Post on 06-Jul-2018
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI#02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKAGRARIADAN
LINGKUNGANHIDUPDIKALIMANTANTIMUR
Disusunoleh:
MuhammadFadli,M.Si.
dengankontribusidari:
AkhmadWijaya,M.P.,AspianNoor,S.Hut.(BIOMA),AdiSupriadi,M.Si.,RoniSandi,PoetryPratiwi,S.Hut.(YayasanBUMI),PanthomSidiPriyandoko,S.Hut.(iKonsultan–RINGKAS)
dandidiskusikanpada:
DiskusiKelompokTerfokusyangdilaksanakanolehYayasanBUMIdengandukunganpelaksanaandariTheAsiaFoundation–SETAPAK2.
SAMARINDAJuni2017
ii
DAFTARISI
DAFTARISI.........................................................................................................................ii
KATAPENGANTAR.............................................................................................................iii
RINGKASAN.......................................................................................................................iv
A. PENGANTAR...............................................................................................................1
B. TIPOLOGIKONFLIK......................................................................................................2
C. KESENJANGANKELEMBAGAANPENYELESAIANKONFLIK............................................41. KelembagaanPenyelesaianKonflikKehutanan.........................................................................4
2. KelembagaanPenyelesaianKonflikPerkebunan......................................................................10
3. KelembagaanPenyelesaianKonflikPertambangan.................................................................13
4. KelembagaanPenyelesaianKasusLingkunganHidup..............................................................13
5. KelembagaanPenyelesaianKonflikDiPemerintahanProvinsiKalimantanTimur...................15
D. GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIANKONFLIK..................................161. IdentifikasiDanPencegahanKonflik........................................................................................16
2. PenangananDanPenyelesaianKonflik....................................................................................18
3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik..............................................................................19
4. OrganisasiResolusiPenyelesaianKonflik.................................................................................19
E. REKOMENDASI..........................................................................................................21
BAHANBACAAN...............................................................................................................23
ii i
KATAPENGANTAR
Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan
penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).
ReformaAgraria bertujuanpula untukmencegah konflik agraria tidak terjadi lagi.Melihat
bentuk, corak dan penyebab konflik agraria selama ini,maka penyelesaian konflik agraria
dapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial
(negosiasi, mediasi dan arbitrase dan peradilan adat), penyelesaian konflik melalui quasi
yudisial (komisi khusus penyelesaian konflik agraria, dan penyelesaian konflik melalui
peradilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagrarian.
ProvinsiKalimantanTimurmasihmenyimpanragamkonfliklahanmaupunsektorkehutanan,
perkebunan dan pertambangan. Pun terhadap kasus-kasus pencemaran dan pengrusakan
lingkungan hidup. Ketika provinsi ini mendeklarasikan sebagai Kalimantan Timur Hijau,
dimana salah satu bagiannya adalah untuk menuntaskan konflik-konflik berkaitan
pengelolaankekayaanalam.
KertasKebijakanKelembagaanKonflikAgrariadanLingkunganHidupdiKalimantanTimurini
merupakaan analisi dari berbagai kebijakan ada di Kalimantan Timur untuk upaya
penyelesaianKonflikdisektorSumberdayaAlamdandidukungolehTheAsiaFoundationlewar
ProgramSETAPAKuntukperbaikan tatakelolahutandan lahan.Ucapanterimakasihkami
sampaikankepadasemuapihakbaikdaripemerintahandalamhaliniOPDterkaitSumberdaya
Alammaupunkawan-kawanCSOyangterlibatpanjangdalamrangkaiandiskusifokusuntuk
memberikanmasukkanterhadapkertaskebijakanini.
Semogatelaahinibisamembawaperubahanyangbaikuntukpenyelesaiankonflikdisektor
sumberdayaalamdiKalimantanTimur
Samarinda,13Juni2017
YayasanBUMI
iv
RINGKASAN
Pemerintahtelahmenerbitkanragamperijinanperkebunan,kehutanandanpertambangan,
yangmelingkupihampirkeseluruhanwilayahKalimantanTimur.Setelahnya,terjadilahkonflik
baik diantara perijinan maupun antara perijinan dengan masyarakat. Badan Pertanahan
Nasional (BPN)Kaltimmencatatsetidaknya terdapat742kasus tumpang tindih lahanyang
tercatat.SementaraAMANKaltimmencatat12kasuskonflikagraria(2017),JATAMKaltim
telahmerilis ada26kasuskonflikpertambanganyang telahdimonitoringdandi advokasi
sepanjangDesember2015hinggasaatini
Upayauntukmenyelesaikan konflik agrariadan lingkunganhidupdi Kaltimhingga saat ini
masihberlangsungdenganmenyelesaikansatupersatukasusdanberdasarkanpengaduan
dari pihak yangberkonflik. Belumada satumekanisme yang terbukadan akuntabel, serta
menyelesaikan sengketa hingga tuntas, yang dibangun oleh pemerintah provinsi,maupun
ditawarkan masyarakat sipil, dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi, utamanya
berkaitandengankonflikperizinandenganwarga.
PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapan
KawasanHutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisianDaerahKaltimuntukPencegahan,
PenanganandanPenyelesaianTumpangTindihPerizinanPenggunaan LahandanatauHak
AtasTanahdiwilayahProvinsiKaltim,pada25Januari2013,melaluiKesepakatanBersama
Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan
PKS.45/BPKH/IV/2013.Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawal tahun2018 ini
belummenghasilkanhal-halyanglebihkonkritdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.
Dalamkurunyang tersisa ini,maka sudah selayaknyaPemprovKaltim, sebagaipihakyang
memimpin kesepakatan bersama ini untuk dapatmewujudkan kelembagaan penyelesaian
konflik,yangakanlebihbaikbilamelibatkanparapihak,utamanyaakademisidanorganisasi
masyarakatadat,didalamtimyangdibentuk.
Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan
penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).
ReformaAgrariabertujuanpulauntukmencegahkonflikagrariatidakterjadilagi.Mekanisme
resolusipenyelesaiankonflikdapatdiklasifikasikankedalamtahapan,yaitu:identifikasidan
pencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.
Dalam upaya penyelesaikan konflik agraria di Kaltim, maka perlu dilakukan langkah oleh
PemerintahProvinsiKalimantanTimurberupa:
1. Segera menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
denganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasional
Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor
110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan
PKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25 Januari2013,melaluipembentukanTimPenyelesaian
Konflik, yang setidaknya dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dengan beranggotakan para
pihak,termasukdidalamnyaorganisasimasyarakatadat.
2. Melaksanakanprosesidentifikasidaninventarisasikonflikdengandisertaidisediakannya
pos pelaporan konflik padamasing-masingOrganisasi PerangkatDaerah (OPD) terkait,
v
setidaknyaDinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunandanDinasEnergi
danSumberDayaMineral.
3. Melakukan koordinasi dan memberikan arahan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk membentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria dan Lingkungan HIdup di tingkat
Kabupaten/Kota,untukpenyelesaiankonflikyangsesuaidengankewenangannya.
4. Menyiapkan pedoman umum dan petunjuk teknis penyelesaian konflik agraria dan
lingkungan hidup, yang dibangun bersama-sama dengan para pihak, dengan
memperhatikanperaturanperundang-undangandanreferensipenyelesaiankonflikyang
telahada.
5. Melakukanupayapenyelesaiankonfliksecaraterbukadanmelibatkanparaahlidengan
menghormatihakmasyarakatadatdanhakasasimanusia,disertaidenganpemberitahuan
kepadapublikhasilkesepakatanpenyelesaiankonflik.
Selainitu,bagikelompokmasyarakatsipildanorganisasimasyarakatadat,direkomendasikan
untukmelakukan:
1. Melakukanidentifikasikonflikagrariadanlingkunganhidup,yangdisertaidenganusulan
mekanismepenyelesaianyangditawarkandaninformasispasial.
2. Menguatkanpengetahuan,keahliandankelembagaanwargadalamupayapenyelesaian
konflik.
3. Mendukung masyarakat adat dalam melengkapi kebutuhan pengusulan pengakuan
wilayah masyarakat adat kepada negara berdasarlan peraturan perundang-undangan
yangadasaatinidansesuaidengankapasitasyangdimiliki.
4. Menempatkan upaya perhutanan sosial sebagai salah satu opsi penyelesaian konflik
kehutanan.
5. Membangun pos pengaduan kasus yang terpadu dan terintegrasi antar organisasi
masyarakatsipil.
1
KELEMBAGAAN KONFLIK AGRARIA DAN
LINGKUNGAN HIDUP DI KALIMANTAN TIMUR KERTAS KEBIJAKAN YAYASAN BUMI #02/2017
A. PENGANTAR
“KantorStafPresidenmenyatakanadalebihdari2.600kasuskonflikperkebunan
padatahun2016danKomnasHAMmenyatakanterdapat2.400pengaduanterkait
sengketatanah.1”
Provinsi Kalimantan Timur termasuk salah satu provinsi yang menempatkan perkebunan
kelapa sawit sebagai komoditi prioritas dan andalan pembangunan daerah. DalamRPJMD
Kaltim2013-2018,PemprovKaltimmenargetkanpenambahanhingga1jutahektareperijinan
baruperkebunankelapasawit.DaridataDinasPerkebunanKaltim(2015)disebutkanbahwa
telahterdapat1,307jutahektareHGUPerkebunanKelapaSawit,2,5jutahektareIjinUsaha
Perkebunandan3,19jutahektareijinlokasi.Secarakeseluruhan,Kaltimmenempatkan3,29
jutahektarelahanuntukperkebunandidalampolaruangRTRWPKaltim.
Gambar1.PolaRuangPerkebunandanLuasLahanPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2015danRTRWKaltim
2016-2036)
Sementaradarisektorpertambangan,ditempatkan5,2jutahektarepolaruangpertambangan
didalamRTRWPKaltim.BerdasarkanJatamKaltim(2015),terdapat5.908.000hektare,terdiri
dari4,1 jutahektare IUPdan1,8 jutahektare IjinPKP2B.Diantaranyaterdapat IzinPinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk kegiatan pertambangan batubara (Maret 2014)
berjumlah 136 izin usaha pertambangan (IUP),meliputi IPPKH eksplorasi sejumlah 64 IUP
1KonflikLahanPerkebunanIndonesiaPalingTinggi,http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/418736-konflik-
lahan-perkebunan-indonesia-paling-tinggi.html
2
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
denganluasan288.642,56hadanIPPKHeksploitasisejumlah72IUPdenganluas104.456,95
hektare.2 Sedangkan berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jumlah Izin
UsahaPertambangan(IUP)se-Kaltimsebanyak959IUP,terdiridari IUPEksplorasi517unit
dengan luas 2.007.146,17 hektare dan IUP produksi sebanyak 442 unit dengan luas
925.619,333hektare.
Dalam industri kehutanan, terdapat 76 unit pemegang izin pemanfaatan hasil hutan alam
(IUPHHK-HA) seluas 4.920.042,80 ha, serta 44 Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan
Tanaman(IUPHHK-HT)yangtersebarpada6kabupatendenganluas1.665.170,00hektare.
“….kerugianberwujudyanglangsungdialamibisniskelapasawitakibatdarikonflik
sosialdapatmencapai2.500.000dolarAS.Kerugianbiayaterbesardisebabkan
hilangnyapendapatanoperasionalperkebunandanwaktukerjaparakaryawanyang
dialokasikanuntukmenanggulangikonfliksosialtersebut.”–DaemeterConsulting–
ConflictResolutionUnitIBCSD3.
BadanPertanahanNasional(BPN)Kaltimmencatatsetidaknyaterdapat742kasustumpang
tindihlahanyangtercatat4.SementaraAMANKaltimmencatat12kasuskonflikagraria(2017),
JATAMKaltimtelahmerilisada26kasuskonflikpertambanganyangtelahdimonitoringdan
di advokasi sepanjang Desember 2015 hingga saat ini5. Pemprov Kaltim sendiri telah
melakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasanHutanWilayah IV
(BPKH IV) KLHK dan Kepolisian Daerah Kaltim untuk Pencegahan, Penanganan dan
Penyelesaian Tumpang Tindih Perizinan Penggunaan Lahan dan atau Hak Atas Tanah di
wilayah Provinsi Kaltim, pada 25 Januari 2013, melalui Kesepakatan Bersama Nomor
110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.
Upayauntukmenyelesaikan konflik agrariadan lingkunganhidupdi Kaltimhingga saat ini
masihberlangsungdenganmenyelesaikansatupersatukasusdanberdasarkanpengaduan
dari pihak yangberkonflik. Belumada satumekanisme yang terbukadan akuntabel, serta
menyelesaikan sengketa hingga tuntas, yang dibangun oleh pemerintah provinsi,maupun
ditawarkan masyarakat sipil, dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi, utamanya
berkaitandengankonflikperizinandenganwarga.
B. TIPOLOGIKONFLIK
Konflikagrariayang terjadidi Indonesiamemiliki tipologiyangcenderungsama,walaupun
detail konflik akan menjadi berbeda, karena Kaltim memiliki sejarah sosial-budaya yang
berbeda dibandingkan bentang kawasan lain di Kalimantan. Zakaria, R.Y. dan P. Iswari6
2AntaraKaltim.27Februari2015.MencermatiMoratoriumPertambanganKaltim.
http://kaltim.antaranews.com/berita/24171/mencermati-moratorium-pertambangan-kaltim3TheCostofConflictInOilPalmInIndonesia,http://conflictresolutionunit.id/id/activities/research/detail/1
4AntaraKaltim.26Januari2013.TanganiMasalahTumpangTindihPerizinanLahandiKaltim.
http://www.antarakaltim.com/berita/11683/tangani-masalah-tumpang-tindih-perizinan-lahan-di-kaltim;KaltimPost.31
Mei2014.BPN:KonsesiLuaskarenaTumpangTindihLahan.http://kaltim.prokal.co/read/news/76809-bpn-konsesi-luas-
karena-tumpang-tindih-lahan5MinutesofMeetingCSOKaltim.DiskusiTematik:MendorongLahirnyaKelembagaanPenangananKonflikdiTingkat
ProvinsiKaltim.Balikpapan,11April20176Zakaria,R.Y.danP.Iswari.LaporanHasilAssessmentPelembagaanMekanismePenyelesaianSengketaDiKalimantan
Tengah.SamdhanaInstitutedanKemitraan.Hal.27-28.
3
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
menyebutkan bahwa terdapat 26 bentuk sengketa agraria yang dicatat oleh Kantor
PertanahanKalteng,yangdapatdikelompokkanterkaittatakuasa,tatagunadantatausaha.
Kementerian Pertanian7 juga melakukan identifikasi tipologi gangguan usaha dan konflik
perkebunanmeliputikaitannyadengankepemilikandanperizinanlahan,berkaitankehutanan
dan hal-hal yang berkaitan non-lahan. Sementara Badan Pertanahan Nasional BPN
mengklasifikasikankonflikpertanahankedalam8kelompok8,yaitupenguasaandanpemilikan
tanah, penetapan hak dan pendaftaran tanah, batas atau letak bidang tanah, pengadaan
tanah, tanah obyek landreform, tuntutan ganti rugi tanah partikelir, tanah ulayat, dan
pelaksanaanputusanpengadilan.
Meri Persch-Orth dan EstherMwangi (2016) menyebutkan penyebab konflik utama ialah
perampasan lahan (landgrabbing) (84%),dimana sebagianbesar konflikumumnya terkait
padatenurial lahandanketidakadilanpembagianmanfaat.Lebihdetaildisebutkan,konflik
disebabkanoleh:perampasan lahan, kurangatau tidak lengkapnyapersetujuanatasdasar
informasi awal tanpa paksaan (FPIC), dihiraukannya klaim hak adat, dan perusakan
pepohonandantanamanpangan,tidakmemadainyakompensasi,pembagianmanfaatdan
kegagalan untuk merealisasikan janji-janji, serta polusi terutama di masyarakat yang
bergantungpadasungailokaluntukmencuci,memasakdanmemancing9.
Gambar2.PenyebabKonflikdiPerkebunan(MeriPersch-OrthdanEstherMwangi,2016)
Dari ragam kajian, konflik dapat dilihat dari aktor yang berkonflik, status hukum obyek
sengketa,baiksecaraperaturanperundang-undanganmaupunsosio-kultur,dankepentingan
actor,baikdarisisikebutuhandankeinginan.
http://www.academia.edu/3501996/Pelembagaan_Mekanisme_Penyelesaian_Sengketa_Agraria_di_Kalimantan_Tengah_-
_Kajian_Awal7BerdasarkanPedomanTeknisPenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016.DirekturJenderal
PerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.8Sumarto,SH,M.Eng.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWinSolutionOleh
BadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahanNasionalRI.
http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdfdan
http://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan9MeriPersch-OrthdanEstherMwangi.2016.Konflikperusahaan-masyarakatdisektorperkebunanindustriIndonesia.No.
144,Juni201610.17528/cifor/006144.CIFOR,Bogor.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/infobrief/6144-
infobrief.pdf
4
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar3.TipologiKonflik:Aktor,ObyekdanSikap-Perilaku
Makauntukmenyelesaikankonflik,harusmemperolehgambaranlebihdetailterkaittipologi
konflik,meliputiaktor,historisosio-kulturdanstatushukumobyekkonflik.Namunsebagian
besarkonflikyangdidominasiolehhakatastanah,makaupaya-upayapencegahan,melalui
ragammetodologi,dapatmenjadipilihandidalammengurangikonflikyangterjadi.
C. KESENJANGANKELEMBAGAANPENYELESAIAN
KONFLIK
1. KelembagaanPenyelesaianKonflikKehutanan
Konflik kehutanan merupakan konflik yang banyak terjadi di era sebelum reformasi dan
otonomidaerah,sertamasihberlanjuthinggasaatini.Berbagaigagasanpernahdilontarkan,
seiringdengankehadiranUUNo.41tahun1999tentangKehutanandanlahirnyaKetetapan
MPRNo.IX/2001tentangPembaruanAgrariadanPengelolaanSumberDayaAlam,punhingga
dibentuknyaKomisiNasionaluntukPenyelesaianKonflikAgraria(KNUPKA).
Saat ini, Kementerian Kehutanan, yang menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan,telahmelihatkonfliksebagaisebuahpermasalahanpentinguntukdiselesaikan.
YasmidanDhiaulhaq (2012)menyebutkanbeberapahal yangmenjadi penyebab langsung
timbulnya konflik hutan di Asia, diantaranya adalah pengrusakan lahan milik masyarakat
(kebun, makam, pepohonan), polusi, kurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat lokal,
serta kurangnya konsultasi dengan masyarakat. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh
sengketatenurialantaratanahnegaradanhakulayat,buruknyakoordinasiantaralembaga-
lembaga pemerintah, serta kebijakan konservasi dan pembangunan yang mengakibatkan
terusirnyamasyarakatlokal.10Sebelumnya,Wulan,dkk(2004)menyebutkandari359kasus
konflikyangberhasildicatat,39%diantaranyaterjadidiarealHTI,34%dikawasankonservasi
10Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.WartaTenureIEdisi10tahun
2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf
5
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
(termasuk hutan lindung dan taman nasional), dan 27% di areal HPH.11 Dengan adanya
perundang-undangan baru terkait Desa (UU No. 6/2014 tentang Desa), maka dalam
penyelesaiankonflikkehutanan,setidaknyaakanmelibatkantigainstitusi,yaituKementerian
KehutanandanLingkunganHidup,KementerianDalamNegeridanKementerianAgrariadan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi No.
