Post on 12-Jan-2016
description
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009:POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009: Tindak Lanjut Pembahasan AsumsiTindak Lanjut Pembahasan Asumsi
Ekonomi Makro dan Energi Ekonomi Makro dan Energi di Komisi VII & XIdi Komisi VII & XI
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009:POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009: Tindak Lanjut Pembahasan AsumsiTindak Lanjut Pembahasan Asumsi
Ekonomi Makro dan Energi Ekonomi Makro dan Energi di Komisi VII & XIdi Komisi VII & XI
Menteri Keuangan11 Juni 2008
ASUMSI EKONOMI MAKRO 2009
Indikator PPKF Kom VII & XI Exercise
Produk Domestik Bruto (triliun Rp) 5.256,0 5.254,9 – 5.309,6 5.275,9
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,0 – 6,4 6,2
Inflasi (%) 5,8 5,8 – 6,5 6,5
Tingkat Bunga SBI Rata-rata (%) 7,25 7,5 – 8,5 8,5
Nilai Tukar (Rp/US$) 8.950 9.000 – 9.200 9.100
Harga Minyak (US$/barel) 110 95 - 120 120
Lifting (MBCD) 0,950 0,927 – 0,950 0,950
Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mulai membaik, namun tekanan inflasi dari harga minyak dan harga pangan masih terjadi. Tekanan inflasi juga akan datang dari permintaan domestik (pemilu) sehingga kebijakan moneter tetap akan ketat. Perbaikan iklim investasi akan menunjukkan hasil sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi , sementara program2 penanggulangan kemiskinan melalui belanja APBN akan mengurangi jumlah penduduk miskin.
Volume konsumsi BBM total termasuk konversi menjadi 42,8 juta KL (!!)
ASUMSI INDIKATOR ENERGI 2009
Indikator PPKFKom VII
Exer-cise
Konsumsi BBM (juta KL) 32,6 38,8 38,8
Premium 14,4 20,4 20,4
Minyak Tanah 8,4 5,8 5,8
Solar 9,8 12,6 12,6
Konversi LPG (juta KL) 0,5 4,0 4,0
0
5
10
15
20
25
Juta
KL
PPKF Exercise
41,7%41,7%
28,6%28,6%
A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.024,5 1.060,0 a.l. 1. Penerimaan Perpajakan 723,9 729,4
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 300,1 330,1
B. Belanja Negara 1.105,9 1.143,5 I. Belanja Pemerintah Pusat 777,7 814,3
a.l. - Belanja K/L 311,5 300,7 - Subsidi 233,6 291,2
- Subsidi BBM 105,5 155,7 - Subsidi Listrik 78,3 77,9
II. Transfer Ke Daerah 328,2 329,2 C. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (81,3) (83,5)
% Thd PDB (1,5) (1,6) D. Pembiayaan 81,3 83,5
I. Pembiayaan Dalam Negeri 97,3 95,7II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (15,9) (12,3)
Buku PPKF Proyeksi
PROYEKSI RAPBN 2009(dalam triliun rupiah)
PPh MigasSubsidi Listrik
SDA Migas
Subsidi BBM
Simulasi Dampak Harga Minyak terhadap APBN
105.5
155.7
41.3
43.2
78.3
77.9
64.3 71.5
253.7
224.1
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 5 6 7
DBH Migas
PPKF 110 ICP 120
Faktor mempengaruhi Penerimaan Perpajakan
Baseline 2009 = [1 + (Elastisitas x Pertumbuhan TaxBase)] x Real 2008Baseline 2009 = [1 + (Elastisitas x Pertumbuhan TaxBase)] x Real 2008
Penerimaan 2009 = Baseline + Kebijakan + Perbaikan AdministrasiPenerimaan 2009 = Baseline + Kebijakan + Perbaikan Administrasi
• Pertumbuhan nominal PDB (2009:12,7%)• Kebijakan :
– Amandemen UU PPh : penurunan tarif, perluasan lapisan tarif, dan kenaikan PTKP
– Insentif pajak untuk sektor minyak, panas bumi dan investasi di sektor-sektor tertentu
• Administrasi : Intensifikasi dan ekstensifikasi serta kepatuhan : 5% dari Basis penerimaan (2009), 3% (2008 dan 2007)
• Penerimaan DJP : tumbuh 21,0% (2009), 28,0% (2008) dan 21,4% (2007)
Pro
yeks
i
Out
look
AP
BN
-P
200
250
300
350
400
450
500
550
600
2005 2006 2007 2008 2009
