Post on 10-Apr-2019
KONTRIBUSI PROGRAM KETENAGAKERJAAN
YAYASAN MITRA NETRA
PADA KESEJAHTERAAN PEKERJA
PENYANDANG DISABILITAS DI JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Thaariq Bahir Rasyidi
NIM 1113054100049
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
i
ABSTRAK
THAARIQ BAHIR RASYIDI
Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
pada Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas di
Jakarta
Predikat sejahtera merupakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidup, salah satunya dengan cara bekerja. Namun proses
pemenuhan kebutuhan hidup bukanlah persoalan yang mudah,
terutama bagi yang memiliki keterbatasan fisik atau penyandang
disabilitas, seperti tunanetra. Secara umum, hak pekerjaan bagi
penyandang disabilitas tunanetra masih belum terpenuhi secara
maksimal. Namun terdapat yayasan yang memiliki program pada
upaya peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang
pendidikan dan lapangan kerja, yaitu Yayasan Mitra Netra.
Yasasan Mitra Netra ikut ambil peran dalam mensejahterahkan
pekerja dengan cara mengasah keterampilan agar dapat bekerja
serta membangun komunikasi dengan perusahaan maupun
lembaga pemerintah untuk membuka peluang kerja bagi
penyandang disabilitas tunanetra.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu Bagaimana
kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas tunanetra. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari kontribusi
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas tunanetra.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat hasil dari
kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas tunanetra, antara
lain: (1) Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
berdampak baik pada sisi pekerjaan penyandang disabilitas
tunanetra. (2) Terdapat dua pekerja dari empat pekerja
ii
penyandang disabilitas sebagi informan yang masih harus
berjuang menghadapi diskriminasi pada sektor pekerjaan. (3)
Terdapat kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra pada sisi peningkatan kesejahteraan pekerja penyandang
disabilitas tunanetra.
Key words : program ketenagakerjaan, kesejahteraan,
penyadang disabilitas tunanetra
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis
haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
skripsi ini dengan sebaik-baiknya, sebagai persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana strata 1. Shalawat serta salam tak lupa
penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarganya, para sahabatnya dan umatnya. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, terdapat kekurangan baik dari sisi penulisan maupun
dari sisi materi dalam skripsi. Masukan dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan
skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dari mulai proses persiapan,
penyusunan sampai dengan skripsi ini selesai. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr.
Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. Dan juga Bapak Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iv
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program
Studi Kesejahteraan Sosial. terimakasih atas
bimbingannya dan nasehatnya. Juga kepada Hj. Nunung
Khairiyah selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial.
3. Ibu Nadya Kharima, M.Kessos selaku dosen pembimbing
yang telah membantu mengarahkan, membimbing,
memotivasi dan telah bersedia meluangkan waktunya
sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si dan Ibu Nurkhayati
Nurbus, M.Si selaku penguji pada sidang skripsi peneliti
yang telah memberikan perbaikan agar penelitian ini tetap
pada posisi sebaik-baiknya.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada
peneliti.
6. Yayasan Mitra Netra yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
berjalan dengan baik. Penulis berharap semoga Yayasan
Mitra Netra semakin berkembang dalam meningkatkan
kualitas dan partisipasi tunanetra di dalam dunia kerja.
7. Kepada para informan yang telah bersedia meluangkan
waktunya kepada peneliti, terimakasih telah berbagi cerita
dan pengalaman Bapak Ibu sehingga membuat peneliti
dapat lebih memahami mengenai penelitian ini.
v
8. Kepada kedua orangtua, terimakasih banyak atas apa yang
telah diberikan kepada penulis selama ini. Yang selalu
memberikan doa dan dukungan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan pendidikannya dengan baik.
9. Untuk seluruh rekan-rekan BGF Brotherhood, terutama
kepada Putra, Revo, Adjie, Ajis, Bagas, Luthfi, dan Sehan
yang telah memberikan doa dan dukungan baik berupa
moral maupun materi. Mulai dari nasehat maupun
candaan yang berkaitan dengan skripsi yang terkadang
memang kurang berkenan dihati. Namun peneliti
menyadari bahwa hal tersebut dilakukan untuk
mensukseskan proses penyelesaian skripsi peneliti.
10. Untuk kawan-kawan Kuwuk, yang tidak lain adalah Arief,
Faiz, Ridwan, Agus, Jaki, Alfa, Sidiq, Putra. Mereka
adalah kawan-kawan terhebat yang peneliti kenal selama
di kampus UIN. Terima kasih atas canda dan tawa,
nasehat, dukungan serta doa kalian untuk proses
penyelesaian skripsi peneliti.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan Masalah ............................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
F. Metode Penelitian .......................................................................... 9
1. Pendekatan Penelitian. ........................................................... 9
2. Sumber Data ......................................................................... 10
3. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................... 11
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 11
5. Teknik Analisis Data ............................................................ 13
6. Teknik Keabsahan Data ....................................................... 14
7. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................. 15
8. Teknik Pemilihan Informan ................................................. 15
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 21
A. Landasan Teori ......................................................................... 21
1. Kontribusi Program .............................................................. 21
2. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas ................... 22
vii
B. Kajian Pustaka ......................................................................... 28
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 31
BAB III PROFIL LEMBAGA ............................................................ 33
A. Latar Belakang Yayasan Mitra Netra ....................................... 33
B. Sejarah Singkat Yayasan Mitra Netra ...................................... 34
C. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra ......................................... 36
D. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra ................................ 38
E. Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra ...................... 39
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................ 47
A. Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.... 47
1. Keadaan Para Informan Sebelum Program .......................... 51
2. Keadaan Para Informan Sesudah Program ........................... 53
B. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas ....................... 54
1. Kesejahteraan Informan DN ................................................ 55
2. Kesejahteraan Informan MN ................................................ 60
3. Kesejahteraan Informan MRA ............................................. 66
4. Kesejahteraan Informan SC ................................................. 72
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................... 79
A. Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.... 79
B. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas ....................... 81
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................... 101
A. Kesimpulan ............................................................................ 101
B. Implikasi ................................................................................ 102
C. Saran ...................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 105
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan Peneliti ...................................................... 16
Tabel 1.2 Karakteristik Peneliti ................................................ 17
Tabel 3.1 Kegiatan-kegiatan di Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra ................................................. 41
Tabel 3.2 Data Peserta Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra Tahun 2018 ........................................... 44
Tabel 4.1 Keadaan Para Informan Sebelum Program .............. 52
Tabel 4.2 Keadaan Para Informan Sesudah Program ............... 53
Tabel 5.1 Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra pada Pekerja Penyandang Disabilitas ... 80
Tabel 5.2 Tabel Kebutuhan Dasar Informan DN...................... 82
Tabel 5.3 Tabel Kebutuhan Dasar Informan MN ..................... 86
Tabel 5.4 Tabel Kebutuhan Dasar Informan MRA .................. 91
Tabel 5.5 Tabel Kebutuhan Dasar Informan SC ...................... 95
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan Pre-employment Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra .................. 49
Gambar 4.2 Partisipan Program dengan Keahlian
Menggunakan Komputer Bicara ............................ 50
Gambar 4.3 Rumah Informan MN ............................................. 66
Gambar 4.4 Rumah Informan MRA .......................................... 71
Gambar 4.5 Rumah Informan SC............................................... 76
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Kepala Bagian Program
Ketenagakerjaan
Lampiran 2 Transkip Wawancara Kepala Bagian Program
Ketenagakerjaan
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Pekerja Penyandang Disabilitas
Lampiran 4 Transkip Wawancara Pekerja Penyandang Disabilitas
Lampiran 5 Hasil Observasi
Lampiran 6 Hasil Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejahtera merupakan kondisi atau keadaan yang baik,
kondisi dimana manusia dalam keadaan makmur, sehat dan
damai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
kesejahteraan merupakan kata benda yang mempunyai arti hal
atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan dan ketentraman.
Sedangkan kata sejahtera sendiri memiliki arti aman sentosa dan
makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan).
Pemerintah Republik Indonesia (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tentang Kesejahteraan Sosial 2009),
mendefinisikan kesejahteraan masyarakat adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan
merupakan sesuatu dambaan setiap orang, dalam kehidupan
pastilah semua orang mencari yang namanya kesejahteraan.
Begitu pula dengan penyandang disabilitas, pada saat ini
penyandang disabilitas sedang berusaha dan diusahakan untuk
mendapatkan predikat sejahtera.
Untuk mendapatkan predikat sejahtera penyandang
disabilitas harus bekerja untuk menghasilkan pendapatan sebagai
penunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Namun dalam prosesnya
penyandang disabilitas harus berjuang melawan diskriminasi.
2
Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok paling
rentan menghadapi diskriminasi dalam akses ketenagakerjaan di
Indonesia. Sikap sebagian besar masyarakat belum sepenuhnya
mendukung dan memberikan kesempatan yang sama pada
penyandang disabilitas. Stigma yang terbentuk saat ini bahwa
penyandang disabilitas tidak produktif, dikasihani dan
terkucilkan, stigma tersebut menjadi label bagi penyandang
disabilitas di negeri ini.
Terdapat beberapa kasus diskriminasi kesempatan kerja yang
terjadi pada penyandang disabilitas. Meninjau Jurnal “Daya
Juang Menghadapi Diskriminasi Kerja pada Penyandang
Tunadaksa” (Meita Setyawati 2017), sesuai hasil observasi dan
wawancara jurnal tersebut dengan subjek penyandang tunadaksa
yang menjadi sampel penelitian, memperlihatkan bahwa
keterbatasan memicu terjadinya diskriminasi terhadap
penyandang disabilitas di dunia pekerjaan. Diskriminasi tersebut
dipicu oleh paradigma, perpektif dan budaya masyarakat terhadap
penyandang disabilitas. Diskriminasi tersebut membuat para
pekerja penyandang disabilitas enggan untuk bekerja kembali di
perusahaan atau sektor formal.
Selain itu peneliti juga meninjau jurnal “Implementasi Asas
Keseimbangan pada Kontrak Kerja Bagi Tenaga Kerja
Penyandang Disabilitas yang Diterapkan oleh Yayasan Nirlaba di
Provinsi Bali” (2017), dimana jurnal tersebut menemukan bahwa
hanya sedikit dari sekian banyak perusahaan yang
mempekerjakan penyandang disabilitas. Banyak perusahaan yang
3
beranggapan bahwa penyandang disabilitas sama dengan tidak
sehat. Sehingga tidak dapat diterima sebagai pekerja karena
syarat untuk menjadi pekerja salah satunya adalah sehat jasmani
dan rohani.
Padahal seperti yang diketahui bahwa penyandang disabilitas
memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan
warga Negara non disabilitas. Sebagai bagian dari warga Negara
Indonesia, sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapat
perlakuan khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan
dari kerentanan terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan
terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi
manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai
maksimalisasi penghormatan, pengajuan, perlindungan dan
pemenuhan hak asasi manusia universal (Maida El Muhtaj 2008,
273).
“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”
(Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 28 Ayat
2), bahwa setiap orang di Indonesia berhak untuk memperoleh
pekerjaan. Berbekal UUD tersebut, dapat dipastikan bahwa setiap
Warga Negara Indonesia memiliki perlindungan dari negara
untuk mendapatkan pekerjaan. Artinya, jika ada pihak-pihak
tertentu yang tidak melakukan seperti yang tercantum di Pasal
28D ayat (2), pihak tersebut telah melakukan pelanggaran hukum.
4
Pemerintah juga mengatur serta melengkapi undang-undang
yang telah dikeluarkan sebelumnya (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tentang Penyandang Disabilitas 1997, Pasal
6 Ayat 2) yang berbunyi: “Setiap penyandang disabilitas berhak
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai
dengan jenis dan derajat kedisabilitasan, pendidikan, dan
kemampuannya.” Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 adalah
undang-undang mengenai Penyandang disabilitas yang disusun
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan sosial bagi
penyandang disabilitas.
6 tahun kemudian, pemerintah menerbitkan peraturan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tentang
Penyandang Disabilitas 2003, Pasal 67 Ayat 1) bahwa:
“Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang
disabilitas wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis
dan derajat kedisabilitasannya.” Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan merupakan undang-
undang yang disusun untuk mengatur berbagai aspek tentang
tenaga kerja. Termasuk perlindungan terhadap tenaga kerja yang
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan
menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejateraan
pekerja/buruh dan keluarganya.
Untuk melengkapi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
setahun kemudian Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
mengeluarkan Surat Edaran yang menyebutkan bahwa setiap
5
Perusahaan Wajib memberikan kesempatan dan perlakuan yang
sama untuk mempekerjakan penyandang disabilitas di perusahaan
sesuai dengan jenis dan derajat kedisabilitasan, pendidikan dan
kemampuannya. Jumlah tenaga kerja penyandang disabilitas
disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi
perusahaan, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga kerja
penyandang disabilitas untuk setiap 100 (seratus) orang yang
dipekerjakan.Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut perusahaan
dapat dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan dan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp.
200.000.000, - (dua ratus juta rupiah).
Beberapa tahun kemudian pemerintah mengeluarkan
peraturan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tentang
Penyandang Disabilitas 2016, Pasal 45), yakni: “Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menjamin proses rekrutmen,
penerimaan, pelatihan kerja, penempatan kerja, keberlanjutan
kerja, dan pengembangan karier yang adil dan tanpa Diskriminasi
kepada Penyandang Disabilitas.” Selain itu pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan untuk perusahan milik Negara maupun
swasta dalam memberikan lapangan kerja bagi penyandang
disabilitas, yang ditegaskan (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tentang Penyandang Disabilitas 2016, Pasal 53), yakni:
“Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling
sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah
pegawai atau pekerja. Perusahaan swasta wajib mempekerjakan
6
paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari
jumlah pegawai atau pekerja.”
Data-data tersebut menjelaskan bahwa penyandang
disabilitas tidak bekerja dikarenakan lapangan pekerjaan buat
penyandang disabilitas dibatasi oleh paradigma, perpektif dan
budaya. Terdapat ketidakseimbangan antara kondisi ideal
undang-undang dengan fakta yang terjadi saat ini. Kecacatan
tidak seharusnya menjadi halangan bagi penyandang disabilitas
untuk memperoleh hak mempertahankan kehidupannya, terutama
dalam hal ketenagakerjaan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pekerja
penyandang disabilitas memperoleh pekerjaan dan memenuhi
kebutuhannya agar mendapat predikat sejahtera yang dijembatani
oleh sebuah yayasan. Adapun subyek yang menjadi sampel
penelitian ini adalah penyandang disabilitas tunanetra. Peneliti
mengambil kasus di Yayasan Mitra Netra.
Yayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang
memusatkan programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan
partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan lapangan kerja.
Yasasan Mitra Netra ikut ambil peran dalam mensejahterahkan
pekerja tunanetra dengan cara mengasah keterampilan tunanetra
agar dapat bekerja serta membangun komunikasi dengan
perusahaan maupun lembaga pemerintah untuk membuka
peluang kerja bagi tunanetra (“Latar Belakang – Yayasan Mitra
Netra” t.t.).
7
Penelitian dengan judul “Kontribusi Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada Kesejahteraan
Pekerja Penyandang Disabilitas di Jakarta” dimaksudkan
untuk menganalisa bagaimana hasil dari kontribusi Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada pekerja penyandang
disabilitas tunanetra. Penelitian ini juga melihat bagaimana
dampaknya pada kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas
tunanetra.
B. Batasan Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan
pekerja penyandang disabilitas dan dengan adanya keterbatasan
waktu serta kemampuan yang dimiliki peneliti, untuk itu perlu
adanya pembatasan masalah terkait dengan penelitian ini agar
pengkajian masalah tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih
terfokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Peneliti
membatasi penelitian ini agar lebih terfokus dan terarah. peneliti
membahas analisis hasil dari kontribusi Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra pada kesejahteraan pekerja penyandang
disabilitas di Jakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah ditentukan
diatas, maka perumusan masalah yang akan menjadi bahan
penelitian adalah :
8
Bagaimana kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra pada kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas
tunanetra?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui hasil dari kontribusi Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra pada kesejahteraan pekerja penyandang
disabilitas tunanetra.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menambah wawasan keilmuan bagi Ilmu Kesejahteraan
Sosial, pada teori dan aplikasi di bidang Kesejahteraan
Sosial dan profesi Pekerja Sosial. Serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan bagi
pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen
perguruan tinggi sebagai rujukan bagi mahasiswa yang
berkonsentrasi pada studi sosial dalam dimensi usaha
kesejahteraan sosial yaitu Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra pada kesejahteraan pekerja
penyandang disabilitas tunanetra.
9
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi
penentu kebijakan dalam bidang ketenagakerjaan
penyandang disabilitas pada beragam tingkatan, yang
dapat digunakan untuk pemahaman, pengembangan dan
program yang berkaitan dengan kesejahteraan
penyandang disabilitas tunanetra.
b. Diharapkan dapat menjadi informasi bagi para pembaca
tentang kehidupan penyandang disabilitas. Juga, mengenai
kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
pada kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas
tunanetra.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan pendekatan
kualitatif. Karena penelitianya merupakan studi yang
mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data
langsung dari lingkungan subjek alamiahnya. Bogdan dan
Taylor mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati (Muhammad Kasiran
2010, 175). Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami,
mencari makna dibalik data, untuk menemukan kebenaran,
baik kebenaran empirik sensual, empirik logik dan empirik
10
etik. Peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang
kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detail dari
pandangan para informan (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan
Almanshur 2012, 39–44).
Sedangkan (Lexy J Moleong 1998, 3), pendekatan
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. Penggunaan pendekatan kualitatif ini
yaitu dengan melakukan penelitian yang mengahsilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau
perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena
peneliti ingin mendeskdripsikan tentang dampak yang
dihasilkan Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
terhadap pekerja penyandang disabilitas tunanetra dan
melihat dampak yang dihasilkan terhadap kesejahteraan
keluarganya.
2. Sumber Data
Data Primer adalah data pokok yang mendukung penelitian
dimana data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian
yaitu para pekerja penyandang disabilitas tunanetra setelah
berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra dan keluarganya.
Sedangkan data sekunder peneliti adalah para informan yaitu
orang-orang dari selain subjek penelitian seperti misalnya
dalam konteks ini pejabat struktural yayasan setempat.
Kemudian sumber data sekunder juga berupa data-data atau
11
dokumen-dokumen dikumpulkan melalui sumber-sumber
informasi tidak langsung seperti perpustakaan, dokumentasi
masa lampau.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada Juli 2017 sampai dengan
April 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Mitra
Netra Jl. Gunung Balong II No. 58, Lebak Bulus, Jakarta
Selatan, DKI Jakarta.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan
data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan
dan menjawab permasalahan penelitian ini. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara, sebagai
berikut.
a. Observasi atau pengamatan
Merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan. Dalam teknik
ini peneliti harus memupuk terlebih dahulu hubungan baik
dan mendalam dengan informan. Sikap saling percaya
tersebut dikenal dengan istilah rapport. Apabila rapport
tersebut telah terbina, informan tidak mencurigai peneliti
sebagai orang yang hendak mencelakakanya (Burhan
Bungin 2007, 95). Delapan hal yang harus diperhatikan
peneliti saat melakukan pengamatan, diantaranya: ruang
12
dan waktu, pelaku, kegiatan, benda-benda atau alat-alat,
waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Kedelapan hal
tersebut saling berkaitan sehingga perhatian peneliti harus
total pada apa yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti
terjun langsung ke tempat penelitian yaitu di Yayasan
Mitra Netra.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi
dari seseorang yang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Dedi
Mulyadi 2003, 180). Wawancara merupakan salah satu
teknik untuk mengumpulkan data dan informasi.
Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan,
pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak
saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti,
tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek
penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan
bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang
berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa
yang akan datang (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan
Almanshur 2012, 176). Peneliti melakukan wawancara
kepada subjek penelitian yaitu pekerja penyandang
disabilitas dan keluarga pekerja yang berkaitan dengan
permasalahan yang ingin digali.
13
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi, catatan tertulis yang didapat dari
lokasi penelitian (Suharsimi Arikunto 1993, 234).
Dokumen sendiri dapat dipahami sebagai setiap catatan
tertulis yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu,
baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan
untuk suatu penelitian (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan
Almanshur 2012, 199). Dalam studi dokumentasi ini
peneliti mencari catatan tertulis mengenai hal-hal atau
variabel yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti di lokasi penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkas data
dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan,
sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari
dan diuji (Muhammad Kasiran 2008). Dalam penelitian ini,
peneliti mengikuti langkah - langkah seperti yang dianjurkan
oleh Miles dan Huberman (Sugiyono 2008, 91–99), yaitu :
a. Reduksi Data
Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu.
14
b. Display Data (Penyajian Data)
Display data dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya.
Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan kesimpulan yang
kredibel.
6. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan telah
teruji dan valid. Dalam hal ini peneliti melakukan keabsahan
data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman
sejawat, referensi teori, dan melihat realitas sosial serta
tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu
peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan
data-data yang relevan. Dan teknik keabsahan data dengan
15
triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari
sumber yang berbeda sebagai gambaran atas data yang
didapat dari observasi dan wawancara. Penulisan melakukan
wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain,
dan melakukan wawancara terhadap hasil observasi (Lexy J
Moleong 2010, 83).
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka
peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan
oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
8. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik purvosive sampling yaitu
penentuan sampel penelitian tidak secara random karena
dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan
secara purposive (sengaja) sehingga sampel penelitian tidak
perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel
purposive lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk
memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti.
Dengan kata lain informan yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang- orang
yang dapat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
16
kebutuhan penelitian (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan
Almanshur 2012, 89). Untuk lebih jelasnya peneliti
menggambarkanya pada tabel di bawah ini, sebagai berikut.
(Tabel 1.1)
Tabel 1.1 Informan Peneliti
No Informan Informasi yang dicari Jumlah
1
Kepala
Bagian
Program
Ketenagaker-
jaan
Gambaran profil tentang
Yayasan Mitra Netra,
gambaran dan hasil dari
Program Ketenagakerjaan
yayasan terhadap pekerja
penyandang disabilitas.
1
informan
2
Pekerja
penyandang
disabilitas
Bertanya mengenai
kehidupan, hasil dan
manfaat Program
Ketenagakerjaan terkait
pekerjaannya, dampak
Program Ketenagakerjaan
terhadap keluarganya.
Bertanya dengan landasan
indikator kesejahteraan
keluarga.
4
informan
Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu. Selain
tabel informan di dalam penelitian ini terdapat pula
karakteristik pemilihan informan sebagai acuan bahwa
informan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Sumber infoman yang dibutuhkan di dalam penelitian ini
harus memenuhi kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh
peneliti. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkanya
pada tabel di bawah ini, sebagai berikut. (Tabel 1.2)
17
Tabel 1.2 Karakteristik Informan
No Informan Karakteristik Informan
1 Kepala Bagian
Program
Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra.
1) Pekerja atau pegawai di
Yayasan Mitra Netra.
2) Memiliki peran di dalam
program ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra.
3) Memiliki tugas untuk
mempersiapkan para
pekerja penyandang
disabilitas siap bekerja.
2 Pekerja penyandang
disabilitas
1) Pekerja (bukan
pengangguran atau
sedang mencari kerja)
penyandang disablitas.
2) Pernah berpartisipasi
dalam program
ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini merupakan gambaran singkat
mengenai isi skripsi. Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab,
yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, sistematika skripsi. Kegunaan
18
pendahuluan dalam skripsi ini adalah mengantarkan pembaca
untuk memahami gambaran tentang topik yang akan dibahas.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan landasan teori yang mendasari
pola pikir penulis dalam menyusun skripsi, kajian pustaka, dan
kerangka berpikir. Kegunaan bab ini dalam skripsi adalah
mengantarkan pembaca untuk mengetahui teori yang digunakan,
peneliti terdahulu dan kerangka pemikiran peneliti dalam skripsi
ini.
