Post on 24-Jul-2018
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN
ENERGI BERBASIS PERTANIAN
Dr. Suswono, MMA
Menteri Pertanian Republik IndonesiaDisampaikan pada Seminar Nasional
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Solo, 17 April 2013
ISI PAPARAN
2KEMENTERIAN PERTANIAN
• PERAN STRATEGIS SEKTOR PERTANIANI
• TARGET PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIANII
• TANTANGAN DAN STRATEGI MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN
III
• PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIANIV
3
PERAN STRATEGISSEKTOR PERTANIAN
I
KEMENTERIAN PERTANIAN
Penyedia pangan 245 juta penduduk
Indonesia
Penyedia 87% bahan baku industri kecil
dan menengah
Penyumbang 14,72% PDB
Penghasil devisa negara US$ 43,37 M
Menyerap 33,32% total tenaga kerja
Sumber utama (70%) pendapatan rumah
tangga perdesaan
Berperan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca sebesar 8 juta ton
(Perpres No.61 tahun 2011)
PERAN
STRATEGIS
SEKTOR
PERTANIAN
4KEMENTERIAN PERTANIAN
PERKEMBANGAN PANGSA PDB DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PERTANIAN
Penurunan kontribusi sektor pertanian tidak sebanding dengan penurunan beban penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian.
64,16
33,32
53,92
14,72
0
10
20
30
40
50
60
70
1970 1980 1990 2000 2010 2011
Pe
rse
n
Tenaga Kerja PDB
5KEMENTERIAN PERTANIAN
Kontribusi terbesar terhadap surplus adalah komoditas perkebunan
NERACA PERDAGANGAN
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Ex-Im Pertanian, tahun 2006-2011 (US$ Milyar)
- Ekspor - Impor
8,90 22,7718,5413,1417,9612,62
Neraca
6KEMENTERIAN PERTANIAN
3.6 T
1.2 T 2.5 T
8.8 T
9.6 T
0.2 M0.1 M 0.1 M
0,7 M 1.2 M
0,0
2.000,0
4.000,0
6.000,0
8.000,0
10.000,0
12.000,0
2007 2008 2009 2010 2011
PMDN (Rp Miliar)
PMA (US$ Juta)
1. Investasi PMDN maupun PMA terus meningkat dari tahun ke tahun
2. Investasi terbesar pada sub sektor Perkebunan
Sumber: BKPM diolah oleh Pusdatin Kementan (2012)
INVESTASI DI BIDANG PERTANIAN
7KEMENTERIAN PERTANIAN
TARGET PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN
II
8KEMENTERIAN PERTANIAN
TARGET
PENCAPAIAN SWASEMBADA
DAN SWASEMBADA BERKELANJUTAN
PENINGKATAN DIVERSIFIKASI PANGAN
PENINGKATAN NILAI TAMBAH,
DAYA SAING, DAN EKSPOR
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI
9KEMENTERIAN PERTANIAN
TARGET PRODUKSI UNTUK PENCAPAIAN SWASEMBADA DAN SWASEMBADA BERKELANJUTAN (5 KOMODITAS UTAMA)
KOMODITAS PRODUKSI 2011 (JUTA TON)
TARGET PRODUKSI 2014(JUTA TON)
Padi (GKG) 65,76 76,57
Jagung (pipilan kering) 17,64 29,00
Kedelai (biji kering) 0,85 2,70
Gula (GKP) 2,23 3,1
Daging sapi 0,29 0,51
10KEMENTERIAN PERTANIAN
No Komoditas (ribu ton) 2011 *) 2012**)
1 Beras Produksi 36.969 38.564
Kebutuhan 33.045 33.035
Indeks swasembada 111,87 116,74
2 Jagung Produksi 17.643 18.945
Kebutuhan 15.272 16.097
Indeks swasembada 115,52 117,69
3 Kedelai Produksi 851 780
Kebutuhan 2.122 2.246
Indeks swasembada 40,10 34,71
4 Daging Sapi Produksi 292,45 399,32
Kebutuhan 449,31 484,07
Indeks swasembada 65,09 82,49
5 Tebu/Gula Produksi 2.230 2.660
Kebutuhan 2.790 2.850
Indeks swasembada 79,93 93,33
Capaian Indeks Swasembada Komoditas Pangan Utama 2011-2012
Ket: *) ATAP 2011 **) ARAM 1 2012 (BPS)
Indeks Swasembada : % produksi/kebutuhan
1. Penurunan konsumsi beras minimal sebesar 1,5% per kapita/tahun
2. Penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal : PPH 77,3 (2011) -> 93,3 (2014)
TARGET DIVERSIFIKASI
KONSUMSI PANGAN
12KEMENTERIAN PERTANIAN
TARGET PENINGKATAN NILAI TAMBAH,DAYA SAING, DAN EKSPOR
1. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014)
2. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor pada 2014
3. Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5 milyar (2014)
13KEMENTERIAN PERTANIAN
TARGET PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN PETANI
Nilai Tukar Petani (NTP)
105 – 110 di tahun 2014
14KEMENTERIAN PERTANIAN