35/PUU-X/2012 terkait kedudukan hutan adat, juga memberikan pengaruh terhadap
pengubahanstatushutansaatini,denganmemisahkanantarahutanadatdanhutannegara.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun telah menerbitkan Peraturan Menteri
LingkunganHidupdanKehutananNo.P.84/Menlhk-Setjen/2015tentangPenangananKonflik
Tenurial Kawasan Hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam
pengurusanhutanyangberkelanjutan.PermenLHKinimengaturpenanganan,penyelesaian
danpengawasanpelaksanaanpenyelesaiankonfliktenurialkawasanhutan.Mekanismeyang
ditawarkanaturaniniadalahmelaluipermohonanpenangangankonfliktenurial.
Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan membentuk Tim Independen
Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Hutan (TIPKTKH), dengan beranggotakan ahli
antropologi, hukum,dan/atau sosial kemasyarakatan. Selain itu, jugadibentukTimAsesor
PenangananKonflikTenurialKehutanan(TAPKTH),yangbertugasuntukmelakukanasesmen
konflik tenurial. Metoda penyelesaian konflik tenurial kehutanan yang ditawarkan adalah
mediasi,perhutanansosial,ataupenegakanhukum.
Gambar4.DiagramAlurPenangananKonflikTenurialKawasanHutan
Terdapat 2 (dua) peraturan teknis berkaitan dengan PermenLHK tersebut, yaitu: Perdirjen
PSKLNo.P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurial
Kawasan Hutan dan Perdirjen PSKL No. P.6/PSKL/SET/PSL.1/5/2016 tentang Pedoman
AsesmenKonflikTenurialKawasanHutan.
Dalammelakukanpemantauankonflikkehutanan,jugatelahditerbitkanPeraturanDirektur
Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No. P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016 tentang
PedomanPemetaanPotensi danResolusi Konflik padaPemegang IzinUsahaPemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Produksi. Perdirjen PHPL ini berkaitan dengan
11Wulan,Y.C.,dkk,.2004.AnalisisKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997-2003,hal.8.CIFOR,Bogor.
http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf
6
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
pencapaian pengelolaan hutan produksi lestari yang mengamanatkan adanya proses
pemetaanpotensikonflikdanupayapenyelesaiannyadilakukansecarasistematisdanterukur
agarmemperolehhasilyangoptimaldanefektif.
Terdapat 5 kriteria dalam pemetaan potensi konflik, yaitu: (1) Karakteristik perusahaan
pemegangIUPHHK;(2)KegiatanmasyarakatdiarealIUPHHKyangberpotensimenimbulkan
konflik;(3)KeberadaanklaimmasyarakatdesahutandidalamarealIUPHHKyangberpotensi
menimbulkankonflik; (4)Aspekkonflik sosial,dan; (5)Kelembagaandesadankeberadaan
tokohmasyarakat. Hasil pemetaan potensi konflik dan resolusi konflik dilaporkan kepada
Dinas Kehutanan dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi, setiap 6 (enam) bulan.
Pendekatanresolusikonflikyangdigunakandidalampedomantersebutadalahmekanisme
legal atau jalur hukum formal, resolusi konflikmelaluimekanisme penyelesaian alternatif
(alternativedisputeresolution),ataupendekatankesejahteraan.
Hampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutananadalahterkaitdengan
kepastian tenurial12. Soal tenurial iniberkaitaneratdenganPutusanMahkamahKonstitusi
nomor45/PUU-IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yang
diterbitkanpada tanggal 21 Februari 2012danPutusanMKNomor 35/2012 terkait hutan
adat13.Namun statistik kehutananmenunjukkan bahwapenetapan kawasan hutan hingga
saatinibelummenujusebagianbesarkawasanhutan.WalaupunsudahterdapatPeraturan
MenteriKehutananRepublikIndonesiaNomorP.19/Menhut-II/2011tentangPenataanBatas
ArealKerjaIzinPemanfaatanHutandanPeraturanMenteriKehutananNomorP.47/Menhut-
II/2010tentangPanitiaTataBatasKawasanHutan.
12BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.
Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial
(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakatSipiluntukReformasiTenurial.
http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-
09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.
2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengahKemandeganInisiatifdiTingkat
Nasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandiIndonesia,
http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf;Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.
Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997–2003.CenterforInternationalForestry
Research.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf13Pasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutananberubahmenjadi“Kawasanhutanadalahwilayahtertentuyang
ditunjukdanatauditetapkanolehpemerintahuntukdipertahankankeberadaannyasebagaihutantetap”(PUUMKNo.
45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberada
dalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).
7
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar5.PetaPenetapanKawasanHutanKalimantan(KLHK,2015)
Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.44/Menhut-II/2012
tentang Pengukuhan Kawasan Hutan menyebutkan bahwa pengukuhan kawasan hutan
adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan.
KawasanhutanyangtelahditatabatastemugelangditetapkandenganKeputusanMenteri.
Dalamupaya tersebut,maka penting tetapmemperhatikan kepemilikan lahandi kawasan
yangakanditetapkan,yangmemerlukanbukti,yangterdiridaribuktiyangberbentuktertulis
atautidaktertulis.Pembuktianhak-haksecaratertulisditunjukkandenganadanyabuktiyang
diperolehsebelumpenunjukankawasanhutanberupa:
a. hakmilik;
b. hakgunausaha;
c. hakgunabangunan;
d. hakpakai;dan
e. hakpengelolaan.
f. hakeigendom,opstal,erfpacht.
g. petukpajakbumi/landrente,girik,pipil,kekitir,VerpondingIndonesiadan
alashakyangdipersamakandenganitu;
h. suratketeranganriwayattanahyangpernahdibuatolehKantorPelayanan
PajakBumidanBangunan;ataulain-lainbentukalatpembuktiantertulisdengannama
apapunjugasebagaimanadimaksuddalamPasalII,PasalVIdanPasalVIIKetentuan-
Ketentuan Konversi Undang-Undang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang
disertai klarifikasi dari instansi yangmembidangi urusanpertanahan sesuai dengan
kewenangannya.
Pembuktiansecaratidaktertulisdenganketentuan:
a. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialyangberdasarkansejarahkeberadaannya
sudahadasebelumpenunjukankawasanhutan;
8
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
b. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdalamdesa/kampungyangberdasarkan
sejarahkeberadaannyaadasetelahpenunjukankawasanhutandapatdikeluarkandari
kawasanhutandengankriteria:
1) TelahditetapkandalamPerda,dan
2) TercatatpadastatistikDesa/Kecamatan,dan
3) Pendudukdiatas10(sepuluh)KKdanterdiridariminimal10(sepuluh)rumah.
c. Keberadaan permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial didukung dengan citra
penginderaan jauhresolusimenengahsampai tinggidanmenjadibagianyangtidak
terpisahkandalamBeritaAcaraTataBatas.
Sementara itu, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia, Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia,danKepalaBadanPertanahanNasionalRepublikIndonesiaNomor79Tahun2014,
PB.3/MENHUT-II/2014, 17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian
Penguasaan Tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk
pembentukanTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah
(IP4T)di tingkatkabupaten/kotadanprovinsi.TimterdiridariBadanPertanahanNasional,
Organisasi Perangkat Daerah Kehutanan, OPD Pertanahan, OPD Tata Ruang, Camat dan
Lurah/KepalaDesa.Timinidiantaranyabertugasuntukmelakukanpenerimaanpengaduan,
pendataan, analisis dan memberikan rekomendasi. Hasil pengolahan dan analisis dibahas
dalamrapatTim IP4T.SelanjutnyaTim IP4Tmemutuskandalambentukrekomendasiyang
berisi:
a. bidangtanahyangdapatditeruskanpermohonannyamelaluipenegasan/pengakuanhak.
b. bidangtanahdapatdiberikanhakatastanahdalamrangkareformaagraria/redistribusi
tanah.
c. bidangtanahdapatdiberikanhakhutankemasyarakatan.
SelainitujugatelahadaPeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016
tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan
Masyarakat yang Berada dalam Kawasan Tertentu, namun kedua peraturan ini masih
memposisikanTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah
(IP4T) sebagai Tim yang pasif dalam menerima pendaftaran permohonan IP4T, hingga
melakukan verifikasi, pendataan lapangan, analisis dan pengusulan pengubahan kawasan
hutan.
9
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar6.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan
PermenLHK Nomor P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan
PelimpahanSebagianUrusanPemerintahanBidangLingkunganHidupDanKehutananTahun
2017 Yang Dilimpahkan Kepada Gubernur Selaku Wakil Pemerintah, mendelegasikan
pembentukan Desk Penanganan Konflik di Daerah, yang dimaksudkan untuk
menginformasikandanmendiskusikankondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdan
parapihakdidaerah.RuanglingkupkegiatanDeskPenangananKonflikdidaerahyaitukonflik
tenurialdanpenyelesaianmasalahmasyarakathukumadat.Namunsampaisaatinibelumada
dibentukDeskPenangananKonflikdiKaltim.
Secarakhusus,MenteriLingkunganHidupdanKehutananmenerbitkanSuratEdaranNomor:
SE.1/Menlhk-II/2015 Tentang Penanganan Kasus-Kasus Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
tanggal 4 Maret 2015, yang salah satu bagiannya adalah memerintahkan kepada para
pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam/Hutan
Tanaman/Restorasi Ekosistem (IUPHHK–HA/HT/RE), pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan(IPPKH)danPerumPerhutaniuntukMemetakandiarealkerjanyasetiapklaimsengketa
lahanhutanyangadadalammasyarakatadat/masyarakatsetempatdanmenyusunStandard
Operational(SOP)penyelesaiannyadenganprinsipGoodCorporateGovernance (GCG),dan
melaporkanRencanaAksitersebutkepadaMenteriLingkunganHidupdanKehutanan.
10
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
2. KelembagaanPenyelesaianKonflikPerkebunan
DinasPerkebunanKaltimmencatat89kasustersebut,62%merupakankasus lahanseperti
tumpang tindih perizinan, okupasi lahan, tanah adat dan sebagainya, sedangkan 38%
merupakan kasus non lahan meliputi tuntutan plasma, ganti rugi dan penolakan oleh
masyarakat14.Ditahun2016,tedapat47kasus,dimana34%terkaitkasusnon-lahandan66%
terkaitkasuslahan15.
142015,Terjadi89KasusGangguanUsahaPerkebunandiKaltim,http://disbun.kaltimprov.go.id/berita-881-2015-terjadi-
89-kasus-gangguan-usaha-perkebunan-di-kaltim.html15BerdasarkanDataRekapitulasiGangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunanProvinsiKalimantanTimurbulan
Oktober2016,DisbunKaltim.
Kotak1.KonflikLongIsundanPTKemakmuranBerkahTimber(KBT)
MasyarakatKampungLongIsun,KecamatanLongPahangai,KabupatenMahakamUlu
hingga Desember 2016 masih belum memperoleh kepastian batas kampung yang
berkonflik dengan PT KemakmuranBerkah Timber. SejakOktober 2011,masyarakat
telah melakukan respon terhadap keberadaan perijinan PT KBT, yang diterbitkan
berdasarkanKeputusanMenteriSK.217/MENHUT-II/2008tanggal9Juni2008dengan
luasareal82.810hektaree.ResponmasyarakatiniberkaitandenganterbitnyaSKBupati
KubarNomor136.146-3/K.917/2011tentangtapalbataskampung.
Upayadialogtelahdilakukanolehmasyarakatmelalui lembagaadatdanpemerintah
kampung, namun upaya ini juga direspon oleh Polres Kutai Barat yang melakukan
pemanggilanKepalaAdat,PetinggiKampungdantokohpemuda(TekwanYeq),sebagai
saksi tindak pidana berkaitan pasal 368 subsidair Pasal 335 (1) KUHP. Tekwan Yeq
kemudianditetapkansebagai tersangka,dimanakemudiantuduhanpidanaterhadap
Tekwantidakdapatdibuktikan.
Kampung Long Isun,melalui lembaga adat telahmelakukan penegasan patok batas
kampungpadabulanMei2013.PunpadaJuli2014,StafKhususKepresidenanbidang
PerubahanIklimtelahdatingkeKampungLongIsun,yangmerupakantindaklanjutatas
suratyangdikirimkanolehmasyarakatterkaitpelanggaranadatpengambilankayudi
dalamwilayahLongIsunyangdilakukanolehPTKBT.Hingga8Desember2016,konflik
terkait tapal batas kampung dan perusahaan masih terjadi, yang disertai dengan
pemaksaan(intimidasi)perusahaankepadapemerintahankampunguntukmenyetujui
bataswilayahyangditawarkanolehPTKBT.
Sumber:KronologiKampungLongIsundenganPTKemakuranBerkahTimber(KBT),http://www.mongabay.co.id/wp-
content/uploads/2014/09/Kronologi-Kampung-Long-Isun-Vs-PT-Kemakmuran-Berkah-Timber.rtf ; KBT Diminta
Hentikan Intimidasi Terhadap Warga Mahakam Ulu, http://kaltim.antaranews.com/berita/35887/kbt-diminta-
hentikan-intimidasi-terhadap-warga-mahakam-ulu,SiaranPersKoalisiKemanusiaanuntukPemulihanKedaulatan
MasyarakatAdat,https://ronnychristianto.wordpress.com/2014/09/12/masyarakat-adat-long-isun-di-kriminalisasi-
roda-mas-group/,PetisiBebaskanTEKWANDariKonspirasiBisnisKayuBerkedokSertifikasiPT.KemakmuranBerkah
Timber (Roda Mas Group), https://www.change.org/p/kepolisian-resort-kutai-barat-bebaskan-tekwan-dari-
konspirasi-bisnis-kayu-berkedok-sertifikasi-pt-kemakmuran-berkah-timber-roda-mas-group
11
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar7.GangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2016)
Konflik terkait dengan lahan, dimungkinkan terjadi karena perijinan perkebunan yang
diberikantanpamemperhatikankondisitapak.Perijinanpadakomoditiperkebunaninipun
melaluiberagaminstansi.IjinlokasidanijinusahaperkebunandiberikanolehBupati/Walikota
danHakGunaUsahadiberikanolehBadanPertanahanNasional.
Gambar8.LuasPerijinanPerkebunanKalimantanTimur(DisbunKaltim,2017)
KarenanyaUUNo.18tahun2004tentangPerkebunandigantidenganUUNo.39tahun2014
dengan tujuanagardapatmemenuhiperubahanparadigmapenyelenggaraanPerkebunan,
menangani konflik sengketa Lahan Perkebunan, pembatasan penanaman modal asing,
kewajiban membangun dan menyiapkan sarana dan prasarana Perkebunan, izin Usaha
Perkebunan,sistemdatadan informasi,dansanksibagipejabat.Pasal55UUNo.39/2014
tentang Perkebunan menyebutkan bahwa “Setiap Orang secara tidak sah dilarang: (a)
mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Lahan Perkebunan; (b)
mengerjakan,menggunakan,menduduki,dan/ataumenguasaiTanahmasyarakatatauTanah
HakUlayatMasyarakatHukumAdatdenganmaksuduntukUsahaPerkebunan;(c)melakukan
penebangantanamandalamkawasanPerkebunan;atau(d)memanendan/ataumemungut
HasilPerkebunan.Bilamelanggarmakadapatdikenakansanksipidanapenjarapalinglama4
(empat)tahunataudendapalingbanyakRp4.000.000.000,00(empatmiliarrupiah)(Pasal107
UUNo.39/2014).
12
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Kotak2.KonflikPetaniMuaraJawadenganPTPerkebunanKaltimUtamaI(Toba
SejahteraGroup)
KehadiranperusahaanPT.PerkebunanKaltimUtama(PT.PKU)Idimulaisekitartahun
2005di3(tiga)kecamatandiKabupatenKutaiKartanegarayaituKecamatanMuaraJawa,
LoaJanan,danSanga-Sanga.Perusahaanhadirdenganmenggusurlahan-lahanproduktif
kelompoktanidansebagianberadadiarealperkampunganSungaiNangkaTelukDalam.
DenganmenggunakanIzinlokasiyangditerbitkanolehBupatiKutaiKartanegaranomor
10/DPtn/UM-10/V-2004,perusahaanmelakukanpenanamankelapasawittanpa
sosialisasidanpembebasantanahkepadakelompoktaniataupemiliklahan.
PTPKUIberkonflikdengan6kelompoktani(KelompokTani(KT)GotongRoyong,KT.
UntungTuahBersama,KT.SungaiMukun,KT.BerkahMulia,KT.TaniMajuBersama,KT.
TaniMandiri)di3Kecamatan.Luaslahan6kelompoktanitersebutadalah1.300,59ha.
Praktekpengambilanlahanyangdilakukanolehperusahaanadalahdengancara
melakukanpengrusakanterhadaptanamtumbuhkelompoktanidanmelakukan
penanamankelapasawitadalah“menanamdulu”,apabilapemiliklahanmelakukan
protesbarukemudiandilakukannegosiasi.
Masyarakatmerasatidakpernahmenjualataumelepaskantanahnya,dansurat-surat
masihdimilikimasyarakat,namunanehnyaHGUtetapditerbitkanBPN.Faktalain
berdasarputusanPTUNJakartaNomor:18/G/2011/PTUN/-JKTdanputusanNomor:
23/G/2011/PTUN-JKTyangmembatalkanSHGUdanHGUPerusahaanPT.PKUIdengan
HGUNomor75/HGU/BPNRI/2009.
Pada14Februari2017,GubernurKaltimdanBupatiKutaiKartanegaramemfasilitasi
pertemuanantarpihakuntukmenyelesaikankonflik,namuntidakadakesepakatan
diantarakeduabelahpihak,danGubernurKaltimmenyarankanuntukberunding
kembali,danbilatidakmenemuikesepakatandipersilahkanmenempuhjalurhukum.
GubernurKaltimjugamenyarankanuntukmerelokasiwargakelokasibaru.Sedangkan
BupatiKukarmenyarankankepadakelompktaniagarbuktikepemilihanlahansahdapat
diserahkankeBadanPertahananNasional(BPN)Kukaruntukditelitikebenarannya.
PTPKUImenyatakanbahwaputusanPTUNtelahdibatalkandenganKasasiMahkamah
Agungpadatahun2012.
