Post on 03-May-2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah robbil ‘alamin segala puja dan puji hanya bagi Allah
semata, yang telah memberikan kekuatan iman, islam dan kesehatan ruhaniyah
serta jasmaniyah kepada kita semua. Semoga shalawat dan salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat
yang membawa cahaya islam.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mengambil judul “ Studi
Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang Menggunakan
Media Enaktif dengan Ikionik Dalam Materi Pengurusan Jenazah”. Yang
merupakan tugas akhir mata perkuliahan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan moril
maupun materil kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Berkenaan dengan hal tersebut maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Ibu Dr. H. Siti Salmiah, MA sebagai pembimbing skripsi.
3. Bapak Bahrissalim, M. Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI).
4. Bapak Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA sebagai dosen penasehat
akademik.
5. Bapak Kepala Sekolah, Guru-guru dan Staf administrasi Yayasan
Pendidikan Islam Al-Aulia Khususnya Madrasah Aliyah Al-Aulia.
6. Ayahanda tercinta ( Saniin Saidi ) dan ibunda tercinta ( Nur’ain ) serta
keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi maupun immateri,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah Jakarta.
7. Ade susi tercinta yang jauh dimata dekat di hati yang telah memberikan
semangat dan do’a buatku, sehingga ku bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat teman-teman ku seperjuangan khususnya anak-anak PAI kelas A
angkatan 2006 sekian tahun kita menjalani kuliah, akhirnya sekarang kita
lulus juga.
Penulis berharap semoga ada hikmah yang terpetik dari skripsi ini,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Depok, 12 Agustus 2010
Penulis
رایني صغیدي وارحمھما كما ربلرب اغفرلي ولوا
Sebuah Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayah dan Ibundaku tercinta…….
Kepada Ayah dan Ibundaku
Atas jasa-jasamulah segala keberhasilanku……………….
Dan do’a-do’amulah yang menerangi jalan hidupku.
Semogalah segala amal baktimu Allah tetap berkenan,
Dan semogalah dosa-dosamu Allah maafkan.
Demikianlah yang selalu nanda harapkan.
A’wan Hadi Saniin
Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang
Menggunakan Media Enaktif Dengan Ikonik Materi Pokok
Pengurusan Jenazah
( Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor )
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
A’wan Hadi Saniin
106011000041
Dibawah Bimbingan :
Dr. Hj. Siti Saliah, MA
NIP.150020004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang
Menggunakan Media Enaktif Dengan Ikonik Dalam Mteri
Pengurusan Jenazah
(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor)
Di susun oleh:
A’wan Hadi Saniin
NIM :106011000041
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Sebuah penantian
Jika dirimu sedang menanti seseorang untuk menjalani kehidupan menuju
ridho-nya, bersabarlah dengan keindahan. Demi Allah dia tidak datang
dengan ketampanan, kepintaran atau kekayaan. Tetapi Allah lah yang
mengerjakan. Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta sebelun
Allah mengizinkannya. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik
untuk-mu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah. Simpanlah
segala bentuk ungkapan cinta dan derap hatimu rapat-rapat, Allah akan
menjawabnya dengan lebih indah pada saat yang tepat. Allah tak
menjanjikan langit selalu biru dan tak pula menjanjikan pelangi disetiap
hujan. Tetapi Allah berjanji bahwa dengan rahman-nya akan selalu
bersama kita dalam keadaan apapun.
A’wan Hadie Al-Insanie
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan watak suatu bangsa
dan Negara dapat dibentuk sesuai keinginan. Peradaban sebuah bangsa
tergantung pada pola pendidikan di Negara tu. Pendidikan yang terencana
dengan baik akan menghasilkan generasi bangsa yang dapat diharapkan
dimasa yang akan dating. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pada pasal 3 :
“Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan negara.1
Harapan dari tujuan pendidikan yang dimaksud bukan hanya
menghasilkan manusia-manusia yang pintar saja, tetapi manusia yang pintar
dan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kecerdasan dan ilmu yang tinggi saja belum tentu mampu membangun
2
bangsanya, bahkan mungkin malah sebaliknya dapat merusak bangsa itu
sendiri.
Demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional pemerintah mengupayakan
peningkatan mutu pendidikan dengan mengadakan perubahan kurikulum,
sebagaimana yang dikemukakan oleh : Abd. Syukur Ibrahim bahwa :
“ Perubahan kurikulum pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki mutu
pendidikan nasional, yang berhubungan dengan beberapa faktor yaitu :
a. Adanya perluasan dan pemerataan belajar
b. Meningkatkan mutu pendidikan
c. Relevansi pendidikan
d. Efektifitas dan efisiensi pendidikan”.2 Hal ini berkaitan dengan
pendapat Endang Komara bahwa :
“ Pengembangan KTSP berlandaskan kepada tujuan filsafat dan pendidikan nasional, sosial budaya dan agama, perkembangan peserta didik, keadaan lingkungan, kebutuhan pembangunan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Juga prinsip pengembangannya berorientasi kepada : relevansi (kesesuaian), efisiensi dan efektifitas, fleksibilitas dan kontinuitas (berkesinambungan), keseimbangan, keterpaduan dan peningkatan mutu”.3
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Dengan belajar,
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sifat orang akan
terbentuk dan berkembang. Seorang dapat dikatakan belajar apabila dapat
diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu
dapat diamati dan berlaku relativ lama. Tanpa usaha, walaupun terjadi
perubahan tingkah laku tidaklah dikatakan belajar. Jadi belajar adalah sebuah
usaha yang secara sengaja dilakukan agar terjadi perubahan tingkah laku pada
1 Hasbullah, dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Raja grafindo persada, 1999 2 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Kencana, h.66
3
anak didik, yang tentu saja tingkah laku positif yang diharapkan dapat
berguna bagi Bangsa, Negara dan Agama.
Ilmu Fiqih sangat penting sekali untuk dipelajari karena dalam ilmu inilah
kita mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan sekali tentang ibadah
manusia kepada Allah SWT dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sangat
pentingnya manusia mempelajari ilmu fiqih. Sehingga Nabi pun
mengutamakan ilmu ini dengan ilmu-ilmu lainnya, ini sesuai dengan Hadits
Nabi yang ada didalam kitab Ta’lim muta’lim :
ȯǠƩǟ ȴȲȝ ȴȲȞȱǟ ȰȒȥǕ “ Ilmu yang utama adalah ilmu hal (fiqih)”4
Dalam pembelajaran fiqih terdapat materi pokok pengurusan jenazah yang
penulis kira sangat sulit sekali jika pembelajaran materi pokok tersebut tidak
menggunakan alat peraga yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa.
Karena materi tersebut wajib dipelajari oleh orang islam sesuai dengan Hadits
Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
ȬǪȺȦȭȿ ȬǪȲȆȢȱ ɄȲǤȩ Ǩȵɀȱ)ȼDZǠȵ ȸǣǟ Ȼǟȿǿ(
“Jika engkau wafat sebelumku maka akulah yang akan
memandikan dan mengkafankanmu “ (HR. Ibnu Majah)5
Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih professional dalam melaksanakan
tugasnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh suryadi bahwa untuk menjadi
guru professional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal yaitu :
1) Guru memiliki komitmen pada siswa dan PBM
2) Guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkan.
3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui berbagai cara
evaluasi.
3 Endang Komara, Peran KTSP Dalam menciptakan Guru Profesional, Suara Daerah, No. 442 4 Syech Ibrahim bin Ismail, Ta’lim Muta’alim, Semarang, h..4 5Ibnu Majah, Beirut, Darul kutub h..20
4
4) Guru mampu berpikir sistematis
5) Guru seyogiyanya merupakan bagian dari masyarakat belejar dalam
lingkungan profesinya.6
Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat diharapkan
oleh guru dan siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan
oleh faktor dari diri siswa saja tetapi juga oleh faktor diluar siswa yaitu guru. Guru
sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar dituntut untuk lebih kreatif
mengoptimalisasi :
1. Sarana dan prasarana ( buku sarana fisik dan lingkungan ) menjadi
media pembelajaran yang inovatif sehingga dapat mengkondisikan
kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna.
2. pendekatan dan metodologi pendidikan. Peran metode mengajar dan
fasilitas belajar cukup dapat dirasakan.
Hal ini berkaitan dengan pendapat : winarno Surachmad mengenai metode
mengajar, bahwa guru-guru harus memiliki pemikiran mengenai sifat-
sifat,mengenai metode, baik mengenai kebaikan maupun mengenai
keburukan atau kelemahannya agar guru itu dapat menerapkan metode
yang serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran khusus.7
Media dan alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat membantu
dalam menyajikan materi yang diajarkan. Penyajian alat peraga tersebut biasa
dalam bentuk Enaktif ( penyajian Kongkrit) yang berbentuk tiga dimensi maupun
penyajian yang berbentuk Ikonik (penyajian gambar yang berbentuk dua dimensi)
Cara membangkitkan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikannya,
yaitu pada pelajaran Fiqih guru hendaknya mengajar dengan menggunakan alat
peraga benda tiruan ataupun alat peraga gambar dalam materi pokok pengurusan
jenazah.
6 Buchari Alma, Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2009, h.133 7 Winarno Surachmad, Dasar-dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung : Taristo, h..63
5
Di Madrasah Aliyah Al-Aulia khususnya kelas XII terdapat beberapa anak
yang mendapat kesulitan untuk mengikuti pembelajaran fiqih, hasil tes mereka
tidak pernah bagus dan selalu dibawah yang lainnya. Begitu juga daya serap
dalam satu kelas yang dihasilkan menjadi rendah. Sudah jelas bahwa
pembelajaran yang telah dilaksanakan belum mencapai maksimal. Sehingga
belum dikatakan berhasil sebagaimana yang diungkapkanoleh Syaiful Bahri dan
Aswan Zain :
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil adalah sebagai berikut :
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus
telah tercapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.8
Salah satu faktor timbulnya daya serap yang rendah yakni fasilitas
belajar yang belum memadai serta penggunaan alat peraga yang belum
optimal.
Penulis merasa terdorong mengadakan penelitian tentang “ Studi
Perbandingan Hasil Belajar Fiqih Guru Yang Menggunakan Alat
Peraga Enaktif Dengan Ikonik Pada Materi Pokok Pengurusan Jenazah
“ sebagai bahan penelitian dan penulisan skripsi ini.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah a. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis memberikan perumusan
maslah dalam penulisan ini adalah : Apakah terdapat perbedaan dan
persamaan hasil belajar pengurusan jenazah bagi guru yang menggunakan
8 Syaiful Bahri, Aswin Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h..84
6
alat peraga Enaktif dan Ikonik pada materi pokok pengurusan jenazah di
Madrasah Aliyah Al-Aulia.
b. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan diatas, penulis memberikan pembatasan masalah
yang menyangkut tentang pengurusan jenazah hanya meliputi tentang
pengurusan jenazah yaitu memandikan, mengkafani dan menshalatkan.
Jenazah dan perbandingan yang meliputi perbedaan dan kesamaan hasil
belajar siswa yang menggunakan alat peraga enaktif dan ikonik
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Ingin mengetahui hasil belajar pengurusan jenazah siswa dengan
menggunakan alat peraga Enaktif (penyajian kongkrit yang
berbentuk tiga dimensi)
b. Ingin mengetahui hasil belajar jenazah dengan menggunakan alat
peraga Ikonik (penyajian gambar yang berbentuk dua dimensi)
c. Untuk mengadakan analisis perbandingan antara hasil belajar
pengurusan jenazah dengan menggunakan alat peraga Enaktif
dengan hasil belajar pengurusan jenazah yang menggunakan alat
peraga Ikonik.
2.Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai
berikut :
a. Dapat dijadikan pedoman acuan dalam rangka meningkatkan hasil
belajar fiqih, terutama pada materi pokok pengurusan jenazah.