BAB III : PROFIL LEMBAGA
Bab ini berisi tentang gambaran umum lembaga terkait
dengan sejarah lembaga, visi, misi dan struktur organisasi serta
Program Ketenagakerjaan yang dijalankan Yayasan Mitra Netra.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan
penelitian di lapangan. Segala temuan yang berkait dengan
penelitian dibahas pada bab ini.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil temuan penelitian dan
Pembahasan/Diskusi yang berisi tentang pembahasan atau diskusi
mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Bagaimana keterkaitan
penelitian dengan teori yang sudah ada, penelitian yang
disandingkan dengan sudut pandang teoritis dan analisis melihat
19
hasil dari kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra pada pekerja penyandang disabilitas berserta pada
kesejahteraannya.
BAB VI : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bab ini berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari
analisis data dan pembahasan. Saran berisi perbaikan-perbaikan
atau masukan-masukan dari penulis untuk perbaikan-perbaikan
yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti juga dapat
mengemukakan persoalan-persoalan baru yang muncul dari
penelitian tersebut untuk dijadikan bahan penelitian selanjutnya.
20
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kontribusi Program
a. Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute,
contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,
melibatkan diri maupun sumbangan. Menurut kamus ilmiah
populer, kontribusi berarti sumbangan atau sokongan16.
Sedangkan menurut Kamus cambridge, kontribusi adalah
“something that you do or give to help produce or achieve
something together with other people, or to help make something
successful” (sesuatu yang dilakukan atau diberikan untuk
membantu produksi atau mencapai sesuatu untuk mencapai
kesuksesan). Dapat disimpulkan bahwa kontribusi adalah upaya
yang dilakukan untuk membantu mencapai kesuksesan. Berarti
dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan.
Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu
memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan
bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu
berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian
memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak
lain.
22
b. Pengertian Program
Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari
beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling
terkait, untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu
program mencakup seluruh kegiatan yang berada di bawah unit
administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling
bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus
dilaksanakan secara bersamaan atau berurutan (Muhaimin, dkk
2009, 349).
Program menurut Joan L Herman (Yusuf Farida 2010, 9)
adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan
harapan dengan mendatangkan hasil atau pengaruh. Pengertian
lain menyebutkan bahwa program adalah kegiatan atau aktivitas
yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan
untuk waktu yang tidak terbatas (Wirawan 2011, 7).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa program
adalah sebuah kegiatan yang sengaja dilakukan yang memiliki
tujuan dan sasaran dengan harapan mendatangkan hasil atau
pengaruh.
2. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas
a. Pengertian Kesejahteraan
Defenisi Kesejahteraan istilah kesejahteraan bukanlah hal
yang baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Dalam
membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita harus
23
mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahulu. Kesejahteraan
itu meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran.
Pengertian sejahtera adalah suatu keadaan yang aman, sentosa,
dan makmur. Dalam arti lain jika kebutuhan akan keamanan,
keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka akan
terciptalah kesejahteraan (W. J .S. Poerdaminta 1999, 887).
Menurut Pemerintah Republik Indonesia (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tentang Kesejahteraan Sosial
2009), kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Dari undang-undang di atas dapat
kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari
kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya
memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan
material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti
akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan
kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan
pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.
Menurut Mosher (Dian Komala Sari, dkk 2014, 64), hal yang
paling penting dari kesejahteraaan adalah pendapatan, sebab
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada
tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh
pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga
maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin
24
berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut
tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut
sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah
tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut
tidak sejahtera.
Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi (Edi
Suharto 2014, 2), yaitu:
a. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial.
b. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan
lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi
kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan
sosial dan pelayanan sosial.
c. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang
terorganisir untuk mencapai sejahtera.
Menurut Sajogyo (Dian Komala Sari, dkk 2014, 64), tingkat
kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari persentase
pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan harga beras
rata-rata di daerah setempat. Tingkat pengeluaran rumah tangga
akan berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat golongan
pendapatan, jumlah anggota keluarga, status sosial, harga pangan,
proses distribusi dan prinsip pangan.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (Eko Sugiharto
2007, 33), menerangkan bahwa untuk melihat tingkat
25
kesejahteraan ada delapan, yaitu tingkat pendapatan keluarga,
konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal,
fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan
anak ke dalam jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan
fasilitas transportasi.
b. Penyandang Disabilitas Tunanetra sebagai Pekerja
Pekerja (Maimun 2003, 13) adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. Dalam
definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu orang yang bekerja dan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan
Penyandang disabilitas (Kementrian Sosial Republik Indonesia
2005, 9) adalah seseorang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual dan sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya
dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh berdasarkan kesamaan hak. Dalam penelitian ini
penyandang disabilitas tunanetra merupakan subjek penelitian,
menurut teori, tunanetra (Sutjihati Somantri 2006, 65) diartikan
sebagai individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya)
tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam
kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja
penyandang disabilitas tunanetra adalah orang yang bekerja
26
memiliki keterbatasan fisik pada indera penglihatannya yang
tidak berfungsi dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau
imbalan. Selain itu, Secara spesifik seseorang yang mengalami
gangguan penglihatan (tunanetra) dapat diidentifikasi dengan ciri
fisik (Lagita Manatas 2014, 4), sebagai berikut:
a. Tidak mampu melihat,
b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d. Sering meraba-raba atau tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya,
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh, bersisik dan
kering,
g. Mata bergoyang terus.
c. Kesejahteraan Penyandang Disabilitas
Penyandang disabilitas (Departemen Sosial 2002) merupakan
salah satu kelompok sosial yang di kelompokkan sebagai
kelompok yang rawan terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini
menyebabkan kendala tercapainya kesejahteraan sosial bagi
penyandang disabilitas. Departemen sosial mengidentifikasikan
beberapa hambatan penyandang disabilitas dalam mencapai
kesejahteraan sosial:
1. Memiliki hambatan fisik mobilitas dalam kegiatan sehari-
hari
27
2. Mengalami hambatan/gangguan mental psikologis yang
menyebabkan rasa rendah diri, mengasingkan diri dan tidak
percaya diri.
3. Mengalami hambatan komunikasi dalam kegiatan sehari-hari
4. Memiliki hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya
5. Mengalami hambatan/gangguan dalam ketrampilan kerja
produktif.
6. Rawan kondisi sosial ekonomi.
Melihat berbagai keterbatasan dan potensi para penyandang
disabilitas dalam pembangunan, pemerintah telah berupaya
menjamin kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas dalam
kehidupan dan penghidupan.
Penyandang disabilitas juga memiliki hak dengan sangat jelas
dalam pasal 6 Undang – Undang no 4 tahun 1997 tentang
penyandang disabilitas, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
sosial, setiap penyandang disabilitas berhak memperoleh:
1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang
pendidikan.
2. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis
dan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuanya.
3. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan
dan menikmati hasil-hasilnya.
4. Aksesibilitas dalam rangka kemandirianya
5. Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial.
28
6. Hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat,
kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi
penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Dalam buku panduan (Penyelenggaraan Kelompok Usaha
Bersama Penyandang Cacat 2002), secara umum peningkatan
kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas di tandai oleh:
1. Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia (pangan, sandang dan papan) serta kesehatan
dan pendidikan secara layak.
2. Meningkatnya dinamika sosial, Dinamika sosial adalah
penelaahan tentang perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam fakta-fakta sosial yang saling berhubungan satu
dengan lainnya.
Parameter tercapainya kesejahteraan sosial bagi penyandang
disabilitas memilki keterbatasan berupa abstraknya indikator
penilaian keberhasilan, namun hal ini dapat diatasi dengan
pengamatan yang intens dan mendalam terhadap kehidupan sosial
penyandang disabilitas.
B. Kajian Pustaka
Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka
sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar
terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang
sudah ada sebelum sebelumnya. Dalam kajian ini, peneliti
29
memuat penelitian yang sudah ada, dengan membandingkan judul
yang akan diteliti yaitu, “Kontribusi Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra pada Kesejahteraan Pekerja Penyandang
Disabilitas di Jakarta”. Adapun kajian penelitian sebelumnya
ialah:
Nama : Meita Setyawati
Judul Penelitian :
“Daya Juang Menghadapi Diskriminasi Kerja pada Penyandang
Tunadaksa”.
Dalam penelitian di atas, menggali bagaimana diskriminasi
yang terjadi pada penyandang tunadaksa di dunia kerja. Peneliti
menjadikan penelitian tersebut sebagai pedoman penelitian
melihat dari sisi kesamaan subjek penelitian walaupun memang
subjek pada penelitian ini adalah tunanetra. Berkaitan dengan
kesejahteraan, diskriminasi adalah salah satu faktor penghambat
untuk mendapatkan kesejahteraan. Dalam skripsi ini peneliti
mencari informasi apakah masih terdapat diskriminasi pada
penelitian ini dan menambahkan teori kesejahteraan sosial pada
skripsi ini.
Nama : Ismul Azham
Judul Penelitian :
“Evaluasi Pelaksanaan Program Buku Bicara (Talking Book) di
Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus Jakarta Selatan”.
30
Dalam penelitian di atas, menggali bagaimana pelaksanaan
Program Buka Bicara di Yayasan Mitra Netra. Peneliti
menjadikan penelitian tersebut sebagai pedoman penelitian
melihat dari sisi kesamaan objek penelitian walaupun memang
pada skripsi ini berbeda program yang diteliti. Dari penelitian
tersebut peneliti dapat memahami profil Yayasan Mitra Netra
secara global.
Nama : Meidinar Ragil Pawening
Judul Penelitian :
“Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat
Melalui Rehabilitasi Sosial (Studi pada Unit Teknis Rehabilitasi
Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi
Jawa Timur)”.
Dalam penelitian di atas, menggali bagaimana upaya
peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas melalui
rehabilitasi sosial di sebuah dinas sosial. Peneliti menjadikan
penelitian tersebut sebagai pedoman penelitian melihat dari sisi
kesamaan fokus dan tujuan penelitian yaitu melihat sisi
kesejahteraan penyandang disabilitas. Pada penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif sama halnya
dengan skripsi ini, namun yang membedakan penelitian tersebut
dengan skripsi ini adalah penelitian tersebut lebih meneliti
bagaimana proses program tersebut berlangsung untuk
mengembalikan keberfungsian penyandang disabilitas sedangkan
31
skripsi ini melihat pada sisi dampak positif maupun negatif yang
dihasilkan dari sebuah program untuk penyandang disabilitas.
C. Kerangka Berpikir
Untuk melihat kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra pada kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas di
Jakarta, maka penulis mengemukakan menetapkan kerangka fikir
sebagai berikut:
Pertama, menetapkan teori kontribusi dan indikator
peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas sebagai
pedoman untuk melihat hasil dari kontribusi Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra dan dampaknya pada
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas.
Kedua, peneliti melakukan survey awal ke lapangan untuk
menggali data dan informasi mengenai kontribusi Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
Ketiga, peneliti menggali data dari informan dalam hal ini
berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti.
Keempat, peneliti melakukan analisis terhadap seluruh data
yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Kelima, peneliti memberikan solusi dari fenomena tersebut
dan berharap bisa menjadi bahan masukan bagi para peneliti
selanjutnya serta instansi terkait.
32
33
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Latar Belakang Yayasan Mitra Netra
Yayasan Mitra Netra merupakan satu-satunya lembaga swasta
yang menjadi pelopor dalam program pelayanan terhadap
tunanetra. Banyak prestasi yang telah dicapai dan menghasilkan
produk-produk yang inovatif. Yayasan ini lahir dilatarbelakangi
oleh fenomena minimnya kepedulian masyarakat terhadap
eksistensi dan fungsi tunanetra dalam dunia pendidikan dan
bahkan dunia kerja. Mitra netra membangun sebuah model-model
pelayanan yang sangat tepat untuk mendampingi tunanetra yaitu
dengan program-programnya.
Yayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan, pengembangan dan peningkatan
kesejahteraan sosial para tunanetra. Yayasan yang berdiri pada
tanggal 14 Mei 1991 ini dilatarbelakangi keadaan, dimana belum
tersedianya layanan dan sarana yang khusus bagi tunanetra,
terutama dalam bidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Hal ini
mengakibatkan tidak adanya kesamaan kesempatan melalui
kesetaraan perlakuan bagi tunanetra di bidang tersebut. Yayasan
ini didirikan oleh beberapa orang tunanetra yang berhasil
menyelesaikan studinya di perguruan tinggi bersama-sama
dengan teman-teman mereka yang bukan tunanetra. Mitra Netra
juga diartikan kerja sama antara tunanetra dengan mereka yang
bukan tunanetra. Hal ini juga tercermin dalam struktur organisasi
34
yayasan ini yaitu hampir di setiap organ organisasi senantiasa
terdiri dari unsur tunanetra dan mereka yang bukan tunanetra.
Mitra Netra berprinsip bahwa yang paling memahami masalah
dan kebutuhan para tunanetra adalah tunanetra itu sendiri. Akan
tetapi untuk mengatasi masalah serta memenuhi kebutuhan
tersebut tunanetra tidak dapat melakukannya sendirian, tunanetra
harus bermitra dengan mereka yang bukan tunanetra.
Semangat kemitraan ini tidak hanya di dalam institusi Mitra
Netra saja, tetapi juga diaktualisasikan pada kiprah Yayasan ini di
masyarakat. Dalam menyelenggarakan dan mengembangkan
untuk tunanetra, Mitra Netra senantiasa bekerja sama dengan
lembaga atau organisasi lain baik pemerintah maupun swasta,
dengan maksud membangun sinergi (“Latar Belakang – Yayasan
Mitra Netra” t.t.).
B. Sejarah Singkat Yayasan Mitra Netra
Mitra Netra beroperasi di Jl. Gunung Balong pada 2002 yaitu
setelah Yayasan ini berumur 11 tahun. Sebelumnya, lembaga
yang secara konsisten melayani para tunanetra di negeri ini masih
harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Saat awal
didirikan, Mitra Netra berada di sebuah perusahaan penerbit buku
(Jambatan) yang terletak di jalan Keramat. Hanya kurang lebih 2
tahun berada disana, Mitra Netra harus pindah. Dari Keramat,
Mitra netra kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya ke
Lenteng Agung.
35
Hanya kurang lebih satu tahun bermukim di Lenteng Agung,
Yayasan ini mendapatkan pinjaman tempat di salah satu ruangan
milik Yayasan Pamentas di kawasan Lebak Bulus Jakarta
Selatan. Hal ini terjadi karena prestasi Mitra Netra dalam
memproduksi bahan-bahan konferensi Disable People
International (DPI) dalam huruf Braille untuk peserta tunanetra,
yang kala itu diselenggarakan di Jakarta. Atas prestasi ini, ketua
panitia konferensi yang juga ketua Yayasan Pamentas
mengijinkan Mitra Netra menempati salah satu ruangan di
lingkungan Yayasan ini.
Melalui pertemanan dengan DR. Sujudi yang kala itu
menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI, Mitra Netra kemudian
mendapatkan pinjaman ruangan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan yang berada di jalan
Percetakan Negara Jakarta Pusat. Ruangan tersebut dimanfaatkan
untuk kantor sekretariat dan layanan pendidikan bagi siswa
tunanetra untuk wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta
Utara.
Dari sisi manajemen, organisasi sudah memiliki dua kantor
secara terpisah yang mana di saat kondisi organisasi masih relatif
muda dan belum mapan ini bukanlah hal yang mudah. Kondisi ini
akan memperpanjang waktu koordinasi, dan dari sisi biaya ini
tentu tidak efisien. Akan tetapi, dari sisi pelaksanaan layanan,
keberadaan kantor Mitra Netra di Jakarta Pusat sangat
memudahkan tunanetra yang berada di sekitarnya untuk
mengakses layanan Mitra Netra meski tidak semuanya, sehingga
36
tidak perlu datang ke pusat layanan yang ada di Jakarta Selatan.
Kala itu Mitra Netra dapat dikatakan tidak punya pilihan. Dalam
kondisi terus tumbuh di satu sisi dan keterbatasan fasilitas yang
dimiliki di sisi lain, kabar gembira datang dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang pada waktu itu dijabat oleh
Wardiman. Setelah bertemu dengan para pengurus dan
mengetahui peran Mitra Netra dalam melayani tunanetra, Pak
Menteri memutuskan untuk memberikan pinjaman kantor kepada
Yayasan ini, dan tempat yang dipilih adalah di lingkungan
sekolah luar biasa (SLB) untuk tunanetra di jalan Pertanian Raya
Lebak Bulus Jakarta Selatan. Keputusan itu adalah, bahwa Mitra
Netra diperbolehkan menggunakan kantor tersebut selama
Yayasan ini membutuhkannya.
Itulah yang Mitra Netra alami. Selalu dihadapkan dalam
kondisi terdesak yang mana harus berpindah-pindah dari kantor-
kantor yang sifatnya hanya pinjaman itu telah membuat Mitra
Netra sejak tahun 2002 dapat terus bertahan dan terus
mengembangkan eksistensinya hingga kini sampai di tempat
yang sudah menjadi hak milik Mitra Netra sendiri yaitu tepatnya
di jalan Gunung Balong II nomor 58, Lebak Bulus III Jakarta
Selatan (“Latar Belakang – Yayasan Mitra Netra” t.t.).
C. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra
Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya
masyarakat yang inklusif masyarakat yang dapat
mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan
37
berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra
akan dapat hidup mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta
berfungsi di masyarakat. Mitra Netra adalah lembaga yang terus
tumbuh, dan dalam perannya sebagai organisasi lokomotif yang
mendorong kemajuan bagi tunanetra di Indonesia, Yayasan ini
juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas
lembaga lain, sehingga lembaga-lembaga tersebut makin
meningkat kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan
tunanetra. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra (“Visi Misi –
Yayasan Mitra Netra” t.t.), sebagai berikut.
1. Visi Yayasan Mitra Netra, adalah:
“Berfungsi Sebagai Pengembang dan Penyedia Layanan,
Guna Terwujudnya Kehidupan Tunanetra yang Mandiri,
Cerdas dan Bermakna dalam Masyarakat yang Inklusif”
2. Yayasan Mitra Netra hadir di tengah-tengah masyarakat
dengan misi untuk:
a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi.
b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan
dan pelatihan.
c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya
diversifikasi dan penempatan kerja.
d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang
dibutuhkan melalui penelitian.
38
e. Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi
tunanetra yang lain dengan menyebarluaskan keahlian
serta mendistribusikan produk yang dihasilkan.
f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya
masyarakat inklusi yang mengakomodir berbagai
perbedaan.
D. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra
Untuk mempermudah dalam mencapai tujuan, visi dan misi
lembaga, Yayasan Mitra Netra memiliki struktur organisasi.
Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi Yayasan Mitra
Netra (“Struktur Organisasi – Yayasan Mitra Netra” t.t.).
1. Pembina
Ketua : drg. Anita Ratnasari Tanjung, MARS
Wakil Ketua Pembina : Imas Fatimah, SH, MKn
Anggota :
1) Lusie Indrawati, SH, MBA
2) Ir. Ratna Iswayuhni
2. Pengurus
Ketua : Drs. Bambang Basuki
Sekretaris : Drs. Mohammad Ahyar
Bendahara : M. Nurizal, SE, MSi.
3. Kepala Bagian
Kabag. Personalia & Umum : Tri Winarsih
Kabag. Keuangan : Abdul Wahid, S.E.I.
39
Kabag. Humas : Aria Indrawati, S.H.
Kabag. Rehabilitasi & Diklat : Muizzudin Hilmi.
Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan : Indah Lutfiah, SPd.
Kabag. Penelitian & Pengembangan : Nur Ichsan
E. Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
Sebagaimana manusia lainnya, setelah menyelesaikan
pendidikan, tunanetra juga seharusnya bekerja, agar mereka dapat
mandiri secara ekonomi, menjadi manusia yang bermakna di
masyarakat, dan tidak lagi menjadi beban keluarga serta
masyarakat. Di bidang ini Mitra Netra berupaya untuk
memperluas peluang kerja bagi tunanetra, sebagai bagian usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini dilakukan
sejalan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan para
tunanetra. Melalui program “diversifikasi peluang kerja bagi
tunanetra”, Mitra Netra (“Layanan Ketenagakerjaan – Yayasan
Mitra Netra” t.t.), menyediakan serangkaian layanan yang
bertujuan:
a. Secara berkesinambungan mencari peluang kerja yang dapat
atau bahkan lebih produktif jika dilakukan tunanetra.
b. Mempersiapkan tunanetra baik dari sisi ketrampilan fisik
(hard skill) maupun ketrampilan halus (soft skill) untuk
memasuki peluang tersebut
c. Membangun komunikasi dengan perusahaan maupun
lembaga pemerintah untuk membuka peluang kerja bagi
tunanetra
40
d. Mengupayakan magang kerja bagi tunanetra agar memiliki
pengalaman bekerja
e. Mempromosikan tunanetra ke masyarakat yang telah siap
untuk ditempatkan sebagai karyawan
f. Mempersiapkan tunanetra yang berminat untuk berwirausaha
agar dapat mulai merintis usaha sendiri.
Program yang diselenggarakan yaitu:
a. Memberikan bimbingan kepada generasi muda tunanetra
yang sedang menempuh pendidikan, untuk membantu
menggali potensi yang mereka miliki serta wawasan tentang
kemungkinan pilihan bagi masa.
b. Mengembangkan model peluang kerja alternatif bagi
tunanetra, yang berbasiskan keterampilan memanfaatkan
teknologi informasi.
c. Bimbingan karir pekerjaan lanjutan
d. Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft
skill pre employment training)
e. Magang kerja
f. Melakukan promosi dan upaya penyaluran tenaga kerja, yang
telah dibina di Mitra Netra.
g. Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan
maupun instansi pemerintah
h. Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama
setelah penempatan kerja
i. Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika
tunanetra memerlukan untuk magang kerja
41
Pada bidang ketenagakerjaan terdapat kegiatan-kegiatan
penting untuk mensukseskan peluang kerja bagi tunanetra yang
diajikan pada tabel di bawah ini, sebagai berikut. (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Kegiatan-kegiatan di Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra
No Kegiatan Tujuan
1 Menyelenggarakan
Pelatihan prakerja (soft
skill pre employment
training)
Memberikan ketrampilan intra
personal dan inter personal
pada tunanetra sebagai salah
satu tahapan persiapan bekerja
Tunanetra peserta pelatihan
memiliki wawasan yang lebih
baik tentang karir dan
pekerjaan
Tunanetra mampu
merencanakan karir masa
depan lebih baik
2 Melanjutkan
penyelenggaraan
program diversifikasi
peluang kerja, Promosi
dan penempatan tenaga
kerja tunanetra
Membuka peluang kerja
tunanetra di perusahaan,
lembaga pemerintah, dan
swasta;
Membuka kemungkinan
tunanetra bekerja di bidang-
bidang yang sebelumnya belum
pernah dilakukan tunanetra;
Memperluas peluang kerja bagi
tunanetra.
3 Melanjutkan upaya
promosi dan penempatan
tenaga kerja tunanetra
baik ke sektor swasta
maupun pemerintah
Memberikan informasi kepada
masyarakat dan pemerintah
tentang kemampuan tunanetra
dalam bekerja;
Mendorong masyarakat dan
42
pemerintah pemberi kerja
mengikutsertakan tunanetra
dalam proses penerimaan
tenaga kerja untuk posisi yang
disesuaikan dengan minat dan
kemampuan tunanetra
4 Menyelenggarakan
konseling bimbingan
karir untuk tunanetra
Memberikan pendampingan
dan penguatan pada tunanetra
agar :
Mengetahui dan memahami
tantangan yang dihadapi dan
mungkin dihadapi dalam
persiapan bekerja dan saat
bekerja;
Memiliki kemampuan yang
diperlukan untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi dalam
persiapan bekerja dan
tantangan setelah bekerja.
