninggal dunia termaksuk anggota geng
tersendiri.
Geng motor merupakan feomena kenakalan remaja yang dewasa ini sangat
populer di kalangan remaja. Bagaimana tidak, jumlah remaja yang sudah
terjerumus dalam aktifitas negatif ini bisa dibilang tidak sedikit, khususnya remaja
pria. Geng motor ini sudah banyak tersebar di beberapa daerah di Indonesia,
terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makasar dan sebagainya.
Membuat suatu komunitas untuk menyalurkan hobi dan ketertarikan bersama
orang-orang yang mempunyai ketertarikan yang sama merupakan hal yang lumrah
dalam kehidupan remaja. Namun hal ini dipandang wajar jika aktifitas yang ada di
dalamnya tidak bersifat merugikan orang lain. Ini yang tidak ditemukan dalam
geng motor. Aktifitasnya senantiasa merugikan orang lain, seperti menganiaya
orang yang bahkan tidak tahu apa-apa yang mereka temui di jalan, melakukan
perampokan, pemerkosaan, tawuran, balapan liar dan berbagai tindakan negatif
lainnya, bahkan hingga menghilangkan nyawa. kita mengenal banyak kenakalan
remaja yang telah banyak terjadi di sekolah-sekolah. Kenakalan memang sudah
menjadi wajar melekat pada sosok remaja sebagai aktualisasi diri mereka juga
eksistensi mereka. Setidaknya itulah yang ada pada pandangan masyarakat
dewasa ini. Namun apa jadinya jika kenakalan yang remaja ini sudah tidak wajar
dan lebih mengarah pada tindakan kriminal. ini tentunya yang menjadi perhatian
5
kita semua, khususnya mereka yang akan berkecimpung dalam dunia pendidikan,
yang hendak atau sedang melaksanakan tugas mempersiapkan generasi cemerlang
pelurus bangsa. diJakarta dan sekitarnya saja, menurut catatan Indonesian Police
Watch (IPW) ada sekitar 80 titik lokasi ajang balap liar. Jumlah ini bertambah dari
hanya 20-an lokasi di tahun 2009. Masih menurut IPW, diperkirakan sebanyak 60
nyawa melayang oleh aksi anarkisme yang dilakukan mereka. Di Makasar, aksi
gerombolan geng motor menyebabkan meninggalnya seorang mahasiswa, karena
merasa terganggu dengan suara rauangan motor. akhirnya sekawanan remaja
tanggung menyerangnya hingga tewas, dalam hal ini kordinasi pemerintah dengan
kepolisian dalam penanana geng motor harus mengadakan pertemuan antara
pemerintah setempat, kepolisian dan masyarakat. agar kiranya bisa bekerja sama
dalam mengatasi tindakan balapan liar dan kekerasan yang di lakukan sekelompok
geng motor tidak resmi,yang berada di sepanjang jalan veteran.
Berdasarkan fakta tersebut di atas, sangat wajar apabila masyarakat
merasa resah dan khawatir, bahkan pandangan di mata masyarakat geng motor
identik dengan kelompok “pengacau”, “pembuat onar”, “brandalan” serta
sebagai “pelaku kriminal” termasuk muncul pernyataan “perang” terhadap
geng motor. Secara yuridis forma tindakan-tindakan yang dilakukan kelompok
geng motor sudah memasuki ranah hukum pidana, sehingga perbuatan yang
mereka lakukan bukan hanya berupa pelanggaran, melainkan termasuk
perbuatan yang dikategorikan sebagai suatu kejahatan (crime). Perbuatan
yang dilarang dan diancam sanksi pidana. Oleh karena itu, suatu keharusan
apabila pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum melakukan tindakan-
6
tindakan yang lebih efektif dan rasional dengan mengambil langkah-langkah
baik berupa tindakan preventif, maupun melakukan tindakan represif dengan
cara penegakan hukum (law enforcement).
Koordinasi pun harus berjalan tidak hanya di tingkat atasan, tapi harus
sampai ke jajaran paling bawah. Jangan sampai berbagai upaya pemberantasan
geng motor hanya sekedar seremonial di tingkat atasan, Selain itu ada faktor lain
yang juga harus ikut sama-sama bekerja untuk mencegah tumbuhnya geng motor.
Pola pendidikan di keluarga, lingkungan, hingga sekolah harus mampu
mengajarkan remaja untuk sadar dan patuh terhadap hukum.
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu
masyarakat di suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan
oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa (R.
M. Maclver : 1955). Dalam hal ini, sistem hukum adalah Undang-Undang ataupun
konstitusi yang pelaksanaannya wajib dijalankan oleh seluruh masyarakat dan
aparat pemerintah yang berada dalam wilayah kesatuan hukum tersebut. Jika kita
melihat UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, khususnya
pasal 1 ayat 5 “Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat”,serta ayat 6 “keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.” Dalam ayat tersebut jelas bahwa pelaksanaan
keamanan dalam negeri masih sangat jauh dari terciptanya dan terjaminnya
keamanan dan ketertiban masyarakat serta tegaknya hukum. Rasa aman tidak
7
semata-mata berkaitan dengan tingkat kejahatan, tetapi juga berkaitan dengan
derajat keteraturan social (order maintenance) dan kepatuhan hukum warga
masyarakat (law abiding citizen). Tidak tegaknya hukum maka kehidupan ini
akan dikendalikan oleh hukum rimba, dimana yang kuat dialah yang menang.
Pemerintah dapat diartikan sebagai suatu organisasasi atau kelembagaan
yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah
proses berlangsungnya kegiatan pemerintahan dalam mengatur kekuasaan suatu
Negara. Penguasa dalam hal ini adalah pemerintah yang menyelenggarakan
pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum yang
dijalankan oleh para Admistrasi Negara yang harus memiliki wewenang. Jika
kebutuhan pelayanan yang baik telah didapatkan oleh masyarakat terutama dalam
hal Kesejahteraan Sosial maka sebagai masyarakat juga akan menjalankan
kewajibannya sebagai warga Negara.
Geng motor yang akhir-akhir ini meresahkan warga yang meresahkan
masyarakat, membuat sesorang ketakutan dan was-was untuk keluar rumah
terutama malam hari, geng motor yang berada di makassar terutama di jalan
veteran utara, ini seakan mencoreng nama baik sulawesi selatan di kanca nasional
dan internasional manakala pihak kepolisian yang berwenang dalam melindungi
negaranya tidak adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dengan kepolisian
sehingga geng motor dikota makassar tidak bisa teratasi dengan baik. Sehingga
geng motor bisa bereaksi untuk melakukan tindakan balapan liar yang disepanjang
jalan veteran.
8
Adanya masalah seperti ini masyarakat yang berada dijalan veteran merasa
terganggu keberada geng motor yang meliputi kegiatan balapan liar pada malam
hari,
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penjelasan diatas maka rumusan masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana Koordinasi pemerintah dengan Kepolisian dalam Menangani
aksi balapan liar yang di lakukan sekelompok Geng motor di kota
makassar ?
2. Langkah - langkah apa saja yang harus di tempuh pemerintah dengan
kepolisian setempat dengan adanya aksi kekerasan dan perusakan fasilitas
jalanan dan pembangunan yang berada di jalan veteran yang melibatkan
Geng motor di kota Makassar.?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk mendiskripsikan secara
singkat tentang beberapa fenomena konflik antara geng motor dengan masyarakat
setempat.
1. Untuk mengetahui koordinasi pemerintah terhadap Kepolisian dalam
Menangani aksi balapan liar yang di lakukan sekelompok Geng motor di kota
Makassar.
2. Untuk mengetahui kepolisian setempat dengan adanya aksi kekerasan dan
perusakan fasilitas jalanan dan pembagunan yang berada di jalan veteran
yang melibatkan Geng motor di kota Makassar. Langkah apa saja yang harus
9
di tempuh pemerintah dengan kepolisian. Dalam menciptakan kantibmas di
kota makassar.
C. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis atau akademik
Diharapkan bagi penulisi agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
serta dapat mengaplikasikan teori tentang koordinasi, serta mampu
mengembangkan pengatuhuan tentang penanganan konflik geng motor dan cara
pelaksanaan koordinasi yang lebih baik. Sehingga Bagi peneliti, bisa menambah
wawasan dalam pengembangan ilmu administrasi negara khususnya teori-teori
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan keperpustakaan bagi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif
bagi pihak yang terkait atau yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan,
terutama penyelenggaraan koordinasi dalam hal penanganan konflik Geng motor.
Sehingga diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai bahan pemikiran
khususnya para masyarakat dan pemerintah setempat untuk menghasilkan suasana
yang kita ingginkan sama-sama (aman dan damai).dan Hasil penelitian ini dapat
digunakan atau dimanfaatkan oleh peneliti berikutnya sebagai bahan referensi atau
perbandingan pada penelitian berikutnya.
10
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Koordinasi.
