Post on 03-Feb-2018
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL
DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
KEMENTERIAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan:
Drs. Supriadi, M.Si
Asisten Deputi Urusan Wilayah Strategis
Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus
pada:
Focus group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Lombok, 26 Nopember 2013
Pendahuluan
Kesenjangan antar daerah merupakan salah satu isu kebijakan yang sejak
lama menjadi perhatian pemerintah. Meskipun tingkat kesenjangan antar
wilayah semakin membaik, namun pemerintah masih perlu meningkatkan
‘intervensi’ kebijakan untuk terus mengurangi tingkat kesenjangan antar
wilayah melalui pelaksanaan kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal (PN-10 RPJMN 2010-2014 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik)
Dengan pengukuran terhadap 6 kriteria dasar: 1) Perekonomian
Masyarakat; 2) Sumberdaya Manusia; 3) Infrastruktur; 4) Kemampuan
Keuangan Lokal; 5) Aksesibilitas, dan 6) Karakteristik Daerah. Saat ini ada
183 kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal (indeks dibawah
rata-rata nasional).
Untuk mempercepat konektivitas antar daerah tertinggal di sepanjang
koridor ekonomi dan di sekitar pusat pertumbuhan, dalam rangka
penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal Kementerian
PDT mengupayakannya melalui peningkatan kerjasama antardaerah
dengan pendekatan Regional Management (RM) bersinergi dengan
revitalisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). 2 2
3
No Wilayah Jumlah Kab %
1. SUMATERA 46 25%
2. JAWA & BALI 9 5%
3. KALIMANTAN 16 9%
4. SULAWESI 34 19%
5. NUSA TENGGARA 28 15%
6. MALUKU 15 8%
7. PAPUA 33 19%
JUMLAH 183 100%
Wilayah Jumlah Kab %
KBI 55 30%
KTI 128 70%
JUMLAH 183 100%
SUMATERA
25%
JAWA-BALI
5%
KALIMANTAN
9%SULAWESI
19%
NUSA
TENGGARA15%
MALUKU
8%
PAPUA
19%
KBI30%
KTI70%
Sebaran 183 Kabupaten
Lokus dan Fokus KPDT
3
1000 0 1000 2000 Kilometers
N
EW
S
DAERAH TERTINGGAL
DAERAH MAJU
PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIAPETA LOKASI 183 KABUPATEN DAERAH
TERTINGGAL
2014 2009
199 kab
50 kab
Keluar
DOB 34
Tambah
183 kab
50 kab
Akan dikeluarkan
2004
4 4
5
6
KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
6
7
8
SASARAN CAPAIAN PPDT
DALAM RPJMN 2010-2014 DAN DIREKTIF PRESIDEN
NO INDIKATOR LANGKAH STRATEGIS
1. Persentase
Rata-rata
pertumbuhan
ekonomi di
daerah
tertinggal (%)
Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam percepatan
pembangunan daerah tertinggal/perbatasan pada tingkat hulu;
Mengembangkan perekonomian lokal yang fokus pada sektor
unggulan;
Meningkatkan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung ekonomi
di daerah tertinggal khususnya di wilayah timur melalui pelayanan
keperintisan laut.
Meningkatkan kerjasama antar daerah dengan pendekatan RM.
2. Persentase
penduduk
miskin di daerah
tertinggal (%)
Mengembangkan program pengentasan kemiskinan yang terfokus
dan terintegrasi yang sesuai dengan permasalahan utama dan
karakteristik ketertinggalan masing-masing daerah.
Mengembangkan inisiatif proaktif pemerintah daerah.
3. Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
di daerah
tertinggal
Meningkatkan jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan dan
Meningkatkan sarana pendidikan dan kesehatan, contohnya
membangun sekolah berasrama (boarding school) di daerah dengan
kondisi geografisnya sulit dan permukiman tersebar, serta
membangun rumah dinas bagi tenaga pendidikan dan kesehatan
Membuka dan meningkatkan akses terhadap pusat pelayanan dasar
khususnya di daerah terpencil dan terisolir
Meningkatkan insentif untuk menarik tenaga pendidikan dan
kesehatan ke daerah tertinggal& perbatasan
9
DAERAH
TERTINGGAL
KEMISKINAN
KESENJANGAN
PENGANGGURAN
STRATEGI DASAR KEBIJAKAN
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Peningkatan Kualitas Manusia
Peningkatan Pemanfaatan Potensi Wilayah
Peningkatan Investasi dan
Perekonomian Daerah
Pengembangan Infrastruktur
Daerah
Penguatan Modal Sosial dan Lingkungan
Hidup
Penanganan dan Pengembangan Daerah Khusus
9
1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan;
2. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan
cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi
yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi. Tetapi
lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri
dan distribusi.
3. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah-
wilayah tertinggal dan terpencil, sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat
tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi
ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain.
4. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi
outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetanggal
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TERTINGGAL
DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN
10
Upaya pengentasan 50 kabupaten tertinggal (minimal)
tahun 2014;
Mendukung 6 Koridor Pengembangan Ekonomi Indonesia
(MP3EI);
Mendukung Klaster 4 Program Pro Rakyat
Fokus Kegiatan dilakukan melalui:
1. Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten
(PRUKAB)
2. Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu (Bedah
Desa)
3. Pengembangan Infrastruktur Dasar Daerah Tertinggal
(Sosial, Ekonomi, Energi, Transportasi, dan Infotel) di
dukung Penguatan Kelembagaan Masyarakat &
Peningkatan Kualitas SDM dan SDHayati
PRIORITAS KEGIATAN KEMENTERIAN PDT TAHUN 2013 - 2014
BEDAH DESA
PENGEMBANGAN
PRODUK
UNGGULAN
KABUPATEN
(PRUKAB)
REGIONAL MANAGEMENT (RM) BERSINERGI DENGAN
KAPET, DALAM KORIDOR EKONOMI
MP3EI
• Bedah desa (Integrated Rural Development) merupakan metode manajemen
pelaksanaan pembangunan perdesaan yang digunakan untuk mengelola
penyediaan input dan proses kegiatan secara terpadu.
• Program bedah desa mengintegrasikan transformasi ekonomi, sosial,
budaya dan lingkungan fisik dalam tata ruang wilayah dan kawasan
perdesaan di daerah tertinggal secara terpadu dan berkelanjutan.
Pengembangan potensi unggulan desa minimal tiga jenis PRU-KAB, untuk
memberikan multiplier effect bagi penciptaan lapangan kerja di perdesaan,
penyerapan tenaga kerja atau pengurangan tingkat pengangguran, sehingga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan/pendapatan masyarakat
perdesaan di kabupaten tertinggal.
• RM : pengelolaan wilayah sebagai produk pelaksanaan regionalisasi desentralistik,
platform yang dibentuk para aktor regional terkait untuk memobilisasi dan merealisasikan
inisiasi pembangunan regional melalui kaidah profesionalisme dalam menghadapi
permasalahan pembangunan, melalui pengembangan hubungan kerjasama antardaerah
yang saling menguntungkan, dinamis untuk mencapai tujuan bersama.
• KAPET: salah satu KSN dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan
yang memiliki potensi ekonomi yang cepat tumbuh untuk mengatasi permasalahan
ketimpangan pembangunan antar wilayah yakni meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah Indonesia.
• MP3EI: terdiri 6 Koridor Ekonomi, melakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dengan cara mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan
konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan
ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya.
PERAN KPDT DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH TERTINGGAL DI KSN DAN MP3EI
Kebijakan mainstreaming KPDT antara lain:
12
13
SEKTOR-SEKTOR
KAWASAN PERDESAAN
SEKTOR-SEKTOR
PERCEPATAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
KAWASAN PERDESAAN
“TIDAK SINERGIS ANTAR
SEKTOR,
DI SUATU KAWASAN”
“SINERGIS ANTARSEKTOR,
DI SUATU KAWASAN”
SINERGI PROGRAM ANTAR SEKTOR (K/L DAN SKPD)
MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN
14 SINERGI RM DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS
“Koridor Ekonomi (MP3EI): KAPET – KSCT - RM”
14
KAPET – KSCT – RM: merupakan pendekatan pengembangan wilayah berbasis kekuatan
ekonomi lokal, dalam pengembangan kawasan, diperlukan SINERGI dalam perencanaan dengan
sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait. Sehingga lokasi RM dapat
diintegrasikan pada kawasan-kawasan yang sudah dideliniasi dalam cakupan KSCT dan wilayah
KAPET.
KAPET merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) Pemerintah berdasarkan amanat
UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
nasional, sedangkan
KSCT akan menjadi sentra produsen (hulu) dari KAPET, sementara koridor ekonomi melalui
pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentra-sentra KSCT ke KAPET dalam
bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusat-pusat pertumbuhan MP3EI/KEK.
RM fokus pada pengelolaan KAD pada bidang tertentu yang disepakati (misal: pengelolaan
potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah, pengelolaan infrastruktur antar
daerah, pengelolaan lingkungan antar daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan
share antar daerah, misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran).