Sumber:Jatam.21Januari2017.KembalikanTanahyangDirampasolehPT.PerkebunanKaltimUtamaI
(TobaSejahteraGroup)MilikLuhutBinsarPanjaitan(MenkoBidangKemaritiman)kepadaPetani.
https://www.jatam.org/2017/01/31/kembalikan-tanah-yang-dirampas-oleh-pt-perkebunan-kaltim-utama-
i-toba-sejahtera-group-milik-luhut-binsar-panjaitan-menko-bidang-kemaritiman-kepada-petani/;Kaltim
Post.14Februari2017.WOW,ADAAPAINI..?GubernurKritikPemkabKukar.
http://kaltim.prokal.co/read/news/291958-wow-ada-apa-ini-gubernur-kritik-pemkab-kukar.html;Warta
Kaltim.16Februari2017.AtasiSengketaLahan,RitaMintaWargaSerahkanBuktiSertifikatSahkeBPN
Kukar.https://www.wartakaltim.co/2017/02/16/atasi-sengketa-lahan-rita-minta-warga-serahkan-bukti-
sah-ke-bpn-kukar/;TribunKaltim.15Februari2017.PTPKUISebutLahanMerekaLegal.
http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/15/pt-pku-i-sebut-lahan-mereka-legal;MongabayIndonesia.6
Februari2017.KetikaKonflikLahanWargaKutaiKartanegaradenganPerusahaanSawitMilikLuhut
Berlarut-larut.http://www.mongabay.co.id/2017/02/06/ketika-konflik-lahan-warga-kutai-kartanegara-
dengan-perusahaan-sawit-milik-luhut-berlarut-larut/
13
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
PutusanMahkamahKonstitusiNo.138/PUU-XIII/2015yangdiantaranyamenetapkanbunyi
Pasal42UUNo.39/2014diubahmenjadi“KegiatanusahabudidayaTanamanPerkebunan
dan/atauusahaPengolahanHasilPerkebunansebagaimanadimaksuddalamPasal41ayat(1)
hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan apabila telahmendapatkan hak atas
tanah dan izin Usaha Perkebunan”, telahmenempatkan kewajiban penyelesaian hak atas
tanah bagi usaha perkebunan sebelummelakukan tahapan pembangunan kebun. UUNo.
39/2014 ini juga diperkuat untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat adat.
Walaupunkemudian tidakadapengaturanspesifik terkaitpenanganankonflikperkebunan
dalamundang-undangini.
3. KelembagaanPenyelesaianKonflikPertambangan
Pasal 134 – 138 UU No. 4/2009 tentang PertambanganMineral dan Batubaral mengatur
secarakhususterkaitdenganhakatastanahdariWilayahIzinUsahaPertambangan(WIUP)
danIzinUsahaPertambangan(IUP).PenggunaanlahanuntukWIUPdanIUP,secarakhusus
akanmengikutiperaturanperundang-undanganyangada,utamanyaterkaitagraria.
Punterhadaphaksosialwarga,terdapatPeraturanMenteriESDMNo.41tahun2016tentang
PengembangandanPemberdayaanMasyarakat (PPM)padakegiatanUsahaPertambangan
MineraldanBatubara.GubernurdanBadanUsahaPertambangan(BUP)memilikikewajiban
menyusun cetak biru PPM, dimana bila tidak dipenuhi oleh BUP dapat diberikan sanksi
peringatan, penghentian sementara, hingga pencabutan IUP. Usulan masyarakat dapat
dilakukanmelaluiGubernurkepadaBUP.
Berkaitandengantindakanyangmenyebabkanterjadinyapencemarandan/atauperusakan
lingkunganhidup,makamengikutiperaturanperundang-undanganlingkunganhidup.
Secaralebihumum,MenteriESDMtelahmenerbitkanPeraturanMenteriEnergidanSumber
Daya Mineral No.43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha
PertambanganMineraldanBatuBara,tanggal30Desember2015.
Skemapenyelesaian konflik pada sektor ini, belum tersedia secara khususpadaperaturan
perundangansektor,sehinggamenggunakanperaturanperundanganlainnya,yangberkaitan
dengankonflikagrariadanlingkunganhidup.
4. KelembagaanPenyelesaianKasusLingkunganHidup
Pasal 65(5) UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
memberikanhakbagisetiapwargauntukmelakukanpengaduanakibatdugaanpencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup, serta dilindugi dari tuntutan sebagaimana tersebut
dalamPasal66,“Setiaporangyangmemperjuangkanhakataslingkunganhidupyangbaikdan
sehattidakdapatdituntutsecarapidanamaupundigugatsecaraperdata.16”Sebagaipedoman
pelaksanaannya,diterbitkanPeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor09Tahun
2010TentangTataCaraPengaduanDanPenangananPengaduanAkibatDugaanPencemaran
Dan/AtauPerusakanLingkunganHidup.
16Dijelaskanbahwa“Ketentuaninidimaksudkanuntukmelindungikorbandan/ataupelaporyangmenempuhcarahukum
akibatpencemarandan/atauperusakanlingkunganhidup.Perlindunganinidimaksudkanuntukmencegahtindakan
pembalasandariterlapormelaluipemidanaandan/ataugugatanperdatadengantetapmemperhatikankemandirian
peradilan.”
14
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar9.SkemaPengaduandanPenangananPengaduanDugaanPencemarandan/atauPerusakanLingkunganHidup
Dalamimplementasinya,MenteriLingkunganHIdupmembentukTimPenangananPengaduan
Kasus-KasusLingkunganHidupdanKehutanan.TimdibentukberdasarkanSuratKeputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 24/Menhut-II/2015 tanggal 15 Januari
2015,yangterdiridaripenanggungjawab,panelpengarahdanpelaksanateknisyangdiketuai
olehDeputiV LingkunganHidup.Panelpengarah terdiri dari SekjenKehutanan, Sekretaris
Menteri LIngkungan HIdup, HuMa, Walhi, AMAN, Sajogyo Institute, Ecosoc, Epistema
Institute,GreenPeaceIndonesia,danPH&HPublicPolicyInterestGroupdanDrSuryoAdi
Wibowo. Tim ini sendiri memiliki tugas: (1) menampung dan menganalisis kasus-kasus
lingkunganhidupdankehutananyangdisampaikanolehmasyarakat;(2)menyiapkanlangkah-
langkahpenanganankasus-kasuslingkunganhidupdankehutanan;(3)melakukankomunikasi
dari stake holder terkait dengan kasus-kasus lingkungan hidup dan kehutanan; (4)
menghasilkanrumusankerjadalambentukoutputlangkahnya,regulasi,operasional,rencana
kerjapenanganankasus.17
Di Kaltim, Pos Pengaduan dan Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Pos-
P3SLH)ProvinsiKalimantanTimurdibentukdenganSuratKeputusanGubernurKalimantan
TimurNomor 660.1/K.281/2008 tanggal 21Mei 2008.Hal serupa juga dibentuk di tingkat
kabupaten/kota.Sepanjang2012-2016terdapat22-37kasusyangdiadukankeBLHProvinsi
Kaltim,denganjumlahyangdiselesaikanantara6-23kasus.
17HumasKementerianLHK.17Januari2015.KementerianLHKBentukTimPengaduanKasus-KasusLingkunganHidupdan
Kehutanan.http://setkab.go.id/kementerian-lhk-bentuk-tim-pengaduan-kasus-kasus-lingkungan-hidup-dan-kehutanan/
15
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar10.JumlahPengaduandanKasusyangSelesaipadaPosPengaduanPencemarandanPerusakanLingkunganHidup
Kaltim(BLH,2017)
5. KelembagaanPenyelesaianKonflikDiPemerintahanProvinsiKalimantanTimur
Pemprov Kaltim telah menandatangani Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur dengan Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Kantor Wilayah Badan
PertanahanNasional Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan KawasanHutanWilayah IV
Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan
PKS.45/BPKH/IV/2013 tanggal 25 Januari 2013. Sampai dengan saat ini, belum ada tindak
lanjutataskesepakatanbersamatersebut.Didalamnaskahkesepakatanbersama,disebutkan
bahwakesepakatantersebutdimaksudkanuntuk:
1. Membentuk tim terpadu pada tingkat Provinsi untuk mencegah, menangani dan
menyelesaikanpermasalahan tumpeng tindih perijinanpenggunaan lahandana tauha
katastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.
2. Sinkronisasidanverifikasidataantarinstansi.
3. Mewujudkansituasikeamanandanketertibanmasyarakatsertaikliminvestasiyangaman
dankondusifdiwilayahProvinsiKalimantanTimur
Sedangkanyangmenjaditujuankesepakatanbersamaadalah:
1. Terbentuknya Tim Terpadu dalam rangka pencegahan, penangahan dan penyelesaian
permasalahan timpang tindih perijinan penggunaan lahan dan atau hak atas tanah di
wilayahProvinsiKalimantanTimur.
2. Melaksanakanpembinaankepadaseluruhelemenmasyarakatdalamrangkapencegahan
terjadinyatumpengtindihperijinanpenggunaanlahandanatauhakatastanahdiwilayah
ProvinsiKalimantanTimur.
3. Menyelesaikanpermasalahantumpangtindihperijinanpenggunaanlahandanhakatas
tanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.
Kesepakatan bersama ini telah menyebutkan perihal pencegahan, pertukaran data dan
informasi, penanganan dan penyelesaian (mediasi), penegakan hukum, pembiayaan, serta
16
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
monitoringdanevaluasi.Disebutkanjugamengenaiadanyarapatkoordinasisecaraberkala
atau sesuai dengan kebutuhan, sertamelakukan sinkronisasi datadan informasi perijinan.
Lebih lanjut disebutkan berkaitan dengan inventarisasi dan identifikasi permasalahan
tumpang tindih perijinan dan dibukanya ruang bagi para pihak yang bermasalah dalam
tumpangtindihperijinanpenggunaanlahanataupunhakatastanah.Namuntidakadatindak
lanjut yang dilakukan, baik oleh Sekretariat Daerah maupun OPD Pemprov Kaltim dalam
menindaklanjutikesepakatanbersamaini.BahkanBPNdanBPKHWilayahIVbelummemiliki
informasiyangmemadaiterkaitdengankesepakatanbersamaini.Punterhadapkeberadaan
PerjanjianKerjasama,yangdisebutkanakandiselesaikandalamwaktu3 (tiga)bulanpasca
penandatanganankesepakatan,belumdilakukan.
Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawaltahun2018inibelummenghasilkanhal-
halyanglebihkonkritdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.Dalamkurunyangtersisa
ini, maka sudah selayaknya Pemprov Kaltim, sebagai pihak yang memimpin kesepakatan
bersamainiuntukdapatmewujudkankelembagaanpenyelesaiankonflik,yangakanlebihbaik
bilamelibatkanparapihak,utamanyaakademisidanorganisasimasyarakatadat,didalamtim
yangdibentuk.
D. GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIAN
KONFLIK
Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan
penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).
ReformaAgraria bertujuanpula untukmencegah konflik agraria tidak terjadi lagi.Melihat
bentuk, corak dan penyebab konflik agraria selama ini,maka penyelesaian konflik agraria
dapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial
(negosiasi, mediasi dan arbitrase dan peradilan adat), penyelesaian konflik melalui quasi
yudisial (komisi khusus penyelesaian konflik agraria, dan penyelesaian konflik melalui
peradilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagraria18.
Mekanisme resolusi penyelesaian konflik dapat diklasifikasikan ke dalam tahapan, yaitu:
identifikasi dan pencegahan, penanganan dan penyelesaian, pemulihan dan pemantauan
pascakonflik.
1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik
Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:
1. Pemetaanpotensikonflik
18Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.EpistemaInstitute.
http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf
Identifikasidan
Pencegahan
Konflik
Penanganandan
Penyelesaian
Konflik
Pemulihandan
Pemantauan
Pasca-Konflik
17
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
a. Identifikasipotensikonflik
b. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflik
c. Verifikasidanvalidasi
d. Penentuanprioritaspenanganankonflik
2. Sosialisasidanpenyuluhan
a. Sosialisasi batas kawasan hutan dan perizinan, termasuk penggunaan,
pemanfaatan,perlindungan,pengamanandankegiatanlainnya
b. Peningkatanpengetahuan,kesadartahuan,perubahanperilakudalampengelolaan
kekayaanalamberkelanjutan
3. Penetapan(pengukuhan)bataskawasanhutandanperizinan
a. Penataanbataskawasan,
b. Rekontruksibataskawasan,
c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas
Pencegahan konflik agraria dan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui proses
pengidentifikasian potensi konflik secara aktif oleh badan publik sesuai kewenangannya,
utamanyayangberkaitaneratdenganagrariadanlingkunganhidup.
Dalamskemapencegahan,terkaitdengankawasanhutan,dapatdilakukanprosesidentifikasi
potensikonflikmelaluiskenario,yaitu:
1. Mempercepat pelaksanaan Perda KaltimNo. 1/2015 tentang Pedoman Pengakuan dan
PerlindunganMasyarakat HukumAdat di Kalimantan Timur, dimana perlu dibuat surat
edaranGubernurkepadaBupati/Walikotaagardapatmelakukanidentifikasimasyarakat
hukumadat,hinggadilakukanpenetapanmasyarakathukumadat.
a. PerdaKaltimNo.1/2016:indikasiarahanperaturanzonasikawasan….“penyelesaian
hakulayatdanpenguasaantanahyangberadadidalamkawasanhutanditetapkan
berdasarkanperaturanperundanganyangberlaku.”
b. Perda Kaltim No. 1/2015 mengamanatkan Bupati/Walikota melakukan identifikasi
Masyarakat Hukum Adat dan membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat
Kabupaten/Kota.
c. PeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016tentangTataCara
PenetapanHakKomunalAtasTanahMasyarakatHukumAdatdanMasyarakatyang
BeradadalamKawasanTertentu
d. PermenLHKNo.P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak
2. Bersamaan dengan proses inventarisasi hutan di dalam proses penyusunan Rencana
PengelolaanHutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan PengelolaanHutan (KPH), dimana
salahsatubagiannyaadalahmelakukaninventarisasikondisisosialekonomi,termasukdi
dalamnya masyarakat dan masyarakat adat di dalam kawasan hutan (berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.6/Menhut-Ii/2010 Tentang Norma, Standar,
ProsedurDanKriteriaPengelolaanHutanPadaKesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)
DanKesatuanPengelolaanHutanProduksi(KPHP));
3. Bersamaan dengan aktivitas yang dilakukan oleh Panitia Tata Batas dalam proses
pengukuhan kawasan hutan, dalam hal penataan batas kawasan hutan (berdasarkan
PeraturanMenteriKehutananNomorP.44/Menhut-II/2012TentangPengukuhanKawasan
HutanjoPeraturanMenteriKehutananRepublikIndonesiaNomor:P.62/Menhut-II/2013
dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.25/Menhut -II/2014 tentang Panitia Tata
BatasKawasanHutan);
18
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Untukkawasanwargadiluarkawasanhutan,dapatprosesidentifikasiaktifdapatdilakukan
melaluipenyusunantataruangdesapartisipatif,sebagaibagiandaripembangunankawasan
perdesaan, sesuai pasal 123-125 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
PeraturanPelaksanaanUndang-UndangNomor6Tahun2014TentangDesadanpasal83-85
UUNo.6/2014tentangDesa.
Skemapencegahanjugawajibdilakukandalamprosesperizinan,utamanyadalamperizinan
lingkunganhidup(berdasarkanPPNo.27tahun2012tentangIzinLingkungandanPermenLH
No.08/2013tentangTataLaksanaPenilaianDanPemeriksaanDokumenLingkunganHidup
SertaPenerbitanIzinLingkungan),dimanabagianyangberkaitanadalahkajianaspeksosial
dan aspek lingkungan hidup. Terhadap skema perizinan perkebunan atau pertambangan,
tapisandapatdilakukanterhadaphakatastanah,dimanaharusdipastikantelahdimilikinya
hakatastanaholehpemohon,sertakomitmensosialdanlingkungandaripemohon.Terhadap
perizinan kehutanan, maka rekomendasi yang dibuat oleh Gubernur, setidaknya harus
mempertimbangkanaspeksosial-budayadanlingkunganhidupsecarakomprehensif.
2. PenangananDanPenyelesaianKonflik
Penanganankonflikdidahuluidenganadanyainformasikonflikberdasarkantemuanmaupun
pelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimana
peraturanperundang-undangan,yaitumelalui:
1. BadanPertanahanNasional,dikabupaten/kotadanprovinsi(PeraturanMenteriAgraria
Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
PenyelesaianKasusPertanahan)
2. PosPengaduandanPelayananPenyelesaianSengketaLingkunganHidup(PosP3SLH),di
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dan Provinsi (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 09/ 2010 Tentang Tata Cara Pengaduan Dan Penanganan
PengaduanAkibatDugaanPencemaranDan/AtauPerusakanLingkunganHidup,Peraturan
MenteriLHNomor04/2013TentangPedomanPenyelesaianSengketaLingkunganHidup)
3. Desk PenangananKonflik KehutanandiDinas KehutananProvinsi (Permen LHKNomor
84/2016tentangPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKLNomor4/
2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,Perdirjen
PSKL Nomor 6/2016 tentang Pedoman Asesmen Konflik Tenurial Kawasan Hutan, dan
PermenLHKNomorP.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016TentangPedomanPelaksanaan
Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun2017YangDilimpahkanKepadaGubernurSelakuWakilPemerintah)
Sektor perkebunan, hingga saat ini masih belum ada skema yang dimuatkan di dalam
peraturanperundang-undangan,walaupunpadaDinasPerkebunanProvinsiKaltim,terdapat
SeksiPenangananKonflikpadaBidangPerkebunanBerkelanjutan.Serupajugauntuksektor
pertambangan,dimanabelumadatugaspokokdanfungsiterkaitpenanganankonflik,kecuali
kegiatanpengawasandanpembinaanperizinanolehInspekturTambang,termasukterhadap
pemasanganbatasperizinan.
Tahapanpenanganankonflikmeliputi:
1. Penyusunan profil konflik, yang diantaranya: identitas pihak, wilayah konflik,
permasalahan,dandokumenpendukung.
19
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
2. Pemeriksaan, yang dilakukan melalui: pemeriksaan meja (desktop, administrasi) dan
pemeriksaanlapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuk
secarakhusus,maupuntimyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlian
hukum,anthropologi/sosiologi,lingkunganhidup/ekologi.
3. Analisis konflik, yang dapat dilakukan oleh ahli dalam bentuk Tim, dan Penyusunan
rekomendasiberdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihak
berkonflik dan Kepala Daerah serta Organisasi Perangkat Daerah yang berkaitan.
Rekomendasidapatberupa:
a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflik
b. Mediasi:dilakukanolehmediatoryangdiusulkandandisepakatiolehparapihak
yangberkonflik,atau
c. Penegakanhukum:penyampaianberkas laporankonflikkepadaaparatpenegak
hukum.
Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitorganisasi,yaitu:
1. Pengesahan Keputusan:merupakan pejabat yangmenetapkan hasil kesepakatan yang
diambil.
2. Penelaahan dan pengambilan keputusan:melakukan penelahaan lapangan,melakukan
analisis,sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik
3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan
pencatatanhasilkesepakatan.
3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik
Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan
yangdihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hallainyang
juga penting dilakukan adalah pemulihan pasca konflik, yang dapat dilakukan melalui
pendampingan,bimbinganteknis,fasilitasi,danpemantapankawasan(hutan/perizinan).
