Post on 27-May-2019
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK
MIOKARD AKUT (IMA) DENGAN
MASALAH NYERI AKUT
(Studi di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang)
OLEH :
TISA KURNIAWATI
NIM. 151210030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK
MIOKARD AKUT (IMA) DENGAN
MASALAH NYERI AKUT
(Studi di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang)
OLEH :
TISA KURNIAWATI
NIM. 151210030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
iii
iv
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD
AKUT (IMA) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT
( Di Ruang ICU Sentral Rsud Jombang )
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md Kep) pada program studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH :
TISA KURNIAWATI
NIM. 151210030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro, 3 April 1997 dari pasangan ibu Sulastri
dan Bapak Suyono. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SDN 1 Batokan, tahun 2012 penulis lulus dari
SMPN 5 Cepu dan tahun 2015 penulis lulus dari SMAN 1 Kasiman. Pada tahun
2015 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang
melalui jalur mandiri. Penulis memilih program studi DIII Keperawatan dari lima
bidang studi yang ada di STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.
Demikian riwayat ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 2018
Tisa Kurniawati
ix
MOTTO
“SABAR ITU ILMU TINGKAT TINGGI”
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan rasa
bangga saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini dan saya ucapkan terima kasih
kepada kakak dan adik penulis yang selalu memberikan semangat. Tak lupa
kepada para sahabat Yola, Kiki, kak Iis, kak Jul, Wina, Nurul yang menjadi
pengganti keluarga saat berada disini. Para sahabat dan teman sekelas yang selalu
memberikan semangat serta dukungan dalam berbagai hal.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT
(IMA) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT” DI RUANG
ICU SENTRAL RSUD JOMBANG”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat Bapak H Imam Fatoni S.KM.,MM selaku
Ketua STIKes ICMe Jombang yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, ibu Nita Arisanti Y.S.Kep,Ns.M.Kes
selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan
pengarahan secara penuh tarhadap penulis, ibu Dwi
Prasetyaningati.,S.Kep.Ns,.M.Kepselaku pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran dan ketekunan memberikan bimbingan, dorongan, perhatian, serta saran
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah, ibu Siti Rokhani,S.SiT.M.Kebselaku
pembimbing II yang banyak membantu dan memberikan masukan sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan, Civitas Akademik STIKES ICMe Jombang
yang telah memberikan informasi kepada penulis, orang tua dan keluarga penulis
yang telah memberikan dukungan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah, dan teman-teman DIII Keperawatan yang telah mendukung sehingga
dapat terselesaikan tepat pada waktnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekali
kekurangan, oleh karena itu penulis berharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat.
Jombang, 2018
Penulis
TISA KURNIAWATI
xi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT
(IMA) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RUANG ICU SENTRAL RSUD JOMBANG
Oleh :
TISA KURNIAWATI
Penyakit jantung merupakan penyakit utama penyebab kematian di dunia
salah satunya Infark Miokard Akut (IMA) yang biasa dikenal oleh orang awam
dengan sebutan serangan jantung. Infark Miokard Akut (IMA) sangat
mengkhawatirkan karena sering berupa serangan mendadak dan tanpa ada keluhan
sebelumnya. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mampu melakukan Asuhan
Keperawatan pada klien Infark Miokard Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
Peneliti melakukan penelitian di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang pada tanggal
25-27 April 2018.
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah study kasus.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perbandingan antara 2 klien yang
memiliki diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan yang sama di ICU
Sentral RSUD Jombang.
Intervensi yang diberikan untuk klien dengan masalah keperawatan nyeri
akut meliputi managemen nyeri untuk menurunkan nyeri yang muncul, monitor
tanda-tanda vital supaya mengetahui tanda-tanda vital klien dan pemberian
analgesik untuk menurunkan nyeri yang dirasakan oleh klien.
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan terhadap kedua klien setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dapat di simpulkan evaluasi
dengan hasil nyeri berkurang terutama pada klien 1 sedangkan pada klien 2 masih
merasakan nyeri masalah teratasi sebagian. Saran yang diberikan kepada klien
diharapkan klien mampu mengatasi nyeri yang dirasakan secara non
farmakologis, dan melakukan pengobatan secara rutin sesuai dengan anjuran
dokter.
Kata kunci : Infark Miokard Akut (IMA), Nyeri Akut
xii
ABSTRACT
NURSING PATIENT ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (IMA)
ON ACUTE PAIN IN ROOM ICU SENTRAL
RSUD JOMBANG
By :
TISA KURNIAWATI
Heart disease is the main cause of death in the world of one of the Acute
Myocardial Infarction (IMA) commonly known by the layman as a heart attack.
Acute Myocardial Infarction (IMA) is very worrying because it is often a sudden
attack and without any previous complaints. The general aim of this study is to be
able to perform Nursing Care on clients of Acute Myocardial Infarction (IMA)
with acute pain problems. Researchers conducted a study at the ICU Central
Hospital RSUD Jombang on 25-27 April 2018
The research design used by the researcher is a case study. This study
was conducted by comparing two clients who had the same nursing diagnoses and
nursing problems in ICU Sentral RSUD Jombang.
Interventions given to clients with acute pain nursing problems include
pain management to reduce emerging pain, monitor vital signs in order to know
the client's vital signs and analgesics to reduce the pain felt by the client.
Based on the results of nursing evaluation of the two clients after the
nursing care for three days can be concluded the evaluation with the results of
pain is reduced mainly on the client 1 while the client 2 still feel the pain is
partially resolved problems. Suggestions given to clients are expected clients are
able to overcome the pain felt in non-pharmacological, and perform routine
treatment in accordance with the advice of doctors.