RM merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan dan bargaining
position, dikembangkan berdasarkan perencanaan dari bawah dituangkan dan disepakati
dalam Forum Regional (FR), menjadi Renstra 5 tahunan dan Renaksi 1 tahunan disusun
pengelola RM (Bappeda Provinsi) melalui mekanisme Musrenbang & Musyarawah FR RM tiap
tahun, serta Rencana Bisnis yang disusun bersama stakeholders swasta terkait.
Untuk mendukung Revitalisasi KAPET, RM yang BERADA DI WILAYAH KAPET Renaksinya
disinergikan dengan Rencana Tata Ruang Renaksi KAPET & RTRWP/RTRWK.
PUSAT
KAPET
Kab. A
Kab. B
Kab. D
Kab. C
PERIKANAN
KARET
Agropolitan
KAKAO
MEMBANGUN KAWASAN YANG KOMPREHENSIF
DAN TERPADU ANTARA KAPET-KPBPB-KEK
Kawasan strategis sebagai pendorong
pengembangan ekonomi daerah dimana
:
1. KAPET merupakan kawasan untuk
meningkatkan nilai tambah
komoditas unggulan. (Dalam
KAPET terdiri KSCT/RM,
Agropolitan, Minapolitan) sebagai
sentra produsen bahan baku
komoditas unggulan, pemerataan
pertumbuhan,
2. KPBPB/KEK/MP3EI merupakan
pusat pertumbuhan: pusat industri/
perdagangan/ pasar, jasa (sebagai
hilir) percepatan pertumbuhan
3. Ketiganya dihubungkan dengan
sistem konektivitas yang fungsional
dalam hubungan hulu-hilir
KEK
KAPET
RM
Minapolitan
KSCT
KAPET MP3EI
KPBPB
PROGRESS 14 RM TAHUN 2013
(8 RM BISA BERSINERGI DENGAN 5 KAPET)
STATUS RM YG
BERSINERGI DENGAN
KAPET
5 RM SUDAH MOU :
RM BEUJADI, RM
SINGBEBAS, RM
NAROSO, RM JONJOK
BATUR, RM
SUMBAWA (RENCANA
AKSI MASIH
DIREVIEW DAN ADA
YG BELUM DISUSUN)
3 YG BELUM MOU:
RM KAPUAS, RM
KAWASAN NTT, RM
SUMBA (BELUM ADA
RENCANA AKSI)
PROV. ACEH 1. RM BEUJADI 1. KAPET BAD
PROV. KALBAR 2. RM SINGBEBAS, 3. RM KAPUAS 2. KAPET KHATULISTIWA
PROV. SULTENG 4. RM NAROSO 3. KAPET PALAPAS
PROV. NTB 5. RM JONJOK BATUR, 6. RM PULAU SUMBAWA 4. KAPET BIMA
PROV. NTT 7. RM PULAU TIMOR, 8. RM PULAU SUMBA 5. KAPET MBAY
16
KAPET BIMA
(Kab. Bima, Kota
Bima, Kab. Dompu)
CONTOH SINERGI
RM JONJOK BATUR DAN RM SUMBAWA
BERSINERGI DENGAN KAPET BIMA (PROV. NTB)
RM JONJOK BATUR
Kab Lombok Tengah
Kab Lombok Barat
Kab Lombok Timur
RM PULAU SUMBAWA
Kab Sumbawa Barat,
Kab Sumbawa, Kab. Dompu,
Kab. Bima, Kota Bima
17
PERAN MP3EI DALAM PENGEMBANGAN
EKONOMI WILAYAH DI DAERAH TERTINGGAL
1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pengelolaan sumber
daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari
hulu sampai hilir secara berkelanjutan.
2. Pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif,
dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor
ekonomi, agar semua wilayah di Indonesia berkembang sesuai
potensi masing-masing.
3. Sinergi pembangunan sektoral & wilayah guna meningkatkan
keunggulan komparatif & kompetitif regional, nasional, global.
4. Pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem
transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk
membuka akses daerah, khususnya daerah tertinggal.
5. Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, kemudahan peraturan,
perijinan,pelayanan publik dari Pemerintah Pusat dan Daerah,
khususnya di daerah tertinggal yang potensial investasi
ekonomi.
