Post on 26-Jun-2015
KATA PENGANTAR ___________________________________________________________________________ I
KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN LAPORAN KEUANGAN TRANSFER KE DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011______ 1
I. LATAR BELAKANG ______________________________________________________________________ 1
II. LINGKUP DAN TUJUAN ______________________________________________________________ 1
III. SUMBER DATA ________________________________________________________________________ 2
IV. DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KONSOLIDASIAN _____________________________ 2
V. PROSES KONSOLIDASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN _______________________ 3 5.a. Penyesuaian pada LRA-LKTD ____________________________________________________________ 3 5.b. Konversi LKPD ________________________________________________________________________ 3 5.c. Konsolidasi pada tingkat provinsi ________________________________________________________ 4 5.d. Konsolidasi pada tingkat Nasional________________________________________________________ 4
VI. PENYAJIAN _____________________________________________________________________________ 4
VII. GAMBARAN UMUM HASIL KONSOLIDASI REALISASI ANGGARAN ___________ 5 1. Gambaran Umum ____________________________________________________________________ 5 2. Gambaran Per Wilayah _______________________________________________________________ 5
a. Wilayah Sumatera _________________________________________________________________ 6 b. Wilayah Jawa-Bali _________________________________________________________________ 6 c. Wilayah Kalimantan ________________________________________________________________ 7 d. Wilayah Sulawesi __________________________________________________________________ 7 e. Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua ____________________________________________ 7
3. Perkembanga 2008-2011 ______________________________________________________________ 8
VIII. GAMBARAN UMUM HASIL KONSOLIDASI NERACA __________________________10
Daftar Isi
KONSOLIDASI LRA LKPD DENGAN LKTD 2011 ___________________________ lampiran 1
KONSOLIDASI LRA WILAYAH SUMATERA _________________________________ lampiran 2a
KONSOLIDASI LRA WILAYAH JAWA DAN BALI ___________________________ lampiran 2b
KONSOLIDASI LRA WILAYAH KALIMANTAN ______________________________ lampiran 2c
KONSOLIDASI LRA WILAYAH SULAWESI __________________________________ lampiran 2d
KONSOLIDASI LRA WILAYAH NUSRA, AMBON & PAPUA ________________ lampiran 2e
KONSOLIDASI NERACA LKPD DENGAN LKTD 2011 _____________________ lampiran 3
KONSOLIDASI NERACA PER PROVINSI _______________________________________ lampiran 4
Daftar Lampiran
KATA PENGANTAR
Penyajian laporan konsolidasi antara Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
dengan Laporan Keuangan Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2011 ini
dilaksanakan dalam rangka memenuhi kewajiban transparansi fiskal oleh Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal nasional. Proses penyusunanan laporan ini
merupakan bagian dari tahapan penyusunan konsolidasi antara LKPD dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Lingkup penyajian laporan ini mencakup konsolidasi realisasi antara anggaran
transfer ke daerah dengan realisasi pendapatan dan belanja pada APBD.
Pendapatan dan belanja negara, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, merupakan komponen utama yang mencerminkan kondisi fiskal nasional
dari sektor pemerintahan. Pada laporan ini juga disajikan gabungan neraca
pemerintah daerah.
Laporan ini disajikan secara kewilayahan. Hal itu dilakukan lebih didasarkan
pada pertimbangan kemudahan dalam penyajian. Pengelompokan wilayah
dimaksud terdiri dari wilayah Sumatera, Jawa & Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan
Nusa Tenggara, Maluku & Papua.
Masih banyak kekurangan dalam penyajian laporan konsolidasi ini. Walau
demikian, penyajian laporan ini dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berkepentingan serta dapat memberi gambaran kondisi fiskal dan aset yang dikelola
oleh pemerintah daerah secara kewilayahan.
Sangat diharapkan tanggapan dari para pengguna laporan ini untuk
penyempurnaan pada laporan selanjutnya.
