Post on 15-Jan-2020
KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Hisab Rukyat Kontemporer
Dosen pengampu : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag.
Oleh :
Arjuna Hiqmah LubisNim : 1702048021
MAGISTER ILMU FALAK
PROGRAM PASCA SARJANA
UIN WALISONGO SEMARANG
2018
i
DAFTAR ISIDAFTAR ISI............................................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan..................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
KITAB AL-KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN KARYA ZUBAERUMAR AL-JAELANI............................................................................................. 4
A. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani ........................................................................... 4
B. Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan......................................................... 7
C. Algoritma Perhitungan Awal Bulan Kitab Al-Khula>S{Ah Al-Wa>Fiyyah KaryaZubaer Umar Al-Jaelani.................................................................................................. 9
D. Keunggulan Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Karya Zubaer Umar Al-Jaelani. ... 17
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
Lampiran-lampiran ............................................................................................... 21
A. Cara Menghitung Awal Bulan .............................................................................. 21
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Sejarah perkembangan ilmu falak di Indonesia sangatlah pesat, dilihatdari semangat ulama-ulama yang belajar ilmu falak pada awal abad ke-20 saatmereka pergi haji sambil menuntut ilmu-ilmu agama Islam atau disebut juga hajisantri. Diantara para ulama yang telah berhasil membuat sebuat karya yangfenomenal adalah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani.Beliau juga dikenal sebagai seorangyang aktif dalam dunia akademik danorganisasi NU, beliau juga dikenal rendah hati meskipun beliau adalah seorangpakar ilmu falak namun terus belajar sampai ke berbagai daerah di Arab.
Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani ini adalahsalah satu rujukan ilmu falak hingga saat ini karena keakuratan perhitungannyayang digolongkan dengan hisab hakiky tahkiky. Kitab ini juga membahasberbagai perhitungan kajian ilmu falak antara lain: penanggalan, awal waktusalat, arah kiblat, gerhana, awal bulan dan sebagainya. Maka dalam makalah inisaya mencoba membahas biografi KH. Zubaer Umar al-Jaelani dan kitabnya al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang membahas tentang awal bulan Qamariah sertakeunggulan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Dari itu penulis sangatmengharapkan masukan ataupun kritik yang konstruktif guna perbaikan makalahini.
1
Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
1. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia
Dalam perkembangan astronomi/ ilmu falak di Indonesia, pada umumnya
diajarkan di lembaga-lembaga non-formal seperti pondok-pondok pesantren dan
madrasah. Di lembaga tersebut, kajian astronomi lebih banyak menggunakan
kitab-kitab tradisional.1 Termasuk diantaranya adalah kitab al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani.
Sebagaimana rihlah ilmiah yang dilakukan oleh para ulama hisab seperti
Zubaer Umar Al-Jaelani dengan hasil karya monumentalnya al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah dan Muhammad Manshur Al-Batawi dengan hasil karya
monumentalnya Sullamun Nayyirain. Statemen ini sejalan dengan analisis Taufik
bahwa pemikiran hisab rukyah Indonesia merupakan hasil cangkokan dari
pemikiran hisab rukyah Mesir (Timur Tengah), semacam dari kitab Mathla’ Al-
Said fi hisab al-Kawaqib ala Rasdi al-Jadid karya Husain Zaid al-Misra dan kitab
al-Manahij al-Hamidiyah karya Abdul Hamid Mursy Ghais al-Falaky al-Syafi’i.2
Di Indonesia, Ilmu falak juga berkembang pesat.3 Setidaknnya sejarah
tentang perkembangan ilmu falak sebagai keilmuan yang mandiri di Indonesia
dimulai pada awal abad ke-20. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah
misalnya, sebelum abad ke-20, di dunia Islam umumnya berkembang metode
hisab yang belakangan diidentifikasi sebagai metode hisab Hakiky Taqribi.
Perhitungannya masih berpatokan pada asumsi bahwa bumi sebagai pusat
1 Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, ( Depok: PT. RajaGrafindo Pesada, 2017),16.
2 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis dan Solusi Permasalahannya, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2012), 179.
3 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan sains Modern,(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), 10.
2
peredaran bulan dan matahari; yang disebut dengan geosentris.4 Kitab al-
Khula>s{ah al-Wa>fiyyah sudah dilengkapi dengan data-data bulan, data-ata
matahari yang cukup akurat. Rumus yang dipakai untuk menentukan posisi
bulan, tinggi bulan dan matahari sudah menggunakan rumus-rumus
trigonometri, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana. oleh Ichtiyanto
yang berdasarkan hasil penelitiannya ia mengatakan bahwa garapan Kitab al-
Khula>s{ah al-Wa>fiyyah itu lebih akurat dibandikan dengan hasil garapan kitab-
kitab yang menganut sistem hakiki takribi, seperti kitab Sullam an-Nayyiraini,
kitab Fathu Rauf al- Mannan tetapi masih di bawah hasil garapan sistem
Almanac Nautica dan Ephemeris.5
B. Rumusan Masalah
Dari sejarah singkat ilmu falak di atas penulis mencoba untuk membahas
sejarah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani diantaranya
adalah:
a. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani
b. Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah awal bulanc. Menentukan awal bulan qamariah dengan perhitungan kitab al-
Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani
d. Keunggulan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-
Jaelani.
C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui biografi Zubaer Umar Al-Jaelani
b. Untuk mengetahui Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah awal bulanc. Untuk mengetahui perhitungan awal bulan Qamariah dengan
perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-
Jaelani
4 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu falak, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), 20.5 H. Abdurrahman, “Sistem Hisab dan Imkanurrukyah yang Berkembang di Indonesia”
dalam Jurnal Hisab Rukyat: 26.