5 Menjajaki kemungkinan
menyelenggarakan
pelatihan ketrampilan
“handycraft” / kerajinan
tangan yang memiliki
nilai ekonomi produktif
untuk tunanetra
Menyediakan alternative
kemungkinan peluang kerja
khususnya berwirausaha bagi
mereka yang tidak mungkin
memasuki dunia kerja sector
formal karena berbagai
alas an
6 Menyelenggarakan
pelatihan “content writer”
untuk tunanetra
Mengasah ketrampilan
tunanetra menulis untuk
keperluan promosi di media
social
Membuka kemungkinan
profesi “content writer” untuk
tunanetra 10 tunanetra
7 Menyelenggarakan
kegiatan pemagangan
kerja
Memberikan pengalaman
bekerja pada tunanetra sebagai
bagian dari program persiapan
bekerja;
Membantu tunanetra agar lebih
siap bekerja Sumber : Yayasan Mitra Netra
43
Bidang tenaga kerja berupaya mencari peluang tenaga kerja
baru, selain potensi sebagai pemijat, pengajar, dan pemain musik,
yang mungkin dapat atau bahkan justru lebih produktif jika
dilakukan oleh tunanetra. Beberapa potensi yang telah dirintis
dan dikembangkan oleh Mitra Netra adalah penyiar radio non
berita, operator telepon, konseptor/penulis artikel, konselor untuk
sesama tunanetra, operator studio rekaman, instruktur kursus
komputer bicara dan manajer koperasi dan usaha kecil.
Bagi tunenetra yang ingin berpartisipasi ke dalam program
ini terdapat pula syarat dan ketentuan layanannya. Berikut ini
adalah syarat dan ketentuan layanan.
a. Pendidikan minimal SMA atau yang sederajat
b. Memiliki ketrampilan menggunakan komputer tingkat dasar,
yaitu Ms word dan internet, namun jika peluang pekerjaan
membutuhkan kualifikasi lebih maka persyaratan akan
ditambah sesuai permintaan perusahaan
c. Memiliki kemauan dan kesungguhan untuk bekerja
d. Bersedia mengikuti tahapan yang ditetapkan
Selain itu, terdapat data peserta penyandang disabilitas
tunanetra pada Program Ketenagakerjaan di Yayasan Mitra Netra
yang disajikan pada tabel 3.2 dibawah ini, sebagai berikut:
44
Tabel 3.2 Data Peserta Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra Tahun 2018
No Nama Tempat Tanggal Lahir
1 Nina Purwaningsih Jakarta,10 Februari 1991
2 Hendry Hernowo Magelang,11 Juni 1992
3 Yudi Amras Jakarta,17 Oktober 1990
4 Tubagus Saepudin Arif 4 Maret 1997
5 Yogi Septian Bogor, 14 September 1996
6 Gressia Carolina Jakarta, 30 Maret 1997
7 Felicia Prilly Jakarta,7 Desember 1993
8 Ahmad Taufik Zulfikar Makasar, 26 Agustus 1999
9 Muhammad Noval Hanif Jakarta, 25 Januari 1997
10 Siti Fatimah Tasikmalaya, 07 Mei 1997
11 Murni Darmayanti Jakarta, 16 Agustus 1995
Sumber : Yayasan Mitra Netra
Karena penelitian ini meneliti pekerja penyandang
disabilitas, maka diambil empat orang partisipan Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra untuk dijadikan informan
penelitian pasca program. Empat informan itu diantaranya:
1. Informan DN
Informan DN adalah salah satu penyandang disabilitas
kelahiran kota Bogor. Lahir pada 10 November 1984, memiliki
seorang istri yang sedang mengandung kehamilan anak
pertamanya masuk usia 7 bulan kehamilan. Pada awalnya
Infoman DN merupakan seorang wirausaha. Namun setiap usaha
yang dijalankan Informan DN tidak berjalan dengan baik, lebih
banyak kerugiannya daripada pendapatannya, hingga pada
akhirnya Informan DN berpartisipasi pada Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.
45
2. Informan MN
Informan MN merupakan pekerja penyandang disabilitas
yang tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan, lahir pada 24 Mei
1987. Informan MN pada saat ini baru saja genap 1 bulan
berkeluarga, memiliki seorang suami dan belum dikaruniai anak.
Informan MN dan suami merupakan pasangan suami istri
tunanetra. Informan MN menjadi tunanetra ketika 2 tahun lulus
kuliah. Informan MN menderita penyakit glukoma sejak kecil
hingga akhirnya penyakit tersebut mempengaruhi syaraf
penglihatan Informan MN.
3. Informan MRA
Informan MRA merupakan seorang pekerja penyandang
disabilitas yang tinggal di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Kelahiran Jakarta, 18 April 1985, kini usia Informan MRA
menginjak usia 32 tahun dan memiliki istri (Informan KH) yang
umurnya lebih tua tiga tahun dan seorang 1 anak yang usianya
baru menginjak umur 3 tahun. Informan MRA merupakan salah
satu penyandang disabilitas yang sudah bekerja dan sudah sarjana
sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra.
4. Informan SC
Informan SC lahir di Cepu, 2 Maret 1976, menjadi tunanetra
sewaktu sekolah dasar hingga saat ini. Informan SC sedari kecil
sudah berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra, banyak program
yang diikuti oleh yang bersangkutan selama di Mitra Netra.
Sampai usianya siap mengikuti program ketenagakerjaan di
yayasan tersebut. Pada saat ini Informan SC adalah seorang ibu
sekaligus orang tua tunggal dari seorang anak perempuan yang
saat ini usianya 18 tahun. Kesehariannya sebelum bekerja beliau
hanya menghabiskan waktu untuk kursus di Yayasan Mitra Netra
dan ikut MLM.
46
47
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra
Program di Yayasan Mitra Netra adalah program yang
diperuntukan untuk penyandang disabilitas tunanetra yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi tunanetra di dalam
kehidupan bermasyarakat. Salah satu yang dilakukan Yayasan
Mitra Netra adalah peningkatan partisipasi peluang kerja
tunanetra. Keterkaitannya dengan penelitian ini, peneliti ingin
menganalisa hasil dari kontribusi program ketenagakerjaan
terhadap pekerja penyandang disabilitas.
Mengenai program ketenagakerjaan di Yayasan Mitra Netra,
Kepala bagian program menjelaskan apa yang dimaksud dengan
program ketenagakerjaan. Penuturannya sebagai berikut:
“Program yang bergerak pada bidang tenaga kerja dimana
yayasan ini mempersiapkan tunanetra yang berpartisipasi
dalam program ini untuk siap terjun ke dunia kerja.
Program ini melatih hardskill dan softskill para tunanetra
dengan cara membangun karakter dan membuka pemikiran
mereka mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya
sehingga partisipan tahu dimana mereka harus bekerja,
selain itu memberikan pengetahuan mengenai dunia kerja
seperti cara mempersiapkan surat lamaran pekerjaan atau
CV, kemudian cara berpakaian, interview dan lain
sebagainya. Jadi program ini bukan suatu pendampingan,
berbeda dengan program lain yang ada di Mitra Netra tetapi
48
lebih kepada mempersiapkan tunanetra untuk terjun ke
dunia kerja.” (Aria Indrawati 2018)
Melihat pada pernyataan Kepala Bagian Program, peneliti
juga ingin mengetahui apa maksud dan tujuan dari apa yang
direncanakan oleh program tersebut. Berikut adalah penuturan
dari Kepala Bagian Program Ketenagakerjaan:
“Tujuannya dari program ini yaitu membantu para
tunanetra mencari peluang kerja agar mereka bisa lebih
produktif dari sebelumnya. Jadi program ini membantu
mempersiapkan segala sesuatunya baik dari sisi
keterampilan fisik atau hardskill maupun keterampilan
halus atau softskill agar mereka mendapatkan peluang kerja.
Kemudian membangun komunikasi dengan perusahaan
maupun lembaga pemerintah agar membuka peluang bagi
mereka. Selain itu program ini juga mengupayakan magang
kerja supaya mereka para tunanetra ini memiliki
pengalaman bekerja. Lalu mempromosikan para tunanetra
yang telah siap kerja ke masyarakat untuk ditempatkan
sebagai karyawan pada perusahaan mereka, dan bagi para
tunanetra yang berminat dalam bidang berwirausaha, kita
bantu memulai dalam merintis usaha mereka sendiri. Jadi
ya intinya sebelum mereka terjun di dunia kerja, kita akan
cari tau dulu nih potensi apasih yang mereka miliki
sehingga kita tau mana-mana saja bidang kerja yang layak
untuk mereka.” (Aria Indrawati 2018)
Dari wawancara tersebut peneliti juga mencoba
mengobservasi salah satu kegiatan Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra. Peneliti melihat bagaimana proses salah
satu kegiatan ini berlangsung. Untuk lebih jelasnya peneliti
menggambarkanya melalui gambar di bawah ini, sebagai berikut.
(Gambar 4.1)
49
Gambar 4.1 Kegiatan Pre-employment Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra
Sumber : Hasil Observasi Kegiatan Pre-employment, Kamis 1 Maret 2018
Dalam program tersebut para partisipan sedang melakukan
kegiataan pre-employement dimana kegiatan tersebut berfungsi
untuk membentuk konsep diri masing-masing partisipan. Konsep
diri ini terbagi menjadi 6 bagian, yaitu konsep diri mengenai
fisik, psikis, keluarga, akademis, etika dan moral, serta
penyusuaian diri dengan kondisi sosial. Selain itu, partisipan juga
belajar mengetahui perbedaan bekerja dan berkarier. Perbedaan
diskriminasi dan tuntutan kerja pun juga menjadi salah satu
rangkaian acara dalam kegiatan tersebut. Selain itu terdapat juga
partisipan yang sedang ikut serta dalam kegiatan ini dengan
menggunakan komputer bicara. Untuk lebih jelasnya terdapat
pada Gambar 4.2 di bawah ini.
50
Gambar 4.2 Partisipan Program dengan Keahlian Menggunakan
Komputer Bicara
Sumber : Hasil Observasi Kegiatan Pre-employment, Kamis 1 Maret 2018
Berkenaan dengan keahlian komputer, sebenarnya keahlian
ini merupakan syarat yang harus dipenuhi tunanetra apabila ingin
mengikuti program ketenagakerjaan, yaitu memiliki ketrampilan
menggunakan komputer tingkat dasar, yaitu Ms word dan
internet. Ketika seseorang tunanetra ingin berpartipasi pada
program ini, namun tidak memiliki keahlian dasar komputer
berbasis tunanetra, maka tunanetra tersebut harus mengikuti
program khursus komputer bicara terlebih dahulu dan Mitra Netra
salah satu lembaga yang menyelenggarakan program komputer
bicara. Setelah itu, baru tunanetra tersebut bisa berpartisipasi
pada program ketenagakerjaan.
Melihat definisi, tujuan dan salah satu kegitan dari program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra. Peneliti juga ingin
mengetahui adakah dampak nyata yang diberikan program ini
51
terhadap partisipan calon pekerja tunanetra. Penuturan Kepala
Bagian Program, sebagai berikut.
“Yang pasti yayasan ini juga membangun komunikasi
dengan perusahaan maupun badan milik negara. Jadi kalau
dibutuhkan tenaga kerja tunanetra di salah satu perusahaan
yang bekerjasama dengan kita biasanya perusahaan tersebut
akan menginfokannya ke yayasan ini. Untuk selanjutnya
kita sebagai pihak lembaga menginfokannya ke pekerja
tunanetra. Kalau misalkan pekerja tunanetra berniat untuk
kerja di perusahaan yang sedang membuka lowongan
pekerjaan yang pasti mereka bisa langsung melamar dan
melakukan interview. Kebetulan sebagian besar yang
pernah ikut program ini di Mitra Netra dan masih sering
berkomunikasi dengan saya itu alhamdulillah mereka
sekarang udah pada kerja.” (Aria Indrawati 2018)
Untuk melihat dampak nyata selain pendapat dari Kepala
Program dibutuhkan juga informasi dari para tunanetra yang telah
selesai berpartisipasi pada program ini. Hal ini dibutuhkan untuk
dijadikan perbandingan atau kesesuaian fakta dan data. Penuturan
beberapa tunanetra yang dijadikan sebagai informan setelah
selesai mengikuti rangkaian kegiatan program ketenagakerjaan
mengenai dampak nyata yang dihasilkan adalah, peneliti
menggambarkannya dengan dua keadaan, yakni keadaan sebelum
dan sesudah program:
1. Keadaan Para Informan Sebelum Program
Keadaan para informan sebelum program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra disajikan pada tabel 4.1
52
Tabel 4.1 Keadaan Para Informan Sebelum Program
No Nama Keadaan Sebelum Program
1 Informan
DN
Sebelum mengikuti Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
Informan DN berprofesi sebagai
wirausaha. Berwirausaha dimulai dari
usaha makanan keripik, untuk skala kecil
Informan DN sanggup untuk menjalankan
usaha tersebut. Namun karena keterbatasan
pada indra penglihatan untuk skala besar
Informan DN tidak sanggup untuk
menjalankan usaha tersebut, selain itu juga
terdapat kendala pada proses penjualan.
Akhirnya Informan DN mengganti
usahanya menjadi ternak lele, namun
namun dalam usaha ini Informan DN
merasa bahwa pengeluaran untuk modal
usahanya lebih banyak dibandingkan
pendapatannya. Setelah itu, Informan DN
mengganti usahanya lagi, yakni usaha telor
asin, pada usaha ini pun terdapat kendala
pada prosesnya karena waktu itu lagi
marak virus flu burung. Tidak terdapat
kejelasan pekerjaan dan pendapat yang
dihasilkan Informan DN setiap bulannya.
2 Informan
MN
Sebelum mengikuti Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
tidak banyak hal yang dapat dilakukan
Informan MN. Informan MN hanya sibuk
membantu usaha orang tua dan sibuk usaha
online shop. Pada saat itu posisi Informan
MN masih memiliki mata yang normal.
Setelah Informan MN mengalami kebutaan
beliau hanya mengandalkan penghidupan
dari orang tua dan tidak bekerja.
3 Informan Sebelum mengikuti Program
53
MRA Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
Informan MRA sempat menyelesaikan
gelar sarjananya. Selain itu Informan MRA
juga sempat bekerja hingga kebutaan
menghampirinya akhirnya Informan MRA
memilih berhenti bekerja.
4 Informan SC Informan SC sejak dari sekolah dasar
sudah sering mengikuti berbagai kegiatan
di Mitra Netra. Ketika umurnya memasuki
usia kerja beliau langsung ikut
berpartisipasi pada Program
Ketenagakerjan, selama proses kegiatan
program ketenagakerjaan berlangsung
beliau hanya mencari sampingan dengan
ikut berwirausaha dengan MLM.
2. Keadaan Para Informan Sesudah Program
Keadaan para informan sesudah program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Keadaan Para Informan Sesudah Program
No Nama Keadaan Sesudah Program
1 Informan DN Setelah mengikuti berbagai kegiatan
dalam Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra hingga selesai, kini Informan
DN bekerja di perusahaan financial asing
2 Informan MN Berbagai kegiatan dalam Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
diikuti oleh Informan MN hingga selesai,
kini Informan MN bekerja di perusahaan
financial asing.
3 Informan MRA Setelah mengikuti berbagai kegiatan
dalam Program Ketenagakerjaan Yayasan
54
Mitra Netra hingga selesai, kini Informan
MRA bekerja di perusahaan informatika
4 Informan SC Berbagai kegiatan di Yayasan Mitra
Netra diikuti oleh Informan SC berikut
juga Program Ketenagakerjaan hingga
selesai, kini Informan SC bekerja di
perusahaan perbankan nasional.
Melihat pernyataan dari setiap sumber informan memang
terdapat peran Mitra Netra dalam mensukseskan para tunanetra
untuk mendapatkan pekerjaan. Yayasan ini membangun
komunikasi antara perusahaan dengan calon pekerja penyandang
disabilitas tunanetra. Mungkin hal ini dapat membantu untuk
memperoleh informasi mengenai lowongan kerja yang sedang
dibutuhkan perusahaan untuk pekerja penyandang disabilitas
khususnya tunanetra.
B. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan bagian dari masyarakat
yang seringkali menjadi korban diskriminasi pada bidang
ketenagakerjaan, sedemikian rupa mengakibatkan adanya
pengangguran di kalangan penyandang disabilitas. Program
Ketenagakerjaan di Yayasan Mitra Netra bermaksud untuk
mengupayakan peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di
bidang ketenagakerjaan. Untuk itu peneliti ingin mencari tahu
apakah program ketenagakerjaan tersebut berdampak pada
kesejahteraan para pekerja penyandang disabilitas.
55
1. Kesejahteraan Informan DN
a. Sebelum Program
Informan DN adalah salah satu penyandang disabilitas
kelahiran kota Bogor. Lahir pada 10 November 1984, memiliki
seorang istri yang sedang mengandung kehamilan anak
pertamanya masuk usia 7 bulan kehamilan. Pada awalnya
Infoman DN merupakan seorang wirausaha. Namun setiap usaha
yang dijalankan Informan DN tidak berjalan dengan baik, lebih
banyak kerugiannya daripada pendapatannya, sebagaimana
penuturan sebagai berikut:
“Dulu sempat melakukan beberapa wirausaha skala kecil
namun mengalami beberapa kendala. Pertama usaha
keripik, tidak sanggup dalam skala besar dan mengalami
kendala dalam proses penjualan. Kemudian beralih usaha
ternak lele, namun mengalami kerugian. Beralih lagi usaha
telor asin, namun terkendala pasokan karena bersamaan
dengan maraknya wabah virus flu burung.” (Informan DN
2018)
Ketika belum bekerja, untuk menghidupi kebutuhan keluarga
Informan DN dan istri ingin mengandalkan uang dari orang tua,
hingga akhirnya mencoba mandiri. Berikut penuturan Informan
FH (istri Informan DN):
“.......saya juga turut mendukung dan memberi semangat
untuk dapat hidup mandiri. Awalnya selalu bertumpu pada
bantuan orangtua, namun terpikir tidak mungkin akan
selamanya seperti itu. Akhirnya saya dan suami sepakat
untuk hidup mandiri.” (Informan FH 2018)
Berdasarkan hasil wawancara, Informan DN belum memiliki
pekerjaan tetap hanya mengandalkan berwirausaha, banyak
56
berganti-ganti usaha dikarenakan mencari usaha untuk
mendapatkan penghasilan yang layak untuk menghidupi
keluarga, sehingga pada akhirnya Informan DN berpartisipasi di
Yayasan Mitra Netra.
b. Sesudah Program
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra menghasilkan
dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas tunanetra
yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri agar siap
bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor formal.
Pada saat ini Informan DN bekerja di sebuah perusahaan asing,
dimana di dalam keberhasilan Informan DN mendapatkan
pekerjaan tak luput dari peran Yayasan Mitra Netra yang
menjembatani diantara keduanya, seperti halnya penuturan
Informan FH (istri Informan DN) sebagai berikut.
“Yayasan Mitra Netra memberikan rekomendasi kepada
kedua belah pihak, baik perusahan pemberi pekerjaan, jenis
pekerjaan, dan pencari kerja. Jadi Yayasan Mitra Netra
memberikan informasi kepada difabel yang siap bekerja
bahwa sebuah perusahaan finance ternama membuka
lowongan kerja. Pada saat yang sama Yayasan Mitra Netra
juga merekomendasi informan DN untuk bekerja di
perusahaan tersebut. Akhirnya Informan DN ikut interview
dan alhamdulillah diterima bekerja disana.” (Informan FH
2018)
Pada akhirnya Informan DN memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Informan DN juga
menjelaskan bagaimana pendapatan, jenjang karir dan perbedaan
57
antara pekerja penyandang disabilitas dengan pekerja non-
disabilitas di perusahaan tempat dia bekerja, sebagai berikut:
“Untuk gaji, kisarannya diatas UMR. Sumber penggajian
dibagi menjadi 2, yaitu: gaji pokok dan uang transport. Gaji
pokoknya 2.000.000 rupiah dan uang transportnya
1.650.000 rupiah belum dengan insentifnya. Kalau
digabung di atas UMR. Perbedaan pemberian upah dengan
pekerja normal pada umumnya adalah gaji mereka setara
UMR dan mendapatkan insentif tetapi tidak dapat uang
transport. Kalau dari sisi pekerjaan sedikit berbeda karena
pekerjaan penyandang disabilitas merupakan event charity
dari kantor, jadi tidak ada jenjang kariernya. Berbeda
dengan pekerja pada umumnya yang memiliki jenjang
karier.” (Informan DN 2018)
Jika dijumlahkan pendapatan gaji pokok dan uang transport
yang didapat Informan DN menjadi 3.650.000 rupiah. Uang
tersebut belum termasuk insentif, apabila dijumlahkan dengan
uang insentif maka pendapatan Informan DN setiap bulannya
kurang lebih sekitar 4 juta rupiah. Pendapatan dibutuhkan untuk
memenuhi pengeluaran yang digunakan guna memenuhi
kebutuhan hidup. Informan DN juga menjelaskan uang yang
dikeluarkan setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidup,
sebagai berikut:
“Kebutuhan hidup bulanan rata-rata di rumah, antara lain
untuk transport sekitar 1.500.000. Untuk makanan bekal,
agar lebih irit pengeluaran uang makan, sekitar 300.000-
500.000. Kontribusi listrik untuk orang tua sebesar 750.000,
karena untuk biaya listrik di rumah saya patungan sama
adik saya. Untuk biaya pengeluaran anak saya kadang-
kadang sehari-hari saya nabung, kebetulan istri juga bekerja
jadi bisa patungan. Setiap bulannya masih ada sisa gaji,
yang disiapkan untuk persiapan persalinan istri yang sedang
58
hamil. Pengeluaran lainnya seperti beli pakaian besarannya
tidak tentu, dirata-rata sekitar 100.000 per bulan. Terakhir
ada iuran RT bulanan, saya menyumbang 20.000 per
bulan.”(Informan DN 2018)
Jika melihat pendapatan serta pengeluaran Informan DN
maka, walau tidak banyak, selalu ada sisa untuk ditabung dan
untuk mempersiapkan persalinan istrinya yang sedang hamil.
Selain itu, istri Informan DN juga bekerja, maka ada dua orang
yang memiliki penghasilan di dalam keluarga tersebut. Jadi,
sedikit lebih ringan untuk memenuhi pengeluaran perbulannya.
Penuturan Informan DN, selanjutnya adalah:
“Saya bekerja dan istri juga bekerja jadi saling melengkap.
Kalau dilihat dari apa yang sudah saya jabarkan,
alhamdulillah sejauh ini cukup.”(Informan DN 2018)
Selain kondisi keuangan, peneliti juga mencari informasi
mengenai kesehatan Informan DN dalam 3 bulan terakhir. Tidak
ada catatan bahwa dalam tiga bulan terakhir Informan DN
mempunyai keluhan kesehatan. Saat ini paling hanya kontrol
kehamilan istri. Jika ada yang sakit, maka Informan DN akan
membawanya ke puskesmas. Jika dirujuk ke rumah sakit maka
Informan DN akan membawa yang sakit ke rumah sakit terdekat.
Selain itu Informan DN juga menjelaskan bagaimana cara
memenuhi biaya administrasi apabila sakit, sebagai berikut:
“Alhamdulillah sehat semua, akhir-akhir ini hanya kontrol
kehamilan istri aja. Jika keluarga sakit dibawa ke
puskesmas, atau dibawa ke rumah sakit jika dirujuk harus
ke rumah sakit. Saya menggunakan asuransi BPJS
Kesehatan, dalam 3 bulan terakhir ini kantor menanggung
pembayaran BPJS khusus untuk difabel. Hanya saja BPJS
59
untuk pegawai, tidak termasuk keluarga.” (Informan DN
2018)
Dalam kehidupan bermasyarakat, Informan DN juga
terbilang aktif mengikuti kegiatan, seperti aktif dalam organisasi,
membayar iuran kegaiatan masyarakat, mengikuti pengajian
bulanan.
“Untuk saat ini saya aktif di ITMI, PERTUNI, MPCI.