Selain itu, juga dilakukan pemantauan hasil kesepakatan, agar dapat dipastikan bahwa
kesepakatantelahdijalankandantelahmemberikanmanfaatbagipihakyangberkonflik.
4. OrganisasiResolusiPenyelesaianKonflik
GagasanorganisasiresolusipenyelesaiankonflikdiProvinsiKaltim,yaitu:
1. TimPenyelesaianKonflikAgrariadanLingkunganHidupKalimantanTimur(TPKALHKT)
a. Timiniterdiridari:(a)PemerintahPusat:BadanPertanahanNasionalKaltim,Badan
PemantapanKawasanHutan (BPKH)Wilayah IVKaltim; (b) PemerintahProvinsi
Kaltim: Biro Hukum, Biro Ekonomi, Biro Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; (c)
Akademisi,denganbidangkeilmuan:antropologiatausosiologipedesaan,hukum
PenyusunanProfil
Konflik
•identitaspihak,
•wilayahkonflik,
•permasalahan,dan
•dokumenpendukung
Pemeriksaan
•Dekstop/telaah
administrasi
•Verifikasilapangan
Analisiskonflikdan
Penyusunan
Rekomendasi
•Dilakukanbeberapa
ahli
•Rekomendasidapat
berupa:negosiasi,
mediasi,atau
penegakanhukum
20
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
agraria, ekologi (kehutanan, pertanian) atau lingkungan hidup, dan psikologi
perdamaianataukomunikasiperdamaian;(d)OrganisasiNonPemerintah,dapat
dalamsistemproxysesuaivisiornop,dan;(e)OrganisasiMasyarakatAdat,yaitu
AMANKaltim.
b. KetuaTimadalahSekretarisDaerah.
c. Timmemilikitugasuntukmelakukananalisisberdasarkandatadaninformasiyang
diperoleh dari anggota tim, maupun dari sekretariat, serta memberikan
rekomendasitindaklanjutataskasusyangditerima.Tindaklanjutdapatberupa:
(a)pengembalianberkasuntukdilengkapi; (b)menindaklanjutidenganmediasi,
atau;(c)menindaklanjutidenganmekanismepenegakanhukum.
2. Sekretariat, yang terdiri dari Kepala Sekretariat, Bagian Penerimaan Laporan, Bagian
Verifikasi,BagianPendokumentasiandanPublikasi.
a. Sekretariat bertugas untukmenerima laporan,mengidentifikasi potensi konflik,
melakukan pengecekan kelengkapan pengaduan secara administratif,
pendokumentasian proses penanganan kasus, mempublikasikan hasil
kesepakatan.
b. Kepala SekretariatmerupakanAparatur SipilNegara yangditunjukuntuk fungsi
mengelolakerja-kerjasecretariat.
c. BagianPenerimaanLaporandanIdentifikasiPotensiKonflik,merupakanASNyang
memiliki keahlian dalam bidang administrasi, database dan sistem informasi
geografis. Bagian ini bertugas untuk menerima pengaduan, pengecekan
kelengkapanpengaduansecaraadministratif,melakukanpencatatanpengaduan,
danmelakukanidentifikasipotensikonflik.
d. Bagian Verifikasi dan Kajian, merupakan ASN yang memiliki keahlian sosiologi,
hukumdankomuniasi.Bagianinibertugasuntukmelakukanverifikasidankajian
pengaduan secara hukum dan sosiologis, melakukan verifikasi lapangan, dan
menyampaikanhasilverifikasidankajiankepadaTPKALHKT.
e. BagianPendokumentasiandanPublikasi,merupakanASNyangmemilikikeahlian
database dan komunikasi publik. Bagian ini bertugas untuk melakukan
penyimpanandanpendokumentasianpenanganankasus,danmengolahinformasi
kesepakatansebagaiinformasipublik.
3. Bilamanadiperlukan,TPKALHKTdapatmembentuktimadhocuntukmemperdalamkajian
danmelakukanaktivitasyangdirekomendasikanolehTim.
4. Struktur organisasi di dalam OPD Dinas Lingkungan Hidup, DInas Kehutanan, DInas
Perkebunan,DinasPertambangan,danBPNKaltim,yangmemilikitugasuntukmelakukan
penanganan konflik diperbantukan sebagai bagian dari Sekretariat TPKALHKT, dengan
tetapmengacupadatugaspokokdanfungsipadaOPD/UPTnyamasing-masing.
21
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
Gambar11.UsulanStrukturOrganisasiTimPenyelesaianKonflikAgrariadanLingkunganHidupKalimantanTimur
E. REKOMENDASI
ProvinsiKalimantanTimurmasihmenyimpanragamkonfliklahanmaupunsektorkehutanan,
perkebunan dan pertambangan. Pun terhadap kasus-kasus pencemaran dan pengrusakan
lingkungan hidup. Ketika provinsi ini mendeklarasikan sebagai Kalimantan Timur Hijau,
dimana salah satu bagiannya adalah untuk menuntaskan konflik-konflik berkaitan
pengelolaankekayaanalam,makapentingbagiPemerintahProvinsiKalimantanTimuruntuk
melakukan:
1. Segera menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
denganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasional
Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor
110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan
PKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25 Januari2013,melaluipembentukanTimPenyelesaian
Konflik, yang setidaknya dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dengan beranggotakan para
pihak,termasukdidalamnyaorganisasimasyarakatadat.
2. Melaksanakanprosesidentifikasidaninventarisasikonflikdengandisertaidisediakannya
pos pelaporan konflik padamasing-masingOrganisasi PerangkatDaerah (OPD) terkait,
setidaknyaDinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunandanDinasEnergi
danSumberDayaMineral.
3. Melakukan koordinasi dan memberikan arahan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk membentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria dan Lingkungan HIdup di tingkat
Kabupaten/Kota,untukpenyelesaiankonflikyangsesuaidengankewenangannya.
4. Menyiapkan pedoman umum dan petunjuk teknis penyelesaian konflik agraria dan
lingkungan hidup, yang dibangun bersama-sama dengan para pihak, dengan
a. PemerintahPusat:BadanPertanahanNasional
Kaltim,BadanPemantapanKawasanHutan
(BPKH)WilayahIVKaltim;
b. PemerintahProvinsiKaltim:BiroHukum,Biro
Ekonomi,BiroSosial,DinasLingkunganHidup,
DinasKehutanan,DinasPerkebunan,Dinas
EnergidanSumberDayaMineral;
c. Akademisi,denganbidangkeilmuan:
antropologiatausosiologipedesaan,hukum
agraria,ekologi(kehutanan,pertanian)atau
lingkunganhidup,danpsikologiperdamaian
ataukomunikasiperdamaian;
d. OrganisasiNonPemerintah,dapatdalam
sistemproxysesuaivisiornop,dan;
e. OrganisasiMasyarakatAdat,yaituAMAN
Kaltim.
DinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunan,DinasEnergidan
SumberDayaMineral,BadanPertanahanNasionalKaltim,BPKHWilayahIVKaltim
TimPenyelesaian
KonflikAgraria
danLingkungan
KepalaSekretariat
BagianPenerimaan
Laporandan
Pengaduan
BagianVerifikasi
danKajian
Bagian
Pendokumentasian
danPublikasi
22
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
memperhatikanperaturanperundang-undangandanreferensipenyelesaiankonflikyang
telahada.
5. Melakukanupayapenyelesaiankonfliksecaraterbukadanmelibatkanparaahlidengan
menghormatihakmasyarakatadatdanhakasasimanusia,disertaidenganpemberitahuan
kepadapublikhasilkesepakatanpenyelesaiankonflik.
Terhadap kelompok masyarakat sipil dan organisasi masyarakat adat, direkomendasikan
untukmelakukan:
1. Melakukanidentifikasikonflikagrariadanlingkunganhidup,yangdisertaidenganusulan
mekanismepenyelesaianyangditawarkandaninformasispasial.
2. Menguatkanpengetahuan,keahliandankelembagaanwargadalamupayapenyelesaian
konflik.
3. Mendukung masyarakat adat dalam melengkapi kebutuhan pengusulan pengakuan
wilayah masyarakat adat kepada negara berdasarlan peraturan perundang-undangan
yangadasaatinidansesuaidengankapasitasyangdimiliki.
4. Menempatkan upaya perhutanan sosial sebagai salah satu opsi penyelesaian konflik
kehutanan.
5. Membangun pos pengaduan kasus yang terpadu dan terintegrasi antar organisasi
masyarakatsipil.
23
KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017
KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR
BAHANBACAAN
1. Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.Epistema
Institute.http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf
2. TheCostofConflictInOilPalmInIndonesia,
http://conflictresolutionunit.id/id/activities/research/detail/1
3. DirekturJenderalPerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.PedomanTeknis
PenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016
4. M.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,
S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.
MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakat
SipiluntukReformasiTenurial.
http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-
reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf
5. Persch-Ort,M.danE.Mwangi.2016.Konflikperusahaan-masyarakatdisektorperkebunan
industriIndonesia.No.144,Juni201610.17528/cifor/006144.CIFOR,Bogor.
http://www.cifor.org/publications/pdf_files/infobrief/6144-infobrief.pdf
6. Sumarto.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWin
SolutionOlehBadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahan
NasionalRI.http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-
KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdf
7. Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandi
Indonesia1997–2003.CenterforInternationalForestryResearch.
http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf
8. Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.Warta
TenureIEdisi10tahun2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-
content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf
9. Zakaria,R.Y.danP.Iswari.LaporanHasilAssessmentPelembagaanMekanismePenyelesaian
SengketaDiKalimantanTengah.SamdhanaInstitutedanKemitraan.Hal.27-28.
http://www.academia.edu/3501996/Pelembagaan_Mekanisme_Penyelesaian_Sengketa_Agraria
_di_Kalimantan_Tengah_-_Kajian_Awal
10. Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,dan
Y.Dedy.2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengah
KemandeganInisiatifdiTingkatNasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandi
Indonesia,
http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
1
PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU PERANGKAT RESOLUSI KONFLIK
DI SEKTOR KEHUTANAN Tulisan inimerupakanbagiandariKertasKebijakanResolusiKonflikKelolaKekayaanAlamKalimantanTimurdalamprogramClickForest2.0yangdidukungolehTheAsiaFoundationDitulisoleh:MuhammadFadli,M.Si.Dengankontribusidari:AkhmadWijaya,M.P.,AspianNoor,S.Hut.(BIOMA),AdiSupriadi,M.Si.,RoniSandi,PoetryPratiwi(YayasanBUMI),PanthomSidiPriyandoko,S.Hut.(Lt2Production–RINGKAS)YayasanBUMISamarinda2017
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
2
RINGKASANPerhutanan sosial merupakan bentuk pengelolaan hutan yang menempatkan masyarakat lokaldan/ataumasyarakathukumadatsebagaipelakuutamadalampengelolaankawasanhutan.Bentukperhutanansosialadalahhutandesa,hutankemasyarakatan,hutantanamanrakyat,kemitraan,hutanrakyat atau hutan adat. Perhutanan sosial merupakan salah satu bentuk resolusi konflik dalampengelolaanhutan.ProsesperijinanperhutanansosialdiberikanolehMenteriLingkunganHidupdanKehutanandandapatdidelegasikankepadaGubernur.AgarGubernurdapatmemberikanperijinanperhutanansosial,makaPemerintah Provinsi harus memuat Perhutanan Sosial di dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah ataumemiliki kebijakan, dapat berupa Peraturan Gubernur terkait PerhutananSosial.DalammempercepatimplementasiPerhutananSosial,GubernurKaltimtelahmembentukKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosial(PokjaPPS)melaluiSKGubernurKaltimNomor522/K.526/2016,yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi proses penyelesaian konflik tenuria secara khususterkait dengan perhutanan sosial dan menyusun rencana strategis, jadwal dan target kinerjaperhutanansosialdiKaltim.BerikutadalahusulanpetajalanpercepatanperhutanansosialdiKaltim:
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
3
PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU PERANGKAT RESOLUSI KONFLIK
DI SEKTOR KEHUTANAN Yayasan BUMI, Samarinda, 24 Juni 2017
PENGANTAR
Perhutanansosial,menjaditerminologibarudalamsektorkehutanan.Sebelumnya,istilahinimenggunakan beragam kata, mulai dari jenis pengelolaannya, yaitu hutan rakyat, hutankemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, lalu beberapamenyebutkan sebagaikehutananmasyarakatdanhutankerakyatan.
Perhutanansosialadalahsistempengelolaanhutan lestariyangdilaksanakandalamkawasanhutannegaraatauhutanhak/hutanadatyangdilaksanakanolehmasyarakatsetempat ataumasyarakat hukumadat sebagai pelakuutamauntukmeningkatkankesejahteraannya,keseimbanganlingkunandandinamikasosialbudayadalambentukHutan Desa, Hutan Kemasyarkaatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, HutanAdatdanKemitraanKehutanan(PeraturanMenteriLingkunganHIdupdanKehutananNomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial)
RPJMN 2015-2019 memberikan mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan(KemenLHK)ditugaskanmengalokasikanarealkawasanhutanseluas12,7jutahauntuk kegiatan Perhutanan Sosial denganmelibatkanmasyarakatmelalui Hutan TanamanRakyat(HTR),HutanKemasyarakatan(HKm),HutanDesa(HD),HutanAdatdanHutanRakyatatauKemitraan1.KalimantanTimurmenargetkan10ribuhektarsebagaiperhutanansosial2,danberdasarkanPetaIndikatifArahanPerhutananSosial(PIAPS)KLHK,diKaltimdicadangkan342unitperhutanansosialdenganluas334.478,22hektar,yangtersebardi8kabupaten/kota.KemenLHK menempatkan perhutanan sosial sebagai upaya meningkatkan kesejahteraanrakyatdanmenjadibagiandaripenyelesaiankonflikdisektorkehutanansertasebagaibagiandariupayamitigasiperubahaniklim3.Haliniyangjugamenjadikebutuhanbagipenyelesaiankonflik kehutanandi Kaltim, baik pada kawasan konservasi, hutan lindung,maupunhutanproduksi.Keberadaan21unitKesatuanPengelolaanHutanyangmerupakanunitpelaksanaDinas Kehutanan pada tingkat tapak/lapangan, juga menjadi bagian dalam kelembagaanresolusi konflik kehutanan,dimanaKPHmerupakanpenanggung jawabpengelolaanhutanpadatingkattapak.
1KementerianLingkunganHidupdanKehutanan.2016.12,7HaKawasanHutanuntukKegiatanPerhutananSosial.SiaranPers.Diaksespadatanggal20Februaro2017darihttp://www.menlhk.go.id/siaran-39-127-ha-kawasan-hutan-untuk-kegiatan-perhutanan-sosial.html2KaltimSiapkanHutanSosialbagiMasyarakatSekitarHutan,Diaksestanggal20Februari2017darihttp://www.vivaborneo.com/35728.htm3PerhutanansosialadalahsebuahkonsepdanaksidariKementerianLingkunganHidupdanKehutanan(LHK)dalammengelolahutansecaralestaridanberkelanjutan,dimanapemerintahakanbergandengtangandanbekerjasamadenganmasyarakatsertaparapihakterkaituntukbersamamengelolahutanIndonesia.Perhutanansosialdapatdigunakansebagaimatarantaipenghubungantaraisupengelolaanhutandankesejahteraansosial.Dariperspektiftersebut,perhutanansosialmemilikiketerkaitaneratdenganperubahaniklim(KementerianLingkunganHidupdanKehutanan.2016.PerhutananSosialSolusiInovatifMitigasiPerubahanIklim.SiaranPers.Diaksestanggal20Februari2017darihttp://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/451)
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
4
Hinggasaatini,Kaltimtelahmemperolehbeberapaperhutanansosial,sebagaiberikut:Tabel1.KondisiPerhutananSosialdiKalimantanTimur
No Kabupaten/Kota
RENCANA IMPLEMENTASI
PIAPS Kemitraan Jumlah Hutan
Desa
HutanKemasyarakatan
PencadanganHTR
Kemitraan Jumlah
1 Balikpapan 1,867 780 2,647 0 1,400 0 1,104 2,5042 Berau 64,056 61,302 125,358 28,676 0 0 0 28,6763 Bontang 0 0 0 0 0 0 0 04 KutaiBarat 45,700 28,388 74,088 8,405 0 0 0 8,4055 Kutai
Kartanegara73,724 112,562 186,286 0 0 0 0 0
6 KutaiTimur 46,588 90,660 137,248 1,470 0 4,510 3,871 9,8517 MahakamUlu 61,903 61,903 28,380 0 0 0 28,3808 Paser 38,887 14,383 53,270 0 1,005 0 0 1,0059 PenajamPaser
Utara0 20,681 20,681 0 0 0 0 0
10 Samarinda 293 0 293 0 0 0 0 0 JUMLAH 333,018 328,756 661,774 66,931 2,405 4,510 4,975 78,821
Gambar1.GrafikRencanadanRealisasiPerhutananSosialdiKalimantanTimur
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
5
Petapencadanganperhutanansosialdanhutantanamanrakyat,adalah:
Gambar2.PetaIndikatifArahanPerhutananSosialJanuari20174danHutanTanamanRakyat
KalimantanTimur5
PERHUTANANSOSIALDALAMTINJAUANYURIDIS
Setelahmengalamiberbagaikebijakan,PerhutananSosialmemilikiacuankebijakanmelaluiPeraturan Menteri Lingkungan HIdup dan Kehutanan RI NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial.Peraturanyangmemiliki10BabiniditurunkanlagikedalambeberapaperaturanDirektoratJenderal,yaitu:
1. Perdirjen PSKL No. P.3/PSKL/SET/KUM.1/4/2016 Tentang Pedoman PengembanganUsaha Perhutanan Sosial dan Perdirjen PSKLNo. P.9/PSKL/SET/PSL.2/2016 TentangPerubahan Peraturan Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan NomorP.3/PSKL/SET/KUM.1/4/2016 tentang Pedoman Pengembangan Usaha PertaninanSosial
2. Perdirjen PSKL No. P.11/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanHPHD
3. Perdirjen PSKL No. P.12/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanIUPHKm
4. Perdirjen PSKL No. P.13/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanUPHHK-HTR
5. Perdirjen PSKL No. P.14/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman Fasilitasi,PembentukandanTataKerjaPokjaPPS
6. Perdirjen PSKL No. P.15/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pelayanan Online/DaringPerhutananSosial
4diaksesdarihttp://pskl.menlhk.go.id/akps/index.php/piaps/peta?Piaps%5Bproid%5D=64&Piaps%5Bkabid%5D=&yt0=pada20Februari20175dataDinasKehutananKalimantanTimur,2016
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
6
7. Perdirjen PSKL No. P.16/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 tentang Pedoman PenyusunanRPHD,RKUdanRKT
8. Perdirjen PSKL No. P.17/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 Tentang Pedoman PelaksanaanKegiatanHutanTanamanRakyat
9. Perdirjen PSKL No. P.18/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 Tentang Pedoman PenyusunanNaskahKesepakatanBersama
10. Perdirjen PSKL No. P.2/PSKL/SET/KUM.1/3/2017 tentang Pedoman Pembinaan,PengendaliandanEvaluasiPerhutananSosial
RujukandariPeraturanMenteridanPeraturanDirektoratJenderaltersebutadalah:
1. Undang-undangNomor5tahun1990tentangKonservasiSumberDayaAlamHayatidan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor3419);
2. Undang-undangNomor41tahun1999tentangKehutanan(LembaranNegaraRepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2004tentangPenetapanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-undangNomor1tahun2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentangKehutanan(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor86,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4412);
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesianomor5059);
4. Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor5495);
5. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik IndonesiaNomor5587),sebagaimanatelahdiubahbeberapakali, terakhirdenganUndang-undangNomor9tahun2015tentangPerubahanKeduaatasUndang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesiaNomor5679);
6. Undang-undangNomor37Tahun2014tentangKonservasiTanahdanAir(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesiaNomor5608);
7. Peraturan Pemerinah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3tahun2008tentangPerubahanPeraturanPemerinahNomor6Tahun2007tentangTataHutandanPenyusunanRencanaPengelolaanHutan sertaPemanfaatanHutan(LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2008Nomor16,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4818);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan SuakaAlam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
7
PengelolaanKawasanSuakaAlamdanKawasanPelestarianAlam(LembaranNegaraRepublik Indonesia Tahun 2015Nomor 330, Tambahan LembaranNegara RepublikIndonesiaNomor5798);
9. PeraturanMengeriKehutananNomorP.85/Menhut-II/2014tentangTataCaraKerjaSama pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Berita NegaraRepublikIndonesiaThaun2014Nomor1446);
10. Peraturan Menteri Lingkungan HIdup dan Kehutanan Nomor P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak(BeritaNegaraRepublikIndonesiaTahun2015Nomor1025);
11. Peraturan Menteri LIngkungan HIdup dan Kehutanan NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial (Berita NegaraRepublikIndonesiaTahun2016Nomor1663).