18
PERANAN KPDT DALAM MENDORONG
INTEGRASI & SINERGI KSN (KAPET), RM & MP3EI
Terkait PDT Dalam MP3EI: Daerah Tertinggal harus dapat ditingkatkan
pembangunan ekonomi wilayahnya, sehingga kemajuan pada koridor-koridor
ekonomi dapat memberikan sinergi terhadap PPDT disekitar koridor ekonomi
serta menggerakkan dan mempercepat pengelolaan potensi ekonomi di daerah-
daerah tertinggal secara optimal. Dampaknya, agar pada masa datang posisi
tingkat perkembangan perekonomian daerah-daerah tertinggal dapat
diupayakan sejajar dengan daerah lain yang lebih maju.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI:
1. Melakukan Fungsi Fasilitasi, Koordinasi, Sinkronisasi, dan Akselerasi
Pembangunan Daerah Tertinggal.
2. Pelaksanaan Kebijakan Mainstreaming KPDT: Bedah Desa, Prukab,
Pengembangan Wilayah Strategis melalui peningkatan KAD dengan
pendekatan Regional Management (RM)
3. Pemberian Dana Dekonsentrasi pada 9 Provinsi dalam Pengembangan
14 RM (2013), dan 13 Provinsi Tahun 2014.
4. KPDT Sebagai Ketua Alternate Dalam Monitoring Dan Evaluasi Implementasi
PPDT di Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku .
19
Tujuan, Lingkup & Output Kegiatan Dekonsentrasi
Fasilitasi Pengembangan RM TUJUAN : meningkatkan peran provinsi dalam pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, dan
pembinanan untuk: pembentukan, penguatan, dan pengembangan RM di daerah tertinggal.
Lingkup dan Output:
1. Pembentukan, penguatan dan pengembangan Regional Managemen (RM) Output:
Terlaksananya MoU antar kepala daerah kabupaten/kota untuk bekerjasama dalam
pengembangan ekonomi wilayah strategis dengan pendekatan RM (bagi yang belum);
2. Koordinasi dan Monev dalam pembentukan dan penguatan kelembagaan RM bersinergi
dengan Revitalisasi KAPET dalam rangka penguatan daya saing dan skala investasi daerah
tertinggal, sesuai kesepakatan bersama Output:
a. Terbentuknya kelembagaan dalam upaya penguatan dan pengembangan RM
b. Terlaksananya Rapat-rapat Koordinasi, Sinkronisasi dan Konsultasi dalam rangka
pembentukan, penguatan kelembagaan RM di tingkat regional dan nasional, dan dalam
penyusunan Rencana Aksi Pengembangan RM;
c. Terlaksananya Musyarawah Rencana Pembangunan Regional yang melibatkan pemerintah
daerah dalam lingkup RM dan stakeholder terkait.
3. Pengembangan jejaring kerjasama antar stakeholder pemerintah pusat, pemerintah daerah,
sektor swasta atau masyarakat pelaku usaha, serta unsur perguruan tinggi dalam pengelolaan
RM Output: Terbangunnya jejaring kerjasama stakeholder dalam rangka penyusunan dan
pelaksanaan rencana aksi pengembangan RM.
4. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan RM Output: Tersusunnya dokumen
Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengembangan RM yang disepakati pemerintah provinsi
bersama kabupaten/kota terkait RM.
LOKASI DEKON TAHUN 2013 PENGEMBANGAN RM
NO PROVINSI RM BERSINERGI DENGAN KAPET BIDANG KERJASAMA
1 ACEH 1. RM Beujadi (Bireun, Pidie Jaya, Pidie)
KAPET Banda Aceh Darussalam (Kota Banda Aceh, kab: Aceh Besar, Pidie) Kakao dan Padi
2 SUMATERA
UTARA 2. RM Like Toba (Samosir, Karo, Dairi, Simalungun, Humbahas, Tapanuli
Utara, Pakpak Barat)
Pariwisata
3. RM Nias (Nias, Nias Barat, Nias Selatan, Nias Utara, Gunungsitoli)
3 BENGKULU 4. RM Janghiangbong (Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong) Pariwisata & Perikanan
Darat
5. RM KAUKUS SETARA KUAT (Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur,
Lampung Barat, UKU Selatan)
Pertanian/perkebunan
4 KALIMANTAN
BARAT
6. RM Singbebas (Singkawang, Bengkayang, Sambas)
KAPET Khatulistiwa (Kota Singkawang, Kab: Bengkayang, Sambas, Sanggau, Sintang, Landak, Kapuas Hulu)
Pariwisata & perdagangan
didukung industri &
agrobisnis
7. RM Kapuas (Sanggau, Kapuas Hulu, Sekadau, Sintang, Melawi)
5 SULAWESI