7
b. Sebagai bahan perbandingan guru dalam meningkatkan hasil belajar
fiqih di Madrasah Aliyah.
c. Dapat dijadikan sebagai motivasi dalam meningkatkan hasil belajar
fiqih.
d. Dapat membantu siswa dalam memahami konsep pengurusan
jenazah.
e. Dapat mengetahui adanya Studi Perbandingan Hasil Belajar Fiqih
Yang Menggunakan Alat Peraga Enaktif Dengan Ikonik Pada Materi
Pokok Pengurusan Jenazah.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi kedalam 4 bab, dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode jenis dan teknik
penlitian, instumen pengumpulan data dan sistematika
pembahasan.
BAB II KERANGKA TEORITIS
Bab ini berisi tentang : pengertian fiqih, pemulasaran jenazah,
pengertian Media, Media Enaktif dan Ikonik, landasan teoritis
penggunaan Media, fungsi dan manfaat Media, klasifikasi Media.
BAB III METODOLOGI PNELITIAN
Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrument
dan kisi-kisi penelitian, dan teknik pengolahan dan analisa data.
8
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang analisis studi perbandingan atau
perbandingan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran
fiqih Guru yang menggunakan ALAT PERAGA Enaktif dengan
yang menggunakan alat peraga Ikonik dalam materi pokok
pengurusan jenazah di kelas XII IPS 1 dan IPS 2 di Madrasah
Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor.
BAB IV KESIMPULAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
8
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Ilmu Fiqih
Arti ( الفقھ )Fiqih dalam bahasa Arab ialah pemahaman.1 Sedangkan
menurut Amir Syarifuddin Fiqih adalah faham ( الھم ) yang mendalam. Semua kata
“fa qa ha” yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung arti ini.2 Diantaranya
Firman Allah dalam Surat At-taubah : 122.
Artinya :tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. 3
Sedangkan arti fiqih menurut Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya dan Drs.
Fakhtur Rahman mengungkapkan bahwa fiqih itu adalah sekelompok hukum
tentang amal
1 Atabik Ali, Ahmad zuhdi muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta:
2003, h.1402 2 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Bogor : Kencana, 2003, h..4 3Tim Penyusun Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung :
Diponogoro, 2005, h.164
9
Perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.4
Maksud dari pengertian tersebut adalah sekelompok hukum syari’at yang
berpautan dengan amal perbuatan orang mukallaf yang berhubungan dengan
ibadah, muamalah, kepidanaan dan lain sebagainya yang diambil dari satuan dalil-
dalilyang masing-masing menunjuk kepada suatu hukum tertentu.
Adapun definitif Fiqih menurut Syech Zainuddi Al-Malibari adalah:
" العملیة المكتسب من ادلتھا التفصلیة ھالعلم بااالحكام الشریع Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah yang digali dan
dikemukakan dari dalil-dalil tafsili.5
Dalam definitif ini fiqih adalahilmu yang mempelajari tentang
seperangkat aturan Allah SWT yang berasal dari kehendak dan kemauan Allah
SWT yang hanya menyangkut tindak tanduk perbuatan manusia. Dan ilmu fiqih
ini hasil dari penggalian atau penemuan, penganalisaan dan penentuan ketetapan
oleh para mujtahid fiqih dari dalil-dalil terperinci yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Ada juga yang mengartikan bahwa fiqih itu adalah
pengakuan tentang hak-hak dan kewajiban seseorang, sebagaimana diketahui
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau yang disimpulkan dari keduanya, atau
tentang apa yang telah disepakati oleh kaum cerdik pandai.6
Sedangkan menurut Al-jurjani al-Hanafi mengatakan bahwa fiqih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang amaliyah yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsili, dan diistinbathkan lewat ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan.7
Dari beberapa pendapat yang mengartikan kata fiqih diatas dapat
disimpulkan bahwa kata fiqih itu terbagi kedalam dua pengertian yaitu yang
4 Mukhtar Yahya dan Fakhtur Rahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami,
Bandung: 1993, h.19 5 Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, Semarang, Darul Ihya h.2 6 Cik Hasan Basri, Model Penelitian Fiqih,Paradigma Penelitian Fiqih dan Fiqih
Penelitian, Bogor :Kencana, 2003, h.4 7 Muchlis Usman, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2002, h.96
10
pertama menurut bahasa ialah pengetahuan atau pemahaman. Sedangkan yang
keduanya menurut istilah yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum
Allah yang berkaitan dengan hal-hal amaliyah atau furu’iyah yang diperoleh dari
dalil-dalil terperinci dan bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah, Ijma, Qiyas Jabul
maslahah dan Dar’u mafsadah ( Mengambil yang bermanfaat dan membuang
yang merusak ). Ilmu fiqih ini diperoleh dari hasil penggalian, penalaran oleh
orang-orang yang pandai dan dapat dipercaya ( Mujtahid Fiqih ).
B. Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah hanya meliputi memandikan, mengkafani dan
menshalatkan jenazah.
1. Memandikan jenazah
a. Hukum Memandikan Jenazah
Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari Ulama berpendapat bahwa
memandikan mayat muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila telah
dilakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.8
sesuai dengan yang dikatakan Nabi bahwa Orang yang meninggal dunia itu
sebelum dikuburkan harus dimandikan terlebih dahulu. یھ وسلم قال اغسلوا بماء وسدر صلى اهللا علعن ابن عباس رضى اهللا عنھما ان النبى
)رواه البخاري( وكفنوخخ فى ثوبیھ
Dari Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Nabi Saw bersabda: “ Mandikanlah
mayat itu dengan air dan bidara, dan kafanilah dia dengan kedua pakaianya.”
(HR. Mutafaq alaih)9
Drs. Lahmuddin Nasution, M.Ag mengemukakan hukum memandikan
jenazah orang islam itu wajib, kecuali orang yang mati syahid yakni orang yang
meninggal atau terbunuh dalam peperangan melawan kafir.10
Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw yang
berkenaan dengan para korban yang terbunuh pada perang Uhud.
8 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta : Amzah, 2002, h.68 9 Shahih Bukhari, Darul fikr, h.96 10Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, Jakarta : Logos, 1995, h.13
11
) رواه البخاري( اوفنواھم في دماي ھم ولم یغسلھم ولم یصل علیھم : وفي روایة
Dalam satu riwayat Nabi Saw. Memerintahkan menguburkan para Syuhada diperang Uhud bersama darah-darah mereka dan tidak dimandikan maupun di shalatkan.” ( HR. Bukhari)11 Kebanyakan ahli fiqih, termasuk didalamnya Imam Abu Hanifah, Imam
Syafi,I, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanba, mengatakan bahwa hukum
memandikan jenazah seorang muslim adalah fardu kifayah. Akan tetapi masih ada
diantara ahli fiqih ( tidak diketahui identitasnya ) yang mengatakan hukumnya
sunnah kifayah. Ini disebabkan perbedaan penafsiran terhadap Hadits Nabi
tentang memandikan jenazah yang ada dibawah ini.
)رواه البخاري ( بھ صلي اهللا علیھ وسلم قال اغسلوا بماء سدر وكفنوه في توقال رسول اهللا Kalau yang mengatakan sunnah kifayah menafsirkan bahwa Hadits
tersebut hanya sebagai penjelas atau petunjuk tentang jenis-jenis air yang
digunakan untuk memandikan jenazah.12
Dari kedua pendapat diatas disimpulkan bahwa hukum memandikan
jenazah itu fardhu kifayah atau wajib bagi orang yang masih hidup, kecuali orang
yang meninggalnya terbunuh karena peperangan melawan kafir ( Syuhada ), maka
tidak wajib untuk memandikannya.
b. Syarat Bagi Orang Yang ,Memandikan Jenazah.
Syarat-syarat bagi orang yang akan memandikan Jenazah antara lain :
1. Orang muslim, berakal, dan baligh ( Dewasa )
2. Niat memandikan Jenazah
3. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan Jenazah dan
memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah dan tidak
menyebutkan kepada orang lain aibnya, akan tetapi merahasiakan
apa yang dilihatnya tentang yang tidak baik. 13
11 M. Nashiruddin Al-albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Jakarta : Gema Insani Press, 2003, h.432
12Shahih Bukhari, Daru fikr, h.96 13 Abdul Karim,Petunjuk Merawat Mayat dan Shalat Mayat, Jakarta : Amzah, 2002, h.20
12
Sedangkan menurut Syech Muhamman Nashiruddin Al-Albani
mengatakan bahwa syarat bagi orang yang akan memandikan jenazah itu adalah :
a. Orang yang memandikan Jenazah harus benar-benar menutupi Jenazah
dengan rapat dan tidak menyebar luaskan keburukan yang telah
dilihatnya dari jenazah tersebut.
b. Hendaklah dalam memandikan Jenazah itu seorang yang benar-benar
berniat untuk mencari keridhoan Allah SWT dan tidak bertujuan untuk
memperoleh upah atau ucapan terima kasih, serta tidak pula karena
materi duniawi lainnya. 14
Pendapat ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-
kahfi ayat 110 yang berbunyi ;
Artinya : katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : “Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadanya.”. ( QS.Al-Kahfi : 110 )15
Bahwa orang yang memandikan Jenazah itu orang yang terpercaya dapat
menutupi aib yang dimiliki oleh Jenazah dan juga orang yang memandikan
Jenazah itu harus memiliki niat yang tulus mengharapkan keridhaan Allah SWT,
tidak memiliki niat karena memandikan Jenazah itu diberikan upah atau imbalan.
Adapun pendapat yang lain tentang syarat bagi orang yang akan
memandikan jenazah mengatakan bahwa, orang yang memandikan jenazah harus
orang yang amin dengan kata lain orang yang terpercaya. Bila ia melihat kebaikan
14 Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albani, Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah
Menurut Al-Qur’an dan As- Sunnah, Penrj, M. Abdul Ghoffar, Bogor : Pustaka Imam Syafi;I,2005, h.137-138
15 Tim Penyusun Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahan, Bandung : Diponogoro, 2005, h.243
13
dari si jenazah tersebut, maka disunahkan menyebutkannya, tetapi hal-hal yang
buruk haram diungkapkan. 16
Pendapat ini sesuai apa yang pernah diungkapkan oleh Ibnu Majah: موتاكم اال مامون یغسلل “janganlah ada yang memandikan Jenazah kamu kecuali orang yang terpercaya”. 17
Dalam pendapat tersebut mengatakan bahwa orang yang harus
memandikan jenazah orang muslim adalah yaitu orang yang memiliki sifat amin
yaitu orang yang terpercaya. Maksud dari terpercaya adalah orang yang bisa
menyimpan rahasia bila dia melihat keburukan atau aib yang dimiliki oleh jenazah
yang ia mandikan dan tidak menyebarluaskan apa yang telah dia lihat tentang si
jenazah tersebut.
Orang yang paling utama memandikan jenazah yaitu jika : mayatnya
perempuan maka yang memandikannya ialah ibunya, Neneknya atau keluarga
terdekat dari pihak wanita serta suaminya. Begitupun sebaliknya.
C. Proses Menandikan Jenazah
Memandikan jenazah itu sekurang-kurangnya mengalirkan air keseluruh
tubuhnya, untuk kesempurnaan memandikan jenazah, perlu memperhatikan
beberapa hal dibawah ini :
1. Jenazah dengan atau tanpa pakaian, jika pakaian ditanggalkan, maka
jenazah yang dimandikan aurat harus tertutup
2. Tertib memandikan.
a. Membersihkan jenazah dari najis
b. Mewudhukan jenazah
c. Memandikan jenazah tiga-tiga atau lima-lima kali basuhan.
d. Memandikan jenazah dengan wangi-wangian
e. Mengeringkan jenazah yang telah dimandikan dengan handuk
f. Merahasiakan cacat tubuh jenazah18
16 Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, Jakarta : IAIN, 1995, h.133 17 Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, h.133 18 H. E. Hasan Saleh, dkk, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, h.230-231
14
Menurut keterangan diatas cara memandikan mayat itu, mula-mula mayat
didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring kebelakang ditempat yang
agak tinggi denga ditutupi kain.
Orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu dengan ibu
jarinya pada lengkungan tengkuk, dan lututnya menahan punggung mayat. Lalu,
perut mayat diurut dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca ( kain
pembersih) untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar. Setelah perca
pembalut tangan diganti, gigi dan hidungnya dibersihkan pula.