Kegiatan tersebut kegiatan yang berbasis tunanetra. Untuk
kegiatan berbasis keagamaannya ITMI ada pengajian per 3
bulan. MPCI berbasis keolahragaan, dimana saya sebagai
sekretaris MPCI Depok. Istri hanya aktif pengajian. Iuran
RT kita menyumbang 20.000 per bulan, sesekali ada
kegiatan masyarakat mencari donatur kita berpartisipasi
sekitar 50.000. Kerja bakti lingkungan karena umumnya
kami tidak bisa bantu tenaga, maka kami bantu kopi, rokok,
dan gorengan (konsumsi).” (Informan DN 2018)
Dalam berpakaian, Informan DN memakai pakaian yang
berbeda pada setiap kegiatan, bahkan selalu memiliki pakaian
baru setiap tahunnya. Seperti halnya penuturan Informan DN:
“Kalau untuk pakaian sendiri kita sudah tahu porsinya
masing-masing kegiatan, kebetulan di Yayasan Mitra Netra
juga diajarkan cara memilih pakaian untuk bekerja. Jadi,
secara tidak langsung kita tahu mana pakaian untuk bekerja,
untuk di rumah dan untuk berpergian. Kalau untuk
memperoleh pakaian itu sendiri setidaknya 3 bulan sekali
kita beli pakaian baru.” (Informan DN 2018)
Selain itu, informan DN juga menjelaskan bagaimana pola
makannya. Hal ini seperti penuturan Informan DN:
“Untuk pola makan di kantor, saya lebih sering membawa
bekal untuk makan siang, menunya dibuat kombinasi antara
sosis, bakso, sayur, kadang-kadang ikan atau ayam. Makan
60
bersama istri dilakukan setelah pulang kerja dan waktu
sarapan, atau dihari libur.” (Informan DN 2018)
Berdasarkan wawancara diatas, Informan DN masih
menyempatkan makan bersama keluarga di rumah dan pola
makannya pun terjaga. Pada saat ini, Informan DN masih tinggal
bersama orang tua Informan DN. Untuk mendapatkan gambaran
kondisi rumah Informan DN, peneliti menggunakan metode
wawancara intensif dengan yang bersangkutan karena pertemuan
dengan Informan DN tidak dilakukan di kediamannya melainkan
di sebuah restoran kawasan Kota Depok. Penjelasan Informan
DN mengenai tempat tinggalnya, sebagai berikut:
“Sampai saat ini kami masih tinggal bersama orang tua,
sehingga kondisi rumah pun masih layak huni, baik atap,
dinding, ataupun lantainya.” (Informan DN 2018)
Dari hasil wawancara didukung oleh hasil observasi, dapat
disimpulkan bahwa Informan DN memang mendapatkan dampak
positif setelah mengikuti Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra dan berpampak positif pada kesejahteraannya dan
dampak negatif yakni, masih harus berjuang menghadapi
diskriminasi pada dunia kerja pada sisi pemberian upah dan
jenjang karir.
2. Kesejahteraan Informan MN
a. Sebelum Program
Informan MN merupakan pekerja penyandang disabilitas
yang tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan, lahir pada 24 Mei
61
1987. Informan MN pada saat ini baru saja genap 1 bulan
berkeluarga, memiliki seorang suami dan belum dikaruniai anak.
Informan MN dan suami merupakan pasangan suami istri
tunanetra. Informan MN menjadi tunanetra ketika 2 tahun lulus
kuliah. Informan MN menderita penyakit glukoma sejak kecil
hingga akhirnya penyakit tersebut mempengaruhi syaraf
penglihatan Informan MN. Hal ini sesuai dengan penuturan
Informan RH selaku ayah dari Informan MN, sebagai berikut.
“Kita sebagai keluarga hanya bisa berusaha. Pada awalnya
kita berusaha menyembuhkan penyakit glukoma yang
dideritanya dari kecil. Sudah menjalani 11 kali operasi
namun tidak sembuh juga. Memang sampai saat ini
glukoma belum ada obatnya menurut dokter yang merawat
informan MN. Sampai pada akhirnya 2 tahun lulus kuliah
informan MN tidak bisa melihat.....”(Informan RH 2018)
Sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra, Informan
MN hanya sibuk berjualan via online dan ikut membantu usaha
orangtua. Kondisi pada waktu Informan MN sibuk berjualan
masih dapat melihat, ketika Infoman MN sudah tidak bisa melihat
aktivitas usaha Informan MN pun terhenti karena keterbatasan
penglihatan. Penuturan Informan MN sebagai berikut.
“Bantu usaha orangtua, karena dulu masih bisa melihat dan
sibuk usaha online shop.”(Informan MN 2018)
Tidak banyak kegiatan yang bisa dikerjakan oleh Informan
MN karena sudah tak mampu lagi menggunakan indera
penglihatannya. Informan MN pun pernah terlarut dalam
kesedihan melihat kondisinya saat ini. Hal ini seperti penuturan
Informan RH ayah Informan MN, sebagai berikut.
62
“....informan MN sempat berlarut dalam kesedihan ketika
mengetahui bahwa dirinya tidak bisa melihat
lagi.....”(Informan RH 2018)
Berdasarkan hasil wawancara, Informan MN tidak banyak
melakukan aktivitas sampai pada akhirnya Informan MN ikut
berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra.
b. Sesudah Program
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra menghasilkan
dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas tunanetra
yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri untuk siap
bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor formal.
Pada saat ini Informan MN bekerja di sebuah perusahaan asing,
dimana keberhasilan Informan MN mendapatkan pekerjaan tak
luput dari peran Yayasan Mitra Netra yang menjembatani
diantara keduanya. Hal tersebut merupakan hal baru bagi
Informan MN karena sebelumnya belum pernah bekerja disektor
formal apalagi dengan kondisinya saat ini.
Pada akhirnya Informan MN memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Informan MN juga
menjelaskan bagaimana pendapatan, jenjang karir dan perbedaan
antara pekerja penyandang disabilitas dengan pekerja non-
disabilitas di perusahaan tempat dia bekerja. Penjelasannya
sebagai berikut:
“Penghasilan saya antara lain mencakup gaji pokok
2.000.000, uang transport dari 1.650.000, beserta insentif
per bulan yang besarnya tidak tentu, umumnya sekitar
500.000. Perbedaan penggajian antara pekerja tunanetra
63
dengan yang non-tunanetra adalah pekerja non-disabilitas
mendapat kalau gaji pokok setara UMR, tetapi tidak
mendapat uang transport, sedangkan pekerja disabilitas gaji
pokok hanya cuman 2.000.000 namun mendapat tambahan
uang transport dimana jika dijumlahkan menjadi setara
UMR juga.”(Informan MN 2018)
Jika dijumlahkan pendapatan gaji pokok, uang transport dan
uang insentif, maka pendapatan yang didapat Informan MN
menjadi 4.150.000 rupiah. Informan MN juga menjelaskan uang
yang dikeluarkan setiap bulannya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Penjelasannya sebagai berikut:
“Untuk makan sehari-hari saya lebih sering bawa bekal
dari rumah, yang disiapkan oleh mamah. Untuk
pengeluaran bekal saya biasa memberi mamah 700.000 per
bulan. Selain itu saya juga menyisihkan untuk papah
200.000 per bulan untuk menambah uang listrik. Kebutuhan
pakaian tidak sekitar 100.000 s.d 200.000 per bulan.
Karena aku juga orangnya jarang belanja. Jika ada sisa gaji
aku tabung buat nikahku kemaren.”(Informan MN 2018)
Melihat pendapatan serta pengeluaran Informan MN maka
selalu ada sisa walaupun tidak banyak untuk ditabung dan uang
yang ditabung sudah terpakai untuk biaya pernikahannya.
Mungkin Informan MN merupakan keluarga baru jadi belum
banyak pengeluran untuk kebutuhan keluarga. Kondisinya pada
saat ini juga belum memiliki anak, jadi tidak ada pengeluaran
tambahan untuk menghidupi seorang anak.
Selain kondisi keuangan, peneliti juga mencari informasi
mengenai kesehatan Informan MN dalam 3 bulan terakhir. Dalam
tiga bulan terakhir Informan MN tidak mempunyai keluhan
kesehatan. Pada saat ini Informan MN dan suami tidak tinggal 1
64
rumah dikarenakan suami bekerja di Bandung, namun Informan
MN tetap berkomunikasi dengan suami via handphone untuk
mengetahui kabar dan kesehatan suami. Jika sakit, Informan MN
akan ke puskesmas atau klinik terdekat. Selain itu Informan MN
juga menjelaskan bagaimana cara memenuhi biaya administrasi
apabila sakit. Penjelasannya sebagai berikut:
“Alhamdulillah selalu diberikan kesehatan, saya sehat,
orang tua juga sehat, suami di Bandung juga sehat. Kalau
sakit lebih memilih istirahat di rumah, karena tidak pernah
sakit macam-macam. Tapi kalau misalkan kondisinya harus
dibawa ke puskesmas atau klinik, ya dibawa kesana. Untuk
administrasi kesehatan menggunakan BPJS, awalnya BPJS
Kesehatan saya bayar secara pribadi, namun dalam 3 bulan
terakhir ini biaya BPJS Kesehatan yang khusus tunanetra
dibayarkan oleh kantor 50.000. Karena saya ngambil kelas
satu, maka kekurangan bayar dari jatah kantor saya
tanggung sendiri.”(Informan MN 2018)
Dalam kehidupan bermasyarakat Informan MN tidak terlalu
aktif mengikuti kegiatan, seperti kegiatan organisasi, kegiatan
masyarakat atau membayar iuran kegiatan masyarakat.
“Saya tidak terlalu aktif berorganisasi, namun ketika di
Yayasan Mitra Netra pernah membuat kegiatan “Komunitas
Tunanetra berbagi”, dimana dalam beberapa bulan sekali
dilakukan pengumpulan dana untuk didonasikan ke panti
asuhan, atau pernah juga ke yayasan rumah kanker. Sejauh
ini ada atau tidak iuran dan kegiatan masyarakat, saya juga
kurang tahu karena masih tinggal bersama orang tua, info
kegiatan-kegiatan masyarakat mungkin disampaikan
kepada orang tua. Karena kurang informasi, jadi saya tidak
tahu apakah ada kegiatan atau tidak. Kalau pun ada
mungkin langsung minta kepada orang tua.”(Informan MN
2018)
65
Dalam berpakaian, Informan MN memakai pakaian yang
berbeda pada setiap kegiatan, dan Informan MN selalu memiliki
pakaian baru setiap tahunnya. Seperti halnya penuturan Informan
MN:
“Kalau untuk pakaian kita sudah tahu porsinya masing-
masing kegiatan, karena sebagai pekerja tahu mana pakaian
yang layak di pakai buat bekerja, mana pakaian untuk di
rumah, mana pakaian untuk berpergian. Untuk membeli
kembali pakaian mempertimbangkan apakah pakaian yang
kita punya masih layak pakai atau tidak, kalau misalkan
sudah tidak layak pakai maka beli lagi pakaian baru untuk
menggantikannya. Belanja pakaian sekitar 1-2 baju per dua
bulan.”(Informan MN 2018)
Selain itu, informan MN juga menjelaskan bagaimana pola
makannya. Hal ini seperti penuturan Informan MN:
“Pola makan saya di kantor lebih sering membawa bekal,
yang dibuat mamah. Menunya beragam, kadang ayam,
kadang ikan, tapi biasanya mengandung sayur.”(Informan
MN 2018)
Pada saat ini keluarga Informan MN masih tinggal bersama
orangtua. Dalam melihat kondisi rumah Informan MN peneliti
menggunakan menggunakan metode pengamatan karena
wawancara tersebut dilaksanakan di rumah Informan MN.
Kondisi tempat tinggal Informan MN lebih jelasnya disajikan
pada Gambar 4.3.
66
Gambar 4.3 Rumah Informan MN
Sumber : Hasil Observasi Rumah Informan MN, Minggu 4 Februari 2018
Gambar di atas, terlihat kondisi rumah informan MN tampak
depan. Kondisi rumah tersebut hingga kini masih sangat layak
huni terlihat dari kelayakan atap, lantai dan dinding serta luas
lahan rumahnya.
Dari hasil wawancara didukung oleh hasil observasi, dapat
disimpulkan bahwa Informan MN memang mendapatkan dampak
positif setelah mengikuti Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra pada sisi pekerjaan dan sisi kesejahteraannya.
Dampak negatifnya pada saat ini di perusahaan tempat Informan
MN bekerja, beliau masih harus berjuang menghadapi
diskriminasi pada sisi upah bekerja dan jenjang karir.
3. Kesejahteraan Informan MRA
a. Sebelum Program
Informan MRA merupakan seorang pekerja penyandang
disabilitas yang tinggal di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Kelahiran Jakarta, 18 April 1985, kini usia Informan MRA
67
menginjak usia 32 tahun dan memiliki istri (Informan KH) yang
umurnya lebih tua tiga tahun dan seorang 1 anak yang usianya
baru menginjak umur 3 tahun. Informan MRA merupakan salah
satu penyandang disabilitas yang sudah bekerja dan sudah sarjana
sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra. Hal ini seperti
penuturan Informan MRA sebagai berikut.
“Sebelum bekerja saya kuliah karena waktu itu belum
seperti ini, saya menjadi tunanetra ketika bekerja di kantor
saya yang sebelumnya.”(Informan MRA 2018)
Informan MRA akhirnya berhenti bekerja ketika menjadi
tunanetra. Selama tidak bekerja Informan MRA hanya
menghabiskan waktu di rumah sampai pada akhirnya Informan
MRA mendapatkan informasi mengenai Yayasan Mitra Netra.
Informan MRA akhirnya berpatisipasi di Yayasan Mitra Netra
untuk mempersiapkan diri di dunia kerja, khususnya sebagai
pekerja tunanetra.
b. Sesudah Program
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra menghasilkan
dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas tunanetra
yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri untuk siap
bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor formal.
Pada saat ini Informan MRA bekerja di sebuah perusahaan asing.
Dalam mencari lowongan pekerjaan Informan MRA cenderung
lebih mencari informasi sendiri. Pekerjaan yang di dapat pun
hasil usaha sendiri mencari informasi mengenai lowongan kerja
buat tunanetra. Meskipun demikian, banyak manfaat yang didapat
68
ketika Informan MRA berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra.
Penuturan Informan MRA sebagai berikut:
“.....sampai saya bisa tetap bertahan seperti ini di pekerjaan
saya itu ada sangkut-pautnya dengan pelatihan yang saya
lakukan di mitra netra. Bagi saya yang paling berperan
adalah pelatihan komputer bicara. Namun untuk lowongan
pekerjaan dimana saya bekerja saat ini waktu itu saya aktif
mencari informasinya sendiri, hingga diterima, jadi saya
tidak memerlukan peran Yayasan Mitra Netra lagi untuk
menjembatani antara saya dengan perusahaan. Namun dari
sisi ilmu yang diberikan pada program ketenagakerjaan
sangat berguna untuk kehidupan saya di dunia
pekerjaan”(Informan MRA 2018)
Saat ini Informan MRA memiliki pekerjaan tetap dan juga
penghasilan tetap setiap bulannya. Informan MRA juga
menjelaskan bagaimana pendapatan dan jenjang karirnya.
Perusahaan tempat Informan MRA bekerja merupakan salah satu
perusahaan yang tidak membedakan antara pekerja tunanetra
dengan pekerja non tunanetra. Penjelasannya sebagai berikut.
“Alhamdulillah pendapatan saya cukup. Secara nominal
sekitar 5.000.000 per bulan. Perbedaan dengan pekerja
normal yang non-tunanetra secara umum tidak saya
rasakan. Jenjang karirnya pun disamaratakan tidak ada
perbedaan asalkan mampu.”(Informan MRA 2018)
Jika melihat pendapatan yang didapatkan Informan MRA
jumlahnya merupakan jumlah terbesar dibandingkan informan
lainnya yang peneliti jadikan responden, hal tersebut terlihat
bahwa memang perusahaan tempat Informan MRA tidak
membeda-bedakan antara pekerja penyandang disabilitas dengan
pekerja non-disabilitas. Pendapatan tidak akan berarti apabila
69
tidak dapat memenuhi pengeluaran kebutuhan hidup. Dengan
demikian, perlu dibandingkan dengan pengeluaran Informan
MRA setiap bulannya. Penuturan Informan sebaga berikut:
“Untuk pengeluaran sendiri cukup. Saya tinggal di rumah
orangtua istri juga bersama adik istri yang juga bekerja.
Untuk makan, listrik dan air kita patungan dengan jumlah
sekitar 500.000 per bulan. Untuk pakaian sendiri tidak
terlalu banyak pengeluaran karena tidak setiap bulan
membeli pakaian baru, diperkirakan sekitar 100 hingga 300
ribu per bulan. Uang transport sehari-hari menggunakan
transcare dan gratis, Pengeluaran hanya untuk berangkat
kerja sekitar 30.000 untuk bayar ojek online. Pengeluaran
untuk anak tampaknya lebih besar, karena sebagai orang tua
ingin menjaga anak tetap mendapat gizi dan asupan yang
baik. Pada bulan ini dengan kebutuhan pakaiannya,
pengeluaran anak sekitar 2.000.000 rupiah.”(Informan
MRA 2018)
Melihat pendapatan dan pengeluaran maka Informan MRA
mampu memenuhi kebutuhan. Di dalam keluarga Informan MRA
hanya dia yang bekerja, sang istri sendiri (Informan KH) hanya
sebagai ibu rumah tangga. Penuturan Informan KH sebagai istri
dari Informan MRA mengenai mampunya sang suami memenuhi
kehidupan keluarga, sebagai berikut:
“Alhamdulillah selama ini cukup buat menghidupi saya dan
anak. Walaupun kita tinggal bersama orangtua. Tapi
penghasilan bapak mampu memenuhi kebutuhan
kita.”(Informan KH 2018)
Selain kondisi keuangan, peneliti juga mencari informasi
mengenai kesehatan Informan MRA dalam 3 bulan terakhir.
Dalam tiga bulan terakhir Informan MRA tidak mempunyai
keluhan kesehatan dan jika sakit, Informan MRA lebih
70
tergantung kondisi yang ada, jika masih bisa istirahat di rumah
maka tidak perlu ke sarana kesehatan. Namun apabila memang
harus dibawa ke sarana kesehatan maka Informan MRA akan ke
klinik atau rumah sakit. Selain itu Informan MRA juga
menjelaskan bagaimana cara memenuhi biaya administrasi
apabila sakit. Penjelasannya sebagai berikut:
“Alhamdulillah dalam 3 bulan terakhir ini kami semua
sehat. Untuk masalah kesehatan kita tergantung kondisi
yang ada, jika masih bisa istirahat di rumah tidak dibawa ke
dokter. Tapi jika harus ke dokter, kita bawa ke klinik atau
rumah sakit. Saya ikut BPJS Kesehatan secara mandiri. Jika
menghadapi kondisi yang harus ambil tindakan bayar non
BPJS pasti saya lakukan, karena terkadang ada juga biaya
yang tidak ditanggulangi oleh program BPJS. Jadi intinya
melihat situasinya terlebih dahulu.”(Informan MRA 2018)
Dalam pernyataan diatas terlihat bahwa Informan MRA siap
menjaga kesehatan dengan segala kemungkinan. Selain itu dalam
kehidupan bermasyarakat Informan MRA cenderung lebih pasif
dibandingkan responden lain di dalam penelitian ini. Penuturan
Informan MRA sebagai berikut:
“Saya tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan
bermasyarakat. Saya cenderung menghabiskan waktu untuk
di kantor dan di rumah saja.”(Informan MRA 2018)
Dalam berpakaian, Informan MRA memakai pakaian yang
berbeda pada setiap kegiatan, dan Informan MRA selalu memiliki
pakaian baru setiap tahunnya. Seperti halnya penuturan Informan
MRA:
71
“Kita memahami mana pakaian untuk bekerja, untuk di
rumah dan untuk berpergian. Rata-rata 2-3 bulan sekali kita
membeli pakaian baru.”(Informan MRA 2018)
Selain itu, informan MRA juga menjelaskan bagaimana pola
makannya. Hal ini seperti penuturan Informan MRA:
“Terkait pola makan, di kantor saya ke kantin, di rumah
makan bersama keluarga. Menunya setiap hari berbeda-
beda, diupayakan untuk memenuhi empat sehat lima
sempurna.”(Informan MRA 2018)
Dari wawancara di atas, Informan MRA masih
menyempatkan makan bersama keluarga di rumah, juga pola
makannya pun terjaga. Pada saat ini keluarga Informan MRA
tinggal bersama orang tua istrii. Dalam melihat kondisi rumah
Informan MRA peneliti menggunakan metode pengamatan
karena wawancara tersebut dilaksanakan di rumah Informan
MRA. Kondisi tempat tinggal Informan MRA disajikan pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Rumah Informan MRA
Sumber : Hasil Observasi Rumah Informan MRA, Sabtu 10 Februari 2018
Gambar di atas, terlihat kondisi rumah informan MRA
tampak depan dan tampak dalam. Kondisi rumah tersebut hingga
72
kini masih sangat layak huni terlihat dari kelayakan atap, lantai
dan dinding serta luas lahan rumahnya.
Dari hasil wawancara didukung oleh hasil observasi, dapat
disimpulkan bahwa Informan MRA memang mendapatkan
dampak positif setelah mengikuti Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra dan berpampak positif pada
kesejahteraannya.
4. Kesejahteraan Informan SC
a. Sebelum Program
Informan SC lahir di Cepu, 2 Maret 1976, menjadi tunanetra
sewaktu sekolah dasar hingga saat ini. Informan SC sedari kecil
sudah berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra, banyak program
yang diikuti oleh yang bersangkutan selama di Mitra Netra.
Sampai usianya siap mengikuti program ketenagakerjaan di
yayasan tersebut. Pada saat ini Informan SC adalah seorang ibu
sekaligus orang tua tunggal dari seorang anak perempuan yang
saat ini usianya 18 tahun. Kesehariannya sebelum bekerja beliau
hanya menghabiskan waktu untuk kursus di Yayasan Mitra Netra
dan ikut MLM. Penuturan Informan SC sebagai berikut:
“Sebelum bekerja selain kursus di Mitra Netra paling dulu
sempat ikut MLM.”(Informan SC 2018)
b. Sesudah Program
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra menghasilkan
dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas tunanetra
73
yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri untuk siap
bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor formal.
Pada saat ini Informan SC bekerja di sebuah perusahaan
perbankan, dalam mencari lowongan pekerjaan Informan SC
mendapatkan informasi dari Yayasan Mitra Netra yang
mengabarkan bahwa perusahaan tersebut sedang membuka
lowongan besar-besaran untuk pekerja penyandang disabilitas.
Informan SC akhirnya ikut melamar dan interview. Pada akhirnya
Informan SC diterima di perusahaan perbankan tersebut.
Penuturan Informan SC, sebagai berikut:
“.....Mitra Netra juga sebagai penyalur antara penyandang
disabilitas dengan perusahaan. Saya dapat info lowongan
kerja di salah satu bank nasional dari Mitra Netra.
Kemudian saya ikut interview dan akhirnya sebagai salah
satu yang terpilih untuk bekerja di bank tersebut.”(Informan
SC 2018)
Pada akhirnya Informan SC dapat bekerja di perusahaan
tersebut dan juga penghasilan tetap setiap bulannya. Informan SC
juga menjelaskan bagaimana pendapatan dan jenjang karirnya di
perusahaan perbankan itu. Penjelasannya sebgai berikut:
“Pendapatan aku memenuhi UMR. Nominalnya 3.800.000
itu diluar insentif, yang umumnya bisa mencapai 500.000.