4
BAB II
KITAB AL-KHULA>S{AH AL-WA>FIYYAH AWAL BULAN KARYAZUBAER UMAR AL-JAELANI
A. Biografi Zubaer Umar Al-Jaelani
Kyai Zubaer demikian panggilannya, seorang
ulama yang juga seorang akademisi yang terkenal
sebagai pakar falak dengan karya monumentalnya kitab
al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Ia lahir di Padangan
Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro Jawa
Timur apada tanggal 16 September 1908.6 Setelah dari
Bojonegoro beliau tinggal di kota Salatiga, Jawa Tengah
sampai wafat disana pada tanggal 10 Desember 1990.7
Dunia pendidikan yang ia jalani hampir seluruhnya dalam pendidikan
tradisional yakni madrasah dan pondok pesantren termasuk ketika mukim
lithalab al-ilmi di Makkah al-Mukaramah pada waktu menjalani ibadah haji.
Sebagaimana kondisi real di abad itu bahwa pesantren masih merupakan satu-
satunya lembaga pendidikan untuk tingkat lanjut yang tersedia bagi penduduk
pribumi di pedesaan, sehingga diasumsikan sangat berperan dalam mendidik para
elite pada masanya. Jenjang pendidikannya dimulai di madrasah Ulum tahun
1916-1921, pondok pesantren Termas Pacitan 1921-1925, pondok pesantren
Simbang kulon Pekalongan, 1925-1926, pondok pesantren Tebuireng Jombang,
1926-1929. Kemudian pada tahun 1930 Ia menjalankan ibadah haji yang
dilanjutkan dengan Thalab al-ilmu di Makkah selama lima tahun (1930-1935).
Merujuk pendapat Snoauck Hurgronje, perjalanan haji Kyai Zubaer tersebut
dapat dikategorikan haji santri.
6 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 179.7 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005), 118.
5
Asumsi ini diperkuat dengan penelitian Martin Van Bruinessen bahwa
pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 banyak orang Indonesia yang
bemukim di Makkah, bahkan disinyalir bangsa Asia Tenggara (masyarakat
Jawah) merupakan salahsatu kelompok terbesar. Karena adanya asumsi bahwa
Makkah sebagai pusat dunia dan sumber ngelmu, sehingga banyak orang
Indonesia yang bermukim di Makkah, dan bahkan ada dugaan kuat gerakan
agama Islam terilhami dari sana, seperti Nawawi Banten, Mahfud Termas dan
Ahmad Khatib Minangkabau yang mengajar di Makkah dan banyak mendidik
ulama Indonesia yang kemudian banyak berperan penting di Indonesia.
Sebagai seorang santri yang mempunyai jiwa pendidik, nampak dengan
diangkat sebagai guru madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang, walaupun status
ia masih sebagai santri pondok pesantren Tebuireng, dalam konsep istilah Imam
Hanafi disebut ifadah dan istifadah. Sampai Ia menjabat rektor IAIN Walisongo
Jawa Tengah di Semarang pada 5 Mei 1971. Di samping Ia juga pernah
memimpin Pondok Pesantren al-Ma’had al-Diniy, Reksosari Suruh Salatiga
(1935-1945), kemudian mendirikan pesantren Luhur yang kemudian menjdi IKIP
NU yang akhirnya menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang sekarang
menjadi STAIN Salatiga. Dan terakhir mendirikan pondok pesantren Joko
Tingkir (1977) yang sekarang tinggal petilasannya yang terkenal dengan
kampung Tingkir.
Kaitan dengan kepakaran Ia dalam bidang hisab rukyah dengan karya
munumentalnya al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah, sebagaimana disampaikan oleh putra
menantu Ia (bapak KH Bakri Tolkhah) ternyakan merupakan hasil meguru Ia
ketika mukim di Makkah selama lima tahun (1930-1935), karena sebelum Ia
meguru (mukim) di Makkah belum nampak ada bakat (kepakaran) dalam hisab
rukyah. Guru Ia di Makkah dalam hisab rukyah adalah Umar Hamdan dengan
kitab kajian al-Mathlaus Said karya Husain Zaid al-Misra dan al-Manajihul
Hamidiyah karya Abdul hamid Mursy.
Sebagimana informasi dari bapak Taufik, bahwa menurut pelacakan
sejarah bahwa al-Mathlaus Said dan al-Manajihul Hamidiyah merupakan buah
6
modifikasi dan revisi dari naskah tabril magesty yang berprinsip Geosentris
temuan Claudius Ptalelomeus yang dalam sejarah diperkenalkan oleh Ulugh
Beik. Di mana dalam perjalanan keilmuan Ulugh Beik melakukan pengembangan
keilmuan dan penelitian sampai di Paris Prancis dan juga sampai di Mesir yang
terbukukan dalam Mathlaus Sa’id ala Rasdil Jadid. Dan kitab al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah merupakan buah karya ilmiyah KH Zubaer yang merujuk pada prinsip
al-Mathlaus Sa’id tersebut. Di samping itu, juga ada karya yang merujuk pada
prinsip al-Mathlaus sa’id yakni Hakiky karya Muhammad Wardan Dipanungrat,
hanya saja sudah dibahasa Indonesiakan dengan markaz Yogyakarta. Sedangkan
kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah menggunakan markaz Mesir dan masih berbahasa
Arab.8
Suatu ketika, Kyai Afdul Fattah, seorang kepala desa Reksosari, Suruh,
Salatiga yang terkenal kaya raya meminta salah seorang murid KH. Hasyim
Asy’ari untuk dibawa ke Reksosari. Kemudian KH Hasyim asy’ari berkenan
memberikan salah seorang muridnya kepada Kyai Abdul Fatah dengan syarat
untuk mendidik terlebih dahulu murid tersebut sebelum di masyarakat. Hingga
akhirnya, dengan persetujuan diantara mereka, KH. Zubaer Umar al-Jaelani
diserahkan kepada Kyai Abdul Fatah dan menikahkannya dengan putri beliau.