Dengan melaksanakan rangkaian diatas maka selesailah satu kali
memandikan mayat. Memandikan mayat itu sekurang-kurangnya dengan
mengalirkan air keseluruh tubuh menggunakan air yang dingin untuk menguatkan
badannya dan disunahkan memandikan dengan hitungan ganjil ini sesuai denga
Hadits Nabi Saw, diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
دخل علینارسول اهللا صلئ اهللا علیھ وسلم ونحن نغسل ابنتھ فقال اغسلنھا ثالثا او : قلت
) رواھالبخاري( خمسا او ربعا
“ Rasulullah masuk kepada kami ketika kami sedang memandikan putrid beliau seraya bersabda :” mandikanlah dengan siraman yang ganjil, yaitu tiga kali, lima kali atau tujuh kali. ( HR. Bukhari ).19
Maksud dari Hadits diatas adalah disunahkan memandikan jenazah itu
dalam hitungan yang ganjil yaitu tiga kali lima kali atau tujuh kali.
2. Mengkapani Jenazah
a. Hukum Mengkafani Jenazah
19 Al-albani, Ringkasan, h.406
15
Dari segi hukumnya, mengkafani mayit adalah fardhu kifayah yakni
apabila seorang telah melakukannya maka gugurlah beban dosa dari yang lain.
Kafan yang wajib terdiri dari selapis kain. Jika kain tidak mencukupi untuk
membalut tubuh mayit maka yang didahulukan adalah menutup dengan kain
tersebut tubuhnya bagian atas, sedang bagian bawah ditutup dengan bahan-bahan,
seperti kapas, rumput, tikar dan sebagainya.
Adapun hukum mengkafani jenazah menurut pendapat yang lain
mengatakan bahwa hukum mengkafani jenazah adalah wajib sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw. Bahwa kewajiban bagi orang
yang masih hidup itu memiliki kewajiban terhadap orang yang meninggal dunia
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan jenazah.20
Ketentuan kain kafan yang digunakan untuk mengafani jenazah minimal satu lapis
yang dapat menutupi seluruh tubuhnya baik terhadap jenazah laki-laki maupun
perempuan. Sedangkan warna yang paling afdhal adalah warna putih.
b. Proses Mengkafani Jenazah
Kain kafan untuk laki-laki terdiri dari tiga lembar kain putih, tidak pakai
baju maupun tutup kepala dan boleh dikafani dengan dua lembar kain sekurang-
kurangnya satu lembar yang dapat menutupi seluruh badan jenazah tersebut.
Adapun untuk mengkafani jenazah laki-laki sebagai berikut :
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai setelah masing-masing
helainya ditaburi dengan wangi-wangian, misalnya kapur barus.
Hendaklah lembaran yang paling bawah lebih lebar dan luas. Ukurlah
terlebih dahulu panjang dan lebar untuk kain kafan si jenazah secukupnya
dan sediakan kain atau tali pengikat jenazah dibawah kain kafan yang
diambil dari potongan-potongan pinggir kain kafan untuk mudah
mengikatnya.21
2. Setelah itu, perlahan-lahan jenazah diletakkan diatas kain-kain tersebut
dalam posisi membujur, dan kalau mungkin menaburi tubuhnya lagi
dengan wangi-wangian.
20 S. Sa’adah, Materi Ibadah, Surabaya : Amelia, 2006, h.162 21 Abdul Karim,Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat ,h.28
16
3. Selanjutnya menyelimutkan kain kafan yang dimulai dari kain kafan yang
disebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembaran kain sebelah kiri
paling atas, dan selanjutnya disusul dengan lembaran kain berikutnya
secara berurutan dan dengan cara yang sama.
4. Jika semua kain telah membalut jasad jenazah, baru diikat dengan tali-tali
yang disiapkan dibawahnya.22
Sedangkan menurut Lahmuddin Nasution sebaiknya jenazah laki-laki
dikafani dengan tiga helai kain putih, tanpa gamis dan sorban. Satu helai sebagai
sarung, sehelai lagi menutupi badan dari leher hingga mata kaki dan satu helai lagi
menutupi seluruh tubuhnya. 23
Dari keterangan diatas bahwa jenazah laki-laki itu harus memakai kain
kafan tiga helai atau lembar, berbeda dengan cara memakaikan kain kafan kepada
wanita. Kalau wanita itu memakai kain kafan sebanyak lima lembar, ini sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh H. A. Abdul Karim bahwa jenazah perempuan
itu memakai kai kafan sebanyak lima helai/lembar, yaitu :
a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya,
kain kafannya harus lebih lebar dan panjang dari yang lainnya.
b. Lembar kedua kerudung kepala.
c. Lembar ketiga untuk baju kurung.
d. Lembar keempat untuk menutupi dari pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima untuk menutupi pinggul dan pahanya.24
Adapun cara mengkafani jenazah wanita sebagai berikut :
1. Memakaikan kain kafan yang kelima yang terletak dibagian
pinggulnya ( sebagai rok)
2. Memakaikan kain keempat sebagai kain sarung.
3. Memakaikan kain ketiga sebagai baju kurung.
4. Memakaikan kain kedua sebagai kerudung ( tutup kepala )
5. Membungkuskan kain pertama yang paling bawah, kepada seluruh
tubuhnya dengan cara mempertemukan kedua tepi kain yang sebelah
22 Zainuddin, Fiqih Ibadah, h.132 23 Nasution, Fiqih 1, h.136 24 Karim, Shalat Mayat, h.29
17
kanan dengan sebelah kiri. Kemudian menggulungkan keduanya
kearah kanan dan kebagian dalam.25
3. Shalat Jenazah
a. Hukum Shalat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya Fardhu kifayah selain jenazah yang
meninggal karena berperang dijalan Allah SWT (mati syahid). Hal tersebut sesuai
dengan yang dikatakan oleh Nabi
رواه (عن ابي ھریرة رضي اهللا قال قال رسول اهللا صلي اهللا علیھ وسلم صلوا علي صاحبكم
)لم والبخريمس Dari Abu Hurairah ra,ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda : “Shalatkanlah jenazah sahabatmu “ ( HR. Muslim dan Al- Bukhari )26
Sedangkan menurut M. Khalilurrahman shalat jenazah adalah shalat yang
dilakukan dengan empat takbir tanpa rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah
dishalatkan didepan jamaah yang menshalatinya. Shalat ini merupakan kewajiban
terhadap seorang mayit dan hukumnya fardhu kifayah. 27
Dari keterangan-keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
menshalatkan jenazah pun hukumnya sama dengan memandikan dan mengkafani
jenazah yaitu fardhu kifayah bagi orang yang hidup. Fardhu kifayah yaitu fardhu
yang bersifat kolektif, artinya, kewajiban ini telah dianggap terpenuhi bila
didalam suatu wilayah ada seseorang atau beberapa orang yang
melakukannya.akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya, maka
semua orang di wilayah itu berdosa.
b. Syarat-syarat Shalat Jenazah
Shalat jenazah termasuk dalam ibadah shalat, maka disyaratkan padanya
syarat-syarat yang telah diwajibkan pada shalat-shalat fardhu lainnya, baik berupa
25 Zainuddin, Fiqih Ibadah, h.132 26 Al-albani, As-sunah, h.195 27 M. Khalilurrahman Al-Mahfani, Buku Pintar Shalat, Pedoman Shalat Lengkap Menuju
Shalat Khusyuk, Jakarta :Wahyu Media, 2007, h.149
18
kesucian yang sempurna dan bersih dari hadats besar maupun kecil, menghadap
kiblat dan menutup aurat. Diriwayatkan dari Nafi’ oleh Malik bahwa Abdullah bin
Umar ra. Mengatakan “Tidak boleh seseorang menyembahyangkan jenazah
kecuali dalam keadaan suci”.28 Selain
dari syarat-syarat diatas, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi oleh orang
yang akan menshalatkan jenazah yaitu :
1. Syarat-syarat shalat yang lain juga menjadi syarat shalat mayat, seperti
menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap ke kiblat.
2. Sesudah mayat dimandikan dan dikafani.
3. Letak mayat itu disebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau
shalat itu diatas kubur atau shalat ghaib.29
Adapun orang yang utama menshalatkan jenazah adalahkeluarganya. Ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh H. A. Abdul karim bahwa:
Orang yang paling utama melakukan shalat jenazah adalah orang-orang
yang diwasiatkan oleh si mayit dengan syarat tidak fasik dan tidak ahli bid’ah.
Kemudian ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu,orang tua si mayit
seterusnya keatas, anak-anak si mayit dan seterusnya kebawah, serta keluarga
terdekat serta kaum muslimin seluruhnya.30
Pendapat ini berdasrkan firma Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-
Anfaal ayat 75 yang berbunyi :
Artinya :……dan orang-orang yang memiliki hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (dari pada yang bukan kerabat ) di dalam kitab Allah. (QS.Al-Anfaal :75)31
D. Syarat Jenazah yang di Shalatkan
28 Sayid Sabiq, Fiqih sunnah, h.63 29 H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru, h.167 30 Karim, Shalat Mayat, h.29 31 Agama RI, Terjemahan, h.149
19
Jenazah yang wajib di shalatkan diantaranya adalah:
1. Orang islam, orang kafir yang meninggal tidak wajib di shalatkan.
2. Jenazah dalam keadaan utuh atau sebagian anggota tubuhnya masih dikenali
identitasnya.
3. Jenazah berada di tempat menshalatkan, kecuali dalam shalat ghaib.
4. Jenazah yang di shalatkan bukan jenis keguguran yang belum mencapai usia
empat bulan kandungan.
5. Jenazah benar-benar telah dimandikan, bagi yang bukan mati syahid.
Karena yang mati syahid tidak dimandikan.32
Jadi, jenazah yang wajib dishalatkan oleh orang muslim adalah jenazah
yang beragama islam. Apabila jenazah tersebut selain dari agama islam maka, kita
tidak wajib untuk menshalatkannya. Dan jenazah tersebut dalam keadaan utuhdan
jika ada jenazah yang dibunuh dan dimutilasi alias anggota tubuhnya dipisah-
pisah itu juga tidak wajib untuk dishalatkan terkecuali anggota tubuhnya itu telah
teridentifikasi atau dikenali oleh kita, maka kita wajib menshalati jenazah
tersebut.
Dan jenazah yang akan kita shalatkan itu berada ditempat menshalatkan,
kecuali shalat ghaib yaitu menshalatkan jenazahnya tidak ada ditempat kita. Juga
jenazah yang kita shalatkan bukan jenis keguguran dimana usia anak tersebut
belum mencapai empat bulan dalam kandungannya. Dan yang paling penting lagi
bahwa jenazah yang akan kita shalatkan harus sudah dimandikan dan dikafani
secara rapih menurut ajaran agama islam.
4. Sunnah-Sunnah Menshalatkan Jenazah
Adapun sunnah-sunnah dalam melakukan shalat jenazah adalah :
1. Mengangkat kedua tangan pada saat bertakbir.
2. Merendahkan suara pada setiap bacaan.
3. Membaca Isti’adzah
32 Abdullah, mengenal Shalat haram dan bid’ah h.80-81
20
4. Posisi imam hendaknya didekat kepala apabila jenazah laki-laki, dan
didekat pinggul apabila jenazah perempuan.
5. Shaf barisan hendaknya dijadikan tiga shaf atau lebih.33
Didalam melakukan shalat jenazah ada beberapa sunnah-sunnah yang
dapat menambah pahala bagi si jenazah itu sendiri diantaranya shalat jenazah
dilakukan secara berjamaah dan membuat syafnya dengan hitungan yang ganjil,
misalnya hitungan tiga, lima, tujuh dan seterusnya dalam artian minimal dalam
syaf-syaf tersebut berjumlah empat puluh orang islam
Dalam melakukan takbirotul ihrom juga sama seperti shalat biasa yaitu
tangan diangkat sejajar dengan pundak dan bersedekap atau tangan diletakan
diantara dada dan pusar. Disunahkan pula membaca tahmid sebelum membaca
shalawat. Dalam membaca doanya harus pelan-pelan. Doa yang kit abaca itu
ditujukan kepada mukmin dan mukminatbaik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal. Dan yang terakhir yang disunahkan dalam menshalatkan
jenazah adalah mengucapkan salam.