Tidak ada perbedaan gaji antara karyawan tunanetra dengan
yang non- tunanetra. Namun karyawan tunanetra sulit atau
lama untuk diangkat menjadi karyawan tetap. Saya melalui
2 kali penandatanganan kontrak baru diangkat jadi
karyawan tetap. Ada karyawan tunanetra lain baru diangkat
menjadi karyawan tetap setelah bekerja 4 tahun, suatu
perjuangan yang luar biasa.”(Informan SC 2018)
74
Memperhatikan penjelasan Informan SC, maka butuh
perjuangan untuk menjadi karyawan tetap dikarenakan harus
bersaing dengan pekerja non-disabilitas. Setiap bulannya
Informan SC mendapatkan upah yang dibutuhkan untuk
memenuhi pengeluaran kebutuhan hidup. Pendapatan tidak akan
berarti apabila tidak dapat memenuhi pengeluaran kebutuhan
hidup, karenanya perlu membandingkan dengan pengeluaran
keluarga Informan SC. Penuturan Informan SC sebagai berikut:
“Pengeluaran untuk transport pulang pergi ke kantor
kurang lebih 500.000 per bulan. Kebutuhan pangan sekitar
500.000 per bulan. Kebutuhan pakaian sekali beli bisa
sampai 200.000. Pengeluaran untuk anak saat ini terasa
lebih ringan karena sudah berumur 18 tahun baru lulus
SMA dan saat ini sedang magang kerja. Sewaktu anak
masih sekolah agak berat karena harus memenuhi ongkos
buat ke sekolah sekitar 30.000 itu belum termasuk biaya
jika ada kegiatan tambahan lainnya di sekolah. Sehingga
tidak ada uang tersisa buat ditabung dan rekreasi. Biaya
listrik dan air sekitar 200.000. Selebihnya kadang-kadang
ada kebutuhan biaya dapur di luar makan sekitar 100.000
per bulan dan bayar kontrakan 1.000.000 per
bulan.”(Informan SC 2018)
Melihat pendapatan dan pengeluaran maka Informan SC
mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Walaupun setiap
bulannya belum tentu ada uang untuk ditabung dan rekreasi.
Namun, melihat cara Informan SC memenuhi kebutuhan
keluarga, yang bersangkutan mengerti kemana pemakaian uang
harus diprioritaskan, bukan untuk kebutuhan sekunder dan tersier
melainkan memprioritaskan pemakaian uang tersebut untuk
kebutuhan primer.
75
Selain kondisi keuangan, peneliti juga mencari informasi
mengenai kesehatan Informan SC dalam 3 bulan terakhir. Dalam
tiga bulan terakhir Informan SC tidak mempunyai keluhan
kesehatan dan jika sakit, Informan SC lebih memilih ke rumah
sakit atau klinik terdekat. Selain itu Informan SC juga
menjelaskan bagaimana cara memenuhi biaya administrasi
apabila sakit, sebagai berikut:
“Dalam 3 bulan terakhir anak batuk-batuk. Waktu itu saya
bawa ke sarana kesehatan. Dulu kalo ada anggota keluarga
yang sakit dibawa ke rumah sakit UIN karena kami tinggal
di dekat sana. Sekarang, karena memanfaatkan asuransi
BPJS Ksehatan, jika ada yang sakit dibawa ke klinik Kimia
Farma. Biaya administrasi BPJS Kesehatan ditanggung
kantor sebesar 50.000. Karena saya mengambil kelas satu
jadi kekurangan preminya saya bayar sendiri.”(Informan
SC 2018)
Dalam kehidupan bermasyarakat Informan SC juga terbilang
aktif mengikuti kegiatan, seperti aktif dalam organisasi dan
mengikuti pengajian bulanan.
“Aku aktif di ITMI, di wilayah Depok sebagai sekretaris, di
wilayah Jakarta Selatan aku bagian kemuslimahan. Selalu
ada kegiatan pengajian 3 bulan sekali.”(Informan SC 2018)
Dalam berpakaian, Informan SC dan memakai pakaian yang
berbeda pada setiap kegiatan, dan juga Informan SC selalu
memiliki pakaian baru setiap tahunnya. Seperti halnya penuturan
Informan SC:
“Untuk pakaian kita sudah tahu porsinya masing-masing,
semisal anak sekolah pasti membutuhkan seragam untuk
sekolah sebagaimana halnya untuk saya bekerja. Untuk di
76
rumah dan acara-acara yang lain pun seperti itu. Untuk
memperoleh pakaian baru per bulannya tidak tentu, sekitar
2 bulan sekali kita beli pakaian baru.”(Informan SC 2018)
Selain itu, informan SC juga menjelaskan bagaimana pola
makannya. Hal ini seperti penuturan Informan SC:
“Untuk pola makan, yang pasti saya ingin menjaga
kesehatan saya dan anak agar tetap sehat, yang pasti harus
ada sayur, daging, dan nasi.”(Informan SC 2018)
Dari wawancara diatas, Informan SC masih menyempatkan
makan bersama keluarga di rumah, juga pola makannya pun
terjaga. Pada saat ini Informan SC tinggal di sebuah kontrakan di
daerah Jakarta Selatan. Untuk mendapatkan gambaran kondisi
rumah Informan SC peneliti menggunakan metode pengamatan
karena wawancara tersebut dilaksanakan di rumah Informan SC.
Kondisi tempat tinggal Informan SC disajikan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Rumah Informan SC
Sumber : Hasil Observasi Rumah Informan SC, Minggu 11 Februari 2018
Gambar di atas, terlihat kondisi rumah informan SC tampak
dalam. Kondisi rumah tersebut hingga kini masih sangat layak
77
huni terlihat dari kelayakan atap, lantai dan dinding serta luas
lahan rumahnya.
Dari hasil wawancara didukung oleh hasil observasi, dapat
disimpulkan bahwa Informan SC memang mendapatkan dampak
positif setelah mengikuti Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra dan berpampak positif pada kesejahteraannya.
78
79
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra
Penelitian ini mengunakan analisis kualitatif, mengkaji
dampak positif dan dampak negatif yang dihasilkan dari
kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
terhadap kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas.
Merujuk pada teori, kontribusi (BAB II, t.t., 20) adalah
“something that you do or give to help produce or achieve
something together with other people, or to help make something
successful” (sesuatu yang dilakukan atau diberikan untuk
membantu produksi atau mencapai sesuatu untuk mencapai
kesuksesan). Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu
berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian
memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak
lain. Selain itu, program menurut Joan L Herman (BAB II, t.t., 21)
adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan
harapan dengan mendatangkan hasil atau pengaruh.
Berdasarkan teori di atas, hasil dari kontribusi program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra pada pekerja penyandang
disabilitas bisa dilihat dari dampak positif dan dampak negatif.
Penjelasan disajikan pada tabel 5.1, sebagai berikut:
80
Tabel 5.1 Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra pada Pekerja Penyandang Disabilitas
No Nama
Kontribusi Program pada Pekerja
Penyandang Disabilitas
Dampak Positif Dampak Negatif
1 Informan DN
Kini bekerja
sebagai pegawai
swasta
Mendapatkan
diskriminasi pada
sumber penggajian
dan jenjang karir
di tempat kerja
2 Informan MN
Kini bekerja
sebagai pegawai
swasta
Mendapatkan
diskriminasi pada
sumber penggajian
dan jenjang karir
di tempat kerja
3 Informan MRA
Kini bekerja
sebagai pegawai
swasta
Mendapatkan
diskriminasi pada
sumber penggajian
dan jenjang karir
4 Informan SC
Kini bekerja
sebagai pegawai
swasta
Mendapatkan
diskriminasi pada
sumber penggajian
dan jenjang karir
Melihat penjabaran dari tabel diatas terlihat bahwa,
(1)terdapat dampak positif pada sisi mata pencaharian dari setiap
informan, hal ini sesuai dengan tujuan Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra, yakni untuk meningkatkan peluang
partisipasi penyandang disabilitas pada dunia kerja (2)terdapat
dampak negatif pada 2 informan, yaitu menjadi korban
diskriminasi pada sumber penggajian dan jenjang karir di tempat
informan tersebut bekerja, keterkaitannya dengan Program
81
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra adalah terdapat peran
yayasan ini sebagai pencalo diantara keduanya.
B. Kesejahteraan Pekerja Penyandang Disabilitas
Analisis ini dilakukan untuk melihat bagaimana
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas dimana memiliki
keterkaitan dengan apa yang dihasilkan dari kontribusi Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.
Merujuk teori, pengertian kesejahteraan (BAB II, t.t., 22)
adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur, jika
kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini
dapat terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan. Sedangkan
penyandang disabilitas (BAB II, t.t., 24) adalah seseorang yang
memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan
yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh berdasarkan
kesamaan hak.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan penyandang disabilitas adalah keadaan seseorang
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual dan sensorik
yang aman, sentosa, dan makmur. Secara umum peningkatan
kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas (BAB II, t.t., 27)
di tandai oleh:
82
1. Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia (pangan, sandang dan papan) serta kesehatan
dan pendidikan secara layak.
2. Meningkatnya dinamika sosial, Dinamika sosial adalah
penelaahan tentang perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam fakta-fakta sosial yang saling berhubungan satu
dengan lainnya.
Berdasarkan teori di atas, kesejahteraan pekerja penyandang
disabilitas bisa dilihat melalui indikator di atas. Peneliti
menjabarkannya sesuai dengan urutan masing-masing informan,
untuk penjelasannya sebagai berikut:
1. Kesejahteraan Informan DN
Pada tabel 5.2 menunjukan tentang bentuk-bentuk
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan
dari Informan DN yang merupakan bagian indikator pada nomor
1.
Tabel 5.2 Tabel Kebutuhan Dasar Informan DN
No Kebutuhan Indikator Keberhasilan
1 Pangan Makan dua kali
atau lebih, jenis
makanan pokok
sesuai
domisili.
✓
Makan dengan
daging/ikan/telur
sekali dalam
seminggu (tidak
untuk vegetarian)
✓
83
2 Sandang Pakaian berbeda
sesuai dengan
kebutuhan dan
kegiatan
✓
Memperoleh
pakaian baru
minimal 1 stel
dalam 1 tahun
✓
3 Papan Mempunyai atap,
dinding, dan
lantai yang baik
sesuai dengan
perlindungan dan
kesehatan
✓
Luas lantai 8
meter² untuk
setiap penghuni
rumah
✓
4 Kesehatan Jika sakit dibawa
ke sarana
kesehatan ✓
Keadaan
kesehatan dalam
3 bulan terakhir ✓
Melihat penjabaran dari tabel diatas terlihat bahwa, pada
pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari Informan DN makan
nasi sehari tiga kali dengan lauk yang setiap harinya berbeda,
yang terpenting ada sayur, ikan dan dagingnya. Informan DN
juga sering untuk makan bersama keluarga, setiap hari Informan
DN dan keluarga makan bersama, kecuali pada waktu bekerja.
Hal ini menunjukan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan pangan
Informan DN sudah memenuhi kebutuhan pangan yang baik.
Informan DN mampu menyediakan makan sehari 3 kali dengan
84
makanan yang bergizi, baik menggunakan lauk dari protein
hewani seperti daging ayam, telur, ikan, sapi, maupun protein
nabati seperti sayuran. Hal tersebut dimungkinkan karena
Informan DN mampu mengalokasikan sebagian penghasilannya
untuk kebutuhan pangan.
Dalam pemenuhan sandang, dalam setahun Informan DN
dan keluarga selalu membeli pakaian baru. Setiap 3 bulan sekali
Informan DN membeli pakaian baru untuk masing-masing
kegiatan, tergantung pada kebutuhannya. Informan DN bisa
menentukan mana pakaian untuk bekerja, pakaian untuk di rumah
dan pakaian untuk berpergian. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesejahteraan sandang Informan DN sudah cukup baik.
Dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti, Informan DN kini tinggal di rumah orangtuanya di
Kawasan Kota Depok, rumah tersebut berukuran lebih dari 8
meter², dengan kondisi yang layak untuk dihuni. Melihat kondisi
lantai, dinding dan atapnya masih layak untuk dihuni.
Dalam tiga bulan terakhir Informan DN dalam keadaan
sehat. Informan DN tidak mempunyai keluhan kesehatan, untuk
saat ini paling hanya kontrol kehamilan istri. Upaya yang
dilakukan Informan DN hanyalah makan yang teratur, dan terus
olahraga teratur. Jika sakit, Informan DN akan berobat ke
puskesmas jika dirujuk ke rumah sakit maka Informan DN akan
ke rumah sakit terdekat. Selain itu upaya Informan DN untuk
memenuhi biaya adminstrasi jika sakit harus ke sarana kesehatan,
85
dengan menggunakan BPJS, dalam 3 bulan terakhir kantor
tempat Informan DN bekerja menanggung pembayaran BPJS
khusus untuk karyawan difabel.
Meningkatnya Dinamika Sosial
Dinamika sosial Informan DN merupakan bagian indikator
kesejahteraan penyandang disabilitas pada nomor 2. Pada hal ini
peneliti menjelaskannya secara deskriptif mengenai dinamika
sosial Informan DN yang memiliki keterkaitan dengan Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra, penjelasannya sebagai berikut:
Pada awalnya Infoman DN merupakan seorang wirausaha.
Namun setiap usaha yang dijalankan Informan DN tidak berjalan
dengan baik, lebih banyak kerugiannya daripada pendapatannya,
hingga pada akhirnya Informan DN berpartisipasi pada Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra. Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra menghasilkan dampak positif bagi pekerja
penyandang disabilitas tunanetra yang bersangkutan. Mulai dari
mempersiapkan diri agar siap bekerja hingga akhirnya
mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Pada saat ini Informan
DN bekerja di sebuah perusahaan asing yang berujung
penghasilan, dimana di dalam keberhasilan Informan DN
mendapatkan pekerjaan tak luput dari peran Yayasan Mitra Netra
yang menjembatani diantara keduanya.
Pada akhirnya Informan DN memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Dalam sebulan Informan
DN mendapatkan upah kerja sebesar 3.650.000 rupiah. Sumber
penggajiannya dibagi menjadi 2 sumber, yaitu: gaji pokok dan
uang transport. Gaji pokoknya 2.000.000 rupiah dan uang
transportnya 1.650.000 rupiah, belum dengan insentifnya.
Terdapat perbedaan antara pekerja penyandang disabilitas dengan
pekerja non-disabilitas dalam pemberian upah bekerja. Untuk
86
pekerja non-disabilitas gaji mereka setara dengan UMR dan
mendapatkan insentiif, tetapi tidak dapat uang transport. Kalau
dari sisi pekerjaan sedikit berbeda karena pekerjaan penyandang
disabilitas merupakan event charity dari kantor, jadi tidak
terdapat jenjang kariernya. Berbeda dengan pekerja pada
umumnya yang memiliki jenjang karier.
Melihat penjabaran deskriptif mengenai dinamika sosial
Informan DN diatas terlihat bahwa, (1)terdapat dampak positif
pada sisi mata pencaharian Informan DN, hal ini sesuai dengan
tujuan Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, yakni
untuk meningkatkan peluang partisipasi penyandang disabilitas
pada dunia kerja (2)terdapat dampak negatif, yaitu Informan DN
harus menghadapi diskriminasi pada sumber penggajian dan
jenjang karir di tempat informan DN bekerja, jika melihat
perundang-undangan mengenai penyadang disabilitas sudah
seharusnya Informan DN mendapatkan kesamaan hak pada sisi
sumber penggajian dan jenjang karir dengan yang non-tunanetra.
2. Kesejahteraan Informan MN
Pada tabel 5.3 menunjukan tentang bentuk-bentuk pemenuhan
kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan dari Informan
MN yang merupakan bagian indikator pada nomor 1.
Tabel 5.3 Tabel Kebutuhan Dasar Informan MN
No Kebutuhan Indikator Keberhasilan
1 Pangan Makan dua kali
atau lebih, jenis
makanan pokok
sesuai
✓
87
domisili.
Makan dengan
daging/ikan/telur
sekali dalam
seminggu (tidak
untuk vegetarian)
✓
2 Sandang Pakaian berbeda
sesuai dengan
kebutuhan dan
kegiatan
✓
Memperoleh
pakaian baru
minimal 1 stel
dalam 1 tahun
✓
3 Papan Mempunyai atap,
dinding, dan
lantai yang baik
sesuai dengan
perlindungan dan
kesehatan
✓
Luas lantai 8
meter² untuk
setiap penghuni
rumah
✓
4 Kesehatan Jika sakit dibawa
ke sarana
kesehatan ✓
Keadaan
kesehatan dalam
3 bulan terakhir ✓
Melihat penjabaran dari tabel diatas terlihat bahwa, pada
pemenuhan pangan sehari-hari Informan MN makan nasi tiga kali
sehari dengan lauk yang beragam, kadang ayam, kadang ikan.
Hal ini menunjukan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan pangan
Informan MN sudah memenuhi kebutuhan pangan yang baik.
88
Informan MN mampu menyediakan makan sehari 3 kali dengan
makanan yang bergizi, baik menggunakan lauk dari protein
hewani seperti daging ayam, telur, ikan, sapi, maupun protein
nabati seperti sayuran. Hal tersebut dimungkinkan karena
Informan MN mampu mengalokasikan sebagian penghasilannya
untuk kebutuhan pangan.
Dalam pemenuhan sandang, dalam setahun Informan MN
selalu membeli pakaian baru. Setiap 2 bulan sekali Informan MN
membeli 1 sampai 2 pakaian baru untuk masing-masing kegiatan,
tergantung pada kebutuhannya. Informan MN bisa menentukan
mana pakaian untuk bekerja, pakaian untuk di rumah dan pakaian
untuk berpergian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan sandang Informan MN sudah cukup baik.
Dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, Informan MN kini tinggal di rumah orangtuanya di
Daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan rumah tersebut berukuran lebih
dari 8 meter², dengan kondisi yang layak untuk dihuni. Melihat
kondisi lantai, dinding dan atapnya masih layak untuk dihuni.
Dalam tiga bulan terakhir Informan MN baik-baik saja. Jika
sakit, Informan MN akan pergi ke puskesmas atau klinik
terdekat. Selain itu upaya Informan MN untuk memenuhi biaya
adminstrasi jika sakit harus ke sarana kesehatan, dengan
menggunakan BPJS. Pada awalnya BPJS Informan MN bayar
secara pribadi, cuman 3 bulan terakhir ini biaya BPJS yang
khusus tunanetra dibayarkan oleh kantor sebesar 50.000 rupiah.
89
Karena Informan MN mengambil kelas satu, maka kekurangan
bayar dari jatah kantor ditanggung secara pribadi.
Meningkatnya Dinamika Sosial
Dinamika sosial Informan MN merupakan bagian indikator
kesejahteraan penyandang disabilitas pada nomor 2. Pada hal ini
peneliti menjelaskannya secara deskriptif mengenai dinamika
sosial Informan MN yang memiliki keterkaitan dengan Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra, penjelasannya sebagai berikut:
Informan MN pada saat ini baru saja genap 1 bulan
berkeluarga, memiliki seorang suami dan belum dikaruniai anak.
Informan MN dan suami merupakan pasangan suami istri
tunanetra. Informan MN menjadi tunanetra ketika 2 tahun lulus
kuliah. Informan MN menderita penyakit glukoma sejak kecil
hingga akhirnya penyakit tersebut mempengaruhi syaraf
penglihatan Informan MN. Sebelum berpartisipasi di Yayasan
Mitra Netra, Informan MN hanya sibuk berjualan via online dan
ikut membantu usaha orangtua. Kondisi pada waktu Informan
MN sibuk berjualan masih dapat melihat, ketika Infoman MN
sudah tidak bisa melihat aktivitas usaha Informan MN pun
terhenti karena keterbatasan penglihatan. Informan MN tidak
banyak melakukan aktivitas sampai pada akhirnya Informan MN
ikut berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra.
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
menghasilkan dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas
tunanetra yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri agar
siap bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor
formal. Pada saat ini Informan MN bekerja di sebuah perusahaan
asing yang berujung penghasilan, dimana di dalam keberhasilan
Informan MN mendapatkan pekerjaan tak luput dari peran
Yayasan Mitra Netra yang menjembatani diantara keduanya.
90
Pada akhirnya Informan MN memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Dalam sebulan Informan
MN mendapatkan upah kerja sebesar 4.150.000 rupiah. Sumber
penggajiannya dibagi menjadi 3, yaitu: gaji pokok, uang
transport, dan uang insentif. Gaji pokok sebesar 2.000.000 rupiah,
uang transport sebesar 1.650.000 rupiah, dan uang insentif
umumnya sebesar 500.000 rupiah. Perbedaan penggajian antara
pekerja tunanetra dengan yang non-tunanetra adalah digaji pokok
dan uang transport. Pekerja non-disabilitas mendapat kalau gaji
pokok setara UMR, tetapi tidak mendapat uang transport,
sedangkan pekerja disabilitas gaji pokok hanya cuman 2.000.000
namun mendapat tambahan uang transport dimana jika
dijumlahkan menjadi setara UMR
Melihat penjabaran deskriptif mengenai dinamika sosial
Informan MN diatas terlihat bahwa, (1)terdapat dampak positif
pada sisi mata pencaharian Informan MN, hal ini sesuai dengan
tujuan Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, yakni
untuk meningkatkan peluang partisipasi penyandang disabilitas
pada dunia kerja (2)terdapat dampak negatif, yaitu Informan MN
harus menghadapi diskriminasi pada sumber penggajian dan
jenjang karir di tempat informan MN bekerja, jika melihat
perundang-undangan mengenai penyadang disabilitas sudah
seharusnya Informan MN mendapatkan kesamaan hak pada sisi
sumber penggajian dan jenjang karir dengan yang non-tunanetra.
91
3. Kesejahteraan Informan MRA
Pada tabel 5.4 menunjukan tentang bentuk-bentuk pemenuhan
kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan dari Informan
MRA yang merupakan bagian indikator pada nomor 1.
Tabel 5.4 Tabel Kebutuhan Dasar Informan MRA
No Kebutuhan Indikator Keberhasilan
1 Pangan Makan dua kali
atau lebih, jenis
makanan pokok
sesuai
domisili.
✓
Makan dengan
daging/ikan/telur
sekali dalam
seminggu (tidak
untuk vegetarian)
✓
2 Sandang Pakaian berbeda
sesuai dengan
kebutuhan dan
kegiatan
✓
Memperoleh
pakaian baru
minimal 1 stel
dalam 1 tahun
✓
3 Papan Mempunyai atap,
dinding, dan
lantai yang baik
sesuai dengan
perlindungan dan
kesehatan
✓
Luas lantai 8
meter² untuk
setiap penghuni
rumah
✓
92
4 Kesehatan Jika sakit dibawa
ke sarana
kesehatan ✓
Keadaan
kesehatan dalam
3 bulan terakhir ✓
Melihat penjabaran dari tabel diatas terlihat bahwa, dalam
pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari Informan MRA
mengkonsumsi makanan yang berbeda setiap harinya. Yang
terpenting adalah empat sehat lima sempurna. Hal ini merupakan
bagian upaya menjaga kesehatan. Dalam pemenuhan makan
bersama keluarga, Informan MRA sering makan bersama dengan
keluarga, kecuali di waktu beliau bekerja. Hal tersebut
dimungkinkan karena Informan MRA mampu mengalokasikan
sebagian penghasilannya untuk kebutuhan pangan.
Dalam pemenuhan sandang, dalam setahun Informan MRA
selalu membeli pakaian baru. Setiap 2 sampai 3 bulan sekali
Informan MRA membeli pakaian baru untuk masing-masing
kegiatan tergantung pada kebutuhannya. Informan MRA bisa
menentukan mana pakaian untuk bekerja, pakaian untuk di rumah
dan pakaian untuk berpergian. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesejahteraan sandang Informan MRA sudah cukup baik.
Dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, Informan MRA kini tinggal di rumah orangtua istri di
kawasan elite Daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat rumah
tersebut berukuran lebih dari 8 meter², dengan kondisi yang layak
93
untuk dihuni. Melihat kondisi lantai, dinding dan atapnya masih
layak untuk dihuni.
Dalam tiga bulan terakhir Informan MRA tidak mengalami
gangguan kesehatan, Informan MRA lebih memilih kondisional
apabila sakit, apabila masih bisa istirahat di rumah maka tidak
perlu ke sarana kesehatan. Tapi jika harus ke dokter, Informan
MRA akan ke klinik atau rumah sakit. Selain itu upaya Informan
MRA untuk memenuhi biaya adminstrasi jika sakit harus dibawa
ke sarana kesehatan, dengan menggunakan BPJS. Untuk BPJS
Informan MRA mengurus secara mandiri. Jika menghadapi
kondisi yang harus ambil tindakan bayar non BPJS akan tetap
dilakukan Informan MRA, terkadang ada juga biaya yang tidak
ditanggulangi oleh program BPJS. Jadi intinya melihat situasinya
terlebih dahulu.