Setelah berlangsungnya pernikahan tersebut, baru kemudian Kyai Abdul Fatah
mengirim KH>. Zubaer Umar al-Jaelani ke Makkah dengan tujuan haji dan
melanjutkan pendidikan di Makkah (1930-1935).
Pada awalnya, KH. Zubair Umar al-Jailani di minta oleh KH. Hasyim
Asy’ari untuk mendalami Ilmu hadits, setibanya di Makkah nanti. Akan tetapi,
KH. Zubair Umar al-Jailani lebih memilih menekuni Ilmu Falak yang telah
menjadi hobi beliau sejak kecil. Namun, keinginannya untuk mendapatkan guru
Ilmu Falak di Makkah al-Mukarramah kandas. Karena saat test berlangsung di
ketahui bahwa beliau dalam dunia falak telah jauh di atas guru yang ada di
Makkah sehingga guru tersebut justru yang belajar kepada KH. Zubair Umar al-
Jaelani.
8 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 179-184.
7
Kemudian beliau meninggalkan Makkah dan menuju ke Madinah untuk
menemui ahli falak di sana. Namun saat di Madinah, beliau juga tidak
mendapatkan guru yang diharapkan. Kemudian beliau disarankan untuk pergi ke
Syiria (Damaskus). Sesampainya di Syiria, hasilnya tetap sama. Hingga ahirnya
beliau melanjutkan perjalanan ke Palestina. Dan harapan beliau untuk bertemu
ahli falak di sana juga masih belum terpenuhi. Baru kemudian beliau disarankan
untuk menemui seorang guru di Jami’ al-Azhar. Disinilah beliau bertemu dengan
Syeikh Umar Hamdan dengan kitab kajian al-Matlhaus Sa’id karya Husain Zaid
al-Misra dan al-Manahij al-Hamidiyah karya Abdul Hamid Mursy. Data
astronomis yang digunakan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah sama dengan yang
ada pada kitab al-Mathlaus Sa’id tetapi menggunakan epoch (mabda) Makkah
(39° 50’), karena kitab tersebut dikonsep ketika KH. Zubair Umar al-Jaelani
bermukim di Makkah.
Di Jami’ al-Azhar, beliau diangkat menjadi dosen falak. Dalam mengajar,
beliau tidak menggunakan buku rujukan. Namun para mahasiswa beliau tekun
rajin sehingga banyak catatan-catatan yang dibuat oleh mereka. Setelah
mengetahui bahwa mahasiswa KH>. Zubaer Umar al-Jaelani banyak yang
mencatat materi mata kuliah beliau. Akhirnya materi-materi tersebut beliau
kumpulkan dan beliau bawa ke Indonesia yang akhirnya dibukukan menjadi kitab
al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa penulisan kitab ini
bukan merupakan sesuatu kesengajaan.9
B. Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Awal Bulan
Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah Fil Falaki bijadwali al-
Lugorimiyyah adalah karya monumental dari seorang ulama
Indonesia KH. Zubaer Umar al- Jaelani. Kitab al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah ini dipengaruhi oleh kitab Mathlaus Sa’id fi Hisab al-
9 AZ Ni’mah, “Hisab Awal Waktu Salat Zubaer Umar Al-Zailani Dalam Kitab Al-Khulasah Al-Wafiyah”, Diakses tanggal 25 Maret 2018, eprints.walisongo.ac.id>092111090_Bab3.42-23.
8
Kawakib ‘ala Rashd al-Jadid karangan Husein Zaid al-Mishra dan al-Manahij al-
Hamidiyah karangan Abdul Hamid Mursy Ghais al-Falaki kedua asy-Syafi’i.
Kedua kitab tersebut dibawa oleh mereka yang menunaikan ibadah haji setelah
menyempatkan diri untuk belajar di Tanah Suci. Menurut M. Taufik bahwa kitab
ilmu falak yang ditulis oleh ulama falak nusantara pada periode kedua ini banyak
yang merupakan cangkokan dari kedua kitab tersebut. Diantara kitab-kitab ulama
nusantara tersebut adalah kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar al-
Jaelani yang dicetak pertama kali pada 1354H/1935M.10
Kemudian dalam perkembangan wacana hisab rukyah, berpijak pada
hasil seminar sehari hisab rukyah pada tanggal 27 April 1992, di Tugu Bogor,
sistem hisab yang terdapat kitab dan buku hisab yang berkembang di Indonesia
diklasifikasikan dalam tiga klasifikasi yakni hisab hakiky taqriby, hisab hakiky
tahkiky, dan hisab hakiky kontemporer. Dari klasifikasi ini disinyalir hisab
hakiky tahkiky dan hakiky kontemporer lebih akurat daripada hisab hakiky
taqriby.
Satu diantara yang menarik dikaji adalah eksistensi pemikiran hisab Zubaer
Umar al-Jaelani dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang termasuk dalam klasifikasi
hisab yang keakurasiannya tinggi (hisab hakiky tahkiky), walaupun usia rihlah
ilmiah (pengembaraan intelektual) tidak jauh waktunya dari rihlah ilmiah yang
dilakukan oleh Muhammad Manshur al-Batawi yang diklasifikasikan dalam hisab
hakiky taqriby (hisab yang keakurasiannya masih cukup rendah). Dan memang
dalam beberapa konsep hisab Zubaer Umar al-Jaelani tidak jauh berbeda dengan
bebrapa konsep yang dikembangkan hisab hakiky kontemporer yang notabene
yang setiap tahun diadakan penelitian (research).
