Post on 06-Dec-2014
Nama : Ardy Destu
NIM : 105 120 300 111 038
Kelompok Pembantu Pelaksana SMAK Santa Maria
Malang
Pendidikan pada zaman sekarang sudah menjadi hal yang penting, tidak
lagi seperti 20 atau 30 tahun yang lalu. Pendidikan bagi sebagian masyarakat
dunia sudah menjadi hal yang wajib. Tidak hanya bagi anak-anak, orang dewasa
pun terkadang mewajibkan dirinya sendiri untuk menempuh pendidikan. Begitu
pula perkembangannya di Indonesia. Fenomena “Wajib Belajar 9 Tahun” dapat
dengan jelas mencerminkan pentingnya sebuah pendidikan bagi bangsa dan
negara.
Pendidikan di Indonesia sangat identik sekolahm, sebuah bangunan dan
lembaga untuk proses belajar-mengajar para siswa. Ibarat sebuah komputer yang
terdiri dari hardware dan software agar dapat berfungsi, sekolah pun demikian.
Ada keterkaitan yang erat antara sarana, prasarana, dan lingkungan sekolah
dengan SDM yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
para ahli. Sarana, prasarana, dan lingkungan sekolah menjadi perhatian untuk
menilai apakah sekolah memiliki kualitas yang baik atau tidak.
Asumsi di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Seto Mulyadi, Psikolog
dan pengamat pendidikan anak, Seto Mulyadi mencatat sejumlah poin kriteria
yang bisa menjadi acuan orangtua dalam memilih sekolah yang tepat. Dari tujuh
poin yang ada, pada poin ketiga Seto Mulyadi mengingatkan para orangtua untuk
memperhatikan kondisi sekolah dan lingkungan di sekitarnya, termasuk
kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah.
Dengan berbagai cara, sekolah-sekolah sekarang tidak hanya menyiapkan
tenaga-tenaga pengajar yang bagus, tetapi kondisi lingkungan juga menjadi
perhatian yang tidak kalah penting. Tata letak ruang kelas, keasrian sekolah,
sarana dan prasarana yang mengikuti perkembangan zaman, dan yang utama
adalah kebersihan sekolah.
Kebersihan sekolah adalah tanggung jawab bersama warga sekolah. Baik
itu siswa, kepala sekolah dan guru, staf sekolah, dan para petugas kebersihan.
Walaupun demikian, petugas kebersihan memiliki porsi yang lebih besar untuk
menjaga kebersihan sekolah. Tidaklah mungkin seorang siswa yang memiliki
tujuan belajar terus-terusan diminta memperhatikan tumpukan daun-daun jatuh,
merawat tempat duduk di taman, dan lain sebagainya.
Petugas kebersihan sekolah sering kali luput dari pengamatan, entah itu
oleh siswa, guru, staf, atau para orang tua. Perannya yang secara tidak langsung
dengan menciptakan dan menjaga lingkungan sekolah tetap bersih sering tidak
disadari. Yang lebih menyedihkan adalah tidak sedikit orang-orang yang
menyepelekan tugas-tugas para petugas kebersihan ini, termasuk di SMAK Santa
Maria Malang.
A. Profil Kelompok
Setiap pagi, setelah para
siswa berada di dalam kelas
untuk bersiap menerima
pelajaran, sekelompok pria juga
bersiap menjalankan tugas
berbeda, Slamet, Hari, Sogol,
Arifin, Firman, dan Adi siap
menjalankan tugasnya sebagai
petugas kebersihan SMAK
Santa Maria Malang. Diawali
dengan membersihkan lantai depan kelas, agar nanti saat para siswa beristirahat
dapat dengan nyaman duduk-duduk sambil bercerita melepaskan penat. Tugas
selanjutnya beralih ke depan sekolah, di bagian halaman-halaman yang dipenuhi
pohon-pohon berbagai macam jenis. Daun-daun yang berguguran sudah
memanggil sekelompok pria ini untuk disapu dan dimasukan ke dalam tempat
sampah besar di samping gedung. Biasanya ada tiga orang membersihkan
Keterangan : Biru: Adi; Hijau: Slamet; Hitam: Sogol; Hitam Jongkok: Arifin; Putih Kanan: Firman
samping, tiga yang lain membersihkan bagian depan. Jika musim kemarau,
pohon-pohon seakan meminta kepada para pria ini untuk disiram, agar pohon-
pohon ini dapat tetap hidup dan memberikan kesan asri dan nyaman pada para
penghuninya.