5. Rukun Shalat Jenazah
Rukun dalam shalat jenazah menurut Khalilurrahman adalah :
1. Niat 2. Berdiri ( bagi yang mampu ). 3. Takbir empat kali 4. Membaca Surah Alfatihah setelah takbir pertama 5. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw setelah takbir yang
kedua 6. Membaca doa untuk jenazah setelahtakbir yang ketiga 7. Membaca doa untuk jenazah dan orang-orang yang
menshalatinyasetelah takbir yang keempat 8. Salam
F. Cara Menshalatkan Jenazah
33 Ahmah Seadie, Penuntun Shalat Lengkap, Jakarta: Rica Grafika,1996,h.122
21
Shalat jenazah yaitu shalat yang dilakukan dengan empat takbir tanpa
rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah dishalatkan dihadapan jamaah yang
menshalatinya.
Shalat ini merupakan suatu kewajiban terhadap seorang mayit dan
hukumnya fardhu kifayah, yaitu fardhu yang bersifat kolektif. Artinya, kewajiban
ini dianggap sudah terpenuhi bila didalam suatu wilayah ada beberapa orang yang
melakukannya. Akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya, maka
semua orang diwilayah itu berdosa. Adapun rincian shalat jenazah secara
keseluruhan sebagaimana tersebut dibawah ini :
1. Niat dalam hati namun, disunatkan untuk mengucapkannya.
2. Takbir pertama (taqbiratul ihram) dan setelahnya membaca surat al-
fatihah.
3. Takbir kedua, dilanjutkan membaca shalawat Nabi.
4. Takbir ketiga dilanjutkan membaca do’a untuk mayit.
) ھا(واعف عنھ ) ھا(وعافھ ) ھا(وارحمھ) ھا(اللھم اغفرلھ
5. Takbir keempat dilanjutkan membaca do’a.
Salam.34
C. Pengertian Media, Media Enaktif dan Ikonik
Kata “Media” berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti
tengah, perantar, atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.35
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Tekhnologi
dan Komunikasi pendidikan (Asosiation of Education and Comunication
Technology/AECT)
di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Asosoation/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
34 Achmad Mufidh A.R, Risalah kematian, Jakarta :Total Media, 2007, h.34-38 35 Pupuh Fathurrohman, Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Refika
Aditama, 2003,h.65
22
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat didengar dan
dibaca.36
Adapun pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ‘tengah,’ perantara’ atau ‘pengantar. Dalam bahasa Arab, media
disebut ‘wasail’ bentuk jama dari wasilah yakni sinonim alwasth yang artinya
juga ‘tengah’. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka
disebut juga sebagai ‘perantara’ atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena
posisinya berada ditengah ia bisa juga disebut pengantar atau penghubung, yakni
mengantarkan atau menyalurkan atau menghubungkan sesuatu dari suatu sisi ke
sisi lainnya. 37
Sedangkan Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. 38
Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead
projector, radio, televise, dan sebagainya.sedangfkan software adalah isi program
yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada trasparansi atau
buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau
materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain
sebagainya.39
36 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.6-7 37 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2008, h.6 38 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, h.3 39 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta
: Kencana,2007,163-164
23
Adapun yang dimaksud dengan media Enaktif adalah pengalaman langsung (langsung mengerjakan). Sedangkan yang dimaksud media Ikonik adalah pengalaman pictorial / gambar.40 Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. D. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Brunner ada tiga tingkatan modus utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enaktive), pengalaman pictorial/ gambar (iconic), dan pengalaman abstrak ( symbolic) Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan yang kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’. Mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto atau film. Selanjutnya, pada tingkatan stymbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ‘pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru. Tingkatan pengalaman memperoleh hasil belajar seperti ini digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan kedalam symbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan symbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).41
40 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, h.7 41 Azhar Arsyad, Pembelajaran, h.7
24
Adapun penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai
nilai-nilai praktis sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirman. N dkk (1991),
adalah :
1. Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga
dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya untuk
menjelaskan bagaimana system peredaran darah pada manusia, digunakan
film.
2. Menampilkan obyek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk
dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik, bintang-bintang yang besar,
alat-alat perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto,
film atau gambar.
3. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang
lambat. Gerakan yang terlalu cepat misalnya gerakan kapal terbang, mobil,
mekanisme kerja suatu mesin dan perubahan wujud suatu zat atau
metamorposa.
4. Karena informasi diperoleh siswa berasal dari sumber serta dalam situasi
dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan
persepsi siswa.
5. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
6. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa.
7. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
(sumber belajar).
8. Bahan pelajaran dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan dan atau
disimpan untuk digunakan pada saat yang lain.
9. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa
gerhana matahari total atau binatang yang hidup dikutub
10. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya
mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop.42
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa proses belajar
mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan-kegiatan mengajar yang
42 Pupuh Fathurrohman, M. Sobri Sutikno, Strategi, h.73-74
25
berlangsung dikelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian.
Dalam suatu usaha tersebut adalah untuk mengatasi keadaan demikian
ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar.
Karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus
informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasihan dalam
penerimaan Informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk
mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.
E. Fungsi dan Manfaat Media
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsure yang sangat penting
adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan
dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan dikuasai siswa setelah pengajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minatyang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa.Penggunaan media pengajaran pada tahap
orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Yunus dalam bukunya
Attarbiyatu watta’lim mengungkapkan maksudnya sebagai berikut :
26
Bahwasanya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjaminpemahaman…orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya. 43 Sementara itu Levied an Lentz mengemukakan empat fungsi media
pengajaran, khususnys media visusl, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c)
fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran
yang berkaitan kepada makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran
yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.gambar atau lambing
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya emosi yang
menyangkut masalah social atau ras.
Fungsi gognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa gambar visual atau gambar memperlancar tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikaninformasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi
43 Azhar Arsyad, Pembelajaran, h.15-16
27
siswa yang lemah dan lambat dalam memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. 44
Adapun manfaat media secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan
sebagai berikut :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Seperti
misalnya :
a. Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film,
bingkai atau model.
b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film atau gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara
verbal.
e. Objek yang terlalu kompleks ( misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram dan lain-lain, dan
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan
lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai,
gambar dan lain-lain.
3. penggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatatasi sifat pasif anak didik.
4. Dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru
banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya ituharus diatasi
44 Levie & Lentz dalam Arsyad, Pembelajaran, h.16-17
28
sendiri. Hal ini akan lebih sulit jika latar belakang guru dan siswa juga
berbeda. 45
Sedangkan menurut purnawanti dan Eldarni, yaitu :
a. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan
peredaran darah.
b. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat didalam
lingkungan belajar.
c. Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
d. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
e. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat
f. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan
lingkungannya.
g. Membangkitkan motivasi belajar.
h. Memberikan kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok
belajar.
i. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan.
j. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan
ruang).
k. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.46
F. Klasifikasi Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,
tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya,
dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada
pembahasan berikut :
1. Dilihat dari sifatnya, media dibagi kedalam :
a. Media Auditif, yaitu media yang hanya memiliki unsur suara. Seperti
radio dan rekaman suara.
45 Arief S. Sadiman, Pendidikan, h.17-18 46 http://.Blogspot.com/2010/8/media pembelajaran.html
29
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsure suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai
bentukbahan yang dicetak seperti media grafis dan sebagainya.
c. Media Audio Visual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsure suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,
misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, sebab mengandung kedua unsure jenis media yang pertama
dan kedua. 47
d. Media ini terbagi kedalam :
1) Audio Visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai
suara, cetak suara.
2) Audio garak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti film suara dan film-casette.
Pembagian lain dari media ini adalah :
a) Audio murni yaitu baik unsure suara maupun unsure gambar
berasal dari suatu sumber seperti film video-casette.
b) Audiovisual tidak murni, yaitu yang unsure suara dan unsure
gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film
bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides
proyektor. Dan unser suaranya berasal dari tape recorder.
2. Dilihat dari daya liputnya, Media Dibagi Dalam :
a. Media daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh : Radio dan Televisi.
47 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta
:Kencana, 2006, h.170
30
c. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini
dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus
seperti film, sound slide, film rangkai yang harus menggunakan ruang
yang khusus dan gelap.
d. Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini
adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
6. Dilihat dari segi pengadaannya , Media dibagi dalam :
a. Media jadi ( by utilization )
Yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat
waktu, hemat tenaga dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilanmateri dan
penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Media Rancangan ( by design )
Yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran tertentu. Oleh karena itu media ini kemungkinan besar sesuai
dengan tujuan pembelajaran48
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu:
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi,
micro projection, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi,
chart, grafik, poster, peta dan globe.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya
:phonograph, transkripsi electrics, radio, rekaman pada tape recorder.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televise,
benda-benda tiga dimensi yang biasa dipertunjukan, misalnya ; model,
spicemens, bak pasir, peta electicks, koleksi diorama.
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosio drama, sandiwara boneka, dan
sebagainya.49
48 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, h.191-192 49 Asnawir, Basyirudin Usman, pembelajaran, h.29
31
Dari jenis-jenis karakteristik media sebagaimana disebut diatas, kiranya
patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih media
dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana
dianggap tepat dan menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang
seharu
nya dipakai.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang penulis lakukan obyek penelitian adalah Madrasah Aliyah
Al- Aulia Jl. KH. Abdul Hamid KM. 3 Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor.
B. Focus Masalah
Focus masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikiut :
1. Variabel bebas (Y) :Media Enaktif dan Ikonik
2. Variabel terikat (X):Hasil Pembelajaran Fiqih
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.50 Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa Madrasah Aliyah Al-Aulia
Cibungbulang Bogor yang terdiri dari kelas XII. IPS 1 dan XII. IPS 2 yang
berjumlah 72 orang. Selanjutnya penulis mengambil sample dari populasi itu.
Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 50%. Pengambilan
sampel ini merujuk kepada ketentuan yang dikemukakan oleh Winarno
50 Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian, Jakarta: Islamic Research
Publishing,2009, h.88
33
Surachmad yang menyatakan bahwa : “ Bila populasi berukuran sama atau lebih
dari seratus maka pengambilan sampel nya sebanyak 50% dari populasi dan jika
populasinya sama atau lebih dari 1000 pengambilan sampelnya sebesar 15%.
Untuk lebih jelasnya, perbandingan antara jumlah populasi dengan sample
maka penulis ajukan table sebagai berikut :
NO Kelas Populasi Sample Jumlah
1 XII. IPS 1 36 36 x 50% 18
2 XII. IPS 2 36 36 x 50% 18
Jumlah 72 36
D. Metode Penelitian
Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode komparatif,
yaitu membandingkan antara gejala yang satu dengan yang lain dengan kerangka
berfikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dari fakta yang bersifat umum
kepada fakta yang bersifat khusus.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah :
1.Observasi
Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.51 Tujuan
observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi obyektif
lapangan penelitian. Di kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2 Madrasah Aliyah Al-
Aulia dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih menggunakan alat peraga Enaktif
dan Ikonik dalam materi pokok pengurusan jenazah.
51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta,2006, cet ke-13 h.130
34
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran Quesioner
(daftar pertanyaan /isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang
dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum.52
Penulis memberikan angket kepada siswa-siswi kelas XII IPS 1 dan XII
IPS 2 Madrasah Aliyah Al-Aulia dengan menggunakan media Enaktif dan
Ikonik.
3. Wawancara
Teknik wawancara ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara
bertanya kepada responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi
atau data yang berhubungan dengan kondisi obyektif lokasi penelitian.
Wawancara ini hanya ditujukan kepada guru bidang studi fiqih.