Meningkatnya Dinamika Sosial
Dinamika sosial Informan MRA merupakan bagian indikator
kesejahteraan penyandang disabilitas pada nomor 2. Pada hal ini
peneliti menjelaskannya secara deskriptif mengenai dinamika
sosial Informan MRA yang memiliki keterkaitan dengan Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra, penjelasannya sebagai berikut:
Informan MRA merupakan salah satu penyandang disabilitas
yang sudah bekerja dan sudah sarjana sebelum berpartisipasi di
Yayasan Mitra Netra. Informan MRA terlahir dengan normal
sempat menyelesaikan gelar sarjana dan bekerja selama 2 tahun
hingga akhirnya berhenti bekerja ketika menjadi tunanetra.
94
Selama tidak bekerja Informan MRA hanya menghabiskan waktu
di rumah sampai pada akhirnya Informan MRA mendapatkan
informasi mengenai Yayasan Mitra Netra. Informan MRA
akhirnya berpatisipasi di Yayasan Mitra Netra untuk
mempersiapkan diri di dunia kerja, khususnya sebagai pekerja
tunanetra.
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
menghasilkan dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas
tunanetra yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri agar
siap bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor
formal. Pada saat ini Informan MRA bekerja di sebuah
perusahaan asing yang berujung penghasilan, dalam mencari
lowongan pekerjaan Informan MRA cenderung lebih mencari
informasi sendiri. Pekerjaan yang di dapat pun hasil usaha
sendiri mencari informasi mengenai lowongan kerja buat
tunanetra. Meskipun demikian, banyak manfaat yang didapat
ketika Informan MRA berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra.
Pada akhirnya Informan MRA memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Dalam sebulan Informan
MRA mendapatkan upah kerja sebesar 5.000.000 rupiah. Tidak
ada penjelasan mengenai pengelompokan sumber penggajian.
Tidak terdapat perbedaan antara pekerja penyandang disabilitas
dengan pekerja non-disabilitas. Melihat jenjang karirnya pun
disamaratakan tidak ada perbedaan asalkan setiap pekerja mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawab pada pekerjaan yang
ditekuni.
Melihat penjabaran deskriptif mengenai dinamika sosial
Informan MRA diatas terlihat bahwa, terdapat dampak positif
pada sisi mata pencaharian Informan MRA, hal ini sesuai dengan
tujuan Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, yakni
95
untuk meningkatkan peluang partisipasi penyandang disabilitas
pada dunia kerja, tidak terdapat diskriminasi yang dihadapi
Informan MRA pada sumber penggajian dan jenjang karir di
tempat informan MRA bekerja, namun dengan begitu tidak
terdapat pula kompensasi untuk pekerja tunanetra, semua
disamaratakan hak dan kewajibannya dengan pekerja non-
tunanetra.
4. Kesejahteraan Informan SC
Pada tabel 5.5 menunjukan tentang bentuk-bentuk pemenuhan
kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan dari Informan
MN yang merupakan bagian indikator pada nomor 1.
Tabel 5.5 Tabel Kebutuhan Dasar Informan SC
No Kebutuhan Indikator Keberhasilan
1 Pangan Makan dua kali
atau lebih, jenis
makanan pokok
sesuai
domisili.
✓
Makan dengan
daging/ikan/telur
sekali dalam
seminggu (tidak
untuk vegetarian)
✓
2 Sandang Pakaian berbeda
sesuai dengan
kebutuhan dan
kegiatan
✓
Memperoleh
pakaian baru
minimal 1 stel
dalam 1 tahun
✓
96
3 Papan Mempunyai atap,
dinding, dan
lantai yang baik
sesuai dengan
perlindungan dan
kesehatan
✓
Luas lantai 8
meter² untuk
setiap penghuni
rumah
✓
4 Kesehatan Jika sakit dibawa
ke sarana
kesehatan ✓
Keadaan
kesehatan dalam
3 bulan terakhir ✓
Melihat penjabaran dari tabel diatas terlihat bahwa, dalam
pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari Informan SC
mengkonsumsi nasi dengan lauk pauk dan sayuran. Beberapa kali
Informan SC mengkonsumsi ikan, daging, telur dalam seminggu.
Dalam pemenuhan makan bersama dengan keluarga SC dan anak
sering melakukannya, kecuali di waktu bekerja. Hal tersebut
dimungkinkan karena Informan SC mampu mengalokasikan
sebagian penghasilannya untuk kebutuhan pangan.
Dalam pemenuhan sandang, dalam setahun Informan SC
selalu membeli pakaian baru. Setiap 2 bulan sekali Informan SC
membeli pakaian baru untuk masing-masing kegiatan tergantung
pada kebutuhannya. Informan SC bisa menentukan mana pakaian
untuk bekerja, pakaian untuk di rumah dan pakaian untuk
97
berpergian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
sandang Informan SC sudah cukup baik.
Dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, kini Informan SC dan anaknya tinggal di sebuah
kontrakan. Dengan luas yang lebih dari 8 meter², dan bangunan
yang sangat layak untuk dihuni. Tembok yang permanen, atap
yang kokoh dan juga seluruh lantai yang sudah dikeramik. Untuk
biaya kontrakannya sendiri seharga 1.000.000 rupiah untuk satu
bulan. Bagi peneliti harga tersebut cukup layak apabila melihat
kondisi kontrakannya saat ini.
Dalam tiga bulan terakhir Informan SC baik-baik saja. Jika
sakit, Informan SC akan pergi ke puskesmas atau klinik terdekat.
Selain itu upaya Informan SC untuk memenuhi biaya adminstrasi
jika sakit harus dibawa ke sarana kesehatan, dengan
menggunakan BPJS. Pada awalnya BPJS Informan SC bayar
secara pribadi, dalam 3 bulan terakhir biaya BPJS yang khusus
tunanetra dibayarkan oleh kantor sebesar 50.000 rupiah. Karena
Informan SC mengambil yang kelas satu jadi kekurangan
preminya dibayarkan secara pribadi.
Meningkatnya Dinamika Sosial
Dinamika sosial Informan SC merupakan bagian indikator
kesejahteraan penyandang disabilitas pada nomor 2. Pada hal ini
peneliti menjelaskannya secara deskriptif mengenai dinamika
sosial Informan SC yang memiliki keterkaitan dengan Program
Ketenagakerjaan Yayasan Mitra, penjelasannya sebagai berikut:
98
Informan SC menjadi tunanetra sewaktu sekolah dasar hingga
saat ini. Informan SC sedari kecil sudah berpartisipasi di Yayasan
Mitra Netra, banyak program yang diikuti oleh yang
bersangkutan selama di Mitra Netra. Sampai usianya siap
mengikuti program ketenagakerjaan di yayasan tersebut. Pada
saat ini Informan SC adalah seorang ibu sekaligus orang tua
tunggal dari seorang anak perempuan yang saat ini usianya 18
tahun. Kesehariannya sebelum bekerja beliau hanya
menghabiskan waktu untuk kursus di Yayasan Mitra Netra dan
ikut MLM hingga akhirnya Informan SC ikut serta dalam
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
menghasilkan dampak positif bagi pekerja penyandang disabilitas
tunanetra yang bersangkutan. Mulai dari mempersiapkan diri agar
siap bekerja hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di sektor
formal. Pada saat ini Informan SC bekerja di sebuah perusahaan
asing yang berujung penghasilan, Pada saat ini Informan SC
bekerja di sebuah perusahaan perbankan, dalam mencari
lowongan pekerjaan Informan SC mendapatkan informasi dari
Yayasan Mitra Netra yang mengabarkan bahwa perusahaan
tersebut sedang membuka lowongan besar-besaran untuk pekerja
penyandang disabilitas. Informan SC akhirnya ikut melamar dan
interview. Pada akhirnya Informan SC diterima di perusahaan
perbankan tersebut.
Pada akhirnya Informan SC memiliki pekerjaan tetap dan
juga penghasilan tetap setiap bulannya. Dalam sebulan Informan
SC mendapatkan upah bekerja sebesar 3.800.000 rupiah. Upah
tersebut diluar insentif, yang umumnya bisa mencapai 500.00
rupiah. Tidak terdapat perbedaan gaji dan jenjang karier antara
99
pekerja penyandang disabilitas dengan pekerja non-disabilitas.
Hanya membutuhkan perjuangan untuk promosi jabatan karena
harus bersaing dengan pekerja non-disabilitas.
Melihat penjabaran deskriptif mengenai dinamika sosial
Informan SC diatas terlihat bahwa, terdapat dampak positif pada
sisi mata pencaharian Informan SC, hal ini sesuai dengan tujuan
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, yakni untuk
meningkatkan peluang partisipasi penyandang disabilitas pada
dunia kerja, tidak terdapat diskriminasi yang dihadapi Informan
SC pada sumber penggajian dan jenjang karir di tempat informan
SC bekerja, namun dengan begitu tidak terdapat pula kompensasi
untuk pekerja tunanetra, semua disamaratakan hak dan
kewajibannya dengan pekerja non-tunanetra.
100
101
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai analisis
dampak Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra terhadap
kesejahteraan pekerja penyandang disabilitas tunanetra beserta
keluarganya melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kontribusi Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
para pekerja penyandang disabilitas adalah menghasilkan
sebuah mata pencaharian pada sektor formal yang ujungnya
menghasilkan pendapatan. Sebelum berpartisipasi pada
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, para pekerja
penyandang disabilitas memiliki kondisi yang berbeda-beda
dalam mata pencaharian. Informan DN bekerja sebagai
wirausaha namun selalu mendapatkan kegagalan dan
kerugian dalam proses berwirausaha. Informan MN tidak
memiliki pekerjaan sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra
Netra. Informan MRA tidak memiliki pekerjaan sama halnya
seperti Informan MN. Informan SC hanya mengandalkan
ikut MLM untuk memenuhi biaya hidup.
2. Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra dapat
membantu meningkatkan peluang kerja bagi para
penyandang disabilitas tunanetra, hal tersebut terlihat ketika
para penyandang disabilitas selesai mengikuti berbagai
102
kegiatan dalam Program Ketenagakerjaan dapat memiliki
pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal ini peneliti
menggunakan indikator kesejahteraan penyandang disabilitas
yang ditinjau dari buku Pedoman Kelompok Usaha
Penyandang Cacat, berikut ini adalah kondisi kesejahteraan
pekerja penyandang disabilitas pasca program. Informan
MRA dan Informan SC dapat memenuhi kedua indikator
kesejahteraan penyandang disabilitas dengan cukup baik.
Informan DN dan Informan MN masih harus berjuang
menghadapi diskriminasi yang didapatkan di tempat nereka
bekerja walaupun seperti itu kedua informan tersebut mampu
memenuhi kebutuhan dasar hidup seperti pangan, sandang,
papan, dan kesehatan.
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan dari kesimpulan
yang ditarik tentu mempunyai implikasi. Maka penelitian ini
diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak dan penelitian-
penelitian selanjutnya. Sehubung dengan hal tersebut, maka
implikasinya adalah:
1. Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, merupakan program
untuk meningkatkan partisipasi peluang kerja tunanetra.
Kontribusi Program Ketenagakerjaan ini memiliki kontribusi
secara langsung terhadap pekerja tunanetra dengan
membantu memperoleh pekerjaan dan secara tidak langsung
103
terhadap kesejahteraan keluarganya. Hal ini diperkuat dengan
adanya peningkatan kesejahteraan para pekerja tunanetra
setelah mengikuti program ketenagakerjaan dibandingkan
dengan sebelum mengikuti program ketenagakerjaan.
Sehingga implikasi dari penelitian ini dalam
menyelenggarakan Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra
Netra telah memperkuat teori kesejahteraan pekerja
penyandang disabilitas.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai kontribusi program ketenagakerjaan pada
tunanetra, dan kesejahteraannya. Maka untuk lebih
mendalam mengenai kontribusi program dan keterkaitannya
dengan kesejahteraan, perlu kiranya dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas maka saran
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Yayasan Mitra Netra
Untuk Program Ketenagakerjaan agar dilaksanakan lebih
teratur dan terjadwal agar para calon pertisipan tunanetra
dapat memberikan waktu untuk bisa berpartisipasi dalam
rangkaian kegiatan Program Ketenagakerjaan. Perlu adanya
pekerja sosial di Yayasan Mitra Netra karena banyak peran
pekerja sosial hanya di isi oleh relawan, alangkah lebih baik
ketika suatu pekerjaan dilakukan oleh seorang profesional
sesuai dengan ranahnya.
104
2. Bagi Para Pekerja Penyandang Disabilitas Tunanetra
Untuk para pekerja penyandang disabilitas tunanetra agar
lebih giat dan selalu termotivasi dalam mencari nafkah,
sebab upah yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, yang bertujuan agar pekerja
penyandang disabilitas tunanetra mendapat predikat
sejahtera.
3. Bagi Perusahaan/Lembaga Pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada
Perusahaan/Lembaga Pemerintah penyedia lapangan kerja
bagi penyandang disabilitas untuk lebih menyetarakan antara
pekerja penyandang disabilitas dengan pekerja non-
penyandang disabilitas baik dari sisi upah bekerja maupun
jenjang kariernya di dalam perusahaan disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki masing-masing pekerja.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih
mendalami Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra
dari sisi evaluasi program atau dampak program serta
pengaruhnya terhadap pekerja penyandang disabilitas
tunanetra. Agar dapat terlihat lebih jelas bagaimana proses
berjalannya program tersebut serta melihat dampak positif
maupun negatif program terhadap pekerja penyandang
disabilitas tunanetra.
105
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU, ARTIKEL, JURNAL
Burhan Bungin. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dedi Mulyadi. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Departemen Sosial. 2002. Penyandang Cacat. CSIS.
Dian Komala Sari, Dwi Haryono, dan Novi Rosanti. 2014.
“Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Jagung di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan,” 1, 2 (Januari).
Edi Suharto. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerja Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Eko Sugiharto. 2007. “Tingkat kesejahteraan Masyarakat
Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator
Badan Pusat Statistik,” 2, 4: 32–36.
Kadek Januarsa Adi Sudharma. 2017. “Implementasi Asas
Keseimbangan pada Kontrak Kerja bagi Tenaga Kerja
Penyandang Disabilitas yang Diterapkan oleh Yayasan
Nirlaba di Provinsi Bali” 2.
Kementrian Sosial Republik Indonesia. 2005. “Model
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Penyandang
Disabilitas Berbasis Keluarga dan Masyarakat,”
November.
106
Lagita Manatas. 2014. Strategi Mengajar Siswa Tunanetra.
Yogyakarta: Imperium.
Lexy J Moleong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. 15 ed.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
———. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. 28 ed. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M. Djunaedi Ghony, dan Fauzan Almanshur. 2012. Metode
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Maida El Muhtaj. 2008. Dimensi-dimensi HAM Mengurangi Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Jakarta: Raja Grafindo
Budaya.
Maimun. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Meita Setyawati. 2017. “Daya Juang Menghadapi Diskriminasi
Kerja pada Penyandang Tunadaksa” 5: 56–67.
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2009.
Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Muhammad Kasiran. 2008. Metodologi Penelitian: Refleksi
Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi
Penelitian. Malang: UIN-Maliki Press.
———. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang:
UIN-Maliki Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
107
Sutjihati Somantri. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:
Refika Aditama.
W. J .S. Poerdaminta. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Wirawan. 2011. Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi dan
Profesi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yusuf Farida. 2010. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
SUMBER UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tentang
Penyandang Disabilitas. 1997.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tentang
Penyandang Disabilitas. 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tentang
Kesejahteraan Sosial. 2009.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tentang
Penyandang Disabilitas. 2003.
SUMBER MEDIA ONLINE
“Latar Belakang – Yayasan Mitra Netra.” t.t. Diakses 27 Februari
2018. https://mitranetra.or.id/profil/latar-belakang/.
“Layanan Ketenagakerjaan – Yayasan Mitra Netra.” t.t. Diakses
28 Februari 2018. https://mitranetra.or.id/program-
layanan/layanan-ketenagakerjaan/.
108
“Struktur Organisasi – Yayasan Mitra Netra.” t.t. Diakses 27
Februari 2018. https://mitranetra.or.id/profil/struktur-
organisasi/.
“Visi Misi – Yayasan Mitra Netra.” t.t. Diakses 27 Februari 2018.
https://mitranetra.or.id/profil/visi-misi/.
SUMBER WAWANCARA
Aria Indrawati. 2018. Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian
Program Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra.
Informan DN. 2018. Wawancara Pribadi dengan Pekerja
Penyandang Disabilitas.
Informan MN. 2018. Wawancara Pribadi dengan Pekerja
Penyandang Disabilitas.
Informan MRA. 2018. Wawancara Pribadi dengan Pekerja
Penyandang Disabilitas.
Informan SC. 2018. Wawancara Pribadi dengan Pekerja
Penyandang Disabilitas.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat tanggal lahir :
Usia :
Domisili :
Agama :
Pekerjaan :
Waktu dan Tempat :
DAFTAR PERTANYAAN
Kepala Bagian Program Ketenagakerjaan
1. Apa yang dimaksud dengan Program Ketenagakerjaan Yayasan
Mitra Netra?
2. Apa tujuan Yayasan Mitra Netra mengadakan program tersebut
untuk calon pekerja penyandang disabilitas itu sendiri?
3. Apakah dampak nyata program ini terhadap pekerja
penyandang disabilitas?
4. Bagaimana jika program ini tidak pernah diadakan
sebelumnya?
5. Apakah dengan adanya program ini membuat calon pekerja
penyandang disabilitas mendapatkan sebuah pekerjaan dan
terbantu ekonominya?
6. Bagaimana tanggapan masyarakat/orang tua/pihak keluarga
dari pekerja penyandang disabilitas mengenai dampak program
pendampingan terhadap pekerja?
7. Apakah ada dampak langsung yang dirasakan pihak keluarga
pekerja penyandang disabilitas mengenai program ini?
8. Bagaimana tanggapan perusahaan/lembaga milik pemerintah
yang bermitra dengan Yayasan Mitra Netra dengan
diadakannya program ini?
9. Apakah sejauh ini program ini cukup efektif untuk calon
pekerja penyandang disabilitas?
TRANSKIP WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Aria Indrawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 29 Januari 1965
Usia : 53 tahun
Domisili : Jakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Bagian Ketenagakerjaan
Waktu dan Tempat : Yayasan Mitra Netra, Jakarta (Selasa,
30 Januari 2018)
Kepala Bagian Program Ketenagakerjaan
No. Pertanyaan Jawaban
1
Apa yang dimaksud dengan
Program Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra?
Program yang bergerak pada
bidang tenaga kerja dimana
yayasan ini mempersiapkan
tunanetra yang berpartisipasi
dalam program ini untuk siap
terjun ke dunia kerja. Program ini
melatih hardskill dan softskill para
tunanetra dengan cara
membangun karakter dan
membuka pemikiran mereka
mengenai kelebihan dan
kekurangan dirinya sehingga
partisipan tau dimana mereka
harus bekerja, selain itu
memberikan pengetahuan
mengenai dunia kerja seperti cara
mempersiapkan surat lamaran
pekerjaan atau CV, kemudian cara
berpakaian, interview dan lain
sebagainya. Jadi program ini
bukan suatu pendampingan ya
berbeda dengan program lain yang
ada di Mitra Netra tetapi lebih
kepada mempersiapkan tunanetra
untuk terjun ke dunia kerja.
2
Apa tujuan Yayasan Mitra
Netra mengadakan program
tersebut untuk calon pekerja
penyandang disabilitas itu
sendiri?
Tujuannya dari program ini yaitu
membantu para tunanetra mencari
peluang kerja agar mereka bisa
lebih produktif dari sebelumnya.
Jadi program ini membantu
mempersiapkan segala sesuatunya
baik dari sisi keterampilan fisik
atau Hard Skill-nya maupun
keterampilan halus atau Soft Skill-
nya agar mereka mendapatkan
peluang kerja. Kemudian
membangun komunikasi dengan
perusahaan maupun lembaga
pemerintah agar membuka
peluang bagi mereka. Selain itu
program ini juga mengupayakan
magang kerja supaya mereka para
tunanetra ini memiliki
pengalaman bekerja. Lalu
mempromosikan para tunanetra
yang telah siap kerja ke
masyarakat untuk ditempatkan
sebagai karyawan pada
perusahaan mereka, dan bagi para
tunanetra yang berminat dalam
bidang berwirausaha, kita bantu
memulai dalam merintis usaha
mereka sendiri. Jadi ya intinya
sebelum mereka terjun di dunia
kerja, kita akan cari tau dulu nih
potensi apasih yang mereka miliki
sehingga kita tau mana-mana saja
bidang kerja yang layak untuk
mereka.
3
Apakah dampak nyata
program ini terhadap
pekerja penyandang
disabilitas?
Yang pasti yayasan ini juga
membangun komunikasi dengan
perusahaan maupun badan milik
negara. Jadi kalau dibutuhkan
tenaga kerja tunanetra di salah
satu perusahaan yang bekerjasama
dengan kita bisanya perusahaan
tersebut akan menginfokannya ke
yayasan ini. Untuk selanjutnya
kita sebagai pihak lembaga
menginfokannya ke pekerja
tunanetra. Kalau misalkan pekerja
tunanetra berniat untuk kerja di
perusahaan yang sedang
membuka lowongan pekerjaan
yang pasti mereka bisa langsung
melamar dan melakukan
interview. Kebetulan sebagian
besar yang pernah ikut program
ini di Mitra Netra dan masih
sering berkomunikasi dengan saya
itu alhamdulillah mereka sekarang
udah pada kerja
4
Bagaimana jika program ini
tidak pernah diadakan
sebelumnya?
Justru tujuan yang
melatarbelakangi lembaga ini
didirikan ya itu, untuk
mengadakan program
ketenagakerjaan supaya mereka
para tunanetra bisa mendapatkan
peluang kerja yang lebih baik.
5
Apakah dengan adanya
program ini membuat calon
pekerja penyandang
disabilitas mendapatkan
sebuah pekerjaan dan
terbantu ekonominya?
Iya kita hanya mencoba
menjembatani mereka dengan
perusahaan yang bekerja sama
dengan kita. Kita hanya
membantu mereka dalam
mempersiapkan diri mereka dalam
menghadapi dunia kerja seperti
tadi, kita mengasah hard skill dan
soft skill-nya dan kita juga selalu
menginfokan lowongan pekerjaan
pada mereka para tunanetra yang
telah selesai mengikuti program
hingga tahap akhir..
6
Bagaimana tanggapan
masyarakat/orangtua/pihak
keluarga dari pekerja
penyandang disabilitas
mengenai dampak program
pendampingan terhadap
pekerja?
Kalau selama ini tanggapan yang
masuk ke kita semuanya sebagian
besar mendukung program ini sih.
Mereka bahkan senang dengan
adanya program ini. Malah ada
tanggapan yang meminta program
ini untuk terus dikembangkan agar
dapat membantu memberdayakan
tunanetra pada usia kerja.
7
Apakah ada dampak
langsung yang dirasakan
pihak keluarga pekerja
penyandang disabilitas
mengenai program ini?
Mungkin itu sih, melihat si
tunanetra sekarang lebih mandiri,
memiliki pekerjaan yang layak
sesuai dengan potensinya dan juga
sudah punya penghasilan. Jadi
mungkin kita dapat membantu
mereka (pihak keluarga) untuk
mensukseskan anggota
keluarganya yang tunanetra.
8
Bagaimana tanggapan
perusahaan/lembaga milik
pemerintah yang bermitra
dengan Yayasan Mitra
Netra dengan diadakannya
program ini?
Sejauh ini tidak ada masalah.
Karena dari awal kita sudah
sampaikan ke pihak perusahaan,
kita hanya melatih mereka dan
menjembatani mereka dengan
perusahaan. Setelah itu bukan
tanggung jawab kami lagi. Karena
kalau sudah bekerja di kantor atau
sudah selesai mengikuti kegiatan
di Mitra Netra itu sudah di luar
dari ranah kami.