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 1
KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
DENGAN LAPORAN KEUANGAN TRANSFER KE DAERAH TAHUN
ANGGARAN 2011
I. LATAR BELAKANG Penyusunan Laporan keuangan konsolidasi antara Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) dengan Laporan Keuangan Transfer ke Daerah (LKTD)
merupakan inisiasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara. Hal ini merupakan salah satu tugas
Kementerian Keuangan sebagai penanggung jawab fiskal nasional yang terkait
dengan transparansi fiskal.
LKPD merupakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas-entitas
pelaporan yang independen satu terhadap yang lainnya.Kondisi independen
tersebut juga berlaku dalam hubungan antara LKPD dengan laporan keuangan
yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, LKPP maupun LKTD, walau dalam
hubungan keuangan melalui mekanisme desentralisasi fiskal, peran pemerintah
pusat masih sangat dominan atas pendapatan daerah dalam bentuk
transfer.Kondisi independen dalam pertanggungjawaban tersebut telah sesuai
dengan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara.Pasal 3 undang-undang dimaksud
menyatakan presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
menyerahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah.
II. LINGKUP DAN TUJUAN Lingkup penyajian laporan keuangan konsolidasi antara LKPD dengan LKTD
ini dibatasi pada penggabungan Laporan Realisasi Anggaran/LRA pada LKPD dan
LKTD dengan unsur-unsur pendapatan dan belanja serta penggabungan neraca
pemerintah daerah. Pendapatan dan belanja negara, baik pada pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, merupakan komponen utama yang mencerminkan
kondisi fiskal nasional dari sektor pemerintahan.Penggabungan neraca dapat
memberikan gambaran mengenai nilai aset yang dikelola oleh pemeritah daerah
dalam rangka pelayanan masyarakat.
Selanjutnya tujuan utama dalam penyajian laporan konsolidasi adalah dalam
rangka memenuhi kewajiban transparansi fiskal oleh Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal nasional.Guna mencapai tujuan tersebut, laporan konsolidasian ini
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 2
dibuat dengan model menyajikan pendapatan dan pendapatan serta neraca pada
tingkat provinsi, kewilayahan, dannasional.Penyajian laporan keuangan
konsolidasian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari transparansi fiskal pada
tingkat nasional.
III. SUMBER DATA Sumber data dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi ini antara lain:
1. Laporan Keuangan Transfer Daerah (LKTD)
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dalam hal ini adalah Laporan
Realisasi Anggaran/LRA dan neraca pada pemerintah provinsi, kabupaten
maupun kota.
Dalam penyajian laporan konsolidasi ini, belum seluruh LKPD yang digunakan
berstatus terperiksa.Walaupun demikian dari penelitian yang dilakukan, tidak
terdapat perbedaan yang berarti antara LKPD yang belum diperiksa dengan yang
sudah pada pos-pos laporan keuangan.
IV. DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KONSOLIDASIAN PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian (PP 71 tahun
2010 tentang SAP Lampiran II) menyatakan laporan konsolidasian adalah suatu
laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan
entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai satu laporan tunggal. Pernyataan ini
selanjutnya akan menjadi dasar proses penyusunan laporan konsolidasian. Namun
demikian, hasil akhir dari laporan konsolidasian tidak dimaksudkan untuk tujuan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, tetapi lebih pada tujuan transparansi
fiskal.Tanggung jawab atas nilai dari masing-masing unsur laporan keuangan yang
dikonsolidasikan tetap berada pada masing-masing entitas pelaporan.
Sesuai dengan PSAP nomor 11 dimaksud, konsolidasi dilaksanakan dengan
cara menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi
akun timbal balik. Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan
menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara
organisatoris berada di bawahnya. Konsolidasi dilaksanakan dengan mengeliminasi
akun-akun yang timbal balik (reciprocal).
Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang telah berjalan hampir satu dasawarsa
dilaksanakan dengan peningkatan peran daerah dalam pengelolaan keuangan
dalam bentuk penyerahaan sebagian dana dari pemerintah pusat ke daerah. Hal itu
diwujudkan dalam bentuk transfer ke daerah. Dengan kondisi bahwa sumber utama
pendapatan pada LKPD adalah transfer dari pemerintah pusat, maka penyusunan
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 3
laporan konsolidasi LKPD menjadi lebih mudah dan bermanfaat jika sekaligus
diintegrasikan dengan LKTD.