Misalnya dalam konsep lintang dan bujur Makkah sebagai markaz kiblat
dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah disebutkan bahwa lintang Makkah 21° 35’ LU
dan bujurnya 39° 54’ BT. Konsep tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan
konsep hakiky kontemporer, seperti Islamic Calendar menunjukkan 21° LU dan
40° BT, sedangkan berdasarkan GPS (Global Position System) menunjukkan 21°
10 Marpaung, Pengantar Ilmu falak, 22-23.
9
25’14,17” LU dan 39° 49, 41’ BT. Sedangkan data yang menunjukkan 21° 30’
LU dan 39° 54’ BT.
Begitu pula dalam konsep irtifa’ul hilal (tinggi hilal), ternyata konsep Zubaer
Umar al-Jaelani sama dengan konsep hisab hakiky kontemporer semisal New
Comb, yakni ketinggian hilal diukur melalui lingkaran vertikal. Dengan
konsekuensi jika ijtima’ terjadi sebelum terbenam matahari, maka hilal pada saat
ghurub belum tentu positif. Berbeda dengan konsep Sullamun Nayyirain karya
Muhammad Manshur bahwa tinggi hilal adalah selisih antara saat ijtima’ dengan
saat terbenam matahari dibagi dua yang berarti menggunakan asensia rekta
(panjatan tegak).
Dan masih banyak lagi, apalagi ternyata Zubaer Umar al-Jaelani tidak hanya
pakar hisab rukyah, namun juga pakar muqaronah fiqh dan hadis. Asumsi ini
berpijak pada berbagai nukilan dan berbagai pemikiran yang Ia tuangkan di kitab
al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah.11
C. Algoritma Perhitungan Awal Bulan Kitab Al-Khula>S{Ah Al-Wa>FiyyahKarya Zubaer Umar Al-Jaelani
Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah dalam menentukan awal bulan qamariyah
memuat beberapa sisitem, sistem hakiky takriby dan juga sistem hakiky tahkiki.
Dalam kitab ini, 9ystem hakiky takriby dipakai untuk dasar mengerjakan hisab
hakiky tahkiki. Dengan kata lain untuk mengerjakan hisab hakiky tahkiki
terlebih dahulu harus mengerjakan hisab hakiky takriby. Kitab ini terdiri dari 272
halaman yang terdiri dari 12 bab. Diantaranya:
1. Penanggalan
Dalam bab ini dijelaskan tentang penanggalan hijriyah, masehi
dan penanggalan jawa (tarikh Aji Saka) serta hal-hal yang terkait
dengannya. Selain itu jugadijelaskan tentang konversi antara satu
penanggalan dengan sistem penanggalan yang lain.
11 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 180-181.
10
2. Ilmu Falak
Pada bab kedua menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu falak. Pada
bab ini lebih fokus pada bumi, bulan dan matahari. Serta benda-benda
langit yang lain. Selain teori-teori terkait dengan benda-benda langit
tersebut, pada bab ini juga menjelaskan tentang pergerakan serta garis
edar dan hal-hal lain yang berhubungan dengan benda-benda langit.
Dengan pergerakan benda-benda langit teresebut, juga terdapat dampak
yang menyertai sehingga dalam bab ini juga dijelaskan tentang waktu
yang mana waktu tersebut terkait erat dengan pergerakan Bumi, Bulan
dan Matahari.
3. Bab ketiga menjelaskan tentang bagaimana cara perhitungan dalam
kitab ini. Baik data-data yang dibutuhkan maupun cara
menghitungnya secara langsung. Seperti halnya mencari busur siang
dan busur malam, tinggi kulminasi, bu’dul al-quth dan sebagainya.
4. Pada bab empat, kitab ini menjelaskan tentang waktu-waktu salat dan
arah kiblat serta hal-hal yang terkait dengannya.
5. Bab lima menjelaskan tentang ijtima’ (konjungsi) dan istiqbal
(oposisi).
6. Bab enam menjelaskan tentang hilal. Mukus hilal, cahaya hilal, posisi
hilal, azimut hilal dan ketinggiannya serta hal-hal yang terkait
dengannya. Selain itu, pada bab ini juga memperbincangkan tentang
rukyat al-hilal, kesatuan mathla’, dan permasalahan fiqh tentang
rukyat al-hilal.
7. Pada bab tujuh, kitab ini menjelaskan tentang gerhana Bulan serta
proses terjadinya dan cara perhitungannya.
8. Pada bab delapan masih terkait dengan bab tujuh yakni menjelaskan
tentang gerhana matahari, proses terjadinya dan cara perhitungannya.
9. Pada bab ini dijelaskan tentang bintang-bintang yang lain (asteroid).
10. Pada bab sepuluh dijelaskan tentang al-Mudzannabat (Bintang
Berekor/ Komet).
11
11. Bab sebelas menjelaskan tentang udara (jawwu) serta cahaya senja
serta cahaya fajar yang merupakan akibat adanya udara.
12. Sedangkan untuk bab yang terakhir, dijelaskan tentang bintang sejati
(zodiak).
Selain terdapat 12 bab diatas, dalam kitab ini juga dilengkapidengan
pengetahuan umum, seperti beberapa bait syair arab serta berbagai
macam ukuran baik panjang, berat, maupun luas yang disajikan
menggunakan bahasa arab.
Sementara itu, data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan-
perhitungan pada teori yang terdapat pada bab 1 sampai bab 12 juga telah
termuat dalam kitab tersebut, yakni pada halaman 210 sampai halaman
269. Sehingga mempermudah dalam penggunaan kitab tersebut.
Diantaranya adalah data-data tentang data Matahari yaitu Bujur
Astronomi ( طول الشمس( , Lintang Astronomi ض الشمس)(عر , Asensio Rekta,
Deklinasi ,(نصف قطر السمش) jarak Geosentris, Semi Diameter ,(میل السمش)
Kemiringan Ekliptika (المیل الكلي) dan Perata Waktu (تعدیل الشمس).