Keyword : Acute Myocardial Infarction (IMA),Acute Pain
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Depan ....................................................................... i
Halaman Sampul Belakang .................................................................. ii
Surat Pernyataan .................................................................................. iii
Lembar Persetujuan ............................................................................. iv
Lembar Pengesahan .............................................................................. v
Riwayat Hidup ....................................................................................... vi
Motto ...................................................................................................... vii
Kata Pengantar ..................................................................................... viii
Abstrak ................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................ xi
Daftar Gambar ...................................................................................... xiii
Daftar Tabel ........................................................................................... xiv
Daftar Singkatan ................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 3
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep DasarInfark Miokard Akut (IMA)
2.1.1 Definisi Infark Miokard Akut (IMA) ...................................... 6
2.1.2 Etiologi Infark Miokard Akut (IMA) ...................................... 6
2.1.3 Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA) ................................. 9
2.1.4 Manifestasi Infark Miokard Akut (IMA) ................................ 10
2.1.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut (IMA) .............................. 12
2.1.6 WOC Infark Miokard Akut (IMA) ......................................... 14
2.1.7 Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA) ................................ 15
2.1.8 Penatalaksanaan Medis Infark Miokard Akut (IMA) ............. 16
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik Infark Miokard Akut (IMA) ............ 18
2.2 Konsep Dasar Nyeri Akut
2.2.1 Definisi Nyeri Akut ................................................................. 20
2.2.2 Batasan Karakteristik Nyeri Akut ........................................... 20
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri Akut ..................... 22
2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Akut ................................................. 22
2.2.5 Kondisi Klinis Terkait ............................................................. 23
2.2.6 Konsep Nyeri Kuantitatif ........................................................ 24
2.2.7 Konsep Nyeri Kualitatif .......................................................... 24
xiv
Halaman
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut (IMA)
2.3.1 Pengkajian ............................................................................... 25
2.3.2 Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul ................................... 29
2.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................... 30
2.3.4 Implementasi Keperawatan ..................................................... 40
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................. 41
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 42
3.2 Batasan Istilah ................................................................................... 42
3.3 Partisipan .......................................................................................... 43
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 43
3.4.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 43
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 44
3.6 Uji Keabsahan Data........................................................................... 45
3.7 Analisa Data ...................................................................................... 45
3.8 Etik Penelitian ................................................................................... 47
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................. 48
4.1.1Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data ......................... 48
4.1.2 Pengkajian ............................................................................... 49
4.1.3 Terapi Obat ............................................................................. 53
4.1.4 Analisa Data ............................................................................ 53
4.1.5 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 54
4.1.6 Intervensi Keperawatan .......................................................... 55
4.1.7 Implementasi Asuhan Keperawatan ........................................ 56
4.1.8 Evaluasi Asuhan Keperawatan ................................................ 61
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 64
4.2.1 Pengkajian ............................................................................... 64
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 66
4.2.3 Intervensi Keperawatan .......................................................... 66
4.2.4 Implementasi Keperawatan ..................................................... 67
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................. 68
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 69
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 70
Lampiran ............................................................................................... 72
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 WOC Infark Miokard Akut (IMA) ....................................... 13
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 perjalanan waktu enzim jantung pada Infark Miokard
Akut (IMA) ............................................................................. 19
Tabel 2.2 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC secara kuantitatif ............ 23
Tabel 2.3 Diagnosa dan Intervensi .......................................................... 30
Tabel 4.1 Identitas Klien ......................................................................... 49
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit .................................................................... 49
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan ...................................................... 50
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 6B.............................................................. 51
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik .......................................................... 52
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 52
Tabel 4.7 Pemberian Terapi .................................................................... 53
Tabel 4.8 Analisa Data ............................................................................ 53
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan........................................................... 55
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Klien 1 dan Klien 2 .................. 56
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Klien 1 Hari 1 ................................... 61
Tabel 4.12 Evaluasi Keperawatan Klien 2 Hari 1 ................................... 62
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan Klien 1 Hari 2 ................................... 62
Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Klien 2 Hari 2 ................................... 63
Tabel 4.15 Evaluasi Keperawatan Klien 1 Hari 3 ................................... 63
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan Klien 2 Hari 3 ................................... 64
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CK : Kreatin Kinase
CM : Kompos Mentis
CO₂ : karbon dioksida
CPK : Kreatin Fosfokinase
EKG : Elektrokardiogram
FLACC : Face, Legs, Arm, Cry, Consolability scale
GOT : Glutamate-Oksaloasetat Transaminase
IMA : Infark Miokard Akut
IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
LDH : Laktat Dehidrogenase
MB-CK : Creatinin Kinase Myokardial Band
NIC : Nursing Intervention Classification
NOC : Nursing Outcome Clasification
NSTEMI : Non ST elevation myocardial infarction
NTG :Nitrogliserin
O2 : Oksigen
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar Indonesia
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SKA : Sindrom Koroner Akut
STEMI : ST elevasion myocardialinfarcion
t-PA : Tisue Plasminogen Aktifator
UA : Unstabel Angina
WHO : World Health Organissation
WOD : Wawancara, Observasi, Dokumen
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah ............................... 72
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden .................................... 73
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden ..................................... 74
Lampiran 4 : Form Pengkajian Keperawatan Kegawat Daruratan ....... 75
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Nyeri .................. 84
Lampiran 6 : Materi Penyuluhan........................................................... 88
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing ..................................... 90
Lampiran 8 : Surat Penelitian ................................................................ 92
Lampiran 9 : Surat Bakordiklat ............................................................. 93
Lampiran 10 : Lembar Plagiasi ............................................................... 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infark Miokard Akut (IMA) dikalangan masyarakat biasa dikenal dengan
sebutan serangan jantung. Penyakit jantung merupakan penyakit utama
penyebab kematian di dunia salah satunya Infark Miokard Akut (IMA)
(Pratiwi, 2012). Infark Miokard Akut (IMA) sangat mengkhawatirkan karena
sering berupa serangan mendadak dan tanpa ada keluhan sebelumnya (Farissa,
2012). Infark Miokard Akut (IMA) menyebabkan ancaman hidup yang
berbahaya karena timbulnya nyeri dada umum, kolaps dan kematian yang
mendadak.Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA.
Tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam
jiwa atau paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014).Dengan
melakukan perawatan kesehatan pengurangan nyeri dada seperti pemberian
relaksasi diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih buruk
(Kartika, 2013).
Data dari WHO pada tahun 2012 sebesar 17,5 juta (31%) orang meninggal
dikarenakan penyakit kardiovaskuler dan penyebab kedua terbesar adalah
Infark Miokard Akut (IMA) (WHO, 2016). Di ASEAN salah satu negaranya
yakni Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah 371,0 ribu jiwa
(WHO, 2014). Penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia. Sedangkan di Jawa Timur menempati urutan ke
delapan di Indonesia (RISKESDAS, 2013). Pada penelitian sebelumnya tahun
2
2014 lebih dari 1 juta orang di Amerika Serikat menderita Infark Miokard
Akut (IMA), dan lebih dari 300.000 orang diperkirakan meninggal karena
Infark Miokard Akut (IMA) sebelum sampai ke rumah sakit (Christofferson,
2009).
Nyeri yang timbul merupakan tanda yang muncul saat adanya infarkyang
disebabkan oleh iskemia yang berlangsung selama kurang lebih 30-45 menit.
Iskemia terjadi akibat kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai
oksigen oleh pembuluh darah mengalami gangguan karena adanya sumbatan
trombosis plak ateroma pada arteri koroner. Plak dapat menyebabkan
penyempitan arteri koroner, sehingga bisa terjadi iskemiamiokard.Nyeri akan
timbul saat manifestasi hemodinamika yang sering terjadi yaitu peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung. Infark Miokard Akut (IMA) dapat
menyebabkan disritmia, gagal jantung kongestive dan syok kardiogenik,
tromboemboli, perikarditis, ruptura miokardium, dan aneurisma ventrikel (
Price&Wilson, 2006).
Nyeri akut merupakan permasalahan utama pada pasien Infark
Miokard Akut (IMA). Nyeri merupakan suatu rasa sensorik tidak nyaman
yang sifatnya subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan
dengan rusaknya jaringan aktual, potensial, ataupun menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cidera
akut, penyakit atau intervensi bedah dan berawal yang cepat dengan intensitas
ringan sampai berat dalam waktu yang singkat atau kurang dari 6 bulan
(Andarmoyo, 2013). Dalam penanganan nyeri akut dapat dilakukan asuhan
keperawatan seperti manajemen nyeri dan monitor tanda-tanda vital (Bulechek
3
dkk, 2013). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care
provider) berperan dalam melaksanakan intervensi keperawatan yakni
perawatan manajemen nyeri (Potter&Perry, 2009). Peran perawat juga sebagai
care giver untuk membantu pasien dapat melalui proses penyembuhan dan
kesehatannya kembali membaik atau sembuh dari penyakit tertentu pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistik meliputi kesehatan emosi, spiritual,
dan sosial (Potter&Perry, 2009).
1.2 Batasan Masalah
Peneliti hanya membatasi kasus klien dengan diagnosa medis Infark
Miokard Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Infark Miokard Akut (IMA)
dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang ?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU Sentral RSUD
Jombang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut(IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang.
4
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Infark Miokard Akut
(IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien Infark Miokard Akut
(IMA) dengan masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang.
5. Melakukan evaluasi pada klien Infark Miokard Akut (IMA) dengan
masalah nyeri akut di Ruang ICU SentralRSUD Jombang.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini bisa menjadi referensi untuk
penelitian lain yang serupa
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa dan Dosen
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi
mahasiswa dan pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang proses keperawatan pada kasus Infark Miokard Akut (IMA).
2. Bagi Perawat
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus Infark Miokard
Akut (IMA) dan bisa memperhatikan kondisi serta kebutuhan
pasien Infark Miokard Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dengan
masalah keperawatan yang sama dan tema yang berbeda.
4. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan mutu kesehatan pada kasus Infark
Miokard Akut (IMA).