TANTANGAN DAN STRATEGI MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN
PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN
III
15KEMENTERIAN PERTANIAN
16KEMENTERIAN PERTANIAN
Revitalisasi Perbenihan
dan Perbibitan
Perbaikan Infrastruktur dan Sarana
Pengembangan Sumber
Daya Manusia
Revitalisasi Pembiayaan
Petani
Penguatan Kelembagaan
Petani
Pengembangan Teknologi dan Industri
Hilir
Revitalisasi Lahan
PERMASALAHAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN
2010-2014
• Konversi lahan
• Kepemilikan lahan yang
sempit
• Sulitnya akses petani ke
lahan terlantar/ Hutan
• Lemahnya sistem
produksi dan
distribusi benih
• Hambatan
pengembangan
benih transgenik
• Tingginya
kerusakan
jaringan irigasi
• Tingginya biaya
produksi dan
transportasi
• Sulitnya petani mendapatkan
pinjaman
• Banyaknya petani gurem/kecil
• Tunggakan KUT yang belum
diputihkan
• Masih menggunakan
alat/teknologi tradisional
• Industri yang belum
berkembang
• Lemahnya
kelembagaan petani
• Kapasitas
kelembagaan yang
beragam • Terbatasnya
jumlah SDM
• Masih rendahnya
kualitas SDM
TUJUH GEMA
REVITALISASI
17KEMENTERIAN PERTANIAN
SURPLUS BERAS 10 JUTA TON
Penurunankonsumsi
beras 1,5% per kapita/thn
Pengurangan susut panen 1,5 %/tahun
Perbaikan 18,8%/thn dari total
jaringan irigasi
Penggunaan pupuk
berimbang 70% dari total
luas tanam
Benih varietas unggul
bermutu minimal 60%
pengendalian OPT denganPHT dan Spot
Stop mencapai 70%
Peningkatan intensitas
penyuluhan 50% dari total
desa
PenambahanAreal Sawah
seluas 130.000 ha
Peningkatan produktivitas dari
5,1 ton/ha menjadi 5,7
ton/ha dan IP dari 1,5 menjadi 1,7
18KEMENTERIAN PERTANIAN
Peningkatan ketersediaan air pada
25% lahan
Peningkatan bantuan benih hibrida mencapai
80%
Perbaikan penanganan pasca panen untuk penurunan susut 1%
Peningkatan penggunaan pupuk
menjadi 54% (organik dan anorganik)
Pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim sehingga luas
pertanaman yang aman minimal 95% melalui pengendalian hama
terpadu (PHT) dan Spot Stop
Peningkatan intensitas
penyuluhan
Peningkatan produktivitas
dari 4,7 ton/ha menjadi 5,8
ton/ha dan IP dari 1,0
menjadi 1,2
Penambahan luas panen minimal 5% per tahun
SWASEMBADA JAGUNG 2014
19KEMENTERIAN PERTANIAN
SWASEMBADA KEDELAI 2014
Penambahan luas tanam dari
700 rb ha menjadi 2 juta ha
Peningkatan produktivitas dari 1,3 ton/ha
menjadi 1,54 ton/ha
Kebijakan harga dasar kedelai dan subsidi
sarana produksi
Penambahan luaslahan melalui
kemitraan denganBUMN dan swasta
Penumbuhan industriperbenihan di lokasi
sentra produksi
Bantuan benih unggul 80% dari total luas pertanaman
Penggunaan pupuk sebesar 80% (organik
dan anorganik)
Pengendalian pertanaman dari gangguan OPT melalui hama terpadu (PHT) dan Spot Stop
Bantuan alat perontok untukpengurangan losses (0,5%)
Peningkatan intensitas
penyuluhan
Peningkatan intensitas sistemsurjan untuk lahanrawa 70%
20KEMENTERIAN PERTANIAN
Perluasan areal tanam
tebu 350 ribu hektar
Penyediaan benih tepatwaktu, jumlah dan mutumelalui penerapankultur jaringan danpembinaan penangkar
Pendampingan penerapan teknologi
Benih varietas unggulproduktivitas >100
ton/ha/tahun, potensi rendemen >9% dan toleran terhadap perubahan iklim
Distribusi Benihsesuai kebutuhanvarietas di wilayahPG
Rekomendasipemupukan
dengan tipologi lahan
Rawat Ratoon
Peningkatanproduktivitas
dan rendemen tebu
Bongkar ratoonpada tanamantebu yang sudahdikepras > 4 kali
Klentek/kelupas daun kering
tebu
PupukBerimbang
Pengairan
21KEMENTERIAN PERTANIAN
SWASEMBADA DAGING
SAPI/KERBAU 2014
Penambahan berat badan
harian sapi lokal 0,4-0,8 kg
Penurunan alokasi impor sapi/daging sapi
dari 53,05% (2010)menjadi 34,91%
(2011), 20% (2012), 15% (2013) dan
10% (2014)
Penanggulangan penyakit gangguan
reproduksi terhadap 91.000 ekor
Pengembangan
sumber benih/bibit
HPT 36 UPTD
dan 41 kelompok
integrasi
ternak-
tanaman
333
kelompok
pengembangan
lumbung pakan
111 kelompok
pengembangan
unit pengolah
HPT 77
kelompok
Pemanfaatan
hasil samping
tan/bun 9 jenis.
