KERTAS KEBIJAKAN YAYASAN BUMI #02/2017...

62
KERTAS KEBIJAKAN YAYASAN BUMI #02/2017 KELEMBAGAAN KONFLIK AGRARIA DAN LINGKUNGAN HIDUP DI KALIMANTAN TIMUR Disusun oleh: Muhammad Fadli, M.Si. dengan kontribusi dari: Akhmad Wijaya, M.P., Aspian Noor, S.Hut. (BIOMA), Adi Supriadi, M.Si., Roni Sandi, Poetry Pratiwi, S.Hut. (Yayasan BUMI), Panthom Sidi Priyandoko, S.Hut. (iKonsultan–RINGKAS) dan didiskusikan pada: Diskusi Kelompok Terfokus yang dilaksanakan oleh Yayasan BUMI dengan dukungan pelaksanaan dari The Asia Foundation – SETAPAK 2. SAMARINDA Juni 2017

Transcript of KERTAS KEBIJAKAN YAYASAN BUMI #02/2017...

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI#02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKAGRARIADAN

LINGKUNGANHIDUPDIKALIMANTANTIMUR

Disusunoleh:

MuhammadFadli,M.Si.

dengankontribusidari:

AkhmadWijaya,M.P.,AspianNoor,S.Hut.(BIOMA),AdiSupriadi,M.Si.,RoniSandi,PoetryPratiwi,S.Hut.(YayasanBUMI),PanthomSidiPriyandoko,S.Hut.(iKonsultan–RINGKAS)

dandidiskusikanpada:

DiskusiKelompokTerfokusyangdilaksanakanolehYayasanBUMIdengandukunganpelaksanaandariTheAsiaFoundation–SETAPAK2.

SAMARINDAJuni2017

ii

DAFTARISI

DAFTARISI.........................................................................................................................ii

KATAPENGANTAR.............................................................................................................iii

RINGKASAN.......................................................................................................................iv

A. PENGANTAR...............................................................................................................1

B. TIPOLOGIKONFLIK......................................................................................................2

C. KESENJANGANKELEMBAGAANPENYELESAIANKONFLIK............................................41. KelembagaanPenyelesaianKonflikKehutanan.........................................................................4

2. KelembagaanPenyelesaianKonflikPerkebunan......................................................................10

3. KelembagaanPenyelesaianKonflikPertambangan.................................................................13

4. KelembagaanPenyelesaianKasusLingkunganHidup..............................................................13

5. KelembagaanPenyelesaianKonflikDiPemerintahanProvinsiKalimantanTimur...................15

D. GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIANKONFLIK..................................161. IdentifikasiDanPencegahanKonflik........................................................................................16

2. PenangananDanPenyelesaianKonflik....................................................................................18

3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik..............................................................................19

4. OrganisasiResolusiPenyelesaianKonflik.................................................................................19

E. REKOMENDASI..........................................................................................................21

BAHANBACAAN...............................................................................................................23

ii i

KATAPENGANTAR

Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan

penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).

ReformaAgraria bertujuanpula untukmencegah konflik agraria tidak terjadi lagi.Melihat

bentuk, corak dan penyebab konflik agraria selama ini,maka penyelesaian konflik agraria

dapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial

(negosiasi, mediasi dan arbitrase dan peradilan adat), penyelesaian konflik melalui quasi

yudisial (komisi khusus penyelesaian konflik agraria, dan penyelesaian konflik melalui

peradilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagrarian.

ProvinsiKalimantanTimurmasihmenyimpanragamkonfliklahanmaupunsektorkehutanan,

perkebunan dan pertambangan. Pun terhadap kasus-kasus pencemaran dan pengrusakan

lingkungan hidup. Ketika provinsi ini mendeklarasikan sebagai Kalimantan Timur Hijau,

dimana salah satu bagiannya adalah untuk menuntaskan konflik-konflik berkaitan

pengelolaankekayaanalam.

KertasKebijakanKelembagaanKonflikAgrariadanLingkunganHidupdiKalimantanTimurini

merupakaan analisi dari berbagai kebijakan ada di Kalimantan Timur untuk upaya

penyelesaianKonflikdisektorSumberdayaAlamdandidukungolehTheAsiaFoundationlewar

ProgramSETAPAKuntukperbaikan tatakelolahutandan lahan.Ucapanterimakasihkami

sampaikankepadasemuapihakbaikdaripemerintahandalamhaliniOPDterkaitSumberdaya

Alammaupunkawan-kawanCSOyangterlibatpanjangdalamrangkaiandiskusifokusuntuk

memberikanmasukkanterhadapkertaskebijakanini.

Semogatelaahinibisamembawaperubahanyangbaikuntukpenyelesaiankonflikdisektor

sumberdayaalamdiKalimantanTimur

Samarinda,13Juni2017

YayasanBUMI

iv

RINGKASAN

Pemerintahtelahmenerbitkanragamperijinanperkebunan,kehutanandanpertambangan,

yangmelingkupihampirkeseluruhanwilayahKalimantanTimur.Setelahnya,terjadilahkonflik

baik diantara perijinan maupun antara perijinan dengan masyarakat. Badan Pertanahan

Nasional (BPN)Kaltimmencatatsetidaknya terdapat742kasus tumpang tindih lahanyang

tercatat.SementaraAMANKaltimmencatat12kasuskonflikagraria(2017),JATAMKaltim

telahmerilis ada26kasuskonflikpertambanganyang telahdimonitoringdandi advokasi

sepanjangDesember2015hinggasaatini

Upayauntukmenyelesaikan konflik agrariadan lingkunganhidupdi Kaltimhingga saat ini

masihberlangsungdenganmenyelesaikansatupersatukasusdanberdasarkanpengaduan

dari pihak yangberkonflik. Belumada satumekanisme yang terbukadan akuntabel, serta

menyelesaikan sengketa hingga tuntas, yang dibangun oleh pemerintah provinsi,maupun

ditawarkan masyarakat sipil, dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi, utamanya

berkaitandengankonflikperizinandenganwarga.

PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapan

KawasanHutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisianDaerahKaltimuntukPencegahan,

PenanganandanPenyelesaianTumpangTindihPerizinanPenggunaan LahandanatauHak

AtasTanahdiwilayahProvinsiKaltim,pada25Januari2013,melaluiKesepakatanBersama

Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan

PKS.45/BPKH/IV/2013.Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawal tahun2018 ini

belummenghasilkanhal-halyanglebihkonkritdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.

Dalamkurunyang tersisa ini,maka sudah selayaknyaPemprovKaltim, sebagaipihakyang

memimpin kesepakatan bersama ini untuk dapatmewujudkan kelembagaan penyelesaian

konflik,yangakanlebihbaikbilamelibatkanparapihak,utamanyaakademisidanorganisasi

masyarakatadat,didalamtimyangdibentuk.

Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan

penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).

ReformaAgrariabertujuanpulauntukmencegahkonflikagrariatidakterjadilagi.Mekanisme

resolusipenyelesaiankonflikdapatdiklasifikasikankedalamtahapan,yaitu:identifikasidan

pencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.

Dalam upaya penyelesaikan konflik agraria di Kaltim, maka perlu dilakukan langkah oleh

PemerintahProvinsiKalimantanTimurberupa:

1. Segera menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

denganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasional

Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor

110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan

PKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25 Januari2013,melaluipembentukanTimPenyelesaian

Konflik, yang setidaknya dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dengan beranggotakan para

pihak,termasukdidalamnyaorganisasimasyarakatadat.

2. Melaksanakanprosesidentifikasidaninventarisasikonflikdengandisertaidisediakannya

pos pelaporan konflik padamasing-masingOrganisasi PerangkatDaerah (OPD) terkait,

v

setidaknyaDinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunandanDinasEnergi

danSumberDayaMineral.

3. Melakukan koordinasi dan memberikan arahan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

untuk membentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria dan Lingkungan HIdup di tingkat

Kabupaten/Kota,untukpenyelesaiankonflikyangsesuaidengankewenangannya.

4. Menyiapkan pedoman umum dan petunjuk teknis penyelesaian konflik agraria dan

lingkungan hidup, yang dibangun bersama-sama dengan para pihak, dengan

memperhatikanperaturanperundang-undangandanreferensipenyelesaiankonflikyang

telahada.

5. Melakukanupayapenyelesaiankonfliksecaraterbukadanmelibatkanparaahlidengan

menghormatihakmasyarakatadatdanhakasasimanusia,disertaidenganpemberitahuan

kepadapublikhasilkesepakatanpenyelesaiankonflik.

Selainitu,bagikelompokmasyarakatsipildanorganisasimasyarakatadat,direkomendasikan

untukmelakukan:

1. Melakukanidentifikasikonflikagrariadanlingkunganhidup,yangdisertaidenganusulan

mekanismepenyelesaianyangditawarkandaninformasispasial.

2. Menguatkanpengetahuan,keahliandankelembagaanwargadalamupayapenyelesaian

konflik.

3. Mendukung masyarakat adat dalam melengkapi kebutuhan pengusulan pengakuan

wilayah masyarakat adat kepada negara berdasarlan peraturan perundang-undangan

yangadasaatinidansesuaidengankapasitasyangdimiliki.

4. Menempatkan upaya perhutanan sosial sebagai salah satu opsi penyelesaian konflik

kehutanan.

5. Membangun pos pengaduan kasus yang terpadu dan terintegrasi antar organisasi

masyarakatsipil.

1

KELEMBAGAAN KONFLIK AGRARIA DAN

LINGKUNGAN HIDUP DI KALIMANTAN TIMUR KERTAS KEBIJAKAN YAYASAN BUMI #02/2017

A. PENGANTAR

“KantorStafPresidenmenyatakanadalebihdari2.600kasuskonflikperkebunan

padatahun2016danKomnasHAMmenyatakanterdapat2.400pengaduanterkait

sengketatanah.1”

Provinsi Kalimantan Timur termasuk salah satu provinsi yang menempatkan perkebunan

kelapa sawit sebagai komoditi prioritas dan andalan pembangunan daerah. DalamRPJMD

Kaltim2013-2018,PemprovKaltimmenargetkanpenambahanhingga1jutahektareperijinan

baruperkebunankelapasawit.DaridataDinasPerkebunanKaltim(2015)disebutkanbahwa

telahterdapat1,307jutahektareHGUPerkebunanKelapaSawit,2,5jutahektareIjinUsaha

Perkebunandan3,19jutahektareijinlokasi.Secarakeseluruhan,Kaltimmenempatkan3,29

jutahektarelahanuntukperkebunandidalampolaruangRTRWPKaltim.

Gambar1.PolaRuangPerkebunandanLuasLahanPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2015danRTRWKaltim

2016-2036)

Sementaradarisektorpertambangan,ditempatkan5,2jutahektarepolaruangpertambangan

didalamRTRWPKaltim.BerdasarkanJatamKaltim(2015),terdapat5.908.000hektare,terdiri

dari4,1 jutahektare IUPdan1,8 jutahektare IjinPKP2B.Diantaranyaterdapat IzinPinjam

Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk kegiatan pertambangan batubara (Maret 2014)

berjumlah 136 izin usaha pertambangan (IUP),meliputi IPPKH eksplorasi sejumlah 64 IUP

1KonflikLahanPerkebunanIndonesiaPalingTinggi,http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/418736-konflik-

lahan-perkebunan-indonesia-paling-tinggi.html

2

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

denganluasan288.642,56hadanIPPKHeksploitasisejumlah72IUPdenganluas104.456,95

hektare.2 Sedangkan berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jumlah Izin

UsahaPertambangan(IUP)se-Kaltimsebanyak959IUP,terdiridari IUPEksplorasi517unit

dengan luas 2.007.146,17 hektare dan IUP produksi sebanyak 442 unit dengan luas

925.619,333hektare.

Dalam industri kehutanan, terdapat 76 unit pemegang izin pemanfaatan hasil hutan alam

(IUPHHK-HA) seluas 4.920.042,80 ha, serta 44 Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan

Tanaman(IUPHHK-HT)yangtersebarpada6kabupatendenganluas1.665.170,00hektare.

“….kerugianberwujudyanglangsungdialamibisniskelapasawitakibatdarikonflik

sosialdapatmencapai2.500.000dolarAS.Kerugianbiayaterbesardisebabkan

hilangnyapendapatanoperasionalperkebunandanwaktukerjaparakaryawanyang

dialokasikanuntukmenanggulangikonfliksosialtersebut.”–DaemeterConsulting–

ConflictResolutionUnitIBCSD3.

BadanPertanahanNasional(BPN)Kaltimmencatatsetidaknyaterdapat742kasustumpang

tindihlahanyangtercatat4.SementaraAMANKaltimmencatat12kasuskonflikagraria(2017),

JATAMKaltimtelahmerilisada26kasuskonflikpertambanganyangtelahdimonitoringdan

di advokasi sepanjang Desember 2015 hingga saat ini5. Pemprov Kaltim sendiri telah

melakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasanHutanWilayah IV

(BPKH IV) KLHK dan Kepolisian Daerah Kaltim untuk Pencegahan, Penanganan dan

Penyelesaian Tumpang Tindih Perizinan Penggunaan Lahan dan atau Hak Atas Tanah di

wilayah Provinsi Kaltim, pada 25 Januari 2013, melalui Kesepakatan Bersama Nomor

110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.

Upayauntukmenyelesaikan konflik agrariadan lingkunganhidupdi Kaltimhingga saat ini

masihberlangsungdenganmenyelesaikansatupersatukasusdanberdasarkanpengaduan

dari pihak yangberkonflik. Belumada satumekanisme yang terbukadan akuntabel, serta

menyelesaikan sengketa hingga tuntas, yang dibangun oleh pemerintah provinsi,maupun

ditawarkan masyarakat sipil, dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi, utamanya

berkaitandengankonflikperizinandenganwarga.

B. TIPOLOGIKONFLIK

Konflikagrariayang terjadidi Indonesiamemiliki tipologiyangcenderungsama,walaupun

detail konflik akan menjadi berbeda, karena Kaltim memiliki sejarah sosial-budaya yang

berbeda dibandingkan bentang kawasan lain di Kalimantan. Zakaria, R.Y. dan P. Iswari6

2AntaraKaltim.27Februari2015.MencermatiMoratoriumPertambanganKaltim.

http://kaltim.antaranews.com/berita/24171/mencermati-moratorium-pertambangan-kaltim3TheCostofConflictInOilPalmInIndonesia,http://conflictresolutionunit.id/id/activities/research/detail/1

4AntaraKaltim.26Januari2013.TanganiMasalahTumpangTindihPerizinanLahandiKaltim.

http://www.antarakaltim.com/berita/11683/tangani-masalah-tumpang-tindih-perizinan-lahan-di-kaltim;KaltimPost.31

Mei2014.BPN:KonsesiLuaskarenaTumpangTindihLahan.http://kaltim.prokal.co/read/news/76809-bpn-konsesi-luas-

karena-tumpang-tindih-lahan5MinutesofMeetingCSOKaltim.DiskusiTematik:MendorongLahirnyaKelembagaanPenangananKonflikdiTingkat

ProvinsiKaltim.Balikpapan,11April20176Zakaria,R.Y.danP.Iswari.LaporanHasilAssessmentPelembagaanMekanismePenyelesaianSengketaDiKalimantan

Tengah.SamdhanaInstitutedanKemitraan.Hal.27-28.

3

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

menyebutkan bahwa terdapat 26 bentuk sengketa agraria yang dicatat oleh Kantor

PertanahanKalteng,yangdapatdikelompokkanterkaittatakuasa,tatagunadantatausaha.

Kementerian Pertanian7 juga melakukan identifikasi tipologi gangguan usaha dan konflik

perkebunanmeliputikaitannyadengankepemilikandanperizinanlahan,berkaitankehutanan

dan hal-hal yang berkaitan non-lahan. Sementara Badan Pertanahan Nasional BPN

mengklasifikasikankonflikpertanahankedalam8kelompok8,yaitupenguasaandanpemilikan

tanah, penetapan hak dan pendaftaran tanah, batas atau letak bidang tanah, pengadaan

tanah, tanah obyek landreform, tuntutan ganti rugi tanah partikelir, tanah ulayat, dan

pelaksanaanputusanpengadilan.

Meri Persch-Orth dan EstherMwangi (2016) menyebutkan penyebab konflik utama ialah

perampasan lahan (landgrabbing) (84%),dimana sebagianbesar konflikumumnya terkait

padatenurial lahandanketidakadilanpembagianmanfaat.Lebihdetaildisebutkan,konflik

disebabkanoleh:perampasan lahan, kurangatau tidak lengkapnyapersetujuanatasdasar

informasi awal tanpa paksaan (FPIC), dihiraukannya klaim hak adat, dan perusakan

pepohonandantanamanpangan,tidakmemadainyakompensasi,pembagianmanfaatdan

kegagalan untuk merealisasikan janji-janji, serta polusi terutama di masyarakat yang

bergantungpadasungailokaluntukmencuci,memasakdanmemancing9.

Gambar2.PenyebabKonflikdiPerkebunan(MeriPersch-OrthdanEstherMwangi,2016)

Dari ragam kajian, konflik dapat dilihat dari aktor yang berkonflik, status hukum obyek

sengketa,baiksecaraperaturanperundang-undanganmaupunsosio-kultur,dankepentingan

actor,baikdarisisikebutuhandankeinginan.

http://www.academia.edu/3501996/Pelembagaan_Mekanisme_Penyelesaian_Sengketa_Agraria_di_Kalimantan_Tengah_-

_Kajian_Awal7BerdasarkanPedomanTeknisPenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016.DirekturJenderal

PerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.8Sumarto,SH,M.Eng.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWinSolutionOleh

BadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahanNasionalRI.

http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdfdan

http://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan9MeriPersch-OrthdanEstherMwangi.2016.Konflikperusahaan-masyarakatdisektorperkebunanindustriIndonesia.No.

144,Juni201610.17528/cifor/006144.CIFOR,Bogor.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/infobrief/6144-

infobrief.pdf

4

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar3.TipologiKonflik:Aktor,ObyekdanSikap-Perilaku

Makauntukmenyelesaikankonflik,harusmemperolehgambaranlebihdetailterkaittipologi

konflik,meliputiaktor,historisosio-kulturdanstatushukumobyekkonflik.Namunsebagian

besarkonflikyangdidominasiolehhakatastanah,makaupaya-upayapencegahan,melalui

ragammetodologi,dapatmenjadipilihandidalammengurangikonflikyangterjadi.

C. KESENJANGANKELEMBAGAANPENYELESAIAN

KONFLIK

1. KelembagaanPenyelesaianKonflikKehutanan

Konflik kehutanan merupakan konflik yang banyak terjadi di era sebelum reformasi dan

otonomidaerah,sertamasihberlanjuthinggasaatini.Berbagaigagasanpernahdilontarkan,

seiringdengankehadiranUUNo.41tahun1999tentangKehutanandanlahirnyaKetetapan

MPRNo.IX/2001tentangPembaruanAgrariadanPengelolaanSumberDayaAlam,punhingga

dibentuknyaKomisiNasionaluntukPenyelesaianKonflikAgraria(KNUPKA).

Saat ini, Kementerian Kehutanan, yang menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan,telahmelihatkonfliksebagaisebuahpermasalahanpentinguntukdiselesaikan.

YasmidanDhiaulhaq (2012)menyebutkanbeberapahal yangmenjadi penyebab langsung

timbulnya konflik hutan di Asia, diantaranya adalah pengrusakan lahan milik masyarakat

(kebun, makam, pepohonan), polusi, kurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat lokal,

serta kurangnya konsultasi dengan masyarakat. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh

sengketatenurialantaratanahnegaradanhakulayat,buruknyakoordinasiantaralembaga-

lembaga pemerintah, serta kebijakan konservasi dan pembangunan yang mengakibatkan

terusirnyamasyarakatlokal.10Sebelumnya,Wulan,dkk(2004)menyebutkandari359kasus

konflikyangberhasildicatat,39%diantaranyaterjadidiarealHTI,34%dikawasankonservasi

10Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.WartaTenureIEdisi10tahun

2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf

5

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

(termasuk hutan lindung dan taman nasional), dan 27% di areal HPH.11 Dengan adanya

perundang-undangan baru terkait Desa (UU No. 6/2014 tentang Desa), maka dalam

penyelesaiankonflikkehutanan,setidaknyaakanmelibatkantigainstitusi,yaituKementerian

KehutanandanLingkunganHidup,KementerianDalamNegeridanKementerianAgrariadan

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi No.