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Infark Miokard Akut (IMA)
2.1.1 Definisi Infark Miokard Akut (IMA)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian jaringan otot jantung
(miokard) yang disebabkan oleh insufisiensi suplai atau banyaknya
darah baik relatif maupun secara absolut (Muwarni, 2011).
Infark Miokard Akut (IMA) oleh orang awam disebut serangan
jantung yaitu penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner
sehingga aliran darah ke otot jantung tidak cukup sehingga
menyebabkan jantung mati (Rendi&Margareth, 2012).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut
terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner
sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung
(Black&Joyce, 2014).
2.1.2 Etiologi Infark Miokard Akut (IMA)
Menurut Fakih Ruhyanuddin (2006), penyebab Infark Miokard Akut
(IMA) adalah :
1. Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis,
kekakuan, atau penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau
thrombus.
7
2. Penurunan aliran darah system koronaria menyebabkan ketidak
seimbangan antara miokardial O₂ suplai dan kebutuhan jaringan
terhadap O₂. Penyebab suplai oksigen ke miocard berkurang yang
disebabkan oleh faktor
a. Faktor pembuluh darah :
1) Ateroskeloris
2) Spasme
3) Arteritis
b. Faktor sirkulasi :
1) Hipotensi
2) Stenosos aorta
3) Insufisiensi
c. Faktor darah :
1) Anemia
2) Hipoksemia
3) Polisitemia
Penyebab lain :
1. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebih
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
2. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a. Kerusakan miocard
8
b. Hypertropi miocard
c. Hypertensi diastolic
3. Faktor predisposisi :
a. Faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah :
1) Usia lebih dari 40 tahun
2) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada
wanita meningkat setelah menopause
3) Hereditas
4) Ras: lebih tinggi insiden pada kulit hitam
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
1) Mayor :
a) Hiperlipidemia
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes Melitus
e) Obesitas
f) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2) Minor :
a) In aktifitas fisik
b) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif).
c) Stres psikologis berlebihan ketidakadekuatan aliran darah
akibat dari penyempitan, sumbatan, arteri koronaria akibat
9
terjadinya aterosklerosis, atau penurunan aliran darah
akibat syok atau perdarahan.
4. Faktor risiko menurut Framingham :
a. Hiperkolesterolemia: > 275 mg/dl
b. Merokok sigaret: > 20/hari
c. Kegemukan: > 120% dari BB ideal
d. Hipertensi: > 160/90 mmHg
e. Gaya hidup monoton
2.1.3 Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Secara morfologis Infark Miokard Akut (IMA) dibedakan atas dua
jenis yaitu: Infark Miokard Akut (IMA) transmural, yang mengenai
seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri
koroner (Price, 2005) :
1. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dimana nekrosis hanya
terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa
bercak-bercak dan tidak konfluens.
2. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dapat regional (terjadi
pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi
lebih dari satu arteri koroner).
Berdasarkan kelainan gelombang ST (Sudoyo, 2006) :
1. STEMI
Infark Miokard Akut (IMA) dengan elevasi segmen ST (ST
elevasion myocardialinfarcion = STEMI) merupakan bagian dari
spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
10
pectoris tak stabil, Infark Miokard Akut (IMA) tanpa elevasi ST,
dan Infark Miokard Akut (IMA) dengan elevasi ST.
2. NSTEMI
Angina pectoris tak stabil (unstable angina = UA) dan
miokardakut tanpa Elevasi ST (Non ST elevation myocardial
infarction = NSTEMI) diketahui merupakan suatu kesinambungan
dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada
prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnose
NSTEMI ditegakan jika pasien dengan manifestasi klinis UA
menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan
biomarker jantung.
2.1.4 Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut (IMA)
1. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus, terletak di
bagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang
biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tak
tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu
dan lengan yang biasanya lengan kiri. Tidak seperti angina, nyeri ini
muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan
emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan
tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin
(Brunner&Suddart, 2005).
2. Nyeri sering disertai nafas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing,
mual dan muntah (Brunner&Suddart, 2005).
11
Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard Akut (IMA) yang
terjadi terutama pada saat-saat pertama setelah serangan. Hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan masa refrakter, daya
hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sisrem syaraf
otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia karena klien
Infark Miokard Akut (IMA)umumnya mengalami peningkatan
parasimpatis dengan kecenderungan bradiaritmia meningkat,
sedangkan peningkatan tonus simpatis pada Infark Miokard Akut
(IMA) inferior akan mempertinggi kecenderungan terjadinya
fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
Secara khas nyeri dirasakan di daerah perikardial sering
dirasakan sebagai suatu desakan, diperas, ditekan, dicekik, dan nyeri
seperti terbakar, rasanya tajam dan menekan atau sangat nyeri, nyeri
terus menerus, dan dangkal.
Nyeri dapat melebar ke belakang sternum sampai dada kiri,
lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kri.
Tanda dan gejala infark miokard (TRIAGE) adalah :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak
mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
12
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,
dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
e. Dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, penting atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.1.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut (IMA)
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan selular yang ireversibel dan kematian otot atau nekrosis.
Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti
berkontraksi secara permanent. Jaringan yang mengalami infark
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup.
Ukuran infark akhir bergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila
pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan
bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil
daerah nekrosis.
13
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark
digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel.
Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior
ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian
inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian
perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula
otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat
terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul
edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit.
Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari
kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan pembuangan
semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative tipis.
Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat
laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan
mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah
terbentuk dengan jelas
14
2.1.6 WOC Infark Miokard Akut (IMA)
Gambar 2.1 WOC Infark Miokard Akut (IMA) (Muttaqin, 2008)
Punggung Panas
Jenis kelamin Usia Obesitas Diabetes Melitus Merokok Hipertensi
Hiperkolesterolemia
Aterosklerosis
Nyeri dada
Nyeri Akut
Infark Miokard
Akut (IMA)
Iskemia
Berkeringat
Mual Muntah
15
2.1.7 Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA)
1. Disritmia
Komplikasi paling sering dalam Infark Miokard Akut (IMA)
adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor predisposisi adalah :
a. Iskemia jaringan
b. Hipoksemia
c. Pengaruh sistem syaraf Para-Simpatis dan Simpatis
d. Asidosis laktat
e. Kelainan hemodinamik
f. Keracunan obat, dan
g. Gangguan keseimbangan elektrolit
2. Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
Sepuluh dan sampai lima belas pasiem infark miokard
mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-95%.
3. Tromboemboli
Study pada 924 kasus kematian akibat infart miokard akut (IMA)
menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus endokardium.
Study autopsy menunjukkan 10% kasus Infark Miokard Akut (IMA)
yang meninggal mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limfa,
atau mensenterium.
4. Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan Infark Miokard Akut (IMA)
yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut
Sindrom Dressler. Biasanya terjadi setelah infark transmural tetapi
16
dapat menyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya
sementara, yang tampak pada minggu pertama setela infark. Nyeri
dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan
pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan
biasanya dihubungkan dengan takikardia, demam ringan, dan
friksion rup perikardial yang trifasik dan sementara.
5. Ruptura miokardium
Ruptur dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian
sebanyak 10% dirumah sakit karena Infark Miokard Akut (IMA).
Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur
septum interventrikular jarang terjadi pada kerusakan miokard luas,
dan menimbulkan Defek Septum Ventrikel.
6. Aneurisma ventrikel
Kejadian adalah komplikasi lambat dari Infark Miokard Akut
(IMA) yang meliputi penipisan, pengembungan, dan hipokinesis dari
dinding ventrikel kiri setelah infark transmural. Aneurisma ini sering
menimbulkan gerakan proksimal pada dinding ventrikel, dengan
pengembungan keluar segmen aneurisma pada kontraksi ventrikel.