F.Instrumen dan Kisi-kisi Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrument yang saya gunakan untuk memperoleh data yang valid
mengenai pembelajaran fiqih guru yang menggunakan media Enaktif
dan Ikonik di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor adalah berbentuk angket.
Angket yang disebarkan terdiri dari 20 soal yang disebarkan kepada 72
siswa.
2. Kisi-kisi Penelitian
Adapun kisi-kisi penelitian yang saya gunakan dalam pembuatan angket
adalah :
52 Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian, h. 96
35
TABEL 1
Kisi-kisi Penelitian
No FOKUS MASALAH NO ITEM
1 Pembelajaran fiqih menggunakan media Enaktif
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
2 Pembelajaran fiqih menggunakan media Ikonik
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
G.Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Yang dimaksud pengolahan data dalam pembahasan ini adalah; langkah-
langkah yang ditempuh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian.
Adapu langkah-langkah tersebut antara lain:
1. Editing
Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada
penulis, penulis segera menulis satu persatu angket yang dikembalikan
tersebut dari no1 sampai no akhir. Bila jawaban yang diragukan atau tidak
dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk
dibetulkan atau disempurnakan atau angket tersebut sah.
2. Scoring
Pertanyaan angket yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan
dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban huruf diubah
menjadi nilai angket.
3 . Tabulating
Langkah ketiga dalam pengolahan data ini adalah memindahkan
jawaban yang terdapat dalam angket kedalam kartu tabulasi dalam bentuk
coretan garis lurus. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan
menggunakan teknik presentase, dengan rumus : P = F x 100%
N
P : Angka Presentase
F : Frekwensi yang sedang dicari presentasenya
N : Number Of Case (jumlah frekwensi atau banyaknya ) individu.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Obyek Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Ai-Aulia
a. Latar Belakang Berdirinya MA Yayasan Pendidikan Islam Al-Aulia
Jl. KH. Abdul Hamid Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulag
Kabupaten Bogor sebagai tempat berdirinya yayasan pendidikan Islam Al-
Aulia, dengan berdirinya Yayasan Al-Aulia menambah mutu pendidikan
dikecamatan Cibungbulang. Di Yayasan Al-Aulia bukan hanya berdiri MA
tetapi berdiri juga SMU, MTS, SMPI,MI dan juga perguruan tinggi Islam.
Awal mula berdirinya Madrasah Aliyah Al-Aulia pada tahun 1997,
Madrasah Aliyah Aulia berdiri pertama kali sebelum diidrika SMA, proses
pendirian Ma melalui proses perijinan dan telah disahkan dengan status
disamakan melalui surat keputusan kepala dinas pendidika Bogor. 1
b. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Aulia
Visi MA Al-Aulia
“ membentuk siswa siswi maju, mandiri, berkualitas yang didasari
oleh IMTAQ dan IPTEK. 1 Sumber Data Sekolah, Kepala Sekolah MA Al-Aulia
38
Adapun Misi MA Al-Aulia adalah :
1. Menciptakan suasana yang islami
2. Membentuk insane yang berkualitas, terampil dan mandiri
3. Menciptakan layanan yang prima
c. Tujuan MA Al-Aulia
Dalam meningkatkan mutu pendidikan Madrasah Aliyah Al-Aulia
memiliki tujuan yang terus ditunjang dan dilaksanakan diantaranya :
1. Meningkatkan intensitas kegiatan keagamaan
2. Tercapainya mutu pendidikan
3. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai
4. Menciptakan suasana yang berwawasan IMTAQ dan IPTEK
beserta terapannya.
5. Tersedianya ketenagaan yang professional. Peningkatan system
pembelajaran yang efektif dan menghasilkan lulusan yang
berkualitas, sehingga mengabdi dimasyarakat dan dapat bersaing
di perguruan Tinggi.
d. Keadaan Guru MA Al-Aulia
Daftar guru mengajar di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor
Tahun Pelajaran 2008 / 2009
Tabel 1
NO NAMA MATA PELAJARAN KELAS
1 Drs. H.A Khaeruddin PPKN / SKI 1-3
2 Drs. Ahmad Sanusi B.Indonesia / IPS 1-3
39
Sejarah
3 Ma’mun Saleh, SPd.I Akidah Akhlah /
Kaligrafi
1-3
4 Mulyadi, S.Pd.I B.Arab 1-2
5 H.M Iqbal, Lc B.Arab 3
6 H. Komaruddin, Lc Al-Qur’an Hadits 2-3
7 E. Sapruddin, APN.
BA
Kimia / Fisika 2-3
8 Cucup Subandi,
S.Pd.I
Fiqih 1-2
9 Aden Setiawan, S.Ag Al-Qur’an Hadits 1
10 Jmaluddin, S.Pd.I Matematika 3
11 Abdul Latif, S.Ag Didaktik / Kitab Kuning 1-2
12 Enjun Junaedi Biologi 1
13 M. Abdul Malik, SE Akunting / Ekonomi 1-2
14 Fajar Subhi Matematika / Biologi 1
15 Ahmad Khotib, S.Ag,
M,Ag
Fiqih / Ushul Fiqih 3
16 Ade Hidayat Biologi 2-3
17 Miftahudin, S.Ag Antropologi 3
18 Lili Darussalam,
S.Pd.I
Sosiologi 3
19 Hendro Sugiarto,
S.Ag
Geografi 3
20 Jahidin Geografi 1-2
21 Dedeh Herawati B.Inggris 1-3
22 Rahmaniddin Penjas 1-2
23 Ahmad Junaidi Penjas 3
24 Drs. Mahmud Akhyar Tata Negara 3
40
a. Keadaan Tata Usaha MA Al-Aulia
Keadaan Tata Usaha di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun Pelajaran
2008 / 2009
Tabel 2
b. Keadaan Siswa MA Al-Aulia
Keadaan siswa di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun
Pelajaran 2008 /2009
Tabel 3
NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa Jumlah
Kelas X Kelas XI Kelas XII
1 2008 / 2009 120 105 108 333
NO NAMA JABATAN
1 Mulyadi Ketua
2 Ma’mun Saleh, S.Pd.I Bendahara
3 Ahmad Junaidi Anggota
41
c. Keadaan Sarana dan Prasarana MA Al-Aulia
Keadaan Sarana dan Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang
Bogor Tahun
Pelajaran 2008 / 2009
Tabel 4
NO Nama Jumlah
1 Lapangan Badminton 1
2 Lapangan Basket 1
3 Lapangan Volly 1
4 Lapangan Tenis Meja 1
5 Kelas 9
6 Lab. Komputer 1
7 Musholla 1
8 Gedung Serbaguna 1
9 Lab. IPA 1
10 WC. Murid 5
11 WC. Guru 3
12 Ruang BP 1
42
d. Kemajuan / Prestasi MA Al-Aulia
Kemajuan / Prestasi Siswa Madrasah Aliyah Al-Aulia
Cibungbulang Bogor
Tahun Pelajaran 2008 / 2009
Tabel 5
NO Prestasi Tingkat
1 Juara I Gerak Jalan Putri Kecamatan Cibungbulang
2 Juara III Lomba MIPA Kecamatan Cibungbulang
3 Juara I Lomba Cerdas Cermat Bogor Barat
4 Juara I Volly Ball Putra Kecamatan Cibungbulang
5 Juara III Badminton Putra Kecamatan Cibungbulang
43
B. HASIL PENELTIAN
1. Deskripsi dan Analisa Data
Untuk lebih mengetahui objektifitas data tentang perbandngan hasil
pembelajaran fiqih sisw yang menggunakan alat peraga Enaktif dan Ikonik
dalam materi pokok pemulasaran jenazah. Seperti yang telah diemukakan
dalam bab I penulis mengajukan angket kepada 32 responden yang dalam
hal ini adalah para siswa-siswi kelas xIIMadrasah Aliyah Al-Aulia. Perlu
diketahui bahwa jumlah siswa siswi mMadraah Aliyah Al-Aulia berjumlah
135 orang, sedangkan menulis mengambil sampelnya sebanyak 67 orang.
Dari hasil yang diperoleh ternyata angket yang semuanya berjumlah 67
eksamplar semuanya terisi dengan baik.
Penulis mengajukan 20 pertanyaan dalam setiap angket ini yang
mempunyai empat alternative jawaban ( a, b, c dan d ) untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisis data hasil penelitian ini, maka setiap item
dibuat tabulasi yang merupakan proses merubah data dari pengumpulan data
dalam (angket) menjadi table-tabel angka dalam persentase, dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari table-tabel berikut ini.
44
1. Pengurusan Jenazah Menggunakan Media Enaktif
Tabel 6
Pengalaman bertambah
NO Kategori Siswa
F %
1
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
57
10
-
-
85.7
14.3
-
-
Jumlah 67 100%
Berdasarkan pada pertanyaan, dalam pelajaran Fiqih materi pokok
pengurusan Jenazah ( memandikan, mengkafani dan menshalatkan ) dengan
ikut langsung mempraktekan di depan kelas, apakah pengalaman anda
bertambah ? dan jawabannya dapat dilihat pada table 6, responden yang
menjawab “ya” sebanyak 57 orang dengan presentase ( 85 % ), sebanyak 10
orang menjawab “kadang-kadang” dengan presentase ( 14,3 % ). Dalam hal
ini berarti media yang digunakan oleh guru dapat menambah pengalaman
siswa.
45
Tabel 7
Dapat memperjelas dan
Mengatasi kesulitan dalam mata pelajaran yang disampaikan
NO Kategori Siswa
F %
2
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
35
27
5
-
52.23
40.3
7.47
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pertanyaan, apakah dengan ikut langsung
mempraktekan sendiri dapat memperjelas dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam mata pelajaran yang disampaikan ? pada table 9 diatas dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden sebanyak 35 orang dengan persentase (
52,23% ) memberikan jawaban “ya” dan sebagiannya dengan persentase (
40,3% ) yang terdiri dari 27 orang menjawab “kadang-kadang”, dan
sebagian kecil menjawab “Tidak” dengan persentase ( 7,47%) dengan
jumlah 5 orang, itu artinya dengan ikut langsung mempraktekan sendiri
terhadap materi yang sedang dipelajari dapat memperjelas dan mengatasi
kesulitan dalam mata pelajaran yang disampaikan.
46
Tabel 8
Membangkitkan Keinginan dan Minat Untuk terus belajar
NO Kategori Siswa
F %
3
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
38
22
4
3
56.70
32.83
6.00
4.47
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan, Apakah dengan ikut langsung
mempraktekan materi yang dipelajari dapat membangkitkan keinginan dan
minat anda untuk terus belajar ?p pada table 8 diatas menunjukan bahwa
responden sebanyak 38 orang dengan persentase ( 56,7% ) menjawab “Ya”,
sebanyak 22 orang dengan persentase ( 32.83% ) menjawab “ Kadang-
kadang”, dan 4 orang menjawab “ Tidak” dengan persentase (6% ), dan
sebagian kecil menjawab “ Tidak ama sekali” dengan persentase ( 4.47% )
hanya berjumlah 3 orang. Artinya dengan ikut langsung mempraktekan
materi yang dipelajari dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa
untuk terus belajar.
47
Tabel 9
Konsentrasi pada materi pelajaran yang diberikan
NO Kategori Siswa
F %
4
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
33
25
5
4
49.3
37.3
7.5
5.9
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pertanyaan, dengan ikut mempraktekan langsung
materi yang disampaikan, Apakah anda dapat berkonsentrasi kepada materi
pelajaran yang diberikan ? dan pada table 9 diatas menunjukan bahwa
sebagian besar responden sebanyak 33 orang dengan persentase ( 49.3% )
menjawab “Ya”, dan yang menjawab “Kadang-kadang” sebanyak 25 orang
dengan persentase ( 37.3% ).
Sedangkan persentase ( 7.5% ) menjawab “Tidak”, dan sebagian
kecil menjawab “Tidak Sama Sekali” yang hanya berjumlah 3 orang dengan
persentase ( 4.47% ). Dalam hal ini, bahwa dengan mempraktekan
langsungdalam materi yang disampaikan siswa dapat berkonsenterasi
kepada materi yang diberikan.
