Kata Imbuhan Dalam Bahasa Indonesia

Post on 26-Jul-2015

1.236 views 21 download

Transcript of Kata Imbuhan Dalam Bahasa Indonesia

Kata Imbuhan Dalam Bahasa IndonesiaKata Imbuhan: Awalan, Akhiran, Sisipan, Imbuhan Gabung.

BAB IPENDAHULUAN

Acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk dapat

digunakan didalam perturutan. Imbuhan ini dapat mengubah makna, jenis dan fungsi

sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda

dengan kata dasar atau bentuk dasarnya.

Imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya

didalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar

atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.

Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah :

1. Akhiran : -kan, -i, –nya, -in, -at, -is, -isme, -man, -wan, -ah, -us,-wi.

2. Awalan : ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan pe-

3. Sisipan : -el, -em, dan –er

4. Imbuhan gabung : ber-kan, ber-an, per-kan, per-I, me-kan, me-I, memper-, memper-

kan, memper-I, di-kan, di-I, diper-, diper-kan, diper-I, ter-kan, ter-I, ke-an, se-nya, pe-

an, per-an

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana cara menggunakan imbuhan

tersebut. 

BAB II

PEMBAHASAN

1. Akhiran -kan

Akhiran –kan tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun

bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang

kata yang diimbuhinya. Fungsi akhiran –kan adalah membentuk kata kerja transitif,

yang dapat digunakan dalam kalimat perintah, kalimat pasif yang predikatnya

berbentuk (aspek)+pelaku+kata kerja, dan subjek menjadi sasaran perbuatan dan

pada keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk yang+(aspek)

+pelaku+kata kerja.

Pembentukan kata dengan akhiran –kan akan memberikan makna sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus diimbuhkan pada :

1) Kata sifat

Contoh : tenangkan dulu anak-anak itu!

Tenangkan artinya “jadikan tenang”

2) Kata kerja yang menyatakan keadaan

Contoh : hubungan telepon telah mereka putuskan

Putuskan artinya “jadikan putus”

3) Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus

Contoh : daerah itu harus kita hutankan kembali

Hutankan artinya “jadikan hutan”

b. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus diibuhkan

pada kata benda yang menyatakan tempat. Contoh :

Pinggirkan dulu mobil itu!

Pinggirkan artinya “jadikan berada dipinggir”

c. Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus diimbuhkan pada kata

kerja yang menyatakan tindakan. Contoh :

Lemparkan bola itu kesini!

Lemparkan artinya “lakukan lempar akan bola”

d. Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan harus

diimbuhkan pada kata kerja yang kata dasarnya sudah transitif. Contoh :

Tolong ambilkan buku itu!

Ambilkan artinya “ambil untuk orang lain”

e. Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus digunakan pada

beberapa kata benda yang menyatakan ruang atau wadah. Contoh :

Asramakan saja anak-anak itu.

Asramakan artinya “masukkan ke asrama”

Catatan : 

Akhiran –kan lazim digunakan bersama dengan awalan me- sehingga menjadi me-kan

yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan di- sehingga

menjadi di-kan yang digunakan dalam kalimat pasif transitif.

2. Akhiran –i

Akhiran –I tidak mempunyai variasi bentuk, jadi untuk kondisi dan situasi mana saja

bentuknya sama saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya

dibelakang kata yang diimbuhinya. Perlu diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan

fonem /i/ tidak dapat diberi akhiran –i.

Pembubuhan kata dengan akhiran –I ini akan memberikan makna antara lain yang

menyatakan :

a. Untuk mendapatkan makna berkali-kali akhiran –I harus diimbuhkan ada kata kerja

yang menyatakan tindakan. Contoh :

Pencuri itu mereka pukuli sampai babak belur.

Pukuli artinya (pekerjaan) memukul dilakukan berkali-kali.

b. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata kerja

yang menyatakan tempat. Contoh :

Jangan duduki kursi itu.

Duduki artinya “duduk di kursi.

c. Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus diimbuhkan

pada kata kerja yang menyatakan sikap batin. Contoh :

Hormatilah gurumu!

Hormati artinya “merasa hormat pada gurumu.

d. Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan benda yang dapat diberikan. Contoh :

Tolong nasihati anak-anak itu!

Nasihati artinya “memberi nasihat pada anak-anak itu.

e. Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I harus

diimbuhkan pada beberapa kata benda tertentu yang dikenal dengan sifat khasnya.

Contoh :

Jangan kalian budaki anak itu!

Budaki artinya “anggap sebagai budak”

f. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus dibubuhkan pada kata

sifat. Contoh :

Lengkapi dulu syarat-syaratnya!

Lengkapi artinya “jadikan lengkap pada”

Catatan :

Akhiran –I lazim digunakan bersama dengan awalan ME sehingga menjadi ME-I yaitu

yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan DI- sehingga

menjadi DI-I yaitu yang digunakan dalam kalimat pasif transitif.

3. Akhiran –AN

Akhiran –AN tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun

bentuknya tetap –AN. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya

dibelakang kata yang diimbuhinya.

Fungsi akhiran –AN adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat

sebagai hasil pengimbuhan dengan akhiran –AN itu antara lain :

a. Untuk mendapatkan makna “hasil” akhiran –AN harus digunakan pada kata kerja

tertentu. Contoh :

Tulisan adik sudah bagus.

Tulisan artinya “hasil dari pekerjaan menulis”

b. Untuk mendapatkan makna “alat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa

kata kerja. Contoh :

Keranjangnya ada tetapi pikulannya tidak ada.

Pikulan artinya “alat untuk memikul.

c. Untuk mendapatkan makna “benda atau hal yang dikenal pekerjaan” akhiran –AN

harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh :

Makanan ini lezat sekali

Makanan artinya “sesuatu yang dimakan”

d. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa

kata kerja. Contoh :

Di tengah sawah itu ada kubangan kerbau.

Kubangan artinya “tempat kerbau berkubang.

e. Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –AN harus digunakan pada kata

benda yang menyaakan waktu atau satuan ukuran. Contoh :

Majalah bulanan ini terbit di Jakarta.

Bulanan artinya terbit tiap-tiap bulan.

f. Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata dasarnya”

akhiran –AN harus diimbuhkan pada kata benda tertentu. Contoh :

Ayah sudah ubanan

Ubanan artinya “banyak ubannya

g. Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran –AN harus

digunakan pada kata bilangan. Contoh :

Yang diundang banyak tetapi yang dating hanya belasan orang.

Belasan artinya “himpunan yang jumlahnya sebelas sampai Sembilan belas”

h. Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya” akhiran –AN

harus digunakan pada beberapa kata sifat. Contoh :

Dia tak mau membeli barang murahan

Murahan artinya “harganya murah”.