35/PUU-X/2012 terkait kedudukan hutan adat, juga memberikan pengaruh terhadap

pengubahanstatushutansaatini,denganmemisahkanantarahutanadatdanhutannegara.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun telah menerbitkan Peraturan Menteri

LingkunganHidupdanKehutananNo.P.84/Menlhk-Setjen/2015tentangPenangananKonflik

Tenurial Kawasan Hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam

pengurusanhutanyangberkelanjutan.PermenLHKinimengaturpenanganan,penyelesaian

danpengawasanpelaksanaanpenyelesaiankonfliktenurialkawasanhutan.Mekanismeyang

ditawarkanaturaniniadalahmelaluipermohonanpenangangankonfliktenurial.

Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan membentuk Tim Independen

Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Hutan (TIPKTKH), dengan beranggotakan ahli

antropologi, hukum,dan/atau sosial kemasyarakatan. Selain itu, jugadibentukTimAsesor

PenangananKonflikTenurialKehutanan(TAPKTH),yangbertugasuntukmelakukanasesmen

konflik tenurial. Metoda penyelesaian konflik tenurial kehutanan yang ditawarkan adalah

mediasi,perhutanansosial,ataupenegakanhukum.

Gambar4.DiagramAlurPenangananKonflikTenurialKawasanHutan

Terdapat 2 (dua) peraturan teknis berkaitan dengan PermenLHK tersebut, yaitu: Perdirjen

PSKLNo.P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurial

Kawasan Hutan dan Perdirjen PSKL No. P.6/PSKL/SET/PSL.1/5/2016 tentang Pedoman

AsesmenKonflikTenurialKawasanHutan.

Dalammelakukanpemantauankonflikkehutanan,jugatelahditerbitkanPeraturanDirektur

Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No. P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016 tentang

PedomanPemetaanPotensi danResolusi Konflik padaPemegang IzinUsahaPemanfaatan

Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Produksi. Perdirjen PHPL ini berkaitan dengan

11Wulan,Y.C.,dkk,.2004.AnalisisKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997-2003,hal.8.CIFOR,Bogor.

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf

6

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

pencapaian pengelolaan hutan produksi lestari yang mengamanatkan adanya proses

pemetaanpotensikonflikdanupayapenyelesaiannyadilakukansecarasistematisdanterukur

agarmemperolehhasilyangoptimaldanefektif.

Terdapat 5 kriteria dalam pemetaan potensi konflik, yaitu: (1) Karakteristik perusahaan

pemegangIUPHHK;(2)KegiatanmasyarakatdiarealIUPHHKyangberpotensimenimbulkan

konflik;(3)KeberadaanklaimmasyarakatdesahutandidalamarealIUPHHKyangberpotensi

menimbulkankonflik; (4)Aspekkonflik sosial,dan; (5)Kelembagaandesadankeberadaan

tokohmasyarakat. Hasil pemetaan potensi konflik dan resolusi konflik dilaporkan kepada

Dinas Kehutanan dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi

Lestari dan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi, setiap 6 (enam) bulan.

Pendekatanresolusikonflikyangdigunakandidalampedomantersebutadalahmekanisme

legal atau jalur hukum formal, resolusi konflikmelaluimekanisme penyelesaian alternatif

(alternativedisputeresolution),ataupendekatankesejahteraan.

Hampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutananadalahterkaitdengan

kepastian tenurial12. Soal tenurial iniberkaitaneratdenganPutusanMahkamahKonstitusi

nomor45/PUU-IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yang

diterbitkanpada tanggal 21 Februari 2012danPutusanMKNomor 35/2012 terkait hutan

adat13.Namun statistik kehutananmenunjukkan bahwapenetapan kawasan hutan hingga

saatinibelummenujusebagianbesarkawasanhutan.WalaupunsudahterdapatPeraturan

MenteriKehutananRepublikIndonesiaNomorP.19/Menhut-II/2011tentangPenataanBatas

ArealKerjaIzinPemanfaatanHutandanPeraturanMenteriKehutananNomorP.47/Menhut-

II/2010tentangPanitiaTataBatasKawasanHutan.

12BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.

Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial

(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakatSipiluntukReformasiTenurial.

http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-

09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.

2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengahKemandeganInisiatifdiTingkat

Nasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandiIndonesia,

http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf;Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.

Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997–2003.CenterforInternationalForestry

Research.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf13Pasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutananberubahmenjadi“Kawasanhutanadalahwilayahtertentuyang

ditunjukdanatauditetapkanolehpemerintahuntukdipertahankankeberadaannyasebagaihutantetap”(PUUMKNo.

45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberada

dalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).

7

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar5.PetaPenetapanKawasanHutanKalimantan(KLHK,2015)

Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.44/Menhut-II/2012

tentang Pengukuhan Kawasan Hutan menyebutkan bahwa pengukuhan kawasan hutan

adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan.

KawasanhutanyangtelahditatabatastemugelangditetapkandenganKeputusanMenteri.

Dalamupaya tersebut,maka penting tetapmemperhatikan kepemilikan lahandi kawasan

yangakanditetapkan,yangmemerlukanbukti,yangterdiridaribuktiyangberbentuktertulis

atautidaktertulis.Pembuktianhak-haksecaratertulisditunjukkandenganadanyabuktiyang

diperolehsebelumpenunjukankawasanhutanberupa:

a. hakmilik;

b. hakgunausaha;

c. hakgunabangunan;

d. hakpakai;dan

e. hakpengelolaan.

f. hakeigendom,opstal,erfpacht.

g. petukpajakbumi/landrente,girik,pipil,kekitir,VerpondingIndonesiadan

alashakyangdipersamakandenganitu;

h. suratketeranganriwayattanahyangpernahdibuatolehKantorPelayanan

PajakBumidanBangunan;ataulain-lainbentukalatpembuktiantertulisdengannama

apapunjugasebagaimanadimaksuddalamPasalII,PasalVIdanPasalVIIKetentuan-

Ketentuan Konversi Undang-Undang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang

disertai klarifikasi dari instansi yangmembidangi urusanpertanahan sesuai dengan

kewenangannya.

Pembuktiansecaratidaktertulisdenganketentuan:

a. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialyangberdasarkansejarahkeberadaannya

sudahadasebelumpenunjukankawasanhutan;

8

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

b. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdalamdesa/kampungyangberdasarkan

sejarahkeberadaannyaadasetelahpenunjukankawasanhutandapatdikeluarkandari

kawasanhutandengankriteria:

1) TelahditetapkandalamPerda,dan

2) TercatatpadastatistikDesa/Kecamatan,dan

3) Pendudukdiatas10(sepuluh)KKdanterdiridariminimal10(sepuluh)rumah.

c. Keberadaan permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial didukung dengan citra

penginderaan jauhresolusimenengahsampai tinggidanmenjadibagianyangtidak

terpisahkandalamBeritaAcaraTataBatas.

Sementara itu, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia, Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik

Indonesia,danKepalaBadanPertanahanNasionalRepublikIndonesiaNomor79Tahun2014,

PB.3/MENHUT-II/2014, 17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian

Penguasaan Tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk

pembentukanTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah

(IP4T)di tingkatkabupaten/kotadanprovinsi.TimterdiridariBadanPertanahanNasional,

Organisasi Perangkat Daerah Kehutanan, OPD Pertanahan, OPD Tata Ruang, Camat dan

Lurah/KepalaDesa.Timinidiantaranyabertugasuntukmelakukanpenerimaanpengaduan,

pendataan, analisis dan memberikan rekomendasi. Hasil pengolahan dan analisis dibahas

dalamrapatTim IP4T.SelanjutnyaTim IP4Tmemutuskandalambentukrekomendasiyang

berisi:

a. bidangtanahyangdapatditeruskanpermohonannyamelaluipenegasan/pengakuanhak.

b. bidangtanahdapatdiberikanhakatastanahdalamrangkareformaagraria/redistribusi

tanah.

c. bidangtanahdapatdiberikanhakhutankemasyarakatan.

SelainitujugatelahadaPeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016

tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan

Masyarakat yang Berada dalam Kawasan Tertentu, namun kedua peraturan ini masih

memposisikanTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah

(IP4T) sebagai Tim yang pasif dalam menerima pendaftaran permohonan IP4T, hingga

melakukan verifikasi, pendataan lapangan, analisis dan pengusulan pengubahan kawasan

hutan.

9

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar6.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan

PermenLHK Nomor P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan

PelimpahanSebagianUrusanPemerintahanBidangLingkunganHidupDanKehutananTahun

2017 Yang Dilimpahkan Kepada Gubernur Selaku Wakil Pemerintah, mendelegasikan

pembentukan Desk Penanganan Konflik di Daerah, yang dimaksudkan untuk

menginformasikandanmendiskusikankondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdan

parapihakdidaerah.RuanglingkupkegiatanDeskPenangananKonflikdidaerahyaitukonflik

tenurialdanpenyelesaianmasalahmasyarakathukumadat.Namunsampaisaatinibelumada

dibentukDeskPenangananKonflikdiKaltim.

Secarakhusus,MenteriLingkunganHidupdanKehutananmenerbitkanSuratEdaranNomor:

SE.1/Menlhk-II/2015 Tentang Penanganan Kasus-Kasus Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

tanggal 4 Maret 2015, yang salah satu bagiannya adalah memerintahkan kepada para

pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam/Hutan

Tanaman/Restorasi Ekosistem (IUPHHK–HA/HT/RE), pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan

Hutan(IPPKH)danPerumPerhutaniuntukMemetakandiarealkerjanyasetiapklaimsengketa

lahanhutanyangadadalammasyarakatadat/masyarakatsetempatdanmenyusunStandard

Operational(SOP)penyelesaiannyadenganprinsipGoodCorporateGovernance (GCG),dan

melaporkanRencanaAksitersebutkepadaMenteriLingkunganHidupdanKehutanan.

10

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

2. KelembagaanPenyelesaianKonflikPerkebunan

DinasPerkebunanKaltimmencatat89kasustersebut,62%merupakankasus lahanseperti

tumpang tindih perizinan, okupasi lahan, tanah adat dan sebagainya, sedangkan 38%

merupakan kasus non lahan meliputi tuntutan plasma, ganti rugi dan penolakan oleh

masyarakat14.Ditahun2016,tedapat47kasus,dimana34%terkaitkasusnon-lahandan66%

terkaitkasuslahan15.

142015,Terjadi89KasusGangguanUsahaPerkebunandiKaltim,http://disbun.kaltimprov.go.id/berita-881-2015-terjadi-

89-kasus-gangguan-usaha-perkebunan-di-kaltim.html15BerdasarkanDataRekapitulasiGangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunanProvinsiKalimantanTimurbulan

Oktober2016,DisbunKaltim.

Kotak1.KonflikLongIsundanPTKemakmuranBerkahTimber(KBT)

MasyarakatKampungLongIsun,KecamatanLongPahangai,KabupatenMahakamUlu

hingga Desember 2016 masih belum memperoleh kepastian batas kampung yang

berkonflik dengan PT KemakmuranBerkah Timber. SejakOktober 2011,masyarakat

telah melakukan respon terhadap keberadaan perijinan PT KBT, yang diterbitkan

berdasarkanKeputusanMenteriSK.217/MENHUT-II/2008tanggal9Juni2008dengan

luasareal82.810hektaree.ResponmasyarakatiniberkaitandenganterbitnyaSKBupati

KubarNomor136.146-3/K.917/2011tentangtapalbataskampung.

Upayadialogtelahdilakukanolehmasyarakatmelalui lembagaadatdanpemerintah

kampung, namun upaya ini juga direspon oleh Polres Kutai Barat yang melakukan

pemanggilanKepalaAdat,PetinggiKampungdantokohpemuda(TekwanYeq),sebagai

saksi tindak pidana berkaitan pasal 368 subsidair Pasal 335 (1) KUHP. Tekwan Yeq

kemudianditetapkansebagai tersangka,dimanakemudiantuduhanpidanaterhadap

Tekwantidakdapatdibuktikan.

Kampung Long Isun,melalui lembaga adat telahmelakukan penegasan patok batas

kampungpadabulanMei2013.PunpadaJuli2014,StafKhususKepresidenanbidang

PerubahanIklimtelahdatingkeKampungLongIsun,yangmerupakantindaklanjutatas

suratyangdikirimkanolehmasyarakatterkaitpelanggaranadatpengambilankayudi

dalamwilayahLongIsunyangdilakukanolehPTKBT.Hingga8Desember2016,konflik

terkait tapal batas kampung dan perusahaan masih terjadi, yang disertai dengan

pemaksaan(intimidasi)perusahaankepadapemerintahankampunguntukmenyetujui

bataswilayahyangditawarkanolehPTKBT.

Sumber:KronologiKampungLongIsundenganPTKemakuranBerkahTimber(KBT),http://www.mongabay.co.id/wp-

content/uploads/2014/09/Kronologi-Kampung-Long-Isun-Vs-PT-Kemakmuran-Berkah-Timber.rtf ; KBT Diminta

Hentikan Intimidasi Terhadap Warga Mahakam Ulu, http://kaltim.antaranews.com/berita/35887/kbt-diminta-

hentikan-intimidasi-terhadap-warga-mahakam-ulu,SiaranPersKoalisiKemanusiaanuntukPemulihanKedaulatan

MasyarakatAdat,https://ronnychristianto.wordpress.com/2014/09/12/masyarakat-adat-long-isun-di-kriminalisasi-

roda-mas-group/,PetisiBebaskanTEKWANDariKonspirasiBisnisKayuBerkedokSertifikasiPT.KemakmuranBerkah

Timber (Roda Mas Group), https://www.change.org/p/kepolisian-resort-kutai-barat-bebaskan-tekwan-dari-

konspirasi-bisnis-kayu-berkedok-sertifikasi-pt-kemakmuran-berkah-timber-roda-mas-group

11

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar7.GangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2016)

Konflik terkait dengan lahan, dimungkinkan terjadi karena perijinan perkebunan yang

diberikantanpamemperhatikankondisitapak.Perijinanpadakomoditiperkebunaninipun

melaluiberagaminstansi.IjinlokasidanijinusahaperkebunandiberikanolehBupati/Walikota

danHakGunaUsahadiberikanolehBadanPertanahanNasional.

Gambar8.LuasPerijinanPerkebunanKalimantanTimur(DisbunKaltim,2017)

KarenanyaUUNo.18tahun2004tentangPerkebunandigantidenganUUNo.39tahun2014

dengan tujuanagardapatmemenuhiperubahanparadigmapenyelenggaraanPerkebunan,

menangani konflik sengketa Lahan Perkebunan, pembatasan penanaman modal asing,

kewajiban membangun dan menyiapkan sarana dan prasarana Perkebunan, izin Usaha

Perkebunan,sistemdatadan informasi,dansanksibagipejabat.Pasal55UUNo.39/2014

tentang Perkebunan menyebutkan bahwa “Setiap Orang secara tidak sah dilarang: (a)

mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Lahan Perkebunan; (b)

mengerjakan,menggunakan,menduduki,dan/ataumenguasaiTanahmasyarakatatauTanah

HakUlayatMasyarakatHukumAdatdenganmaksuduntukUsahaPerkebunan;(c)melakukan

penebangantanamandalamkawasanPerkebunan;atau(d)memanendan/ataumemungut

HasilPerkebunan.Bilamelanggarmakadapatdikenakansanksipidanapenjarapalinglama4

(empat)tahunataudendapalingbanyakRp4.000.000.000,00(empatmiliarrupiah)(Pasal107

UUNo.39/2014).

12

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Kotak2.KonflikPetaniMuaraJawadenganPTPerkebunanKaltimUtamaI(Toba

SejahteraGroup)

KehadiranperusahaanPT.PerkebunanKaltimUtama(PT.PKU)Idimulaisekitartahun

2005di3(tiga)kecamatandiKabupatenKutaiKartanegarayaituKecamatanMuaraJawa,

LoaJanan,danSanga-Sanga.Perusahaanhadirdenganmenggusurlahan-lahanproduktif

kelompoktanidansebagianberadadiarealperkampunganSungaiNangkaTelukDalam.

DenganmenggunakanIzinlokasiyangditerbitkanolehBupatiKutaiKartanegaranomor

10/DPtn/UM-10/V-2004,perusahaanmelakukanpenanamankelapasawittanpa

sosialisasidanpembebasantanahkepadakelompoktaniataupemiliklahan.

PTPKUIberkonflikdengan6kelompoktani(KelompokTani(KT)GotongRoyong,KT.

UntungTuahBersama,KT.SungaiMukun,KT.BerkahMulia,KT.TaniMajuBersama,KT.

TaniMandiri)di3Kecamatan.Luaslahan6kelompoktanitersebutadalah1.300,59ha.

Praktekpengambilanlahanyangdilakukanolehperusahaanadalahdengancara

melakukanpengrusakanterhadaptanamtumbuhkelompoktanidanmelakukan

penanamankelapasawitadalah“menanamdulu”,apabilapemiliklahanmelakukan

protesbarukemudiandilakukannegosiasi.

Masyarakatmerasatidakpernahmenjualataumelepaskantanahnya,dansurat-surat

masihdimilikimasyarakat,namunanehnyaHGUtetapditerbitkanBPN.Faktalain

berdasarputusanPTUNJakartaNomor:18/G/2011/PTUN/-JKTdanputusanNomor:

23/G/2011/PTUN-JKTyangmembatalkanSHGUdanHGUPerusahaanPT.PKUIdengan

HGUNomor75/HGU/BPNRI/2009.

Pada14Februari2017,GubernurKaltimdanBupatiKutaiKartanegaramemfasilitasi

pertemuanantarpihakuntukmenyelesaikankonflik,namuntidakadakesepakatan

diantarakeduabelahpihak,danGubernurKaltimmenyarankanuntukberunding

kembali,danbilatidakmenemuikesepakatandipersilahkanmenempuhjalurhukum.

GubernurKaltimjugamenyarankanuntukmerelokasiwargakelokasibaru.Sedangkan

BupatiKukarmenyarankankepadakelompktaniagarbuktikepemilihanlahansahdapat

diserahkankeBadanPertahananNasional(BPN)Kukaruntukditelitikebenarannya.

PTPKUImenyatakanbahwaputusanPTUNtelahdibatalkandenganKasasiMahkamah

Agungpadatahun2012.