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka dibawah ini akan dibahas
tentang koordinasi pemerintah kelurahan dengan kepolisian dalam menangani
aksi balapan liar di kota makassar. dan langkah apa saja yang harus Yang harus di
tempuh pemerintah dengan kepolisian guna terciptanya keamanan dan ketertiban
masyarakat kota makassar. dikaji dengan konsep-konsep yang relevan dengan
fokus yang akan dikaji. Dalam penelitian ini peneliti yang mengkaji konsep yang
relevan sebagai berikut: (1) konsep tentang koordinasi, (2) konsep pemerintah
dan kepolisian (3) konsep Kantibmas. (keamanan ketertiban masyarakat)
1. Pengertian Koordinasi.
Koordinasi, dalam pengertian umum adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai
fungsi dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai untuk menghindari adanya kesimpang siuran pelaksanaan pekerjaan. Hal
ini dimaksudkan agar dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi yang sebesar-
besarnya, antara urusan-urusan yang diselenggarakan oleh orang-orang dalam
organisasi yang satu sama lain erat hubungannya satu dengan yang lain. Moekijat
(dalam Hubert 2009 : 10) mengemukakan bahwa :
koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali
kegiatan-kagiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai
11
tujuan bersama”. Koordnasi merupakan merupakan salah satu faktor penting
yang dapat dilakukan sebagai suatu usaha untuk menserasikan kegiatan
pembagunan dengan berbagai fungsi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.
Koordinasi merupakan suatu kerjasama antara masyarakat, pemerintah
dengan kepolisian guna dalam melaksanakan pekerjaan, yang terkait dengan
ketentraman dan keamanan masyarakat sehigga terciptanya kondisi yang aman.
Sesuai pasal 14 undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara
Republik Indonesia. Tentang Menyelenggarakan segala kegiatan dalam
menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas di jalan raya.
Menurut G.R. Terry (Hasibuan, 2007:85) koordinasi adalah suatu usaha
yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Konsep di atas tidak relevan dengan pendapat E.F.L. Brech (Hasibuan,
2007:85), koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan
menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri. dalam pengertian umum, koordinasi adalah
kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa
instansi/pejabat yang mempunyai fungsi dan wewenang yang saling berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai untuk menghindari adanya kesimpang siuran
pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan efektivitas
12
dan efisiensi yang sebesar-besarnya, antara urusan-urusan yang diselenggarakan
oleh orang-orang dalam organisasi yang satu sama lain erat hubungannya satu
dengan yang lain. Moekijat (Hubert, 2009:10) mengemukakan bahwa :
“koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali kegiatan-
kagiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai tujuan
bersama”.
Koordnasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat dilakukan
sebagai suatu usaha untuk menserasikan kegiatan pembagunan dengan berbagai
fungsi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Koordinasi adalah
kegiatan yang meliputi pembangunan hubungan kerjasama dari beberapa instansi,
pejabat yang mempunyai fungsi dan wewenang yang saling berhubungan dengan
tujuan hendak dicapai untuk menghindari adanya kesimpang siuran pelaksanaan
pekerjaan. Koordinasi menurut Chung dan Megginson (Husaini, 2011 : 439)
dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, mamimpin, dan mengemunikasikan
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Sutisna (Husaini, 2011:349)
mendefinisikan koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan
dari orang-orang, bahan, dan sumber - sumber lain kearah tercapainya maksud-
maksud yang telah ditetapkan. Anonom (Husaini, 2011 : 349) mendefinisikan
koordinasi ialah suatu sistem dan proses interaksi untuk menwujudkan
keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan iter dan antar
institusi-institusi dimasyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar
berbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan
teknologi informasi.
13
Berdasarkan pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan koordinasi ialah proses mengintegrasikan (memadukan),
menyingkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang dipisah-
pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Koordinasi sebagai pencapaian usaha kelompok secara teratur dan kesatuan
tindakan didalam mencapai tujuan bersama. disamping menekankan kesatuan
tindakan unity of action juga peranan eksekutif dalam mengembangkan
(Hasibuan, 2006 : 85) berpendapat bahwa koordinasi adalah kegiatan
mengarahka, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajeman
dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan pada satuan-
satuan yang terpisah (depertemen-depertemen atau bidang-bidang fungsional)
pada satu organisasi untuk mencapai tujuan secara efesien dan efektif (Handoko,
2003 : 195). Dalam pengertian umum koordinasi adalah merupakan kegiatan yang
meliputi pengaturan hubungan kerja sama dari beberapa pejabat atau instansi yang
mempunyai fungsi dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan untuk
menghindari kesimpang siuran dalam pelaksanaan tugas.
Koordinasi disini adalah suatu proses rangkaian kegitan, menghubungi,
bertujuan untuk menserasikan setiap langkah dan kegiatan dalam organisasi agar
tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Koordinasi menurut Stoner (Dann, 1991: 12) “ Proses penyatu-paduan
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari uni-unit yang terpisah (bagian atau
bidang fungsional) dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan organiasi secara
14
efisien”. Koordinasi (coordination) artinya mempunyai kemampuan untuk
melakukang tugas dengan efektif dan efisien. (supriyatno, 2009: 276). Pada
hakekatnya koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan
pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan seimbang. Dengan
begitu tujuan koordinasi bukan merupakan upaya yang berkesinambungan dan
berlangsung terus menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerja sama
serta mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan, antara pegawai
maupun unit lembaga sehingga sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat
diwujudkan sesuai dengan rencana.
Koordinasi upaya: mnurut Edgar (Winardi, 2009 : 28) seringkali kita
mendengar pernyataan bahwa dua „‟kepala‟‟ lebih baik dibandingkan dengan
satu”kepala”. Para individu yang bekerja sama dan mengoordinasikan upaya
mental atau fisikal mereka dapat mencapai banyak hal yang hebat dan yang
menakjubkan. Perhatikan saja piramida-piramida dimesir, tembok besar di RRC.
Sebagai contoh, seluruh karya tersebut jauh melampau batas kemampuan seorang
individu tunggal. Koordinasi upaya memperbesar kontribusi-kontribusi individual.
Pengkoordinasian merupakan upaya untuk menyelaraskan satuan-satuan,
pekerjaan-pekerjaan, dan orang-orang agar dapat bekerja secara tertib dan seirama
menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan (chao ),penyimpangan,
percekcokan, dan kokesongan kerja (vaccum). Jadi, koordinasi dapat dimaknai
sebagai proses penyatupaduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari unit-
unit lembaga untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien.
15
Koordinasi ditinjau dari segi fungsi kekuasaan menurut Herbert A. Simon (Ateng
1993) membahas pengertian koordinasi dihubungkan dengan fungsi kekuasaan ia
mulai meninjau dari sudut: 1. Penggunaan kekuasaan, 2. Tanggung jawab dan 3.
Keahlian.
1. Kekuasaan membebankan atau memaksakan tanggung jawab seseorang
kepada yang mempunyai kekuasaan.
2. Kekuasaan memperoleh keahlian dalam perbuatan keputusan-keputusan.
3. Kekuasaan memungkinkan koordinasi aktivitas-aktivitas.
Koordinasi diarahkan kepada pembuatan oleh semua anggota kolompok
keputusan yang sama atau lebih tepat, keputusan yang saling bersesuaian dalam
komunikasi yang akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Koordinasi
merupakan asas pertama dari organisasi pendapat tadi dikemukakan dalam satu
tinjauan SIMON, koordinasi dihubungkan dengan kekuasaan. Koordinasi dalam
pelaksanaan suatu rencana, pada dasarnya merupakan salah satu aspek dari
pengendalian yang sangat penting, koordinasi disini adalah suatu proses rangkaian
kegiatan menghubungi, bertujuan untuk menserasikan tiap langkah dan kegiatan
dalam organisasi tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Selain sebagai suatu proses, koordinasi itu dapat
juga diartikan sebagai suatu pengaturan yang tertib dari kumpulan atau gabungan
usaha untuk menciptakan kesatuan tindakan. Masalah koordinasi adalah salah satu
daripada masalah-masalah pemerintahan yang terpenting yang lebih-lebih sesudah
perang pertama semakin bertambah sukar tetapi pula semkin besar artinya yang
dikemukakan oleh Van Poelje (Syafruddin, 1993 : 75).
16
Menurut Syafruddin (1993 : 78) sependapat dengan Herbet tentang
mengapa perlu adanya koordinasi yang menyatakan bahwa “keefektifan seseorang
dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan dalam setiap suasana sosial, tidak hanya
bergantung pada aktivitasnya sendiri tetapi juga pada bagaimanakah hubungan
aktivitasnya itu dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang lain”.
Koordinasi adalah usaha bagian – bagian yang berbeda – beda agar kegiata dari
bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga usaha masing – masing bagian
dapat memberikan sumbangan secara maksimal terhadap organisasi secara
keseluruhan. Koordinasi yang efektif merupakan keharusan untuk mencapai
administrasi atau manajemen yang baik dan merupakan tanggung jawab langsung
dari pimpinan. oleh karena itu beberapa ahli menyebutkan bahwa koordinasi dan
hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling kait-mengait karna koordinasi
hanya dapat dicapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang
efektif. Hubungan kerja adalah bentuk komunikasi administrasi yang membantu
tercapainya koordinasi oleh karna itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada
komunikasi (hubungan kerja) ialah tercapainya koordinasi dengan cara yang
berhasil dan berdaya guna (efektif dan efisien).
Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha-usaha menyatukan kegiatan
(wursanto, 2006 : 251-252). Berdasarkan pengertian, definisi, dan pendapat para
ahli/sarjana tersebut diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pelaksanaan koordinasi itu adalah bagaimana pelaksanaan langkah-
langkah yang menyatupadukan kegiatan-kegiatan yang sama dari unit-
unit/organisai yang tepisah sehingga menjadi lebih mudah menjalankannya serta
17
hasil yang diperoleh menjdi lebih efektif, efisien dan optimal. Suatu koordinasi
dianggap efektif apabila masing-masing unsur/instansi dalam koordinasi itu
memberika kontribusi yang maksimal terhadap pembinaan anak jalanan
dijalankan dengan tepat, cepat dan mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini
sejalan dengan pengertian yang menyatakan bahwa koordinasi adalah proses
pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang
terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tanpa adanya koordinasi maka individi-individu atau unit-unit akan kehilangan
pegangan atas peranan mereka dalam suatu organisasi/instansi. Mereka akan
terbawa untuk mengikuti kepentingan-kepentingan sendiri (ego sektoral) dan
bahkan sampai mengorbankan sasara-sasaran organisasi yang lebih luas, sejalan
pula dengan pendapat Siagian dalam bukunya “Patologi Birokrasi” yang
mengatakan bahwa perlu ditekankan bahwa koordinasi mutlak perlu terlaksana
dengan baik karna berbagai alasan yaitu: (a) Tidak ada satupun tugas
pemerintahan yang dapat diselesaikan hanya oleh satu instansi saja, betapapu
tingginya kemampuan kerja instansi tersebut. (b) Diperlukan koordinasi untuk
mencegah terjadinya duplikasi dan tumpang tindih. (c) Segala langkah harus
diambil untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja. Melalui koordinasi
seluruh aparat pemerintah akan bergerak dengan pendekatan kesisteman.
Jenis-jenis Koordinasi menurut Drs. Soewarno Handayaningrat (1991)
Ada 2 (dua) jenis koordinasi yaitu : Koordinasi intern dan koordinasi ekstern.
1. Koordinasi internal terdiri atas : koordinasi vertical, koordinasi horizontal, dan
koordinasi diagonal.
18
a. Koordinasi vertical atau koordinasi structural, dimana antara yang
mengkoordinasikan secara structural terdapat hubungan hierarchies. Hal
ini juga dapat dikatakan koordinasi yang bersifat hierarkhis, karena satu
dengan lainnya berada pada satu garis komando (line of command).
Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh seorang kepela direktorat kasat
lantas para kepala sub direktorat yang berada dalam lingkungan
direktoratnya.
b. Koordinasi horizontal yaitu koordinasi fungsional, dimna kedudukan
antara yang mengkooordinasikan dan yang dikoordinasikan mempunyai
kedudukan setingkatnya eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya kedua
mempunyai kaitan satu dengan yang lain sehingga perlu dilakukan
koordinasi. Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala biro
perencanaan departemen terhadap para kepala direktorat bina program
pada tiap-tiap direktorat jenderal suatu departemen.
c. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi fungsional ,dimana yang
mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi tingkat
eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang
lainnya tidak berada pada suatu garis komando (line of command).
Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala biro kepegawaian pada
sekretariat jenderal departemen terhadap para kepala bagiankepegawaian
secretariat direktorat jenderal suatu departemen. Koordinasi ekstern,
termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat
fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.
19
Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal, misalnya koordinasi yang
dilakukan oleh kepala direktorat bina program, direktorat jenderal
trasmigrasi terhadap kepala direktorat penyiapan tanah pemukiman
transmigrasi, direktorat jenderal bina marga. Koordinasi ekstern yang
bersifat diagonal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala badan
administrasi kepegawaian Negara ( BAKN ) terhadap para kepala biro
kepegawaian tiap-tiap departemen.
Jenis-jenis koordinasi menurut penjelasan peraturan pemerintah nomor 6
tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi vertical di daerah, pasal 1 :
ada tiga jenis koordinasi, yakni koordinasi fungsional, koordinasi instansional dan
koordinasi territorial. (1) Koordinasi Funsional, yaitu antara dua atau lebih
instansi yang mempunyai program yang berkaitan erat. (2) Koordinasi
instansional, yaitu terhadap beberapa instansi yang menangani satu urusan tertentu
yang bersangkutan. (3) Koordinasi territorial, yaitu terhadap dua atau lebih
wilayah dengan program tertentu.
Tujuan dan manfaat koordinasi antara lain sebagai berikut :
(1) Untuk mewujudkan KISS (koordinasi,integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi)
agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
(2) Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
(3) Agar menejer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan
pelaksanaan tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling
bergantungan, semakin besar ketergantungan dari unit-unit, semakin besar
pula kebutuhan akan pengoordinasian.
20
(4) Agar manajer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor
pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
(5) Agar menejer pendidikan mampu mengintregrasikan kegiatan fungsional
dinas pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah
untuk mencapai tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara
efektif dan efisien.
(6) Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja,semakin
diperlukan pengoordinasian/ penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau
tumpang-tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
2. Teori Pemerintah dan Kepolisian.
Pemerintah dapat diartikan sebagai suatu organisasasi atau kelembagaan
yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah
proses berlangsungnya kegiatan pemerintahan dalam mengatur kekuasaan suatu
Negara. Penguasa dalam hal ini adalah pemerintah yang menyelenggarakan
pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum yang
dijalankan oleh para Admistrasi Negara yang harus memiliki wewenang. Jika
kebutuhan pelayanan yang baik telah didapatkan oleh masyarakat terutama dalam
hal Kesejahteraan Sosial maka sebagai masyarakat juga akan menjalankan
kewajibannya sebagai warga Negara.
Pemerintah Merupakan jawatan atau aparatur dalam susunan politik.
Pemerintah ialah tugas dan kewajiban alat negara. Istilah penguasa di pakai pula
perulang-ulang dan berarti pemerintah yang berkuasa. Tugas pemerintah adalah
mencapai tujuan negara untuk mencapai tujuan negara indonesia yang merdeka,
21
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, berdasarkan pancasila sebagaimana
tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar tahun 1945 pemerintah negara
indonesia bertugas: (1) Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia. (2) Memajukan kesejahteraan umum. (3) Mencerdaskan
kehidupan bangsa. (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, agar supaya terwujudnya
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Sedankan Kepolisian daam
hal ini saya kemukakan kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan
fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undagan. Menurut
pudi Rahardi (2007 : 56) kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan
sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan fungsinya
berdasarkan peraturan perundagan-undagan.
3. Tugas dan Peran kepolisian.
Tugas dan peran kepolisian Republik Indonesia (POLRI) terhadap
Masyarakata. tugas umum kepolisian kepolisian negara republik Indonesia atau
yang sering disingkat dengan Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah
salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia.
22
Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban Masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada Masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh
wilayah Negera Republik Indonesia atau yang dianggap sebagai wilayah Negara
Republik Indonesia tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka
wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut
kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah wilayah Kepolisian
dibagi secara berjenjang mulai tingkat pusat yang biasa disebut dengan
Markas Besar Polri yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kapolri yang bertanggung
jawab kepada Presiden, kemudian wilayah di tingkat Provinsi disebut dengan
Kepolisian Daerah yang lazim disebut dengan Polda yang dipimpin oleh
seorang Kapolda yang bertanggung jawab kepada Kapolri, di tingkat
Kabupaten disebut dengan Kepolisian Resot atau disebut juga Polres yang
dipimpin oleh seorang Kapolres yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan
di tingkat Kecamatan ada Kepolisian Sektor yang biasa disebut dengan Polsek
dengan pimpinan seorang Kapolsek yang bertanggung jawab kepada Kapolres,
dan di tingkat Desa atau Kelurahan ada Pos Polisi yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Polisi atau sesuai kebutuhan menurut situasi dan kondisi daerahnya.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Negara dan Pemerintahan Polri
yang dipimpin oleh Kapolri merupakan Lembaga Negara non Departemen
23
yang berkedudukan langsung di bawah Presiden, yang dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, antara lain UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab,fungsi
kepolisian Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
kebijakan teknis Kepolisian, antara lain menentukan dan menetapkan: 1.
Penyelengaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan
tugas kepolisian negara Republik Indonesia. 2. Penyelenggaraan pembinaan
kemampuan Kepolisian Negera Republik Indonesia. Pelaksanaan kegiatan
operasional dan pembinaan kemampuan Kepolisian dilaksanakan oleh seluruh
fungsi Kepolisian secara berjenjang mulai dari tingkat pusat sampai tingkat
daerah yang terendah yaitu Pos Polisi, dan tanggung jawab atas pelaksanaan
tugas dan wewenang Kepolisian secara hierarkhi dari tingkat paling bawah ke
tingkat pusat yaitu Kapolri, selanjutnya Kapolri mempertangung jawabkannya
kepada Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengingat karena Kapolri
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR-RI.
4. Konsep Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)
Konsep keamanan Polri dikenal dengan istilah Kemanan dan ketertiban
masyarakat (Kamtibmas). Istilah ini menggambarkan suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai suatu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional, dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh
terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketentraman. Bentuk-bentuk ancaman yang dapat mengganggu Kamtibmas
24
diproyeksikan dalam tiga bentuk ancaman, yaitu mulai dari yang paling mendasar
berupa akar permasalahan dan belum berbentuk gangguan (factor korelatif
kriminogen) yaitu semua factor dalam kehidupan masyarakat, yang meliputi
factor kewilayahan, kependudukan, sumber daya alam, ipoleksosbud hankam,
terutama yang sifatnya negative dan berpotensi mengganggu kamtibmas,
berikutnya adalah bentuk ancaman berupa kerawanan (police hazard), sampai
pada bentuk gangguan kemtibmas yang telah nyata (ancaman factual).