Seperti disebutkan di depan, komponen laporan keuangan yang akan
dilakukan konsolidasi adalah LRA. Sesuai dengan standar yang berlaku, LRA
disusun berdasarkan basis kas, maka penyusunan laporan konsolidasi LKPD
dengan LKTD didasarkan pada basis kas.
V. PROSES KONSOLIDASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN Proses konsolidasi dilakukan dalam 4 tahap yaitu:
A. Penyesuaian pada LRA-LKTD; B. Konversi LRA-LKPD; C. Konsolidasi pada tingkat provinsi; dan D. Konsolidasi pada tingkat wilayah dan nasional.
5.a. Penyesuaian pada LRA-LKTD Disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa basis akuntansi yang
dijadikan dalam konsolidasian adalah basis kas. Dalam kaitan antara belanja
transfer dengan pendapatan transfer, penggunaan basis kas dapat
menyebabkan perbedaan pengakuan. Pencatatan belanja transfer pada entitas
yang menyalurkan bisa terjadi belum dapat diakui sebagai pendapatan transfer
pada periode yang sama. Dengan kata lain, belum dan tidak seluruh
penyaluran transfer yang dilaporkan pada LRA-LKTD (sudah keluar dari RKUN)
dilaporkan sebagai pendapatan pada LKPD karena pada tahun anggaran yang
sama belum masuk ke kas daerah. Berkenaan dengan hal itu dilakukan
penyesuaian terhadap LRA-LKTD yang akan dikonsolidasikan dengan LRA-
LKPD.
Dengan keadaan tersebut, transfer ke daerah yang diperhitungkan dalam
laporan ini terbatas pada transfer kas dari BUN yang masuk ke RKUD pada
tahun anggaran berkenaan. Hal ini dilatar-belakangi bahwa belum seluruh
belanja transfer pemerintah pusat menjadi bagian dari kapasitas fiskal daerah
karena dana belum diterima oleh Pemda.
5.b. Konversi LKPD Berdasarkan data yang dihimpun, laporan keuangan pemerintah daerah
disajikan dalam dua format, yaitu format sesuai dengan PP Nomor 71 tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II dan format
sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Sehubungan dengan perbedaan format tersebut, dalam
rangka proses konsolidasi dilakukan konversi. Konversi dilakukan dengan
menyesuaikan LKPD yang disusun dengan Permendagri 13/2006 menjadi
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 4
format sesuai SAP dengan mengacu pada Buletin Teknis Nomor 3 tahun 2005
yang diterbitkan oleh KSAP.
5.c. Konsolidasi pada tingkat provinsi Proses konsolidasi antara LKPD dengan LKTD berpusat pada proses
konsolidasi antara LKPD provinsi dengan LKPD kabupaten/kota. Konsolidasi
dilakukan sebagai berikut:
- Eliminasi pendapatan transfer pada LKPD Provinsi, Kabupaten dan kota untuk
diganti dengan pendapatan transfer dari LKTD.
- Eliminasi belanja transfer pada LKPD Provinsi. Belanja transfer dari provinsi
berasal dari PAD provinsi. Pos tersebut pada umumnya berupa bagi hasil,
bantuan keuangan.
- Belanja transfer dari kabupaten ke desa tetap disajikan karena tidak ada
laporan keuangan pada tingkat desa yang dikonsolidasikan.
5.d. Konsolidasi pada tingkat Nasional Proses konsolidasi tingkat nasional ini dilakukan dengan menjumlahkan
hasil konsolidasi pada tingkat provinsi. Sejauh ini belum ada transfer antar
pemda dari wilayah provinsi yang berbeda. Dengan demikian, tidak ada akun
timbal balik/reciprocal yang harus dieliminasi atau disesuaikan.