Itulah sedikit rutinitas yang pasti dikerjakan oleh petugas kebersihan
SMAK Santa Maria Malang. Sebutan bagi para pria ini memang agak berbeda
jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya, petugas
kebersihan di SMA ini disebut pembantu pelakasana. Mungkin jika dilogikakan,
para petugas ini tidak hanya mengurusi kebersihan, tetapi juga turut mendukung
proses belajar mengajar melalui kebersihan. Selain itu, para pria ini juga ikut
menyiapkan perlengkapan atau peralatan yang kiranya dibutuhkan para siswa.
Misalkan ada kegiatan sekolah yang membutuhkan panggung, para pria ini siap
menyediakan atau ada seorang guru yang membutuhkan alat bantu peraga,
biasanya juga meminta pertolongan dari orang-orang ini. Mungkin karena
beragam tugasnya yang tidak hanya pada bidang kebersihan sekolah, para pria ini
diberi nama pembantu pelakasana.
Seperti diketahui secara umum, sebuah kelompok dapat terbentuk karena
peran yang sama. Peran di sini bisa status, kepentingan, dan bisa pula pekerjaan.
Slamet, Hari, Sogol, Arifin, Firman, dan Adi setiap hari mau tidak mau pasti akan
bertemu dan berinteraksi. Selain karena tugas dan pekerjaan yang sama, interaksi
tidak dapat dihibdari karena memang dibutuhkan kerja sama agar tugas dan
pekerjaan tadi dapat terselesaikan, Bisa dibayangkan, bagaimana jika enam orang
ini bekerja sendiri-sendiri tanapa ada pembagian tugas yang jelas di antara
mereka. Selain tidak efektif, juga tidak efisien.
Pembantu pelaksana di SMAK Santa Maria Malang menurut bagan
struktur organisasi sekolah berada di bawah bawah bagian sarana dan prasarana.
Jadi ada pembagian tugas yang berasal dari atas, tetapi banyak juga tugas yang
harus mereka bagi sendiri, seperti menyapu halaman depan sekolah tadi, mengatur
tempat parkir siswa, dan tugas-tugas lain yang mungkin tidak menjadi tugas rutin.
Setiap kelompok pasti memiliki dinamikanya masing-masing. Bisa terlihat
jelas, atau membutuhkan penggalian data yang mendalam untuk memahami
dinamika yang terjadi di dalamnya, termasuk kelompok Pembantu Pelaksana
SMAK Santa Maria Malang.
B. Mereka adalah Sebuah Kelompok
Pembantu Pelaksana SMAK Santa Maria Malang termasuk dalam kategori
kelompok. Bukan karena mereka selalu bekerja bersama atau sering bergrumbul
tetapi karena mereka memiliki poin-poin yang dimiliki oleh sebuah kelompok.
Dari segi jumlah Pembantu Pelaksana SMAK Santa Maria ada enam orang, sesuai
persyaratan bahwa kelompok harus lebih dari satu orang.
Selain dari jumlah. kelompok ialah harus memiliki tujuan yang sama dan
saling tergantung, tujuan Slamet, Hari, Sogol, Arifin, Firman, dan Adi adalah
membantu terlaksananya proses belajar agar efektif dan efisien, khususnya di
bagian sarana, prasarana, dan kebersihan sekolah. Interaksi antara keenam pria
hampir selalu terjadi setiap hari kecuali jika sekolah libur. Bahkan bisa dibilang
setiap jam dapat dipastikan mereka akan bertemu karena memiliki ruang istirahat
yang sama. Waktu istirahat sering diisi dengan bercanda, bercerita, atau sekedar
minum teh/kopi. Tetapi satu hal yang dapat dipastikan, selalu ada hubungan
timbala balik antara keenam pria ini. Pembantu pelaksana adalah sebuah
pekerjaan. Jadi motivasi keenam orang ini adalah sama, bekerja kemudian
mendapat keuntungan berupa gaji setiap bulannya. Fakta yang menarik adalah
keenam orang ini sudah bersama-sama lebih dari lima tahun dan tidak pernah ada
pergantian (keluar-masuk).