4. Akhiran -NYA

Akhiran -NYA tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun

bentuknya tetap. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya

dibelakang kata yang diimbuhkan.

Dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya. 

Pertama : -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau pemilik.

Contoh : saya minta tolong kepadanya

Kedua : -nya sebagai akhiran.

Contoh : turunnya harga beras menggembirakan rakyat.

Penggunaan akhiran –nya untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Untuk membentuk kata benda akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa kata

kerja yang menyatakan keadaan atau kata sifat. Contoh :

Tenggelamnya kapal Tampomas banyak menelan korban.

b. Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus diimbuhkan

pada kata benda. Contoh :

Saya ingin mandi, airnya tidak ada.

c. Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa

kata tertentu. Contoh :

Agaknya dia tidak akan dating.

5. Awalan ber-

Fungsi awalan ber- adalah membentuk kata kerja intransitive. Sedangkan makna yang

diperoleh sebagai hasil pengimbuhan dengan awalan ber- antara lain :

a. Untuk mendapatkan makna ‘mempunyai atau memiliki” awalan ber- harus

diimbuhkan pada kata benda umum. Contoh :

Anak itu sudah tidak berayah lagi

Berayah artinya “mempunyai ayah”

b. Untuk mendapatkan makna “memaknai atau mengenakan” awalan ber- harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan pakaian atau perhiasan. Contoh :

Orang yang berdasi itu bukan paman saya

Berdasi artinya “memakai dasi”

c. Untuk mendapatkan makna “mengendarai, menaiki, atau menumpang” awalan BER-

harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan kendaraan atau alat angkutan.

Contoh : setiap hari dia bersepeda ke kantor

Bersepeda artinya “mengendarai” sepeda

d. Untuk mendapatkan makna “mengeluarkan” atau “menghasilkan awalan BER- harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan hasil perbuatan atau kejadian. Contoh :

beliau sudah banyak berkarya dibidang seni.

Berkarya artinya “menghasilkan karya”

e. Untuk mendapatkan makna “berisi atau mengandung” awalan ber- harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat. Contoh :

Bahan makanan ini cukup bergizi

Bergizi artinya mengandung “gizi”

f. Untuk mendapatkan makna “mengusahakan atau melakukan sebagai mata

pencaharian” awalan ber- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bidang

usaha. Contoh :

Banyak orang beternak ayam di daerah Bogor

Beternak artinya “mengusahakan peternakan”

g. Untuk mendapatkan makna “memanggil, menyebut, atau menyapa” awalan BER-

harus diimbuhkan pada beberapa kata ganti dan kata yang menyatakan tali

perkerabatan. Contoh :

Sejak dulu dia berkakak kepada saya.

Berkakak artinya memanggil atau menyapa degan kata kakak

h. Untuk mendapatkan makna “melakukan atau mengerjakan” awalan BER- harus

diimbuhkan pada :

1) Kata benda yang menyatakan kegiatan. 

Contoh : kita harus berolah raga untuk menjaga kesehatan. Berolah raga artinya

melakukan olah raga.

2) Beberapa kata kerja

Contoh : lebih baik kita berdamai saja dengan dia. Berdamai artinya melakukan

perbuatan damai.

3) Sejumlah bentuk dasar praktegonal yang menyatakan tindakan seperti :

Mereka berkelahi di kelas kemarin

Kami akan bertempur melawan musuh

Saya tidak dapat bergaul dengan mereka

a) Untuk mendapatkan makna’ merasakan, mengalami, atau dalam keadaan’ awalan

BER- harus diimbuhkan pada kata sifat yang menyatakan keadaan batin.

Contoh: kalau kamu lulus ujian, sayapun ikut bergembira.

Bergembira artinya “merasa gembira”

b) Untuk mendapatkan makna “kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang

disebut kata dasarnya” awalan ber- harus diimbuhkan pada kata bilangan utama. 

Contoh: kami berdua tidak dapat hadir.

Berdua artinya “kelompok yang terdiri dari dua orang”

Catatan: awalan ber- dengan arti kiasan banyak juga digunakan pada kata kerja.

Umpanya: 

- Berpulang dengan arti “meningal”

- Bertolak dengan arti “melakukan perjalanan”

- Bertekuk lutut dengan arti “menyerah”

6. Imbuhan Gabung ber-kan

Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang secara bersama-

sama digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap.

Mula-mula diberi awalan ber- kemudian diberi akhiran -kan.

Fungsi imbuhan BER-kan adalah bentuk kata kerja intasitif yang dilengkapi dengan

sebuah pelengkap sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan itu

adalah menyatakan menjadikan yang disebut pelenglkapnya sebagai yang disebut kata

dasarnya.

Cntoh: pemuda-pemuda pada waktu itu berani melawan belanda wlaupun hanya

bersenjatakan bamboo runcing.

Bersenjatakan artinya “menjadiakan bamboo runcing sebagai senjata”

7. Imbuhan gabung BER-AN

Yang dimaksud dengan gabungan ini adalah awalan BER akhiran AN yang digunakan

secara bersama-sama pada sebuah kata dasar. Cara mengimbuhkannya dilakukan

sekaligus. Umpanya pada kata dasar lari diimbuhkan imbuhan BER-AN sehingga

menjadi kata berlarian.

Dalam hal ini perlu diingat ada kata-kata yang berimbuhan BER-AN tetapi

pengimbuhannya dilakukan tidak sekaligus melainkan bertahap. Umpamanya pada

kata atur, mula-mula diimbuhkan akhiran an sehingga menjadi aturan, kemudian

diimbuhkan pula awalan BER sehingga menjadi beraturan.

Fungsi imbuhan gabung BER-AN adalah membentuk kata kerja intransitive, sedangkan

makna yang diperoleh sebagai proses pengimbuhannya adalah: 

- Banyak serta tidak teratur

- Saling atau tidak berbalasan 

- Saling berada di

Aturan pengimbuhan dengan imbuha BER-AN adalah sebagai berikut

1) Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan BER-AN harus

diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan gerak.

Contoh: mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri

Berlarian artinya “banyak yang berlari dan larinya tidak teratur”

2) Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan” imbuhan gabungan BER-AN

harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu,

Berpotongan artinya “ saling memotong”

3) Untuk mendapatkan makna “ saling berada di” imbuhan gabungan BER-AN harus

diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan letak atau jarak.

Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu.

Bersebelahan artinya “saling berada disebelahnya.

8. Awalan PER

Awalan PER mempunyai tiga macam bentuk, yaitu PER, PE, dan PEL

PER digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan r, seperti: peristri,

percepat, dan perketat.