VI. PENYAJIAN Laporan Keuangan Konsolidasian antara LKPD dengan LKTD akan disajikan
dengan struktur sebagai berikut:
1. Laporan keuangan konsolidasian tiap-tiap provinsi disajikan dalam satu
kelompok wilayah yang sama. Dengan mengacu pada pulau-pulau besar yang
ada, kelompok wilayah dibagi dalam 5 (lima) wilayah, yaitu:
a. Sumatera;
b. Jawa& Bali;
c. Kalimantan;
d. Sulawesi; dan
e. Nusa Tenggara, Maluku & Papua.
2. Pada tingkat nasional, disajikan per kelompok wilayah untuk digabungkan
menjadi satu, laporan tingkat nasional.Laporan konsolidasian pada tingkat
provinsi secara lengkap disajikan pada lampiran.
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 5
VII. GAMBARAN UMUM HASIL KONSOLIDASI REALISASI ANGGARAN
1. Gambaran Umum
Dari hasil konsolidasi tahun 2011 sebagaimana terlampir, transfer dari
pemerintah pusat menyumbang 78,61% dari seluruh pendapatan daerah dengan
jumlah nominal sebesar Rp408,43 triliun, sedangkan PAD menyumbang21,04%
dengan jumlah Rp109,33 triliun. Di sisi belanja, porsi terbesar digunakan untuk
belanja pegawai, yaitu mencapai 44,38% dari total pendapatan yaitu sebesar
Rp230,55triliun, sedangkan belanja modal dan belanja barang berimbang pada
20,83% yaitu sebesar Rp108,21 triliun dan 20,41% yaitu sebesar Rp106,06
triliun.
2. Gambaran Per Wilayah Pada tahun 2011, secara nasional PAD Jawa-Bali merupakan yang
tertinggi dibandingkan wilayah lainnya, yaitu mencapai 61,39%dari total PAD
seluruh daerah, dengan nominal sebesar Rp67,12 triliun. Wilayah ini juga
memperoleh alokasi transfer terbesar, yaitu32,42%dari total transfer ke daerah,
diikuti oleh wilayah Sumatera (28,77%), wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua (14,92%), Kalimantan (13,29%) dan Sulawesi (10,60%).
Sumatera
Jawa-Bali
Kalimantan
SulawesiNMP
PAD
Belanja Pegawa
i
Belanja Modal
Belanja Barang
Lain-lain
Surplus
Alokasi Pendapatan
PAD
Lain-lain
DAU
DBH Pajak
DBH SDA
DAKOtsus
Dana Penyesuaian
Transfer
Sumber Pendapatan
Sumatera
Jawa-BaliKalimant
an
Sulawesi
NMP
Transfer
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 6
Di sisi belanja, Jawa-Bali menggunakan 43,40%dari keseluruhan belanja
pegawai daerah dengan nilai nominal sebesar Rp100,06triliun. Sedangkan dalam
belanja modal, Jawa-Bali dan Sumatera menghabiskan porsi yang sama, yaitu
masing-masing sebesar 29% dari keseluruhan belanja modal daerah.
a. Wilayah Sumatera Pada tahun 2011, total pendapatan wilayah Sumatera adalah Rp138,79
triliun, atau 26,71% dari pendapatan seluruh daerah di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, Rp117,49 triliun atau 84,65%berasal dari transfer pemerintah pusat
dan Rp20,99triliun atau15,12%berasal dari PAD. Setelah DAU senilai
Rp59,98triliun yang merupakan43,22% dari total pendapatan, DBH SDA
senilai Rp23,86triliun merupakan penyumbang pendapatan terbesar kedua,
yaitu sebesar 17,19%,dan pajak daerah senilai Rp14,69 triliun merupakan
penyumbang pendapatan terbesar ketiga, yaitu sebesar 10,58%.