C. Struktur Kelompok
Struktur kelompok sering dikaitkan dengan struktur vertikal saja, jarang
sekali orang melihat struktur secara horisontal. Struktur vertikal jelas
menampilkan jenjang-jenjang atau bahasa sederhananya mana atasan dan mana
yang bahwahan. Struktur horisontal menjelaskan sekelompok orang yang
memiliki tingkatan yang sama dengan fungsi yang berbeda-beda. Pembantu
Pelaksana SMAK Santa Maria secara garis besar memiliki tugas dan peran yang
sudah banyak diuraikan dalam paragraf-paragraf di atas.
Secara lebih rinci, keenam orang ini memiliki tugas yang berbeda-beda.
Walaupun penerapannya, mereka bisa meloncat dari tugas yang seharusnya milik
anggota kelompok yang lain tetapi mereka kerjakan. Slamet, Sogol, dan Hari lebih
spesifik dengan tugas merawat taman-taman sekolah. Usia yang lebih senior jika
dibandingkan dengan yang lainnya dan sudah lebih lama bekerja sebagai
pembantu pelaksana memunculkan anggapan bahwa ketiga orang ini lebih
mengerti untuk hal ini (pertamanan). Kemudian Arifin dan Firman lebih spesifik
di bidang pertukangan. Jika ada meja, kursi, atau jendela yang rusak, kedua orang
ini yang menangani. Dan yang terakhir dan yang paling muda serta masih lajang,
diberi tugas di bidang peralatan elektronik, yaitu Adi. Adi mengerti masalah-
masalah terkait elektro, sound system dan listrik, sejak sebelum bekerja di SMAK
Santa Maria. Latar belakangnya yang pernah bekerja di persewaan sound system
keliling ternyata dapat berfungsi di pekerjaannya yang baru.
D. Tingkat Ketergantungan
Sebuah kelompok entah rendah atau tinggi memiliki sebuah
ketergantungan tertentu terhadap kelompok dan anggota kelompok yang lain.
Ketergantungan dalam hal ini lebih kepada tujuan yang terancam gagal atau lebih
lambat tujuan tersebut tercapai. Dalam kelompok Pembantu Pelaksana SMAK
Santa Maria tingkta ketergantungan dapat dikatakan naik-turun sesuai kondisi dan
situasi yang sedang terjadi. Perlu diketahui, keenam pria ini sudah mendapat tugas
masing-masing dari atasan, pembagiannya jelas siapa memegang kelas dan
ruangan apa dan kelas yang lain menjadi bagian siapa. Jadi pernah suatu ketika,
Putra dari Slamet menikah sehingga tugas yang seharusnya untuk enam orang,
dikerjakan oelh lima orang saja. Tetapi untungnya, tidak teerjadi masalah.
Anggota yang lain, mau mengerti kondisi dan situasi yang sedang terjadi.
Ada pula kejadian lain yang menunjukkan keberadaan keenam orang ini
saling membutuhkan sama lain (tingkat ketergantungan tinggi). Saat itu, Adi tidak
masuk dengan alasan sakit ketika ada event di sekolah yang membutuhkan
pengaturan-pengaturan tertentu. Memang pada kenyataanya ada seorang guru
yang bisa menggantikan fungsi seorang Adi, tetapi tidak ada seorang yang secara
khusus mengawasi bagian ini. Padahal guru tersebut juga ada peran lain yang
harus dikerjakan. Akibatnya ada sedikit kekacauan terjadi di sana-sini. Dari dua
contoh kasus di atas, paling tidak dapat memperkuat pernyataan bahwa tngkat
ketergantungan tergantung kondisi dan situasi di sekitarnya. Tetapi dapat pula
ditarik kesimpulan bahwa alangkah lebih baiknya jika semua personel siap dengan
tugasnya masing-masing.
E. Jenis Kelompok
Secara teoritis disebutkan ada kelompok yang didalamnya terjadi
kompetisi, koperatif, atau gabungan dari keduanya. Tetapi pada keadaan yang
nyata, gabungan antara kompetisi dan koperatif yang banyak ditemukan. Pada
suatu hal tertentu, setiap anggota kelompok saling berkompetisi. Tetapi pada hal
yang lain para anggota kelompok bersikap koperatif. Dalam kelompok ini,
kompetisi jarang terjadi. Kelompok ini lebih condong koepratif antar anggota
kelompok. Seperti yang dapat dilihat pada beberapa kasus di atas, anggota yang
lain siap menggantikan tugas anggota yang lain jika memang ada halangan.