Sedangkan data bulan yang disediakan adalah Bujur Astronomi ( طؤل
,(عرض القمر) Lintang Astronomi ,(القمر Asensio Rekta, Deklinasi (میل القمر),
Horizontal Parallaks Semi ,(نصف قطر القمر) Semi Diameter ,(إختالف ھلمنظر)
Kemiringan Bulan (سمت الرأس) dan Luas Cahaya Bulan.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan simbol-
simbol dalam penulisannya. Seperti halnya simbol hari dalam penulisan
angka arab (angka jumaliyah), yakni: angka satu dengan huruf alif (أ), dua
dengan ba (ب), tiga dengan (ج), empat dengan (د), lima dengan ha’(ه),
enam dengan (و), tujuh dengan za (ز).
Selain itu juga terdapat singkatan-singkatan untuk kata yang panjang
yang masuk ke dalam tabel-tabel tersebut, seperti:
a. م = yaum (hari)
b. ت = sa’ah (jam)
c. ج = derajat dan buruj (zodiak)
12
d. ق = menit (دقیقة)
e. ي = detik (ثواني)
f. “ = secon (ثوا لث)
g. “” = seperenampuluh secon (روابع)
h. ° = derajat
i. ⸝ = menit derajat
j. ⸝⸝ = detik derajat
Dalam data-data yang terdapat dalam tabel-tabel tersebut juga
terdapat data yang bernilai negatif yang ditandai dengan nilai (-) dan nilai
positif yang ditandai dengan tanda plus (+) atau tanda (=) yaitu dalam
tabel perata waktu (equation of time).
Data-data yang dicari dalam tabel-tabel tersebut diantaranya:
1. Al-‘Alamah berarti “petunjuk” yakni petunjuk waktu (hari, jam,
dan menit) terjadi ijtima’ atau konjungsi antara matahari dan
bulan yang ditentukan berdasarkan waktu rata-rata. ‘Alamah ini
dijadikan acuan untuk mendapatkan waktu ijtima’ yang
sebenarnya.
2. Al-Wasth yaitu busur sepanjang ekliptika yang diukur dari Bulan
hingga ke titik aries setelah bergerak. Sehingga wasth dirumuskan
dengan (khashhah + Auj).
3. Al-Khashah yaitu busur sepanjang ekliptika yang diukur dari titik
pusat bulan hingga titik aries sebelum bergerak.
4. Al-Markaz dalam ilmu falak terdapat tiga pengertian yaitu
a. Markaz sebagai tempat observasi atau suatu lokasi yang
dijadikan pedoman dalam perhitungan,
b. Markaz sebagai titik pusat pada rubu’ yang terdapat
padanya benang,
c. Markaz diartikan sebagai busur sepanjang ekliptika yang
diukur dari matahari sampai titik aries sebelum bergerak.