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mencapai
hasil yang maksimal dari fungsi ini dibutuhkan kebersamaan antara polisi dan
masyarakat, sehingga satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Polisi tidak akan dapat menciptakan situasi yang tertib dan
aman dalam suatu lingkungan masyarakat tanpa adanya kemauan dan kesadaran
dari masyarakat itu sendiri, akan pentingnya suasana yang aman dan tertib.
Pelibatan masyarakat dalam menjaga dan memelihara Kamtibmas sejatinya tidak
sekedar membantu aparat Polri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
aparat pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, namun yang lebih penting
adalah memberikan ruang bagi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Masyarakat diberdayakan sehingga tidak semata-mata sebagai obyek dalam
penyelengaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai subyek yang menentukan
dalam mengelola sendiri upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib.
25
Pengertian Kamtibmas menurut Pasal 1 Undang-undang Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa pengertian
Kamtibmas adalah: Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainnya tujuan nasional yang ditandai
oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan
potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan
lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Pola penanggulangan Kamtibmas disesuaikan dengan ketiga proyeksi
tersebut. Untuk ancaman yang berupa factor korelatif kriminogen, strategi
penanggulangan yang digunakan adalah pre-emtif. Strategi ini mengantisipasi
secara dini perkembangan semua factor dalam kehidupan masyarakat, terutama
yang bersifat negative dan berpotensi menimbulkan terjadinya gangguan
kamtibmas. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melalui pembinaan. Untuk
ancaman yang berupa police hazard, strategi penanggulangan yang digunakan
bersifat preventif. Kerentanan kondisi tersebut diatasi melalui upaya pencegahan
dengan sasaran untuk mengurangi “factor kesempatan” dan menurunkan “factor
niat”, malalui kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan maupun patrol.
Sedangkan untuk menghadapi ancaman factual maka strategi yang digunakan
bersifat represif, yakni berupa penindakan melalui penegakan hukum.
26
Ketiga jenis strategi dan pola penanggulangan tersebut dalam
pelaksanaannya tidak dilakukan sendiri oleh Polri, tetapi melibatkan potensi
masyarakat dan unsur institusi terkait sesuai batas kewenangannya masing-
masing. Dengan pola yang melibatkan potensi masyarakat dan institusi lainnya,
semua gangguan Kamtibmas dalam berbagai bentuk kejahatan, pelanggaran
hukum, kerusuhan massal, bencana alam dan gerombolan bersenjata telah dapat
ditanggulangi oleh Polri secara efektif.
5. Karangka Pikir.
Pelaksanaan koordinasi funsional yaitu antara dua atau lebih instansi yang
mempunyai program yang berkaitan erat dengan penanganan konflik geng motor.
Dalam pelaksanaan koordinasi ini bisa mempengaruhi masyarakat lain untuk
bekerja sama dalam penanganan aksi balapan liar dan konflik atau tauran antar
masyarakat dengan geng motor. Pelaksanan koordinasi instansioanl, yaitu
terhadap beberapa instansi yang menangani satu urusan tertentu yang
bersangkutan seperti pihak kepolisian. sehingga terciptanya suasana aman sesuai
dengan pasal 14 undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara
republik indonesia.
Pemerintah daerah merupakan lembaga pemerintah yang bertugas
mengatur dan menjalankan roda pemerintahan baik didaerah maupun disetiap
kelurahan yang berada di kota makassar. pelaksanaan koordinasi dalam
penanganan kanitibmas harus memiliki kreteria : yaitu komunikasi antara
pemerintah setempat dengan kepolisian memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya agar kepolisian bisa bekerja dengan baik sesuai dengan peraturan yang
27
berlaku, partisipasi bagi semua yang terlibat dalam penangan kantibmas baik dari
pihak pemerintah dengan masyarakat setempat, keserasian yang baik antara
tindakan dengan tujuan yang ingin di capai dan kesatuan tujuan antara pemerintah
yaitu kepolisian dalam hal penanganan kantibmas kota makassar.
Kepolisian Negara Republik Indonesia Bertugas. (a) Melaksanakan dan
mengatur, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan
pemerintah sesuai dengan kebutuhan. (b) Menyelenggarakan segala kegiatan
dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas di jalan raya.
Pelaksanaan territorial yaitu terhadap dua atau lebih wilayah dengan
program tertentu. Dimana geng motor sering berpindah wilayah sehingga
terciptanya aksi balapan liar yang di lakukan kelompok geng motor di kota
makassar. Tujuan karangka Pikir ini adalah untuk mengetahui tentang tindakan
apa saja yang dilakukan oleh geng motor sehingga tindakan-tindakan itu sampai
saat ini menjadi polemik yang meresahkan masyarakat dan mengapa tindakan
tersebut merupakan tindakan yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan perumusan kerangka pikiran dalam penulisan hukum ini
dalam hal perbuatan yang merupakan tindak pidana yang dikaji menurut KUHP
dan UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dimana ada
kelompok geng motor yang memiliki kegiatan positif dan ada juga yang negatif
dan mengarah kepada penyimpangan peraturan perundang-undangan.dan
membrikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat,
menurut pasal 14 undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara
republik indonesia. Dan Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sesuai
28
dengan kepentinganya dalam lingkup tugas kepolisian, Penelitian yang dilakukan
menggunakan jenis penelitian normatif, jenis data yang digunakan adalah data
sekunder, sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Setelah data
terkumpul kemudian data dianalisa dengan menggunakan metode analisis isi
(content analysis). Untuk memudahkan pemahaman dari penjelasaan diatas maka
penulis merumuskan dalam bentuk keranngka pikir sebagai barikut :
BAGAN KARANGKA PIKIR
Gambar : 1
6. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah koordinasi pemerintah dengan kepolisian
dalam menangani aksi balapan liar yang dilakukan sekelompok geng motor di
kota makassar serta langkah-langkah apa yang harus ditempuh pemerintah dengan
kepolisian setempat dengan adanya aksi kekerasan dan perusakan fasilitas jalanan
dan pembangunan yang berada di jalan veteran yang melibatkan geng motor
dikota makassar.
Koordinasi Pemerintah Daerah
dengan Kepolisian
Pemerintah Kelurahan Kepolisian Daerah
Binmas
Kantibmas
29
7. Deskripsi Fokus Penelitian.
Untuk menilai proses koordinasi pemerintah dengan kepolisian dalam
menangani aksi balapan liar yang dilakukan sekelompok geng motor di kota
Makassar maka dapat dinilai melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Koordinasi pemerintah daerah dengan kepolisian
Dalam hal ini pemerintah daerah dengan kepolisian harus saling
berkoordinasi demi terciptanya kantibmas di sepanjang jalan veteran kota
Makassar
2. Pemerintah kelurahan
Pemerintah kelurahan selalu melakukan sosialisasi terhadap warganya dan
memberikan informasi kepada kepolisian tentang kegiatan yang dilakukan
warganya
3. Kepolisian daerah Binmas
Kepolisian daerah sangat membutuhkan peran pemerintah kelurahan guna
membantu terciptanya proses kantibmas di sepanjang jalan veteran
4. Kantibmas
Penangana kantibmas suatu ukuran pencapaian dari tujuan penangan
kantibmas yang mampu dicapai dengan melakukan semua prosedur yang
telah ditentukan dari pihak pemerintah dengan kepolisian sesuai dengan
yang kita inginkan bersama
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama 2 bulan di mulai pada bulan juni-juli
2014. Penelitian ini berlokasi polrestabes makassar yang terletak disepanjang
jalan vetran utara, karena merupakan tempat dimana sering dilakukannya
penanganan aksi geng motor di kota makassar dan merupakan tempat dimana
dilaksanakan seluruh kegiatan yang menyangkut aksi balapan liar dan anarkisme
geng motor.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang sebenarnya tentang
Koordinasi pemerintah terhadap kepolisian dalam menangani geng motor di kota
makassar.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian Observasi dengan didukung data
kualitatif dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau realita
fenomena geng motor sebagaimana adanya dan memberikan gambaran secara
objektif tentang keadaan atau permasalahan yang dihadapi.
31
C. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1. Data Primer:
Yakni data dan informasi yang langsung dikumpulkan dari lokasi
penelitian melalui informan yang telah dipilih yaitu data tentang koordinasi
2. Data Sekunder:
Yakni data dan informasi yang mendukung data primer, yang diperoleh
lewat dokumen ataupun data yang tersimpan di website yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas.
D. Informan Penelitian
Informan yang diwawancarai dalam penelitian di tentukan secara
Purposive, dengan melihat kesesuaian antara calon informan dengan informasi
yang di butuhakan. Artinya, informan yang akan di pilih adalah mereka yang
betul-betul memiliki kompotensi tentang koordinasi pemerintah dengan kepolisian
dalam penanganan kantibmas kota makassar. adapun mereka yang dimaksud
ialah:
Tabel 1. Informan penelitian
No Nama umur Jabatan /strata sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
AKBP Siswa
Haris
Ibu Vina
Ute
Ilham
Fauzih
43 Tahun
40Tahun
23 Tahun
22 Tahun
22 Tahun
25 Tahun
Kepala kepolisian Binmas
Kepala Kelurahan
Sekertaris Keluraha
Warga
Warga
Warga
32
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam peneltian ini di lakukan dengan obsevasi tidak tertruktur dimana dalam
pengamatan tidak mengunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan percakapan yang mendalam
terhadap masalah tertentu denga para informan yang sudah dipilih untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara ini tidak dilakukan dengan
sturktur yang ketat, sehingga pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan di tanyakan.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data, dengan cara mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan objek penelitian yang diambil dari beberapa
sumber seperti buku, arsip, tabel maupun data yang tersimpan dalam website.