Kebijakan Perhutanan Sosial di Kalimantan Timur telah dimulai dengan diterbitkannyaPeraturanGubernurKalimantanTimurNomor15tahun2015tentangPedomanPenerbitanHakPengelolaanHutanDesa.SejakterbitnyaPergubKaltimini,telahsatu(1)perijinanHPHDditerbitkan,yaituterhadapHPHDMerabu.DidalamRPJMDKaltim2013-2018,belumsecaralangsung menempatkan perhutanan sosial atau bentuk-bentuk pengelolaan hutan olehmasyarakat di dalam programmaupun indikator. Dalam usulan perubahan RPJMD Kaltim2013-2018,dimuatdalamkegiatan3.04.42.Program penyuluhan dan pemberdayaanmasyarakathutandengantargetjJumlahkelompoktanihutanyangmelaksanakanprogramperhutanansosialdankemitraansebanyak5KelompokTaniditahun2015dan15KelompokTaniditahun2018.SedangkandidalamRencanaStrategisDinasKehutananProvinsiKaltim2013-2018,termuatdalam bagian Misi 4, yaitu Meningkatkan Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat didalamdanatausekitarKawasanHutan,denganbertujuanuntuk meningkatnya peranmasyarakatdidalamdanataudisekitarhutandalampengelolaanhutandansasaranberupapeningkatanperansertamasyarakatdalammengelolahutan.Strategiyangdilakukanadalahmendukungpengembanganpengelolaanhutanberbasismasyarakat(HTR,HKm,HutanDesa,HutanRakyat,kemitraandanHutanAdat) dengan kebijakan meningkatkan Fasilitasipencadangan, penetapan dan pengelolaan areal kerja kehutanan masyarakat (HTR, HKm,HutanDesa,HutanRakyat,kemitraandanHutanAdat).Adapunprogramyangakandilakukanadalahprogrampenyuluhandanpemberdayaanmasyarakathutan,meliputi:
a. Pendampingan,pembentukandanpeningkatankelembagaankelompoktanihutanb. Pendampinganpeningkatanusahaperhutanansosialdankemitraanc. Jumlahunitusahaperhutanansosialdankemitraanyangmendapatpendampingand. Pendampinganpeningkatankapasitaskelompoktanihutane. PeningkatanKapasitasPenyuluhKehutananf. PeningkatankapasitasPKSMdanPencintaAlamg. Monitoringdanevaluasikegiatanpenyuluhanh. Koordinasiprosespengembanganusahaperhutanansosialdankemitraani. PembinaanPengelolaanUnitUsahaProgramPerhutananSosialdanKemitraanbidang
kehutananj. KoordinasipemanfaatansumberdanadariPMDH/kelolasosial/comdev/CSRk. Monitoringdanevaluasiperhutanansosialdankemitraanl. Identifikasi,inventarisasi,danpemetaanresolusikonflikm. Identifikasi,invetarisasidanpemetaanhutanuntukreligi,budayan. Identifikasi,invetarisasidanpemetaanhutanyangdikelolaolehmasyarakatadat
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
8
o. Fasilitasipermohonanmasyarakatadatuntukpengelolaanhutanadatp. PembinaandanPendampinganpeningkatankelembagaanpengelolaanhutanadatq. MonitoringdanevaluasipengelolaanHutanAdatr. RapatKerjaPokjaPercepatanPembentukanPerhutananSosialTingkatProvinsi
Perhutanansosial,bertujuanuntukmengurangikemiskinan,penganggurandanketimpanganpengelolaan/pemanfaatan kawasan hutan, yang menjadikan perhutanan sosial sebagaipemberian akses legal kepada masyarakat melalui pengelolaan hutan desa, hutankemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, kemitraan kehutanan, atau pengakuan danperlindunganmasyarakathukumadat.Pemberianperijinanpengelolaanperhutanan sosialberdasarkanPetaIndikatifArealPerhutananSosial(PIAPS)6.Tabel2.TipePengelolaanPerhutananSosial
TipePengelolaan Pengelola Kawasan BentukPemanfaatanHutanDesa Lembaga yang ditetapkan
oleh Desa, dapat berupaKoperasiDesaatauBUMDes
Hutan Produksi belumberizin
• PemanfaatanHasilHutanKayu• PemanfaatanHasilHutanBukan
Kayu• PemanfaatanJasaLingkungan
Hutan Lindung yangdikelola oleh PerumPerhutani
• Pemanfaatandanpemungutanhasilhutanbukankayu
• PemanfaatanJasaLingkunganWilayah tertentu dalamKPH
HutanKemasyarakatan
Masyarakat setempat7 yangdapat dalam bentukKelompok masyarakat,Gabungan Kelompok TaniHutanatauKoperasi
HutanProduksi • Pemanfaatanjasalingkungan• Pemanfaatanhasilhutankayu• Pemanfaatandanpemungutan
hasilhutanbukankayuHutan Lindung yangdikelola oleh PerumPerhutani
• Pemanfaatanjasalingkungan• Pemanfaatandanpemungutan
hasilhutanbukankayuWilayah tertentu dalamKPH
Hutan TanamanRakyat
Perorangan (petani hutan),kelompok tani hutan,gabungan kelompok tanihutan, koperasi, atauperseorangan yangmemperoleh pendidikankehutanan)
Hutan Produksi berlumberizin atau wilayahtertentudalamKPH
• Pemanfaatanhasilhutankayuyangberasaldarihutantanamandanbelukartua.
KemitraanKehutanan
Kelompok masyarakatsetempat
• Persetujuandenganpemegangizin/pengelolahutanyangdimuatdidalamNaskahKesepakatanKerjasama(NKK)
• 2ha/KKdiarealpengelolaatau5ha/KKdiarealperizinanuntukpemanfaatanhasilhutankayu
6PIAPSmerupakanpetayangmemuatarealkawasanhutannegarayangdicadangkanuntukperhutanansosial,yangditetapkanolehMenteriLingkunganHidupdanKehutanandandirevisisetiapenam(6)bulansekaliolehDirekturJenderalyangmembidangiPlanologiKehutanandanTataLingkunganatasnamamenteri.ProsespenetapanPIAPSmelaluiharmonisasipetayangdimilikiolehKLHKdanLSMatausumberlain,dankonsultasidenganPemerintahProvinsi,Kabupaten/Kotadanpihakterkait)(Pasal5PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)7DefinisiyangdigunakanuntukmasyarakatsetempatadalahkesatuansosialyangterdiridariwarganegaraRepublikIndonesiayangtinggaidisekitarkawasanhutandibuktikandenganKartuTandaPendudukatauyangbermukimdidalamkawasanhutanNegaradibuktikandenganmemilikikomunitassosialberupariwayatpenggarapankawasanhutandanbergantungpadahutansertaaktivitasnyadapatberpengaruhterhadapekosistemhutan(Pasal1(14)PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
9
TipePengelolaan Pengelola Kawasan BentukPemanfaatanHutanProduksi • Hasilhutanbukankayu,hasil
hutankayudanjasalingkungandihutanlindung
HutanLindung • Hasilhutanbukankayudanjasalingkungan
HutanRakyat Perorangan, KelompokMasyarakat setempat,Koperasi
Diluarhutannegara • Hasilhutankayu
HutanAdat MasyarakatHukumAdat DitetapkansebagaiHutanAdat berdasarkanperaturan/kebijakandaerah
• Tidakbolehmengubahfungsihutandengancaramemanfaatkandanmenggunakanpengetahuantradisionaldalampemanfaatansumberdayagenetikyangadadidalamhutanhak
Pemberian perijinan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD), Ijin Usaha Pemanfaatan HutanKemasyarakatan(IUPHKm),IjinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayu-HutanTanamanRakyat(IUPHHK-HTR) adalah oleh Menteri yang dapat didelegasikan kepada Gubernur denganketentuan bahwa telahmemasukkan Perhutanan Sosial ke dalam Rencana PembangunanJangkaMenengahDaerahataumemilikiPeraturanGubernurmengenaiPerhutananSosialdanmemilikianggarandidalamAPBD8.SehinggadibutuhkanadanyaprogramperhutanansosialdalamRPJMDatauadanyaPeraturanGubernurtentangPerhutananSosial,agarpercepatanpencapaianperhutanansosialbisaterjadidiKaltim.AdapunskemayangdapatdilakukanuntukpengajuanperhutanansosialkepadaGubernuradalahsebagaiberikut:
Gambar 3. Alur Pengajuan Perizinan Perhutanan Sosial Kepada Gubernur Berdasarkan PerMenLHK NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial
8Pasal7,Pasal18danPasal29PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)
PEMOHON
PenyampaianAjuankepadaGubernurdanditembuskankepada:MenteriLHK,Bupati/walikota,KepalaUPT,danKepalaKPH
GUBERNUR OPDKEHUTANAN
UnsurTimVerifikasi:OPDKehutananProvinsi;UPTTerkait,
KPH,AnggotaPokjaPPS
TIMVERIFIKASITEKNIS
TERPENUHI
VERIFIKASIADMINISTRASI
VERIFIKASITEKNIS
OPDKEHUTANAN
TIDAKTERPENUHI
2hari
TERP
ENUH
I
SKGUBERNURTENTANGIZINPENGELOLAAN
KonsepSKGubernur
5hari 3hari
7hari
7hari
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
10
PERHUTANANSOSIALDALAMTINJAUANSOSIAL-BUDAYA
TerdapatragamkomunitasyangadadiKaltim,termasukyangmengeloladanmemanfaatkankawasanhutandanhutan.SimonDevungmenggambarkankarakteristikumumberdasarkansistempemanfaatan sumberdayahutan,masyarakat di dalamdan sekitar kawasanhutandapatdikategorikankedalamempatkategoritipologis,yakni9:1) masyarakat yang kehidupannya sepenuhnya tergantung dari sumber daya hutan di
sekitarnya;2) masyarakat yang kehidupannya sebagian tergantung dari sumber daya hutan di
sekitarnya;3) masyarakat yang kehidupannya tidak seberapa tergantung dari sumber daya hutan di
sekitarnya,dan;4) masyarakatyangkehidupannyasamasekali tidaktergantungdarisumberdayahutandi
sekitarnya. Lebihlanjut,Devungmenggambarkanberdasarkanhubunganhistorisdengankawasanhutansetempat,masyarakatdidalamdansekitarkawasanhutandapatdikategorikanjugakedalamempat(4)kategoritipologisutamayakni10:1) masyarakat etnis lokal, dengan wilayah adat dan wilayah desa tradisional yang relatif
masihsamadengandulu;2) masyarakat etnis lokal, dengan wilayah adat dan wilayah desa tradisional yang sudah
terbagi atau terpisah oleh sistem administrasi pemerintahan, perpindahan penduduk,resettlement, relokasi desa, kehadiran proyek pembangunan, perusahaan HPH/HTI,pertambangan,industridansebagainya;
3) masyarakatetnispendatang,yangsudahbermukimsebelumpenetapanatauperubahanstatuskawasanhutan,dan;
4) masyarakat etnis pendatang yang baru bermukim setelah penetapan atau perubahanstatuskawasanhutan.
MustofaAgungSardjono(2004)mengklasifikasikanmasyarakatdidalamdansekitarkawasanhutankedalamduakategorisaja,yakni11:1) masyarakatlokaltradisional(localtraditionalcommunity),yaitumasyarakatyangsudah
beradaturuntemurundidalamdansekitarhutan,baikyangsaatinisudahataupunbelumbertempat tinggal pada suatu desa yang definitif, tetapi masih memiliki danmempraktekkan kelembagaan (organisasi, struktur dan norma) adat dan teknologitradisionalnya dalam kehidupan sehari-hari (termasuk dalam mengelola sumberdayahutan sebagai sumber utama kehidupan dan penghidupan disamping kegiatanperladangandanperkebunantradisional).Umumnyakelompoktradisionalinimerupakanmasyarakatasli,yangrelatifhomogen(darisatuetnikdanmemilikihubungankekerabatanyang erat), lokasi tempat tinggalnya terpencil atau terisolir (khususnya dari kegiatanpembangunan), dan karenanya fasilitas fisik dan prasarana sosial lainnya tertinggal(termasuk pendidikan dan kesehatan), serta pola dan orientasi hidupnya sederhana(bahkanadabeberapakelompokyangmasihbersifattertutupterhadaporangluar;
9Devung,Simon,G.,2001b.KarakteristikSosialBudayaMasyarakatDiDalamdanSekitarKawasanHutanDiKalimantanTimurDalamKaitannyaDengangagasanHutanKerakyatan.Manuskrip.BahanOrientasidalamLokakarya:GagasanHutanKerakyatan,BappedaPropinsiKaltim,15Januari2001.10Ibid.11Sardjono,MustofaAgung,2004.MosaikSosiologisKehutanan:MasyarakatLokal,PolitikdanKelestarianSumberdaya.Jogjakarta:DebutPress.
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
11
2) masyarakatlokalnontradisional(localnontraditional-community),yaitumasyarakataslimaupunpendatangyangtelahtinggalpermanendipemukiman,dusunataupundesa-desadefinitifdidalamdansekitarhutan,meskipuntidakmemiliki(tidaklagimempraktekkan)institusi adat (atau kalaupun ada bersifat sangat longgar), ada juga yang telahmengembangkan aturan/kesepakatan lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan disekitarnyatermasukpemanfaatansumberdayahutan(hasilhutandanlahanhutanuntukpertanian). Lokasi tempat tinggal relatif terbuka (aksesibilitas cukup tinggi) dan secaraumummerupakan pusat pertumbuhan ekonomi (ada kegiatan pasar, warung, industrirumahtangga)danatauberadadisekitarpusatpemerintahanlokal(ibukotaKecamatanataupun Kota/Kabupaten). Keterbukaan wilayah menyebabkan struktur demografinyaheterogen (multietnik), lokasinya tersentuh dengan beberapa program pembangunan(khususnya saranadanprasarana sosial-ekonomi, pendidikandan kesehatan),motivasidanorientasisemi-komersialhinggakomersialmulaimewarnaikehidupanperekonomianmasyarakat.
Kedua pendekatan pengklasifikasian masyarakat tersebut dapat digunakan untukpengembangan perhutanan sosial. Dengan memahami karakteristik dari masyarakatpengelola dan pemanfaat hutan, serta mengenal pola pengelolaan dan pemanfaatannya,maka perhutanan sosial dapat mencapai tujuannya, terutama untuk mengurangi konflikpengelolaan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitarkawasanhutan.Dalamkaitandenganaspekpemanfaatandankelestariansumberdayaalam(lebih-lebihdalamhal ini pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya hutan) juga ada klasifikasi khusus untukmasyarakatdarietnislokalDayak,ditinjaudaritigaunsurpokokkebudayaanyangmerupakandeterminanpenting dalam kegiatanpemanfaatandan kelestarian sumberdaya alam, yaitusistem mata-pencaharian/ekonomi, sistem teknologi/peralatan hidup, dan adatistiadat/aturan serta peraturan adat. Dari perspektif inimasyarakat Dayak diklasifikasikanolehDevungkedalamtigakelompok,yakni12:1) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonomisubsisten,danhampirtidak
ada akses pasar: mereka bertani ladang sederhana, berburu, menangkap ikan,mengonsumsisayurandanbuah-buahanhutan,hanyasekaliwaktumengusahakanhasilhutan niaga (gaharu, getah parang, batu guliga, sarang burung), denganteknologi/peralatansederhanabuatansendiri;
2) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonomisubsisten,danaksespasarterbatas:merekabertaniladang,berburu,menangkapikan,menanamsayuran,danbuah-buahan pekarangan, secaramusimanmengusahakan hasil hutan niaga (gaharu, getahparang,damar,rotan,batuguliga,sarangburung)denganteknologi/peralatansebagiankecilsudahmekanis/buatanpabrik,dan;
3) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonominonsubsisten,danaksespasar cukup terbuka: mereka bertani ladang atau sawah, menangkap ikan, berkebunsayuran dan buah-buahan untuk keperluan sendiri dan untuk dijual, berkebun kopi,kelapa,jeruk,pisangdanrotanuntukkeperluanniaga,mengusahakanhasilhutanniaga(damar,rotan,sarangburung,kulitular,kulitbiawak,burungpeliharaan/hias,balokdansirap), dengan teknologi/peralatan yang sebagian besar sudahmekanis/buatan pabrik.
12Devung,Simon,G.,1998a.InteraksiBudayaTradisionalMasyarakatdayakDalamPemanfaatandanPelestarianSumberdayaAlam.Manuskrip.BahanDiskusiForumKomunikasiLingkunganHidupBapedaldaKaltimDiSamarindaTanggal13Mei1998.
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
12
Pola-polapengelolaanhutandanlahanolehmasyarakatlokaldiKaltimdapatdiklasifikasikansebagaiberikut:1) Kawasanyangdimanfaatkan
a. Kawasanperkampungandanperumahanb. Kawasanperladanganc. Kawasansaranasosialdanperibadatan
2) Kawasanpemanfaatanjangkapanjanga. Kawasanbekasladangb. Kawasanhutancadanganperladanganc. Kawasankebunbuahd. Kawasan hutan (alas) dengan beragam sub-klasifikasinya, terutama untuk
pemanfaatankayusecaraterbatas,buah,hewanburuan,danpemanfaatanhasilhutanbukankayulainnya.