13
Pengertian yang ketiga ini biasa disebut juga dengan
Khashshah sehingga markaz adalah wasat dikurangi auj.\
5. ‘Uqdah yaitu titik kumpul yang dalam astronomi dikenal dengan
nama Node, yaitu titik perpotongan antara lintasan Bulan dengan
ekliptika. Ada 2 titik simpul yaitu ‘uqdah jaujahar dan ‘uqdah
sa’idah (titik simpul naik) adalah perpotongan lintasan Bulan
dengan ekliptika dengan ekliptika dalam lintasannya dari utara ke
selatan. Dalam astronomi disebut Descending Node.12
Perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat
Semarang -7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100
meter dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer
Umar
Ijtima’ akhiadhan 1440 H
المركز الخاصة الوسط العالمة الحركات
Hal
aman
226
⸝ ° ج ⸝ ° ج ⸝ ° ج قة عة یوم 1439
32 15 5 23 24 10 57 27 8 8 0 5 1430
24 23 8 11 28 8 31 23 8 17 7 4 9
56 8 2 34 22 7 28 21 5 25 7 2 1439
57 21 8 21 22 7 58 21 8 36 18 6 + Ramadhan
53 0 11 55 14 3 26 13 2 1 2 2 Jumlah
تعدیل الوسط 8 1 − 55 1 − تعدیل العالمة
الطول الشمس 18 12 2 6 0 2 Harih. 217(e) jam
12 Ni’mah, “Hisab Awal Waktu,” 52-51.
14
⸝⸝ ⸝ ° Halaman
6 0 تعدیل الخاصة 227
+ 2 1 المركزتعدیل 228
8 1 البعدالغیرمعدل
x 5 0
40 5 0
+ 2 1 تعدیل المركز
40 7 1 الوسطتعدیل
8 1 البعدالغیرمعدل
− 10 0 اال یامتعدیل 262
58 0 معدلالبعد
x 59 1 خصة الساعة 264
2 55 1 العالمةتعدیل
15
Menghitung Thul al Syams dan Thul al Qamar saat ghurub pada hari senintanggal 3 juni 2019/ 29 Ramadan 1440 H dari zawal di Ka’bah 1 jam 13 menit
العقدة حا صة القمر وسط القمر خا صة الشمس وسط الشمس م كا تالحر
⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج ⸝⸝ ⸝ ° ج7 25 22 1 39 0 12 8 24 24 11 4 6 50 17 0 48 50 0 4 2 1410 (h. 213)
10 13 4 6 24 53 18 11 45 49 23 1 6 59 18 1 49 29 19 1 1 + 29 (h. 215)
17 38 26 7 3 54 0 8 9 14 5 6 12 49 6 2 37 20 20 5 3 1439
51 29 12 0 14 20 23 6 46 37 19 7 4 36 22 7 46 36 22 7 5 + Sya’ban (h. 216)
8 8 9 8 17 14 24 2 55 51 24 1 16 25 29 9 23 57 12 1 1 Jumlah
58 28 1 0 11 49 5 0 21 56 8 0 48 35 27 0 53 35 27 0 7 + 28 hari (h. 216)
6 37 10 8 28 3 0 3 16 58 3 2 4 1 26 10 16 33 10 2 1 Jumlah
8 0 0 0 39 32 0 0 56 32 0 0 28 2 0 0 28 2 0 0 + 1 jam (h. 217)
14 37 10 8 7 36 0 3 12 31 4 2 32 3 26 10 44 35 10 2 1 Jumlah
2 0 0 0 4 7 0 0 8 7 0 0 32 0 0 0 32 0 0 0 + 13 menit (h. 218)
16 37 10 8 11 43 0 3 20 38 4 2 4 4 26 10 16 36 10 2 1 Jumlah
54 4 + 0 13 6 − 13 6 − دلیل اول 22 3 1 +10 42 10 8 58 36 0 3 7 32 4 2 38 39 11 2 طول الشمس36 5 29 1 29 17 1 + 29 17 1 + 20 38 4 2 وسط القمر46 47 9 10 27 54 1 3 36 49 5 2 38 39 11 2 طول الشمس
دلیل خامس 51 12 − 0 14 18 6 − 18 1 7 036 41 1 3 22 31 29 1 18 1 7 +
دلیل ثا لث 20 38 4 2 طول الشمس 36 2 14 02 53 24 9 دلیل ربع 11 43 0 3 − خا صة القمر22 31 29 1 25 21 13 8 دلیل ثا ن46 25 0 −36 5 29 136 6 0 +2 12 29 1
طول قمر
16
1) ⸝⸝ ⸝ ° ج 2) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل اول 4 4 26 10 دلیل اول 4 4 26 1010-26 29 3 1 10-26 14 61027 50 1 1 10-27 4 6
39 1 10 10 004 4 0 4 47 00 0 1 00 0029 3 3 14 6
hal. 218-219 7 00 0 hal. 219-220 1 00 00تعدیل الشمس 22 3 1 ول قمرتعدیل ا 13 6 00
3) ⸝⸝ ⸝ ° ج 4) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل ثا ن 25 21 13 8 دلیل اول 4 4 26 108-13 21 17 1 10-26 52 128-14 44 17 1 10-27 33 12
23 0 0 − 19 0 025 21 0 4 4 08 00 0 − 1 0029 3 3 52 12
hal. 220-221 21 17 1 hal. 220-221 1 00اثا ن القمرتعدیل 29 17 1 ال خا صةتعدیل 51 12
5) ⸝⸝ ⸝ ° ج 6) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل ثا لث 36 41 1 3 دلیل ربع 2 53 24 9
3-1 2 18 6 9-24 35 243-2 19 18 6 9-25 55 25
17 0 0 − 20 1 −36 41 0 2 5312 00 0 − 11 1 −
hal. 221-222 2 18 6 hal. 221-222 35 24تعد لثا لث 14 18 6 ال خا صةتعدیل 46 25
17
7) ⸝⸝ ⸝ ° ج 8) ⸝⸝ ⸝ ° جدلیل اول 4 4 26 10 خا مسدلیل 46 47 9 1010-26 54 4 10-9 34 610-27 47 4 10-10 37 6
7 0 − 3 0 −4 4 46 47 −0 0 0 − 2 0 054 4 Hal. 225 34 6
hal. 225 0 0 0 تعدیل خامس 36 6 0العقدةتعدیل 54 4
D. Keunggulan Kitab Al-Khula>s{ah Al-Wa>fiyyah Karya Zubaer Umar Al-
Jaelani.
Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer Umar Al-Jaelani sudah lima
kali koreksi dibandingkan dengan kitab Sullamun Nayyirain hanya sekali
koreksi, sehingga keakuratan hisab dalam al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah lebih baik.
Secara ringkas koreksi dalam al-Khulasah al-wafiyah terdapat pada
menghitung posisi bulan:
1. Koreksi sebagai akibat perubahannya eccentricity bulan yang interval
perubahan tersebut selama 31.8 hari. Besar koreksi ini adalah 1.2739 sin
(2C-Mm). 2C adalah dua kali lipat selisih antara wasat matahari dengan
wasat rata-rata bulan. Sedangakan Mm adalah simbol bagi Khashshah
Bulan.
2. Koreksi perata tahunan, sebagai akibat gerak tahunan bulan bersama-sama
dengan bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk ellip.
Besarnya adalah 0.1858 sin M. M adalah simbol bagi Khashshah matahari.
3. Variasi yang mengakibatkan bulan baru atau bulan purnama tiba terlambat
atau lebih cepat. Besarnya adalah 0.37 sin M. M adalah simbol bagi
Khashshah Matahari. Ketiga korensi tersebut digunakan mengoreksi
Khashshah Bulan.
18
4. Koreksi perata pusat sebagai bentuk ellip orbit Bulan. Besarnya adalah
6.2886 sin Mm’. Mm’ adalah simbol bagi Khashshah yang telah dikoreksi.
5. Koreksi lain untuk mengoreksi wasat bulan ilah A4 = 0,214 sin (2Mm’).
Mm’ adlah khashshah yang telah terkoreksi. Dengan demikian wasat Bulan
yang telah terkoreksi didapatkan dengan cara mengoreksi wasat rata-rata
dengan koreksi pertama, kedua, ketiga dan keempat.