Peningkatan
Hijauan Pakan Ternak (HPT)
Rumah Potong Hewan (RPH) yang
menjalankan butchering system
KRISIS ENERGI dan POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN (EBT) DI BIDANG PERTANIAN
Harga fosil fuel semakin mahal
Berdampak bukan hanya pada sektor transpotasi danindustri tapi juga pada biaya usaha tani di sektor pertanian
Emisi gas CO2 yg berdampak terhadap pemanasan globaldan perubahan iklim
Eksplorasi sumber energi alternatif terbarukan secaraoptimal atas dasar bahan baku yang tersedia.
Limbah (hasil samping) mempunyai potensi yang cukupbesar untuk dimanfaatkan
22KEMENTERIAN PERTANIAN
KEBIJAKAN PENGGUNAAN SUMBER ENERGI S/D 2025(Kepres No. 5/2006)
Gas alam 30 %
↓(26.5%)< Oil 54.4%
↓(20%)
Lainnya 0.2 %
↑ (7%)
Panas bumi 1.4%
↑ (5%)
BB Nabati < 10 %Batubara 33 %
↓(14.1%)
Hasil dan Limbah pertanian
AirAnginMatahariNuklir
23KEMENTERIAN PERTANIAN
KEBIJAKAN MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN ENERGI NABATI
1. Perpres No. 5/2006
Pemanfaatan Bio-fuel> 5% pada 2025
2. Inpres No. 1/2006
Percepatan pasokan Bio-energy dan pemanfaatannya
3. Kepres No. 10/2006
Pembentukan Tim Nasional Pengembangan Bio-fuel
24KEMENTERIAN PERTANIAN
Teknologi dan prasarana untuk pengolahan bahan baku dan pemanfaatan limbah sebagai EBT terbatas
Biaya produksi sebagian besar EBT masih mahal
Pengetahuan dan kemampuan kelembagaan danmasyarakat dalam pemanfaatan limbah sebagaiEBT rendah
TANTANGAN UTAMA PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN (EBT) BERBASIS PERTANIAN:
25KEMENTERIAN PERTANIAN
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN
PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN
IV
26KEMENTERIAN PERTANIAN
27KEMENTERIAN PERTANIAN
I. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENCAPAIAN TARGET
PEMBANGUNAN PERTANIAN
1.Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan:Penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul, pupuk, alat dan mesin
pertanian (alsintan).
Penyediaan inovasi teknologi dan kelembagaan, mitigasi dan
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, pengkajian teknologi dan
adaptasi inovasi teknologi spesifik lokasi untuk optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya pertanian.
2. Peningkatan diversifikasi pangan Percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal melalui
penyediaan inovasi teknologi budidaya, pasca panen dan
pengolahan.
Promosi dan diseminasi penggunaan pangan lokal non beras
sebagai sumber karbohidrat.
28KEMENTERIAN PERTANIAN
3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor Memperkuat inovasi teknologi dan kelembagaan untuk
pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan guna
meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk
pertanian (segar dan olahan).
Mempercepat penyediaan inovasi teknologi untuk pengembangan
bio-energy berbasis bahan baku lokal guna memenuhi kebutuhan
energi masyarakat di perdesaan dan mensubstitusi BBM.
4. Peningkatan kesejahteraan petani Pengembangan rekayasa model kelembagaan dan rumusan
kebijakan pembangunan pertanian antisipatif dan responsif yang
berpihak kepada petani.
Penyediaan teknologi dan bimbingan kepada petani/kelompok tani
di perdesaan dalam penyediaan benih/bibit dan sarana produksi
lainnya.
TERIMA KASIH