Tetapi memang kompetisi selalu ada. Beberapa tahun yang lalu, dari
keenam pria ini ada dua orang yang belum diangkat sebagai pegawai tetap sekolah
dengan alasan-alasan tertentu. Dua orang ini adalah Firman dan Adi. Dalam
kejadian ini, Firman dengan usia yang lebih tua, kebutuhan rumah tangga yang
tinggi (Adi masih lajang), dan usia maksimal batas pengangkatan sebagai pegawai
tetap yang semakin menipis, mengambil inisiatif berbicara dengan kepala sekolah
agar diangkat terlebih dahulu tanpa sepengetahuan Adi. Padahal dari lama
bekerja, Adi lebih dulu masuk dan seharusnya Adi dulu yang mendapat jatah.
Tetapi respon yang ditunjukkan Adi setelah mengetahui hal ini sungguh
mengejutkan. Dengan nrimo Adi mempersilakan Firman dahulu yang diangkat
dan mau mengerti keadaan yang sedang dialami Firman. Respon Adi
menunjukkan satu hal penting. Kelompok ini memang lebih condong ke
kelompok koperatif.
F. Komunikasi, Kohesivitas dan Konflik
Bentuk kerucut cocok untuk menggambarkan bagaimana komunikasi
dalam kelompok ini terjadi. Setiap anggota, Slamet, Hari, Sogol, Arifin, Firman,
dan Adi berada di sekililing lingkaran dan menjadi bagian berupa titik. Titik-titik
ini saling berhubungan satu sama lain. Jadi komunikasi bersifat terbuka antar
anggota kelompok. Slamet bisa bertukar informasi dengan siapa saja. Anggota
kelompok yang lain juga demikian. Ada satu titik di puncak kerucut adalah kepala
bagian perlengkapan yang diduduki oleh Kanisisus Hamis. Kepala memiliki akses
komunikasi ke bawahan manapun. Bisa l;angsung ke Sogol jika ada
hubungannnya dengan perlengkapan, jika bohlam lampu ada yang rusak bisa
langsung ke Adi.
Kohesi dalam kelompok ini bisa dibilang cukup baik, tapi tidak sangat
baik. Mengapa? Karena di dalam kelompok ini ada konflik yang menghalangi
kelompok ini untuk memiliki kohesivitas yang sangat baik. Kohesi dalam tugas
bisa dikatakan baik. Tugas-tugas diselesaikan dengan orang yang berkepentingan.
Untuk kohesi sosial, yang menitikberatkan pada interaksi tidak terlalu baik. Ada
hubungan yang kurang harmonis diantara Slamet, Sogol dan Hari. Ketiga orang
ini jarang berbicara satu sama lain. Saat dikonfirmasikan ke anggota kelompok
yang lain, Arifin, Firman, maupun Adi mengamini hal ini. Walaupun
ketidakcocokan ini tidak terlihat saat masing-masing melaksanakan tugas, tetapi
saat beristirahat jika pengamat jeli terlihat dengan jelas hubungan yang dingin ini.
Slamet dan Hari tidak cocok dengan Sogol. Tetapi hubungan Slamet dan Hari
sendiri juga tidak terlalu akur. Slamet, Sogol, dan Hari adalah pembantu
pelaksana yang sudah senior. Mereka bertiga sudah ada di Santa Maria jauh
sebelum Arifin, Firman, dan Adi masuk. Kemungkinannya dalah pernah terjadi
konflik pada tahun-tahun sebelum enam orang ini berkumpul. Karena Anggota
kelompok yang lain pun tidak mengetahui asal muasal hubungan yang dingin itu.
Untungnya hubungan personal yang kurang baik ini tidak menyebar ke anggota
kelompok yang lain sehingga timbul kelompok-kelompok kecil di dalam
kelompok ini.
G. Kesimpulan
Kelompok Pembantu Pelaksana SMAK Santa Maria Malang adalah
sebuah kelompok yang dipersatukan dengan jenis pekerjaan, tempat, dan
kebutuhan yang sama. Kebersamaan yang sudah berlangsung cukup lama (lebih
dari 5 tahun) ikut mempengaruhi bagaimana setiap anggota kelompok
menganggapi konflik yang terjadi. Kultur yang koperatif membuat tugas-tugas
lebih fleksibel dilaksanakan demi sebuah tujuan bersama yang jauh lebih penting.
Sikap tidak mencampuradukan tugas/kewajiban dengan emosi atau masalah
pribadi diantara anggota kelompok ternyata dapat meningkatkan terjaganya
peluang untuk mencapai tujuan bersama, meskipun konflik belum terpecahkan.