6. Koreksi variasi sebesar 0.6583 sin (1’-L). L adalah thul Matahari, dan 1’
adalah wasat Bulan yang telah terkoreksi tersebut.
7. Koreksi bagi uqdah ialah sebesar 0,16 sin (M). M adalah khashshah
Matahari.
8. Koreksi-koreksi tersebut dituangkan dalam bentuk tabel, tabel koreksi
kesatu sampai kelima. Tabel-tabel tersebut menggunakan variabel-variabel
dalam rumus-rumus tersebut. Kitab tersebut untuk mencari posisi Matahari
dan Hilal di atas horizon dengan menggunakan rumus-rumus dengan
berbahsa Arab yang kurang sederhana, tetapi kalau disederhanakan serta
dipakai simbol-simbol matematika modern. Maka hasilnya sama dengan
rumus-rumus yang digunakan astronomi modern.
Di samping keistimewaan al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah dalam hal mencakup
pembahasan fiqh ikhtilafiyah hisab rukyah, ternyata dalam al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah terdapat pembahasan tentang batasan atau ukuran yang diebutkan
dalam al-Risalah fi al-Maqayis. Di antaranya pembahasan ukuran dirham
dengan tahwil gram, dhira’, kaki dan lain-lain yang ditahwil dengan ukuran
standar internasional. Inilah ciri khas al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah yang tidak
dimiliki oleh kitab-kitab hisab yang lain. 13
13 Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 185-186.
19
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat sejarah perkembangan ilmu falak di Indonesia pada awal
abad ke-20 hingga pada hari ini, kita akan dapat melihat kisah para ulama yang
menuntut ilmu dengan sangat tekun hingga dapat menghasilkan karya-karta yang
monumental yang tidak dapat dijabarkan satu-persatu karena semua saling
berkaitan dan bersinergi untuk melahirkan sebuah pedoman yang hingga pada hari
ini masih dapat kita baca dan pergunakan untuk bahan pembelajaran, salah
satunya adalah kitab karya Zubaer Umar al-Jaelani yaitu kitab al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah.
Kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah, adalah salah satu kitab yang
keakuratannya sangat tinggi hingga pada hasil seminar sehari hisab rukyah pada
tanggal 27 April 1992, di Tugu Bogor, maka digolongkan kepada sistem hisab
hakiky tahkiky yang sesuai dengan pemikiran heliosentris sehingga hasil
perhitungannya lebih akurat dibandingkan dengan kitab-kitab yang masih
berpemikiran geosentris.
Selain sebagai ahli falak, beliau juga sangat aktif dalam dunia akademik
maupun organisasi seperti NU dan lain sebagainya, beliau dikenal sebagai orang
yang sangat rendah hati meskipun beliah seorang yang sudah ahli dapat dilihat
dari pengalamannya belajar di timur tengah sampai harus belajar ke Syria Mesir
dan sebagainya namun beliau tetap ingin terus menimba ilmu dan berguna untuk
ummat muslim melalui karyanya yang terkenal yaitu kitab al-Khula>s{ah al-
Wa>fiyyah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Qulub, Siti Tatmainu. Ilmu Falak dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi. Depok: PT.Raja Grafindo Pesada, 2017.
Izzuddin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis dan Solusi Permasalahannya. Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan sains Modern.Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
Marpaung, Watni. Pengantar Ilmu falak. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.
Abdurrahman. “Sistem Hisab dan Imkanurrukyah yang Berkembang diIndonesia” dalam Jurnal Hisab Rukyat: 26.
Khazin, Muhyiddin. Kamus Ilmu Falak. Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005.
Ni’mah, AZ. “Hisab Awal Waktu Salat Zubaer Umar Al-Zailani Dalam KitabAl-Khulasah Al-Wafiyah”. Diakses tanggal 25 Maret 2018.eprints.walisongo.ac.id>092111090_Bab3. 42-23.
21
Lampiran-lampiran
A. Cara Menghitung Awal Bulan
1. Perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat Semarang -
7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100 meter
dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah. Ijtima’ terjadi
pada hari ke-2 (Senin) pukul: 12 + 0 jam 6 menit = 12:6 WHM (Waktu
Hakiky Makkah).