PE digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan r, seperti peringan dan

perendah.

PEl digunakan pada kata ajar, menjadi pelajar. Tidak ada contoh lain.

Fungsi awalan PER adalah membentuk kata kerja perintah, yang dapat digunakan

dalam

a) Kalimat perintah

Contoh: persingkat saja acaranya!

Pensempit dulu masalahnya!

b) Kalimat yang predikatnya berbentuk : (aspek)+pelaku+kata kerja.

Contoh: penjagaan akan saya perketet nentimalam

c) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk: yang+

aspek+pelaku+kata kerja.

Contoh: saluran yang telah kami perdalam telah dangkal lagi.

Adapun aturan pengimbuhan dengan awalan PER- antara lain menyatakan

- Jadikan lebih

- Anggap sebagai

- Bagi

1). Untuk mendapatkan makna “jadikan lebih” awalan PER- harus diimbuhkan pada

kata sifat.

Contoh: pertegas aturannya!

Pertegas artinya “jadikan tegas”

2). Untuk mendapatkan makna “jadikan atau anggap sebagai” awalan PER- harus

diimbuhkan pada beberapa kata benda, yang dikenal dengan sifatnya. 

Contoh: jangan kalian perbudak anak-anak itu

Perbudak artinya “jadikan atau anggap sebagai budak”

3). Untuk mendapatkan makna “jadikan atau bagi” awalan PER- harus diimbuhkan

pada beberapa kata bilangan.

Contoh: uang sebanyak ini kita perdua saja

Perdua artinya “jadikan dua”

9. Imbuhan Gabung PER-kan

Imbuhan Gabung PER-kanadalah awalan PER dan akhiraan KAN yang digunalkan

secara bersama-sama pada sebuah klata dasar. Pengimbuhan dilakukan secara

serentak.

Imbuhan gabung PER-kan berfungsi membentuk kata kerja yang digunakan: 

a) Dalam kalimat predikatnya berpola aspek + pelaku + kata kerja.

Contoh: masalah itu akan kita berdebatkan lagi minggu depan

b) Sebagai keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek

+ pelaku + kata kerja.

Contoh: tarian yang sudah mereka pertunjukan akan di ulangoi lagi.

c) Dalam kalimat perintah 

Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya

1) Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” imnbuhan gabungan PER-kan harus

diimbuhkan pada kata kerja tertentu

Contoh: jangan perdebatkan lagi masalah itu!

Perdebatkan artinya “jadikan bahan p[erdebatan”

2) Untuk mendapatkan makana “jadikan supaya” imbuhangabungan PER-kan harus

diimbuhkan pada beberapa kata sifat tertentu

Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan

Persiapkan artinya “jadilkan supaya siap”

3) Untuk mendapatkan makna lakukan imbuhan gabung PER-kan harus diimbuhkan

pada beberapa kata kerja tertentu

Contoh: pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian

P[ertahankan artinya “lakukan pertahanan”

4) Untuk mendapatkan makna “jadikan me” imbuhan gabung per-kan harus

diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu

Contoh: nanti akan kami perlihatkan kepadamu

Perlihatkan artinya “jadikan orang lain melihat”

5) Untuk mendapatkan makana “jadikan ber” imbuhan gabung per-kan harus

diimbuhkan pada kata kerja tertentu

Contoh: akan kita perhubungkan daerah-daerah itu dengan jalan-jalan baru

Perhubungkan artinya “jadikan berhubungan”

10. Imbuhan gabung PER-I

imbuhan ini dilakukan bersama-sama pada sebuah kata dasar pengimbuhannya

dilakukan secara serentak.

Mana yang didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan imbuhan per-i antara lain

lakukan supaya jadi dan lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya.

a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan

pada kata sifat tertentu

Contoh: mereka kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian

Perlengkapi artinya “lakukan supaya lengkap”

b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya”

imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu

Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya

Perturuti artinya “lakukan agar permintaanya terturuti”

11. Awalan ME

Awlan ME adalah imbuhan yang produktif, pengimbuhannya dilakukan dengan cara

merangkaikannya dimuka kata yang diimbuhinya. Awlan ME mempunyai enam macam

bentuk yaitu: me, mem, men, meny, meng, dan menge.

1). Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w. dan y; serta

konsonan sengau m, n, ny, dan ng. umpamanya terdapat pada kata-kata.

- merasa (me + rasa)

- melihat (me + lihat)

- mewarisi (me + warisi)

- meyakinkan (me + yakinkan)

- memerah (me + merah)

- menanti (me + nanti)

- menyanyi (me + nyanyi)

- menganga (me + nganga)

2). Mem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, p, f, dan v.

umpamanya seperti terdapat dalam kata-kata:

- membawa (mem + bawa)

- memilih (mem + pilih)

- memfitnah (mem + fitnah)

- memvonis (mem + vonis)

3). Men- digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t. konsonan

d tetap diwujudkan; sedangkan konsonan t tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan

dengan bunyi asal dari awalan itu. Contohnya seperti terdapat dalam kata-kata

berikut:

- mendengar (me + dengar)

- menarik (me + tarik)

4). Meny- digunakan pada kata- kata yang dimulai dengan konsonan s; dan konsonan s

itu tidak diwujudkan, melainkan disenyawkan dengan bunyi asal dari awalan itu.

Contoh:

- menyingkir (me + singkir)

- menyingkat (me + singkat)

5). Meng- digunakan pada kata- kata yang mulai dengan konsonan k, g, h, dank kh;

serta vocal a, I, u, e, dan o. konsonan k tidak diwujudkan, tetapidisenyawakan dengan

bunyi asal dari awalan itu.sedangkan konsonan lainnya tetap diwuudkan. Contohnya

seperti :

- mengirim (me + kirim)

- menggali (me + gali)

- menghitung (me + hitung)

- mengkhayal (me + khayal)

- mengambil (me + ambil)

- mengiris (me + iris)

- mengutus (me + utus)

- mengekor (me + ekor)

- mengolah (me + olah)

6). Menge- digunakan pada kata- kata yang hanya bersuku satu. Contohnya seperti: 

- mengetik (me + tik)

- mengebom (me + bom)

Fungsi awalan Me- adalah membentuk kata kerja aktif transitif dan intransitif.

Sedangkan makna yang didapat sebagai proses pengimbuhannya antara lain

menyatakan: melakukan, bekerja dengan alat, membuat barang, bekerja dengan

bahan, memakan meminum menghisap, menuju arah, mengeluarkan, menjadi,

menjadikan lebih, menjadi atau berlaku seperti, menjadikan menganggap atau

memberlakukan seperti, dan memperingati.