Dari total pendapatan daerah yang digunakan untuk belanja,
pengeluaran terbesar adalah belanja pegawai yang mencapai 43,84% dengan
nominal sebesar Rp60,85 triliun, diikuti belanja modal 22,55% senilai Rp31,29
triliun dan Belanja Barang 20,23% senilai Rp28,07 triliun. Dengan total
Belanja sebesar Rp128,30triliun, terdapat surplus sebesar Rp7,83 triliun atau
5,64%.
b. Wilayah Jawa-Bali Total pendapatan wilayah Jawa-Bali pada tahun 2011 adalah Rp200,04
triliun, yang merupakan 38,50% dari pendapatan seluruh daerah. Dari jumlah
tersebut, Rp132,39triliun atau 66,18%merupakan transfer dari pemerintah
pusat dan Rp67,12 triliun atau 33,56% merupakan PAD. Lebih jauh, sumber
pendapatan transfer terutama berasal dari DAU sebesar Rp78,24triliun
(39,11% dari total pendapatan), Dana Penyesuaian sebesar Rp23,51 triliun
(11,75% dari total pendapatan), dan DBH Pajak sebesar Rp 21,37 triliun
(10,68% dari total pendapatan). Ketiga jenis transfer ini juga merupakan
pendapatan transfer terbesar untuk masing-masing jenis transfer di antara
wilayah-wilayah lainnya.
Di sisi belanja, Belanja Pegawai mencapai Rp100,06 triliun atau
sebesar50,02% dari total pendapatan, Belanja Barang senilai Rp42,29 triliun
atau 21,14%, dan Belanja Modal senilai Rp31,33 triliun atau 15,66%
merupakan pengeluaran terbesar. Dengan total Belanja senilai
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 7
Rp186,48triliun, terdapat surplus sebesar Rp8,52 triliun atau 4,26% dari total
pendapatan.
c. Wilayah Kalimantan Di wilayah Kalimantan, kontribusi PAD pada 2011 adalah senilai
Rp11,22 triliun atau 17,04% dari total pendapatan yang nilainya Rp65,86
triliun. Sementara itu, pendapatan Transfer menyumbang Rp54,30triliun atau
82,45% dari total pendapatan. Dana Transfer terbesar berasal dari DBH SDA,
yaitu senilai Rp22,38 atau 33,99% dari total pendapatan, disusul DAU senilai
Rp21,40 triliun atau 32,50% dari total pendapatan.
Dari total pendapatan daerah yang digunakan untuk belanja,
pengeluaran terbesar adalah untuk Belanja Pegawai, yaitu senilai Rp21,63
triliun atau 32,84% dari total pendapatan, diikuti oleh Belanja Modal senilai
Rp17,10 triliun atau25,97%. Dengan total belanja sebesar Rp54,34triliun,
terdapat surplus sebesar Rp10,08 triliun atau 15,31%.
d. Wilayah Sulawesi Pada tahun 2011, total pendapatan wilayah Sulawesi mencapai
Rp49,42triliun. Dari jumlah tersebut, Transfer pemerintah pusat menyumbang
Rp43,31 triliun atau 87,63%, sedangkan sisanya sebesar Rp5,79
triliunatau11,71% berasal dari PAD. Sumber pendapatan terbesar berasal dari
DAU senilai Rp28,96 triliun atau 58,61% dan Dana Penyesuaian senilai
Rp7,83 triliun atau 15,85%, didukung oleh Pajak Daerah, DAK, dan DBH
Pajak yang nilainya berkisar antara 5,15-8% dari total pendapatan.
Belanja Pegawai merupakan porsi belanja terbesar, yaitu senilai
Rp24,60 triliun atau 49,77% dari total pendapatan, diikuti Belanja Modal
senilai Rp10,89 triliun atau 22,04% dan Belanja Barang senilai Rp9,14 triliun
atau 18,50%. Dengan total belanja sebesar Rp46,21triliun masih terdapat
surplus sebesar Rp2,26 triliun atau 4,57% dari total pendapatan.
e. Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Di wilayah ini, total pendapatan tahun 2011 mencapai Rp65,43triliun.
Dari jumlah tersebut, Rp60,94triliun atau 93,13% berasal dari Transfer
pemerintah pusat dan Rp4,21 triliun atau 6,43% berasal dari PAD. DAU
merupakan sumber pendapatan terbesar, yaitu senilai Rp36,77 triliun atau
56,20%, diikuti Dana Penyesuaian dan Dana Otsus masing-masing sebesar
Rp6,09 triliun atau 9,31% dan Rp5,91 triliun atau 9,03%.