48
Tabel 10
Memahami dan mengingat materi pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
5
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
30
22
9
6
44.78
32.83
13.43
8.96
Jumlah 67 100 %
Dari pertanyaan, Dengan mempraktekan langsung materi yang
dipelajari, apakah anda dapat memahami dan mengingat materi pelajaran
yang telah dipraktekan ?.dan jawabannya dapat dilihat pada table 10 dengan
persentase ( 44.78% ) yang berjumlah 30 orang menjawab “Ya” dan 22
orang menjawab “Kadang-kadang” dengan persentase ( 32.83% ). Dan yang
menjawab “Tidak” dengan persentase ( 13.43% ) dengan jumlah 9 orang,
dan sebagian kecil hanya menjawab “ Tidak Sama Sekali” dengan
persentase ( 8.96% ) dengan jumlah 6 orang. Artinya, dalam mempraktekan
langsung materi yang dipelajari, siswa dapat memahami dan mengingat
materi yang dipelajari.
49
Tabel 11
Memberikan pendapat terhadap satu masalah yang terdapat
dalam materi pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
6
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
45
22
-
-
68
32
-
-
Jumlah 67 100 %
Dari pelajaran, Dengan mempraktekan materi yang dipelajari,
Apakah anda langsung dapat memberikan pendapat terhadap satu masalah
yang terdapat dalam satu mata pelajaran ? berdasarkan pada table 11 diatas
dapat dilihat dari responden yang terdiri dari 45 orang dengan persentase (
68% ) menjawab “Ya” dan yang menjawab “Kadang-kadang” sebanyak 22
orang dengan persentase ( 32% ). Artinya dalam hal ini, dengan
mempraktekan langsung materi yang dipelajari siswa dapat memberikan
pendapatnya terhadap suatu masalah yang terdapat dalam materi pelajaran.
50
Tabel 12
Memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
7
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
33
25
5
4
49.3
37.3
7.5
5.9
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pertanyaan, dengan mempraktekan langsung materi
yang dipelajari, apakah dapat memperjelas kata-kata yang sulit dalam mata
pelajaran yang disampaikan guru ? jawabannya dapat dilihat pada table 12
bahwa dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, dapat
memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi yang disampaikan guru. Ini
terbukti dari jawaban responden, bahwa sebagian besar dari responden
sebanyak 33 orang dengan persentase ( 49.3% ) menjawab “Ya”, 25 orang
dengan persentase ( 37.3% ) menjawab “Kadang-kadang”, 5 orang dengan
persentase ( 9.5% ) menjawab “Tidak” dan sebagian kecilnya hanya
menjawab “Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 5.9% ).
51
Tabel 13
Merubah sikap tidak respon terhadap materi pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
8
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
34
19
12
2
50.74
28.35
17.91
3.00
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan, dengan mempraktekan langsung
materi yang dipelajari, apakah dapat merubah sikap tidak respon anda
terhadap satu mata palajaran fiqih materi pokok pengurusan jenazah ?
jawabannya dapat dilihat pada table 13 bahwa dengan mempraktekan
langsung materi yang dipelajari dapat merubah sikap tidak respon siswa
terhadap satu mata pelajaran yang disampaikan guru. Ini terbukti dari
jawaban responden sebagian besar menjawab “Ya” sebanyak 34 orang
dengan persentase ( 50.74% ), sebanyak 19 orang menjawab “Kadang-
kadang” dengan persentase “( 28.35% ), sebanyak 12 orang menjawab
“Tidak” dengan persentase ( 17.91% ), dan sebagian kecil hanya menjawab
“Tidak Sama Sekali” dengan jumlah 2 orang dengan persentase ( 3% ).
52
Tabel 14
Senang dengan media audio visual
NO Kategori Siswa
F %
9
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
41
19
7
-
61.20
28.35
10.45
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah anda senang dengan edia yang
digunakan guru dalam bentuk audio visual ? dalam hal ini, siswa memang
senang dalam pelajaran yang disampaikan guru dalam bentuk Audio Visual,
terbukti sebagian besar responden menjawab “Ya” sebanyak 41 orang
dengan persentase ( 61.19% ), dan yang menjawab “Kadang-kadang
sebanyak 19 orang dengan persentase ( 28.35% ), dan sebagian kecil
menjawab “Tidak” sebanyak 7 orang dengan persentase ( 10.45% ).
53
Tabel 15
Senang ikut serta praktek langsung
NO Kategori Siswa
F %
10
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
34
19
12
2
50.74
28.35
17.91
3.00
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah anda senang dengan media
yang digunakan guru dengan mengkutsertakan siswa untuk praktek
langsung didepan kelas.? Jawabannya dapat dilihat padda table 15 diatas,
bahwa sebagian besar responden sebanyak 34 orang dengan persentase (
50.74% ) menjawab “Ya”, dan 19 orang dengan persentase ( 28.35% )
menjawab “Kadang-kadang”, yang menjawab “Tidak” berjumlah 12 orang
dengan persentase ( 17.91% ), dan sebagian kecil menjawan “Tidak Sama
Sekali” dengan persentase ( 3% ) sejumlah 2 orang. Dalam hal ini penulis
beranggapan bahwa kebanyakan siswa senang dengan ikut praktek
langsung.
54
2. Pengurusan jenazah dengan menggunakan Media Ikonik
Tabel 16
Dengan media gambar pengalaman bertambah
NO Kategori Siswa
F %
11
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
11
42
14
-
16.41
62.70
20.89
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan dalam pelajaran fiqih materi
pengurusan jenazah ( memandikan, mengkafani, dan menshalatkan) guru
menggunakan media gambar, apakah pengalaman anda bertambah ?
jawabannya dapat dilihat pada table 16 bahwa responden sebanyak 11 orang
menjawab “Ya” dengan persentase ( 16.41% ), dan yang menjawab
“Kadang-kadang sebanyak 42 orang dengan persentase ( 62.7% ),
sedangkan yang menjawab “Tidak” sebanyak 14 orang dengan persentase (
20.9% ). Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa sebagian besar siswa
tidak bertambah pengalamannya dalam media gambar yang digunakan guru.
55
Table 17
Memperjelas dan mengatasi kesulitan materi yang dipelajari
NO Kategori Siswa
F %
12
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
25
29
10
3
37.31
43.28
14.01
5.40
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah dengan menggunakan media
gambar dapat memperjelas dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mata
pelajaran ?pada table 25 diatas bahwa responden sebanyak 25 orang dengan
persentase ( 37.31% ) menjawab “Ya”, dan responde yang menjawab
“Kadang-kadang” sebanyak 29 orang dengan persentase ( 43.28% ),
sedangkan yang menjawab “Tidak” dengan jumlah 10 orang dengan
persentase ( 14.93% ), dan sebagian kecil menjawab “Tidak Sama Sekali”
berjumlah 3 orang dengan persentase ( 4.47%). Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa dengan menggunakan media gambar, siswa kurang jelas
dan siswa tidak bisa mengatasi kesulitan pada mata pelajaran.
56
Table 18
Membangkitkan keinginan dan minat untuk terus belajar
NO Kategori Siswa
F %
13
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
19
19
26
3
28.4
28.4
38.8
4.4
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah dengan menggunakan media
gambar, materi yang dipelajari dapat membangkitkan keinginan dan minat
anda untuk terus belajar ? jawabannya dapat dilihat pada table 18 bahwa
dalam materi yang dipelajari yang disampaikan guru dengan media gambar,
tidak dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa untuk terus belajar.
Ini terbukti dari jawaban responden sebanyak 26 orang menjawab “Tidak”
dengan persentase ( 38.8% ), dan yang menjawab “Ya” sebanyak 19 orang
dengan persentase ( 28.4% ), sedangkan yang menjawab “Kadang-kadang”
sebanyak 19 orang dengan persentase ( 28.4% ), dan sebagian kecil dengan
jumlah 3 orang menjawab “Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 4.4% ).
57
Table 19
Konsentrasi pada materi pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
14
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
32
35
-
-
47.73
52.27
-
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah dengan menggunakan media
gambar untuk materi pelajaran, apakah anda dapat berkonsentrasi kepada
materi pelajaran yang diberikan ? dan jawabannya dapat dilihat pada table
19, bahwa sebagian besar responden menjawab “Kadang-kadang” sebanyak
35 orang dengan persentase ( 52.27% ), dan sebanyak 32 orang menjawan
“Ya” dengan persentase ( 47.73 % ) . dengan demikian penulis beranggapan
bahwa siswa dapat berkonsentrasi pada materi pelajaran yang disampaikan
guru dalam menggunakan media gambar.
58
Tabel 20
Memahami dan mengingat materi pelajaran yang disampaikan
NO Kategori Siswa
F %
15
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
24
43
-
-
35.82
64.18
-
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pertanyaan, dengan menggunakan media gambar untuk
materi yang dipelajari, apakah anda dapat memahami dan mengingat materi
yang telah disampaikan ?. dapat dilihat jawabannya pada table 20 bahwa
dalam materi yang disampaikan guru dalam bentuk media gambar, siswa
kadang-kadang dapat memahami dan mengingat materi yang disampaikan
guru. Ini terbukti dari jawaban responden sebanyak 43 orang menjawab
“Kadang-kadang” dengan persentase ( 64.13% ), dan yang menjawab “Ya”
sebanyak 23 orang dengan persentase ( 35.82% ).
59
Table 21
Dapat memberikan pendapat terhadap suatu masalah yang terdapat dalam
satu mata pelajaran
NO Kategori Siswa
F %
16
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
11
42
14
-
16.41
62.70
20.89
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pertanyaan, dengan menggunakan media gambar untuk
materi yang dipelajari, apakah anda langsung dapat memberikan pendapat
terhadap suatu masalah yang terdapat dalam satu mata pelajaran ?
jawabannya dapat dilihat pada table 21 diatas menunjukan bahwa sebagian
besar responden sebanyak 42 orang dengan persentase ( 62.7% ) menjawab
“Kadang-kadang”, dan sebanyak 11 orang menjawab “Ya” dengan
persentase ( 16.41% ). Sedangkan yang menjawab “Tidak” sebanyak 14
orang dengan persentase ( 20.89% ). Itu artinya bahwa dalam materi yang
disampaikan guru melalui media gambar, siswa kadang-kadang dapat
memberikan pendapat terhadap suatu masalah yang terdapat dalam mata
pelajaran yang diberikan.
60
Table 22
Memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi yang disampaikan guru
NO Kategori Siswa
F %
17
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
19
19
26
3
28.4
28.4
38.8
4.4
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan dengan menggunakan media gambar
untuk materi yang dipelajari, apakah dapat memperjelas kata-kata yang sulit
dalam materi pelajaran yang disampaikan guru ?. dan pada table 22
menunjukan bahwa sebagian responden sebanyak 26 orang dengan
persentase ( 38.8% ) menjawab “Tidak” dan sebanyak 19 orang menjawab
“kadang-kadang” dengan persentase ( 28.8% ). Sedangkan yang lainnya
juga menjawab “Ya” dengan jumlah 19 orang dengan persentase ( 28.4% ),
dan sisanya sebanyak 3 orang yang menjawab “Tidak Sama Sekali” dengan
persentase ( 4.4% ). Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa materi
yang disampaikan melalui media gambar, tidak dapat memperjelas kata-kata
yang sulit.
61
Table 23
Merubah sikap tidak respon terhadap materi yang disampaikan
NO Kategori Siswa
F %
18
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
21
46
-
-
31.38
68.62
-
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan, dengan menggunakan media gambar
untuk materi yang dipelajari, apakah dapat merubah sikap tidak respon anda
terhadap mata pelajaran fiqih materi pokok pengurusan jenazah ?.
jawabannya dapat dilihat pada table 23 yang menunjukan bahwa sebagian
besar responden sebanyak 46 orang dengan persentase ( 68.62% ) menjawab
“Kadang-kadang” dan sebanyak 21 orang dengan persentase ( 31.38% )
menjawab “Ya”. Hal ini menunjukan bahwa materi yang disampaikan guru
dengan menggunakan media gambar kurang merubah sikap tidak respon
siswa terhadap mata pelajaran fiqih materi pengurusan jenazah.