9
Apakah sejauh ini program
ini cukup efektif untuk
calon pekerja penyandang
disabilitas?
Sejauh ini cukup efektif, namun
itu tadi balik lagi kepada personal
tunanetra itu sendiri. Karena
pelayanan kami tidak sampai
tahap terminasi.
PEDOMAN WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat tanggal lahir :
Usia :
Domisili :
Agama :
Pekerjaan :
Waktu dan Tempat :
DAFTAR PERTANYAAN
Pekerja Penyandang Disabilitas
• Biodata
1. Bapak/Ibu bekerja dimana?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja?
3. Bagaimana keseharian bapak/ibu sebelum bekerja?
• Keterkaitan dengan Lembaga
4. Apakah bapak/ibu pernah berpartisipasi dalam kegiatan di
Yayasan Mitra Netra?
5. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu tekuni selama di Yayasan
Mitra Netra?
6. Adakah manfaat, pengaruh dan keterkaitannya kegiatan di
Yayasan Mitra Netra dengan pekerjaan yang bapak/ibu tekuni
sekarang?
• Perekonomian
7. Bagaimana pendapatan bapak/ibu saat ini?
a. Pemasukan (upah bekerja, melihat perbandingan upah
yang didapatkan dengan UMR dan upah bekerja orang
normal di perusahaan tersebut)
b. Pengeluaran (uang untuk kebutuhan (pokok, sekunder,
tersier), uang transport keseharian, pengeluaran untuk
kehidupan biaya listrik dan air)
8. Apakah hanya bapak/ibu yang memiliki penghasilan di dalam
keluarga ini?
9. Apakah pendapatan bapak/ibu dapat memenuhi kebutuhan
bapak/ibu?
• Kondisi Pekerja
10. Bagaimana kesehatan bapak/ibu dalam 3 bulan terakhir?
11. Apakah jika bapak/ibu sakit dibawa ke sarana kesehatan?
12. Bagaimana cara bapak/ibu memenuhi biaya adminitrasi di
sarana kesehatan apabila sakit? (ditanyakan apabila sakit
dibawa ke sarana kesehatan)
13. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan sehari-
hari?
a. Pola makan
b. Pakaian yang berbeda untuk setiap kebutuhan (untuk di
rumah, bekerja/sekolah, dan berpergian)
• Lingkungan Sosial
14. Apakah bapak/ibu aktif mengikuti kegiatan keagamaan
disekitar sini?
15. Dimana biasa bapak/ibu menjalankan ibadah?
16. Apakah ada iuran untuk kegiatan masyarakat?
17. Lalu apakah bapak/ibu ikut memberikan sumbangan untuk
kegiatan tersebut?
18. Apakah bapak/ibu aktif dalam kegiatan masyarakat?
• Kelayakan Tempat Tinggal
19. Bagaimana keadaan atap, lantai, dinding rumah bapak/ibu?
(ditanyakan apabila kegiatan wawancara bukan di rumah
informan)
TRANSKIP WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama : DN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bogor, 10 November 1984
Usia : 33 tahun
Domisili : Depok
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Waktu dan Tempat : Mc.Donalds Kelapa Dua, Depok
(Sabtu, 3 Februari 2018)
Pekerja Penyandang Disabilitas
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bapak/Ibu bekerja
dimana? Perusahaan Finance Asing
2 Sudah berapa lama
bapak/ibu bekerja? Sekitar 1 tahun 8 bulan
3
Bagaimana keseharian
bapak/ibu sebelum
bekerja?
Dulu sempet berwirausaha dimulai
dari bikin keripik, cuman kan kalau
skala kecil masih sanggup tapi kalau
misalkan skala besar mungkin bakal
kewalahan, udah gitu terkendala juga
sama proses penjualan. Akhirnya
ganti usaha jadi ternak lele, namun
ruginya lebih banyak dari pada
pendapatannya. Akhirnya ganti lagi
jadi usaha telor asin, cuman
terkendala juga karena waktu itu lagi
marak virus flu burung. Samapai pada
akhirnya saya mendapat info
mengenai Yayasan Mitra Netra dan
mencoba untuk khursus disana
4
Apakah bapak/ibu
pernah berpartisipasi
dalam kegiatan di
Yayasan Mitra Netra?
Pernah
5
Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu tekuni selama
di Yayasan Mitra Netra?
Pertama, OM (orientation mobility)
jadi kita kaya belajar buat
menggunakan tongkat biar kalau mau
berpergian bisa mandiri, tidak perlu
dibantu orang lagi.
Kedua, belajar komputer tanpa
menggunakan mouse jadi
mengandalkan keyboard komputer.
Belajar juga mengenai microsoft
office, internet dan penggunaan
gmail.
Kalau buat keterampilan musiknya
sempet berpartisipasi keterampilan
angklung.
6
Adakah manfaat,
pengaruh dan
keterkaitannya kegiatan
di Yayasan Mitra Netra
dengan pekerjaan yang
bapak/ibu tekuni
sekarang?
Banyak manfaatnya, disitukan belajar
komputer bicara itu berguna banget
buat nanti di dunia kerja. Diajarin
juga untuk hidup mandiri. Yang
paling penting sih itu belajar
komputer beserta microsoft office,
internet dan penggunaan gmail.
Karena sekarang itu dunia kerja buat
tunanetra minimal harus bisa
menguasai itu.
7 Bagaimana pendapatan
bapak/ibu saat ini?
Kalau gaji, kisarannya diatas UMR.
Sumber penggajian dibagi menjadi 2,
yaitu: gaji pokok dan uang transport.
a. Pemasukan
(upah bekerja, melihat
perbandingan upah yang
didapatkan dengan
UMR dan upah bekerja
orang normal di
perusahaan tersebut)
b. Pengeluaran
(uang untuk kebutuhan
(pokok, sekunder,
tersier), uang transport
keseharian, pengeluaran
untuk kehidupan biaya
listrik dan air)
Gaji pokoknya 2.000.000 dan uang
transportnya 1.650.000 belum dengan
intensifnya. Kalau digabung di atas
UMR. Perbedaan pemberian upah
dengan pekerja normal pada
umumnya adalah gaji mereka setara
UMR dan mendapatkan intensif
cuman tidak dapat uang transport.
Kalau dari sisi pekerjaan sedikit
berbeda karena pekerjaan kita ini
merupakan event charity dari kantor,
jadi ngga ada jenjang kariernya.
Berbeda dengan pekerja pada
umumnya memiliki jenjang karier.
Untuk pengeluaran buat transport
keseharian kita kalau ditotal per
bulannya kena 1.500.000. buat uang
makan sendiri sejauh ini bawa bekel
biar lebih irit. Untuk anggaran bekel
itu sendiri per bulan 300-500 ribu.
Klo buat biaya listrik kita ngasih ke
orang tua 750.000 karena di rumah
saya patungan sama adik saya. Untuk
biaya pengeluaran anak saya nabung
dari jauh-jauh hari, kebetulan istri
juga bekerja jadi kita patungan. Setiap
bulannya saya pasti ada sisa gaji. Sisa
gaji itu saya siapkan untuk persiapan
kehamilan istri. Pengeluaran lainnya
kaya beli pakaian per bulannnya ngga
nentu cuman kalau dikira-kira kena
100rb per bulan. Sama yang terakhir
biasanya ada iuran RT per bulan saya
menyumbang 20.000 per bulan.
8
Apakah hanya bapak/ibu
yang memiliki
penghasilan di dalam
keluarga ini?
Saya bekerja, kebetulan istri juga
bekerja jadi saling bantu aja.
9 Apakah pendapatan
bapak/ibu dapat
memenuhi kebutuhan
Kalau dilihat dari apa yang saya
jabarkan, itu alhamdulillah sejauh ini
cukup-cukup aja.
bapak/ibu?
10
Bagaimana kesehatan
bapak/ibu dalam 3 bulan
terakhir?
Alhamdulillah sehat semua, paling
akhir-akhir ini cuman kontrol
kehamilan istri aja.
11
Apakah jika bapak/ibu
sakit dibawa ke sarana
kesehatan?
Paling kalau keluarga sakit kita bawa
ke puskesmas cuman kalau misalkan
dirujuk ke rumah sakit ya kita ke
rumah sakit.
12
Bagaimana cara
bapak/ibu memenuhi
biaya adminitrasi di
sarana kesehatan apabila
sakit? (ditanyakan
apabila sakit dibawa ke
sarana kesehatan)
Kalau saya sih menggunakan BPJS,
untuk pembayaran BPJSnya untuk 3
bulan terakhir ini kantor menanggung
pembayaran BPJS khusus untuk
difabel. Tapi BPJS itu hanya untuk
pegawai aja, tidak termasuk keluarga.
13
Bagaimana pemenuhan
kebutuhan sandang dan
pangan sehari-hari?
a. Pola makan
b. Pakaian yang
berbeda untuk setiap
kebutuhan (untuk di
rumah, bekerja/sekolah,
dan berpergian)
Kalau pola makan saya di kantor lebih
sering bawa bekel untuk makan
siangnya, untuk menunya sendiri
paling saya kombinasi antara sosis,
baso, sayur, kadang-kadang ikan,
kadang-kadang ayam. Ya paling
begitu aja sih. Untuk makan bareng
istri paling setelah pulang kerja dan
waktu sarapan. Sama setiap hari libur
paling.
Kalau untuk pakaian sendiri kita
sudah tahu porsinya masing-masing
kegiatan, kebetulan di Mita Netra kita
juga diajarkan cara memilih pakaian
untuk bekerja. Jadi, secara tidak
langsung kita tahu mana pakaian
untuk bekerja, untuk di rumah sama
untuk berpergian. Kalau untuk
memperoleh pakaian itu sendiri paling
3 bulan sekali kita beli pakaian baru.
14
Apakah bapak/ibu aktif
mengikuti kegiatan
keagamaan disekitar
sini?
Kalau pribadi aktif, karena dulu saya
dan istri juga sempat aktif di Rohis.
Cuman akhir-akhir ini jarang karena
sibuk bekerja.
15 Dimana biasa bapak/ibu
menjalankan ibadah?
Dulu sering ke masjid UI, untuk saat
ini karena sibuk bekerja paling lebih
sering beribadah di rumah.
16 Apakah ada iuran untuk
kegiatan masyarakat?
Paling iuran RT per bulan, untuk
kegiatan masyarakatnya sendiri ada
cuman ga terlalu sering
17
Lalu apakah bapak/ibu
ikut memberikan
sumbangan untuk
kegiatan tersebut?
Untuk iuran RT kita menyumbang
20.000 per bulan, kalau kegiatan
masyarakat kaya mencari donatur kita
ngasih sekitar 50.000 karena ga
terlalu sering juga. Untuk kerja bakti
karena kita ga bisa bantu tenaga
paling bantu kopi, rokok, dan
gorengan (konsumsi).
18
Apakah bapak/ibu aktif
dalam kegiatan
masyarakat?
Untuk saat ini saya aktif di ITMI,
PERTUNI, MPCI. Kegiatan tersebut
kegiatan yang berbasis tunanetra.
Untuk kegiatan berbasis
keagamaannya itu ITMI suka ada
pengajian per 3 bulan. MPCI berbasis
keolahragaan, kebetulan saya
sekertaris MPCI Depok.
19
Bagaimana keadaan
atap, lantai, dinding
rumah bapak/ibu?
(ditanyakan apabila
kegiatan wawancara
bukan di rumah
informan)
Kebetulan kita masih tinggal sama
orang tua jadi kondisi rumah pun
masih layak huni. Dari atapnya,
dindingnya, lantainya.
TRANSKIP WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Informan MN
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta
Usia : 30 tahun
Domisili : Jakarta Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Waktu dan Tempat : Kediaman Rumah Informan MN
(Minggu, 4 Februari 2018)
Pekerja Penyandang Disabilitas
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bapak/Ibu bekerja
dimana? Perusahaan Finance Asing
2 Sudah berapa lama
bapak/ibu bekerja? Sekitar 1 tahun 6 bulan.
3
Bagaimana keseharian
bapak/ibu sebelum
bekerja?
Bantu usaha orang tua, karena dulu
masih bisa melihat dan sibuk usaha
online shop.
4 Apakah bapak/ibu
pernah berpartisipasi Pernah berpartisipasi di Yayasan
dalam kegiatan di
Yayasan Mitra Netra?
Mitra Netra.
5
Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu tekuni selama
di Yayasan Mitra Netra?
Khursus komputer, bahasa Inggris,
belajar huruf latin dan arab. Kalau di
bidang keterampilannya saya ikut
keterampin angklung. Di bagian
rohani saya ikut kelas masjid.
Dalam program tenaga kerjanya,
softskill training kaya pelatihan bikin
CV, menentuka karakter kita seperti
apa, belajar mengenai dunia kerja,
kaya cara bersikap, menentukan
pakaian buat bekerja kaya gimana.
6
Adakah manfaat,
pengaruh dan
keterkaitannya kegiatan
di Yayasan Mitra Netra
dengan pekerjaan yang
bapak/ibu tekuni
sekarang?
Manfaatnya banyak sekali, dari segi
sosialisasinya, disana diajarkan
banyak hal kaya komputer itu sangat
berguna banget. Cara bergaul juga
dijarkan dan itu juga penting sekali.
7
Bagaimana pendapatan
bapak/ibu saat ini?
a. Pemasukan
(upah bekerja, melihat
perbandingan upah yang
didapatkan dengan
UMR dan upah bekerja
orang normal di
perusahaan tersebut)
b. Pengeluaran
(uang untuk kebutuhan
(pokok, sekunder,
tersier), uang transport
keseharian, pengeluaran
untuk kehidupan biaya
listrik dan air)
Kalau penghasilan saya, gaji
pokoknya itu 2.000.000, selain itu
saya juga dapat uang transport dari
kantor 1.650.000. sama intensif per
bulannya ngga nentu, ya paling sering
sih dapat 500.000 buat intensifnya.
Kalau perbedaan dengan yang non
tunanetra paling di gaji pokok, kalau
gaji pokok mereka setara UMR,
cuman ngga dapat uang transport.
Kalau kita kan gaji pokok cuman
2.000.000 cuman dapat uang transport
kalau di total jadi setra UMR juga
sebenarnya.
Untuk makan sehari-hari saya lebih
sering bawa bekel dari rumah, mamah
yang ngurusin bekelnya. Untuk
pengeluaran bekel sendiri saya per
bulan biasa ngasih mamah 700.000
per bulan. Selain itu saya juga ngasih
papah 200 rb per bulan buat nambahin
uang listrik. Kalau buat pakaian
karena aku juga ngga nentu per
bulannya beli pakaian apa ngga paling
kena 100.000 s.d 200.000 perbulan.
Karena aku juga orangnya jarang
belanja. Paling kalau ada sisa gaji aku
tabung buat nikahku kemaren.
8
Apakah hanya
bapak/ibu yang
memiliki penghasilan di
dalam keluarga ini?
Saya bekerja, suami juga berkerja.
9
Apakah pendapatan
bapak/ibu dapat
memenuhi kebutuhan
bapak/ibu?
Alhamdulillah cukup-cukup aja malah
gaji saya selalu ada sisa buat di
tabung.
10
Bagaimana kesehatan
bapak/ibu dalam 3 bulan
terakhir?
Alhamdulillah sih selalu diberikan
kesehatan, saya sehat, orang tua juga
sehat, suami di Bandung juga sehat.
11
Apakah jika bapak/ibu
sakit dibawa ke sarana
kesehatan?
Kalau sakit paling istirahat di rumah,
soalnya ga pernah sakit macam-
macam. Tapi kalau misalkan
kondisinya harus dibawa ke
puskesmas atau klinik, ya dibawa
kesana.
12
Bagaimana cara
bapak/ibu memenuhi
biaya adminitrasi di
sarana kesehatan apabila
sakit? (ditanyakan
apabila sakit dibawa ke
sarana kesehatan)
Kalau administrasi paling BPJS,
awalnya BPJS saya bayar secara
pribadi, cuman 3 bulan terakhir ini
biaya BPJS yang khusus tunanetra
dibayarkan oleh kantor 50.000. karena
saya ngambil yang kelas satu jadi
sisanya saya tanggung sendiri.
13
Bagaimana pemenuhan
kebutuhan sandang dan
pangan sehari-hari?
a. Pola makan
b. Pakaian yang
berbeda untuk setiap
Kalau pola makan saya di kantor lebih
sering bawa bekel, kebetulan mamah
yang buat. Untuk menunya sendiri
paling ganti-ganti sih, kadang ayam,
kadang ikan, tapi biasanya pake sayur
sih. Ya paling begitu aja sih.
Kalau untuk pakaian sendiri kita
kebutuhan (untuk di
rumah, bekerja/sekolah,
dan berpergian)
sudah tahu porsinya masing-masing
kegiatan, karena kita juga bekerja jadi
tahu mana pakaian yang layak di
pakai buat bekerja, mana pakaian
untuk di rumah, mana pakaian untuk
berpergian. Kalau untuk memperoleh
pakaian itu sendiri ngga nentu sih
melihat pakaian yang kita punya juga
masih layak pakai atau tidak, kalau
misalkan udah ngga layak pakai ya
biasanya saya beli paling pakaian
baru. Kalau dilihat perkiraan
waktunya paling 2 bulan 1-2 baju sih.
14
Apakah bapak/ibu aktif
mengikuti kegiatan
keagamaan disekitar
sini?
Ga terlalu aktif dalam kegiatan
keagamaan
15 Dimana biasa bapak/ibu
menjalankan ibadah?
Kalau beribadah paling di rumah,
kalau lg di kantor di musholla kantor
16 Apakah ada iuran untuk
kegiatan masyarakat?
mungkin ada, saya juga kurang tahu
karena masih tinggal bareng orang
tua, mungkin kalau ada info kegiatan-
kegiatan masyarakat diinfokannya
mungkin ke orang tua.
17
Lalu apakah bapak/ibu
ikut memberikan
sumbangan untuk
kegiatan tersebut?
Karena kurang info, jadi saya tidak
tahu apakah ada kegiatan atau tidak.
Kalau adapun mintanya paling ke
orang tua.
18
Apakah bapak/ibu aktif
dalam kegiatan
masyarakat?
Saya ga terlalu aktif organisasi, paling
dulu waktu di Mitra Netra pernah
bikin kegiatan “Komunitas Tunanetra
berbagi” jadi berapa bulan sekali kita
pernah ngumpulin dana buat
didonasikan ke panti asuhan, terus
pernah juga ke yayasan rumah kanker.
19
Bagaimana keadaan
atap, lantai, dinding
rumah bapak/ibu?
(ditanyakan apabila
kegiatan wawancara
bukan di rumah
informan)
TRANSKIP WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Informan MRA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 18 April 1985
Usia : 32 tahun
Domisili : Jakarta Pusat
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Waktu dan Tempat : Kediaman Rumah Informan MRA
(Sabtu, 10 Februari 2018)
Pekerja Penyandang Disabilitas
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bapak/Ibu bekerja
dimana? Perusahaan Informatika
2 Sudah berapa lama
bapak/ibu bekerja? Lumayan lama sekitar 4 tahun
3
Bagaimana keseharian
bapak/ibu sebelum
bekerja?
Sebelum bekerja saya kuliah karena
waktu itu belum seperti ini, saya
menjadi tunanetra itu pada waktu di
kantor saya yang dulu.
4
Apakah bapak/ibu
pernah berpartisipasi
dalam kegiatan di
Yayasan Mitra Netra?
Pernah mas.
5
Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu tekuni selama
di Yayasan Mitra Netra?
Saya waktu itu ikut pelatihan yang
orintasi mobilitas karena butuh buat
mobilitas saya untuk berpergian
kemana-mana tanpa melihat
Terus, saya juga ikut program
komputer bicara karena itu penting
sekali untuk dunia kerja
Yang ketiga sama program tenaga
kerja untuk melatih softskill saya
sebagai tunanetra di dunia kerja
6
Adakah manfaat,
pengaruh dan
keterkaitannya kegiatan
di Yayasan Mitra Netra
dengan pekerjaan yang
bapak/ibu tekuni
sekarang?
Banyak sih mas manfaatnya, sampai
saya bisa seperti ini tetap bertahan di
pekerjaan saya itu ada sangkut-
pautnya dengan pelatihan yang saya
lakukan di mitra netra. Bagi saya yang
paling penting adalah pelatihan
komputer bicara sih mas. Namun
untuk pekerjaan saya sendiri itu saya
mencari informasinya sendiri,
kebetulan diterima jadi saya tidak
perlu pendampingan dari Mitra Netra
lagi untuk menjembatani antara saya
dengan perusahaan. Namun dari sisi
ilmu yang diberikan pada program
ketenagakerjaan kepada saya sangat
berguna untuk kehidupan saya di
dunia pekerjaan
7
Bagaimana pendapatan
bapak/ibu saat ini?
a. Pemasukan
(upah bekerja, melihat
Alhamdulillah pendapatan saya
cukup-cukup saja. Kalau nominal itu
kena angka 5.000.000 per bulan.
Kalau perbedaan dengan pekerja
normal pada umumnya yang non
perbandingan upah yang
didapatkan dengan
UMR dan upah bekerja
orang normal di
perusahaan tersebut)
b. Pengeluaran
(uang untuk kebutuhan
(pokok, sekunder,
tersier), uang transport
keseharian, pengeluaran
untuk kehidupan biaya
listrik dan air)
tunanetra saya rasa tidak ada. Melihat
jenjang karirnya pun disamaratakan
tidak ada perbedaan asalkan kitanya
mampu.
Untuk pengeluaran sendiri cukup-
cukup saja. Dilihat dari pangannya
karena saya tinggal di rumah orang
tua istri mungkin kita patungan, disini
juga ada adik istri yang juga bekerja,
kalau ditotal per bulan sekitar 500.000
rupiah. Untuk pakaian sendiri tidak
terlalu banyak pengeluarannya karena
setiap bulannya belum tentu saya beli
pakaian baru, paling kalau
dikalkulasikan sekitar 100 hingga 300
ribu per bulan. Untuk uang transport
sehari-hari karena sekarang ada
transcare dan itu gratis paling untuk
berangkat kerjanya aja kena 30.000
untuk bayar ojek online. Kalau untuk
anak mungkin agak banyak ya mas,
karena kita sebagai orang tua ingin
menjaga anak tetap mendapat gizi
yang baik dari asupannya, belum lagi
dengan pakaiannya kalau ditotal bulan
ini saya habis 2.000.000 rupiah. Biaya
listrik dan air karena itu tadi kita
patungan karena di rumah ini banyak
yang bekerja paling ikut uang yang
500.000 ribu tadi.
8
Apakah hanya
bapak/ibu yang
memiliki penghasilan di
dalam keluarga ini?
Iya kalau dikeluarga inti saya sendiri
hanya saya, karena istri hanya sebagai
ibu rumah tangga dan harus mengurus
anak.
9
Apakah pendapatan
bapak/ibu dapat
memenuhi kebutuhan
bapak/ibu?
Alhamdulillah mas, cukup.
10 Bagaimana kesehatan
bapak/ibu dalam 3 bulan
Alhamdulillah sehat semua untuk 3
bulan terakhir ini.
terakhir?
11
Apakah jika bapak/ibu
sakit dibawa ke sarana
kesehatan?
Kalau masalah ini kondisional sih
mas, ya kalau masih bisa istirahat di
rumah ya tidak perlu ke dokter. Tapi
kalau memang harus ke dokter ya
paling ke klinik atau rumah sakit.
12
Bagaimana cara
bapak/ibu memenuhi
biaya adminitrasi di
sarana kesehatan apabila
sakit? (ditanyakan
apabila sakit dibawa ke
sarana kesehatan)
Kalau saya BPJS sih mas. Untuk
BPJS saya sendiri diurus secara
pribadi. Tapi kalau memang kita harus
ambil tindakan bayar non BPJS juga
pasti saya lakukan, karena
terkadangkan ada juga biaya yang
tidak termasuk dari BPJS. Jadi intinya
melihat situasinya terlebih dahulu.