F. Tehnik Analisis Data
Analisa data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil
penelitian menjadi data, dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun
hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisa interaktif (interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat
3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 91) ketiga
komponen tersebut yaitu:
33
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna
peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa
arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-peraturan sebab akibat,
dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung
jawabkan.
G. Keabsahan Data.
Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji Keabsahan hasil
penelitian adalah dengan hasil triangulasi. Triangulasi yaitu sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu menurut
Wiliam Wiersma (Sugiyono, 2013:125)
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara
mengecak data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
34
Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data di lakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilatas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumer
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga kredibel.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan tentang gambaran umum kantor polrestabes
makassar, serta gambaran umum lokasi penelitian yaitu jalan veteran utara, kota
makassar.
A. Deskripsi Lokasi dan Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum Kantor Polrestabes Makassar Kota Makassar.
Kantor kepolisian wilayah makassar terletak di jalan Ahmad yani nomor 9
makassar provinsi sulawesi selatan. Polrestabes Makassar bertugas membantu
kepala kepolisian daerah (Kapolda) dalam penyelenggaraan komando dan
pengendalian operasional serta pembinaan koplisian Resort (Polres) dalam
jajarannya. Polrestabes makassar membawahi 12 kepolisian sektor (Polsekta)
yaitu ;
1. Polsekta tallo
2. Polsekta makassar
3. Polsekta Ujung pandang.
4. Polsekta Bontoala
5. Polsekta Mariso
6. Polsekta Mamajang
7. Polsekta Tamalate
8. Polsekta Rappocini
9. Polsekta Biringkanaya
10. Polsekta Tamalanrea
36
11. Polsekta Panakukang
12. Polsekta Manggala.
Tugas Porestabes Makassar secara umum sebagai suatu instansi penegak
hukum yang bekerja dibawah naungan Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI), sesuai dengan pasal 13 Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah:
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
2. Menegakkan hukum.
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, menurut Pasal 14 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002, Polri melakukan:
1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan Masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
2. Menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban
dan kelancaran lalu lintas di jalan.
3. Membina Masyarakat untuk meningkatkan partisipasi Masyarakat,
kesadaran hukum Masyarakat serta ketaatan warga Masyarakat
terhadap hukum dan Peraturan Perundang - Undangan.
4. Turut serta dalam Pembinaan Hukum Nasional.
5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
37
6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
Kepolisian khusus, Penyidik, Pegawai Negeri Sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa.
7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundang-
Undangan lainnya.
8. Menyelenggarakan indentifiksi Kepolisian, Kedokteran, Kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi Kepolisian untuk kepentingan tugas
Kepolisian.
9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, Masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
azasi manusia.
10. Melayani kepentingan warga Masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.
11. Memberikan pelayanan kepada Masyarakat sesuai dengan kepentingan
dalam lingkungan tugas Kepolisian.
12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan, yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. 46 Berdasarkan Keputusan Kepolisian Republik
Indonesia (KAPOLRI) Nomor 54/X2002.
38
Polrestabes menyelenggaran fungsi sebagai berikut:
1. Pemberian arahan dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana atau
program kerja dan kegiatan Polrestabes guna menjamin tercapainya
sasaran yang ditugaskan oleh Kapolda.
2. Pemantauan atau pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas
- tugas oprasional Polres meliputi fungsi intelejen keamanan, reserce
criminal, samapta, lalu lintas dan pembinaan kemitraan.
3. Pemberian dukungan (Back Up) oprasional kepada Polres, baik melalui
kekuatan Brimob yang tersedia dan atau penggunaan kekuatan
bantuan dari Markas Kepolisian Daerah (Mapolda).
4. Penyelenggaran operasional khusus kepolisian termasuk komando dan
pengendalian atas suatu tindakan kepolisian yang dianggap perlu.
5. Pemantauan atau penguasaan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas
- tugas pembinaan Polres khususnya pembinaan personel sesuai lingkup
kewenangannya.
6. Penjabaran kebijakan dan penindakan lanjutan perintah atas atensi
Kapolda.
2. Letak Geografis Polrestabes Makassar
Suatu hal yang sangat penting tentang keadaan lokasi penelitian, karena
untuk mengetahui pengaruh terhadap sesuatu permasalahan maka terkadang
sangat di tentukan oleh beberapa hal yakni geografis dan karakteristik masyarakat
itu sendiri. Oleh karena sangat penting itulah sehingga kami uraikan sedikit
gambaran umum tentang wilyah hukum polrestabes makassar. Luas wilayah
39
hukum polrestabes makassar yaitu seluruh wilayah kota makassar dengan luas
kota makassar 175,77 km2 dari 14 kecamatan (mariso,mamajang,Tamalate,
Rappocini, makassar, Ujung pandang, wajo, bontoala,ujung tanah,tallo,
panakkukang, manggala, biringkanaya dan tamalanrea dengan 143 kelurahan dan
batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan kebupaten pangkep, Sebelah selatan
berbatasan dengan kebupaten Gowa, Sebelah barat berbatasan dengan selat
makassar, Sebelah timur berbatasan dengan kebupaten maros.
3. Fungsi Kepolisian.
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mencapai
hasil yang maksimal dari fungsi ini dibutuhkan kebersamaan antara polisi dan
masyarakat, sehingga satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Polisi tidak akan dapat menciptakan situasi yang tertib dan
aman dalam suatu lingkungan masyarakat tanpa adanya kemauan dan kesadaran
dari masyarakat itu sendiri, akan pentingnya suasana yang aman dan tertib.
Pelibatan masyarakat dalam menjaga dan memelihara Kamtibmas sejatinya tidak
sekedar membantu aparat Polri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
aparat pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, namun yang lebih penting
adalah memberikan ruang bagi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Masyarakat diberdayakan sehingga tidak semata-mata sebagai obyek dalam
40
penyelengaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai subyek yang menentukan
dalam mengelola sendiri upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib.
Dalam liputan di beberapa mass media lokal maupun nasional, kita semua
dikejutkan dengan gambaran faktual terkait kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat Indonesia yang semakin memprihatinkan, tidak saja dikarenakan
adanya peningkatan angka kejahatan tetapi juga munculnya jenis-jenis kejahatan
baru yang tidak pernah terprediksi sebelumnya, Belum tuntas penyidikan kasus
pembunuhan disertai mutilasi terhadap beberapa anak di bawah umur yang sempat
menggegerkan masyarakat ibu kota, sudah muncul kasus penculikan anak yang
berawal dari perkenalan melalui facebook. Begitupun, belum genap satu tahun
pemberlakuan undang-undang narkotika yang baru, aparat kepolisian telah
berhasil membongkar beberapa tempat produksi narkotika berskala besar, seakan
hendak memberikan peringatan pada aparat penegak hukum bahwa berubahnya
undang-undang narkotika tidak serta merta mengurungkan niat mereka untuk
berhenti memproduksi barang haram ini.
Munculnya beragam masalah sosial kriminal yang melanda tanah air,
seakan membuktikan kebenaran pernyataan Kapolri yang memprediksi bahwa di
Tahun 2010 akan ada 7 (tujuh) kejahatan Kamtibmas. Bahkan sejumlah jenis
ancaman akan mengalami peningkatan. Ketujuh jenis kejahatan tersebut adalah,
pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat) dan
penganiayaan, kejahatan dijalanan (street crime), pencurian kendaraan bermotor
(curanmor), pemerasan dan premanisme. Selanjutnya Kapolri juga memprediksi,
41
kejahatan narkoba baik nasional, regional dan internasional, akan terus mewarnai
bahkan cenderung meningkat pada 2010.
Beragam kondisi instabilitas sosial yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah perkotaan, tentunya akan
berdampak pada meningkatnya rasa kekhawatiran masyarakat dalam beraktivitas,
yang pada akhirnya akan bermuara pada menurunnya produktivitas masyarakat itu
sendiri guna meningkatkan kualitas hidupnya, Kebutuhan akan pentingnya
terwujud stabilitas Kamtibmas yang kondusif tentunya tidak hanya menjadi
keinginan dari aparat penegak hukum, dalam hal ini Polri, tetapi juga bagi
masyarakat itu sendiri, karena itu yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana
antara masyarakat dan Polri terjalin suatu hubungan yang sinergis dalam
mengupayakan terwujudnya kondisi Kamtibmas yang stabil sehingga dapat
mendukung pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur,
spiritual dan material, sehingga mengharapkan aparat Polri untuk menjaga dan
memelihara Kamtibmas tanpa dukungan masyarakat adalah tindakan sia-sia,
khususnya ditengah-tengah beragam keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh
Polri. Apabila diperhatikan lebih mendalam, ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab timbulnya masalah Kamtibmas, di antaranya, (1) Kondisi
perekonomian yang belum stabil, baik makro maupun mikro.