3) Kawasanyangdilindungia. Kawasanperkuburan/pemakamanb. Kawasanbekaskampungc. Kawasan larangan (mata air, kawasan leluhur, atau kawasan lain yang ditetapkan
menjaditerlarangkarenaberbagaisebab)Dalam hal perhutanan sosial, masyarakat setempat penting untuk mengidentifikasimasyarakatsebagaientitaspemegangklaimterhadapkawasan,sehinggapendekatanyangdigunakandidalampemilihanpolaperijinanpengelolaanperhutanansosialakanmengikutipada karakteristik sosial-budaya dan karakteristik klaim masyarakat. Kaltim memilikikarakteristik berbeda dalam klaim kawasan, misalnya ada sistem waris, yang menjadikankawasanyangdiklaimtidakberadadalamsatuwilayahadministrasidesadenganpemegangklaim,daninidiakuiolehdesayangkawasannyadimilikiolehpemegangklaim.Karakteristikberbedalainnyaadalahkewilayahanmasyarakatumumnyaberbasisaliransungai,yangbisajadi berbeda wilayah administrasi, karena sebagian besar wilayah administrasi tidakberdasarkanaliransungai13.
PETAJALANPERHUTANANSOSIALKALIMANTANTIMUR:SEBUAHUSULAN
GubernurKaltimtelahmembentukKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosialKalimantanTimurtahun2016-2019,melaluiSKGubernurKaltimNomor522/K.526/2016.PokjaPPSKaltimini terdiri dari seorang Ketua Pokja PPS yang dijabat Kepala Dinas Kehutanan Kaltim,Kesekretariatan, Divisi Percepatan Pemberian Akses Perhutanan Sosial, Divisi PeningkatanKapasitasdanPengembanganUsahaPerhutananSosialdanDivisiKomunitasdanAdvokasiPerhutanan Sosial. Salah satu tugas di dalam Pokja PPS ini adalah memfasilitasi prosespenyelesaiankonfliktenurialsecarakhususterkaitdenganperhutanansosial.PokjaPPSKaltimjugadiberikanmandatuntukmenyusunrencanastrategis,jadwaldantargetkinerja perhutanan sosial di Kaltim. Maka dengan itu, berikut adalah usulan peta jalanpercepatanperhutanansosialdiKaltim.Untukmemperkuatmandattersebut,makaadadua(2)halyangpentingdilakukan: (1)Meletakkanprogramdan indikatorperhutanansosialdidalamRPJMD,dan;(2)Menyusunkebijakan(peraturan)GubernurtentangPerhutanansosial.Isi PeraturanGubernur, setidaknyameliputi: (a)PembentukanKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosial;(b)PenunjukanTimVerifikasi;(c)Mekanismeperijinanperhutanansosialoleh Gubernur c.q Badan Perijinan Terpadu Satu Pintu; (d) Mekanisme Resolusi Konflik
13BerdasarkandiskusidenganAkhmadWijaya,PengurusYayasanBIOMAdanPenelitiEtnografidiKalimantanTimur
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
13
Kehutanan; (e)Mekanisme Kemitraan; (f) Pembaharuan Peta Indikatif Arahan PerhutananSosial;(g)PembinaanPerhutananSosial,dan;(h)PemantauandanPelaporan.Setelah adanya kebijakan tersebut,maka Peta Jalan Percepatan Perhutanan Sosial, dapatdilihatdalampenjelasanberikut:1. ReviewdanReidentifikasiPetaIndikatifArahanPerhutananSosial(PIAPS).
ReviewdanreidentifikasidilakukanberdasarkandatadanpengetahuanyangdimilikiolehanggotaPokja PPSKaltim, dandapatmengundangnara sumber ahli dalammelakukanprosesini.a. ProsesreviewdimulaidenganmengumpulkanRencanaKerjaUsahaPemanfaatanHasil
HutanKayu(RKUPHHK)pada IUPHHK-HutanAlamdan IUPHHK-HutanTanamandanPeta Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF). Dari RKUPHHK-HT dapatdiperolehwilayahyangdirencanakansebagaiwilayahkemitraan,dandariPetaKBKTdapat diperoleh peta NKT/HCV-5 dan 6, yang dapat dikembangkan menjadi polakemitraan,dan/ataudapatdilakukanreviewsebagaiHPHDataupunIUPHHKm.
b. Proses review dan reidentifikasi dapat juga dilakukan secara bersamaan, melaluipendekatanidentifikasikawasanbernilaikonservasitinggi14(highconservationvalueforest) yang dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang dilakukanbersamaan dengan masyarakat/komunitas. Setelah menemukan hasil identifikasiKBKT tersebut, dilakukan overlay dengan perizinan, baik kehutanan, perkebunanmaupunpertambangandan transmigrasi. Berdasarkanhasil analisis tersebut,makadapatdiperolehhasilPetaIdentifikasiyangdapatmenjadikanmasukanterhadaprevisiPIAPS,dandapatmenjadiacuandalampenentuanbentukperijinanPerhutananSosialpadawilayahtersebut.
c. Hasil desk review dan review di tingkat tapak, diperoleh peta indikatif perhutanansosial,baikuntukHPHD,IUPHHKm,IUPHHK-HTRmaupunKemitraan.i. SecarakhususuntukHutanHakatauHutanrakyat,dapatdiperolehberdasarkan
RPJMDesadanRTRWDesa,bilamanadesasudahmemuatnya.UntukinidiperlukankerjabersamadenganOPDyangmelakukanpembinaanterhadapPemerintahanDesa.
ii. SecarakhususuntukHutanAdat,dapatdilakukanpertemuandengankelompokmasyarakatadatataupunaliansimasyarakatadatdanOrganisasiNonPemerintah,untukmengumpulkanpetapartisipatifyangtelahdibuat,maupunpetaindikatifkawasankelolaadatyangtelahdilakukan.Darihasilindikasisementaraini,perludilakukanverifikasilapangan,bersamadenganKPHdanOPDPemerintahanDesa,untukmemvalidasiPetaIndikatifHutanAdat.
d. PerlumelakukandiskusiantaraKPHdanDesa/KomunitasterkaitRencanaPengelolaanHutan, berdasarkan hasil identifikasi KBKT yang telah dilakukan. Hasil kesepakatanyang diperoleh terhadap rencana pengelolaan, baru kemudian diusulkan sebagaiperhutanansosialdenganpilihanbentukperijinanberdasarkankesepakatanbersama.
e. HasilreviewdisampaikankepadaMenteri,sebagaiperbaikanPIAPS.2. PengusulanHakPengelolaan
Kegiatanpengusulanhakpengelolaanolehdesaataukelompokmasyarakat/adat,dapatdilakukan melalui pendampingan yang dilakukan oleh organisasi non pemerintah,
14IdentifikasiKawasanHutanBernilaiKonservasiTinggi(KBKT)dapatmenggunakanPanduanUmumuntukNilaiKonservasiTinggi(HCVResourceNetwork,September2013,https://www.hcvnetwork.org/resources/cg-identification-sep-2014-bahasa-indo)danPanduanIdentifikasiKawasanBernilaiKonservasiTinggiDiIndonesia(KonsorsiumRevisiHCVToolkitIndonesia,Juni2008,https://www.hcvnetwork.org/resources/national-hcv-interpretations/HCVF%20Toolkit%20Final%20(revised%20version),%20Bahasa%20Indonesia.pdf)
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
14
Gambar4.UsulanPetaJalanPercepatanPerhutananSosial
perguruan tinggi, dan/atau oleh KPH. Setelah menyusun proposal, dilakukan prosespengajuanhinggamemperolehperijinanperhutanansosial.
3. PersiapanPengelolaanPersiapan pengelolaan meliputi penguatan kelembagaan pengelola melalui pelatihanataupun bentuk peningkatan kapasitas lainnya. Selanjutnya dilakukan pendampinganpenyusunan rencanakerja (termasukpenyusunan rencanabisnisbiladiperlukan), yangmenjadiacuandalampelaksanaanpengelolaan.
4. PengelolaanDalam pengelolaan, dilakukan proses-proses pendampingan dan pembinaan, agarpengelolaanperhutanansosialdilakukansesuaidenganrencanakerja.Setiapwaktuyangtelahditentukan,disampaikanpelaporankinerjakegiatanolehlembagapengelola.
5. PemantauandanEvaluasiPemantauandilakukansetidaknyasetiapenam(6)bulanuntukmenilaikinerjakegiatan,danevaluasidilaksanakansetiaptahun,untukmemperolehmasukanperbaikanterhadaprencanakerjatahunberikutnya.
Sebagaicatatanpenting,dalamsetiapproses,dilakukanberdasarkanprinsipPersetujuanAtasDasar Informasi di awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)/Free, Prior, Informed Consent (FPIC),dimanadesa/komunitasditempatkansebagaipemilikiklaimdandiposisikansetaradenganpengelolasecaralegal,sehinggapengambilankeputusanterhadapwilayahperhutanansosialdanbentukpengelolaannyapunbisadilakukansecarasetara.Proses-prosesfasilitasimaupunpendampingan, dapat dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Pokja PPS,organisasinonpemerintah,dan/ataulembagapendidikan/penelitian.Dalammenjalankan rencana bisnis, terutama untuk perhutanan sosial yangmemproduksikomoditas/barang, dapat mengembangkan Sistem Penjamin Partisipatif (SEJATI)15 untukmeningkatkankualitasdanjaringanpasarkomoditas.Terhadapjasalingkungan,makadapatdikembangkan skema perhutanan sosial untuk pembayaran jasa lingkungan, ataupundikombinasidenganpemanfaatanhasilhutannon-kayu.
15InformasitentangSistemPenjaminPartisipatif(SEJATI)dapatdiperolehdariJaringanPenjaminProdukKomunitas(RiNGKas),http://ringkas.info/
PAPER01–PERHUTANANSOSIAL
15
PENUTUP
UpayapercepatanperhutanansosialdiKaltimtelahmemperolehdukungandariPemerintahProvinsimelalui Dinas Kehutanan. Inisiatif Perhutanan Sosial di Kaltim bukanlah hal baru,karenasejakeraindustrialisasikehutanan,kelompokorganisasipemerintahtelahmelakukanadvokasi sistem hutan kerakyatan dan kehutanan masyarakat, serta perhutanan sosial diKaltim.Sebagaiskemapenyelesaiankonflikkehutanan,makaperhutanansosialharusmenemukanjalanyangtepat,agartidakmenghadirkankonflikbarudimasadatang.PeranKPHdanPokjaPercepatan Perhutanan Sosial di Kaltim menjadi penting dan perlu membuka ruang bagipartisipasipublikdankelompokmasyarakatseluas-luasnya.
PAPER02–HUTANADAT
1
PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT KALIMANTAN TIMUR
PAPER #042017-01 ~ 25 April 2017
Paper inimerupakan bagian dari Kertas Kebijakan YayasanBUMI #02/2017 tentang KelembagaanKonflikAgrariaDanLingkunganHidupDiKalimantanTimur
PENGANTARHampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutanan,perkebunandanagrariasecaraumum adalah terkait dengan kepastian tenurial1. Soal tenurial ini berkaitan erat dengan PutusanMahkamahKonstitusinomor45/PUU-IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yangditerbitkanpadatanggal21Februari2012danPutusanMKNomor35/2012terkaithutanadat2.
Saat ini telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, MenteriKehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan Kepala BadanPertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/MENHUT-II/2014,17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang berada didalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk pembentukan Tim Inventarisasi Penguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)ditingkatkabupaten/kotadanprovinsi.Halinijuga diikuti dengan adanya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 10/2016tentangTataCaraPenetapanHakKomunalAtasTanahMasyarakatHukumAdatdanMasyarakatyangBeradadalamKawasanTertentudanPermenLHKNo.P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak,dimanadidalamnyatermuatmekanismepengakuanhutanadat.
DalamhalpengakuandanperlindunganMasyarakatHukumAdat,telahditerbitkanPeraturanMenteriDalamNegeriNo.52Tahun2014TentangPedomanPengakuanDanPerlindunganMasyarakatHukum
1BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakatSipiluntukReformasiTenurial.http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengahKemandeganInisiatifdiTingkatNasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandiIndonesia,http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf;Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997–2003.CenterforInternationalForestryResearch.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf2Pasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutananberubahmenjadi“Kawasanhutanadalahwilayahtertentuyangditunjukdanatauditetapkanolehpemerintahuntukdipertahankankeberadaannyasebagaihutantetap”(PUUMKNo.45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberadadalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).
PAPER02–HUTANADAT
2
Adat.Selainitu,PemerintahProvinsiKalimantanTimurpuntelahmenerbitkanPeraturanDaerahNo.1tahun2015tentangPedomanPengakuanDanPerlindunganMasyarakatHukumAdatdiKalimantanTimur.
MEKANISMEPENGAKUANMASYARAKATHUKUMADATPermendagriNo.52/2014danPerdaKaltimNo.1/2015memberikanmandatkepadaGubernurdanBupati/Walikota untukmemberikan pengakuandanperlindunganMasyarakatHukumAdat.Dalammelakukan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat, Bupati/Walikota membentukPanitiaMasyarakatHukumAdatkabupaten/kotayangditetapkandenganKeputusanBupati/Walikota.PanitiaMasyarakatHukumAdatterdiriatas:
a. SekretarisDaerahkabupaten/kotasebagaiketua;b. KepalaSKPDyangmembidangipemberdayaanmasyarakatsebagaisekretaris;c. KepalaBagianHukumsekretariatkabupaten/kotasebagaianggota;d. Camatatausebutanlainsebagaianggota;dane. KepalaSKPDterkaitsesuaikarakteristikmasyarakathukumadatsebagaianggota.
Prosespengakuandilakukanmelalui:
a. IdentifikasiMasyarakatHukumAdat.Identifikasidilakukandenganmencermati:1) sejarahMasyarakatHukumAdat;2) wilayahAdat;3) hukumAdat;4) hartakekayaandan/ataubenda-bendaadat;dan5) kelembagaan/sistempemerintahanadat.
b. verifikasidanvalidasiMasyarakatHukumAdat;danc. penetapanMasyarakatHukumAdat.
PengaturanlainditerbitkanolehKementerianAgrariadanTataRuangmelaluiPermenATR/KepalaBPNNo.10/2016yangmenyebutkanpermohonandiajukankepadaBupati/WalikotaatauGubernurolehKepala Adat dengan persyaratannya. PermenATR/Kepala BPN tersebut juga memandatkanBupati/Walikota atau Gubernur untuk membentuk Tim IP4T dalam menentukan keberadaanMasyarakatHukumAdat,sertatanahnya.TimTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)terdiridari:BadanPertanahanNasional,OrganisasiPerangkatDaerahKehutanan,BalaiPemantapanKawasanHutan,OPDTataRuang,OPDPertanahan,OPDTataRuang,Camat dan Lurah/Kepala Desa, Pakar hukum adat, PerwakilanMasyarakat HukumAdat setempat,LembagaSwadayaMasyarakat,daninstansiyangmengelolasumberdayaalam.
Dalamkerangkakerjabersama,makaPemprovKaltimdapatmenggunakanmekanismeyangtersediadidalamPerdaKaltimNo.1/2015,denganmelibatkanBPNProvinsidan/atauBPNKabupaten/Kota.
MEKANISMEPENGAKUANHUTANADATATAUTANAHULAYATPerdaKaltimNo.1/2016tentangRencanaTataRuangWilayahProvinsiKalimantanTimurtahun2016-20363memberikanmandateuntukpenyelesaianhakulayatdanpenguasaan tanahyangberadadidalamkawasanhutanditetapkanberdasarkanperaturanperundanganyangberlaku,untukkawasanhutanlindung,suakamargasatwa,cagaralam,tamannasional,tamanhutanraya,tamanwisataalam,
3Khususnyapasal50(2),pasal50(13)hinggapasal50(18),pasal50(2),danPasal51ayat(2).Kecualipasal50(15)hanyadiberikanpengijinanhakulayatdanpenguasaantanahsertakegiatanterbatasyangmempengaruhiluashutanbakauditetapkanberdasarkanperaturanperundanganyangberlaku.
PAPER02–HUTANADAT
3
cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dan hutan produksi. Pasal 6 PermenLHK No. P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHakmenyebutkansyaratpermohonanpenetapanhutanadatmeliputi:
a. Terdapatmasyarakathukumadatatauhakulayatyangtelahdiakuiolehpemerintahdaerahmelaluiprodukhukumdaerah.Dalamhalprodukhukumdaerahtidakmencantumkanpetawilayah adat,Menteri bersama-sama pemerintah daerahmemfasilitasimasyarakat hukumadatmelakukanpemetaanwilayahadatnya.;
b. Terdapatwilayahadatyangsebagianatauseluruhnyaberupahutan;c. Suratpernyataandarimasyarakathukumadatuntukmenetapkanwilayahadatnyasebagai
hutanadat.
Selainitu,PermenATR/KepalaBPNNo.10/2016menyebutkanHakKomunalyangmerupakanhakatastanahdapatdiberikankepadaMasyarakatHukumAdatyangmemenuhipersyaratan.Persyaratannyameliputi:
a. Masyarakatmasihdalambentukpaguyuban;b. Adakelembagaandalampernagkatpenguasanadatnya;c. Adawilayahhukumadatyangjelas,dan;d. Adapranatadanperangkathukumyangmasihditaati.
Gambar1.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan
Kedua mekanisme tersebut dapat digunakan bersamaan, berdasarkan rekomendasi PanitiaMasyarakatHukumAdatyangdibentukolehPemprovdan/atauPemkab/kot.
REKOMENDASI1. Dalam kerangka menurunkan jumlah konflik antara masyarakat adat dengan negara atau
perusahaan,makaPemerintahProvinsiKalimantanTimur,besertaPemerintahKabupaten/KotadiKalimantanTimur setidaknyadapatmelaksanakanmandatePasal 14PerdaKaltimNo. 1/2015,yaitu:
a. Pemerintah Kabupaten/Kota segera menindaklanjuti dengan menetapkan PeraturanDaerahKabupaten/Kotasesuaikewenangan,dan;
PAPER02–HUTANADAT
4
b. Bagi Kabupaten/Kota yang sudah membuat Peraturan Daerah sebelum adanya PerdaKaltimNo.1/2015,agardapatmenyesuaikandenganPerdaKaltimtersebutpalinglama12(duabelas)bulansejakdiundangkan.
c. SegeramelakukanpembentukanPanitiaMasyarakatHukumAdatditingkatProvinsidanditingkatKabupaten/Kota.
2. Selainitu,berdasarkanmandatePerdaKaltimNo.1/2016,makaPemprovKaltimdiarahkanuntukmempercepat penyelesaian hak ulayat dan penguasaan tanah yang berada di dalam kawasanhutan,sesuaidenganmekanismeyangadadidalamPerdaKaltimNo.1/2015.