Adapun aturan dengan menggunakan dengan menggunakan imbuhan Me-nini adalah:

a). untuk mendapatkan makna “melakukan perbuatan yang disebutkan dasarnya”

awaln Me- harus diimbuhkan pada kata dasar kata kerja.

Contoh: ayah membaca Koran.

Membaca artinya “melakukan pekerjaan baca”

b). Untuk mendapatkan makna “bekerja dengan alat yang disebutkan kata dasarnya”

awalan me- harus diimbuhkan dengan kata benda yang menyatakan alat atau

perkakas.

Contoh: siapa yang sedang menggergaji itu?

Menggergaji artinya “bekerja dengan alat gergaji”

c). untuk mendapatkan makna “membuat baraang yang disebut kata dasarnya” awalan

me- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan hasil olahan atau kerajinan.

Contoh: adik menggambar dengan spidol.

Menggambar artinya “membuat gambar”

d). untuk mendapatkan makna “bekerja dengan bahan yang disebut kata dasarnya”

awalan ME- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bahan.

Contoh: siapa yang mengecat rumah ini?

Mengecat artinya “bekerja dengan cat sebagai dasarnya”

e). untuk mendapatkan makna “mamakan, meminum, dan menghisap” awaln me harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan makanan atau minuman. 

12. imbuhan me- -kan

Yang dimaksud dengan imbuhan me- -kan adalah awalan me- dan akhiran –kan yang

digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.

Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap, mula-mula pada sebuah kata dasar atau

sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –kan. Setelah itu diimbuhkan awalam me-.

Contohnya pada kata dasar baca mula-mula diimbuhkan akhiran –kan sehingga

menjadi bacakan. Setelah itu diimbuhkan awalam me- sehingga menjadi membacakan.

Fungsi imbuhan gabung me- -kan adalah membentuk kata kerja aktif transitif.

Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain

menyatakan:

1) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya

2) Melakukuan sesuatu untuk orang lain

3) Menjadikan berada di…

4) Melakukan yang disebut bentuk dasar

5) Melakukan yang disebut kata dasarnya akan

1. untuk mendapatkan makna yang “menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya”

imbuhan gabung me- -kan harus diimbuhkan pada:

a. kata sifat

contohnya: 

Pemerintah akan melebarkan jalan didepan sekolah kami.

Melebarkan artinya ‘membuat jadi lebar’

b. kata kerja yang menyatakan keadaan

contohnya:

Kapal perang Inggris dengan mudah menenggelamkan kapal perang Argentina itu.

Menenggelamkan artinya ‘membuat jadi tenggelam’

c. kata benda yang mempunyai ciri khas

contohnya:

Kami akan membukukan hasil seminar itu.

Membukukan artinya ‘menjadikan buku’

d. kata keterangan yang menyatakan derajat

contohnya:

Kami berhasil menyamakan kedudukan kami.

Menyamakan artinya ‘menjadikan sama’

Untuk mendapatkan makna ‘menyebabkan atau membuat jadi’ imbuhan gabung me- -

kan dapat juga diimbuhkan pada:

1. kata kerja keadaan yang berbentuk kata jadian

contoh:

Gubernur akan menyeragamkan pakaian semua sopir taksi.

Menyeragamkan artinya ‘membuat jadi seragam’

2. kata kerja keadaan atau kata sifat yang berbentung gabungan kata

contoh:

Pemerintah bertekad untuk melipatgandakan produksi pangan.

Melipatgandakan artinya ‘membuat jadi berlipat ganda’

2. Untuk mendapatkan makna “melakukan untuk orang lain” imbuhan gabung me- -kan

harus diimbuhkan pada kata kerja yang sudah transitif .

Contoh:

Saya membelikan rokok untuk ayah.

Membelikan artinya ‘membeli untuk (ayah)

3. Untuk mendapatkan makna “menjadikan berada di…”, imbuhan gabung me- -kan

harus diimbuhkan pada kata dasar yang menyatakan lokasi, wadah, atau ruang.

Contoh:

Pilot mendaratkan pesawatnya dengan baik.

Mendaratkan artinya ‘menyebabkan jadi berada di darat’

4. Untuk mendapatkan makna “melakukan yang disebutkan bentuk dasarnya” imbuhan

gabung me- -kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan.

Contoh:

Jangan mengharapkan bantuan lagi.

Mengharapkan artinya ‘mengharap akan (bantuan-nya)

13. Imbuhan gabung me- - i

Yang dimaksud dengan imbuhan gabung me- -i adalah awalan me- dan akhiran –i yang

digunakan bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.

Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula pada sebuah kata dasar atau

sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –i setelah itu diimbuhkan awalam me-.

Contohnya pada kata dasar tanam diimbuhkan akhiran –i sehingga menjadi Tanami.

Setelah itu diimbuhkan pula awalan me- sehingga menjadi menanami.

fungsi imbuhan gabung me- -i adalah membentuk kata kerja transitif aktif. Sedangkan

makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan, antara lain menyatakan:

1. membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada

2. memberi atau membubuhi pada

3. melakukan pada

4. melakukan berulang-ulang

5. merasa pada

1) untuk mendapatkan makna ‘membuat jadi yang yang disebut kata dasar pada

objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus digunakan pada kata sifat.

Contoh:

Bulan menerangi bumi.

Menerangi artinya ‘membuat jadi terang pada (bumi)’.

2) Untuk mendapatkan makna ‘memberi atau membubuhi yang disebut kata dasarnya

pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata benda yang

menyatakan zat, atau bahan.

Contoh:

Siapa yang menggarami laut?

Menggarami artinya ‘memberi atau membubuhi garam pada (laut).

3) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan atau berbuat sesuatu pada atau di’imbuhan

gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh:

Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman hias.

Menanami artinya ‘melakukan pekerjaan tanam di(halaman rumah).

4) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan berulang-ulang’ imbuhan gabung me- -i

harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan.

Contoh:

Mereka memukuli pencuri itu sampai babak belur.

Memukuli artinya ‘berilang kali memukul’ 

5) Untuk mendapatkan makna ‘merasa sesuatu pada’ imbuhan gabung me- -i harus

diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan emosi atau sikap batin.

Contoh:

Kami tidak menyukai sikap anak itu.

Menyukai artinya ‘merasa tidak suka pada (sikap anak itu)’.

14. Imbuhan gabung memper-

yang dimaksud dengan imbuhan memper- adalah awalan me- dan awalan per- yang

digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.

Fungsi imbuhan gabung memper- adalah membentuk kata kerja aktif transitif.