Secara makro, dengan perekonomian Negara yang tidak kunjung membaik
menyebabkan lapangan kerja semakin sempit karena aktivitas perekonomian
lambat bergerak. Akibatnya, angka pengangguran semakin tinggi. Secara mikro,
banyaknya anggota masyarakat yang menganggur berpotensi meningkatnya angka
42
kriminalitas, sementara biaya pemenuhan keperluan dan kebutuhan ekonomi
sehari-hari semakin tinggi. (2) Tidak maksimalnya perangkat institusi dan hukum
untuk menjaga dan mengendalikan kamtibmas di masyarakat. Ketidak
maksimalan perangkat institusi dan hukum seringkali menjadi faktor sulitnya
menjaga dan mengendalikan Kamtibmas, apalagi jika antara aparat penegak
hukum dengan masyarakat yang melanggar terjadi kolusi sehingga menyebabkan
masyarakat semakin antipati terhadap aparat penegak hukum. (3) Ketidak
pedulian masyarakat terhadap kondisi sosial dilingkungannya turut mendorong
terjadinya instabilitas sosial.
Masyarakat yang seharusnya melaporkan beragam masalah sosial yang
terjadi di lingkungannya kepada aparat berwajib namun justru bersikap diam akan
menyebabkan kondisi instabilitas tetap tumbuh dan berkembang tanpa bisa di
atasi. Ironisnya, banyak anggota masyarakat yang justru terlibat dalam aktivitas
menyimpang tersebut. (4) Hilangnya sikap keteladanan yang seharusnya diberikan
oleh pihak-pihak yang memegang kekuasaan (dalam arti luas). Contoh, korupsi
yang dilakukan oleh pejabat publik, tokoh masyarakat turut serta dalam aktivitas
kriminal, tokoh agama yang melindungi para pelaku kriminal karena pelaku
kriminal secara periodik telah membantu aktivitas keagamaan, dan sebagainya
Demikian kompleksnya permasalahan sosial yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat mendorong perlunya peran serta aktif dari segenap anggota
masyarakat dalam mendukung terwujudnya kondisi Kamtibmas yang kondusif.
Hal ini dapat terjadi karena masyarakatlah sebenarnya yang lebih memahami dan
mengerti tatacara menciptakan suasana aman dan tertib di lingkungannya masing-
43
masing. Polisi lebih kepada fasilisator, narasumber, dan pengendali manakala
terjadi penyimpangan hukum dalam pelaksanaannya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat guna mendukung
terwujudnya Kamtibmas yang kondusif, di antaranya: (1) Tokoh Agama dan
Tokoh Masyarakat secara aktif memberikan informasi kepada aparat penegak
hukum terkait kondisi Kamtibmas yang terjadi di wilayahnya. (2) Mengaktifkan
kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling) guna mencegah kemungkinan
terjadinya aksi-aksi kriminal; (3) Mengaktifkan kembali gerakan Sadarkum pada
semua tingkat kehidupan masyarakat. (4) Komponen masyarakat secara rutin
menjalin kerjasama dan komunikasi dengan aparat Kepolisian guna
menginventarisir berbagai potensi gangguan yang dapat muncul sekaligus mencari
solusinya; (5) Apabila muncul ketidaksepahaman terhadap suatu kebijakan
disalurkan melalui sarana yang tepat tidak dilakukan secara anarkis yang justru
akan memunculkan permasalahan sosial yang baru. (6). Tidak mudah terpancing
dengan issu-issu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya tetapi
berupaya meredam agar issu tersebut tidak meluas.
Fenomena keberadaan anak geng motor bermula dari perkumpulan-
perkumpulan klub motor yang sering bersinggungan, sedangkan di jalan veteran
lahir dari arena balap liar. Sebenarnya geng motor di Kota sudah lama terjadi,
namun seolah keberadaannya cenderung dibiarkan. Mereka kerap mengganggu
lalu lintas ketika melakukan balap liar. Saking banyaknya jumlah mereka, pihak
kepolisian sepertinya kewalahan untuk mengantisipasi. Karena ketika dibubarkan
44
polisi, para geng motor ini biasanya akan membubarkan diri sementara, setelah
aparat kepolisian meninggalkan lokasi mereka akan kembali lagi.
Jika aparat tidak juga meninggalkan lokasi, maka biasanya mereka
mencari jalur di lokasi lain yang tanpa penjagaan polisi. Begitulah yang selalu
terjadi. Sebelumnya, tindakan anarkis mereka sebatas menganggu arus lalu lintas
sampai merusak kendaraan yang menganggu balap liar mereka dan kurangnya
kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, sehingga prilaku anak bisa
menimbulkan aksi kriminal Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan
mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya
sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif.
Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi,
sehingga masyarakat yang berada di sekitar sangat terganggu keberadaan geng
motor itu tersebut. Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar
tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan
negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan
anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya
keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu
bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling (dan
oleh karenanya diyakini “pantas” untuk dipukuli) ; atau situasi apa yang
mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti
dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan).
Geng bukan sekadar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam
bahasa Inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi.
45
Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum
muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan.
Koordinasi adalah merupakan kegiatan yang meliputi peraturan hubungan
kerjasama dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai fungsi dan wewenang
yang saling berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai untuk menghidari
adanya kesimpang siuran pelaksanaan koordinasi.ini berarti bahwa dalam
penanganan kasus geng motor sangat di butuhkan namanya berkoordinasi oleh
pihak-pihak yang terkait sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana
dengan baik, yang tercantum pada pasal pasal 14 undang-undang nomor 2 tahun
2002 tentang kepolisian negara republik indonesia. Tentang Keamanan, ketertiban
masyarakat.
Sedangkan tindak pidana lain yang disebutkan sebagai suatu pelanggaran
dikaji pula dalam UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yaitu tentang hal-hal yang banyak terjadi dijalan seperti pelanggaran terhadap
rambu-rambu, marka jalan, pengendara motor yang diluar batas kewajaran, batas
emisi gas buang dan tingkat kebisingan yang berdampak pada pencemaran udara
dan lingkungan sekitar.
4. Santbinmas dalam melaksanakan tugas.
Peraturan kepala kepolisia negara kesatuan republik indonesia tanggal 30
September 2010 antara lain:
Pembinaan opersioanal (Urbinopsnal), yang bertugas melakukan pembinaan
administrasi di bidang opersional kegiatan pembinaan keamanan ketertiban
masyarakat pati swakarsa dan polmas serta melaksanakan anev atas pelaksanaan
46
tugas pembinaan masyarakat di lingkugan polres. Unit pembinaan dan ketertiban
masyarakat (Unit Bin Polmas), yang membina dan mengembangkan kemampuan
peran serta masyarakat melalui polmas dalam rangka menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Unit pembinaan
ketertiban masyarakat (Unit Bintibmas), yang bertugas melakukan pembinaan di
bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen masyarakat anatra lain remaja,
pemuda, wanita, dan anak, dan unit pembinaan keamanan swakarsa (Unit
Binkamsa), yang bertugas melakukan pembinaan dan mengembangkan bentuk-
bentuk pamswakarsa dalam rangka meningkatkan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undagan serta
melakukan pembinaan teknis pengkoordinasikan dan pengawasan polsus dan
satpam. Satbinmas sebagaimana di maksud dalam pasal 10 huruf e merupakan
unsur pelaksaan tugas pokok yang berada di bawah kapolres.
Satbinmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang meliputi kegiatan
penyuluhan masyarakat, pemberdayaan perpolisian masyarakat (Polmas),
melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan dalam bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa (Pam swakarsa), kepolisian khususnya (Polsus) serta
kegiatan kerja sama dengan organisasi, lembaga, instansi, dan tokoh masyarakat
guna peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undagan serta terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), satbinmas
menyelenggarakan fungsi:
47
a. Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pangamanan swakarsa
dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap
hukum dan ketentuan peraturan undang-undagan.
b. Pengembangkan peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan,
ketertiban, dan perwujudan kerja sama polres dengan masyarakat.
c. Pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak.
d. Pembinaan teknis pengkoordinasian, dan pengawasan polsus serta satuan
pengamanan (satpam), dan
e. Pemberdayaan kegiatan polmas yang meliputi pengembangan kemitraan
dan kerja sama antara polres dengan masyarakat, organisasi, lembaga,
instansi, dan tokoh masyarakat.
Pada pasal 52 : Satbinmas dipimpin oleh kasatbinmas yang bertanggung
jawab kepada kapolres dan pelaksanaan tugas sehari-hari dibawa kendali
wakapolres. Pasal 53 : timkusus pada polres tipe metropolitan, polrestabes dan
polresta, kasatbinmas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh wakil kepala
satuan binmas (Wakasatbinmas).
B. Hasil Penelitian.
1. Koordinasi Pemerintah dengan Kepolisian dalam Menangani Aksi
Balapan Liar Yang dilakukan Sekelompok Geng Motor di Kota Makassar.
Menangani masalah balapan liar perlu dilakukan koordinasi antara instansi yang
terkait dengan penanganan balapan liar. Koordinasi merupakan kegiatan yang
meliputi hubungan kerjasama dari beberapa instansi, pejabat yang mempunyai
48
fungsi dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan hendak dicapai
untuk menghindari adanya kesimpang siuran pelaksanaan pekerjaan, sehingga
diperlukan adanya kerjasama untuk dapat manangani masalah balapan liar dan
tindakan kriminal yang dilakukan geng motor. Seperti hal nya yang dikatakan
oleh pihak kantor lurah maradekaya bahwa:
“Memang perlu kita sebagai kepala wilayah kita bisa berkoordinasi kepada
kepolisian Binmas. sekarang ini ada yang namanya mitra kelurahan, mitra
kepolisian, dan mitra koramil untuk mewakili dalam mengatasi aksi balapan
liar, sehingga terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat.”