SELATAN 8. RM Aksess (Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Sinjai, Selayar)
KAPET Pare-Pare (Kota Parepare, Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang) Rumput laut dan jagung
6 SULAWESI
TENGAH 9. RM Naroso (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu) KAPET Palapas (Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi)
Peternakan (sapi) dan
Kakao
7 NUSA
TENGGARA 10.RM Jonjokbatur (Lombok: Timur, Barat, Utara, Tengah, Kota Mataram) Pariwisata didukung
Ekonomi Kreatif
BARAT 11. RM P. Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, Kota Bima)
KAPET Bima (Kab: Bima, Dompu, Kota Bima) Jagung dan Sapi
8 NUSA
TENGGARA 12. RM Kawasan NTT (Kupang, TTU, TTS, Ngada, Belu)
Kapet Mbay (Kabupaten Ngada, Pulau Flores) Sapi
TIMUR 13. RM Sumba (Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba)
9 PAPUA 14. RM TABI (Keerom, Sarmi, Jayapura)
Kapet Biak/Teluk Cendrawasih (Kab:Biak Numfor,Yapen,Waropen,Supiori, Nabire)
Kakao dan kelapa sawit
Daerah Tertinggal
Daerah Maju
RENAKSI RM
(Kawasan Pusat
Pertumbuhan)
Daerah Tertinggal
Daerah tertinggal/ Perbatasan
Daerah Tertinggal/ Perbatasan
Sektor Pertanian, Perikanan:
Kebijakan distribusi sarana prasarana
produksi, teknologi pengolahan
Sektor PU/ Perhubungan:
Penyediaan infrastruktur jalan nasional
dan irigasi, pelabuhan, bandara
Sektor energi dan komunikasi:
kebijakan peningkatan jaringan listrik dan
telekomunikasi
Sektor hukum:
kebijakan branding produk unggulan/
HAKI
Sektor perdagangan: kebijakan Pasar
Nasional dan internasional/ekspor
Sektor perindustrian: kebijakan
penyediaan sarana dan prasarana
pengolahan, teknologi pengolahan
KEBIJAKAN NASIONAL
Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan
kabupaten, kebijakan perpajakan dan
pungutan, pengendalian dampak
lingkungan, kerjasama antar kabuapaten
KEBIJAKAN KABUPATEN
Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan
provinsi, kebijakan standar upah,
kerjasama antar provinsi
KEBIJAKAN PROVINSI
Pasar Domestik,
Nasional, Internasional
INTEGRASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN
UNTUK PPDT MELALUI RM
INTEGRASI PENGEMBANGAN KAWASAN (MP3EI,
KEK, FTZ, KAPET, RM)
RM (2013) : 9 Prov, 14 RM
RM (2014) : 4 Prov, 4 RM)
RM BEUJADI RM LAKE TOBA
RM NIAS
RM JANGHIANGBONG
RM KAUKUS SETARA KUAT
RM SINGBEBAS
RM KAPUAS
RM PALAPAS
RM AKSESS
RM PAPUA
RM JONJOK BATUR
RM SUMBAWA
RM SUMBA
RM TIMOR
RM SUMBAR
RM SERAM
RM PAPUA BARAT
A. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal diperlukan dukungan keberlanjutan
komitmen K/L dan Daerah, baik dalam kerangka kebijakan & kerangka alokasi anggaran
yang berpihak pada daerah tertinggal. Utamanya fokus pada upaya peningkatan Laju
Pertumbuhan Ekonomi, Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan IPM di DTnuntuk
pencapaian sasaran PN 10 RPJMN 2010-2014.
B. SINERGI Pembangunan berbasis kewilayahan dalam Pengelolaan RM, KSCT dan Kapet
melalui Kerjasama Antar Daerah adalah PENTING karena:
1. RM fasilitasi KPDT dibentuk dengan memperhatikan situasi dan kondisi regional yang
ada serta berdasarkan keinginan (visi) para stakeholder regional, hal tersebut sejalan
era Otonomi Daerah dengan organisasi pengelola RM yang dibentuk berdasarkan
inisiatif daerah (bottom up).
2. Kapet atas fasilititasi Kementerian PU dan Kemenko Perekonomian sedang
melakukan revitalisasi dan reformulasi KAPET untuk menjamin percepatan
pembangunan dan optimalisasi pengembangan ekonomi di wilayah KAPET yang
secara spasial sebagian besar wilayah sekitarnya masih banyak daerah tertinggal.
3. Banyak lokasi Kapet berimpitan dengan lokasi RM, sehingga terdapat dua organisasi
pengelola wilayah (RM dan Kapet);
4. Perlu sinkronisasi kegiatan lembaga Kerjasama Antar Daerah (Regionalisasi/RM),
KSCT, Kapet, Biro KAD, dll, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pendanaan organisasi dalam mencapai tujuan PPDT. 24