13
Bagaimana pemenuhan
kebutuhan sandang dan
pangan sehari-hari?
a. Pola makan
b. Pakaian yang
berbeda untuk setiap
kebutuhan (untuk di
rumah, bekerja/sekolah,
dan berpergian)
Kalau pola makan untuk di kantor
paling saya ke kantin, untuk di rumah
ya paling makan bareng keluarga.
Untuk menunya sendiri setiap hari
berbeda-beda, yang pasti untuk
memenuhi empat sehat lima
sempurna.
Kalau untuk pakaian sendiri kita tahu
mana pakaian untuk bekerja, untuk di
rumah sama untuk berpergian. Kalau
untuk memperoleh pakaian itu sendiri
paling 2-3 bulan sekali kita beli
pakaian baru.
14
Apakah bapak/ibu aktif
mengikuti kegiatan
keagamaan disekitar
sini?
Untuk kegiatan keagamaan sih kurang
aktif ya mas.
15 Dimana biasa bapak/ibu
menjalankan ibadah?
Paling kalau ibadah di rumah aja,
kalau lagi di kantor ya di musholla
kantor.
16 Apakah ada iuran untuk
kegiatan masyarakat?
Kalau untuk ini sih saya tidak pernah
tahu ya mas.
17 Lalu apakah bapak/ibu
ikut memberikan
Ya mungkin kalau ada mungkin saya
ikut bantu menyumbang dana.
sumbangan untuk
kegiatan tersebut?
Walaupun tidak banyak.
18
Apakah bapak/ibu aktif
dalam kegiatan
masyarakat?
Saya orangnya tidak aktif sih ya mas
untuk kegiatan-kegiatan organisasi
dan bermasyarakat. Saya cenderung
menghabiskan waktu untuk di kantor
dan di rumah saja.
19
Bagaimana keadaan
atap, lantai, dinding
rumah bapak/ibu?
(ditanyakan apabila
kegiatan wawancara
bukan di rumah
informan)
TRANSKIP WAWANCARA
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Informan SC
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Cepu, 2 Maret 1976
Usia : 41 tahun
Domisili : Jakarta Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Waktu dan Tempat : Kediaman Rumah Informan SC
(Minggu, 11 Februari 2018)
Pekerja Penyandang Disabilitas
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bapak/Ibu bekerja
dimana? Perusahaan Perbankan Nasional
2 Sudah berapa lama
bapak/ibu bekerja? Sekitar 2 setengah tahun
3
Bagaimana keseharian
bapak/ibu sebelum
bekerja?
Sebelum bekerja selain khursus di
Mitra Netra paling dulu sempet ikut
MLM.
4 Apakah bapak/ibu
pernah berpartisipasi Pernah
dalam kegiatan di
Yayasan Mitra Netra?
5
Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu tekuni selama
di Yayasan Mitra Netra?
Di Mitra Netra pernah ikut mengetik
10 jari, kepenyiaran interstudy jadi
kita kerjasama interstudy untuk
penyiaran, terus sama komputer
bicara. Sampai ikut program
ketenagakerjaan.
6
Adakah manfaat,
pengaruh dan
keterkaitannya kegiatan
di Yayasan Mitra Netra
dengan pekerjaan yang
bapak/ibu tekuni
sekarang?
Manfaatnya banyak, Mitra Netra juga
sebagai penyalur antara penyandang
disabilitas dengan perusahaan. Saya
dapat info lowongan kerja di Permata
Bank dari Mitra Netra. Aku ikut
interview dan akhirnya aku salah satu
yang terpilih.
Manfaat lainnya paling di
komputernya ya. Selain itu juga ada
OM bagaimana cara kita mengenal
lingkungan. Kalau ketemu jalan aspal
dengan jalan halus beda cara pakai
tongkatnya. Bisa juga mendeteksi ada
galian atau ngga kalau misalkan di
jalan.
7
Bagaimana pendapatan
bapak/ibu saat ini?
a. Pemasukan
(upah bekerja, melihat
perbandingan upah yang
didapatkan dengan
UMR dan upah bekerja
orang normal di
perusahaan tersebut)
b. Pengeluaran
(uang untuk kebutuhan
(pokok, sekunder,
tersier), uang transport
keseharian, pengeluaran
untuk kehidupan biaya
listrik dan air)
Pendapatan aku sih UMR dapet.
Nominalnya 3.800.000 itu diluar
intensif, intensifnya sendiri bisa
500.000. kalau berbedaan gaji dengan
yang non tunanetra ngga ada
sebenernya, tapi jujur perjanjian
awalnya 2 kali tanda tangan kontrak
baru diangkat jadi pegawai tetap. Tapi
kalau untuk kita yang tunanetra ngga
diangkat2 jadi pegawai tetap.
Kebetulan temen aku yang tunanetra
harus 4 tahun kerja dulu baru diangkat
jadi pegawai tetap, perjuangannya luar
biasa, mungkin karena kita bukan
karyawan yang dilirik kantor kayanya.
Kalau untuk pengeluaran untuk
transport pulang pergi ke kantor
kurang lebih 500.000 per bulan. Kalau
kebutuhan pangan kena 500.000 per
bulan. Untuk pakaian sekali beli bisa
kena sampai 200 ribu. Untuk
pengeluaran anak paling udah agak
ringan karena sekarang umur 18 tahun
baru lulus SMA sekarang anak lagi
sibuk magang kerja, jadi paling biaya
transport untuk anak udah ga lagi.
Cuman waktu dia masih sekolah agak
berat karena harus memenuhi ongkos
buat ke sekolah, sekali ke sekolah
kena 30.000 itu belum termasuk biaya
kalau dia ada kegiatan di sekolah.
Intinya ngga ada uang sisa buat
ditabung sama buat rekreasi. Terus
biaya listrik kena 200.000 sudah
termasuk air. Paling tambahannya
kebutuhan dapur di luar makan kena
100.000 per bulan. Sama bayar
kontrakan per bulan 1.000.000 rupiah.
8
Apakah hanya
bapak/ibu yang
memiliki penghasilan di
dalam keluarga ini?
Kebetulan hanya saya yang bekerja,
karena saya juga orang tua tunggal.
9
Apakah pendapatan
bapak/ibu dapat
memenuhi kebutuhan
bapak/ibu?
Ya kalau untuk kebutuhan pangan
sama sandang cukup, cuman itu ga
ada uang lebih buat di tabung dan buat
rekreasi.
10
Bagaimana kesehatan
bapak/ibu dalam 3 bulan
terakhir?
Dalam 3 bulan terakhir anak sempet
batuk-batuk
11
Apakah jika bapak/ibu
sakit dibawa ke sarana
kesehatan?
Ya saya bawa ke sarana kesehatan.
Kalau dulu ke rumah sakit UIN
karena saya dulu tinggal di dekat sana.
Kalau sekarang karena pakai BPJS
paling ke klinik Kimia Farma
12 Bagaimana cara
bapak/ibu memenuhi
biaya adminitrasi di
BPJS, ditanggung kantor hanya
50.000. cuman saya ngambil yang
kelas satu jadi sisanya saya bayar
sarana kesehatan apabila
sakit? (ditanyakan
apabila sakit dibawa ke
sarana kesehatan)
sendiri.
13
Bagaimana pemenuhan
kebutuhan sandang dan
pangan sehari-hari?
a. Pola makan
b. Pakaian yang
berbeda untuk setiap
kebutuhan (untuk di
rumah, bekerja/sekolah,
dan berpergian)
Kalau pola makan sendiri kita, yang
pasti saya ingin menjaga kesehatan
saya dan anak agar tetap sehat, yang
pasti harus ada sayurnya, dagingnya
juga, sama nasinya juga. Paling itu aja
sih.
Kalau untuk pakaian sendiri kita
sudah tahu porsinya masing-masing
kegiatan, kaya anak sekolah pasti kita
butuh seragam buat dia sekolah sama
halnya untuk saya bekerja. Untuk di
rumah dan acara-acara yang lain pun
seperti. Kalau untuk memperoleh
pakaian baru per bulannya ngga
nentu, paling 2 bulan sekali kita beli
pakaian baru.
14
Apakah bapak/ibu aktif
mengikuti kegiatan
keagamaan disekitar
sini?
Aku aktif di ITMI, di wilayah Depok
aku sekertaris, di wilayah Jakarta
Selatan aku bagian kemuslimahan.
Dan selalu ada kegiatan pengajian 3
bulan sekali.
15 Dimana biasa bapak/ibu
menjalankan ibadah? Kalau beribadah paling di rumah aja
16 Apakah ada iuran untuk
kegiatan masyarakat?
Untuk kegiatan masyarakat kayanya
ngga ada iuran, untuk iuran RT aja
ngga ada disini.
17
Lalu apakah bapak/ibu
ikut memberikan
sumbangan untuk
kegiatan tersebut?
Paling untuk sumbangan seperti itu
saya lebih sering membantu
meminjamkan uang untuk teman saya
yang lagi butuh uang. Per bulannya
ngga nentu. 300.000 paling, dilihat
juga kondisi keuangan saya.
18 Apakah anggota
keluarga aktif dalam
Aku aktif di ITMI, di wilayah Depok
aku sekertaris, di wilayah Jakarta
kegiatan masyarakat? Selatan aku bagian kemuslimahan.
19
Bagaimana keadaan
atap, lantai, dinding
rumah bapak/ibu?
(ditanyakan apabila
kegiatan wawancara
bukan di rumah
informan)
HASIL OBSERVASI PENELITIAN
No Waktu dan
Tempat Observasi
Hasil Observasi
1
Selasa, 30 Januari
2018
Yayasan Mitra
Netra, Lebak Bulus,
Jakarta
Peneliti membuat janji dengan pimpinan
program tenaga kerja Mitra Netra untuk
membahas mengenai pendampingan
seperti apa yang ditawarkan Mitra netra
terhadap calon pekerja tunanetra.
Pertemuan tersebutpun dilakukan di
Yayasan Mitra Netra pada pukul 16.00
WIB. Pertemuan pun dilakukan dan
wawancara pun dimulai. Selama
wawancara beliau menceritakan
bagaimana pendampingan yang
ditawarkan yayasan dalam
mempersiapkan pekerja tuna netra untuk
siap bekerja. Terlihat bahwa sebenernya
pendampingan ini sangat penting
diselenggarakan karena dapat membantu
memberdayakan pengangguran tunanetra
di usia kerja untuk siap bekerja. Dilihat
dahulu potensinya hingga
mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh masing-masing calon pekerja
penyandang disabilitas. Namun tanpa
adanya kemauan dari diri penyandang
disabilitas program ini tiada artinya. Jadi
intinya, mau sehebat apapun program ini
takan berguna kalau misalkan calon
pekerja penyandang disabilitas tidak ada
kemauan untuk sukses. Semuanya balik
lagi kepada diri masing-masing calon
pekerja penyandang disabilitas. Namun
sejauh ini program tersebut cukup efektif
karena ketika mereka selesai
berpartisipasi dalam program tersebut,
sebagian besar berhasil mendapat
perkerjaan dan bekerja.
Peneliti membuat janji untuk bertemu di
Mc Donalds Kelapa Dua, Depok pada
siang hari Sabtu, 3 februari 2018 tepatnya
2 Sabtu, 3 Februari
2018
Mc Donalds Kelapa
dua, Depok
ba’da shalat dzuhur dan peneliti sampai
lokasi sekitar jam 1 siang. Sesampainya
disana, peneliti menunggu terlebih dahulu
karena informan masih dalam perjalanan
menuju lokasi, tidak lama kemudian
sekitar kurang lebih 10 menit informan
sampai di lokasi. Kemudian akhirnya
peneliti bertemu dengan informan. Pada
saat itu informan datang dengan sang istri
yang di dalam penelitian ini diangkat juga
sebagai sumber informan. Akhirnya
wawancara pun dimulai, di dalam proses
wawancara terlihat bahwa mereka adalah
pasangan suami istri yang harmonis. Sang
suami atau informan DN (pekerja
penyandang disablitas) begitu berusaha
keras untuk tetap produktif walaupun
beliau adalah tunanetra, begitupun sang
istri yang bisa menerima kekurangan sang
suami dan terus memberikan dukungan
kepada sang suami. Walaupun Ia (sang
Istri) mengaku awalnya belum terbiasa
menghadapi penyandang disablitas karena
diantara keluarga besar suami istri
tersebut belum ada yang penyandang
disabilitas. Pasangan tersebut pada
awalnya berpikir untuk berwirausaha
dimana penghasilannya dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup namun, usaha
yang dijalankan selalu mengalami
kegagalan sampai pada akhirnya mereka
mendapatkan informasi mengenai
Yayasan Mitra Netra. Akhirnya sang
suami mencoba khursus di Mitra Netra.
Ternyata banyak manfaat yang didapat
hingga pada akhirnya sebuah perusahaan
asing sedang membuka lowongan
pekerjaan buat penyandang disabilitas.
Info tersebut disampaikan ke Yayasan
Mitra Netra, kemudian yayasan tersebut
merekomendasikan nama sang suami
untuk dipekerjakan di perusahaan
tersebut. Pada akhirnya beliau bekerja di
Perusahaan Asing ini sampai sekarang.
Penghasilan yang di dapat pun cukup
untuk memenuhi kehidupan mereka.
3
Minggu, 4 Februari
2018
Kediaman Rumah
Informan MN
Peneliti membuat janji untuk bertemu di
kediaman rumah informan pada siang hari
pada hari Minggu, 4 Februari 2018
tepatnya ba’da shalat dzuhur dan peneliti
sampai kerumahnya sekitar jam 1 siang
setelah sebelumnya mencari alamat rumah
informan yang berada di daerah
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sesampainya
di rumah informan, peneliti disambut
informan dengan hangat dan dipersilahkan
masuk untuk melakukan wawancara
didalam rumahnya. Sambil menunggu
wawancara dimulai peneliti pun sesekali
melakukan pengamatan mengenai rumah
informan yang merupakan salah satu
indikator kesejahteraan yakni, rumah yang
layak huni. Akhirnya wawancara pun
dimulai, peneliti memperkenalkan diri
terlebih dahulu begitupun dengan
informan. Selama proses wawancara
akhirnya peneliti tahu bahwa informan
adalah pasangan suami istri yang baru saja
genap 1 minggu menikah. Sang istri atau
informan MN (pekerja penyandang
disabilitas) menjelaskan bahwa beliau
tidak tinggal satu rumah dengan suami
dikarenakan suami bekerja di Bandung yg
merupakan penyandang disabilitas juga.
Informan MN menceritakan bahwa
sebelum bekerja beliau hanya bantu-bantu
usaha orang tua karena pada waktu itu
keadaan beliau masih normal sampai pada
akhirnya beliau tidak bisa melihat alias
tunanetra. Ketika informan MN
dinyatakan sebagai tunanetra beliau
sedikit depresi dan sedih hingga pada
akhirnya informan MN mendapatkan
ajakan dari temannya untuk mengunjungi
Yayasan Mitra Netra. Ketika di Yayasan
Mitra Netra kesedihan informan MN
sedikit demi sedikit mulai pudar karena
beliau mulai sadar bahwa dia tidak sendiri
yang tunanetra, banyak tunanetra di
yayasan tersebut. Dan ternyata tunanetra-
tunanetra di yayasan tersebut pun pada
bahagia dan siap menerima
kekurangannya. Akhirnya beliau nyaman
dan memulai peruntungan di Mitra Netra
siapa tahu banyak pelajaran yang bisa
didapat. Di yayasan tersebut banyak
pelajaran yang didapat hingga akhirnya
informan MN mendapatkan informasi dari
yayasan Mitra Netra bahwa sebuah
perusahaan sedang membuka lowongan
pekerjaan buat tunanetra kebetulan beliau
juga direkomendasikan yayasan untuk
bekerja disana. Dan akhirnya beliau dapat
bekerja di perusahaan tersebut hingga
sekarang.
4
Selasa, 6 Februari
2018
Yayasan Mitra
Netra, Lebak Bulus,
Jakarta
Pada hari Selasa, 6 Februari 2018 pada
pukul 12.00 WIB peneliti ingin mencari
data mengenai program tenaga kerja di
Yayasan Mitra Netra. Peneliti menghadap
Pak Herman yang merupakan staff di
yayasan tersebut. Banyak hal yang
diperbincangkan mengenai pendamping
seperti apa yang dilakukan Mitra Netra
terhadap calon pekerja penyandang
disabilitas hingga mencari data alumni
Mitra Netra yang sudah bekerja dan
berkeluarga. Namun, untuk data alumni
Mitra Netra tidak ada dikarenakan
yayasan ini bergerak untuk
mempersiapkan tunanetra siap kerja tidak
sampai tahap monitoring dan terminasi
ketika calon pekerja tersebut selesai
berpartisipasi di Mitra Netra.
5
Sabtu, 10 Februari
2018
Kediaman Rumah
Informan MRA
Peneliti membuat janji untuk bertemu di
kediaman rumah informan pada siang hari
pada hari Sabtu, 10 Februari 2018
tepatnya ba’da shalat dzuhur dan peneliti
sampai kerumahnya sekitar jam 1 siang
setelah sebelumnya mencari alamat rumah
informan yang berada di daerah Cempaka
Putih, Jakarta Pusat. Sesampainya di
rumah informan, peneliti disambut
informan dengan hangat dan dipersilahkan
masuk untuk melakukan wawancara
didalam rumahnya. Sambil menunggu
wawancara dimulai peneliti pun sesekali
melakukan pengamatan mengenai rumah
informan yang merupakan salah satu
indikator kesejahteraan yakni, rumah yang
layak huni. Akhirnya wawancara pun
dimulai, peneliti memperkenalkan diri
terlebih dahulu begitupun dengan
informan. Selama proses wawancara
akhirnya peneliti tahu bahwa informan
adalah pasangan suami istri tunanetra.
Informan MRA merupakan pekerja di
Think.Web dan sang istri hanya sebagai
ibu rumah tangga. Pada saat mereka
mempunyai 1 anak yang umurnya
menginjak usia 3 tahun. Informan MRA
berpartisipasi di Yayasan Mitra Netra
hanya untuk mengasah keterampilan
komputer dan tenaga kerja. Namun
sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra
Netra, Informan MRA sudah memahami
cara menggunakan handphone bicara
secara autodidak. Melihat hal tersebut
sebenarnya Informan MRA sudah bisa
hidup mandiri, kedatangannya ke yayasan
tersebut hanya mengembangkan apa yang
sudah Informan MRA mengerti, kebetulan
informan MRA juga sudah bekerja
sebelum berpartisipasi di Yayasan Mitra
Netra. Jadi, Mitra Netra tidak perlu
menjembatani Informan MRA dengan
perusahaan lagi. Pada saat ini keluarga
MRA tinggal bersama orang tua istri.
Selama bekerja pun tidak ada diskriminasi
antara pekerja penyandang disabilitas
dengan pekerja non penyandang
disabilitas dari sisi gaji maupun jenjang
karir. Informan MRA mungkin salah satu
yang beruntung karena tidak mendapatkan
diskriminasi di kantornya.
Peneliti membuat janji untuk bertemu di
6
Minggu, 11
Februari 2018
Kediaman Rumah
Informan SC
kediaman rumah informan pada siang hari
pada hari Minggu, 11 Februari 2018
tepatnya ba’da shalat dzuhur dan peneliti
sampai kerumahnya sekitar jam 1 siang
setelah sebelumnya mencari alamat rumah
informan yang berada di daerah Karang
Tengah, Jakarta Selatan. Sesampainya di
rumah informan, peneliti disambut
informan dengan hangat dan dipersilahkan
masuk untuk melakukan wawancara
didalam rumahnya. Sambil menunggu
wawancara dimulai peneliti pun sesekali
melakukan pengamatan mengenai rumah
informan yang merupakan salah satu
indikator kesejahteraan yakni, rumah yang
layak huni. Akhirnya wawancara pun
dimulai, peneliti memperkenalkan diri
terlebih dahulu begitupun dengan
informan. Selama proses wawancara
akhirnya peneliti tahu bahwa informan
adalah seorang orang tua tunggal yang
berhasil menyekolahkan anaknya hingga
saat ini anaknya siap untuk kuliah. Dari
penghasilan yang didapat Informan SC
menjelaskan bahwa uang penghasilannya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
pokok saja. Tidak ada sisa lebih untuk di
tabung atau untuk rekreasi. Melihat hal
tersebut terdapat perjuangan dari
Informan SC untuk membuat anaknya
menjadi anak yang sukses. Tidak mudah
menghidupi seorang anak hingga siap
kuliah apalagi untuk penyandang
disabilitas dimana saat ini masih marak
mendapatkan diskriminasi. Sampai saat
ini Informan SC belum diangkat menjadi
karyawan tetap di kantor tempat iya
bekerja padahal kantor menjanjikan untuk
setiap karyawan baru bahwa 2 kali
kontrak kerja, setelah itu baru diangkat
jadi karyawan tetap namun sudah sampai
tahun ketiga Inforrman SC belum
diangkat juga jadi karyawan tetap. Ada
indikasi bahwa terdapat diskriminasi
terhadap pekerja penyandang disabilitas
pada jenjang karirnya.
7
Selasa, 13 Februari
2018
Kediaman Rumah
Informan MN
Sebelumnya peneliti sudah mendatangi
Rumah Kediaman Informan MN untuk
mewawancarai Informan MN yang
merupakan pekerja penyandang
disabilitas. Kedatangan peneliti untuk
yang kedua kali ini bertujuan untuk
mewawancarai orang tua informan MN
yang merupakan sumber responden juga
yang berstatus sebagai perwakilan pihak
keluarga. Sebelumnya peneliti
mempertimbangkan untuk mewawancarai
suami informan MN namun karena suami
informan MN tidak tinggal bersama MN
dan kebetulan informan MN baru genap 1
bulan menikah, maka peneliti
memutuskan bahwa orang tua informan
MN lebih layak menjadi responden pihak
keluarga dikarenakan kemungkinan orang
tua informan MN lebih mengetahui
informan MN dibandingkan sang suami.
Peneliti membuat janji untuk bertemu di
kediaman rumah informan pada siang hari
pada hari Selasa, 13 Februari 2018
tepatnya ba’da shalat dzuhur dan peneliti
sampai kerumahnya sekitar jam 1 siang.
Sesampainya di rumah informan, peneliti
disambut informan dengan hangat dan
dipersilahkan masuk untuk melakukan
wawancara didalam rumahnya. Akhirnya
wawancara pun dimulai. Orang tua
informan MN menceritakan kronologi
peristiwa yang terjadi pada informan MN.
Cerita tersebut pun persis seperti apa
yang diceritakan informan MN kepada
peneliti beberapa waktu lalu. Pada intinya
orang tua informan MN tetap bersyukur
dengan keadaan informan MN yang
seperti itu tapi bisa semangat untuk
menjalani hidup. Menurut orang tua
informan MN, mungkin memang ini jalan
yang sudah diberikan Tuhan kepada kita,
jadi tetaplah bersyukur.
8
Kamis, 1 Maret
2018
Yayasan Mitra
Netra, Lebak Bulus,
Jakarta
Pada hari Kamis, 1 Maret 2018 pada
pukul 09.00 WIB peneliti ingin mencari
data mengenai program tenaga kerja di
Yayasan Mitra Netra. Peneliti melakukan
observasi pada kegiatan bimbingan karier.
Banyak hal yang didapat hasil obeservasi
pada kegiatan yang dilakukan Mitra Netra
terhadap calon pekerja penyandang
disabilitas hingga mencari data kembali
mengenai alumni Mitra Netra yang sudah
bekerja dan berkeluarga. Namun, untuk
data alumni Mitra Netra tidak ada
dikarenakan yayasan ini bergerak untuk
mempersiapkan tunanetra siap kerja tidak
sampai tahap monitoring dan terminasi
ketika calon pekerja tersebut selesai
berpartisipasi di Mitra Netra.
HASIL DOKUMENTASI
Hasil Dokumentasi dengan Informan MN
Hasil Dokumentasi dengan Kepala Bagian Program Ketenagakerjaan
Hasil Dokumentasi dengan Informan MRA
Hasil Dokumentasi dengan Informan SC
Hasil Dokumentasi Kegiatan Pre-employment Program
Ketenagakerjaan
Yayasan Mitra Netra
Hasil Dokumentasi dengan Informan DN