Kadang-kadang aneurisma ini ruptur dan menimbulkan temponade
jantung, tetapi biasanya masalah yang terjadi disebabkan penurunan
kontraktilitas atau embolisasi.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis Infark Miokard Akut (IMA)
Menurut Brunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan
penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga
17
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung
diperkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian
oksigen, dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk
mempertahankan jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk
meningkatkan suplai oksigen, sementara tirah baring dilakukan untuk
mengurangi kebutuhan oksigen. Tiga kelas obat-obatan yang bisa
digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen yaitu :
1. Fasodilator
Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah
nitrogliserin (NTG) intravena.
2. Antikoagulan
Antikoagulan heparin adalah antikoagualan pilihan untuk
membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga dapat
menurunkan kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya
menurunkan aliran darah.
3. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus
yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbata
dan juga luasnya infark. Agar efektif, obat ini harus diberikan pada
awal awitan nyeri dada. Tiga macam obat trombolitik yang terbukti
bermanfaat melarutkan trombus adalah: streptokinase, aktifator
plasminogen jaringan (t-PA = tisue plasminogen aktifator) dan
18
anistreplase. Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat awitan
nyeri oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi
darah. efektifitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi
kecepatan dan irama pertukaran pernafasan, dan pasien mampu
bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam dara secara
bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri. Analgetik. Pemberian
analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati
dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik pilihan masih tetap
morfin sulfat yang diberikan secara intravena dengan dosis
meningkat 1-2 mg.
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik Infark Miokard Akut (IMA)
Infark miokard klasik disertai oleh trias diagnostic yang khas (Price,
2006). Yang terdiri dari :
1. Gambaran klinis khas yang terdiri dari nyeri dada yang berlangsung
lama dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah,
dan perasaan seakan-akan menghadapi ajal.
a. Tetapi, 20-60% kasus infark yang tidak fatal bersifat
tersembunyi atau asimtomatik.
b. Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi dan
tidak diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui pemeriksaan
EKG yang rutin atau pemeriksaan postmortem.
2. Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel-
sel miokardium yang nekrosis.
19
a. Enzim-enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase
(CK atau CPK), glautamat oksaloasetat transaminase (SGOT
atau GOT) dan laktat dehidrogenase (LDH).
b. Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang
khas sesudah terjadinya infark miokardium.
c. Meskipun enzim ini merupakan pembantu diagnosis yang sangat
berharga, tetapi interprestasinya terbatas oleh fakta bahwa
peningkatan enzim yang terukur bukan merupakan indicator
spesifik kerusakan miokardium, terdapat proses-proses lain yang
juga dapat menyebabkan peningkatan enzim, sehingga dapat
menyesatkan interprestasi.
d. Pengukuran isoenzim, yaitu fraksi-fraksi enzim yang khas
dilepaskan oleh miokardium yang rusak, meningkatkan
ketepatan diagnosis.
e. Pelepasan isoenzim, MB-CK merupakan petunjuk enzimatik
dari infark miokardium yang paling spesifik.
3. Terlihat perubahan-perubahan pada elektrokardiografi, yaitu
gelombang Q yang nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T
terbalik.
a. perubahan-perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak
diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
b. Sedang beberapa waktu segment ST dan gelombang T akan
kembali normal; hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai
bukti elektrokardiogram adanya infark lama.
20
c. Tetapi hanya 50% atau 75% pasien Infark Miokard Akut (IMA)
yang menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini.
d. Pada 30% pasien didiagnosa dengan infark tidak terbentuk
gelombang Q (Price, 2006).
Tabel 2.1 perjalanan waktu enzim jantung pada Infark Miokard Akut
(IMA) Enzim Onset Puncak Kembali normal
CK
CK-MB
LDH
LDH1
LDH2
3-6 jam
2-4 jam
24 jam
4 jam
4 jam
12-24 jam
12-20 jam
48-72 jam
48 jam
48 jam
3-5 hari
48-72 jam
7-10 hari
10 hari
10 hari
2.2 Konsep Dasar Nyeri Akut
2.2.1 Definisi Nyeri Akut
Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI DPP PPNI&Tim Pokja, 2016).
2.2.2 Batasan Karakteristik Nyeri Akut
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standart daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (misalnya.,
Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assesment Checklist for Senior
with Limited Ability to Communicate).
2. Diaforesis
3. Dilatasi pupil
4. Ekspresi wajah nyeri (misalnya., mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis).
21
5. Fokus menyempit (misalnya., persepsi waktu, proses berpikr,
interaksi dengan orang dan lingkungan).
6. Fokus pada diri sendiri
7. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
(misalnya., skala Wong-Baker FACES, skala analog visual, skala
penilaian numerik).
8. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standart
instrumen nyeri (misalnya: McGill Pain Questionnaire, Brief Pain
Inventory).
9. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misalnya:
anggota keluarga, pemberi asuhan).
10. Mengekspresikan perilaku (misalnya: gelisah, merengek,
menangis, waspada).
11. Perilaku distraksi
12. Perubahan pada parameter fisiologis (misalnya: tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan end-
tidal karbon dioksida [CO₂]).
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Perubahan selera makan
15. putus asa
16. sikap melindungi area nyeri
17. sikap tubuh melindungi
22
2.2.3 Faktor yang berhubungan dengan Nyeri Akut
Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri akut menurut Nanda
yaitu :
1. Agens cedera biologis (misalnya: infeksi, iskemia, neoplasma).
2. Agens cedera fisik (misalnya: abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga
berlebih).
3. Agens cedera kimiawi (misalnya., luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens mustard)
2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Akut
Menurut Tim Pokja tahun 2017 tanda dan gejala nyeri akut ada dua
yaitu :
1. Mayor
a. Subjektif :
1) Mengeluh nyeri
b. Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misalnya: waspada, posisi menghindari
nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
23
2. Minor
a. Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
2.2.5 Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
24
2.2.6 Konsep Nyeri kuantitatif
Tabel 2.2 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC secara kuantitatif
Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada ekspresi atau
senyuman tertentu,
tidak mencari
perhatian.
Wajah cemberut, dahi
mengkerut,
menyendiri.
Sering dahi tidak
konstan, rahang
menegang, dagu
gemetar
Kaki Tidak ada posisi atau
rileks.
Gelisah, resah dan
menegang
Menendang
Aktivitas Berbaring, posisi
normal, mudah
bergerak.
Menggeliat,
menaikkan punggung
dan maju, menegang.
Menekuk, kaku atau
menghentak.
Menangis Tidak menangis. Merintih atau
merengek,
kadangkadang
mengeluh.
Menangis keras, sedu
sedan, sering
mengeluh.
Hiburan Rileks. Kadang-kadang hati
tentram dengan
sentuhan, memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian.
Kesulitan untuk
menghibur atau
kenyamanan.
Total skor 0-10
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala
numerik yaitu:
1. 0: Tidak Nyeri
2. 1-2: Nyeri Ringan
3. 3-5: Nyeri Sedang
4. 6-7: Nyeri Berat
5. 8-10: Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).
2.2.7 Konsep Nyeri kualitatif
1. P (Provoking Incident): apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
prepitasi nyeri.
25
2. Q (Quality of Pain): seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
3. R ( Region Radiation/relief): apakah rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
4. S (Saverity atau scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan
fungsinya..
5. T (Time): berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut (IMA)
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada klien penderita Infark Miokard Akut (IMA)diantaranya terjadi
pada usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Infark Miokard Akut
(IMA) umumnya adalah lak-laki.
2. Keluhan utama Infark Miokard Akut (IMA)
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Infark Miokard
Akut (IMA) yaitu nyeri dada yang khas (seperti tertekan, berat, atau
penuh). Infark Miokard Akut (IMA) banyak ditemukan pada pekerja
swasta atau karyawan swasta.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
26
2) Faktor perangsang nyeri yang spontan.
3) Kualitas nyeri: rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang
berat atau mencekik.
4) Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan dagu
belakang, bahu atau lengan.
5) Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat atau
pemberian nitrat.
6) Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam atau hari, selama
serangan pasien memegang dada atau menggosok lengan kiri.
7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea.