(wawancara HR, Tanggal 7 Agustus 2014).
Senada yang di katakan Sekertaris kelurahan bahwa :
“ Kita pegawai disini tetap selalu berkoordinasi antara kepolisian dalam
terciptanya suasana yang nyaman dan damai di sekitar kelurahan ini, dan
saya lihat polisi kalau ada balapan liar didepan kantor ini pada jam malam,
dia langsung tangani, atau membubarkanlah aksi kegiatan balapan liar,
bukan hanya polisi, warga juga ikut-ikutan untuk membubarkan dengan cara
melempar batu ke arah geng motor.” (Wawancara VN, Tanggal 7 Agustus
2014 )
Berdasarkan penjelasan di atas, Maka pihak pemerintah perlu yang namanya kerja
sama antara kepolisian dengan pemerintah kelurahan guna terciptanya rasa aman
di sekitar wilayah maradekaya dan masyarakat juga ikut berperang dalam
penanganan balapan liar meskipun masyarakat masih kasar dalam membubarkan
balapan liar. Katakanlah melempari batu ke arah anak geng motor, sehingga
terjadilah tindakan kriminal antara kedua pihak.
Melaksanakan penanganan balapan liar dikota makassar sangat di perlukan
koordinasi dengan instansi yang terkait atau berperang dalam penanganan kasus
balapan liar dan tindakan kriminal yang dilakukan sekelompok anak geng motor.
Sehingga bisa terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga bisa
49
bekerja dengan baik sesuai dengan fungsi masing-masing. Hasil wawancara dari
pihak penulis dengan pihak kepolisian kasat binmas polrestabes makassar.
“Dalam kasus geng motor ini kami pihak kepolisian bekerja sama dengan
pemerintah setempat, tokoh masyarakat, warga RT/RW, untuk mengadakan
Sosialisasi guna memberikan penyampaian langsung atau suatu arahan
kepada masyarakat agar bisa menjaga anaknya dengan baik dan terhindar
yang namaya kawanan geng motor.” (wawancara SW, Tanggal 18 agustus
2014) .
Menurut penjelasan di atas instansi yang bekerja dalam penanganan kasus
geng motor bukan hanya peran kepolisian dan pemerintah saja, perlu juga peran
dari orang tua. Sehingga apa yang kita inginkan bisa menghasilkan suatu
koordinasi dengan baik sehingga terciptanya kantibmas di wilayah kota makassar.
2. Langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh pemerintah dengan kepolisian
dengan adanya tindakan kekerasan yang di lakukan geng motor di jalan
veteran kota makassar.
Geng motor merupakan anak bermotor yang sering melakukan balapan liar
dan kekerasan yang selalu meresahkan warga di setiap wilayah veteran, kec
Makassar kelurahan maradekaya. menurut pasal 1 undang-undang kepolisian
negara Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002 di sebutkan keamanan dan
ketertiban masyarakat dalam suatu wilayah bisa menangkal bentuk-bentuk
gangguan-gangguan lainnya yang dapat meresahkan warga. Sebagaimana yang
dikatakan kepala kepolisian binmas Polrestabes Makassar yang mengatakan
bahwa:
“ kami sudah membentuk satu tim itu yang namanya patmor patroli motor
dengan pakaian lengkap untuk menangkap geng motor yang melakuan
balapan liar dititik-titik rawan yang sering mengadakan kegiatan balapan
liar”. (wawancara SW, 18 September 2014)
50
Senada yang dikemukakan oleh kepala kelurahan maradekaya yang mengatakan
bahwa
“terkadang kami pemerintah dengan warga setempat emosi dengan adanya
balapan liar didepan kantor ini, karna bukan apanya tiap malam tertentu itu
dia selalu melakukan balapan liar di depan kantor ini, dan biasanya
diamerusak fasilitas yang ada disekitar kantor. Kami mau buburkan secara
paksa tetapi kita jaga diatur dengan prosedur dan aturan. Jadi kita hubungi
saja pihak polisi yang berwenag.” (wawancara HR tanggal 26 september
2014)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu koordinasi
pihak kepolisian mengambil suatu langkah dalam membentuk tim khusus dalam
penanganan balapan liar di jalan veteran. Dan pemerintah juga sangat
membutuhkan peran instansi kepolisian dalam penanganan balapan liar,
mengingat pemerintah mempuyai aturan tersendiri.
a. Pemerintah Kelurahan
Akhir-akhir ini kasus geng motor yang sering melakukan tindakan balapan liar,
penganiyaan dan perampokan di minimarket, hal ini sangat diperlukan namanya
berkoordinasi antara pihak-pihak yang terkait sehingga tujuan yang ingin dicapai
dapat terlaksana dengan baik, yang tercantum pada pasal pasal 14 undang-undang
nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara Republik Indonesia. Sebagaimana
yang dikatakan Sekertaris Kelurahan yang mengatakan bahwa
“kita semua perlu yang namanya koordinasi secara langsung kepada pihak
kepolisian dengan masyarakat setempat untuk membubarkan kegiatan
balapan liar. Klu adanya geng motor melakukan balapan liar didepan kantor
ini, terkadang warga juga merasa terganggu pada malam hari diwaktu ingin
beristrahat.suara motornya itu sangat meresahkan/ berisik, sehingga warga
marah dan melempari batu atau busur ke arah geng motor.(wawancara saya
VN, 7 Agustus 2014)
51
Senada dengan yang dikemukakan oleh Kepala Binmas Polrestabes Makassar
yang mengatakan bahwa
“ Mengenai dengan penanganan aksi balapan liar, bukan hanya balapan liar
yang kerap dilakukan geng motor, aksi pelemparan dan perempasan barang-
barang waga yang melintas malam hari, juga yang kerap dilakukan remaja
geng motor. dan Kami dari Pihak kepolisian tetap berkoordinasi dengan
pemerintah setempat dan kita akan mengadakan pertemuan sepihak antara
pemerintahan setempat untuk membicarakan masalah balapan liar dan
pelemparan rumah-rumah warga yang dilakukan geng motor didaerah nya.
Dan selanjutnya kita akan tinjau lebih lanjut sesuai dengan peraturan dan
undang-undag kepolisian yang di tetapkan.” (wawancara SW, Tanggal 7
Agustus 2014)
Berdasarkan hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak
kepolisian lambat melakukan program koordinasi dalam pelaksanaan penanganan
geng motor, sehingga terjadi perselisihan dan konflik antara warga dengan geng
motor.
b. Kepolisian daerah Binmas
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan negatif
dengan penguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan
kekerasan. para pelaku geng motor memang sudah menjadi kebiasaan melanggar
hukum maka hal itu diperlukan langkah-langkah penanganan tindakan kekerasan
dan balapan liar, jika dijalan suka merampas barang penguna jalan veteran dan
sering melakukan balapan liar. Sebagaimana yang dikatakan Satbinmas
Polrestabes yang mengatakan bahwa
“kepolisian selalu membuat langkah-langkah untuk meminimalisir
perekrutan maupun tindakan anarkis yang dilakukan para remaja tersebut,
agar menghimbau para siswanya untuk tertib berlalu lintas, mengadakan
razia. Selain itu pihak kepolisian juga sering melakukan sosialisasi ke
sekolah-sekolah tentang bahaya dan damak jika masuk geng motor dan
membentuk opini masyarakat agar mendukung kegiatan polrestabes
52
makassar dalam penanggulangan kelompok geng motor. (wawancara SW,
Tanggal 7 Agustus 2014)
Senada dengan yang dikemukakan oleh staf kantor kelurahan Maredakaya yang
mengatakan bahwa
“Langkah yang dilakukan kami pengurus kantor lurah maradekaya tetap
bekersama dan berhubungan baik kepada masyarakat. Memberikan arahan
dan informasi yang baik untuk mengawasi anaknya dengan baik. Karna
melihat kondisi daerah kami banyak yang tidak peduli dengan anaknya.
Mungkin faktor lingkungan dan pendidikannya kurang diberikan kepada
orang tuanya”. (wawancara saya VN 7 Agustus 2014)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peran kepolisian
dalam mengantisipasi tindakan kriminal sehingga kepolisian mengambil langkah
untuk memberikan himbauan kepada pelajar agar kiranya tidak terjaring dan ikut
dalam kegiatan geng motor, dan peran pemerintah dalam memberikan informasi
yang baik kepada warganya kurang mendapatkan respon. Mengingat sampai
sekarang ini sering terjadi suatu konflik antara masyarakat dan geng motor yang
berada dijalan veteran.
c. Kantibmas
Konsep keamanan polri dikenal dengan istilah keamanan dan ketertiban
masyarakat (Kantibmas), istilah ini menggambarkan suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai suatu prasyarat terselanggaranya proses pembagunan
nasional, dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh
terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketentraman.