62
Table 24
Senang dengan media gambar
NO Kategori Siswa
F %
19
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
-
27
40
-
-
40.26
59.74
-
Jumlah 67 100 %
Berdasarkan pada pertanyaan apakah anda senang dengan media
yang digunakan guru dalam bentuk gambar ?.diatas dapat dilihat pada table
24 menunjukan bahwa sebanyak 40 orang menjawab “Tidak” dengan
persentase ( 59.74% ) dan 27 orang yang menjawab “Kadang-kadang”
dengan persentase ( 40.26% ). Hal ini dapat dikatakan bahwa media gambar
yang digunakan guru tidak disenangi siswa.
63
Tabel 25
Senang tidak ikut serta praktek langsung
NO Kategori Siswa
F %
20
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
d. Tidak sama sekali
-
21
46
-
-
31.38
68.62
-
Jumlah 67 100 %
Dari pertanyaan apakah anda senang dengan media yang
disampaikan guru dengan tanpa mengikutsertakan siswa untuk praktek
langsung didepan kelas ?. dapat dilihat jawabannya pada table 25, bahwa
responden sebanyak 46 orang menjawab “Tidak” dengan persentase (
68.62% ) dan sebanyak 21 orang dengan persentase ( 31.38% ) menjawab
“Kadanmg-kadang”. Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa tidak
senang jika siswa tidak diikut sertakan praktek langsung dalam materi
pengursan jenazah.
64
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada data-data yang terkumpul dari
jawaban siswa-siswi kelas XII di Madrasah Aliyah Al-Aulia sebagaimana
yang tertera pada table-tabel diatas, yang meliputi perbandingan hasil
pembelajaran fiqih siswa yang menggunakan Alat Peraga Enaktif dengan
Ikonik dalam materi pengurusan jenazah.
Dalam mengnalisa data-data hasil angket, peneliti menentukan
kriteria jawaban sendiri karena penelitian ini adalah non statistic, menurut
Suharsimi Arikunto “ penelitian yang bersifat kualitatif, maka pengolahan
data dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang dibuat oleh
peneliti” . kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ya = Baik sekali / sangat baik
b. Kadang-kadang = Baik
c. Tidak = Kurang baik
d. Tidak sama sekali = Tidak baik
65
Tabel 26
Rekapitulasi persentase jawaban mengenai penggunaan media Enaktif dalam
materi pengurusan jenazah
NO
Masalah
Kategori Jawaban
Jumlah
Ya
Kadang-
kadang
Tidak
Tidak
sama
sekali
F % F % F % F % F %
1 Pengalaman
Bertambah
57
85.7
10
43.3
-
-
-
-
67
100%
2 Dapat
memperjelas
dan mengatasi
kesulitan dalam
mata pelajaran
yang
disampaikan
37
52.23
27
40.3
5
7.47
-
-
67
100%
3 Membangkitkan
keinginan dan
minat untuk
terus belajar
38
56.7
22
32.83
4
6
3
4.47
67
100%
4 Konsentrasi
pada materi
pelajaran yang
diberikan
33
49.3
25
37.3
5
7.5
4
5.9
67
100%
5 Memahami dan
mengingat
30
44.78
32.83
9
13.43
6
8.96
67
100%
66
materi pelajaran
6 Memberikan
pendapat
terhadap atu
masalah yang
terdapat dalam
materi pelajaran
45
68
22
32
-
7.5
-
-
67
100%
7 Memperjelas
kata-kata yang
sulit dalam
materi pelajaran
33
49.3
25
28.35
5
17.91
4
5.9
67
100%
8 Merubah sikap
tidak respon
terhadap materi
pelajaran
34
50.74
19
28.35
12
10.45
2
3
67
100%
9 Merubah sikap
tidak respon
terhadap materi
pelajaran
41
61.19
19
28.35
77
17.91
-
-
67
100%
10 Senang ikut
praktek
langsung
34
50.74
19
28.35
12
17.91
2
3
67
100%
Dari table 26 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan media Enaktif dalam
materi pengurusan jenazah termasuk dalam katagori sangat baik, hal ini dapat
dilihat dari rata-rata persentase responden yang sebagian besar menunjukan
jawaban “Ya” dengan rata-rata persentase ( 55.15 ), dan jawaban kadang-kadang
dengan rata-rata persentase ( 29.25% ), sedangkan sebagian siswa menjawab
“Tidak” dengan persentase ( 11.35% ), dan sebagian kecilnya menjawab “Tidak
Sama Sekali” dengan persentase ( 4.25% ).
67
Tabel 27
Rekapitulasi persentase jawaban mengenai penggunaan media Ikonik dalam
materi pengurusan jenazah
N
O
Masalah
Kategori Jawaban
Juml
ah
Ya
Kadang-
kadang
Tidak
Tidak
sama
sekali
F % F % F % F % F %
1 Pengalaman
Bertambah
11
16.4
1
42
62.7
14
-
20.8
9
-
-
6
7
100%
2 Dapat
memperjelas
dan
mengatasi
kesulitan
dalam mata
pelajaran
yang
disampaikan
25
37.3
1
29
43.2
8
10
14.9
3
3
4.4
7
6
7
100%
3 Membangkit
kan
keinginan
dan minat
untuk terus
belajar
19
28.4
19
28.4
26
38.8
3
4.4
6
7
100%
4 Konsentrasi
pada materi
32
47.7
35
52.2
-
-
-
-
6
100%
68
pelajaran
yang
diberikan
3 7 7
5 Memahami
dan
mengingat
materi
pelajaran
24
35.8
2
43
64.1
8
-
-
-
-
6
7
100%
6 Memberikan
pendapat
terhadap atu
masalah
yang
terdapat
dalam materi
pelajaran
11
16.4
1
42
62.7
14
20.8
9
-
-
6
7
100%
7 Memperjelas
kata-kata
yang sulit
dalam materi
pelajaran
19
28.4
19
28.4
26
38.8
3
4.4
6
7
100%
8 Merubah
sikap tidak
respon
terhadap
materi
pelajaran
21
31.3
8
46
68.6
2
-
-
-
-
6
7
100%
9 Merubah
sikap tidak
respon
-
-
27
40.2
6
40
59.7
4
-
-
6
7
100%
69
Dari table 27 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan media Ikonik dalam
materi pengurusan jenazah karena berdasarkan rata-rata persentase diatas sebagian
responden menjawab “Ya” dengan rata-rata persentase sebanyak ( 26.33% ),
sedangkan katagori jawaban “Kadang-kadang” yang dinyatakan oleh responden
dengan rata-rata persentase sebanyak ( 45.35% ), sedangkan responden yang lain
menjawab “Tidak” dengan persentase ( 24.32% ), dan sebagian kecilnya
menyatakan “Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 4% ).
Dari kedua table rekapitulasi persentase diatas dapat diperoleh hasil
pembelajaran fiqih dalam materi pokok pengurusan jenazah yang menggunakan
media Enaktif termasuk dalam katagori baik sesuai dengan persentase yang
diperoleh dari hasil angket sebesar ( 55.15% ) dibandingkan dengan yang
menggunakan media Ikonik yang termasuk dalam kategori cukup baik dengan
persentase angket sebesar ( 45.35% ).
terhadap
materi
pelajaran
10 Senang ikut
praktek
langsung
-
-
21
31.3
8
46
68.6
2
-
-
6
7
100%
Rata-rata 17.2
4
26.3
3
31.3
8
45.3
5
16.1
3
24.3
2
2.2
5
4 6
7
100
%
70
4. Perbedaan dan Kesamaan Hasil Pembelajaran Fiqih Siswa yang
menggunakan Media Enaktif dengan Media Ikonik dalam Materi
Pengurusan Jenazah
Dapat dilihat pada table berikut ini :
NO Media Enaktif dan Ikonik
1
Perbedaan Enaktif dan Ikonik Persamaan Enaktif dan Ikonik
Media yang digunakan guru dalam
pelajaran fiqih materi pokok
pengurusan jenazah ( memandikan,
mengkafani dan menshalatkan )
dengan menggunakan media
Enaktif dapat disimpulkan bahwa
ternyata sebagian besar siswa dapat
merespon materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru, termasuk
dalam mata pelajaran fiqih. Karena
dengan adanya media Enaktif siswa
dapat belajar dengan efektif, ini
terbukti dengan persentase yang
cukup besar yaitu ( 55.15% ) siswa
menjawab “Ya” yang mana dlam
hal ini siswa senang dan respon
terhadap suatu mata pelajaran yang
disampaikan melalui media Enaktif.
Media yang digunakan guru dalam
pelajaran fiqih materi pokok
pengurusan jenazah ( memandikan,
mengkafani dan menshalatkan )
dengan menggunakan mediaIkonik
ternyata dapat disimpulkan bahwa
siswa dapat merespon materi yang
disampaikan guru dalam suatu mata
pelajaran, termasuk mata pelajaran
fiqih, dengan persentase ( 29.25% )
siswa menjawab “Y” dan senang
dengan adanya media yang
digunakan gurudalam
menyampaikan pelajaran yang
disampaikan.
2 Sedangkan dengan media Ikonik
dalam soal yang sama,
perbedaannya cukup besar yaitu (
45.35% ) yang menunjukan bahwa
Sedangkan dengan media Ikonik
dalam soal yang sama, hamper
terdapat kesamaan yaitu dengan
persentase ( 26.33% ) yang
71
siswa “Kadang-kadang” respon
terhadap satu mata pelajaran yang
disampaikan melalui media gambar
(Ikonik), karena seperti yang
diketahui bahwa dalam media
Ikonik ini hanya melibatkan media
gambar saja.
menunjukan bahwa siswa “kadang-
kadang” respon terhadap suatu mata
pelajaran yang disampaikan melalui
media gambar (Ikonik). Sudah
diketahui bahwa keduanya hampir
terdapat persamaannya, berarti dalam
mata pelajaran fiqih, kedua media
yang digunakan guru ( Enaktif dan
Ikonik ) cukup membantu dalam
proses pembelajaran materi fiqih.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fiqih materi pokok
pengurusan jenazah bagi siswa yang menggunakan media Enaktif dengan
yang menggunakan media Ikonik. Kelompok yang diajarkan dengan
menggunakan media Enaktif memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari
pada yang diajarkan dengan menggunakan media Ikonik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media Enaktif dalam pelajaran fiqih materi
pokok pengurusan jenazah mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan pengalaman belajar siswa serta mempermudah siswa dalam
memahami pelajaran.
B. Berdasarkan penelitian tersebut maka penulis sebagai calon
pendidikperlu menyampaikan saran yang berguna diantaranya:
1. Diharapkan para pendidik untuk menyampaikan materi dengan
menggunakan media pendidikan agar tidak terjadi verbalisme.
2. Untuk menggunakan media pendidikan disesuaikan dengan materi yang
akan disajikan dan tingkat kemampuan siswa.
3. Untuk para pengajar khususnya pengajar PAI materi yang
mendeskripsikan proses sangatlah baik menggunakan media.
73
4. Kepada siswa, sebagai penerus bangsa, hendaknya dapat memanfaatkan
media yang digunakan guru. Karena didalam menggunakan media dapat
menambah pengalaman dan pemahaman seorang terhadap materi yang
disampaikan guru.
5. Akhirnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Karena
dengan rahmat dan karuni-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik dan semoga bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya.
Berita Wawancara Wawancara dengan : Bapak Drs. Abdul Latief Jabatan : Guru Bidang Studi Fiqih Pokok Pembicaraan
1. Apa saja yang bapak persiapkan dalam merancang perencanaan pembelajaran ?
2. apakah bapak menggunakan waktu khusus dalam membuat perencanaan pembelajaran ?