8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat pembuluh darah arteri.
2) Riwayat merokok.
3) Kebiasaan olahraga yang tidak teratur.
4) Riwayat Diabetes Melitus, hipertensi, gagal jantung kongestif.
5) Riwayat penyakit pernafasan kronis.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung atau Infark Miokard Akut
(IMA), Diabetes Melitus, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler
periver.
4. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien Infark
Miokard Akut (IMA) biasanya baik atau kompos mentis (CM) dan
27
akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat.
a. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel
kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada
Infark Miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat
terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan
tangan.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard
Akut (IMA)tanpa komplikasibiasanya ditemukan.
3) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut
28
(IMA). Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya tidak ditemukan pada Infark Miokard Akut (IMA)
tanpa komplikasi.
4) Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
c. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan
sianosi perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat
infark pada miokardium.
d. B4 (Bledder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya
oliguri pada klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran,
penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark
Miokard Akut (IMA).
f. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering
merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
29
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang
ditemukan adalah takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun
saat beraktivitas.
Kaji personale hegiene klien dengan menanyakan apakah
klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
2.3.2 Kemungkinan Diagnosa yang Muncul
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai
status kesehatan atau masalah aktual atau resiko mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau
menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya (Tarwoto&Wartonah).
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi
aktual, potensial, resiko dan kemumgkinan.
1. Aktual: Diagnose keperawatan menggambarkan menilaian klinik
yang harus di falidasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh:
jalan nafas tidak efektif karena adanya akumulasi secret.
2. Potensial: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi
klien kearah yang lebih positif (atau kekutaan). Contoh: potensial
peningkatan status kesehatan klien berhubungan dengaan intake
nutrisi yang adekuat.
3. Resiko: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis
individu lebih rentan mengalami masalah. Contoh: Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang manajemen penyakit.
30
4. Kemungkinan: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan
kondisi klinik individu yang memperlukan data tambahan sebagai
faktor pendukung yang lebih akurat.
Jadi yang di maksud diagnose keperawatan adalah pernyataan yang
jelas yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu
secara aktual, potensial, resiko atau kemungkinan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Infark Miokard Akut
(IMA) :
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari
penurunan suplai darah kemiokardium, peningkatan produksi asam
laktat.
2. Aktual/ resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan
dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Terdapat empat hal yang harus diperhatikan :
1. Menentukan prioritas masalah
c. Berdasarkan hirarki Maslow, yaitu: fisiologis, keamanan atau
keselamatan, mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
d. Berdasarkan Griffith-Kenney, dengan urutan
1) Ancaman kehidupan kesehatan .
2) Sumber daya dan dana tersedia.
3) Peran serta klien.
4) Prinsip ilmiah dan praktek keperawatan
31
5) Menentukan tujuan
2. Dalam menentukan tujuan,
Digambarkan kondisi yang diharapkan disertai jangka waktu.
3. Menentukan kriteria hasil
Terdapat hal-hal berikut yang diperhatikan :
a. Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu
b. Bersifat realistik, dalam menentukan tujuan harus di
pertimbangkan faktor fisiologi atau patologi.
c. Dapat diukur, pasien dapat menyebutkan tujuan dan dapat
mendemostrasikan.
d. Mempertimbangkan keinginan dan keadaan pasien
4. Merumuskan intervensi
Dengan mengacu pada Nursing Intervention Classification
(NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC).
Jadi yang dimaksud dengan intervensi keperawatan adalah
rencana tindakan untuk menghilangkan atau mencegah permasalahan
kesehatan yang dihadapi klien dengan berdasarkan prioritas masalah,
tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar
manusia/hirarki Maslow.
32
Tabel 2.3 Diagnosa dan Intervensi (Tim Pokja, 2017) (Bulechek, 2013) Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
Nyeri Akut berhubungan
dengan ketidakseimbangan
suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan
miokardium akibat
sekunder dari penurunan
suplai darah
kemiokardium,
peningkatan produksi asam
laktat.
Definisi : pengalaman
sensori atau emosional
yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan
onset mendadak atau
lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3
bulan.
Batasan Karateristik :
1. Bukti nyeri dengan
menggunakan
standart daftar periksa
nyeri untuk pasien
yang tidak dapat
mengungkapkannya
(misalnya., Neonatal
Infant Pain Scale,
Pain Assesment
Checklist for Senior
with Limited Ability
to Communicate).
2. Diaforesis
3. Dilatasi pupil
4. Ekspresi wajah nyeri
(misalnya., mata
kurang bercahaya,
tampak kacau,
gerakan mata
berpencar atau tetap
pada satu fokus,
meringis).
5. Fokus menyempit
(misalnya., persepsi
waktu, proses berpikr,
interaksi dengan
orang dan
lingkungan).
6. Fokus pada diri
sendiri
NOC :
1. Kontrol nyeri
Indikator :
a. Mengenali kapan nyeri
terjadi
b. Menggambarkan faktor
penyebab
c. Menggunakan jurnal harian
untuk memonitor gejala dari
waktu ke waktu
d. Menggunakan tindakan
pencegahan
e. Menggunakan tindakan
pengurangan (nyeri) tanpa
analgesik
f. Menggunakan analgesik
yang direkomendasikan
g. Melaporkan perubahan
terhadap gejala nyeri pada
profesional kesehatan
h. Melaporkan gejala yang
tidak terkontrol pada
profesional kesehatan
i. Menggunakan sumber daya
yang tersedia
j. Mengenali apa yang terkait
dengan gejala nyeri
k. Melaporkan nyeri yang
terkontrol
Skala :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang
menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten
menunjukkan
2. Tanda-tanda vital
Indikator :
a. Suhu tubuh
b. Denyut jantung apikal
c. Irama jantung apikal
d. Denyut nadi radial
e. Tingkat pernapasan
f. Irama pernapasan
g. Tekanan darah sistolik
h. Tekanan darah diastolik
i. Tekanan nadi
j. Kedalaman inspirasi
Skala :
1 = devisiasi berat dari kisaran
normal
Manajemen nyeri :
1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau
durasi, frekuensi,
kwalitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Observasi adanya
petunjuk non verbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada mereka
yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif.
3. Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Gunakan stategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
5. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
6. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur,
nafsu makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan
tanggung jawab peran).
8. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
9. Evaluasi pengalaman
nyeri dimasa lalu yang
meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
disability/ketidakmampu
an/kecatatan, dengan
tepat
33
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification) 7. Keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala
nyeri (misalnya.,
skala Wong-
Baker FACES,
skala analog
visual, skala
penilaian
numerik).
8. Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan
menggunakan
standart
instrumen nyeri
(misalnya.,
McGill Pain
Questionnaire,
Brief Pain
Inventory).
9. Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas
(misalnya.,
anggota keluarga,
pemberi asuhan).
10. Mengekspresikan
perilaku
(misalnya.,
gelisah,
merengek,
menangis,
waspada).
11. Perilaku distraksi
12. Perubahan pada
parameter
fisiologis
(misalnya.,
tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi
pernapasan,
saturasi oksigen,
dan end-tidal
karbon dioksida
[CO₂]). 13. Perubahan posisi
untuk
menghindari nyeri
14. Perubahan selera
makan
15. putus asa
2 = Deviasi yang cukup besar
dari kisaran normal
3 = devisiasi sedang
dari kisaran normal
4 = devisiasi ringan dari
kisaran normal
5 = tidak ada devisiasi
dari kisaran normal
3. Kepuasan klien:
menejemen nyeri
Indikator :
a. Nyeri terkontrol
b. Tingkat nyeri dipantau
secara reguler
c. Efek samping obat
terpantau
d. Mengambil tindakan
untuk mengurangi nyeri
e. Mengambil tindakan
untuk memberikan
kenyamanan
f. Mengambil tindakan
untuk mengelola obat-
obatan
g. Mempertimbangkan
pilihan individu
h. Memberikan pilihan-
pilihan untuk menejemen
nyeri
i. Menejemen nyeri sesuai
dengan keyakinan budaya
j. Pendekatan-pendekatan
preventif digunakan
untuk menejemen nyeri
k. Memberikan informasi
tentang pembetasan
aktivitas
l. Informasi disediakan
untuk mengurangi nyeri
m. Memberikan pilihan-
pilihan untuk menejemen
nyeri setelah kepulangan
n. Membuat rujukan kepada
kelompok pendukung
o. Layanan kesehatan
bekerja sebagai salah satu
tim dalam mengelola
nyeri
10. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lainnya,
mengenai efektivitas
tindakan pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan
sebelumnya
11. Bantu keluarga dalam
mencari dan menyediakan
dukungan.