Faktor Mempengaruhi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai
• Proyeksi nilai impor barang modal (meningkat 46%)
• Kebijakan : – Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 1,9%,
ASEAN-Korea 2,4%, ASEAN-China 3,9% dan Indonesia-Jepang 4,5%
– Insentif mendukung keb. perdagangan & industri
– Cukai IHT menuju tarif full specific dan simplifikasi
– Tarif BK CPO lebih rendah dari tahun lalu
• Administrasi : – Memperluas KPU Kepabeanan– Implementasi NSW dan ASW (ASEAN
Single Window)– Penerapan manajemen risiko dan
kepatuhan
BM 2009 = Tarif x Dutiable Impor x KursBM 2009 = Tarif x Dutiable Impor x Kurs
Cukai 2009 = (Tarif x HJE x Produksi BKC) + Tarif SpesifikCukai 2009 = (Tarif x HJE x Produksi BKC) + Tarif Spesifik
BK 2009 = Tarif x Ekspor x KursBK 2009 = Tarif x Ekspor x Kurs
Pro
yeks
i
Out
look
AP
BN
-P
10
20
30
40
50
60
70
80
2005 2006 2007 2008 2009
Faktor Utama PNBP• Lifting minyak 950 ribu barel per hari; produksi gas alam
1.256,89 juta MMBTU, LNG 1.251,78 juta MMBTU, LPG 596,52 ribu Mton dan Batubara 230 juta ton
• Peningkatan produksi pertambangan umum (batubara, timah, nikel dan tembaga)
• Dividen BUMN rata-rata payout 50% kecuali BUMN akumulasi rugi, minoritas dan asuransi
0
1
2
3
4
5
6
Ju
ta B
OE
PD
Batubara 0.888 1.065 1.189 1.315 1.765 2.221 2.313 2.359 2.465
Gas Bumi 1.381 1.494 1.552 1.487 1.469 1.453 1.364 1.786 1.856
Minyak Bumi 1.341 1.249 1.147 1.094 1.062 1.006 0.954 0.927 0.95
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**
Subsidi dan Belanja Negara
• Subsidi BBM :– Basis volume konsumsi BBM menjadi 38,8 juta KL dan konversi minyak
tanah ke LPG 4,0 juta KL– Pengendalian konsumsi melalui :
• Kartu kendali dan konversi LPG• Kebijakan transportasi di perkotaan untuk mobil pribadi• Kebijakan Fiskal terkait
• Subsidi listrik dengan parameter :– Growth sales 6,7%– Fuel Mix : BBM 24,8%, Biodiesel 0,05%, Batubara 40,5%, Panas Bumi
3,1%, Gas Alam 23,8% dan Hidro 7,8%– Kebijakan subsidi terarah
• Subsidi Pupuk dan Pangan: – Menambah Volume pupuk bersubsidi : 7,0 8,6 juta ton– Meningkatnya harga pokok produksi (HPP)– Menyalurkan RASKIN kepada RTS
• Melanjutkan kebijakan BLT dan program kemiskinan• Alokasi DAU dengan memperhitungkan subsidi BBM• Alokasi belanja K/L sesuai dengan prioritas RKP 2009 dengan sasaran
penurunan jumlah RT miskin dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi.
Pagu indikatif belanja K/L 2009 menjadi Rp300,7 T
120.8
189.4223.8
290.0 300.7
0
50
100
150
200
250
300
350
2005 2006 2007 2008APBN-P
2009Outlook
Belanja Kementerian/Lembaga
Kebijakan Pembiayaan Anggaran
• Sumber terbesar dari SBN• Penerbitan SBN telah
mempertimbangkan : • Mengutamakan SBN rupiah• Diversifikasi instrumen, tenor dan mata uang• Daya serap pasar, baik institusi, perbankan
dan reksadana• Beban bunga dan risiko• Ketersediaan aset untuk SUKUK
Kesimpulan
• RAPBN 2009 masih menghadapi risiko terkait harga minyak dunia dan konsumsi BBM dalam negeri
• Risiko ketidakpastian tersebut akan mempengaruhi kepercayaan pelaku ekonomi terhadap APBN dan perekonomian nasional
• Desain pokok-pokok kebijakan fiskal dan RAPBN 2009 mengantisipasi risiko yang akan dihadapi terkait dengan : pengendalian konsumsi BBM bersubsidi dan pembagian beban antara Pusat dan Daerah, optimalisasi pembiayaan yang berasal dari SBN
• PPKF 2009 telah memperhitungkan berbagai insentif fiskal di sisi perpajakan, peningkatan belanja infrastruktur dan sosial untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan penurunan jumlah penduduk miskin
Terima Kasih