3. Proses ini juga dapat dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan, dalam kerangka untukmelakukanprosestatahutandanidentifikasisosial(termasukkonflik)diwilayahKPH,agardapatmempercepatprosesperlindungandanpengakuanmasyarakatadatdantanahulayatdiKaltim.
4. Untuk kebutuhanpengakuanmasyarakat adat,makapembentukanPanitiaMasyarakatHukumAdatdapatdilakukandikabupaten/kotadandiprovinsi.
5. Pemprov Kaltim, hingga ke KPH, dan Pemkab/kot, hingga ke tingkat Camat, diharapkan dapatbersifataktifdalammelakukanidentifikasimasyarakatadatbesertawilayahadatnya.
MasukanterhadapRaperdaPerkebunanBerlekanjutan
1
Masukan terhadap Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur tentang Perkebunan Berkelanjutan
Samarinda, 13 Juni 2017
PENGANTAR
ProvinsiKalimantanTimurtermasuksalahsatuprovinsiyangmenempatkanperkebunankelapasawitsebagai komoditi prioritas dan andalan pembangunan daerah. Dalam RPJMD Kaltim 2013-2018,PemprovKaltimmenargetkanpenambahanhingga1jutahektareperijinanbaruperkebunankelapasawit.DaridataDinasPerkebunanKaltim(2015)disebutkanbahwatelahterdapat1,307jutahektareHGUPerkebunanKelapaSawit,2,5jutahektareIjinUsahaPerkebunandan3,19jutahektareijinlokasi.Secarakeseluruhan,Kaltimmenempatkan3,29 jutahektare lahanuntukperkebunandidalampolaruangRTRWPKaltim.
Badan PertanahanNasional (BPN) Kaltimmencatat setidaknya terdapat 742 kasus tumpang tindihlahanyangtercatat.PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV (BPKH IV) KLHK dan Kepolisian Daerah Kaltim untukPencegahan,PenanganandanPenyelesaianTumpangTindihPerizinanPenggunaanLahandanatauHakAtasTanahdiwilayahProvinsiKaltim,pada25Januari2013,melaluiKesepakatanBersamaNomor110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.
KementerianPertanian1jugamelakukanidentifikasitipologigangguanusahadankonflikperkebunanmeliputi kaitannyadengankepemilikandanperizinan lahan,berkaitankehutanandanhal-hal yangberkaitan non-lahan. Sementara Badan Pertanahan Nasional BPN mengklasifikasikan konflikpertanahan ke dalam 8 kelompok2, yaitu penguasaan dan pemilikan tanah, penetapan hak danpendaftaran tanah, batas atau letak bidang tanah, pengadaan tanah, tanah obyek landreform,tuntutangantirugitanahpartikelir, tanahulayat,danpelaksanaanputusanpengadilan.Dariragamkajian, konflik dapat dilihat dari aktor yang berkonflik, status hukum obyek sengketa, baik secaraperaturanperundang-undanganmaupunsosio-kultur,dankepentinganaktor,baikdarisisikebutuhandankeinginan.
Dalam upaya pembangunan perkebunan berkelanjutan, dibutuhkan sebuah keterbukaan informasidanupaya yang terbukadan terstrukturdalamupayapenyelesaian konflik perkebunan.Untuk itu,diperlukan penyusunan pengaturan penyelesaian konflik perkebunan di Kaltim, untuk mencapaitujuanpenerapanperkebunanberkelanjutandiKaltim.
1BerdasarkanPedomanTeknisPenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016.DirekturJenderalPerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.2Sumarto,SH,M.Eng.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWinSolutionOlehBadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahanNasionalRI.http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdfdanhttp://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
2
KELEMBAGAANPENYELESAIANKONFLIKPERKEBUNAN
DinasPerkebunanKaltimmencatat89kasustersebut,62%merupakankasuslahansepertitumpangtindih perizinan, okupasi lahan, tanah adat dan sebagainya, sedangkan 38%merupakan kasus nonlahanmeliputituntutanplasma,gantirugidanpenolakanolehmasyarakat3.Ditahun2016,terdapat47kasus,dimana34%terkaitkasusnon-lahandan66%terkaitkasuslahan4.
Gambar1.GangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2016)
Konflikterkaitdenganlahan,dimungkinkanterjadikarenaperijinanperkebunanyangdiberikantanpamemperhatikankondisitapak.Perijinanpadakomoditiperkebunaninipunmelaluiberagaminstansi.IjinlokasidanijinusahaperkebunandiberikanolehBupati/WalikotadanHakGunaUsahadiberikanolehBadanPertanahanNasional.
Gambar2.LuasPerijinanPerkebunanKalimantanTimur(DisbunKaltim,2017)
32015,Terjadi89KasusGangguanUsahaPerkebunandiKaltim,http://disbun.kaltimprov.go.id/berita-881-2015-terjadi-89-kasus-gangguan-usaha-perkebunan-di-kaltim.html4BerdasarkanDataRekapitulasiGangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunanProvinsiKalimantanTimurbulanOktober2016,DisbunKaltim.
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
3
KarenanyaUUNo.18tahun2004tentangPerkebunandigantidenganUUNo.39tahun2014dengantujuanagardapatmemenuhiperubahanparadigmapenyelenggaraanPerkebunan,menanganikonfliksengketa Lahan Perkebunan, pembatasan penanaman modal asing, kewajiban membangun danmenyiapkansaranadanprasaranaPerkebunan,izinUsahaPerkebunan,sistemdatadaninformasi,dansanksibagipejabat.Pasal55UUNo.39/2014tentangPerkebunanmenyebutkanbahwa“SetiapOrangsecara tidak sah dilarang: (a)mengerjakan,menggunakan,menduduki, dan/ataumenguasai LahanPerkebunan; (b) mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Tanah masyarakatatau Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dengan maksud untuk Usaha Perkebunan; (c)melakukan penebangan tanaman dalam kawasan Perkebunan; atau (d) memanen dan/ataumemungutHasilPerkebunan.Bilamelanggarmakadapatdikenakansanksipidanapenjarapalinglama4(empat)tahunataudendapalingbanyakRp4.000.000.000,00(empatmiliarrupiah)(Pasal107UUNo.39/2014).
PutusanMahkamahKonstitusiNo.138/PUU-XIII/2015yangdiantaranyamenetapkanbunyiPasal42UUNo.39/2014diubahmenjadi “KegiatanusahabudidayaTanamanPerkebunandan/atauusahaPengolahanHasilPerkebunansebagaimanadimaksuddalamPasal41ayat(1)hanyadapatdilakukanolehPerusahaanPerkebunanapabilatelahmendapatkanhakatastanahdanizinUsahaPerkebunan”,telah menempatkan kewajiban penyelesaian hak atas tanah bagi usaha perkebunan sebelummelakukan tahapan pembangunan kebun. UU No. 39/2014 ini juga diperkuat untuk memberikanperlindunganterhadapmasyarakatadat.Walaupunkemudiantidakadapengaturanspesifik terkaitpenanganankonflikperkebunandalamundang-undangini.
KELEMBAGAAN PENYELESAIAN KONFLIK DI PEMERINTAHAN PROVINSIKALIMANTANTIMUR
PemprovKaltimtelahmenandatanganiKesepakatanBersamaPemerintahProvinsiKalimantanTimurdenganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasionalKalimantanTimur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25Januari2013.Sampaidengansaat ini,belumadatindak lanjutataskesepakatanbersamatersebut.Didalamnaskahkesepakatanbersama,disebutkanbahwakesepakatantersebutdimaksudkanuntuk:
1. MembentuktimterpadupadatingkatProvinsiuntukmencegah,menanganidanmenyelesaikanpermasalahan tumpeng tindih perijinanpenggunaan lahandan atauhak atas tanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.
2. Sinkronisasidanverifikasidataantarinstansi.3. Mewujudkan situasi keamanandanketertibanmasyarakat serta iklim investasi yangamandan
kondusifdiwilayahProvinsiKalimantanTimur
Sedangkanyangmenjaditujuankesepakatanbersamaadalah:
4. Terbentuknya Tim Terpadu dalam rangka pencegahan, penanganan dan penyelesaianpermasalahan timpang tindih perijinan penggunaan lahan dan atau hak atas tanah di wilayahProvinsiKalimantanTimur.
5. Melaksanakan pembinaan kepada seluruh elemen masyarakat dalam rangka pencegahanterjadinyatumpengtindihperijinanpenggunaanlahandanatauhakatastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.
6. MenyelesaikanpermasalahantumpangtindihperijinanpenggunaanlahandanhakatastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.
Kesepakatan bersama ini telahmenyebutkan perihal pencegahan, pertukaran data dan informasi,penanganan dan penyelesaian (mediasi), penegakan hukum, pembiayaan, serta monitoring dan
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
4
evaluasi. Disebutkan juga mengenai adanya rapat koordinasi secara berkala atau sesuai dengankebutuhan, serta melakukan sinkronisasi data dan informasi perijinan. Lebih lanjut disebutkanberkaitandenganinventarisasidanidentifikasipermasalahantumpangtindihperijinandandibukanyaruangbagiparapihakyangbermasalahdalamtumpangtindihperijinanpenggunaanlahanataupunhakatastanah.Namuntidakadatindaklanjutyangdilakukan,baikolehSekretariatDaerahmaupunOPDPemprovKaltimdalammenindaklanjutikesepakatanbersamaini.BahkanBPNdanBPKHWilayahIVbelummemiliki informasiyangmemadai terkaitdengankesepakatanbersama ini.Pun terhadapkeberadaanPerjanjianKerjaSama,yangdisebutkanakandiselesaikandalamwaktu3(tiga)bulanpascapenandatanganankesepakatan,belumdilakukan.
Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawaltahun2018inibelummenghasilkanhal-halyanglebihkonkretdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.Dalamkurunyangtersisaini,makasudahselayaknya Pemprov Kaltim, sebagai pihak yang memimpin kesepakatan bersama ini untuk dapatmewujudkan kelembagaan penyelesaian konflik, yang akan lebih baik bila melibatkan para pihak,utamanyaakademisidanorganisasimasyarakatadat,didalamtimyangdibentuk.
GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIANKONFLIK
Penyelesaiankonflikagrariatidakbisaterlepasdarikeharusanpemerintahmelakukanpenataanulangpemilikan,penguasaandanpemanfaatanatastanah(reformaagraria).ReformaAgrariabertujuanpulauntukmencegahkonflikagrariatidakterjadilagi.Melihatbentuk,corakdanpenyebabkonflikagrariaselamaini,makapenyelesaiankonflikagrariadapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial(negosiasi,mediasidanarbitrasedanperadilanadat),penyelesaiankonflikmelalui quasi yudisial (komisi khususpenyelesaian konflik agraria, danpenyelesaian konflikmelaluiperadilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagraria5.
Mekanismeresolusipenyelesaiankonflikdapatdiklasifikasikankedalamtahapan,yaitu: identifikasidanpencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.
1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik
Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:
1. Pemetaanpotensikonflika. Identifikasipotensikonflikb. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflikc. Verifikasidanvalidasid. Penentuanprioritaspenanganankonflik
2. Sosialisasidanpenyuluhana. Sosialisasibataskawasanperizinan,termasukpenggunaan,pemanfaatan,perlindungan,
pengamanandankegiatanlainnya
5Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.EpistemaInstitute.http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf
IdentifikasidanPencegahan
Konflik
PenanganandanPenyelesaian
Konflik
PemulihandanPemantauanPasca-Konflik
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
5
b. Peningkatan pengetahuan, kesadartahuan, perubahan perilaku dalam pengelolaankekayaanalamberkelanjutan
3. Penetapan(pengukuhan)batasperizinana. Penataanbatas,b. Rekonstruksibatas,c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas
Pencegahankonflikdapatdilakukanmelaluiprosespengidentifikasianpotensikonfliksecaraaktifolehbadanpubliksesuaikewenangannya,utamanyayangberkaitaneratdenganagraria.
2. PenangananDanPenyelesaianKonflik
Penanganan konflik didahului dengan adanya informasi konflik berdasarkan temuan maupunpelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimanaperaturanperundang-undangan,yaitumelalui:
1. BadanPertanahanNasional,dikabupaten/kotadanprovinsi(PeraturanMenteriAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNomor11Tahun2016TentangPenyelesaianKasusPertanahan)
2. Sektorperkebunan,hinggasaatinimasihbelumadaskemayangdimuatkandidalamperaturanperundang-undangan, walaupun pada Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, terdapat SeksiPenangananKonflikpadaBidangPerkebunanBerkelanjutan.
Untuk tingkat provinsi Kaltim, diharapkan ada tindak lanjutNota Kesepahaman yang telah dibuat,dengan membangun Perjanjian Kerja Sama antara Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Timurdengan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur untuk membangun mekanisme bersamapenyelesaiankonflikperkebunan,utamanyayangberkaitandengankonfliklahan/tenurial.
Tahapanpenanganankonflikmeliputi:
1. Penyusunanprofilkonflik,yangdiantaranya:identitaspihak,wilayahkonflik,permasalahan,dandokumenpendukung.
2. Pemeriksaan,yangdilakukanmelalui:pemeriksaanmeja(desktop,administrasi)danpemeriksaanlapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuksecarakhusus,maupuntimyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlianhukum,anthropologi/sosiologi,lingkunganhidup/ekologi.
3. Analisiskonflik,yangdapatdilakukanolehahlidalambentukTim,danPenyusunanrekomendasiberdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihakberkonflikdanKepalaDaerahsertaOrganisasiPerangkatDaerahyangberkaitan.Rekomendasidapatberupa:
a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflikb. Mediasi: dilakukan olehmediator yang diusulkan dan disepakati oleh para pihak yang
berkonflik,atauc. Penegakanhukum:penyampaianberkaslaporankonflikkepadaaparatpenegakhukum.
Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitorganisasi,yaitu:
PenyusunanProfilKonflik
•identitaspihak,•wilayahkonflik,•permasalahan,dan•dokumenpendukung
Pemeriksaan
•Dekstop/telaahadministrasi•Verifikasilapangan
AnalisiskonflikdanPenyusunanRekomendasi
•Dilakukanbeberapaahli•Rekomendasidapatberupa:negosiasi,mediasi,ataupenegakanhukum
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
6
1. PengesahanKeputusan:merupakanpejabatyangmenetapkanhasilkesepakatanyangdiambil.2. Penelaahandanpengambilankeputusan:melakukanpenelaahan lapangan,melakukananalisis,
sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan pencatatan
hasilkesepakatan.
3. PemulihandanPemantauanPascaKonflik
Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan yangdihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hal lainyang jugapentingdilakukanadalahpemulihanpascakonflik,yangdapatdilakukanmelaluipendampingan,bimbinganteknis, fasilitasi, dan pemantapan kawasan (perijinan). Selain itu, juga dilakukan pemantauan hasilkesepakatan, agar dapat dipastikan bahwa kesepakatan telah dijalankan dan telah memberikanmanfaatbagipihakyangberkonflik.
MASUKAN UNTUK RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSIKALIMANTANTIMURTENTANGPERKEBUNANBERKELANJUTAN
MasukaniniberdasarkanRancanganPeraturanDaerahProvinsiKalimantanTimurtentangPerkebunanBerkelanjutanversi13April2017.
1. MasukanterhadapBabXIIPengelolaanKonflikPerkebunan
a) Pasal67PenangananKonflikPerkebunan1) Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, Pelaku Usaha Perkebunan,
masyarakat,danparapihakterkaitmelakukanpenanganankonflikperkebunan.2) Penyelesaiankonflikperkebunandimaksudkanuntukmendapatkankepastianhukumbagi
para pihak, sehingga dapat menjamin keberlangsungan usaha perkebunan dankesejahteraanmasyarakat.
3) Penyelesaiankonflikperkebunanterdiridari:(a)identifikasidanpencegahankonflik;(b)penanganandanpenyelesaiankonflik,dan;(c)pemulihandanpemantauanpascakonflik.
4) Badan Usaha Perkebunan berkewajiban mendeteksi adanya konflik sedini mungkin,menyampaikanhasil identifikasikepadaDinasdanmengutamakanpenyelesaiankonflikmelaluipendekatannegosiasidan/ataumediasiyangdapatditerimaolehsemuapihak.
5) Dalam rangka menangani konflik dan/atau sengketa Perkebunan, dibentuk LembagaPenyelesaianKonflikdidaerahberdasarkankeputusangubernur.
6) Pembiayaan Lembaga Penyelesaian Konflik Perkebunan Daerah dibebankan kepadaAnggaranPendapatandanBelanjaDaerahProvinsidanKabupaten/Kota.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyelesaian konflik dan LembagaPenyelesaianKonflikPerkebunanDaerahdiaturdalamPeraturanGubernur.
b) PenjelasanPasal671) Cukupjelas2) Cukupjelas3) Cukupjelas4) Badan Usaha Perkebunanmenyampaikan laporan kepada Dinas sekurang-kurangnya 1
(satu)kalidalam6(enam)bulan.5) Lembaga Penyelesaian Konflik Perkebunan setidaknya terdiri dari: (1) Pelaksana, yang
merupakanSekretariatDaerah,OPDPerkebunan,BadanPertanahanNasioaldidaerah,(2)Tim Panel, yang terdiri dari para ahli, setidaknya ahli antropologi atau sosiologi, ahlihukum,ahliekologiataulingkunganhidup,dan(3)Sekretariat,yangbertempatdiDinasPerkebunansesuaidenganTugasPokokdanFungsinya.
6) Cukupjelas.
MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan
7
7) PeraturanGubernursetidaknyamemuatmekanismepenyelesaiankonflikyangberisikan:(1)identifikasidanpencegahan,(2)mekanismepenanganan,(3)bentukpenanganan,(4)penanganandarurat,(5)pemulihan,(6)pemantauan,(7)strukturlembaga,(8)pelaporan,dan(9)pembiayaan.
c) Pasal68dihapuskan.
2. MasukanterhadapBagianKelimaPengelolaanAreadengannilaiKonservasiTinggi
a) Berkaitan dengan kawasan ekosistem esensial, maka perlu ditambahkan “PeraturanPemerintahRepublikIndonesiaNomor28Tahun2011TentangPengelolaanKawasanSuakaAlam Dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217), yang sebagiandiubah dengan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 108 Tahun 2015 TentangPerubahanAtasPeraturanPemerintahNomor28Tahun2011TentangPengelolaanKawasanSuakaAlamDanKawasanPelestarianAlam(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2015Nomor330,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor5798)”
b) Penjelasan tentang kawasan ekosistem esensial, dimuat di bagian penjelasan Perda, yaitu“Ekosistemesensialadalahekosistemdiluarkawasankonservasiyangsecaraekologispenting,sertamemilikikeunikanhabitatdan/ataujenistumbuhandansatwaliardan/ataumempunyaifungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan ekosistem esensialmeliputiekosistemkarst,lahanbasah(danau,sungai,rawa,payau,danwilayahpasangsurutyangtidaklebih dari 6 (enam)meter),mangrove, gambut dan kerangas yang berada di luar kawasankonservasi(kawasansuakaalamdan/ataukawasanpelestarianalam).”