12. Gunakan metode penilaian
yang sesuai dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk
memonitor perubahan nyeri
dan akan dapat membantu
mengidentifikasi faktor
pencetus actual dan
potensial(misalnya catatan
perkembangan, catatan
harian)
13. Tentukan kebutuhan
frekuensi untuk melakukan
pengkajian ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
14. Berikan informasi mengenai
nyeri seperti penyebab,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
15. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan(misalnya
suhu ruangan, pencahayaan,
suara bising)
16. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton,
dan kurang pengetahuan)
17. Pertimbangkan keinginan
pasien untuk berpartisipasi,
kemampuan berpartisipasi,
kecenderungan, dukungan
dari orang terdekat terhadap
metode dan kontraindikasi
ketika memilih strategi
penurunan nyeri
34
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification) 16. sikap
melindungi area
nyeri
17. sikap tubuh
melindungi
p. Membuat rujukan
keprofesional kesehatan
dalam menejemen nyeri
sesuai kebutuhan
q. Masalah keamanan
ditangani dengan
penggunaan obat nyeri
Skala :
1 = tidak puas
2 = agak puas
3 = cukup puas
4 = sangat puas
5 = sepenuhnya puas
18. Pilih dan implementasikan
tindakan yang
beragam(misalnya
farmakologi, non
farmakologi. Interpersonal)
untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai
dengan kebutuhan.
19. Ajarkan prinsip-prinsip
menejemen nyeri
20. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
21. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dengan
tepat
22. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti
biofeed-back, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatis, terapi
musik, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupressure,
aplikasi panas atau dingin
dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat ; dan bersama
dengan tindakan penurunan
rasa nyeri lainnya)
23. Gali penggunaan metode
farmakologi yang dipakai
pasien saat ini untuk
menurunkan nyeri
24. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
25. Dorong pasien untuk
menggunakan obat-obatan
penurun nyeri yang adekuat
26. Kolabirasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
35
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
27. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesik
Implementasikan
penggunaan pasien –
terkontrol analgesik(PCA)
jika sesuai
28. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat
29. Berikan obat sebelum
melakukan aktivitas untuk
meningkatkan partisipasi,
namun (lakukan) evaluasi
(mengenai) bahaya dari
sedasi
30. Pastikan pemberian
analgesik dan atau strategi
non farmakologi sebelum
di lakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
Periksa tingkat
ketidaknyamanan bersama
pasien, informasikan
petugas kesehatan lain
yang merawat pasien
31. Evaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan
32. Mulai dan modifikasi
tindakan pengontrol nyeri
berdasakan respon pasien
33. Dukung istirahat atau tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
34. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai kebutuhan
35. Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
36
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
36. Informasikan tim kesehatan
lain atau anggota keluarga
mengenai strategi non
farmakalogi yang sedang di
gunakan untuk mendorong
pendekatan prefentif terkait
denagan manajemin nyeri
37. Gunakan pendekatan multi
disiplin untuk menejemen
nyeri, jika sesuai
38. Pertimbangkan untuk
merujuk pasien, keluarga
dan orang terdekat pada
kelompo pendukung dan
sumber-sumber lainnya,
sesuai kebutuhan
39. Berikan informasi yang
akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
40. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri,
jika memungkinkan
41. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik
Monitor tanda-tanda vital :
1. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat.
2. Catat gaya dan fluktuasi
yang luas pada tekanan
darah
3. Monitor tekanan darah
saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
sebelum dan setelah
perubahan posisi
4. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat
jika memungkinkan.
5. Auskultasi tekanan darah
dikedua lengan dan
bandingkan
6. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan
pernapasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat
7. Inisiasi dan pertahankan
perangkat pemantauan
suhu tubuh secara terus
menerus dengan tepat
37
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
8. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipotermia dan
hipertermia
9. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
10. Ambil nadi apikal dan radial
secara simultan dan
perhatikan perbedaanya
dengan tepat
11. Monitor terkait dengan nadi
paradoksus
12. Monitor terkait dengan nadi
alternatif
13. Monitor tekanan nadi yang
melebar atau menyempit
14. Monitor irama dan tekanan
jantung
15. Monitor nada jantung
16. Monitor irama dan laju
pernapasan (misalnya,
kedalaman dan kesimetrisan)
17. Monitor suara paru-paru
18. Monitor oksimetri nadi
19. Monitor pola pernapasan
abnormal (misalnya, cheyne-
stokes, kussmaul, biot,
apneustik, ataksia dan
bernafas)
20. Monitor warna kulit suhu dan
kelembaban
21. Monitor sianosis sentral dan
perifer
22. Monitor akan adanya kuku
(dengan bentuk) clubbing
23. Monitor terkait dengan
adanya tiga tanda Chusing
reflex (misalnya, tekanan nadi
lebar, bradikardia, dan
peningkatan tekanan darah
sistolik).
24. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital
25. Periksa secara berkala
keakuratan instrumen yang
digunakan untuk perolehan
data pasien
Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien.
38
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi
obat
4. Evaluasi kemampuan pasien
untuk berperan serta dalam
pemilihan analgetik, rute dan
dosis dan keterlibatan pasien,
sesuai kebutuhan
5. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik yang
sesuai ketika lebih dari satu
diberikan
6. Tentukan pilihan obat
analgesik (narkotik, non
narkotik, atau NSAID),
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
7. Tentukan analgesik
sebelumnya, rute pemberian,
dan dosis untuk mencapai
hasil pengurangan nyeri yang
optimal
8. Pilih rute intravena daripada
rute intramuskular, untuk
injeksi pengobatan nyeri yang
sering, jika memungkinkan
9. Tinggalkan narkotik dan
obat-obat lain yang dibatasi,
sesuai dengan aturan rumah
sakit
10. Monitor tanda vital sebelum
dan setelah memberikan
analgesik narkotik pada
pemberian dosis pertama kali
atau jika ditemukan tanda-
tanda yang tidak biasanya
11. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas
lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
12. Berikan analgesik sesuai
waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat
13. Susun harapan yang positif
mengenai keefektifan
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
39
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
14. Berikan analgesik tambahan
dan/atau pengobatan jika
diperlukan untuk
meningkatkan efek
pengurangan nyeri
15. Pertimbangkan penggunaan
infus terus-menerus, baik
sendiri atau digabungkan
dengan opioid bolus, untuk
mempertahankan level
serum
16. Jalankan tindakan
keselamatan pada pasien
yang menerima analgesik
narkotika, sesuai kebutuhan
17. Mintakan pengobatan nyeri
PRN sebelum nyeri menjadi
parah
18. Informasikan pasien yang
mendapatkan narkotika
bahwa rasa mengantuk
kadang terjadi selama 2-3
hari pertama pemberian dan
selanjutnya akan
menghilang
19. Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan anggota
keluarga yang mungkin
keliru tentang analgesik
20. Evaluasi keefektifan
analgesik dengan interval
yang teratur pada setiap
setelah pemberian
khususnya setelah
pemberian pertama kali,
juga observasi adanya tanda
dan gejala efek samping
(misalnya, depresi
pernafasan, mual dan
muntah, mulut kering dan
konstipasi)
21. Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping
22. Evaluasikan dan
dokumentasikan tingkat
sedasi dari pasien yang
menerima opioid
23. Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
samping analgesik (misalnya,
konstipasi dan iritasi
lambung)
40
Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcomes
Classification)
NIC (Nursing Intervention
Classification)
24. Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik
25. Ajarkan tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk
menurunnkan efek samping,
dan harapan terkait dengan
keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri (Independen)
Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan
keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah
kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi
Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama,
seperti dokter atau petugas kesehatan lain .