Sumber:Jatam.21Januari2017.KembalikanTanahyangDirampasolehPT.PerkebunanKaltimUtamaI

(TobaSejahteraGroup)MilikLuhutBinsarPanjaitan(MenkoBidangKemaritiman)kepadaPetani.

https://www.jatam.org/2017/01/31/kembalikan-tanah-yang-dirampas-oleh-pt-perkebunan-kaltim-utama-

i-toba-sejahtera-group-milik-luhut-binsar-panjaitan-menko-bidang-kemaritiman-kepada-petani/;Kaltim

Post.14Februari2017.WOW,ADAAPAINI..?GubernurKritikPemkabKukar.

http://kaltim.prokal.co/read/news/291958-wow-ada-apa-ini-gubernur-kritik-pemkab-kukar.html;Warta

Kaltim.16Februari2017.AtasiSengketaLahan,RitaMintaWargaSerahkanBuktiSertifikatSahkeBPN

Kukar.https://www.wartakaltim.co/2017/02/16/atasi-sengketa-lahan-rita-minta-warga-serahkan-bukti-

sah-ke-bpn-kukar/;TribunKaltim.15Februari2017.PTPKUISebutLahanMerekaLegal.

http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/15/pt-pku-i-sebut-lahan-mereka-legal;MongabayIndonesia.6

Februari2017.KetikaKonflikLahanWargaKutaiKartanegaradenganPerusahaanSawitMilikLuhut

Berlarut-larut.http://www.mongabay.co.id/2017/02/06/ketika-konflik-lahan-warga-kutai-kartanegara-

dengan-perusahaan-sawit-milik-luhut-berlarut-larut/

13

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

PutusanMahkamahKonstitusiNo.138/PUU-XIII/2015yangdiantaranyamenetapkanbunyi

Pasal42UUNo.39/2014diubahmenjadi“KegiatanusahabudidayaTanamanPerkebunan

dan/atauusahaPengolahanHasilPerkebunansebagaimanadimaksuddalamPasal41ayat(1)

hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan apabila telahmendapatkan hak atas

tanah dan izin Usaha Perkebunan”, telahmenempatkan kewajiban penyelesaian hak atas

tanah bagi usaha perkebunan sebelummelakukan tahapan pembangunan kebun. UUNo.

39/2014 ini juga diperkuat untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat adat.

Walaupunkemudian tidakadapengaturanspesifik terkaitpenanganankonflikperkebunan

dalamundang-undangini.

3. KelembagaanPenyelesaianKonflikPertambangan

Pasal 134 – 138 UU No. 4/2009 tentang PertambanganMineral dan Batubaral mengatur

secarakhususterkaitdenganhakatastanahdariWilayahIzinUsahaPertambangan(WIUP)

danIzinUsahaPertambangan(IUP).PenggunaanlahanuntukWIUPdanIUP,secarakhusus

akanmengikutiperaturanperundang-undanganyangada,utamanyaterkaitagraria.

Punterhadaphaksosialwarga,terdapatPeraturanMenteriESDMNo.41tahun2016tentang

PengembangandanPemberdayaanMasyarakat (PPM)padakegiatanUsahaPertambangan

MineraldanBatubara.GubernurdanBadanUsahaPertambangan(BUP)memilikikewajiban

menyusun cetak biru PPM, dimana bila tidak dipenuhi oleh BUP dapat diberikan sanksi

peringatan, penghentian sementara, hingga pencabutan IUP. Usulan masyarakat dapat

dilakukanmelaluiGubernurkepadaBUP.

Berkaitandengantindakanyangmenyebabkanterjadinyapencemarandan/atauperusakan

lingkunganhidup,makamengikutiperaturanperundang-undanganlingkunganhidup.

Secaralebihumum,MenteriESDMtelahmenerbitkanPeraturanMenteriEnergidanSumber

Daya Mineral No.43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha

PertambanganMineraldanBatuBara,tanggal30Desember2015.

Skemapenyelesaian konflik pada sektor ini, belum tersedia secara khususpadaperaturan

perundangansektor,sehinggamenggunakanperaturanperundanganlainnya,yangberkaitan

dengankonflikagrariadanlingkunganhidup.

4. KelembagaanPenyelesaianKasusLingkunganHidup

Pasal 65(5) UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

memberikanhakbagisetiapwargauntukmelakukanpengaduanakibatdugaanpencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup, serta dilindugi dari tuntutan sebagaimana tersebut

dalamPasal66,“Setiaporangyangmemperjuangkanhakataslingkunganhidupyangbaikdan

sehattidakdapatdituntutsecarapidanamaupundigugatsecaraperdata.16”Sebagaipedoman

pelaksanaannya,diterbitkanPeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor09Tahun

2010TentangTataCaraPengaduanDanPenangananPengaduanAkibatDugaanPencemaran

Dan/AtauPerusakanLingkunganHidup.

16Dijelaskanbahwa“Ketentuaninidimaksudkanuntukmelindungikorbandan/ataupelaporyangmenempuhcarahukum

akibatpencemarandan/atauperusakanlingkunganhidup.Perlindunganinidimaksudkanuntukmencegahtindakan

pembalasandariterlapormelaluipemidanaandan/ataugugatanperdatadengantetapmemperhatikankemandirian

peradilan.”

14

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar9.SkemaPengaduandanPenangananPengaduanDugaanPencemarandan/atauPerusakanLingkunganHidup

Dalamimplementasinya,MenteriLingkunganHIdupmembentukTimPenangananPengaduan

Kasus-KasusLingkunganHidupdanKehutanan.TimdibentukberdasarkanSuratKeputusan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 24/Menhut-II/2015 tanggal 15 Januari

2015,yangterdiridaripenanggungjawab,panelpengarahdanpelaksanateknisyangdiketuai

olehDeputiV LingkunganHidup.Panelpengarah terdiri dari SekjenKehutanan, Sekretaris

Menteri LIngkungan HIdup, HuMa, Walhi, AMAN, Sajogyo Institute, Ecosoc, Epistema

Institute,GreenPeaceIndonesia,danPH&HPublicPolicyInterestGroupdanDrSuryoAdi

Wibowo. Tim ini sendiri memiliki tugas: (1) menampung dan menganalisis kasus-kasus

lingkunganhidupdankehutananyangdisampaikanolehmasyarakat;(2)menyiapkanlangkah-

langkahpenanganankasus-kasuslingkunganhidupdankehutanan;(3)melakukankomunikasi

dari stake holder terkait dengan kasus-kasus lingkungan hidup dan kehutanan; (4)

menghasilkanrumusankerjadalambentukoutputlangkahnya,regulasi,operasional,rencana

kerjapenanganankasus.17

Di Kaltim, Pos Pengaduan dan Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Pos-

P3SLH)ProvinsiKalimantanTimurdibentukdenganSuratKeputusanGubernurKalimantan

TimurNomor 660.1/K.281/2008 tanggal 21Mei 2008.Hal serupa juga dibentuk di tingkat

kabupaten/kota.Sepanjang2012-2016terdapat22-37kasusyangdiadukankeBLHProvinsi

Kaltim,denganjumlahyangdiselesaikanantara6-23kasus.

17HumasKementerianLHK.17Januari2015.KementerianLHKBentukTimPengaduanKasus-KasusLingkunganHidupdan

Kehutanan.http://setkab.go.id/kementerian-lhk-bentuk-tim-pengaduan-kasus-kasus-lingkungan-hidup-dan-kehutanan/

15

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar10.JumlahPengaduandanKasusyangSelesaipadaPosPengaduanPencemarandanPerusakanLingkunganHidup

Kaltim(BLH,2017)

5. KelembagaanPenyelesaianKonflikDiPemerintahanProvinsiKalimantanTimur

Pemprov Kaltim telah menandatangani Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi

Kalimantan Timur dengan Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Kantor Wilayah Badan

PertanahanNasional Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan KawasanHutanWilayah IV

Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan

PKS.45/BPKH/IV/2013 tanggal 25 Januari 2013. Sampai dengan saat ini, belum ada tindak

lanjutataskesepakatanbersamatersebut.Didalamnaskahkesepakatanbersama,disebutkan

bahwakesepakatantersebutdimaksudkanuntuk:

1. Membentuk tim terpadu pada tingkat Provinsi untuk mencegah, menangani dan

menyelesaikanpermasalahan tumpeng tindih perijinanpenggunaan lahandana tauha

katastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.

2. Sinkronisasidanverifikasidataantarinstansi.

3. Mewujudkansituasikeamanandanketertibanmasyarakatsertaikliminvestasiyangaman

dankondusifdiwilayahProvinsiKalimantanTimur

Sedangkanyangmenjaditujuankesepakatanbersamaadalah:

1. Terbentuknya Tim Terpadu dalam rangka pencegahan, penangahan dan penyelesaian

permasalahan timpang tindih perijinan penggunaan lahan dan atau hak atas tanah di

wilayahProvinsiKalimantanTimur.

2. Melaksanakanpembinaankepadaseluruhelemenmasyarakatdalamrangkapencegahan

terjadinyatumpengtindihperijinanpenggunaanlahandanatauhakatastanahdiwilayah

ProvinsiKalimantanTimur.

3. Menyelesaikanpermasalahantumpangtindihperijinanpenggunaanlahandanhakatas

tanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.

Kesepakatan bersama ini telah menyebutkan perihal pencegahan, pertukaran data dan

informasi, penanganan dan penyelesaian (mediasi), penegakan hukum, pembiayaan, serta

16

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

monitoringdanevaluasi.Disebutkanjugamengenaiadanyarapatkoordinasisecaraberkala

atau sesuai dengan kebutuhan, sertamelakukan sinkronisasi datadan informasi perijinan.

Lebih lanjut disebutkan berkaitan dengan inventarisasi dan identifikasi permasalahan

tumpang tindih perijinan dan dibukanya ruang bagi para pihak yang bermasalah dalam

tumpangtindihperijinanpenggunaanlahanataupunhakatastanah.Namuntidakadatindak

lanjut yang dilakukan, baik oleh Sekretariat Daerah maupun OPD Pemprov Kaltim dalam

menindaklanjutikesepakatanbersamaini.BahkanBPNdanBPKHWilayahIVbelummemiliki

informasiyangmemadaiterkaitdengankesepakatanbersamaini.Punterhadapkeberadaan

PerjanjianKerjasama,yangdisebutkanakandiselesaikandalamwaktu3 (tiga)bulanpasca

penandatanganankesepakatan,belumdilakukan.

Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawaltahun2018inibelummenghasilkanhal-

halyanglebihkonkritdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.Dalamkurunyangtersisa

ini, maka sudah selayaknya Pemprov Kaltim, sebagai pihak yang memimpin kesepakatan

bersamainiuntukdapatmewujudkankelembagaanpenyelesaiankonflik,yangakanlebihbaik

bilamelibatkanparapihak,utamanyaakademisidanorganisasimasyarakatadat,didalamtim

yangdibentuk.

D. GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIAN

KONFLIK

Penyelesaian konflik agraria tidak bisa terlepas dari keharusan pemerintah melakukan

penataan ulang pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah (reforma agraria).

ReformaAgraria bertujuanpula untukmencegah konflik agraria tidak terjadi lagi.Melihat

bentuk, corak dan penyebab konflik agraria selama ini,maka penyelesaian konflik agraria

dapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial

(negosiasi, mediasi dan arbitrase dan peradilan adat), penyelesaian konflik melalui quasi

yudisial (komisi khusus penyelesaian konflik agraria, dan penyelesaian konflik melalui

peradilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagraria18.

Mekanisme resolusi penyelesaian konflik dapat diklasifikasikan ke dalam tahapan, yaitu:

identifikasi dan pencegahan, penanganan dan penyelesaian, pemulihan dan pemantauan

pascakonflik.

1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik

Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:

1. Pemetaanpotensikonflik

18Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.EpistemaInstitute.

http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf

Identifikasidan

Pencegahan

Konflik

Penanganandan

Penyelesaian

Konflik

Pemulihandan

Pemantauan

Pasca-Konflik

17

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

a. Identifikasipotensikonflik

b. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflik

c. Verifikasidanvalidasi

d. Penentuanprioritaspenanganankonflik

2. Sosialisasidanpenyuluhan

a. Sosialisasi batas kawasan hutan dan perizinan, termasuk penggunaan,

pemanfaatan,perlindungan,pengamanandankegiatanlainnya

b. Peningkatanpengetahuan,kesadartahuan,perubahanperilakudalampengelolaan

kekayaanalamberkelanjutan

3. Penetapan(pengukuhan)bataskawasanhutandanperizinan

a. Penataanbataskawasan,

b. Rekontruksibataskawasan,

c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas

Pencegahan konflik agraria dan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui proses

pengidentifikasian potensi konflik secara aktif oleh badan publik sesuai kewenangannya,

utamanyayangberkaitaneratdenganagrariadanlingkunganhidup.

Dalamskemapencegahan,terkaitdengankawasanhutan,dapatdilakukanprosesidentifikasi

potensikonflikmelaluiskenario,yaitu:

1. Mempercepat pelaksanaan Perda KaltimNo. 1/2015 tentang Pedoman Pengakuan dan

PerlindunganMasyarakat HukumAdat di Kalimantan Timur, dimana perlu dibuat surat

edaranGubernurkepadaBupati/Walikotaagardapatmelakukanidentifikasimasyarakat

hukumadat,hinggadilakukanpenetapanmasyarakathukumadat.

a. PerdaKaltimNo.1/2016:indikasiarahanperaturanzonasikawasan….“penyelesaian

hakulayatdanpenguasaantanahyangberadadidalamkawasanhutanditetapkan

berdasarkanperaturanperundanganyangberlaku.”

b. Perda Kaltim No. 1/2015 mengamanatkan Bupati/Walikota melakukan identifikasi

Masyarakat Hukum Adat dan membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat

Kabupaten/Kota.

c. PeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016tentangTataCara

PenetapanHakKomunalAtasTanahMasyarakatHukumAdatdanMasyarakatyang

BeradadalamKawasanTertentu

d. PermenLHKNo.P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak

2. Bersamaan dengan proses inventarisasi hutan di dalam proses penyusunan Rencana

PengelolaanHutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan PengelolaanHutan (KPH), dimana

salahsatubagiannyaadalahmelakukaninventarisasikondisisosialekonomi,termasukdi

dalamnya masyarakat dan masyarakat adat di dalam kawasan hutan (berdasarkan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.6/Menhut-Ii/2010 Tentang Norma, Standar,

ProsedurDanKriteriaPengelolaanHutanPadaKesatuanPengelolaanHutanLindung(KPHL)

DanKesatuanPengelolaanHutanProduksi(KPHP));

3. Bersamaan dengan aktivitas yang dilakukan oleh Panitia Tata Batas dalam proses

pengukuhan kawasan hutan, dalam hal penataan batas kawasan hutan (berdasarkan

PeraturanMenteriKehutananNomorP.44/Menhut-II/2012TentangPengukuhanKawasan

HutanjoPeraturanMenteriKehutananRepublikIndonesiaNomor:P.62/Menhut-II/2013

dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.25/Menhut -II/2014 tentang Panitia Tata

BatasKawasanHutan);

18

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Untukkawasanwargadiluarkawasanhutan,dapatprosesidentifikasiaktifdapatdilakukan

melaluipenyusunantataruangdesapartisipatif,sebagaibagiandaripembangunankawasan

perdesaan, sesuai pasal 123-125 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang

PeraturanPelaksanaanUndang-UndangNomor6Tahun2014TentangDesadanpasal83-85

UUNo.6/2014tentangDesa.

Skemapencegahanjugawajibdilakukandalamprosesperizinan,utamanyadalamperizinan

lingkunganhidup(berdasarkanPPNo.27tahun2012tentangIzinLingkungandanPermenLH

No.08/2013tentangTataLaksanaPenilaianDanPemeriksaanDokumenLingkunganHidup

SertaPenerbitanIzinLingkungan),dimanabagianyangberkaitanadalahkajianaspeksosial

dan aspek lingkungan hidup. Terhadap skema perizinan perkebunan atau pertambangan,

tapisandapatdilakukanterhadaphakatastanah,dimanaharusdipastikantelahdimilikinya

hakatastanaholehpemohon,sertakomitmensosialdanlingkungandaripemohon.Terhadap

perizinan kehutanan, maka rekomendasi yang dibuat oleh Gubernur, setidaknya harus

mempertimbangkanaspeksosial-budayadanlingkunganhidupsecarakomprehensif.

2. PenangananDanPenyelesaianKonflik

Penanganankonflikdidahuluidenganadanyainformasikonflikberdasarkantemuanmaupun

pelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimana

peraturanperundang-undangan,yaitumelalui:

1. BadanPertanahanNasional,dikabupaten/kotadanprovinsi(PeraturanMenteriAgraria

Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 Tentang

PenyelesaianKasusPertanahan)

2. PosPengaduandanPelayananPenyelesaianSengketaLingkunganHidup(PosP3SLH),di

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dan Provinsi (Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 09/ 2010 Tentang Tata Cara Pengaduan Dan Penanganan

PengaduanAkibatDugaanPencemaranDan/AtauPerusakanLingkunganHidup,Peraturan

MenteriLHNomor04/2013TentangPedomanPenyelesaianSengketaLingkunganHidup)

3. Desk PenangananKonflik KehutanandiDinas KehutananProvinsi (Permen LHKNomor

84/2016tentangPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKLNomor4/

2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,Perdirjen

PSKL Nomor 6/2016 tentang Pedoman Asesmen Konflik Tenurial Kawasan Hutan, dan

PermenLHKNomorP.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016TentangPedomanPelaksanaan

Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tahun2017YangDilimpahkanKepadaGubernurSelakuWakilPemerintah)

Sektor perkebunan, hingga saat ini masih belum ada skema yang dimuatkan di dalam

peraturanperundang-undangan,walaupunpadaDinasPerkebunanProvinsiKaltim,terdapat

SeksiPenangananKonflikpadaBidangPerkebunanBerkelanjutan.Serupajugauntuksektor

pertambangan,dimanabelumadatugaspokokdanfungsiterkaitpenanganankonflik,kecuali

kegiatanpengawasandanpembinaanperizinanolehInspekturTambang,termasukterhadap

pemasanganbatasperizinan.

Tahapanpenanganankonflikmeliputi:

1. Penyusunan profil konflik, yang diantaranya: identitas pihak, wilayah konflik,

permasalahan,dandokumenpendukung.

19

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

2. Pemeriksaan, yang dilakukan melalui: pemeriksaan meja (desktop, administrasi) dan

pemeriksaanlapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuk

secarakhusus,maupuntimyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlian

hukum,anthropologi/sosiologi,lingkunganhidup/ekologi.

3. Analisis konflik, yang dapat dilakukan oleh ahli dalam bentuk Tim, dan Penyusunan

rekomendasiberdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihak

berkonflik dan Kepala Daerah serta Organisasi Perangkat Daerah yang berkaitan.

Rekomendasidapatberupa:

a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflik

b. Mediasi:dilakukanolehmediatoryangdiusulkandandisepakatiolehparapihak

yangberkonflik,atau

c. Penegakanhukum:penyampaianberkas laporankonflikkepadaaparatpenegak

hukum.

Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitorganisasi,yaitu:

1. Pengesahan Keputusan:merupakan pejabat yangmenetapkan hasil kesepakatan yang

diambil.

2. Penelaahan dan pengambilan keputusan:melakukan penelahaan lapangan,melakukan

analisis,sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik

3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan

pencatatanhasilkesepakatan.

3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik

Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan

yangdihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hallainyang

juga penting dilakukan adalah pemulihan pasca konflik, yang dapat dilakukan melalui

pendampingan,bimbinganteknis,fasilitasi,danpemantapankawasan(hutan/perizinan).

Selain itu, juga dilakukan pemantauan hasil kesepakatan, agar dapat dipastikan bahwa

kesepakatantelahdijalankandantelahmemberikanmanfaatbagipihakyangberkonflik.

4. OrganisasiResolusiPenyelesaianKonflik

GagasanorganisasiresolusipenyelesaiankonflikdiProvinsiKaltim,yaitu:

1. TimPenyelesaianKonflikAgrariadanLingkunganHidupKalimantanTimur(TPKALHKT)

a. Timiniterdiridari:(a)PemerintahPusat:BadanPertanahanNasionalKaltim,Badan

PemantapanKawasanHutan (BPKH)Wilayah IVKaltim; (b) PemerintahProvinsi

Kaltim: Biro Hukum, Biro Ekonomi, Biro Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas

Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; (c)

Akademisi,denganbidangkeilmuan:antropologiatausosiologipedesaan,hukum

PenyusunanProfil

Konflik

•identitaspihak,

•wilayahkonflik,

•permasalahan,dan

•dokumenpendukung

Pemeriksaan

•Dekstop/telaah

administrasi

•Verifikasilapangan

Analisiskonflikdan

Penyusunan

Rekomendasi

•Dilakukanbeberapa

ahli

•Rekomendasidapat

berupa:negosiasi,

mediasi,atau

penegakanhukum

20

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

agraria, ekologi (kehutanan, pertanian) atau lingkungan hidup, dan psikologi

perdamaianataukomunikasiperdamaian;(d)OrganisasiNonPemerintah,dapat

dalamsistemproxysesuaivisiornop,dan;(e)OrganisasiMasyarakatAdat,yaitu

AMANKaltim.

b. KetuaTimadalahSekretarisDaerah.

c. Timmemilikitugasuntukmelakukananalisisberdasarkandatadaninformasiyang

diperoleh dari anggota tim, maupun dari sekretariat, serta memberikan

rekomendasitindaklanjutataskasusyangditerima.Tindaklanjutdapatberupa:

(a)pengembalianberkasuntukdilengkapi; (b)menindaklanjutidenganmediasi,

atau;(c)menindaklanjutidenganmekanismepenegakanhukum.