3. dalam pelaksanaan pembelajaran media apa saja yang bapak gunakan ? 4. apakah bapak masih menemukan kesulitan dalam menggunakan media
pengajaran ? 5. dalam pelajaran fiqih materi pengurusan jenazah mengapa bapak
menggunakan media enaktif? 6. dalam pelaksanaan pembelajaran langkah-langkah apa saja yang bapak
lakukan dalam mengelola kelas? 7. bagaimana bapak dalam memandang siswa selama proses
pembelajaran ? 8. apa peran bapak dalam proses pembelajaran ? 9. tes apa saja yang bapak berikan kepada siswa ? 10. kapan bapak memberikan tes kepada siswa ?
Hasil Wawancara
1. Saya merancang perencanaan pembelajaran dengan membuat program perencanaan tahunan, semester, bulanan dan satuan pembelajaran yang didalamnya terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, pengalaman belajar, cakupan kurikulum, alat evaluasi dan alokasi waktu.
2. Saya menggunakan alokasi khusus untuk merancang perencanaan pembelajaran tersebut, biasanya satu atau dua minggu sebelum proses pembelajaran.
3. Saya menggunakan macam-macam media yang tentunya disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.
4. Saya tidak merasa kesulitan dalam mengunakan media, karena saya sudah persiapkan jauh-jauh hari.
5. Karena dengan menggunakan media ini siswa bisa langsung terlibat didalamnya, karena kalau hanya menggunakan ceramah atau hanya lihat gambar saja siswa kurang begitu menguasai materi.
6. Semua ini tergantung pada kondisi kelas saat itu. 7. Dalam proses belajar saya memandang siswa sebagai subyek belajar bukan
sebagai obyek.karena disini siswa dilibatkan kemampuannya baik dari segi fisik, mental maupun intelektual.
8. Adapun peran saya bukan hanya menyampaikan ilmu saja, melainkan sebagai motifator, fasilitator, dan moderator.
9. Tes yang saya berikan tentunya beragam. Tetapi yang sering saya gunakan yaitu tertulis, khusus materi hafalan saya gunakan tes lisan.
10. Biasanya dalam memberikan tes kepada siswa setelah satu bab selesai, meskipun demikian bila diperlukan untuk melakukan tes maka tes pun diberikan.
ANGKET PENELITIAN
Hari / Tanggal :
Nama :
Petunjuk Pengisian :
1. Pilihlah alternative jawaban yang sesuai dengan hati nurani, dengan
member tanda (x) pada salah satu huruf ( a, b, c atau d ).
2. Setelah selesai periksa dan serahkan kembali
3. Bacalah basmalah sebelum anda mengisi pertanyaan di bawah ini .
1. Dalam pelajaran fiqih materi pokok pengurusan jenazah ( memandikan,
mengkafani dan menshalatkan ) dengan ikut langsung mempraktekan di
depan kelas, apakah pengalaman anda bertambah ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
2. Aoakah dengan ikut langsung mempraktekan sendiri dapat memperjelas
dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mata pelajaran yang
disampaikan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
3. Apakah dengan ikut langsung mempraktekan materi yang dipelajari dapat
membangkitkan keinginan dan minat untuk terus belajar ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
4. Dengan ikut mempraktekan langsung materi yang disampaikan, apakah
anda dapat berkonsentrasi kepada materi pelajaran yang diberikan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
5. Dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah anda dapat
memahami dan mengingat materi pelajaran yang telah dipraktekan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
6. Dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah anda
langsung dapat memberikan pendapat terhadap suatu masalah yang
terdapat dalam satu mata pelajaran ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
7. Dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah dapat
memperjelas kata-kat yang sulit dalam mata pelajaran yang disampaikan
guru ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
8. Dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah dapat
merubah sikap tidak respon anda terhadap mata pelajaran fiqih materi
pokok pengurusab jenazah ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
9. Dengan memperaktekan langsung materi yang dipelajari, apakah dapat
memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi pelajaran?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
10. Dengan memperaktekan langsung materi yang dipelajari, apakah bisa
merubah sikap tidak respon terhadap materi yang disampaikan?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
11. Apakah anda senang dengan media yang digunakan guru dalam bentuk
Audio Visual ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
12. Apakah anda senang dengan media yang digunakan guru dengan mengikut
sertakan siswa untuk praktek langsung didepan kelas ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
13. Dalam pelajaran fiqih materi pokok pengurusan jenaah ( memandikan,
mengkafani dan menshalatkan ) guru menggunakan media gambar, apakah
pengalaman anda bertambah ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
14. Apakah dengan menggunakan media gambar, dapat memperjelas dan
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelajaran yang disampaikan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
15. Apakah dengan menggunakan media gambar, materi yang dipeljari dapat
membangkitkan keinginan dan minat untuk terus belajar ?
a. Ya b. kadang-kadang c.tidak d. tidak
sama sekali
16. Dengan menggunakan media gambar untuk materi pelajaran, apakah anda
dapat berkonsentrasi kepada materi yang diberikan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
17. Dengan media gambar untuk materi yang dipelajari, apakah anda dapat
memahami dan mengingat materi pelajaran yang disampaikan ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
18. Dengan menggunakan media gambar untuk materi yang dipelajari, apakah
anda langsung dapat memberikan pendapat terhadap suatu masalah yang
terdapat dalam satu mata pelajaran tersebut ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
19. Dengan menggunakan media gambar untuk materi yang dipelajari, apakah
dapat memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi yang disampaikan
guru ?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
20. Dengan menggunakan media gambar untuk materi yang dipelajari, apakah
dapat merubah sikap tidak respon terhadap mata pelajaran yang
disampaikan?
a. Ya b. kadang-kadang c. tidak d. tidak
sama sekali
KISI- KISI ANGKET
“ STUDI PERBANDINGAN HASIL PEMBELAJARAN FIQIH GURU
YANG MENGGUNAKAN MEDIA ENAKTIF DENGAN IKONIK DALAM
MATERI PENGURUSAN JENAZAH “
NO Variabel Indikator No. Soal Jumlah
1
Pengurusan
Jenazah
menggunakan
Media Enaktif
1. Landasan
2. Fungsi
3. Manfaat
1,2,3
4,5,6
7,8,9,10
3
3
4
2
Pengurusan
Jenazah
menggunakan
Media Ikonik
1. Landasan
2. Fungsi
3. Manfaat
11,12,13
14,15,16
17,18,19,20
3
3
4
Jumlah 20
DAFTAR ISI
halaman
LEMBER PERSETUJUAN…………………………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah……………………….5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………6
D. Sistematika Penulisan……………………………………….7
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Ilmu Fiqih……………………………………….8
B. Pengurusan Jenazah…………………………………………10
1. Memandikan…………………………………………….10
2. Mengkafani……………………………………………...15
3. Menshalatkan……………………………………………18
C. Pengertian Media……………………………………………23
D. Landasan Teoritis Penggunaan Media………………………24
E. Fungsi dan Manfaat Media………………………………….26
F. Klasifikasi Media……………………………………………29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A Temapat dan WakPenelitian………………………………..32
B. Focus Masalah……………………………………………...32
C. Populasi dan Sample……………………………………….32
D. Metodologi Penelitian………………………………………33
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………33
F. Instrumen dan Kisi-kis iSoal…………………………….....34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Objek Lokasi Penelitian………………...................37
B. Hasil Penelitian……………………………………………..41
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ………………………………………………...69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta. 2006
Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin, Hukum dan Tata Cara Mengurus
Jenazah Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah, terj, M. Abdul Ghafar E.M Badrus
Salam. Bogor : Pustaka Imam Asy Syafi’i. 2005
Al-Malibari Zainuddin, Fathul Mu’in, Semarang : Toha Putra
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo. 2002
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press. 2008
Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Jakarta : Kurnia Esa. 1988
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Kencana Prenada
Media. 2007
Karim, Abdul, Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah, Jakarta : Amzah.
2002
Asnawir dan Usman, Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Press.
2002
Bisri, Cik Hasan, Model Penelitian Fiqih dan Paradigma Penelitian Fiqih dan
Fiqih Penelitian, Bogor : Kencana. 2003
Ibrahim, Syekh, Ta’lim Muta’lim, Semarang. 2001
Nuraida, Alkaf, Halid, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat : Islamic
Ressearch Publishing. 2009
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana, 2002
Syarifudin, Amir, Garis-garis Besar Fiqih, Bogor : Kencana, 2003.
Yahya, Mukhtar dan Faturahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami,
Bandung : Al-Ma’arif, 1993.
Mufidh, Ahmad, Risalah Kematian, Jakarta : Total Media, 2007.
Shaleh, Hasan, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer, Jakarta : Rajawali
Pers,2007.
Ali, Atabik, Zuhdi Mukhdor, Ahamad, Kamus Arab Indonesia, Krapyak : 2007.
Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno, StrategiBelajar Mengajar, Jakarta :
Relika Aditama,2008.
Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta :Raja Grafindo Persada,2008.
Ritongga, A. Rahman dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2002.
Nasution, Lahmuddin, Fiqih I, Bogor : Kencana, 2002
Alma, Bukhari, dkk. Guru Profesional, Bandung : Alfabeta,2009.
RIWAYAT HIDUP
A’wan Hadi Saniin lahir di Bogor hari kamis tanggal 09 agustus 1985
putra ke-tujuh dari Ayah Saniin dan Ibu Nurain, Dan penulis bertempat
tinggal di Jl. H. Sulaiman RT 04/02 Kelurahan Bedahan Kecamatan
Sawangan Kota Depok Jawa Barat.
Pendidikan yang telah diselesaikan antara lain :Madrasah Ibtidaiyah Khairul Huda Bedahan
pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah
salafiyah Bogor dari tahun 2001 sampai tahun 2003, lalu melanjutkan kejenjang sekolah
menengah atas pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006 di Madrasah Aliyah Al-Aulia
Cibungbulang Bogor dan mendalami kitab kuning di pondok pesantren putra As-salafiyyah
An-nidzam Bogor. Kemudian melanjutkan kembali ke Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2006 sampai sekarang. Pada fakultas Ilmu Tarbiyyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Penulis
A’wan Hadi Saniin
ABSTRAK
Nama : A’wan Hadi Saniin
NIM :106011000041
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : S-1
Judul Skripsi : Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang
Menggunakan Media Enaktif Dengan Ikonik Dalam Materi Pengurusan
Jenazah.
Ringkasan Isi
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan watak suatu bangsa dan Negara dapat dibentuk sesuai keinginan. Peradaban sebuah bangsa tergantung pada pola pendidikan dinegara itu. Pendidikan yang terencana dengan baik akan menghasilkan generasi bangsa yang dapat diharapkan dimasa yang akan datang.
Ilmu fiqih sangat penting sekali untuk dipelajari karena dengan ilmu inilah kita bisa mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah manusia kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelajaran fiqih terdapat materi pokok pengurusan jenazah yang penulis kira sangan rumit sekali jika materi tersebut tidak menggunakan media atau alat peraga yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa.
Media dan alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat membantu guru dalam penyajian materi yang diajarkan, penyajian alat peraga tersebut biasa dalam bentuk Enaktif yang berbentuk tiga dimensi maupun penyajian dalam bentuk Ikonik/ penyajian gambar dalam bentuk dua dimensi.
2. Perumusan Masalah
a. Apakah terdapat perbedaan dan persamaan hasil belajar pengurusan jenazah bagi guru yang menggunakan media Enaktif dengan Ikonik materi pokok pengurusan jenazah di MA. Al-Aulia
3. Metode Pengumpulan Data a. Metode pengumpulan
metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian adalah membuat angket untuk siswa, wawancara dengan guru Fiqih, dan dokumentasi.
b. Metode Analisis Dta
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu membandingkan gejala yang satu dengan yang lain dengan kerangka berpikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dari fakta yang bersifat umum kepada fakta yang khusus.
4. Objek a. Populasi atau sampel
Populasi adalah penelitian berjumlah 67 orang. b. Lokasi Penelitian c. Penelitian dilakukan di MA Al-Aulia Cibungbulang- Bogor 5. Waktu pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2010
6. Pokok Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perbandingan diperoleh perbedaan sangat signifikan antara guru yang menggunakan media Enaktif dengan Ikonik dalam materi pengurusan jenazah.