Berdasarkan referensi diatas, impelementasi merupakan tindakan
nyata yang dilakukan terhaadap klien sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi.
41
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi
merupakan hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan
berdasarkan kriteria.
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang di gunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang
menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah di gunakan untuk
mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral, RSUD
Jombang.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
memahami judul penelitian, dalam penelitian inisebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan
pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan
perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual
maupun potensial.
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Klien dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan
masalah keperawatan yang sama.
3. Infark Miokard Akut (IMA)adalah kematian jaringan otot jantung
(miokard) yang disebabkan oleh insufisiensi suplai atau banyaknya darah
baik relatif maupun secara absolut (Muwarni, 2011).
43
4. Nyeri Akut yaitu pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja, 2017).
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu
kegiatan, keikutsertaan dan peran serta.
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah klien dengan Infark
Miokard Akut (IMA) yang memiliki masalah keperawatan nyeri akut dan
dilakukan menggunakan teknik konsekutif sampling. Sehingga klien yang
dikaji adalah klien yang ditemui saat penelitian sebanyak 2 klien dengan
diagnosa medis Infark Miokard Akut (IMA)dengan masalah Nyeri Akut di
ruang ICU Sentral RSUD Jombang. Klien yang dipilih adalah klien yang di
rawat di Rumah Sakit dari hari pertama sampai hari ketiga.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang ICU Sentral RSUD Jombang
yang beralamat di JL.KH Wahid Hasyim No.52 Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan
Januari 2018 sampai dengan Februari 2018.
44
3.5 Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun
teknik tersebut adalah :
1. Pengajuan surat permohonan ijin penelitian
Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari
pengajuan surat pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan
kemudian diproses ke BAAK (Biro Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan), setelah surat permohonan ijin penelitian telah selesai di
proses, maka surat tersebut akan langsung di sampaikan ke BAKORDI
RSUD Jombang dimana peneliti akan mendapatkan surat balasan yang
menyertakan data serta pembagian tempat atau ruangan yang sesuai
dengan responden yang akan dilakukan penelitian oleh peneliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu, biasanya
antara 2 orang yang saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi kasus
ini, peneliti menggunakan 2 jenis yaitu autoanamnesa (wawancara
langsung dengan klien) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
klien).
3. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau
45
kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia dan
melakukan evaluasi (Suryono, 2013). Pemeriksaan fisik pada kasus ini
menggunakan metode IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi).
4. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber
berupa catatan. Yang diamati dalam studio dokumentasi adalah benda mati
(Suryono, 2013). Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi
berupa catatan hasil data rekam medis, hasil lab, dan hasil pemeriksaan
diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas dan atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas penelitian (karena peneliti
menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan :
1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang pernah
mengalami masalah yang sama.
3.7 Analisa Data Menurut Tri, 2015
Analisa Data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis
yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian
46
yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari WOD (Wawancara, Observasi, Dokumen).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis
berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai
normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas
dari klien.
4. Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.
47
3.8 Etik Penelitian
1. Informed consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi untuk
menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden
atau tanpa nama (anonimity).
3. Confidentiality (rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada responden
dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2014).
48
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data
RSUD Kabupaten Jombang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah
Daerah Jombang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan Kesejahteraan Sosial
No. 238/MenKes-Kesos/SK/2001 RSUD Jombang menjadi RSUD Type B
Non Pendidikan dan pada Tahun 2015 RSUD Jombang telah terakreditasi
versi 2012 dengan predikat Tingkat PARIPURNA Tahun 2015-2018.
Lokasi RSUD Jombang berada di jalan KH. Wakhid Hasyim 52 Jombang.
RSUD Jombang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
non spesialis. Rumah sakit ini mampu menampung rujukan dari rumah sakit
swasta dan puskesmas yang berada di sekitar wilayah Jombang.
Kapasitas RSUD Jombang terdiri atas 486 tempat tidur rawat inap, 2
tempat tidur suite room, 52 tempat tidur di kelas VIP/VVIP, 50 tempat tidur
di kelas I, 65 tempat tidur di kelas II, 184 tempat tidur dikelas III, 28 tempat
tidur di ICU dan 105 tempat tidur di HCU. RSUD Jombang memiliki
pelayanan rawat jalan sebanyak 22 poliklinik yang terdiri dari 18 poli
spesialis dan 4 poli non spesialis serta 8 instalasi rawat inap yang saat ini
sudah berbentuk SMF. Pelayanan juga dilengkapi dengan Instalasi Gawat
Darurat (IGD), Instalasi Laboratorium Klinik, Instalasi Laboratorium
Patologi Anatomi, Instalasi Radiologi, Instalasi ICU Sentral, Instalasi Bedah
49
Sentral, Instalasi Sterilisasi Sentral, kefarmasian, pelayanan gizi dan
rehabilitasi medic
Pengkajian di lakukan di Ruang ICU Sentral, dengan kapasitas 10
tempat tidur dengan 6 klien yang rawat inap disertai ventilasi dan ruangan
yang bersih
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Dengan IMA (Infark Miokard Akut) Dengan Masalah
Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang, 2018 Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Tn.J Tn.R
Umur 42 Tahun 46Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTA SD
Pekerjaan Karyawan swasta Petani
Status Perkawinan Sudah menikah Sudah menikah
Alamat Diwek, jombang Tapen, Jombang
Suku/bangsa Jawa/WNI Jawa/WNI
Tanggal MRS 21 April 2018 24 April 2018
Tanggal Pengkajian 24 April 2018 24 April 2018
Jam Pengkajian 10.00 WIB 11.00 WIB
No. RM 400XXX 155XXX
Diagnosa Masuk IMA (Infark Miokard Akut) IMA (Infark Miokard Akut)
Sumber : Data Primer (2018)
2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien Dengan IMA (Infark Miokard Akut) Dengan
Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU SentralRSUD Jombang, 2018 Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri dada
sebelah kanan
Klien mengatakan nyeri dada
sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan saat
dirumah pukul 22.00 WIB
klien mengatakan nyeri dada
sebelah kanan kemudian
hilang saat dipakai istirahat.