2. Sekretariat, yang terdiri dari Kepala Sekretariat, Bagian Penerimaan Laporan, Bagian

Verifikasi,BagianPendokumentasiandanPublikasi.

a. Sekretariat bertugas untukmenerima laporan,mengidentifikasi potensi konflik,

melakukan pengecekan kelengkapan pengaduan secara administratif,

pendokumentasian proses penanganan kasus, mempublikasikan hasil

kesepakatan.

b. Kepala SekretariatmerupakanAparatur SipilNegara yangditunjukuntuk fungsi

mengelolakerja-kerjasecretariat.

c. BagianPenerimaanLaporandanIdentifikasiPotensiKonflik,merupakanASNyang

memiliki keahlian dalam bidang administrasi, database dan sistem informasi

geografis. Bagian ini bertugas untuk menerima pengaduan, pengecekan

kelengkapanpengaduansecaraadministratif,melakukanpencatatanpengaduan,

danmelakukanidentifikasipotensikonflik.

d. Bagian Verifikasi dan Kajian, merupakan ASN yang memiliki keahlian sosiologi,

hukumdankomuniasi.Bagianinibertugasuntukmelakukanverifikasidankajian

pengaduan secara hukum dan sosiologis, melakukan verifikasi lapangan, dan

menyampaikanhasilverifikasidankajiankepadaTPKALHKT.

e. BagianPendokumentasiandanPublikasi,merupakanASNyangmemilikikeahlian

database dan komunikasi publik. Bagian ini bertugas untuk melakukan

penyimpanandanpendokumentasianpenanganankasus,danmengolahinformasi

kesepakatansebagaiinformasipublik.

3. Bilamanadiperlukan,TPKALHKTdapatmembentuktimadhocuntukmemperdalamkajian

danmelakukanaktivitasyangdirekomendasikanolehTim.

4. Struktur organisasi di dalam OPD Dinas Lingkungan Hidup, DInas Kehutanan, DInas

Perkebunan,DinasPertambangan,danBPNKaltim,yangmemilikitugasuntukmelakukan

penanganan konflik diperbantukan sebagai bagian dari Sekretariat TPKALHKT, dengan

tetapmengacupadatugaspokokdanfungsipadaOPD/UPTnyamasing-masing.

21

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

Gambar11.UsulanStrukturOrganisasiTimPenyelesaianKonflikAgrariadanLingkunganHidupKalimantanTimur

E. REKOMENDASI

ProvinsiKalimantanTimurmasihmenyimpanragamkonfliklahanmaupunsektorkehutanan,

perkebunan dan pertambangan. Pun terhadap kasus-kasus pencemaran dan pengrusakan

lingkungan hidup. Ketika provinsi ini mendeklarasikan sebagai Kalimantan Timur Hijau,

dimana salah satu bagiannya adalah untuk menuntaskan konflik-konflik berkaitan

pengelolaankekayaanalam,makapentingbagiPemerintahProvinsiKalimantanTimuruntuk

melakukan:

1. Segera menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

denganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasional

Kalimantan Timur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor

110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan

PKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25 Januari2013,melaluipembentukanTimPenyelesaian

Konflik, yang setidaknya dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dengan beranggotakan para

pihak,termasukdidalamnyaorganisasimasyarakatadat.

2. Melaksanakanprosesidentifikasidaninventarisasikonflikdengandisertaidisediakannya

pos pelaporan konflik padamasing-masingOrganisasi PerangkatDaerah (OPD) terkait,

setidaknyaDinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunandanDinasEnergi

danSumberDayaMineral.

3. Melakukan koordinasi dan memberikan arahan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

untuk membentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria dan Lingkungan HIdup di tingkat

Kabupaten/Kota,untukpenyelesaiankonflikyangsesuaidengankewenangannya.

4. Menyiapkan pedoman umum dan petunjuk teknis penyelesaian konflik agraria dan

lingkungan hidup, yang dibangun bersama-sama dengan para pihak, dengan

a. PemerintahPusat:BadanPertanahanNasional

Kaltim,BadanPemantapanKawasanHutan

(BPKH)WilayahIVKaltim;

b. PemerintahProvinsiKaltim:BiroHukum,Biro

Ekonomi,BiroSosial,DinasLingkunganHidup,

DinasKehutanan,DinasPerkebunan,Dinas

EnergidanSumberDayaMineral;

c. Akademisi,denganbidangkeilmuan:

antropologiatausosiologipedesaan,hukum

agraria,ekologi(kehutanan,pertanian)atau

lingkunganhidup,danpsikologiperdamaian

ataukomunikasiperdamaian;

d. OrganisasiNonPemerintah,dapatdalam

sistemproxysesuaivisiornop,dan;

e. OrganisasiMasyarakatAdat,yaituAMAN

Kaltim.

DinasLingkunganHidup,DinasKehutanan,DinasPerkebunan,DinasEnergidan

SumberDayaMineral,BadanPertanahanNasionalKaltim,BPKHWilayahIVKaltim

TimPenyelesaian

KonflikAgraria

danLingkungan

KepalaSekretariat

BagianPenerimaan

Laporandan

Pengaduan

BagianVerifikasi

danKajian

Bagian

Pendokumentasian

danPublikasi

22

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

memperhatikanperaturanperundang-undangandanreferensipenyelesaiankonflikyang

telahada.

5. Melakukanupayapenyelesaiankonfliksecaraterbukadanmelibatkanparaahlidengan

menghormatihakmasyarakatadatdanhakasasimanusia,disertaidenganpemberitahuan

kepadapublikhasilkesepakatanpenyelesaiankonflik.

Terhadap kelompok masyarakat sipil dan organisasi masyarakat adat, direkomendasikan

untukmelakukan:

1. Melakukanidentifikasikonflikagrariadanlingkunganhidup,yangdisertaidenganusulan

mekanismepenyelesaianyangditawarkandaninformasispasial.

2. Menguatkanpengetahuan,keahliandankelembagaanwargadalamupayapenyelesaian

konflik.

3. Mendukung masyarakat adat dalam melengkapi kebutuhan pengusulan pengakuan

wilayah masyarakat adat kepada negara berdasarlan peraturan perundang-undangan

yangadasaatinidansesuaidengankapasitasyangdimiliki.

4. Menempatkan upaya perhutanan sosial sebagai salah satu opsi penyelesaian konflik

kehutanan.

5. Membangun pos pengaduan kasus yang terpadu dan terintegrasi antar organisasi

masyarakatsipil.

23

KERTASKEBIJAKANYAYASANBUMI02/2017

KELEMBAGAANKONFLIKKALIMANTANTIMUR

BAHANBACAAN

1. Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.Epistema

Institute.http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf

2. TheCostofConflictInOilPalmInIndonesia,

http://conflictresolutionunit.id/id/activities/research/detail/1

3. DirekturJenderalPerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.PedomanTeknis

PenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016

4. M.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,

S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.

MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakat

SipiluntukReformasiTenurial.

http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-

reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf

5. Persch-Ort,M.danE.Mwangi.2016.Konflikperusahaan-masyarakatdisektorperkebunan

industriIndonesia.No.144,Juni201610.17528/cifor/006144.CIFOR,Bogor.

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/infobrief/6144-infobrief.pdf

6. Sumarto.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWin

SolutionOlehBadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahan

NasionalRI.http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-

KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdf

7. Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandi

Indonesia1997–2003.CenterforInternationalForestryResearch.

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf

8. Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.Warta

TenureIEdisi10tahun2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-

content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf

9. Zakaria,R.Y.danP.Iswari.LaporanHasilAssessmentPelembagaanMekanismePenyelesaian

SengketaDiKalimantanTengah.SamdhanaInstitutedanKemitraan.Hal.27-28.

http://www.academia.edu/3501996/Pelembagaan_Mekanisme_Penyelesaian_Sengketa_Agraria

_di_Kalimantan_Tengah_-_Kajian_Awal

10. Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,dan

Y.Dedy.2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengah

KemandeganInisiatifdiTingkatNasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandi

Indonesia,

http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

1

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU PERANGKAT RESOLUSI KONFLIK

DI SEKTOR KEHUTANAN Tulisan inimerupakanbagiandariKertasKebijakanResolusiKonflikKelolaKekayaanAlamKalimantanTimurdalamprogramClickForest2.0yangdidukungolehTheAsiaFoundationDitulisoleh:MuhammadFadli,M.Si.Dengankontribusidari:AkhmadWijaya,M.P.,AspianNoor,S.Hut.(BIOMA),AdiSupriadi,M.Si.,RoniSandi,PoetryPratiwi(YayasanBUMI),PanthomSidiPriyandoko,S.Hut.(Lt2Production–RINGKAS)YayasanBUMISamarinda2017

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

2

RINGKASANPerhutanan sosial merupakan bentuk pengelolaan hutan yang menempatkan masyarakat lokaldan/ataumasyarakathukumadatsebagaipelakuutamadalampengelolaankawasanhutan.Bentukperhutanansosialadalahhutandesa,hutankemasyarakatan,hutantanamanrakyat,kemitraan,hutanrakyat atau hutan adat. Perhutanan sosial merupakan salah satu bentuk resolusi konflik dalampengelolaanhutan.ProsesperijinanperhutanansosialdiberikanolehMenteriLingkunganHidupdanKehutanandandapatdidelegasikankepadaGubernur.AgarGubernurdapatmemberikanperijinanperhutanansosial,makaPemerintah Provinsi harus memuat Perhutanan Sosial di dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah ataumemiliki kebijakan, dapat berupa Peraturan Gubernur terkait PerhutananSosial.DalammempercepatimplementasiPerhutananSosial,GubernurKaltimtelahmembentukKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosial(PokjaPPS)melaluiSKGubernurKaltimNomor522/K.526/2016,yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi proses penyelesaian konflik tenuria secara khususterkait dengan perhutanan sosial dan menyusun rencana strategis, jadwal dan target kinerjaperhutanansosialdiKaltim.BerikutadalahusulanpetajalanpercepatanperhutanansosialdiKaltim:

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

3

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU PERANGKAT RESOLUSI KONFLIK

DI SEKTOR KEHUTANAN Yayasan BUMI, Samarinda, 24 Juni 2017

PENGANTAR

Perhutanansosial,menjaditerminologibarudalamsektorkehutanan.Sebelumnya,istilahinimenggunakan beragam kata, mulai dari jenis pengelolaannya, yaitu hutan rakyat, hutankemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, lalu beberapamenyebutkan sebagaikehutananmasyarakatdanhutankerakyatan.

Perhutanansosialadalahsistempengelolaanhutan lestariyangdilaksanakandalamkawasanhutannegaraatauhutanhak/hutanadatyangdilaksanakanolehmasyarakatsetempat ataumasyarakat hukumadat sebagai pelakuutamauntukmeningkatkankesejahteraannya,keseimbanganlingkunandandinamikasosialbudayadalambentukHutan Desa, Hutan Kemasyarkaatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, HutanAdatdanKemitraanKehutanan(PeraturanMenteriLingkunganHIdupdanKehutananNomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial)

RPJMN 2015-2019 memberikan mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan(KemenLHK)ditugaskanmengalokasikanarealkawasanhutanseluas12,7jutahauntuk kegiatan Perhutanan Sosial denganmelibatkanmasyarakatmelalui Hutan TanamanRakyat(HTR),HutanKemasyarakatan(HKm),HutanDesa(HD),HutanAdatdanHutanRakyatatauKemitraan1.KalimantanTimurmenargetkan10ribuhektarsebagaiperhutanansosial2,danberdasarkanPetaIndikatifArahanPerhutananSosial(PIAPS)KLHK,diKaltimdicadangkan342unitperhutanansosialdenganluas334.478,22hektar,yangtersebardi8kabupaten/kota.KemenLHK menempatkan perhutanan sosial sebagai upaya meningkatkan kesejahteraanrakyatdanmenjadibagiandaripenyelesaiankonflikdisektorkehutanansertasebagaibagiandariupayamitigasiperubahaniklim3.Haliniyangjugamenjadikebutuhanbagipenyelesaiankonflik kehutanandi Kaltim, baik pada kawasan konservasi, hutan lindung,maupunhutanproduksi.Keberadaan21unitKesatuanPengelolaanHutanyangmerupakanunitpelaksanaDinas Kehutanan pada tingkat tapak/lapangan, juga menjadi bagian dalam kelembagaanresolusi konflik kehutanan,dimanaKPHmerupakanpenanggung jawabpengelolaanhutanpadatingkattapak.

1KementerianLingkunganHidupdanKehutanan.2016.12,7HaKawasanHutanuntukKegiatanPerhutananSosial.SiaranPers.Diaksespadatanggal20Februaro2017darihttp://www.menlhk.go.id/siaran-39-127-ha-kawasan-hutan-untuk-kegiatan-perhutanan-sosial.html2KaltimSiapkanHutanSosialbagiMasyarakatSekitarHutan,Diaksestanggal20Februari2017darihttp://www.vivaborneo.com/35728.htm3PerhutanansosialadalahsebuahkonsepdanaksidariKementerianLingkunganHidupdanKehutanan(LHK)dalammengelolahutansecaralestaridanberkelanjutan,dimanapemerintahakanbergandengtangandanbekerjasamadenganmasyarakatsertaparapihakterkaituntukbersamamengelolahutanIndonesia.Perhutanansosialdapatdigunakansebagaimatarantaipenghubungantaraisupengelolaanhutandankesejahteraansosial.Dariperspektiftersebut,perhutanansosialmemilikiketerkaitaneratdenganperubahaniklim(KementerianLingkunganHidupdanKehutanan.2016.PerhutananSosialSolusiInovatifMitigasiPerubahanIklim.SiaranPers.Diaksestanggal20Februari2017darihttp://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/451)

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

4

Hinggasaatini,Kaltimtelahmemperolehbeberapaperhutanansosial,sebagaiberikut:Tabel1.KondisiPerhutananSosialdiKalimantanTimur

No Kabupaten/Kota

RENCANA IMPLEMENTASI

PIAPS Kemitraan Jumlah Hutan

Desa

HutanKemasyarakatan

PencadanganHTR

Kemitraan Jumlah

1 Balikpapan 1,867 780 2,647 0 1,400 0 1,104 2,5042 Berau 64,056 61,302 125,358 28,676 0 0 0 28,6763 Bontang 0 0 0 0 0 0 0 04 KutaiBarat 45,700 28,388 74,088 8,405 0 0 0 8,4055 Kutai

Kartanegara73,724 112,562 186,286 0 0 0 0 0

6 KutaiTimur 46,588 90,660 137,248 1,470 0 4,510 3,871 9,8517 MahakamUlu 61,903 61,903 28,380 0 0 0 28,3808 Paser 38,887 14,383 53,270 0 1,005 0 0 1,0059 PenajamPaser

Utara0 20,681 20,681 0 0 0 0 0

10 Samarinda 293 0 293 0 0 0 0 0 JUMLAH 333,018 328,756 661,774 66,931 2,405 4,510 4,975 78,821

Gambar1.GrafikRencanadanRealisasiPerhutananSosialdiKalimantanTimur

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

5

Petapencadanganperhutanansosialdanhutantanamanrakyat,adalah:

Gambar2.PetaIndikatifArahanPerhutananSosialJanuari20174danHutanTanamanRakyat

KalimantanTimur5

PERHUTANANSOSIALDALAMTINJAUANYURIDIS

Setelahmengalamiberbagaikebijakan,PerhutananSosialmemilikiacuankebijakanmelaluiPeraturan Menteri Lingkungan HIdup dan Kehutanan RI NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial.Peraturanyangmemiliki10BabiniditurunkanlagikedalambeberapaperaturanDirektoratJenderal,yaitu:

1. Perdirjen PSKL No. P.3/PSKL/SET/KUM.1/4/2016 Tentang Pedoman PengembanganUsaha Perhutanan Sosial dan Perdirjen PSKLNo. P.9/PSKL/SET/PSL.2/2016 TentangPerubahan Peraturan Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan NomorP.3/PSKL/SET/KUM.1/4/2016 tentang Pedoman Pengembangan Usaha PertaninanSosial

2. Perdirjen PSKL No. P.11/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanHPHD

3. Perdirjen PSKL No. P.12/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanIUPHKm

4. Perdirjen PSKL No. P.13/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman VerifikasiPermohonanUPHHK-HTR

5. Perdirjen PSKL No. P.14/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman Fasilitasi,PembentukandanTataKerjaPokjaPPS

6. Perdirjen PSKL No. P.15/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pelayanan Online/DaringPerhutananSosial

4diaksesdarihttp://pskl.menlhk.go.id/akps/index.php/piaps/peta?Piaps%5Bproid%5D=64&Piaps%5Bkabid%5D=&yt0=pada20Februari20175dataDinasKehutananKalimantanTimur,2016

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

6

7. Perdirjen PSKL No. P.16/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 tentang Pedoman PenyusunanRPHD,RKUdanRKT

8. Perdirjen PSKL No. P.17/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 Tentang Pedoman PelaksanaanKegiatanHutanTanamanRakyat

9. Perdirjen PSKL No. P.18/PSKL/SET/PSL.0/12/2016 Tentang Pedoman PenyusunanNaskahKesepakatanBersama

10. Perdirjen PSKL No. P.2/PSKL/SET/KUM.1/3/2017 tentang Pedoman Pembinaan,PengendaliandanEvaluasiPerhutananSosial

RujukandariPeraturanMenteridanPeraturanDirektoratJenderaltersebutadalah:

1. Undang-undangNomor5tahun1990tentangKonservasiSumberDayaAlamHayatidan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor3419);

2. Undang-undangNomor41tahun1999tentangKehutanan(LembaranNegaraRepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2004tentangPenetapanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-undangNomor1tahun2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentangKehutanan(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor86,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4412);

3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesianomor5059);

4. Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor5495);

5. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik IndonesiaNomor5587),sebagaimanatelahdiubahbeberapakali, terakhirdenganUndang-undangNomor9tahun2015tentangPerubahanKeduaatasUndang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesiaNomor5679);

6. Undang-undangNomor37Tahun2014tentangKonservasiTanahdanAir(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesiaNomor5608);

7. Peraturan Pemerinah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3tahun2008tentangPerubahanPeraturanPemerinahNomor6Tahun2007tentangTataHutandanPenyusunanRencanaPengelolaanHutan sertaPemanfaatanHutan(LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2008Nomor16,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4818);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan SuakaAlam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

7

PengelolaanKawasanSuakaAlamdanKawasanPelestarianAlam(LembaranNegaraRepublik Indonesia Tahun 2015Nomor 330, Tambahan LembaranNegara RepublikIndonesiaNomor5798);

9. PeraturanMengeriKehutananNomorP.85/Menhut-II/2014tentangTataCaraKerjaSama pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Berita NegaraRepublikIndonesiaThaun2014Nomor1446);

10. Peraturan Menteri Lingkungan HIdup dan Kehutanan Nomor P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak(BeritaNegaraRepublikIndonesiaTahun2015Nomor1025);

11. Peraturan Menteri LIngkungan HIdup dan Kehutanan NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial (Berita NegaraRepublikIndonesiaTahun2016Nomor1663).