Sedangkan makna yang didapatkan sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain

menyatakan :

1. membuat jadi lebih

2. menjadikan atau menganggap sebagai

a. untuk mendapatkan makna ‘membuat jadi lebih’ imbuhan gabung memper- harus

diimbuhkan pada kata sifat.

Contoh:

Jalan layang dibuat untuk memperlancar lalu lintas.

Memperlancar artinya ‘membuat lebih lancar’.

b. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan atau menganggap sebagai’ imbuhan

gabung memper- harus diimbuhkan pada kata benda tertentu.

Contoh:

Mereka memperbudak tawanan itu dengan sewenang-wenang.

Memperbudak artinya ‘menjadikan sebagai budak.

15. Imbuhan gabung memper- -kan

yang dimaksud dengan imbuhan gabung memper- -kan adalah awalam me-, awalan

per-, dan akhiran –kan yang digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar ,

atau pada sebuah bentuk dasar.

Fungsi imbuhan gabung memper- -kan adalah membentuk kata kerja aktif transitif.

Sedangkan makna yang dimiliki sebagai hasil dari proses pengimbuhannya, antara

lain, menyatakan:

1. menjadikan bahan

2. menjadikan supaya

3. melakukan per- -an

4. menjadikan dapat di-

5. menjadikan ber-

a. untuk mendapatkan makna ‘menjadikan sebagai bahan’ imbuhan gabung memper- -

kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: 

Tidak baik mempermainkan orang tua seperti itu.

Mempermainkan artinya ‘menjadikan (orang tua seperti itu) sebagai bahan permainan.

b. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan supaya’ imbuhan gabung memper- -kan

harus diimbuhkan pada kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan.

Contoh:

Saya ingin memperkenalkan kamu pada ayahku.

Memperkenalkan artinya ‘menjadikan (kamu) supaya berkenalan’.

c. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan per- -an’ imbuhan memper- -kan harus

diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar yang memiliki kata benda berbentuk per- -an.

Contoh:

Trans 7 akan mempersembahkan kesenian daerah.

Mempersembahkan artinya ‘melakukan persembahan’.

d. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan dapat di…’ imbuhan memper- -kan harus

diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar kata kerja.

Contoh:

Saya akan memperlihatkan naskah aslinya.

Memperlihatkan artinya ‘menjadikan dapat dilihat’.

e. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan ber…’ imbuhan memper- -kan harus

diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar yang memiliki kata kerja berbentuk ber-.

Contoh:

Janganlah kau mempersekutukan Tuhan.

Mempersekutukan artinya ‘menjadikan bersekutu’.

16. Imbuhan gabung memper- -i 

imbuhan gabung memper- -i adalah awalan me-, awalan per-, dan akhiran –i, yang

digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.

Fungsi imbuhan gabung memper- -i adalah membentuk kata kerja aktif transitif,

sedangkan makna yang didapat sebagai hasil proses pengimbuhan adalah:

a. untuk mendapatkan makna ‘membuat supaya objeknya menjadi atau menjadi lebih’

imbuhan gabung memper- -i harus diimbuhkan pada beberapa kata sifat tertentu.

Contoh:

Saya akan memperbaiki dulu rumah itu.

Memperbaiki artinya ‘membuat agar (rumah ini) menjadi baik.

b. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya’

imbuhan gabung memper- -i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh:

Siapa yang harus memperturuti kata hatinya akan celaka.

Memperturuti artinya ‘melakukan agar segala(kata hatinya) dituruti’

17. Awalan di-

awalan di- tidak mempunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan kondisi mana

pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya di- sebagai awalan dan di- sebagai

kata depan.

di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya.

Sedangkan di- sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang

mengikutinya.

Contoh:

Dia ditangkap polisi.(di- sebuah awalan)

Adik belajar di perpustakaan.(di- sebuah kata depan)

Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. Maka makna yang didapat

sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif

transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif.

Contoh:

Kata kerja transitif kata kerja pasif

Berawalan me- berawalan di-

- membaca - dibaca

- menulis - ditulis

18. Imbuhan gabung di- -kan

imbuhan gabung di- -kan berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari

kata kerja aktif berimbuhan gabung me- -kan. Semua kata kerja aktif berimbuhan

gabung di- 0kan adalah kata kerja transitif.

Contoh kata kerja pasif berimbuhan di- -kan

- digunakan

- disamakan

sebagai kebalikan dari kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung me- -kan,

contohnya:

- menggunakan

- menyamakan

19. Imbuhan gabung di- -i

imbuhan gabung di- -i berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari

kata kerja aktif berimbuhan gabung me- -i.

contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung di- -i

- diawasi

- ditemani

sebagai kebalikan, kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung me- -i, contohnya:

- mengawasi

- menemani

20. Imbuhan gabung diper-

imbuhan gabung diper- berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari

kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung memper-

contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-

- dipercepat

- diperbesar

sebagai kebalikan dari kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung memper-,

contohnya:

- mempercepat

- memperbesar

21. Imbuhan gabung diper- -kan

imbuhan gabung diper- -kan berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan

dari kata kerja aktif berimbuhan gabung memper- -kan

semua kata kerja aktif berimbuhan gabung memper- -kan adalah kata kerja transitif.

Oleh karena itu setiap kata kerja berimbuhan gabung memper- -kan ada kebalikannya

dalam bentuk kata kerja pasif berimbuhan gabung diper- -kan.

Contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung diper- -kan

- dipergunakan

- dipertemukan

sebagai kebalikan kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung memper- -kan

contohnya: 

penghitung (kata dasar: hitung)

penggali (kata dasar: gali)

pengambil (kata dasar : ambil)

penginap (kata dasar: inap)

pengurus (kata dasar: urus)

pengekor (kata dasar: ekor)

pengobat (kata dasar: obat)

22. Imbuhan Penge- 

digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Umpamanya seperti terdapat pada

kata-kata berikut:

pengetik (kata dasar: tik)

pengecat (kata dasar: cat)

pengelas (kata dasar: las)

pengelem (kata dasar: lem)

23. Awalan PE-

Fungsi awalan PE- adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat

sebagai hasil pengimbuhannya adalah:

(1) orang yang melakukan atau yang berbuat

(2) orang yang pekerjaannya

(3) orang yang suka, gemar, atau acapkali melakukan

(4) orang yang bersifat

(5) alat untuk mengerjakan sesuatu

Aturan pengimbuhannya adalah:

a). Untuk mendapatkan makna’ orang yang melakukan atau berbuat’ awalan PE- harus

diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: - Siapa penulis buku ini?