PENUTUP
Upaya penyelesaian konflik perkebunan akanmemberikan jaminan terhadap keberlanjutan usahaperkebunan. Untuk itu menjadi penting, ditengah ketiadaan pengaturan, baik pedoman umummaupunpedomanteknis,penyelesaiankonflikdisektorperkebunan,dibangunpengaturanditingkatprovinsi,agarparapihakmemilikipedomandanacuanyangsamadanmenjaminketerbukaandalamprosespenyelesaiankonflikdisektorperkebunan.
Halterpentingdalamupayapenyelesaiankonflikperkebunanadalahdenganmelibatkanparapihakdai dalam upaya penyelesaian konflik perkebunan, termasuk instansi pemerintah pusat, baikkehutananmaupun pertanahan, dan para pihak lainnya, baik akademisi maupunmasyarakat sipillainnya.
YAYASANBUMI
Jl.P.M.NoorKomplekBumiSempajaBlokEANo.93Samarinda,KalimantanTimurEmail:lembaga.bumi@gmail.comWebsite:http://bumibaru.idProgramManagerClickForest:ErmaWulandari,ermawedee@gmail.com,HP.085246146119KelembagaanKonflik:AdeFadli,adefadli@gmail.com,HP.082158160061
LEMBARINFO-10072017
1
PENYELESAIANKONFLIKSEKTORKEHUTANANDIKALIMANTANTIMUR
LEMBARINFO–10072017
YayasanBUMI,clickforest@bumibaru.id
PENGANTAR
Konflik kehutanan merupakan konflik yang banyak terjadi di era sebelum reformasi dan otonomi
daerah, sertamasihberlanjuthinggasaat ini.Berbagaigagasanpernahdilontarkan, seiringdengan
kehadiranUUNo.41tahun1999tentangKehutanandanlahirnyaKetetapanMPRNo.IX/2001tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, pun hingga dibentuknya Komisi Nasional
untuk Penyelesaian Konflik Agraria (KNUPKA). Saat ini, Kementerian Kehutanan, yang menjadi
KementerianLingkunganHidupdanKehutanan,telahmelihatkonfliksebagaisebuahpermasalahan
pentinguntukdiselesaikan.
YasmidanDhiaulhaq(2012)menyebutkanbeberapahalyangmenjadipenyebablangsungtimbulnya
konflik hutan di Asia, diantaranya adalah pengrusakan lahan milik masyarakat (kebun, makam,
pepohonan),polusi,kurangnyakesempatankerjabagimasyarakat lokal,sertakurangnyakonsultasi
denganmasyarakat.Halinipadadasarnyadisebabkanolehsengketatenurialantaratanahnegaradan
hakulayat,buruknyakoordinasiantaralembaga-lembagapemerintah,sertakebijakankonservasidan
pembangunan yang mengakibatkan terusirnya masyarakat lokal.1 Sebelumnya, Wulan, dkk (2004)
menyebutkandari359kasuskonflikyangberhasildicatat,39%diantaranyaterjadidiarealHTI,34%di
kawasankonservasi (termasukhutan lindungdan tamannasional),dan27%diarealHPH.2Dengan
adanya perundang-undangan baru terkait Desa (UU No. 6/2014 tentang Desa), maka dalam
penyelesaian konflik kehutanan, setidaknya akan melibatkan tiga institusi, yaitu Kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012
terkaitkedudukanhutanadat,jugamemberikanpengaruhterhadappengubahanstatushutansaatini,
denganmemisahkanantarahutanadatdanhutannegara.
KEBIJAKANPENYELESAIANKONFLIK
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan
HidupdanKehutananNo.P.84/Menlhk-Setjen/2015 tentangPenangananKonflikTenurialKawasan
Hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengurusan hutan yang
1Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.WartaTenureIEdisi10tahun2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf2 Wulan, Y. C., dkk,.2004. Analisis Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003, hal. 8. CIFOR, Bogor.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf
LEMBARINFO-10072017
2
berkelanjutan. PermenLHK ini mengatur penanganan, penyelesaian dan pengawasan pelaksanaan
penyelesaiankonfliktenurialkawasanhutan.Mekanismeyangditawarkanaturaniniadalahmelalui
permohonanpenangangankonfliktenurial.
DirjenPerhutananSosialdanKemitraanLingkunganmembentukTimIndependenPenangananKonflikTenurialKawasanHutan(TIPKTKH),denganberanggotakanahliantropologi,hukum,dan/atausosial
kemasyarakatan. Selain itu, juga dibentuk Tim Asesor Penanganan Konflik Tenurial Kehutanan
(TAPKTH), yang bertugas untukmelakukan asesmen konflik tenurial.Metoda penyelesaian konflik
tenurialkehutananyangditawarkanadalahmediasi,perhutanansosial,ataupenegakanhukum.
Gambar1.DiagramAlurPenangananKonflikTenurialKawasanHutan
Terdapat2(dua)peraturanteknisberkaitandenganPermenLHKtersebut,yaitu:PerdirjenPSKLNo.
P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan
dan Perdirjen PSKL No. P.6/PSKL/SET/PSL.1/5/2016 tentang Pedoman Asesmen Konflik Tenurial
KawasanHutan.
Dalammelakukanpemantauankonflikkehutanan,jugatelahditerbitkanPeraturanDirekturJenderal
PengelolaanHutanProduksiLestariNo.P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016tentangPedomanPemetaan
PotensidanResolusiKonflikpadaPemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayu(IUPHHK)dalam
HutanProduksi.PerdirjenPHPLiniberkaitandenganpencapaianpengelolaanhutanproduksilestari
yangmengamanatkanadanyaprosespemetaanpotensikonflikdanupayapenyelesaiannyadilakukan
secarasistematisdanterukuragarmemperolehhasilyangoptimaldanefektif.
Terdapat 5 kriteria dalampemetaan potensi konflik, yaitu: (1) Karakteristik perusahaan pemegang
IUPHHK; (2) Kegiatan masyarakat di areal IUPHHK yang berpotensi menimbulkan konflik; (3)
Keberadaan klaim masyarakat desa hutan di dalam areal IUPHHK yang berpotensi menimbulkan
konflik;(4)Aspekkonfliksosial,dan;(5)Kelembagaandesadankeberadaantokohmasyarakat.Hasil
pemetaanpotensikonflikdanresolusikonflikdilaporkankepadaDinasKehutanandanditembuskan
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Balai Pemantauan Pemanfaatan
HutanProduksi,setiap6(enam)bulan.Pendekatanresolusikonflikyangdigunakandidalampedoman
tersebut adalah mekanisme legal atau jalur hukum formal, resolusi konflik melalui mekanisme
penyelesaianalternatif(alternativedisputeresolution),ataupendekatankesejahteraan.
Hampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutananadalahterkaitdengankepastian
tenurial3. Soal tenurial ini berkaitan erat dengan Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 45/PUU-
3BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi
LEMBARINFO-10072017
3
IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yangditerbitkanpadatanggal
21Februari2012danPutusanMKNomor35/2012 terkaithutanadat4.Namunstatistikkehutanan
menunjukkanbahwapenetapankawasanhutanhinggasaatinibelummenujusebagianbesarkawasan
hutan. Walaupun sudah terdapat Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan dan Peraturan
MenteriKehutananNomorP.47/Menhut-II/2010tentangPanitiaTataBatasKawasanHutan.
Gambar2.PetaPenetapanKawasanHutanKalimantan(KLHK,2015)
Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.44/Menhut-II/2012 tentang
Pengukuhan Kawasan Hutan menyebutkan bahwa pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian
kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan. Kawasan hutan yang telah
ditatabatastemugelangditetapkandenganKeputusanMenteri.Dalamupayatersebut,makapenting
tetapmemperhatikankepemilikanlahandikawasanyangakanditetapkan,yangmemerlukanbukti,
yangterdiridaribuktiyangberbentuktertulisatautidaktertulis.Pembuktianhak-haksecaratertulis
ditunjukkandenganadanyabuktiyangdiperolehsebelumpenunjukankawasanhutanberupa:
a. hakmilik;
b. hakgunausaha;
7 November 2011). Kelompok Masyarakat Sipil untuk Reformasi Tenurial.http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.2015.Mekanisme Penyelesaian Sengketa Tenurial di Tingkat Lokal Alternatif di Tengah Kemandegan Inisiatif di TingkatNasional. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia,http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf; Wulan, Y.C., Y. Yasmi, C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandi Indonesia1997–2003.Centerfor InternationalForestryResearch.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf4 Pasal 1 angka 3 UUNo. 41/1999 tentang Kehutanan berubahmenjadi “Kawasan hutan adalahwilayah tertentu yangditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap” (PUUMKNo.45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberadadalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).
LEMBARINFO-10072017
4
c. hakgunabangunan;
d. hakpakai;dan
e. hakpengelolaan.
f. hakeigendom,opstal,erfpacht.
g. petukpajakbumi/landrente,girik,pipil,kekitir,VerpondingIndonesiadan
alashakyangdipersamakandenganitu;
h. suratketeranganriwayattanahyangpernahdibuatolehKantorPelayanan
PajakBumidanBangunan;ataulain-lainbentukalatpembuktiantertulisdengannamaapapun
juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-Ketentuan
KonversiUndang-UndangPeraturanDasarPokok-PokokAgraria,yangdisertaiklarifikasidari
instansiyangmembidangiurusanpertanahansesuaidengankewenangannya.
Pembuktiansecaratidaktertulisdenganketentuan:
a. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialyangberdasarkansejarahkeberadaannyasudah
adasebelumpenunjukankawasanhutan;
b. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdalamdesa/kampungyangberdasarkansejarah
keberadaannyaadasetelahpenunjukankawasanhutandapatdikeluarkandarikawasanhutan
dengankriteria:
1) TelahditetapkandalamPerda,dan
2) TercatatpadastatistikDesa/Kecamatan,dan
3) Pendudukdiatas10(sepuluh)KKdanterdiridariminimal10(sepuluh)rumah.
c. Keberadaanpermukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdidukungdengancitrapenginderaan
jauhresolusimenengahsampaitinggidanmenjadibagianyangtidakterpisahkandalamBerita
AcaraTataBatas.
Sementara itu, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,MenteriKehutananRepublikIndonesia,MenteriPekerjaanUmumRepublikIndonesia,danKepalaBadan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/MENHUT-II/2014,17.PRT/M/2014,8/SKB/X/2014tentangTataCaraPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk pembentukan Tim Inventarisasi Penguasaan,
Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)di tingkatkabupaten/kotadanprovinsi.Tim
terdiri dari BadanPertanahanNasional,Organisasi PerangkatDaerahKehutanan,OPDPertanahan,
OPD Tata Ruang, Camat dan Lurah/Kepala Desa. Tim ini diantaranya bertugas untuk melakukan
penerimaan pengaduan, pendataan, analisis danmemberikan rekomendasi. Hasil pengolahan dan
analisisdibahasdalamrapatTimIP4T.SelanjutnyaTimIP4Tmemutuskandalambentukrekomendasi
yangberisi:
a. bidangtanahyangdapatditeruskanpermohonannyamelaluipenegasan/pengakuanhak.
b. bidangtanahdapatdiberikanhakatastanahdalamrangkareformaagraria/redistribusitanah.
c. bidangtanahdapatdiberikanhakhutankemasyarakatan.
SelainitujugatelahadaPeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016tentangTata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yangBeradadalamKawasanTertentu,namunkeduaperaturaninimasihmemposisikanTimInventarisasi
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) sebagai Tim yang pasif dalam
menerimapendaftaranpermohonanIP4T,hinggamelakukanverifikasi,pendataanlapangan,analisis
danpengusulanpengubahankawasanhutan.
LEMBARINFO-10072017
5
Gambar3.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan
PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasan
HutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisianDaerahKaltimuntukPencegahan,PenanganandanPenyelesaian Tumpang Tindih Perizinan Penggunaan Lahan dan atauHakAtas Tanah diwilayahProvinsi Kaltim, pada 25 Januari 2013, melalui Kesepakatan Bersama Nomor110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.
PermenLHK Nomor P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman PelaksanaanPelimpahanSebagianUrusanPemerintahanBidangLingkunganHidupDanKehutananTahun2017YangDilimpahkanKepadaGubernurSelakuWakilPemerintah,mendelegasikanpembentukanDeskPenanganan Konflik di Daerah, yang dimaksudkan untuk menginformasikan dan mendiskusikan
kondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdanparapihakdidaerah.RuanglingkupkegiatanDesk
Penanganan Konflik di daerah yaitu konflik tenurial dan penyelesaianmasalahmasyarakat hukum
adat.NamunsampaisaatinibelumadadibentukDeskPenangananKonflikdiKaltim.
Berdasarkan Perdirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No. P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016tentangPedomanPemetaanPotensidanResolusiKonflikPemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutan (IUPHHK) dalam Hutan Produk, serta Surat Edaran Nomor: SE.1/Menlhk-II/2015 TentangPenangananKasus-KasusLingkunganHidupDanKehutanantanggal4Maret2015,yangsalahsatu
bagiannyaadalahmemerintahkankepadaparapemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayupadaHutanAlam/HutanTanaman/RestorasiEkosistem(IUPHHK–HA/HT/RE),pemegangIzinPinjamPakaiKawasanHutan(IPPKH)danPerumPerhutaniuntuk:
a. Memetakan potensi dan resolusi konflik di dalam areal ijinnya, termasukmemetakan di areal
kerjanya setiap klaim sengketa lahan hutan yang ada dalam masyarakat adat/masyarakat
setempat
b. Menyusun Standard Operational (SOP) penyelesaiannya dengan prinsip Good CorporateGovernance,sertaupayapenyelesaiankonfliksecarasistematisdanterukur
c. MelaporkanRencanaAksitersebutkepadaMenteriLingkunganHidupdanKehutanan.
d. Melaporkanhasilpemetaanpotensidanresolusikonflik,sertaperkembanganpenyelesaiankonflik
kepada Dinas Kehutanan Provinsi, dan ditembuskan pada DIrjen Pengelolaan Hutan Produksi
LestaridanBalaiPemanfaatanHutanProduksisetiap6(enam)bulan.
LEMBARINFO-10072017
6
MEKANISMEPENYELESAIANKONFLIK
Mekanisme penyelesaian konflik dapat diklasifikasikan ke dalam tahapan, yaitu: identifikasi dan
pencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.
1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik
Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:
1. Pemetaanpotensikonflik
a. Identifikasipotensikonflik
b. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflik
c. Verifikasidanvalidasi
d. Penentuanprioritaspenanganankonflik
2. Sosialisasidanpenyuluhan
a. Sosialisasi batas kawasan hutan dan perizinan, termasuk penggunaan, pemanfaatan,
perlindungan,pengamanandankegiatanlainnya
b. Peningkatan pengetahuan, kesadartahuan, perubahan perilaku dalam pengelolaan
kekayaanalamberkelanjutan
3. Penetapan(pengukuhan)bataskawasanhutandanperizinan
a. Penataanbataskawasan,
b. Rekontruksibataskawasan,
c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas
2. PenangananDanPenyelesaianKonflik
Penanganan konflik didahului dengan adanya informasi konflik berdasarkan temuan maupun
pelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimanaperaturan
perundang-undangan,yaitumelalui:DeskPenangananKonflikKehutanandiDinasKehutananProvinsi
(PermenLHKNomor84/2016 tentangPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKL
Nomor4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKL
Nomor6/2016tentangPedomanAsesmenKonflikTenurialKawasanHutan,danPermenLHKNomor
P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pelimpahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2017 Yang Dilimpahkan Kepada
GubernurSelakuWakilPemerintah).
Tahapanpenanganankonflikmeliputi:
1. Penyusunanprofilkonflik,yangdiantaranya:identitaspihak,wilayahkonflik,permasalahan,dan
dokumenpendukung.
2. Pemeriksaan,yangdilakukanmelalui:pemeriksaanmeja(desktop,administrasi)danpemeriksaan
lapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuksecarakhusus,maupun
timyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlianhukum,anthropologi/sosiologi,
lingkunganhidup/ekologi.
3. Analisiskonflik,yangdapatdilakukanolehahlidalambentukTim,danPenyusunanrekomendasi
berdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihakberkonflikdanKepala
DaerahsertaOrganisasiPerangkatDaerahyangberkaitan.Rekomendasidapatberupa:
IdentifikasidanPencegahanKonflik
PenanganandanPenyelesaianKonflik
PemulihandanPemantauanPasca-Konflik
LEMBARINFO-10072017
7
a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflik
b. Mediasi: dilakukan olehmediator yang diusulkan dan disepakati oleh para pihak yang
berkonflik,atau
c. Penegakanhukum:penyampaianberkaslaporankonflikkepadaaparatpenegakhukum.
Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitkelembagaan,yaitu:
1. PengesahanKeputusan:merupakanpejabatyangmenetapkanhasilkesepakatanyangdiambil.
2. Penelaahandanpengambilankeputusan:melakukanpenelahaan lapangan,melakukananalisis,
sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik
3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan pencatatan
hasilkesepakatan.
3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik
Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan yang
dihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hal lainyang jugapenting
dilakukanadalahpemulihanpascakonflik,yangdapatdilakukanmelaluipendampingan,bimbingan
teknis,fasilitasi,danpemantapankawasan(hutan/perizinan).Selainitu,jugadilakukanpemantauan
hasilkesepakatan,agardapatdipastikanbahwakesepakatantelahdijalankandantelahmemberikan
manfaatbagipihakyangberkonflik.
REKOMENDASI
1. Menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemprov Kaltim sendiri telah melakukan kesepakatan
denganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasanHutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisian
Daerah Kaltim untuk Pencegahan, Penanganan dan Penyelesaian Tumpang Tindih Perizinan
Penggunaan Lahan dan atau Hak Atas Tanah di wilayah Provinsi Kaltim Nomor
110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan PKS.45/BPKH/IV/2013
melalui pembentukan Desk Penanganan Konflik di Kaltim untuk menginformasikan dan
mendiskusikankondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdanparapihakdidaerah, serta
melakukanupaya penyelesaian konflik tenurial, sesuai pelimpahan sebagian kewenangan yang
dimuatdalamPermenLHKNomorP.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016.
2. Menyusunmekanismedanprosedurstandar(SOP)penyelesaiankonflikdisektorkehutanan.
3. Melakukan pemetaan konflik sektor kehutanan di Kaltim, berdasarkan laporan dari IUPHHK,
laporanmasyarakatdanidentifikasiaktifdariDinasKehutanandanKPH,sertamenyusunlangkah
penyelesaiankonfliknya.
Informasilebihlanjutdapatmenghubungi:
YayasanBUMI,email:clickforest@bumibaru.id;laman:http://bumibaru.id
Kontakperson:ErmaWulandari,M.Si.,HP.085246146119
PenyusunanProfilKonflik
•identitaspihak,•wilayahkonflik,•permasalahan,dan•dokumenpendukung
Pemeriksaan
•Dekstop/telaahadministrasi
•Verifikasilapangan
AnalisiskonflikdanPenyusunanRekomendasi
•Dilakukanbeberapaahli•Rekomendasidapatberupa:negosiasi,mediasi,ataupenegakanhukum