Kebijakan Perhutanan Sosial di Kalimantan Timur telah dimulai dengan diterbitkannyaPeraturanGubernurKalimantanTimurNomor15tahun2015tentangPedomanPenerbitanHakPengelolaanHutanDesa.SejakterbitnyaPergubKaltimini,telahsatu(1)perijinanHPHDditerbitkan,yaituterhadapHPHDMerabu.DidalamRPJMDKaltim2013-2018,belumsecaralangsung menempatkan perhutanan sosial atau bentuk-bentuk pengelolaan hutan olehmasyarakat di dalam programmaupun indikator. Dalam usulan perubahan RPJMD Kaltim2013-2018,dimuatdalamkegiatan3.04.42.Program penyuluhan dan pemberdayaanmasyarakathutandengantargetjJumlahkelompoktanihutanyangmelaksanakanprogramperhutanansosialdankemitraansebanyak5KelompokTaniditahun2015dan15KelompokTaniditahun2018.SedangkandidalamRencanaStrategisDinasKehutananProvinsiKaltim2013-2018,termuatdalam bagian Misi 4, yaitu Meningkatkan Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat didalamdanatausekitarKawasanHutan,denganbertujuanuntuk meningkatnya peranmasyarakatdidalamdanataudisekitarhutandalampengelolaanhutandansasaranberupapeningkatanperansertamasyarakatdalammengelolahutan.Strategiyangdilakukanadalahmendukungpengembanganpengelolaanhutanberbasismasyarakat(HTR,HKm,HutanDesa,HutanRakyat,kemitraandanHutanAdat) dengan kebijakan meningkatkan Fasilitasipencadangan, penetapan dan pengelolaan areal kerja kehutanan masyarakat (HTR, HKm,HutanDesa,HutanRakyat,kemitraandanHutanAdat).Adapunprogramyangakandilakukanadalahprogrampenyuluhandanpemberdayaanmasyarakathutan,meliputi:

a. Pendampingan,pembentukandanpeningkatankelembagaankelompoktanihutanb. Pendampinganpeningkatanusahaperhutanansosialdankemitraanc. Jumlahunitusahaperhutanansosialdankemitraanyangmendapatpendampingand. Pendampinganpeningkatankapasitaskelompoktanihutane. PeningkatanKapasitasPenyuluhKehutananf. PeningkatankapasitasPKSMdanPencintaAlamg. Monitoringdanevaluasikegiatanpenyuluhanh. Koordinasiprosespengembanganusahaperhutanansosialdankemitraani. PembinaanPengelolaanUnitUsahaProgramPerhutananSosialdanKemitraanbidang

kehutananj. KoordinasipemanfaatansumberdanadariPMDH/kelolasosial/comdev/CSRk. Monitoringdanevaluasiperhutanansosialdankemitraanl. Identifikasi,inventarisasi,danpemetaanresolusikonflikm. Identifikasi,invetarisasidanpemetaanhutanuntukreligi,budayan. Identifikasi,invetarisasidanpemetaanhutanyangdikelolaolehmasyarakatadat

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

8

o. Fasilitasipermohonanmasyarakatadatuntukpengelolaanhutanadatp. PembinaandanPendampinganpeningkatankelembagaanpengelolaanhutanadatq. MonitoringdanevaluasipengelolaanHutanAdatr. RapatKerjaPokjaPercepatanPembentukanPerhutananSosialTingkatProvinsi

Perhutanansosial,bertujuanuntukmengurangikemiskinan,penganggurandanketimpanganpengelolaan/pemanfaatan kawasan hutan, yang menjadikan perhutanan sosial sebagaipemberian akses legal kepada masyarakat melalui pengelolaan hutan desa, hutankemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, kemitraan kehutanan, atau pengakuan danperlindunganmasyarakathukumadat.Pemberianperijinanpengelolaanperhutanan sosialberdasarkanPetaIndikatifArealPerhutananSosial(PIAPS)6.Tabel2.TipePengelolaanPerhutananSosial

TipePengelolaan Pengelola Kawasan BentukPemanfaatanHutanDesa Lembaga yang ditetapkan

oleh Desa, dapat berupaKoperasiDesaatauBUMDes

Hutan Produksi belumberizin

• PemanfaatanHasilHutanKayu• PemanfaatanHasilHutanBukan

Kayu• PemanfaatanJasaLingkungan

Hutan Lindung yangdikelola oleh PerumPerhutani

• Pemanfaatandanpemungutanhasilhutanbukankayu

• PemanfaatanJasaLingkunganWilayah tertentu dalamKPH

HutanKemasyarakatan

Masyarakat setempat7 yangdapat dalam bentukKelompok masyarakat,Gabungan Kelompok TaniHutanatauKoperasi

HutanProduksi • Pemanfaatanjasalingkungan• Pemanfaatanhasilhutankayu• Pemanfaatandanpemungutan

hasilhutanbukankayuHutan Lindung yangdikelola oleh PerumPerhutani

• Pemanfaatanjasalingkungan• Pemanfaatandanpemungutan

hasilhutanbukankayuWilayah tertentu dalamKPH

Hutan TanamanRakyat

Perorangan (petani hutan),kelompok tani hutan,gabungan kelompok tanihutan, koperasi, atauperseorangan yangmemperoleh pendidikankehutanan)

Hutan Produksi berlumberizin atau wilayahtertentudalamKPH

• Pemanfaatanhasilhutankayuyangberasaldarihutantanamandanbelukartua.

KemitraanKehutanan

Kelompok masyarakatsetempat

• Persetujuandenganpemegangizin/pengelolahutanyangdimuatdidalamNaskahKesepakatanKerjasama(NKK)

• 2ha/KKdiarealpengelolaatau5ha/KKdiarealperizinanuntukpemanfaatanhasilhutankayu

6PIAPSmerupakanpetayangmemuatarealkawasanhutannegarayangdicadangkanuntukperhutanansosial,yangditetapkanolehMenteriLingkunganHidupdanKehutanandandirevisisetiapenam(6)bulansekaliolehDirekturJenderalyangmembidangiPlanologiKehutanandanTataLingkunganatasnamamenteri.ProsespenetapanPIAPSmelaluiharmonisasipetayangdimilikiolehKLHKdanLSMatausumberlain,dankonsultasidenganPemerintahProvinsi,Kabupaten/Kotadanpihakterkait)(Pasal5PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)7DefinisiyangdigunakanuntukmasyarakatsetempatadalahkesatuansosialyangterdiridariwarganegaraRepublikIndonesiayangtinggaidisekitarkawasanhutandibuktikandenganKartuTandaPendudukatauyangbermukimdidalamkawasanhutanNegaradibuktikandenganmemilikikomunitassosialberupariwayatpenggarapankawasanhutandanbergantungpadahutansertaaktivitasnyadapatberpengaruhterhadapekosistemhutan(Pasal1(14)PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

9

TipePengelolaan Pengelola Kawasan BentukPemanfaatanHutanProduksi • Hasilhutanbukankayu,hasil

hutankayudanjasalingkungandihutanlindung

HutanLindung • Hasilhutanbukankayudanjasalingkungan

HutanRakyat Perorangan, KelompokMasyarakat setempat,Koperasi

Diluarhutannegara • Hasilhutankayu

HutanAdat MasyarakatHukumAdat DitetapkansebagaiHutanAdat berdasarkanperaturan/kebijakandaerah

• Tidakbolehmengubahfungsihutandengancaramemanfaatkandanmenggunakanpengetahuantradisionaldalampemanfaatansumberdayagenetikyangadadidalamhutanhak

Pemberian perijinan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD), Ijin Usaha Pemanfaatan HutanKemasyarakatan(IUPHKm),IjinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayu-HutanTanamanRakyat(IUPHHK-HTR) adalah oleh Menteri yang dapat didelegasikan kepada Gubernur denganketentuan bahwa telahmemasukkan Perhutanan Sosial ke dalam Rencana PembangunanJangkaMenengahDaerahataumemilikiPeraturanGubernurmengenaiPerhutananSosialdanmemilikianggarandidalamAPBD8.SehinggadibutuhkanadanyaprogramperhutanansosialdalamRPJMDatauadanyaPeraturanGubernurtentangPerhutananSosial,agarpercepatanpencapaianperhutanansosialbisaterjadidiKaltim.AdapunskemayangdapatdilakukanuntukpengajuanperhutanansosialkepadaGubernuradalahsebagaiberikut:

Gambar 3. Alur Pengajuan Perizinan Perhutanan Sosial Kepada Gubernur Berdasarkan PerMenLHK NomorP.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016tentangPerhutananSosial

8Pasal7,Pasal18danPasal29PerMenLHKNo.P.83/MENLHK/SETJEM/KUM.1/10/2016)

PEMOHON

PenyampaianAjuankepadaGubernurdanditembuskankepada:MenteriLHK,Bupati/walikota,KepalaUPT,danKepalaKPH

GUBERNUR OPDKEHUTANAN

UnsurTimVerifikasi:OPDKehutananProvinsi;UPTTerkait,

KPH,AnggotaPokjaPPS

TIMVERIFIKASITEKNIS

TERPENUHI

VERIFIKASIADMINISTRASI

VERIFIKASITEKNIS

OPDKEHUTANAN

TIDAKTERPENUHI

2hari

TERP

ENUH

I

SKGUBERNURTENTANGIZINPENGELOLAAN

KonsepSKGubernur

5hari 3hari

7hari

7hari

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

10

PERHUTANANSOSIALDALAMTINJAUANSOSIAL-BUDAYA

TerdapatragamkomunitasyangadadiKaltim,termasukyangmengeloladanmemanfaatkankawasanhutandanhutan.SimonDevungmenggambarkankarakteristikumumberdasarkansistempemanfaatan sumberdayahutan,masyarakat di dalamdan sekitar kawasanhutandapatdikategorikankedalamempatkategoritipologis,yakni9:1) masyarakat yang kehidupannya sepenuhnya tergantung dari sumber daya hutan di

sekitarnya;2) masyarakat yang kehidupannya sebagian tergantung dari sumber daya hutan di

sekitarnya;3) masyarakat yang kehidupannya tidak seberapa tergantung dari sumber daya hutan di

sekitarnya,dan;4) masyarakatyangkehidupannyasamasekali tidaktergantungdarisumberdayahutandi

sekitarnya. Lebihlanjut,Devungmenggambarkanberdasarkanhubunganhistorisdengankawasanhutansetempat,masyarakatdidalamdansekitarkawasanhutandapatdikategorikanjugakedalamempat(4)kategoritipologisutamayakni10:1) masyarakat etnis lokal, dengan wilayah adat dan wilayah desa tradisional yang relatif

masihsamadengandulu;2) masyarakat etnis lokal, dengan wilayah adat dan wilayah desa tradisional yang sudah

terbagi atau terpisah oleh sistem administrasi pemerintahan, perpindahan penduduk,resettlement, relokasi desa, kehadiran proyek pembangunan, perusahaan HPH/HTI,pertambangan,industridansebagainya;

3) masyarakatetnispendatang,yangsudahbermukimsebelumpenetapanatauperubahanstatuskawasanhutan,dan;

4) masyarakat etnis pendatang yang baru bermukim setelah penetapan atau perubahanstatuskawasanhutan.

MustofaAgungSardjono(2004)mengklasifikasikanmasyarakatdidalamdansekitarkawasanhutankedalamduakategorisaja,yakni11:1) masyarakatlokaltradisional(localtraditionalcommunity),yaitumasyarakatyangsudah

beradaturuntemurundidalamdansekitarhutan,baikyangsaatinisudahataupunbelumbertempat tinggal pada suatu desa yang definitif, tetapi masih memiliki danmempraktekkan kelembagaan (organisasi, struktur dan norma) adat dan teknologitradisionalnya dalam kehidupan sehari-hari (termasuk dalam mengelola sumberdayahutan sebagai sumber utama kehidupan dan penghidupan disamping kegiatanperladangandanperkebunantradisional).Umumnyakelompoktradisionalinimerupakanmasyarakatasli,yangrelatifhomogen(darisatuetnikdanmemilikihubungankekerabatanyang erat), lokasi tempat tinggalnya terpencil atau terisolir (khususnya dari kegiatanpembangunan), dan karenanya fasilitas fisik dan prasarana sosial lainnya tertinggal(termasuk pendidikan dan kesehatan), serta pola dan orientasi hidupnya sederhana(bahkanadabeberapakelompokyangmasihbersifattertutupterhadaporangluar;

9Devung,Simon,G.,2001b.KarakteristikSosialBudayaMasyarakatDiDalamdanSekitarKawasanHutanDiKalimantanTimurDalamKaitannyaDengangagasanHutanKerakyatan.Manuskrip.BahanOrientasidalamLokakarya:GagasanHutanKerakyatan,BappedaPropinsiKaltim,15Januari2001.10Ibid.11Sardjono,MustofaAgung,2004.MosaikSosiologisKehutanan:MasyarakatLokal,PolitikdanKelestarianSumberdaya.Jogjakarta:DebutPress.

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

11

2) masyarakatlokalnontradisional(localnontraditional-community),yaitumasyarakataslimaupunpendatangyangtelahtinggalpermanendipemukiman,dusunataupundesa-desadefinitifdidalamdansekitarhutan,meskipuntidakmemiliki(tidaklagimempraktekkan)institusi adat (atau kalaupun ada bersifat sangat longgar), ada juga yang telahmengembangkan aturan/kesepakatan lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan disekitarnyatermasukpemanfaatansumberdayahutan(hasilhutandanlahanhutanuntukpertanian). Lokasi tempat tinggal relatif terbuka (aksesibilitas cukup tinggi) dan secaraumummerupakan pusat pertumbuhan ekonomi (ada kegiatan pasar, warung, industrirumahtangga)danatauberadadisekitarpusatpemerintahanlokal(ibukotaKecamatanataupun Kota/Kabupaten). Keterbukaan wilayah menyebabkan struktur demografinyaheterogen (multietnik), lokasinya tersentuh dengan beberapa program pembangunan(khususnya saranadanprasarana sosial-ekonomi, pendidikandan kesehatan),motivasidanorientasisemi-komersialhinggakomersialmulaimewarnaikehidupanperekonomianmasyarakat.

Kedua pendekatan pengklasifikasian masyarakat tersebut dapat digunakan untukpengembangan perhutanan sosial. Dengan memahami karakteristik dari masyarakatpengelola dan pemanfaat hutan, serta mengenal pola pengelolaan dan pemanfaatannya,maka perhutanan sosial dapat mencapai tujuannya, terutama untuk mengurangi konflikpengelolaan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitarkawasanhutan.Dalamkaitandenganaspekpemanfaatandankelestariansumberdayaalam(lebih-lebihdalamhal ini pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya hutan) juga ada klasifikasi khusus untukmasyarakatdarietnislokalDayak,ditinjaudaritigaunsurpokokkebudayaanyangmerupakandeterminanpenting dalam kegiatanpemanfaatandan kelestarian sumberdaya alam, yaitusistem mata-pencaharian/ekonomi, sistem teknologi/peralatan hidup, dan adatistiadat/aturan serta peraturan adat. Dari perspektif inimasyarakat Dayak diklasifikasikanolehDevungkedalamtigakelompok,yakni12:1) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonomisubsisten,danhampirtidak

ada akses pasar: mereka bertani ladang sederhana, berburu, menangkap ikan,mengonsumsisayurandanbuah-buahanhutan,hanyasekaliwaktumengusahakanhasilhutan niaga (gaharu, getah parang, batu guliga, sarang burung), denganteknologi/peralatansederhanabuatansendiri;

2) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonomisubsisten,danaksespasarterbatas:merekabertaniladang,berburu,menangkapikan,menanamsayuran,danbuah-buahan pekarangan, secaramusimanmengusahakan hasil hutan niaga (gaharu, getahparang,damar,rotan,batuguliga,sarangburung)denganteknologi/peralatansebagiankecilsudahmekanis/buatanpabrik,dan;

3) masyarakatDayakdengansistemmatapencaharian/ekonominonsubsisten,danaksespasar cukup terbuka: mereka bertani ladang atau sawah, menangkap ikan, berkebunsayuran dan buah-buahan untuk keperluan sendiri dan untuk dijual, berkebun kopi,kelapa,jeruk,pisangdanrotanuntukkeperluanniaga,mengusahakanhasilhutanniaga(damar,rotan,sarangburung,kulitular,kulitbiawak,burungpeliharaan/hias,balokdansirap), dengan teknologi/peralatan yang sebagian besar sudahmekanis/buatan pabrik.

12Devung,Simon,G.,1998a.InteraksiBudayaTradisionalMasyarakatdayakDalamPemanfaatandanPelestarianSumberdayaAlam.Manuskrip.BahanDiskusiForumKomunikasiLingkunganHidupBapedaldaKaltimDiSamarindaTanggal13Mei1998.

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

12

Pola-polapengelolaanhutandanlahanolehmasyarakatlokaldiKaltimdapatdiklasifikasikansebagaiberikut:1) Kawasanyangdimanfaatkan

a. Kawasanperkampungandanperumahanb. Kawasanperladanganc. Kawasansaranasosialdanperibadatan

2) Kawasanpemanfaatanjangkapanjanga. Kawasanbekasladangb. Kawasanhutancadanganperladanganc. Kawasankebunbuahd. Kawasan hutan (alas) dengan beragam sub-klasifikasinya, terutama untuk

pemanfaatankayusecaraterbatas,buah,hewanburuan,danpemanfaatanhasilhutanbukankayulainnya.

3) Kawasanyangdilindungia. Kawasanperkuburan/pemakamanb. Kawasanbekaskampungc. Kawasan larangan (mata air, kawasan leluhur, atau kawasan lain yang ditetapkan

menjaditerlarangkarenaberbagaisebab)Dalam hal perhutanan sosial, masyarakat setempat penting untuk mengidentifikasimasyarakatsebagaientitaspemegangklaimterhadapkawasan,sehinggapendekatanyangdigunakandidalampemilihanpolaperijinanpengelolaanperhutanansosialakanmengikutipada karakteristik sosial-budaya dan karakteristik klaim masyarakat. Kaltim memilikikarakteristik berbeda dalam klaim kawasan, misalnya ada sistem waris, yang menjadikankawasanyangdiklaimtidakberadadalamsatuwilayahadministrasidesadenganpemegangklaim,daninidiakuiolehdesayangkawasannyadimilikiolehpemegangklaim.Karakteristikberbedalainnyaadalahkewilayahanmasyarakatumumnyaberbasisaliransungai,yangbisajadi berbeda wilayah administrasi, karena sebagian besar wilayah administrasi tidakberdasarkanaliransungai13.

PETAJALANPERHUTANANSOSIALKALIMANTANTIMUR:SEBUAHUSULAN

GubernurKaltimtelahmembentukKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosialKalimantanTimurtahun2016-2019,melaluiSKGubernurKaltimNomor522/K.526/2016.PokjaPPSKaltimini terdiri dari seorang Ketua Pokja PPS yang dijabat Kepala Dinas Kehutanan Kaltim,Kesekretariatan, Divisi Percepatan Pemberian Akses Perhutanan Sosial, Divisi PeningkatanKapasitasdanPengembanganUsahaPerhutananSosialdanDivisiKomunitasdanAdvokasiPerhutanan Sosial. Salah satu tugas di dalam Pokja PPS ini adalah memfasilitasi prosespenyelesaiankonfliktenurialsecarakhususterkaitdenganperhutanansosial.PokjaPPSKaltimjugadiberikanmandatuntukmenyusunrencanastrategis,jadwaldantargetkinerja perhutanan sosial di Kaltim. Maka dengan itu, berikut adalah usulan peta jalanpercepatanperhutanansosialdiKaltim.Untukmemperkuatmandattersebut,makaadadua(2)halyangpentingdilakukan: (1)Meletakkanprogramdan indikatorperhutanansosialdidalamRPJMD,dan;(2)Menyusunkebijakan(peraturan)GubernurtentangPerhutanansosial.Isi PeraturanGubernur, setidaknyameliputi: (a)PembentukanKelompokKerjaPercepatanPerhutananSosial;(b)PenunjukanTimVerifikasi;(c)Mekanismeperijinanperhutanansosialoleh Gubernur c.q Badan Perijinan Terpadu Satu Pintu; (d) Mekanisme Resolusi Konflik

13BerdasarkandiskusidenganAkhmadWijaya,PengurusYayasanBIOMAdanPenelitiEtnografidiKalimantanTimur

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

13

Kehutanan; (e)Mekanisme Kemitraan; (f) Pembaharuan Peta Indikatif Arahan PerhutananSosial;(g)PembinaanPerhutananSosial,dan;(h)PemantauandanPelaporan.Setelah adanya kebijakan tersebut,maka Peta Jalan Percepatan Perhutanan Sosial, dapatdilihatdalampenjelasanberikut:1. ReviewdanReidentifikasiPetaIndikatifArahanPerhutananSosial(PIAPS).