Penulis artinya ‘orang yang menulis’

b). Untuk mendapatkan makna’orang yang pekerjaannya’ awalan PE- harus

diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: - Ibunya seorang pelukis terkenal

Pelukis artinya’ornagyang pekerjaannya melukis’

c), Untuk mendapatkan makna ‘orangyang suka, gemar, atau seringkali melakukan

yang disebut kata dasarnya’ awalan PE- harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: - Jangan berteman dengan pendusta itu.

Pendusta artinya ‘orang yang sering kali berdusta’

d).Untuk mendapatkan makna ‘orangyang bersifat’ awalan PE- harus diimbuhkan pada

kata sifat.

Contoh : - Hanya pemalas yang tidak ikut bekerja.

Pemalas artinya ‘orang yang malas’

e).Untuk mendapatkan makna ‘alat untuk mengerjakan sesuatu’ awalan PE- harus

diimbuhkan pada kat akerja tertentu.

Contoh: - Tolong bersihkan papan tulis ini dengan penghapus itu.

Penghapus artinya ‘alat untuk menghapus’

Catatan: 

(1) Kata kerja berawalan PE- mempunyai hubungan dengan kata kerja berawalan ME-,

kata kerja berimbuhan gabung ME- -kan, dan kata kerja berimbuhan gabung ME- -I.

Oleh karena itu maka:

(a) Kaidah persengauan yang berlaku pada awalan PE-, berlaku juga pada awalan ME-.

Umpamanya seperti terdapat pada kata-kata berikut:

perawat - merawat

pembaca - membaca

pemotong - memotong

(b) Arti yang dimilki kata benda berawalan PE- ada hubungannya dengan arti yang

dimilki kata kerja berawalan Me-. Umpamanya:

perawat berarti ‘yang merawat’

pemotong berarti ‘yang memotong’

penggali berarti ‘yang menggali’

Dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia dewasa ini setiap kata benda berawalan

PE- ada pasangannya kata kerja berawalan ME-, kata kerja berimbuhan gabung Me- -

KAN, atau berimbuhan gabung ME- -I. Tetapi sebaliknya tidak setiap kata kerja

berawalan ME-, berimbuhan gbaubg ME- -kan, atau ME- -I, mempunyai pasangan kata

benda berawalan PE-. Umpamanya, kata-kata berawalan PE- berikut tidak ada:

membiasakan - * pembiasa

merestui - * perestu

melirik - * pelirik

(c) Karena ada tiga macam bentuk kata kerja yang mempunyai hubungan dengan

awalan PE-, yaitu kata kerja berawalan ME-, kata kerja berimbuhan gabung ME- -kan,

adan kata kerja berimbuhan gabung ME- -I, maka ada kemungkinan sebuah kata

benda berawalan PE- mempunyai hubungan makna dengan lebih dari sebuah kata

kerja itu. Umpamanya seperti yang dipunyai kata benda berikut: pendengar, dapat

berarti : (a) yang mendengar, atau (2) yang mendengarkan

(2) Kata benda berawalan PE- yang mempunyai hubungan dengan kata berawalan

BER-. Oleh karena itu, maka:

(a) Kata benda berawalan PE- yang mempunyai hubungan dengan kata kerja

berawalan BER- ini tidak mengalami proses persengauan. Malah mempunyai variasi

benda yang mirip dengan variasi bentuk yang ada pada awalan BER-. Umpamanya

seperti terdapat pada kata-kata berikut:

pekerja - bekerja

peternak - beternak

pelajar - belajar

(b) Arti yang dimiliki kata benda berawalan PE- tersebut ada hubungannya dengan arti

yang dimilki kata kerja berawalan BER-. Umpamanya:

pekerja, berarti ‘yang bekerja’

peternak, berarti ‘yang beternak’

pelajar, berarti ‘yang belajar’

Dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia dewasa ini setiap kata benda berawalan

PE- ada pasangannya kata benada berawalan BER-. Tetapi sebaliknya tidak setiap kata

kerja berawalan BER- mempunyai pasangan kata benda berawalan PE-. Umpamanya

kata-kata benda berawalan PE- berikut tidak ada..

bersepeda - * pesepeda

berkarya - * pekarya

bermimpi - * pemimpi 

(3) Kata benda berawalan PE- selain mempunyai hubungan dengan kata kerja

berawalan ME- dan kata kerja BER- juga mempunyai hubungan dengan kata kerja

dasar atau kata sifat dasar. Dalam hal ini:

(a) kaidah persengauan yang berlaku pada kata benda berawalan PE- itu sesuai

dengan kaidah yang berlaku untuk awalan PE-, yang berhubungan dengan awalan

ME-. Umpamanya seperti terdapat pada kata-kata berikut :

pendatang – datang

pemberani – berani

penakut – takut

(b) arti kata benda yamh dimiliki kata benda berawalan PE-, ada hubungannya dengan

arti yang dimiliki kata kerja atau kata sifat dasar itu. Umpamanya :

pendatang, berarti “yang datang”

pemberani, berarti “yang berani”

penakut, berarti “yang takut”

(4) Oleh karena sebuah kata benda yang berawalan PE-, mempunyai kemungkinan

berhubungan dengan kata kerja berawalan ME-, atau kerja yang berawalan BER- atau

juga kata kerja atau kata sifat dasar, maka ada kemungkinan makna yang dimiliki oleh

sebuah kata benda berawalan PE- menajdi lebih dari sebuah. Umpamanya kata-kata

benda berikut :

Penakut berarti (a) ‘orang yang takut’ atau (b) ‘alat untuk menakuti’ seperti pada

penakut burung.

Pembesar berarti (a) ‘orang besar (pemimpin)’, atau (b) ‘alat untuk membesarkan’,

seperti pada kata pembesar.

(5) Awalan PE- dengan sengau digunakan untuk membentuk kata benda yang

mempunyai hubungan dengan kata kerja berawalan ME- atau dengan kata kerja atau

kata sifat dasar. Sedangkan awalan PE- tanpa sengau digunakan untuk emmbentuk

kata benda yang mempunyai hubungan dengan kata kerja berawalan BER-. Oleh

karena itu, perbedan arti yang pokok diantara keduanya adlah PE- dengan sengau

berarti ‘yang me..’, sedangkan PE-tanpa sengau mempunyai arti yang ber..’. Jadi

pengajar adalah ‘orang yang mengajar’, pelajar adlah ‘orang yang belajar’. Peninju

adalah ‘orang yang meninju’ sedangkan peninju berarti ‘orang yang bertinju’

Berdasarkan konsep dasar di atas, kini dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia

sebagai hasil proses analogo, kita jumpai pemakaian kedua bentuk awalan PE- itu

dengan arti yang berbeda.