Di sisi belanja, Belanja Pegawai menghabiskan Rp23,42 triliun atau
35,79% dari total pendapatan, diikuti Belanja Modal sebesar Rp17,59 triliun
atau 26,88% dan Belanja Barang sebesar Rp14,33 triliun atau
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 8
21,90%.Dengan Total Belanja mencapai Rp60,01triliun, masih terdapat
surplus sebesar Rp4,15 triliun atau 6,34%.
3. Perkembanga 2008-2011
Konsolidasi Realisasi APBD dan Transfer ke Daerah Tahun 2008-2011
(dalam triliun Rupiah)
Jenis Pendapatan/ Belanja 2008 2009 2010 2011
PENDAPATAN 353,39 371,47 425,08 519,54 PAD 64,75 67,53 81,14 109,33
Pajak Daerah 44,69 45,13 56,17 79,33 Retribusi Daerah 8,00 7,66 7,70 8,05 HPKDYD 3,05 3,45 3,95 4,98 Lain2 PAD 9,00 11,32 13,32 16,97
TRANSFER 288,65 303,94 343,94 408,43 DBH Pajak 37,68 41,38 47,00 42,87 DBH SDA 36,95 30,10 44,39 51,27 DAU 179,51 186,41 203,57 225,37 DAK 20,79 24,71 20,96 24,80 Transfer Lainnya1) 13,72 21,33 28,02 64,13
BELANJA 347,92 390,49 415,34 486,70 Belanja Pegawai 148,52 168,19 200,89 230,55 Belanja Barang 66,58 75,23 80,73 106,06 Belanja Modal 97,30 102,53 94,00 108,21 Belanja Lainnya 31,07 40,64 37,31 30,56 Transfer2) 4,45 3,91 2,41 11,37
Keterangan:
1) Transfer Lainnya terdiri dari Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian. 2) Transfer pada kelompok belanja merupakan transfer ke Prov/Kab/Kota dan desa.
Dari tabel perbandingan hasil konsolidasi 2008-2011 dapat dilihat bahwa
total pendapatan daerah mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika pada
2009 kenaikan pendapatan hanya sebesar 5,11%, dan pada 2010 naik
menjadi 14,43%, pada 2011 pendapatan daerah mengalami kenaikan sebesar
22,22% dari Rp425,08 triliun pada 2010 menjadi Rp519,54 triliun pada 2011.
Kenaikan ini terutama berasal dari kenaikan PAD, dimana hampir seluruh
unsurnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.Pajak Daerah
mengalami peningkatan tertinggi, yaitu sebesar 41,24% dari Rp56,17 triliun
pada 2010 menjadi Rp79,33 triliun atau mengalami peningkatan senilai
Rp23,16 triliun. Disamping itu, Lain-Lain PAD yang sah dan Hasil Pengelolaan
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 9
Kekayaan Daerah yang dipisahkan/HPKDYD juga mengalami kenaikan
masing-masing sebesar 27,40% dan 26,18%.
Dari sisi transfer pemerintah pusat, kenaikan yang signifikan terjadi pada
Transfer Lainnya, yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus dan Dana
Penyesuaian. Transfer ini melonjak 128,90% atau senilai Rp36,11triliun, dari
Rp28,02 triliun pada 2010 menjadi Rp64,13 triliun pada 2011. Di sisi lain,
terjadi penurunan yang merata di semua wilayah pada pendapatan DBH
Pajak, dengan rata-rata penurunan sebesar 8,80%.