ReviewdanreidentifikasidilakukanberdasarkandatadanpengetahuanyangdimilikiolehanggotaPokja PPSKaltim, dandapatmengundangnara sumber ahli dalammelakukanprosesini.a. ProsesreviewdimulaidenganmengumpulkanRencanaKerjaUsahaPemanfaatanHasil

HutanKayu(RKUPHHK)pada IUPHHK-HutanAlamdan IUPHHK-HutanTanamandanPeta Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF). Dari RKUPHHK-HT dapatdiperolehwilayahyangdirencanakansebagaiwilayahkemitraan,dandariPetaKBKTdapat diperoleh peta NKT/HCV-5 dan 6, yang dapat dikembangkan menjadi polakemitraan,dan/ataudapatdilakukanreviewsebagaiHPHDataupunIUPHHKm.

b. Proses review dan reidentifikasi dapat juga dilakukan secara bersamaan, melaluipendekatanidentifikasikawasanbernilaikonservasitinggi14(highconservationvalueforest) yang dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang dilakukanbersamaan dengan masyarakat/komunitas. Setelah menemukan hasil identifikasiKBKT tersebut, dilakukan overlay dengan perizinan, baik kehutanan, perkebunanmaupunpertambangandan transmigrasi. Berdasarkanhasil analisis tersebut,makadapatdiperolehhasilPetaIdentifikasiyangdapatmenjadikanmasukanterhadaprevisiPIAPS,dandapatmenjadiacuandalampenentuanbentukperijinanPerhutananSosialpadawilayahtersebut.

c. Hasil desk review dan review di tingkat tapak, diperoleh peta indikatif perhutanansosial,baikuntukHPHD,IUPHHKm,IUPHHK-HTRmaupunKemitraan.i. SecarakhususuntukHutanHakatauHutanrakyat,dapatdiperolehberdasarkan

RPJMDesadanRTRWDesa,bilamanadesasudahmemuatnya.UntukinidiperlukankerjabersamadenganOPDyangmelakukanpembinaanterhadapPemerintahanDesa.

ii. SecarakhususuntukHutanAdat,dapatdilakukanpertemuandengankelompokmasyarakatadatataupunaliansimasyarakatadatdanOrganisasiNonPemerintah,untukmengumpulkanpetapartisipatifyangtelahdibuat,maupunpetaindikatifkawasankelolaadatyangtelahdilakukan.Darihasilindikasisementaraini,perludilakukanverifikasilapangan,bersamadenganKPHdanOPDPemerintahanDesa,untukmemvalidasiPetaIndikatifHutanAdat.

d. PerlumelakukandiskusiantaraKPHdanDesa/KomunitasterkaitRencanaPengelolaanHutan, berdasarkan hasil identifikasi KBKT yang telah dilakukan. Hasil kesepakatanyang diperoleh terhadap rencana pengelolaan, baru kemudian diusulkan sebagaiperhutanansosialdenganpilihanbentukperijinanberdasarkankesepakatanbersama.

e. HasilreviewdisampaikankepadaMenteri,sebagaiperbaikanPIAPS.2. PengusulanHakPengelolaan

Kegiatanpengusulanhakpengelolaanolehdesaataukelompokmasyarakat/adat,dapatdilakukan melalui pendampingan yang dilakukan oleh organisasi non pemerintah,

14IdentifikasiKawasanHutanBernilaiKonservasiTinggi(KBKT)dapatmenggunakanPanduanUmumuntukNilaiKonservasiTinggi(HCVResourceNetwork,September2013,https://www.hcvnetwork.org/resources/cg-identification-sep-2014-bahasa-indo)danPanduanIdentifikasiKawasanBernilaiKonservasiTinggiDiIndonesia(KonsorsiumRevisiHCVToolkitIndonesia,Juni2008,https://www.hcvnetwork.org/resources/national-hcv-interpretations/HCVF%20Toolkit%20Final%20(revised%20version),%20Bahasa%20Indonesia.pdf)

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

14

Gambar4.UsulanPetaJalanPercepatanPerhutananSosial

perguruan tinggi, dan/atau oleh KPH. Setelah menyusun proposal, dilakukan prosespengajuanhinggamemperolehperijinanperhutanansosial.

3. PersiapanPengelolaanPersiapan pengelolaan meliputi penguatan kelembagaan pengelola melalui pelatihanataupun bentuk peningkatan kapasitas lainnya. Selanjutnya dilakukan pendampinganpenyusunan rencanakerja (termasukpenyusunan rencanabisnisbiladiperlukan), yangmenjadiacuandalampelaksanaanpengelolaan.

4. PengelolaanDalam pengelolaan, dilakukan proses-proses pendampingan dan pembinaan, agarpengelolaanperhutanansosialdilakukansesuaidenganrencanakerja.Setiapwaktuyangtelahditentukan,disampaikanpelaporankinerjakegiatanolehlembagapengelola.

5. PemantauandanEvaluasiPemantauandilakukansetidaknyasetiapenam(6)bulanuntukmenilaikinerjakegiatan,danevaluasidilaksanakansetiaptahun,untukmemperolehmasukanperbaikanterhadaprencanakerjatahunberikutnya.

Sebagaicatatanpenting,dalamsetiapproses,dilakukanberdasarkanprinsipPersetujuanAtasDasar Informasi di awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)/Free, Prior, Informed Consent (FPIC),dimanadesa/komunitasditempatkansebagaipemilikiklaimdandiposisikansetaradenganpengelolasecaralegal,sehinggapengambilankeputusanterhadapwilayahperhutanansosialdanbentukpengelolaannyapunbisadilakukansecarasetara.Proses-prosesfasilitasimaupunpendampingan, dapat dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Pokja PPS,organisasinonpemerintah,dan/ataulembagapendidikan/penelitian.Dalammenjalankan rencana bisnis, terutama untuk perhutanan sosial yangmemproduksikomoditas/barang, dapat mengembangkan Sistem Penjamin Partisipatif (SEJATI)15 untukmeningkatkankualitasdanjaringanpasarkomoditas.Terhadapjasalingkungan,makadapatdikembangkan skema perhutanan sosial untuk pembayaran jasa lingkungan, ataupundikombinasidenganpemanfaatanhasilhutannon-kayu.

15InformasitentangSistemPenjaminPartisipatif(SEJATI)dapatdiperolehdariJaringanPenjaminProdukKomunitas(RiNGKas),http://ringkas.info/

PAPER01–PERHUTANANSOSIAL

15

PENUTUP

UpayapercepatanperhutanansosialdiKaltimtelahmemperolehdukungandariPemerintahProvinsimelalui Dinas Kehutanan. Inisiatif Perhutanan Sosial di Kaltim bukanlah hal baru,karenasejakeraindustrialisasikehutanan,kelompokorganisasipemerintahtelahmelakukanadvokasi sistem hutan kerakyatan dan kehutanan masyarakat, serta perhutanan sosial diKaltim.Sebagaiskemapenyelesaiankonflikkehutanan,makaperhutanansosialharusmenemukanjalanyangtepat,agartidakmenghadirkankonflikbarudimasadatang.PeranKPHdanPokjaPercepatan Perhutanan Sosial di Kaltim menjadi penting dan perlu membuka ruang bagipartisipasipublikdankelompokmasyarakatseluas-luasnya.

PAPER02–HUTANADAT

1

PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT KALIMANTAN TIMUR

PAPER #042017-01 ~ 25 April 2017

Paper inimerupakan bagian dari Kertas Kebijakan YayasanBUMI #02/2017 tentang KelembagaanKonflikAgrariaDanLingkunganHidupDiKalimantanTimur

PENGANTARHampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutanan,perkebunandanagrariasecaraumum adalah terkait dengan kepastian tenurial1. Soal tenurial ini berkaitan erat dengan PutusanMahkamahKonstitusinomor45/PUU-IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yangditerbitkanpadatanggal21Februari2012danPutusanMKNomor35/2012terkaithutanadat2.

Saat ini telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, MenteriKehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan Kepala BadanPertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/MENHUT-II/2014,17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang berada didalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk pembentukan Tim Inventarisasi Penguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)ditingkatkabupaten/kotadanprovinsi.Halinijuga diikuti dengan adanya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 10/2016tentangTataCaraPenetapanHakKomunalAtasTanahMasyarakatHukumAdatdanMasyarakatyangBeradadalamKawasanTertentudanPermenLHKNo.P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHak,dimanadidalamnyatermuatmekanismepengakuanhutanadat.

DalamhalpengakuandanperlindunganMasyarakatHukumAdat,telahditerbitkanPeraturanMenteriDalamNegeriNo.52Tahun2014TentangPedomanPengakuanDanPerlindunganMasyarakatHukum

1BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi7November2011).KelompokMasyarakatSipiluntukReformasiTenurial.http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.2015.MekanismePenyelesaianSengketaTenurialdiTingkatLokalAlternatifdiTengahKemandeganInisiatifdiTingkatNasional.KemitraanbagiPembaruanTataPemerintahandiIndonesia,http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf;Wulan,Y.C.,Y.Yasmi,C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandiIndonesia1997–2003.CenterforInternationalForestryResearch.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf2Pasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutananberubahmenjadi“Kawasanhutanadalahwilayahtertentuyangditunjukdanatauditetapkanolehpemerintahuntukdipertahankankeberadaannyasebagaihutantetap”(PUUMKNo.45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberadadalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).

PAPER02–HUTANADAT

2

Adat.Selainitu,PemerintahProvinsiKalimantanTimurpuntelahmenerbitkanPeraturanDaerahNo.1tahun2015tentangPedomanPengakuanDanPerlindunganMasyarakatHukumAdatdiKalimantanTimur.

MEKANISMEPENGAKUANMASYARAKATHUKUMADATPermendagriNo.52/2014danPerdaKaltimNo.1/2015memberikanmandatkepadaGubernurdanBupati/Walikota untukmemberikan pengakuandanperlindunganMasyarakatHukumAdat.Dalammelakukan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat, Bupati/Walikota membentukPanitiaMasyarakatHukumAdatkabupaten/kotayangditetapkandenganKeputusanBupati/Walikota.PanitiaMasyarakatHukumAdatterdiriatas:

a. SekretarisDaerahkabupaten/kotasebagaiketua;b. KepalaSKPDyangmembidangipemberdayaanmasyarakatsebagaisekretaris;c. KepalaBagianHukumsekretariatkabupaten/kotasebagaianggota;d. Camatatausebutanlainsebagaianggota;dane. KepalaSKPDterkaitsesuaikarakteristikmasyarakathukumadatsebagaianggota.

Prosespengakuandilakukanmelalui:

a. IdentifikasiMasyarakatHukumAdat.Identifikasidilakukandenganmencermati:1) sejarahMasyarakatHukumAdat;2) wilayahAdat;3) hukumAdat;4) hartakekayaandan/ataubenda-bendaadat;dan5) kelembagaan/sistempemerintahanadat.

b. verifikasidanvalidasiMasyarakatHukumAdat;danc. penetapanMasyarakatHukumAdat.

PengaturanlainditerbitkanolehKementerianAgrariadanTataRuangmelaluiPermenATR/KepalaBPNNo.10/2016yangmenyebutkanpermohonandiajukankepadaBupati/WalikotaatauGubernurolehKepala Adat dengan persyaratannya. PermenATR/Kepala BPN tersebut juga memandatkanBupati/Walikota atau Gubernur untuk membentuk Tim IP4T dalam menentukan keberadaanMasyarakatHukumAdat,sertatanahnya.TimTimInventarisasiPenguasaan,Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)terdiridari:BadanPertanahanNasional,OrganisasiPerangkatDaerahKehutanan,BalaiPemantapanKawasanHutan,OPDTataRuang,OPDPertanahan,OPDTataRuang,Camat dan Lurah/Kepala Desa, Pakar hukum adat, PerwakilanMasyarakat HukumAdat setempat,LembagaSwadayaMasyarakat,daninstansiyangmengelolasumberdayaalam.

Dalamkerangkakerjabersama,makaPemprovKaltimdapatmenggunakanmekanismeyangtersediadidalamPerdaKaltimNo.1/2015,denganmelibatkanBPNProvinsidan/atauBPNKabupaten/Kota.

MEKANISMEPENGAKUANHUTANADATATAUTANAHULAYATPerdaKaltimNo.1/2016tentangRencanaTataRuangWilayahProvinsiKalimantanTimurtahun2016-20363memberikanmandateuntukpenyelesaianhakulayatdanpenguasaan tanahyangberadadidalamkawasanhutanditetapkanberdasarkanperaturanperundanganyangberlaku,untukkawasanhutanlindung,suakamargasatwa,cagaralam,tamannasional,tamanhutanraya,tamanwisataalam,

3Khususnyapasal50(2),pasal50(13)hinggapasal50(18),pasal50(2),danPasal51ayat(2).Kecualipasal50(15)hanyadiberikanpengijinanhakulayatdanpenguasaantanahsertakegiatanterbatasyangmempengaruhiluashutanbakauditetapkanberdasarkanperaturanperundanganyangberlaku.

PAPER02–HUTANADAT

3

cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dan hutan produksi. Pasal 6 PermenLHK No. P.32/Menlhk-Setjen/2015tentangHutanHakmenyebutkansyaratpermohonanpenetapanhutanadatmeliputi:

a. Terdapatmasyarakathukumadatatauhakulayatyangtelahdiakuiolehpemerintahdaerahmelaluiprodukhukumdaerah.Dalamhalprodukhukumdaerahtidakmencantumkanpetawilayah adat,Menteri bersama-sama pemerintah daerahmemfasilitasimasyarakat hukumadatmelakukanpemetaanwilayahadatnya.;

b. Terdapatwilayahadatyangsebagianatauseluruhnyaberupahutan;c. Suratpernyataandarimasyarakathukumadatuntukmenetapkanwilayahadatnyasebagai

hutanadat.

Selainitu,PermenATR/KepalaBPNNo.10/2016menyebutkanHakKomunalyangmerupakanhakatastanahdapatdiberikankepadaMasyarakatHukumAdatyangmemenuhipersyaratan.Persyaratannyameliputi:

a. Masyarakatmasihdalambentukpaguyuban;b. Adakelembagaandalampernagkatpenguasanadatnya;c. Adawilayahhukumadatyangjelas,dan;d. Adapranatadanperangkathukumyangmasihditaati.

Gambar1.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan

Kedua mekanisme tersebut dapat digunakan bersamaan, berdasarkan rekomendasi PanitiaMasyarakatHukumAdatyangdibentukolehPemprovdan/atauPemkab/kot.

REKOMENDASI1. Dalam kerangka menurunkan jumlah konflik antara masyarakat adat dengan negara atau

perusahaan,makaPemerintahProvinsiKalimantanTimur,besertaPemerintahKabupaten/KotadiKalimantanTimur setidaknyadapatmelaksanakanmandatePasal 14PerdaKaltimNo. 1/2015,yaitu:

a. Pemerintah Kabupaten/Kota segera menindaklanjuti dengan menetapkan PeraturanDaerahKabupaten/Kotasesuaikewenangan,dan;

PAPER02–HUTANADAT

4

b. Bagi Kabupaten/Kota yang sudah membuat Peraturan Daerah sebelum adanya PerdaKaltimNo.1/2015,agardapatmenyesuaikandenganPerdaKaltimtersebutpalinglama12(duabelas)bulansejakdiundangkan.

c. SegeramelakukanpembentukanPanitiaMasyarakatHukumAdatditingkatProvinsidanditingkatKabupaten/Kota.

2. Selainitu,berdasarkanmandatePerdaKaltimNo.1/2016,makaPemprovKaltimdiarahkanuntukmempercepat penyelesaian hak ulayat dan penguasaan tanah yang berada di dalam kawasanhutan,sesuaidenganmekanismeyangadadidalamPerdaKaltimNo.1/2015.

3. Proses ini juga dapat dilakukan oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan, dalam kerangka untukmelakukanprosestatahutandanidentifikasisosial(termasukkonflik)diwilayahKPH,agardapatmempercepatprosesperlindungandanpengakuanmasyarakatadatdantanahulayatdiKaltim.

4. Untuk kebutuhanpengakuanmasyarakat adat,makapembentukanPanitiaMasyarakatHukumAdatdapatdilakukandikabupaten/kotadandiprovinsi.

5. Pemprov Kaltim, hingga ke KPH, dan Pemkab/kot, hingga ke tingkat Camat, diharapkan dapatbersifataktifdalammelakukanidentifikasimasyarakatadatbesertawilayahadatnya.

MasukanterhadapRaperdaPerkebunanBerlekanjutan

1

Masukan terhadap Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur tentang Perkebunan Berkelanjutan

Samarinda, 13 Juni 2017

PENGANTAR

ProvinsiKalimantanTimurtermasuksalahsatuprovinsiyangmenempatkanperkebunankelapasawitsebagai komoditi prioritas dan andalan pembangunan daerah. Dalam RPJMD Kaltim 2013-2018,PemprovKaltimmenargetkanpenambahanhingga1jutahektareperijinanbaruperkebunankelapasawit.DaridataDinasPerkebunanKaltim(2015)disebutkanbahwatelahterdapat1,307jutahektareHGUPerkebunanKelapaSawit,2,5jutahektareIjinUsahaPerkebunandan3,19jutahektareijinlokasi.Secarakeseluruhan,Kaltimmenempatkan3,29 jutahektare lahanuntukperkebunandidalampolaruangRTRWPKaltim.

Badan PertanahanNasional (BPN) Kaltimmencatat setidaknya terdapat 742 kasus tumpang tindihlahanyangtercatat.PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV (BPKH IV) KLHK dan Kepolisian Daerah Kaltim untukPencegahan,PenanganandanPenyelesaianTumpangTindihPerizinanPenggunaanLahandanatauHakAtasTanahdiwilayahProvinsiKaltim,pada25Januari2013,melaluiKesepakatanBersamaNomor110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.

KementerianPertanian1jugamelakukanidentifikasitipologigangguanusahadankonflikperkebunanmeliputi kaitannyadengankepemilikandanperizinan lahan,berkaitankehutanandanhal-hal yangberkaitan non-lahan. Sementara Badan Pertanahan Nasional BPN mengklasifikasikan konflikpertanahan ke dalam 8 kelompok2, yaitu penguasaan dan pemilikan tanah, penetapan hak danpendaftaran tanah, batas atau letak bidang tanah, pengadaan tanah, tanah obyek landreform,tuntutangantirugitanahpartikelir, tanahulayat,danpelaksanaanputusanpengadilan.Dariragamkajian, konflik dapat dilihat dari aktor yang berkonflik, status hukum obyek sengketa, baik secaraperaturanperundang-undanganmaupunsosio-kultur,dankepentinganaktor,baikdarisisikebutuhandankeinginan.

Dalam upaya pembangunan perkebunan berkelanjutan, dibutuhkan sebuah keterbukaan informasidanupaya yang terbukadan terstrukturdalamupayapenyelesaian konflik perkebunan.Untuk itu,diperlukan penyusunan pengaturan penyelesaian konflik perkebunan di Kaltim, untuk mencapaitujuanpenerapanperkebunanberkelanjutandiKaltim.