Kata-kata itu antara lain :

Penyuruh x pesuruh

Penunjuk x petunjuk

Pengasih x pekasih

Penatar x petatar

24. Imbuhan Gabungan PE-AN

Imbuhan gabung PE-AN adalah awalan PE- dan akhiran –AN yangdiimbuhkan secara

bersamaan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.

Imbuhan gabung PE-AN mempunyai enam macam bentuk, yaitu Pe-an, Pem-an, Pen-

an, Peny-an, Peng-an, dan Peng-an.

(1) Pe-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan l, r, w, y, m, n, ng,

dan ny. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata :

Pelarian

Perawatan

Pewarisan

Peyakinan

(2) Pem-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan b dan p, konsonan

b tetap diwujudkan, sedangkan konsonan p tidak diwujudkan tetapi disenyawakan

dengan bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata

berikut :

Pembinaan

Pembacaan

Pemotongan

Pemisahan

(3) Pen-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan d dan r, konsonan d

tidak diwujudkan sedangkan konsonan t tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan

bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat pada kata-kata :

Pendirian

Pendapatan

Penentuan

Penembakan

Selain itu, sesuai dengan system ejaan yang berlaku, bentuk Pen-an digunakan juga

pada kata-kata yang mulai dengan konsonan c dan j. Misalnya seperti terdapat pada

kata-kata :

Pencarian

Pencegahan

Penjualan

Penjernihan

Padahal secara fonetis kata-kata di atas dilafalkan :

(penycarian)

(penycegahan)

(penyjualan)

(penyjernihan)

(4) Peny-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan s, dan konsonan s

itu disenyawakan dengan bunyi sengau dari imbuhan itu. Misalnya seperti terdapat

pada kata-kata :

Penyaringan

Penyetoran

Penyusunan

(5) Peng-an digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan k, kh, h, g, serta a,

u, I, e, dan o. Konsonan k disenyawakan dengan bunyi nasal dari imbuhan itu.

Sedangkan konsonan kh, h, dan g, serta vocal a, I, u, e dan o, tetap diwujudkan.

Misalnya seperti terdapat pada kata-kata berikut : 

Pengiriman

Pengurangan

Pengkhianatan

Penghabisan

(6) Penge-an digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Misalnya terdapat

pada kata-kata :

Pengetikan

Pengesahan

Pengecatan

Pengelasan

Imbuhan gabung PE-AN berfungsi membentuk kata benda. Sedangkan makna yang

didapat sebagai hasil pengimbuhan adalah :

(1) menyatakan hal atau peristiwa

(2) menyatakan proses

(3) menyatakan tempat

(4) menyatakan alat

Aturan pengimbuhannya adalah :

a). Untuk mendapatkan makna ‘hal atau peristiwa’ imbuhan gabung PE-AN harus

diimbuhkan pada kata kerja, kata benda, atau kata sifat tertentu

Contoh :

Pembinaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Pembinaan artinya ‘hal membina’

Pekan penghijauan dipusatkan di Jawa Tengah. Penghijauan artinya ‘hal menghijaukan

Pemasaran barang-barang itu tidak lancar. Pemasaran artinya ‘hal memasarkan’

b). untuk mendapatkan makna ‘proses’ imbuhan gabung PE-AN harus diimbuhkan

pada kata kerja, kata benda, atau kata sifat tertentu.

Contoh :

Pembayaran dilakukan bertahapa. Pembayaran artinya ‘proses membayar’

Penulisan buku itu memerlukan waktu dua tahun. Penulisan artinya ‘proses menulis’

Pengadilan terhadao koruptor itusudah berjalan lima tahun. Pengadilan artinya ‘proses

mengadili’

c). Untuk mendapatkan makna ‘tempat’ imbuhan gabung PE-AN harus diimbuhkan

pada kata kerja, kata benda, dan kata sifat tertentu.

Contoh :

Ayah bekerja di pelelangan ikan. Peleangan artinya ‘tempat melelang’

Jenazahnya dikuburkan di pemakaman umum. Pemakaman artinya ‘tempat

memakamkan’

d). Untuk mendapatkan makna ‘alat’ mbuhan gabung PE-AN harus dibutuhkan pada

kata kerja tertentu.

Contoh :

Ibu membeli penggorengan baru. Penggorengan artinya ‘alat untuk menggoreng’

Walupun usianya sudah lanjut tetapi penglihatannya masih baik. Penglihatan artinya

‘alat untuk melihat’

Pembakaran arkue ini mmerlukan listrik 200 watt. Pembakaran artinya ‘alat untuk

membakar’

Catatan :

(1) Imbuhan gabung PE-AN digunakan juga pada kata jadian dan pada kata gabung,

dengan arti seperti yang berlaku untuk kata dasar.

Contoh :

Pemberhentian bis terletak di dekat simpang jalan itu. Pemberhentian artinya ‘tempat

memberhentikan’

Penyeragaman pakaian kerja dimulai bulan depan. Penyeragaman artinya ‘proses

menyergamkan’

(2) Kata benda berimbuhan gabung PE-AN mempunyai hubungan dengan kata kerja

berawalan ME-, kata kerja brimbuhan gabung ME-kan, atau kata kerja berimbuhan

gabung ME-I. Oleh karena itu, maka:

(a) Kaidah persengauan yang berlaku pada awalan ME- berlaku pula pada imbuhan

gabung PE-AN. Umpamanya seperti terlihat pada kata-kata berikut :

Merawat - perawatan

Membaca - pembacaan

Memotong - pemotongan

(b) Makna yang dimiliki imbuhan gabung PE-AN ada hubungannya dengan makna yang

dimilki awalan ME-, imbuhan gabung ME-kan, atau ME-I. Umpamanya:

Perawatan berarti ‘hal atau proses merawat’

Penemuan berarti ‘hal atau proses menemukan’

Pemotongan berarti ‘hal atau proses memotong’

(3) Dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia dewasa ini setiap kata benda

berimbuhan gabung PE-AN ada pasangannya kata kerja berawalan ME-, berimbuhan

gabung ME-kan atau yang berimbuhan gabung ME-I. Tetapi sebaliknya tidak setiap

kata kerja berawalan ME-, berimbuhan gabung ME-kan, atau berimbuhan gabung ME-

I ada pasangannya kata benda berimbuhan gabung PE-AN. Umpamanya kata-kata

berimbuhan gabung PE-AN yang berikut tida ada.