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan dibidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
53
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mencapai
hasil yang maksimal dari fungsi ini dibutuhkan kebersamaan antara polisi dan
masyarakat sehingga satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang dikemukakan kepala Binmas
Polrestabes masyarakat yang mengatakan bahwa
“ dalam menciptakan kantibmas dikota makassar kita semua memikul
tanggung jawab seluruh masyarakat dan pemerintahan termaksud
didalamnya ada kepolisian, sebagai aparat penegak hukum, dan kami selaku
kepolisian daerah selalu melakukan upaya-upaya atau tindakan yang
diwujudkan dalam kegiatan berupa operasi kepolisian, baik yang sifatnya
rutin maupun sifatnya khusus, seerti oprasi blok ditiap-tiap lorong. Dan
mewujudkan keamanan dan ketertiban dimasyarakat memang perlu ada
koordinasi dan partisipasi dari semua pihak antara lain, pemeritah, instansi
samping (TNI) dan kepolisian yang punya wewenang sangat besar dalam
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta tak
kalah pentingnya partisipasi eleman-eleman masyarakat” (wawancara SW
Tnaggal 10 Agustus 2014)
Senada yang dikemukakan oleh Pemerintah kelurahan maradekaya yang
mengatakan bahwa
“saya pribadi sebagai kepala kelurahan merasa bahwa polisi telah
melaksanakan tugas dan amanah yang diberikan untuk menjaga keamanan
masyarakat tetapi setiap instansi pasti memiliki batas kemampuan untuk
menjaga daerahnya. Maka itu perlu peran masyarakat untuk duduk bersama
Untuk mengarahkan dan mengawasi pergaulan anaknya agar tidak
terjerumus para pergaulan bebas salah satunya geng motor yang meresahkan
warga selama ini”. (wawancara HR, Tanggal 10 Agustus 2014)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
Peran masyarakat khususnya orang tua sangat berperan dalam membantu
kantibmas untuk mencegah meminimalisirkan ruang gerak remaja yang sering
disebut geng motor dalam setiap bentuk-bentuk kriminal yang dilakukannya.
54
Sebagaimana yang dikemukakan oleh masyarakat sekitar dijalan veteran yang
mengatakan bahwa
“Remaja yang terjerumus masuk geng motor kebanyakan anak broken home
yang tidak diawasi atau tidak diperhatiakn oleh orang tuanya, sehingga anak
tersebut mencari jati diri sendiri dan tidak memperdulikan mana yang baik
dan buruk.(wawancara PR, Tanggal 7 Juni 2014)
Senada dengan yang dikemukakan oleh masyarakat disekitar veteran mengatakan
bahwa
“aksi balapan liar kawanan geng motor yang kerap dilakukan geng motor
lebih diakibatkan oleh karena adanya toleransi yang diberikan kepada
komunitas, sehingga lanjutnya mereka merasa memilki kebebasan untuk
melakukan tindakan yang berlebihan ditambah dengan tidak adanya
pengawasan dari orang tua mereka masing-masing sehingga mereka
bertindak seenaknya saja”(wawancara RS tanggal 7 Juni 2014)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pihak pemerintah
dan kepolisian sesering apapun melakukan sosialisasi terhadap remaja yang
melakukan aksi balapan liar tidak sepenuhnya menyadari kesalahannya tanpa ada
bimbingan dan pengawasan keluarga terutama orang tuanya.
Pada dasarnya koordinasi yang dilakukan pemerintah dengan kepolisian
yaitu katibmas tidak berjalan seperti yang diharapkan masyarakat karna
masyarakat masih merasa terganggu kenyamanan dan tidak merasa aman
diakibatkan masih maraknya aksi balapan liar yang kerap dilakukan geng motor.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka
pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
koordinasi pemerintah kelurahan dalam Penanganan kantibmas dikota
makassar dalam kasus balapan liar atau tidakan kekerasan (Kriminal) yang di
lakukan skelompok anak geng motor yang meliputi beberapa variabel seperti
komunikasi, partisipasi, keserasin dan kesatuan tujuan. Keempat variabel tersebut
sudah dijalankan dengan maksimal. Dimana koordinasi yang selalu dilakukan
oleh pemerintah dengan Kepolisian yang terkait dengan penanganan geng motor
sehingga dengan adanya koordinasi yang selalu dilakukan semua pihak dapat
mengetahui apa saja yang akan dilakukan dalam hal penanganan kantibmas.
Dalam hal koordinasi yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang
baik, partisipasi antara semua pihak yang terkait, keserasian baik antara tindakan
dengan tujuan maupun waktu dan pelaksanaan, dan kesatuan tujuan dari semua
pihak-pihak yang terkait dalam Penangana geng motor antara lain.
1. Pemerintah daerah dengan kepolisian berkoordinasi untuk mengatasi tindakan
anak geng motor yang sering melakukan aksi balapan liar di Tiap-tiap
wilayah khususnya jalan veteran.
2. Pemerintah dengan kepolisian dalam mengadakan sosialisasi masyrakat, yang
melibatkan warga, Tokoh masyarakat, RT/RW atau para pemuda. Untuk
memberikan arahan kepada masyrakat bagaimana kita mengendarai sepeda
56
motor di jalan raya dengan benar demi kesalamatan kita bersama. Dan
menyampaikan arahan kepada masyrakat agar anak kita tidak mudah
bergabung golongan anak geng motor.
3. Menciptakan kerja sama antara pihak kepolisian,TNI dan Masyarakat
setempat dalam hal penanganan aksi balapan liar. Sehingga terciptanya
kantibmas di kota makassar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka perlu di kemukakan beberapa
saran antara lain :
Mengembangkan pola kerjasama lebih baik dengan instansi-instansi yang
berperang dalam penangana kasus balapan liar yang di lakukan sekolompok geng
motor. antara lain :
1. Kepolisian (Patmor, Bimmas)
2. Warga (Anak Muda Makassar, RT/RW, Tokoh Masyarakat)
Sehingga terciptanya suasana Keamanan ketertiban masyrakat. Di kota makassar
khususnya di sepanjang jalan Veteran.
57
DAFTAR PUSTAKA
Acara Indonesian Luyer Club, tanggal 17 April 2014 di TvOne.
Anwar, Yesmil dan Adang. 2008, Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta:Grasindo.
Arni, Muhammad. 2011, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara.
Bungin, Burhan. 2011, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP.
Depok,Sleman,jogjakarta: AR-Ruzz Media
Haryanto,sindung,2012.spektrum teori sosial dari klasik hingga postmodern,
Hugh.et.al.Miall, 2002,Damai konflik kontemporer; Jakarta:PT Raja grafindo
persada
Peg.Pickering,HOW TO MANAGE CONFLICT kiat menangani konflik,jakarta:
Erlangga 2001
Priyono,2003.fungsi kepolisian dalam pencurian bermotor,skripsi:fakultas hukum
45..
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kualitatif , Alfabeta : Bandung.
Syafrudin,ateng, 1976, pengatur koordinasi di daerah,Bandung:tersito
Wahyu, 1986, Wawasan ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional.
Wirawan.I.B,2012,Teori sosial dalam tiga paradigma fakta,sosial,definisi sosial,
dan prilaku sosial,Jakarta:PT Kharisma Putra Utama.
Www.file:///D:/koordinasi_ruslanramadhan.htm 22 maret 2014
58
Www.kamtibmas file:///D:/kamtibnas-keamanan-ketertiban-masyarakat.html
22 Maret 2014
Www Teori sosial http://www.onemanga.com/Hot_Blooded_Woman/24/ Senin,03
Maret 2008
Www.file:///D:/Kantibmas/Peran Serta Masyarakat dalam Menjaga dan
Memelihara Kamtibmas Elisatris Gultom Blog.htm
Www.Dinamika kelompok file:///D:/Dinamika kelompok.htm Halaman ini
terakhir diubah pada 06.43, 21 Januari 2014
Www. http://3npgsd.blogspot.com/2014/01/Dampak-bergabungnya-remaja-dalam
geng.htm?m=1 Halaman ini terakhir diubah pada tanggal sabtu 1 Februari
2015 : 11.57
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor. 14 tahun 1992 Tentang lalu Lintas
Undang-Undang Nomor. 2 tahun 2002 Tentang Keamanan Ketertiban Masyarakat
59
60
Pedoman Wawancara
A. Pemerintah Daerah
1. Bagaimana koordinasi pemerintah dengan kepolisian dalam
penanganan geng motor dikota Makassar. ?
2. Berbicara dengan penanganan aksi balapan liar yang dilakukan geng
motor. Yang jadi pertanyaan dari permasalhan tersebut adalah. Instansi
apa yang berperang dalam penanganan geng motor. ?
3. Bagaimana komunikasi pihak pemerintah dengan kepolisian dalam
penanganan geng motor di kota makassar khususnya di jalan veteran.?
4. Bagaimana tindakan kedua instansi antara pemerintah dengan
kepolisin dalam penanganan geng motor di jalan veteran. ?
B. Kepolisian
1. Bagaimana partisipasi pihak kepolisian dengan pemerintah dalam
penanganan geng motor di sepanjang jalan veteran. ?
2. Dalam koordinasi perlu yang namanya tindakan secara langsung.
Bagaiman sistem yang dilakukan pihak kepolisian dalam penanganan
geng motor di tiap-tiap wilayah yang sering terjadi balapan liar atau
lebih rawan tindakan kriminal dan wilayah mana saja yang sering
terjadi tindakan balapan liar dan kriminal, bagaimana bapak bisa
menyikapi semuanya?
3. Bagaiaman pihak kepolisian kedepannya untuk menciptakan
kantibmas di kota makassar agar tidak terjadi anggota kelompok geng
61
motor. Sehingga masyarakat kota makassar tidak takut dan terciptanya
rasa aman di daerahnya masing-masing. ?
Kawanan Geng Motor Yang Di Tahan Bersama Motor yang di pakai untuk
mengadakan balapan liar dan tindakan kriminal.
Barang Bukti Yang didapatkan dalam Penanganan.
62