1BerdasarkanPedomanTeknisPenanganganGangguanUsahadanKonflikUsahaPerkebunantahun2016.DirekturJenderalPerkebunanKementerianPertanian.Maret2016.2Sumarto,SH,M.Eng.2012.PenangananDanPenyelesaianKonflikPertanahanDenganPrinsipWinWinSolutionOlehBadanPertanahanNasionalRI.DirektoratKonflikPertanahanBadanPertanahanNasionalRI.http://kppd.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/10/UPLOADS-MAKALAH-KONFLIK-WIN-WIN-SOLUTION.pdfdanhttp://www.bpn.go.id/Layanan-Publik/Program/Penanganan-Kasus-Pertanahan

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

2

KELEMBAGAANPENYELESAIANKONFLIKPERKEBUNAN

DinasPerkebunanKaltimmencatat89kasustersebut,62%merupakankasuslahansepertitumpangtindih perizinan, okupasi lahan, tanah adat dan sebagainya, sedangkan 38%merupakan kasus nonlahanmeliputituntutanplasma,gantirugidanpenolakanolehmasyarakat3.Ditahun2016,terdapat47kasus,dimana34%terkaitkasusnon-lahandan66%terkaitkasuslahan4.

Gambar1.GangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunandiKalimantanTimur(DisbunKaltim,2016)

Konflikterkaitdenganlahan,dimungkinkanterjadikarenaperijinanperkebunanyangdiberikantanpamemperhatikankondisitapak.Perijinanpadakomoditiperkebunaninipunmelaluiberagaminstansi.IjinlokasidanijinusahaperkebunandiberikanolehBupati/WalikotadanHakGunaUsahadiberikanolehBadanPertanahanNasional.

Gambar2.LuasPerijinanPerkebunanKalimantanTimur(DisbunKaltim,2017)

32015,Terjadi89KasusGangguanUsahaPerkebunandiKaltim,http://disbun.kaltimprov.go.id/berita-881-2015-terjadi-89-kasus-gangguan-usaha-perkebunan-di-kaltim.html4BerdasarkanDataRekapitulasiGangguanUsahaPerkebunan/KonflikPerkebunanProvinsiKalimantanTimurbulanOktober2016,DisbunKaltim.

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

3

KarenanyaUUNo.18tahun2004tentangPerkebunandigantidenganUUNo.39tahun2014dengantujuanagardapatmemenuhiperubahanparadigmapenyelenggaraanPerkebunan,menanganikonfliksengketa Lahan Perkebunan, pembatasan penanaman modal asing, kewajiban membangun danmenyiapkansaranadanprasaranaPerkebunan,izinUsahaPerkebunan,sistemdatadaninformasi,dansanksibagipejabat.Pasal55UUNo.39/2014tentangPerkebunanmenyebutkanbahwa“SetiapOrangsecara tidak sah dilarang: (a)mengerjakan,menggunakan,menduduki, dan/ataumenguasai LahanPerkebunan; (b) mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Tanah masyarakatatau Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dengan maksud untuk Usaha Perkebunan; (c)melakukan penebangan tanaman dalam kawasan Perkebunan; atau (d) memanen dan/ataumemungutHasilPerkebunan.Bilamelanggarmakadapatdikenakansanksipidanapenjarapalinglama4(empat)tahunataudendapalingbanyakRp4.000.000.000,00(empatmiliarrupiah)(Pasal107UUNo.39/2014).

PutusanMahkamahKonstitusiNo.138/PUU-XIII/2015yangdiantaranyamenetapkanbunyiPasal42UUNo.39/2014diubahmenjadi “KegiatanusahabudidayaTanamanPerkebunandan/atauusahaPengolahanHasilPerkebunansebagaimanadimaksuddalamPasal41ayat(1)hanyadapatdilakukanolehPerusahaanPerkebunanapabilatelahmendapatkanhakatastanahdanizinUsahaPerkebunan”,telah menempatkan kewajiban penyelesaian hak atas tanah bagi usaha perkebunan sebelummelakukan tahapan pembangunan kebun. UU No. 39/2014 ini juga diperkuat untuk memberikanperlindunganterhadapmasyarakatadat.Walaupunkemudiantidakadapengaturanspesifik terkaitpenanganankonflikperkebunandalamundang-undangini.

KELEMBAGAAN PENYELESAIAN KONFLIK DI PEMERINTAHAN PROVINSIKALIMANTANTIMUR

PemprovKaltimtelahmenandatanganiKesepakatanBersamaPemerintahProvinsiKalimantanTimurdenganKepolisianDaerahKalimantanTimur,KantorWilayahBadanPertanahanNasionalKalimantanTimur dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV Nomor 110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013tanggal25Januari2013.Sampaidengansaat ini,belumadatindak lanjutataskesepakatanbersamatersebut.Didalamnaskahkesepakatanbersama,disebutkanbahwakesepakatantersebutdimaksudkanuntuk:

1. MembentuktimterpadupadatingkatProvinsiuntukmencegah,menanganidanmenyelesaikanpermasalahan tumpeng tindih perijinanpenggunaan lahandan atauhak atas tanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.

2. Sinkronisasidanverifikasidataantarinstansi.3. Mewujudkan situasi keamanandanketertibanmasyarakat serta iklim investasi yangamandan

kondusifdiwilayahProvinsiKalimantanTimur

Sedangkanyangmenjaditujuankesepakatanbersamaadalah:

4. Terbentuknya Tim Terpadu dalam rangka pencegahan, penanganan dan penyelesaianpermasalahan timpang tindih perijinan penggunaan lahan dan atau hak atas tanah di wilayahProvinsiKalimantanTimur.

5. Melaksanakan pembinaan kepada seluruh elemen masyarakat dalam rangka pencegahanterjadinyatumpengtindihperijinanpenggunaanlahandanatauhakatastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.

6. MenyelesaikanpermasalahantumpangtindihperijinanpenggunaanlahandanhakatastanahdiwilayahProvinsiKalimantanTimur.

Kesepakatan bersama ini telahmenyebutkan perihal pencegahan, pertukaran data dan informasi,penanganan dan penyelesaian (mediasi), penegakan hukum, pembiayaan, serta monitoring dan

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

4

evaluasi. Disebutkan juga mengenai adanya rapat koordinasi secara berkala atau sesuai dengankebutuhan, serta melakukan sinkronisasi data dan informasi perijinan. Lebih lanjut disebutkanberkaitandenganinventarisasidanidentifikasipermasalahantumpangtindihperijinandandibukanyaruangbagiparapihakyangbermasalahdalamtumpangtindihperijinanpenggunaanlahanataupunhakatastanah.Namuntidakadatindaklanjutyangdilakukan,baikolehSekretariatDaerahmaupunOPDPemprovKaltimdalammenindaklanjutikesepakatanbersamaini.BahkanBPNdanBPKHWilayahIVbelummemiliki informasiyangmemadai terkaitdengankesepakatanbersama ini.Pun terhadapkeberadaanPerjanjianKerjaSama,yangdisebutkanakandiselesaikandalamwaktu3(tiga)bulanpascapenandatanganankesepakatan,belumdilakukan.

Kesepakatanbersamayangakanberakhirpadaawaltahun2018inibelummenghasilkanhal-halyanglebihkonkretdidalampenyelesaiankonfliklahandiKaltim.Dalamkurunyangtersisaini,makasudahselayaknya Pemprov Kaltim, sebagai pihak yang memimpin kesepakatan bersama ini untuk dapatmewujudkan kelembagaan penyelesaian konflik, yang akan lebih baik bila melibatkan para pihak,utamanyaakademisidanorganisasimasyarakatadat,didalamtimyangdibentuk.

GAGASANKELEMBAGAANRESOLUSIPENYELESAIANKONFLIK

Penyelesaiankonflikagrariatidakbisaterlepasdarikeharusanpemerintahmelakukanpenataanulangpemilikan,penguasaandanpemanfaatanatastanah(reformaagraria).ReformaAgrariabertujuanpulauntukmencegahkonflikagrariatidakterjadilagi.Melihatbentuk,corakdanpenyebabkonflikagrariaselamaini,makapenyelesaiankonflikagrariadapatmelaluitigajalurpenyelesaian,yaknipenyelesaiankonflikmelaluiforumnonyudisial(negosiasi,mediasidanarbitrasedanperadilanadat),penyelesaiankonflikmelalui quasi yudisial (komisi khususpenyelesaian konflik agraria, danpenyelesaian konflikmelaluiperadilanformalsertaperlunyaperadilankhusussengketadankonflikagraria5.

Mekanismeresolusipenyelesaiankonflikdapatdiklasifikasikankedalamtahapan,yaitu: identifikasidanpencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.

1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik

Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:

1. Pemetaanpotensikonflika. Identifikasipotensikonflikb. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflikc. Verifikasidanvalidasid. Penentuanprioritaspenanganankonflik

2. Sosialisasidanpenyuluhana. Sosialisasibataskawasanperizinan,termasukpenggunaan,pemanfaatan,perlindungan,

pengamanandankegiatanlainnya

5Arsyad,I.2016.PenyelesaianKonflikAgraria.PolicyBrief.Volume3tahun2016.EpistemaInstitute.http://epistema.or.id/download/Policy_Brief_Epistema_Institute_vol_3-2016_web.pdf

IdentifikasidanPencegahan

Konflik

PenanganandanPenyelesaian

Konflik

PemulihandanPemantauanPasca-Konflik

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

5

b. Peningkatan pengetahuan, kesadartahuan, perubahan perilaku dalam pengelolaankekayaanalamberkelanjutan

3. Penetapan(pengukuhan)batasperizinana. Penataanbatas,b. Rekonstruksibatas,c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas

Pencegahankonflikdapatdilakukanmelaluiprosespengidentifikasianpotensikonfliksecaraaktifolehbadanpubliksesuaikewenangannya,utamanyayangberkaitaneratdenganagraria.

2. PenangananDanPenyelesaianKonflik

Penanganan konflik didahului dengan adanya informasi konflik berdasarkan temuan maupunpelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimanaperaturanperundang-undangan,yaitumelalui:

1. BadanPertanahanNasional,dikabupaten/kotadanprovinsi(PeraturanMenteriAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNomor11Tahun2016TentangPenyelesaianKasusPertanahan)

2. Sektorperkebunan,hinggasaatinimasihbelumadaskemayangdimuatkandidalamperaturanperundang-undangan, walaupun pada Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, terdapat SeksiPenangananKonflikpadaBidangPerkebunanBerkelanjutan.

Untuk tingkat provinsi Kaltim, diharapkan ada tindak lanjutNota Kesepahaman yang telah dibuat,dengan membangun Perjanjian Kerja Sama antara Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Timurdengan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur untuk membangun mekanisme bersamapenyelesaiankonflikperkebunan,utamanyayangberkaitandengankonfliklahan/tenurial.

Tahapanpenanganankonflikmeliputi:

1. Penyusunanprofilkonflik,yangdiantaranya:identitaspihak,wilayahkonflik,permasalahan,dandokumenpendukung.

2. Pemeriksaan,yangdilakukanmelalui:pemeriksaanmeja(desktop,administrasi)danpemeriksaanlapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuksecarakhusus,maupuntimyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlianhukum,anthropologi/sosiologi,lingkunganhidup/ekologi.

3. Analisiskonflik,yangdapatdilakukanolehahlidalambentukTim,danPenyusunanrekomendasiberdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihakberkonflikdanKepalaDaerahsertaOrganisasiPerangkatDaerahyangberkaitan.Rekomendasidapatberupa:

a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflikb. Mediasi: dilakukan olehmediator yang diusulkan dan disepakati oleh para pihak yang

berkonflik,atauc. Penegakanhukum:penyampaianberkaslaporankonflikkepadaaparatpenegakhukum.

Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitorganisasi,yaitu:

PenyusunanProfilKonflik

•identitaspihak,•wilayahkonflik,•permasalahan,dan•dokumenpendukung

Pemeriksaan

•Dekstop/telaahadministrasi•Verifikasilapangan

AnalisiskonflikdanPenyusunanRekomendasi

•Dilakukanbeberapaahli•Rekomendasidapatberupa:negosiasi,mediasi,ataupenegakanhukum

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

6

1. PengesahanKeputusan:merupakanpejabatyangmenetapkanhasilkesepakatanyangdiambil.2. Penelaahandanpengambilankeputusan:melakukanpenelaahan lapangan,melakukananalisis,

sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan pencatatan

hasilkesepakatan.

3. PemulihandanPemantauanPascaKonflik

Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan yangdihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hal lainyang jugapentingdilakukanadalahpemulihanpascakonflik,yangdapatdilakukanmelaluipendampingan,bimbinganteknis, fasilitasi, dan pemantapan kawasan (perijinan). Selain itu, juga dilakukan pemantauan hasilkesepakatan, agar dapat dipastikan bahwa kesepakatan telah dijalankan dan telah memberikanmanfaatbagipihakyangberkonflik.

MASUKAN UNTUK RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSIKALIMANTANTIMURTENTANGPERKEBUNANBERKELANJUTAN

MasukaniniberdasarkanRancanganPeraturanDaerahProvinsiKalimantanTimurtentangPerkebunanBerkelanjutanversi13April2017.

1. MasukanterhadapBabXIIPengelolaanKonflikPerkebunan

a) Pasal67PenangananKonflikPerkebunan1) Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, Pelaku Usaha Perkebunan,

masyarakat,danparapihakterkaitmelakukanpenanganankonflikperkebunan.2) Penyelesaiankonflikperkebunandimaksudkanuntukmendapatkankepastianhukumbagi

para pihak, sehingga dapat menjamin keberlangsungan usaha perkebunan dankesejahteraanmasyarakat.

3) Penyelesaiankonflikperkebunanterdiridari:(a)identifikasidanpencegahankonflik;(b)penanganandanpenyelesaiankonflik,dan;(c)pemulihandanpemantauanpascakonflik.

4) Badan Usaha Perkebunan berkewajiban mendeteksi adanya konflik sedini mungkin,menyampaikanhasil identifikasikepadaDinasdanmengutamakanpenyelesaiankonflikmelaluipendekatannegosiasidan/ataumediasiyangdapatditerimaolehsemuapihak.

5) Dalam rangka menangani konflik dan/atau sengketa Perkebunan, dibentuk LembagaPenyelesaianKonflikdidaerahberdasarkankeputusangubernur.

6) Pembiayaan Lembaga Penyelesaian Konflik Perkebunan Daerah dibebankan kepadaAnggaranPendapatandanBelanjaDaerahProvinsidanKabupaten/Kota.

7) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyelesaian konflik dan LembagaPenyelesaianKonflikPerkebunanDaerahdiaturdalamPeraturanGubernur.

b) PenjelasanPasal671) Cukupjelas2) Cukupjelas3) Cukupjelas4) Badan Usaha Perkebunanmenyampaikan laporan kepada Dinas sekurang-kurangnya 1

(satu)kalidalam6(enam)bulan.5) Lembaga Penyelesaian Konflik Perkebunan setidaknya terdiri dari: (1) Pelaksana, yang

merupakanSekretariatDaerah,OPDPerkebunan,BadanPertanahanNasioaldidaerah,(2)Tim Panel, yang terdiri dari para ahli, setidaknya ahli antropologi atau sosiologi, ahlihukum,ahliekologiataulingkunganhidup,dan(3)Sekretariat,yangbertempatdiDinasPerkebunansesuaidenganTugasPokokdanFungsinya.

6) Cukupjelas.

MasukanTerhadapRaperdaPerkebunanBerkkelanjutan

7

7) PeraturanGubernursetidaknyamemuatmekanismepenyelesaiankonflikyangberisikan:(1)identifikasidanpencegahan,(2)mekanismepenanganan,(3)bentukpenanganan,(4)penanganandarurat,(5)pemulihan,(6)pemantauan,(7)strukturlembaga,(8)pelaporan,dan(9)pembiayaan.

c) Pasal68dihapuskan.

2. MasukanterhadapBagianKelimaPengelolaanAreadengannilaiKonservasiTinggi

a) Berkaitan dengan kawasan ekosistem esensial, maka perlu ditambahkan “PeraturanPemerintahRepublikIndonesiaNomor28Tahun2011TentangPengelolaanKawasanSuakaAlam Dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217), yang sebagiandiubah dengan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 108 Tahun 2015 TentangPerubahanAtasPeraturanPemerintahNomor28Tahun2011TentangPengelolaanKawasanSuakaAlamDanKawasanPelestarianAlam(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2015Nomor330,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor5798)”

b) Penjelasan tentang kawasan ekosistem esensial, dimuat di bagian penjelasan Perda, yaitu“Ekosistemesensialadalahekosistemdiluarkawasankonservasiyangsecaraekologispenting,sertamemilikikeunikanhabitatdan/ataujenistumbuhandansatwaliardan/ataumempunyaifungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan ekosistem esensialmeliputiekosistemkarst,lahanbasah(danau,sungai,rawa,payau,danwilayahpasangsurutyangtidaklebih dari 6 (enam)meter),mangrove, gambut dan kerangas yang berada di luar kawasankonservasi(kawasansuakaalamdan/ataukawasanpelestarianalam).”

PENUTUP

Upaya penyelesaian konflik perkebunan akanmemberikan jaminan terhadap keberlanjutan usahaperkebunan. Untuk itu menjadi penting, ditengah ketiadaan pengaturan, baik pedoman umummaupunpedomanteknis,penyelesaiankonflikdisektorperkebunan,dibangunpengaturanditingkatprovinsi,agarparapihakmemilikipedomandanacuanyangsamadanmenjaminketerbukaandalamprosespenyelesaiankonflikdisektorperkebunan.

Halterpentingdalamupayapenyelesaiankonflikperkebunanadalahdenganmelibatkanparapihakdai dalam upaya penyelesaian konflik perkebunan, termasuk instansi pemerintah pusat, baikkehutananmaupun pertanahan, dan para pihak lainnya, baik akademisi maupunmasyarakat sipillainnya.

YAYASANBUMI

Jl.P.M.NoorKomplekBumiSempajaBlokEANo.93Samarinda,KalimantanTimurEmail:[email protected]:http://bumibaru.idProgramManagerClickForest:ErmaWulandari,[email protected],HP.085246146119KelembagaanKonflik:AdeFadli,[email protected],HP.082158160061

LEMBARINFO-10072017

1

PENYELESAIANKONFLIKSEKTORKEHUTANANDIKALIMANTANTIMUR

LEMBARINFO–10072017

YayasanBUMI,[email protected]

PENGANTAR

Konflik kehutanan merupakan konflik yang banyak terjadi di era sebelum reformasi dan otonomi

daerah, sertamasihberlanjuthinggasaat ini.Berbagaigagasanpernahdilontarkan, seiringdengan

kehadiranUUNo.41tahun1999tentangKehutanandanlahirnyaKetetapanMPRNo.IX/2001tentang

Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, pun hingga dibentuknya Komisi Nasional

untuk Penyelesaian Konflik Agraria (KNUPKA). Saat ini, Kementerian Kehutanan, yang menjadi

KementerianLingkunganHidupdanKehutanan,telahmelihatkonfliksebagaisebuahpermasalahan

pentinguntukdiselesaikan.