Menari - *penarian

Mencoba - *pencobaan

Membisikkan - *pemisikan

(3) Karena ada tiga macam bentuk kata kerja yang mempunyai hubungan dengan kata

benda berimbuhan gabung PE-AN, yaitu kata kerja berawalan ME-, kata kerja

berimbuhan gabung ME-kan, dan kata kerja berimbuhan gabung ME-I, maka ada

kemungkinan sebuah kata benda berimbuhan gabung PE-AN mempunyai hubungan

maka dengan lebih dari sebuah kata kerja itu. Umpamanya seperti yang dipunyai kata

benda berikut :

Penyamanan dapat berarti (a) ‘hal menyamakan’ atau (b) ‘hal menyamai’

Pencangkolan dapat berarti (a) ‘hal mencangkok’ atau (b) ‘hal mencangkokkan’

25. Imbuhan Gabung PER- -AN 

Imbuhan gabung PER- -AN adalah awalan PER- dan akhiran –AN yang diimbuhkan

secara sekaligus pada sebuah bentuk dasar.

Imbuhan gabung PER- -AN mempunyai tiga macam bentuk. Yaitu per-an, pe- -an, dan

pel- -an. 

Aturan penggunaannya adalah:

(1) Per-an digunakan pada:

(a) kata dasar kata kerja dan kata sifat , yang kata kerja berimbuhannya berawalan

BER-, berimbuhan gabung MEMPER, berimbuhan gabung MEMPER- -kan,

atauberimbuhan gabung MEMPER- -I Umpamanya seperti terdapat pada kata-kata

berikut:

Perdagangan (kata kerja : berdagang)

Pertanian (kata kerja : bertani)

Perbaikan (kata kerja: memperbaiki)

(b) kata benda dalam arti ‘tentang masalah’. Umpamanya seperti terdapat pada kata-

kata berikut : perminyakan

(2) Pe- -an digunakan pada:

a). kata- kata tertentu yang kata kerjaberimbuhannya berawalan BER- dalam bentuk

BE- contohnya: pekerjaan (kata kerja : bekerja)

b) kata benda yang menyatakan tempat, wilayah, atau daerah. Contohnya: pekuburan,

pedesaan, dll.

(3) Pel- -an hanya terdapat padakata ajar, yaitu menjadi kata pelajaran. Tidak ada kata

yang lain.

Imbuhan gabung PER- -AN berfungsi membentuk kata benda. Sedangkan makna yang

didapat dari pengimbuhannya adalah: menyatakan “hal melakukan”. Menyatakan “hal

tentang atau masalah”. Menyatakan “tempat kejadian”, menyatakan “kawasan,

wilayah, dan daerah”. Aturan pengimbuhannya adalah:

a). Untuk mendapatkan makna “hal melakukan” imbuhan gabung PER- -AN harus

diimbuhkan pada kata kerja tertentu.

Contoh: Perbaikan mobil ini membutuhkan waktu dua hari. 

Perbaikan artinya “hal memperbaiki”

b). Untuk mendapatkan makna”hal, tentang, masalah” imbuhan gabungan PER- -AN

harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan tempat.

Contoh: Usaha perhotelan diindonesia cukup baik.

Perhotelan artinya “tentang atau mengenai hotel”.

c). untuk mendapatkan makna “ Tempat kejadian”imbukan harus digabungkan pada

kata kerja tertentu.

Contoh: Rumah-rumah peristirahatan banyak terdapat didaerah itu.

Peritirahatan artinya “tempat beristirahat”.

d). Untuk mendapatkan makna “ daerah, wilayah, dan kawasan”imbuhan harus

diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan tempat.

Contoh : Mereka tinggal dipegunungan

Pegunungan artinya daerah yang bergunung.

26. Sisipan –EL, -EM, dan –ER

Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan imbuhan yang

tidak produktif. Artinya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.

Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan diantara konsonandan volal suku

pertama pada sebuah kata dasar.

Contoh : -EL + tapak – telapak, -ER + gigi – gerigi, -EM + tali – temali.

Arti yang yang dikandung oleh ketiga sisipan itu adalah:

1. Menyatakan banyak dan bermacam- macam.

2. Menyatakan intensitas.

3. Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar.

a). Untuk mendapatkan makna “bermacam-macam” sisipan ini harus diimbuhkan pada

kata benda tertentu, contohnya yaitu: temali, gerigi, dsb.

b). Untuk mendapatkan makna “intensitas” sisipan ini harus diimbuhkan pada kata

benda tertentu, contohnya seperti: gemetar, gemuruh, dll.

c). Untuk mendapatkan makna “yang melakukan” sisipan ini harus diimbuhkan pada

kata kerja tertentu, contohnya seperti: pelatuk, telapak, dan telunjuk.

Karena sisipan ini tidak produktif lagi, maka penggunaanya terbatas pada contoh yang

sudah ada saja. 

Pengertian Imbuhan (Afiks)Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.

Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.

Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.

Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.

Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk.

Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.

 Syarat-Syarat Kata Untuk Dapat Menjadi AfiksasiKata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.

Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.

Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.

Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.

Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang →

keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.

 Macam-Macam Imbuhan (Afiks)a.      Awalan (prefiks/ prefix) Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing.  Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/

Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancurPerubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/

Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorongPerubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/

Contoh: beli – membeli, pembeliPerubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/

Contoh: siksa – menyiksa, penyiksaKata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/

Contoh: pakai – memakai, pemakaiKata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.

Contoh: lamar – melamar, pelamarAwalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif.

Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.

Contoh: Renang – berenang, perenangAwalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.

Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)

Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.

Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindahAwalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).

Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .)Dalam – kedalam (Mereka sedang kedalam.)

Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:

1. a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.

2. anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.

3. bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.4. de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya

‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.5. eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini

artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.6. ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai

pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.

7. hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.

8. in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.9. infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.10. intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.11. inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan

antar-.12. ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-

sama’ atau ‘beserta’.13. kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya

‘berlawanan’ atau ‘menentang’.14. makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya

‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.15. mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau

‘renik’.16. multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan

ini artinya ‘banyak’.17. neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.18. non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya

‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘. b.      Akhiran (sufiks/ sufix)

Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.

Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan, -wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda.Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi.Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.

Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:

1. –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat.

2. –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.

3. –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.

4. –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.5. –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’.

Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.6. .–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah,

unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.7. –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.8. –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’

dalam arti ‘bidang ilmu’.9. -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.10. –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata

ini diganti dengan –al.11. –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini

menyatakan sifat.12. –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang

yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar.

13. –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.14. –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.15. –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada

bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.16. –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang

bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.17. –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di

atas menyatakan agentif atau pelaku;18. –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan

benda. c.       Sisipan (infiks /infix)

Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.

Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:

 i.    Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.

 ii.      Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.

 iii.      Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.

Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.

Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan.Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→ diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.

Benda (nomina) →sifat (adjectifa)

Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap →

gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serbak → semerbak .