Equation of time (e) = 0° 2’
12° 6’ − 0° 2’+ (45° − 39° 49’ 34,22”) ÷ 15 = 12° 24’ 41,72”
12° 24’ 41,72” + 4 = 16° 24’ 41,72” WIB
Konversi Taqriby:
Jadi konversi taqriby tanggal 4 juni 2019 hari senin pukul 16° 24’ 41,72”
2. Matahari terbenam
Bujur Matahari (BM) = 2 ج 12° 18’( Hal. 217) 1j = 2’
35m = 1’ +2 ج 12° 21’
Waktu ijtima’ – Waktu ghurub = (16j 24m 41,72d WIB)Waktu ghurub = 18 −
Jumlah = 1j 35m 18,28 ͩ = 1j 35 ͫ
ج2 12° 33,33 /1440 \ 43,2048°− ج4
+ 43 −ج6 4° 1397
622 +2019
22
3. Mencari deklinasi matahari sin (δm) = (sin 72° 21’ x sin 23° 27’) = 22°17’06, 41”
4. Tinggi Matahari (hₘ) = -(KU + SD ₘ+ Ref ₘ)
Kerendahan Ufuk = 0° 1,76’x√100 = 0°17’36”
hₘ = -(0°17’36”+0° 16’+0° 34’) = -1° 07’36”
Cost tₘ = sin hₘ ÷ cos φˣ ÷ δₘ − tan φˣ x tan δₘ =
sin -1° 07’36” ÷ cos -7 : 22° 17’06,41” – tan 22° 17’ 06,41” =
88° 20’35,89” ÷ 15 = 5j 53 ͫ 22,39 ͩ WIB (Waktu Hakiky)
5. Waktu Ghurub Pukul 12 + WH – e + (BD – BT) ÷ 15
= 12 + 5j 53 ͫ 22,39 ͩ − 0° 2’ + (105° − 110° 24’) ÷ 15
= 17° 29’46” = Pukul 17:30 WIB + ikhtiyat 2 menit
Jadi ghurub terjadi pada Pukul 7:32 WIB
6. Matahari zawal di Ka’bah = 12 − 0° 2’ + (45° − 39° 49’34,22”) : 15
= 12:19 GMT
23
Perbedaan Waktu Arab Ke WIB = 4 jam
Jadi jam di Ka’bah = Pukul 12:19 + 4 jam = 16:19 WIB
Ghurub di Semarang = 17:32 WIB
Selisih waktu zawal = 17:32 − 16:19 = 1j 13 ͫ
a. Thul al-Syams (ELM) = 2ج 11° 39’ 38” (71° 39’ 38”)
Thul al-Qamar (ALB) = 1ج 29° 12’ 2” (51° 29’ 2”) −
Beda Thul = 12° 10’ 36”
b. Syabaq Syam fi al-Thul (h. 223)
4” 4’ 26° ج10 (دلیل اول) = (0° 2’ 24” − 0° 2’ 24”) x (5 − 0° 4’ 4”) : 5 + 0° 2’ 24”
= 0° 2’ 24”
c. Sabaq Qamar fi al-Thul (h. 223)
(0° 32’25” − 0° 32’ 5”) x (15 − 04° 1’ 3”) : 5 + 0° 32’ 5”)
3” 41’ 1° ج3 (دلیل ثا لث) = (0° 33’ 2,26333”)
Beda Sabaq = 0° 30’ 38,2633”
d. Ijtma’ Haqiqi bit Tahqiqi = Ghurub + beda Thul : beda Sabaq
= 17j 32m + 12° 10’ 36” : 0° 30’ 38,2633”
= 17° 22’ 47,1145”
e. Deklinasi matahari saat terbenam
Sin-1 δm = sin 71° 39’ 38” x sin 23° 27’
δm = 22° 11’ 36,76”
f. Sudut waktu matahari terbenam
Cost tm = sin h: cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin-1 (1° 7’ 36” : cos -7° : cos 22° 17’ 06,41” – tan -7° x tan
22°17’06,41”
Sudut waktu tm = 88°20’35,89”
24
g. Azimut matahari
Cotan A = tan δm x cos φx: sin tm – sin φx : tan tm
= (tan 22°17’06,41” x cos -7 : sin 88°20’35,89” – sin -7° : tan
88°20’35,89”)-1
A = 67°41’0,57” U-B
Azimut matahari = 360° − 67°41’0,57” = 292°18’59,4”
h. ARAm (Asencio Recta Matahari)
Cos ARAm = Thul Syams : cos δm
= (cos 71°39’38” : cos 22°17’06,41”)
= 70°7’13,39”
i. Deklinasi bulan
Sin δb = Sin Thul Qamar x sin 23°27’
δb MAQ = Sin 59°29’2” x sin 23°27’ = 20°12’6,68”
j. Cos A = Sin MA x cos TQ
= (23°27’ x cos 59°29’2”)
= 78°20’30,95”
k. Sin Mail Tsani lil Qamar (MTsQ) = Sin MAQ : sin A
= 20°12’6,68” : 78°20’30,95”
= 20°38’47,67”
l. Sin AQ = Sin 5°1’x sin DK
= Sin 5° 1’ x sin 309° 47’ 46”
Ardhul Qomar = -3° 51’8,71”
m. Hb = MTsQ + AQ
= 20°38’47,67” + -3° 51’8,71”
Hisbah al bud = 16° 47’38,96”
n. Sin DB = Cos MAQ x sin Hb : cos MTsQ
= cos 20°12’6,68” x 16° 47’38,96” : cos 20°38’47,67”
Bu’dul Qamar ‘an al- Mu’addal / Deklinasi Bulan = 16° 50’39,17”
25
o. ARAb (Asensia Recta Bulan)
Cos ARAb = Cos TQ : cos DB
= Cos 59°29’2” : cos 16° 50’39,17”
ARAb = 57°57’28,27”
p. Sudut waktu Bulan tm = ARm + tm − ARb
= 70° 7’ 13,39” + 88°20’35,89” – 57°57’28,27”
= 100°30’21”
q. Tinggi hilal haqiqy =
Sin hb = Sin φx x sin δb + cos φx x cos δb x cos tb
= Sin -7° x sin 16°50’39,17” + cos -7 x cos 16°50’39,17” x
cos 100°30’21”
= -12°2’95,7”
Dari perhitungan akhir bulan Ramadan 1440 H dengan titik koordinat
Semarang -7° Lintang Selatan 110° 24’ Bujur Timur dan pada ketinggian 100
meter dengan sistem perhitungan kitab al-Khula>s{ah al-Wa>fiyyah karya Zubaer
Umar Al-Jaelani, maka dapat disismpulkan:
a. Ijtima’/ konjungsi Taqribi : Senin, 4 Juni 2019 Pukul 16:25 WIB
b. Ijtima’/ konjungsi Bit-tahqiqi : Senin, 4 Juni 2019 Pukul 17: 22 WIB
c. Terbenam Matahari : Pukul 17:32 WIB
d. Tinggi Matahari : -1° 7’ 36”
e. Tinggi Hilal Haqiqi : -12° 2’ 95,7”
f. Azimut Matahari : 292° 18’ 59,4”
g. Karena ketinggian bulan dibawah ufuk maka diistikmalkan 30 hari.