YasmidanDhiaulhaq(2012)menyebutkanbeberapahalyangmenjadipenyebablangsungtimbulnya

konflik hutan di Asia, diantaranya adalah pengrusakan lahan milik masyarakat (kebun, makam,

pepohonan),polusi,kurangnyakesempatankerjabagimasyarakat lokal,sertakurangnyakonsultasi

denganmasyarakat.Halinipadadasarnyadisebabkanolehsengketatenurialantaratanahnegaradan

hakulayat,buruknyakoordinasiantaralembaga-lembagapemerintah,sertakebijakankonservasidan

pembangunan yang mengakibatkan terusirnya masyarakat lokal.1 Sebelumnya, Wulan, dkk (2004)

menyebutkandari359kasuskonflikyangberhasildicatat,39%diantaranyaterjadidiarealHTI,34%di

kawasankonservasi (termasukhutan lindungdan tamannasional),dan27%diarealHPH.2Dengan

adanya perundang-undangan baru terkait Desa (UU No. 6/2014 tentang Desa), maka dalam

penyelesaian konflik kehutanan, setidaknya akan melibatkan tiga institusi, yaitu Kementerian

Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012

terkaitkedudukanhutanadat,jugamemberikanpengaruhterhadappengubahanstatushutansaatini,

denganmemisahkanantarahutanadatdanhutannegara.

KEBIJAKANPENYELESAIANKONFLIK

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan

HidupdanKehutananNo.P.84/Menlhk-Setjen/2015 tentangPenangananKonflikTenurialKawasan

Hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengurusan hutan yang

1Yasmi,Y.danDhiaulhaq,A.2012.KonflikKehutanandiAsiadanImplikasinyabagiREDD+.WartaTenureIEdisi10tahun2012.ISSN1978-1865.http://wg-tenure.org/wp-content/uploads/2013/05/Warta-Tenure-10.pdf2 Wulan, Y. C., dkk,.2004. Analisis Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003, hal. 8. CIFOR, Bogor.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf

LEMBARINFO-10072017

2

berkelanjutan. PermenLHK ini mengatur penanganan, penyelesaian dan pengawasan pelaksanaan

penyelesaiankonfliktenurialkawasanhutan.Mekanismeyangditawarkanaturaniniadalahmelalui

permohonanpenangangankonfliktenurial.

DirjenPerhutananSosialdanKemitraanLingkunganmembentukTimIndependenPenangananKonflikTenurialKawasanHutan(TIPKTKH),denganberanggotakanahliantropologi,hukum,dan/atausosial

kemasyarakatan. Selain itu, juga dibentuk Tim Asesor Penanganan Konflik Tenurial Kehutanan

(TAPKTH), yang bertugas untukmelakukan asesmen konflik tenurial.Metoda penyelesaian konflik

tenurialkehutananyangditawarkanadalahmediasi,perhutanansosial,ataupenegakanhukum.

Gambar1.DiagramAlurPenangananKonflikTenurialKawasanHutan

Terdapat2(dua)peraturanteknisberkaitandenganPermenLHKtersebut,yaitu:PerdirjenPSKLNo.

P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan

dan Perdirjen PSKL No. P.6/PSKL/SET/PSL.1/5/2016 tentang Pedoman Asesmen Konflik Tenurial

KawasanHutan.

Dalammelakukanpemantauankonflikkehutanan,jugatelahditerbitkanPeraturanDirekturJenderal

PengelolaanHutanProduksiLestariNo.P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016tentangPedomanPemetaan

PotensidanResolusiKonflikpadaPemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayu(IUPHHK)dalam

HutanProduksi.PerdirjenPHPLiniberkaitandenganpencapaianpengelolaanhutanproduksilestari

yangmengamanatkanadanyaprosespemetaanpotensikonflikdanupayapenyelesaiannyadilakukan

secarasistematisdanterukuragarmemperolehhasilyangoptimaldanefektif.

Terdapat 5 kriteria dalampemetaan potensi konflik, yaitu: (1) Karakteristik perusahaan pemegang

IUPHHK; (2) Kegiatan masyarakat di areal IUPHHK yang berpotensi menimbulkan konflik; (3)

Keberadaan klaim masyarakat desa hutan di dalam areal IUPHHK yang berpotensi menimbulkan

konflik;(4)Aspekkonfliksosial,dan;(5)Kelembagaandesadankeberadaantokohmasyarakat.Hasil

pemetaanpotensikonflikdanresolusikonflikdilaporkankepadaDinasKehutanandanditembuskan

kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Balai Pemantauan Pemanfaatan

HutanProduksi,setiap6(enam)bulan.Pendekatanresolusikonflikyangdigunakandidalampedoman

tersebut adalah mekanisme legal atau jalur hukum formal, resolusi konflik melalui mekanisme

penyelesaianalternatif(alternativedisputeresolution),ataupendekatankesejahteraan.

Hampirsebagianbesarkajianterkaitdengankonfliksektorkehutananadalahterkaitdengankepastian

tenurial3. Soal tenurial ini berkaitan erat dengan Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 45/PUU-

3BacaM.A.Safitri,M.A.Muhshi,M.Muhajir,M.Shohibuddin,Y.Arizona,M.Sirait,G.Nagara,Andiko,S.Moniaga,H.Berliani,E.Widawati,S.R.Mary,G.Galudra,Suwito,A.Santosa,H.Santoso.2011.MenujuKepastiandanKeadilanTenurial(edisirevisi

LEMBARINFO-10072017

3

IX/2011tentangujiPasal1angka3UUNo.41/1999tentangKehutanan,yangditerbitkanpadatanggal

21Februari2012danPutusanMKNomor35/2012 terkaithutanadat4.Namunstatistikkehutanan

menunjukkanbahwapenetapankawasanhutanhinggasaatinibelummenujusebagianbesarkawasan

hutan. Walaupun sudah terdapat Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan dan Peraturan

MenteriKehutananNomorP.47/Menhut-II/2010tentangPanitiaTataBatasKawasanHutan.

Gambar2.PetaPenetapanKawasanHutanKalimantan(KLHK,2015)

Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.44/Menhut-II/2012 tentang

Pengukuhan Kawasan Hutan menyebutkan bahwa pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian

kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan. Kawasan hutan yang telah

ditatabatastemugelangditetapkandenganKeputusanMenteri.Dalamupayatersebut,makapenting

tetapmemperhatikankepemilikanlahandikawasanyangakanditetapkan,yangmemerlukanbukti,

yangterdiridaribuktiyangberbentuktertulisatautidaktertulis.Pembuktianhak-haksecaratertulis

ditunjukkandenganadanyabuktiyangdiperolehsebelumpenunjukankawasanhutanberupa:

a. hakmilik;

b. hakgunausaha;

7 November 2011). Kelompok Masyarakat Sipil untuk Reformasi Tenurial.http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/01/naskahrevisi-peta-jalan-reformasi-tenurial-hutan-final-09112011.pdf;Zakaria,R.Y.,H.Berliani,J.Waluyo,A.Kiki,Suwito,G.Hardiyanto,A.Prameswari,A.Rompas,danY.Dedy.2015.Mekanisme Penyelesaian Sengketa Tenurial di Tingkat Lokal Alternatif di Tengah Kemandegan Inisiatif di TingkatNasional. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia,http://www.kemitraan.or.id/sites/default/files/Kajian%20tentang%20Sengketa%20Agraria.pdf; Wulan, Y.C., Y. Yasmi, C.Purba,E.Wollenberg.2004.AnalisaKonflikSektorKehutanandi Indonesia1997–2003.Centerfor InternationalForestryResearch.http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BWulan0401I0.pdf4 Pasal 1 angka 3 UUNo. 41/1999 tentang Kehutanan berubahmenjadi “Kawasan hutan adalahwilayah tertentu yangditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap” (PUUMKNo.45/2011)danPasal1angka6UUNo.41/1999yangmenyatakanbahwa“hutanadatadalahhutannegarayangberadadalamwilayahmasyarakathukumadat.”(PUUMKNo.35/2012).

LEMBARINFO-10072017

4

c. hakgunabangunan;

d. hakpakai;dan

e. hakpengelolaan.

f. hakeigendom,opstal,erfpacht.

g. petukpajakbumi/landrente,girik,pipil,kekitir,VerpondingIndonesiadan

alashakyangdipersamakandenganitu;

h. suratketeranganriwayattanahyangpernahdibuatolehKantorPelayanan

PajakBumidanBangunan;ataulain-lainbentukalatpembuktiantertulisdengannamaapapun

juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-Ketentuan

KonversiUndang-UndangPeraturanDasarPokok-PokokAgraria,yangdisertaiklarifikasidari

instansiyangmembidangiurusanpertanahansesuaidengankewenangannya.

Pembuktiansecaratidaktertulisdenganketentuan:

a. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialyangberdasarkansejarahkeberadaannyasudah

adasebelumpenunjukankawasanhutan;

b. permukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdalamdesa/kampungyangberdasarkansejarah

keberadaannyaadasetelahpenunjukankawasanhutandapatdikeluarkandarikawasanhutan

dengankriteria:

1) TelahditetapkandalamPerda,dan

2) TercatatpadastatistikDesa/Kecamatan,dan

3) Pendudukdiatas10(sepuluh)KKdanterdiridariminimal10(sepuluh)rumah.

c. Keberadaanpermukiman,fasilitasumum,fasilitassosialdidukungdengancitrapenginderaan

jauhresolusimenengahsampaitinggidanmenjadibagianyangtidakterpisahkandalamBerita

AcaraTataBatas.

Sementara itu, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,MenteriKehutananRepublikIndonesia,MenteriPekerjaanUmumRepublikIndonesia,danKepalaBadan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/MENHUT-II/2014,17.PRT/M/2014,8/SKB/X/2014tentangTataCaraPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalam Kawasan Hutan memberikan mandat untuk pembentukan Tim Inventarisasi Penguasaan,

Pemilikan,PenggunaandanPemanfaatanTanah(IP4T)di tingkatkabupaten/kotadanprovinsi.Tim

terdiri dari BadanPertanahanNasional,Organisasi PerangkatDaerahKehutanan,OPDPertanahan,

OPD Tata Ruang, Camat dan Lurah/Kepala Desa. Tim ini diantaranya bertugas untuk melakukan

penerimaan pengaduan, pendataan, analisis danmemberikan rekomendasi. Hasil pengolahan dan

analisisdibahasdalamrapatTimIP4T.SelanjutnyaTimIP4Tmemutuskandalambentukrekomendasi

yangberisi:

a. bidangtanahyangdapatditeruskanpermohonannyamelaluipenegasan/pengakuanhak.

b. bidangtanahdapatdiberikanhakatastanahdalamrangkareformaagraria/redistribusitanah.

c. bidangtanahdapatdiberikanhakhutankemasyarakatan.

SelainitujugatelahadaPeraturanMenteriAgrariadanTataRuang/KepalaBPNNo.10/2016tentangTata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yangBeradadalamKawasanTertentu,namunkeduaperaturaninimasihmemposisikanTimInventarisasi

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) sebagai Tim yang pasif dalam

menerimapendaftaranpermohonanIP4T,hinggamelakukanverifikasi,pendataanlapangan,analisis

danpengusulanpengubahankawasanhutan.

LEMBARINFO-10072017

5

Gambar3.AlurPenyelesaianPenguasaanTanahyangberadadidalamKawasanHutan

PemprovKaltimsendiritelahmelakukankesepakatandenganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasan

HutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisianDaerahKaltimuntukPencegahan,PenanganandanPenyelesaian Tumpang Tindih Perizinan Penggunaan Lahan dan atauHakAtas Tanah diwilayahProvinsi Kaltim, pada 25 Januari 2013, melalui Kesepakatan Bersama Nomor110/1317/BPPWK.A/I/2013,B/02/I/2013,B6/Memo-64/I/2013,danPKS.45/BPKH/IV/2013.

PermenLHK Nomor P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman PelaksanaanPelimpahanSebagianUrusanPemerintahanBidangLingkunganHidupDanKehutananTahun2017YangDilimpahkanKepadaGubernurSelakuWakilPemerintah,mendelegasikanpembentukanDeskPenanganan Konflik di Daerah, yang dimaksudkan untuk menginformasikan dan mendiskusikan

kondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdanparapihakdidaerah.RuanglingkupkegiatanDesk

Penanganan Konflik di daerah yaitu konflik tenurial dan penyelesaianmasalahmasyarakat hukum

adat.NamunsampaisaatinibelumadadibentukDeskPenangananKonflikdiKaltim.

Berdasarkan Perdirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No. P.5/PHPL/UHP/PHPL.1/2/2016tentangPedomanPemetaanPotensidanResolusiKonflikPemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutan (IUPHHK) dalam Hutan Produk, serta Surat Edaran Nomor: SE.1/Menlhk-II/2015 TentangPenangananKasus-KasusLingkunganHidupDanKehutanantanggal4Maret2015,yangsalahsatu

bagiannyaadalahmemerintahkankepadaparapemegangIzinUsahaPemanfaatanHasilHutanKayupadaHutanAlam/HutanTanaman/RestorasiEkosistem(IUPHHK–HA/HT/RE),pemegangIzinPinjamPakaiKawasanHutan(IPPKH)danPerumPerhutaniuntuk:

a. Memetakan potensi dan resolusi konflik di dalam areal ijinnya, termasukmemetakan di areal

kerjanya setiap klaim sengketa lahan hutan yang ada dalam masyarakat adat/masyarakat

setempat

b. Menyusun Standard Operational (SOP) penyelesaiannya dengan prinsip Good CorporateGovernance,sertaupayapenyelesaiankonfliksecarasistematisdanterukur

c. MelaporkanRencanaAksitersebutkepadaMenteriLingkunganHidupdanKehutanan.

d. Melaporkanhasilpemetaanpotensidanresolusikonflik,sertaperkembanganpenyelesaiankonflik

kepada Dinas Kehutanan Provinsi, dan ditembuskan pada DIrjen Pengelolaan Hutan Produksi

LestaridanBalaiPemanfaatanHutanProduksisetiap6(enam)bulan.

LEMBARINFO-10072017

6

MEKANISMEPENYELESAIANKONFLIK

Mekanisme penyelesaian konflik dapat diklasifikasikan ke dalam tahapan, yaitu: identifikasi dan

pencegahan,penanganandanpenyelesaian,pemulihandanpemantauanpascakonflik.

1. IdentifikasiDanPencegahanKonflik

Tindakanpencegahankonflik,setidaknyaterdiridari:

1. Pemetaanpotensikonflik

a. Identifikasipotensikonflik

b. Penyusunanpetaindikatifpotensikonflik

c. Verifikasidanvalidasi

d. Penentuanprioritaspenanganankonflik

2. Sosialisasidanpenyuluhan

a. Sosialisasi batas kawasan hutan dan perizinan, termasuk penggunaan, pemanfaatan,

perlindungan,pengamanandankegiatanlainnya

b. Peningkatan pengetahuan, kesadartahuan, perubahan perilaku dalam pengelolaan

kekayaanalamberkelanjutan

3. Penetapan(pengukuhan)bataskawasanhutandanperizinan

a. Penataanbataskawasan,

b. Rekontruksibataskawasan,

c. Pemasangantandabatas,pemeliharaanbatas

2. PenangananDanPenyelesaianKonflik

Penanganan konflik didahului dengan adanya informasi konflik berdasarkan temuan maupun

pelaporan.Saatini,telahterdapatmekanismepenerimaanpengaduankonflik,sebagaimanaperaturan

perundang-undangan,yaitumelalui:DeskPenangananKonflikKehutanandiDinasKehutananProvinsi

(PermenLHKNomor84/2016 tentangPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKL

Nomor4/2016tentangPedomanMediasiPenangananKonflikTenurialKawasanHutan,PerdirjenPSKL

Nomor6/2016tentangPedomanAsesmenKonflikTenurialKawasanHutan,danPermenLHKNomor

P.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pelimpahan Sebagian Urusan

Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2017 Yang Dilimpahkan Kepada

GubernurSelakuWakilPemerintah).

Tahapanpenanganankonflikmeliputi:

1. Penyusunanprofilkonflik,yangdiantaranya:identitaspihak,wilayahkonflik,permasalahan,dan

dokumenpendukung.

2. Pemeriksaan,yangdilakukanmelalui:pemeriksaanmeja(desktop,administrasi)danpemeriksaan

lapangan(verifikasi).PemeriksaandapatdilakukanolehTimyangdibentuksecarakhusus,maupun

timyangmerupakantimtetap,yangsetidaknyamemilikikeahlianhukum,anthropologi/sosiologi,

lingkunganhidup/ekologi.

3. Analisiskonflik,yangdapatdilakukanolehahlidalambentukTim,danPenyusunanrekomendasi

berdasarkanhasilanalisisdanpenyampaianrekomendasikepadaparapihakberkonflikdanKepala

DaerahsertaOrganisasiPerangkatDaerahyangberkaitan.Rekomendasidapatberupa:

IdentifikasidanPencegahanKonflik

PenanganandanPenyelesaianKonflik

PemulihandanPemantauanPasca-Konflik

LEMBARINFO-10072017

7

a. Negosiasi:dilakukanolehparapihakyangberkonflik

b. Mediasi: dilakukan olehmediator yang diusulkan dan disepakati oleh para pihak yang

berkonflik,atau

c. Penegakanhukum:penyampaianberkaslaporankonflikkepadaaparatpenegakhukum.

Dalammekanismetersebut,makasetidaknyaterdapattigaunitkelembagaan,yaitu:

1. PengesahanKeputusan:merupakanpejabatyangmenetapkanhasilkesepakatanyangdiambil.

2. Penelaahandanpengambilankeputusan:melakukanpenelahaan lapangan,melakukananalisis,

sertamenyusunrekomendasipenyelesaiankonflik

3. Administrasi: melakukan penerimaan pengaduan, pendokumentasian konflik, dan pencatatan

hasilkesepakatan.

3. PemulihanDanPemantauanPascaKonflik

Setelah diperoleh kesepakatan antar pihak yang berkonflik, maka butir-butir kesepakatan yang

dihasilkanharusdilaksanakansesuaidengantatawaktuyangdisepakati.Hal lainyang jugapenting

dilakukanadalahpemulihanpascakonflik,yangdapatdilakukanmelaluipendampingan,bimbingan

teknis,fasilitasi,danpemantapankawasan(hutan/perizinan).Selainitu,jugadilakukanpemantauan

hasilkesepakatan,agardapatdipastikanbahwakesepakatantelahdijalankandantelahmemberikan

manfaatbagipihakyangberkonflik.

REKOMENDASI

1. Menindaklanjuti Kesepakatan Bersama Pemprov Kaltim sendiri telah melakukan kesepakatan

denganBPNKaltim,BalaiPemantapanKawasanHutanWilayahIV(BPKHIV)KLHKdanKepolisian

Daerah Kaltim untuk Pencegahan, Penanganan dan Penyelesaian Tumpang Tindih Perizinan

Penggunaan Lahan dan atau Hak Atas Tanah di wilayah Provinsi Kaltim Nomor

110/1317/BPPWK.A/I/2013, B/02/I/2013, B6/Memo-64/I/2013, dan PKS.45/BPKH/IV/2013

melalui pembentukan Desk Penanganan Konflik di Kaltim untuk menginformasikan dan

mendiskusikankondisipenanganankonflikdenganmasyarakatdanparapihakdidaerah, serta

melakukanupaya penyelesaian konflik tenurial, sesuai pelimpahan sebagian kewenangan yang

dimuatdalamPermenLHKNomorP.100/Menlhk/Setjen/Set.1/12/2016.

2. Menyusunmekanismedanprosedurstandar(SOP)penyelesaiankonflikdisektorkehutanan.

3. Melakukan pemetaan konflik sektor kehutanan di Kaltim, berdasarkan laporan dari IUPHHK,

laporanmasyarakatdanidentifikasiaktifdariDinasKehutanandanKPH,sertamenyusunlangkah

penyelesaiankonfliknya.

Informasilebihlanjutdapatmenghubungi:

YayasanBUMI,email:[email protected];laman:http://bumibaru.id

Kontakperson:ErmaWulandari,M.Si.,HP.085246146119

PenyusunanProfilKonflik

•identitaspihak,•wilayahkonflik,•permasalahan,dan•dokumenpendukung

Pemeriksaan

•Dekstop/telaahadministrasi

•Verifikasilapangan

AnalisiskonflikdanPenyusunanRekomendasi

•Dilakukanbeberapaahli•Rekomendasidapatberupa:negosiasi,mediasi,ataupenegakanhukum