Di sisi belanja, Belanja Pegawai yang merupakan komponen terbesar
pengeluaran daerah terus mengalami kenaikan, meskipun terjadi penurunan
tingkat kenaikan, dari 13,25% pada 2009 menjadi 19,44% pada 2010 dan
14,76% pada 2011. Kenaikan yang signifikan dan merata terjadi pada Belanja
Barang, yang naik 31,38% dari Rp80,73 triliun pada 2010 mejadi Rp106,06
triliun pada 2011. Di samping itu, terjadi lonjakan yang cukup tajam pada
Transfer (ke kabupaten/kota atau desa) yang rata-rata mencapai
370,78%,meskipun secara nominal peningkatan ini tidak terlalu signifikan,
yaitu dari Rp2,41 triliun menjadi Rp11,37 triliun. Sedangkan penurunan
belanja terjadi pada Belanja Lainnya (terdiri dari Belanja Bunga, Belanja
Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Sosial, dan Belanja Tak Terduga) yang turun
18,11% atau senilai Rp6,76 triliun dari Rp2,41 triliun pada tahun 2010 menjadi
Rp11,37 triliun pada tahun 2011.
2008 2009 2010 2011
PAD
pajak daerah
lain2 PAD
retribusidaerah
HPKDYD
2008 2009 2010 2011
Transfer
transfer lain
DBH SDA
DBH Pajak
DAK
DAU
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 10
VIII. GAMBARAN UMUM HASIL KONSOLIDASI NERACA Pada laporan konsolidasi tahun 2011 ini, untuk pertama kalinya
dilakukan penyusunan konsolidasi neraca. Mengingat hampir tidak ada
hubungan pos-pos neraca pada LKPD dengan LKTD, proses konsolidasi lebih
sebagai penggabungan. Pada necara di LKPD tidak ditemukan pos utang-
piutang transfer pemerintah pusat.
Neraca konsolidasi pemerintah daerah disusun berdasarkan data
neraca pemerintah kabupaten, kota dan provinsi. Data yg disajikan dalam
neraca daerah disajikan bukan dalam rangka pertanggungjawaban, baik dari
Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, namun dipergunakan dalam
ranga penyajian data untuk tujuan statistik.Angka yang disajikan dalam neraca
gabungan pemerintah daerah pada tahun 2011 masih bersifat sementara.
Neraca gabungan disusun melalui penggabungan akun neraca pemerintah
daerah yang sejenis untuk kemudian disajikan dalam lingkup provinsi,
kewilayahan dan nasional
Pada tahun 2011, neraca disusun berasal dari data yang disampaikan
oleh 516 pemerintah daerah dari 524 daerah.Sementara itu, dari 516 neraca
daerah yang dipergunakan untuk menyusun neraca gabungan, sebanyak 23
mempergunakan data tahun 2010.
Berdasarkan data neraca gabungan pemerintah daerah sebagaimana
terlampir, diperoleh informasi bahwa posisi aset pemerintah daerah secara
keseluruhan adalah sebesar Rp1.636.660 miliar rupiah. Dari jumlah tersebut,
kontribusi terbesar adalah Aset Tetap, yaitu sebanyak 87,63% atau sebesar
Rp1.434.156 , kemudian disusul oleh Aset Lancar sebesar Rp97.644 miliar
atau 5,97%, Investasi Jangka Panjang sebesar 3,13% atau dengan
nominal Rp51.250 miliar, Aset Lainnya sebesar 3,02% atau dengan nominal
Rp49.405 miliar, dana cadangan merupakan porsi terkecil sebesar 0,26%
atau Rp4.204 miliar (gambar 2). Pada tahun 2011, sebanyak 30 pemerintah
daerah telah melakukan penyesuaian nilai (penyusutan) Aktiva Tetap
sebagaimana dilaporkan dalam akun Akumulasi Penyusutan.
Laporan Konsolidasi LKPD dan LKTD Tahun 2011 | hal 11
Gambar 2 | Komposisi Aset Pemerintah Daerah Tahun 2011
Sementara itu dari nilai Ekuitas dan Kewajiban sebesar Rp1.636.660,
nilai Kewajiban pemerintah daerah sebesar Rp12.408 miliar rupiah atau
sebesar 0,76% dari nilai Aset pemerintah daerah. Dari angka tersebut,
sebesar 88,99% dalam bentuk Kewajiban Jangka Pendek (Rp11.041 miliar),
sisanya 11,01% atau dengan nominal Rp1.367 miliar dalam bentuk Kewajiban
Jangka Panjang.Sedangkan posisi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
pada tahun 2011 sebesar Rp77.258 miliar.