Klien mengatakan nyeri dada
sebelah kanan tembus
kebelakang kemudian dibawa
ke puskesmas Tapen lalu
dirujuk ke IGD RSUD
50
Keesokan harinya saat
bekerja klien merasakan nyeri
kembali di bagian dada
sebelah kanan dan sesak,
pukul 15.09 WIB klien
dibawa ke IGD RSUD
Jombang lalu dirawat di ICU
Sentral
P: nyeri timbul saat
beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-
remas
R: nyeri timbul didada
sebelah kanan menjalar ke
bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 15-20 menit
Jombang pukul 08.28 WIB
kemudian klien dipindah ke
ICU Sentral
P: Nyeri muncul saat
beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-
remas
R: nyeri timbul dari dada
sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 5-10 menit
Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit
dahulu
Klien mengatakan memiliki
riwayat hipertensi sejak 6
tahun yang lalu
Riwayat Keluarga Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit
keturunan
Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit
keturunan
Riwayat Alergi Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi
Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi
Sumber : Data Primer (2018)
3. Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon / Pendekatan Sistem)
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan Klien Dengan IMA (Infark Miokard
Akut)Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU SentralRSUD
Jombang, 2018 Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2
Pola Nutrisi Di Rumah: klien makan 1
porsi sedang sebanyak 3 kali
sehari
Di Rumah Sakit: klien makan
3 kali sehari 1 porsi habis
Di Rumah: klien makan 1
piring habis, makan 3 kali
sehari, kadang-kadang hanya
2 kali
Di Rumah Sakit: klien makan
3 kali sehari 1 porsi sisa
sedikit
Pola Eliminasi Di Rumah: klien BAB 1 kali
dalam 2 hari, BAK 2-3 kali
sehari
Di Rumah Sakit: BAB 1 kali
dalam 2 hari, BAK 780cc
dalam 24 jam
Di Rumah: klien BAB 1 hari
sekali, BAK 2-3 kali sehari
Di Rumah Sakit: Belum BAB
selama 2 hari, BAK 700cc
dalam 24 jam
Pola Istirahat-Tidur Di Rumah: tidur malam mulai
pukul 22.00-04.00 WIB
Di Rumah Sakit: tidur malam
mulai pukul 21.00-02.00 WIB,
tidur siang pukul 11.00-12.00
WIB sering terbangun
Di Rumah: tidur malam
mulai pukul 22.00-05.00
WIB, tidur siang kadang-
kadang
Di Rumah Sakit: tidur malam
mulai pukul 21.00-01.00
WIB sering terbangun, tidur
siang pukul 10.00-12.00
sering terbangun
51
Pola Aktivitas Di Rumah: mandiri
Di Rumah Sakit: istirahat total,
aktivitas dibantu perawat dan
keluarga
Di Rumah: mandiri
Di Rumah Sakit: istirahat
total, aktivitas dibantu
perawat dan keluarga
Pola Reproduksi Seksual Klien sudah menikah
mempunyai 1 orang anak, istri
masih hidup.
Klien sudah menikah
mempunyai 4 orang anak,
istri masih hidup.
Pola Penanggulangan Stres Saat ada masalah klien selalu
membicarakan bersama
dengan sang istri
Saat ada masalah klien selalu
membicarakan bersama
dengan sang istri dan anak-
anaknya
Sumber : Data Primer (2018)
4. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan head to toe / Pendekatan sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Klien Dengan IMA (Infark Miokard Akut) Dengan
Masalah Nyeri Akut di RuangICU SentralRSUD Jombang, 2018 Observasi Klien 1 Klien 2
Suhu 364ᵒC 368ᵒC
Nadi 80 x/menit 96x/menit
Tekanan Darah 130/80 mmHg 130/80mmHg
Respiratori Rate 28x/menit 22x/menit
SPO2 98% 98%
Glascow Coma Scale 4 5 6 4 5 6
Kesadaran Composmentis Composmentis
Keadaran Umum Lemah lemah
GDA 176 mg/dl 156 mg/dl
Pemeriksaan Fisik B1 breathing Inspeksi: bentuk dada simetris,
nafas pendek dan cepat RR: 28
x/menit
Palpasi: nyeri tekan epigastrium
Perkusi: sonor (paru-paru kanan
dan kiri normal)
Auskultasi: suara nafas normal
(vesikuler), tidak ada suara nafas
tambahan
Inspeksi: bentuk dada
simetris, nafas teratur RR:
22 x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri
tekan
Perkusi: sonor (paru-paru
kanan dan kiri normal)
Auskultasi: suara nafas
normal (vesikuler), tidak ada
suara nafas tambahan
B2 blood Inspeksi: bentuk dada simetris
Palpasi: nyeri tekan epigastrium,
Nadi 80x/menit,
Auskultasi: tidak ada bunyi nafas
tambahan, Tekanan Darah 130/80
mmHg, S1 S2 tunggal
Inspeksi: bentuk dada
simetris
Palpasi: nyeri tekan
epigastrium, Nadi
96x/menit,
Auskultasi: tidak ada bunyi
nafas tambahan, Tekanan
Darah 130/80 mmHg, S1 S2
tunggal
B3 brain Inspeksi: kesadaran 4 5 6,
composmentis
Keadaan umum lemah
Inspeksi: kesadaran 4 5 6,
composmentis
Keadaan umum lemah
52
Palpasi: tidak ada nyeri tekan Palpasi: tidak ada nyeri
tekan
B4 bladder Inspeksi: terpasang kateter dari
IGD tanggal 21 April 2018 pukul
15.00 WIB
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
dibagian suprapubik
Inspeksi: terpasang kateter
dari IGD tanggal 24 April
2018 pukul 06.00 WIB
Palpasi: tidak ada nyeri
tekan dibagian suprapubik
B5 bowel Inspeksi: bentuk simetris
Palpasi: nyeri tekan bagian
epigastrium
Perkusi: timphani
Auskultasi: bising usus normal
Inspeksi: bentuk simetris
Palpasi: nyeri tekan bagian
epigastrium
Perkusi: timphani
Auskultasi: bising usus
normal
B6 bone Inspeksi: tidak ada oedema,
terpasang infus RL sebelah kanan
5 5
5 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Inspeksi: tidak ada oedema,
terpasang infus RL sebelah
kanan
5 5
5 5
Palpasi: tidak ada nyeri
tekan
Data psikososial spiritual Klien mengatakan sering
mengikuti pengajian dan arisan
disekitar lingkungan rumah
Klien mengatakan setiap
bulan mengikuti acara
dikampung yaitu arisan
Sumber : Data Primer (2018)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik Klien Dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Pemeriksaan Diagnostik pada Tn.J Pemeriksaan Diagnostik pada Tn.R
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 21-4-
2018.
Kesimpulan: left anterior hemiblock,
abnormal ECG,abberrant ventricular complex
found, ST elevasi
Pemeriksaan Thorax AP pada tanggal 21-4-
2018
Kesimpulan: kesan kardiomegali, pulmo tak
tampak kelainan
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25-4-
2018
Kesimpulan:left anterior hipertropy,
abnormal ECG,abberrant ventricular complex
found, sinus takikardi
Tabel 4.6 Pemeriksaan LaboratoriumKlien Dengan IMA (Infark Miokard
Akut)Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD
Jombang, 2018 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Klien 1
Klien 2
Kalium
Darah lengkap otomatis
Hemoglobin
Lekosit
Hematokrit
Eritrosit
3,92
15,4
8.400
47,5
5.440.000
3,34
12,78
7.600
35,50
4.568.000
3,80-5,50 meq/l
L: 13,2-17,3 P: 11,7-15,5 g/dl
L: 3.800-10.600 P: 3.600-11.000/ul
L: 40-52 P: 35-47%
L: 4,5-5,5;P 4-5 juta/ul
53
Trombosit
Hitung jenis
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu
Kreatinin serum
Urea
SGOT
SGPT
Natrium
Klorida
422.000
-
-
-
55
33
12
176
0,97
18,9
24
22
140
108
376.000
-
-
-
52
35
10
156
0,83
16,5
20
26
143
99
150.000-350.000/cmm
1-3%
3-5%
50-65%
25-35%
4-10%
,200 mg/dl
L<1,5;P<1,2 mg/dl
10-50 mg/dl
<38 u/l
<40 u/l
136-144 meq/l
96-107 meq/l
4.1.3 Terapi Obat
Tabel 4.7 Pemberian Terapi Klien Dengan IMA (Infark Miokard Akut) Dengan
Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang, 2018 Terapi
Klien 1
Tanggal: 25 April 2018
Klien 2
Tanggal: 25 April 2018
Infus RL
Injeksi furosemid
Injeksi pumpicel
Injeksi arixtra
Peroral :
ISDN
ASA
CPG
500cc/24 jam
1x40mg
1x40mg
1x2,5mg
3x5mg
1x80mg
1x75mg
Infus RL
Injeksi furosemid
Injeksi ranitidin
Injeksi arixtra
Peroral :
ISDN
Codein
Spironolakton
ASA
CPG
500cc/24 jam
2x20mg
2x500mg
1x2,5mg
3x5mg
3x10mg
1x25mg
1x80mg
1x75mg
Sumber : Data Primer (2018)
4.1.4 Analisa Data
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 Dengan IMA (Infark Miokard Akut)Dengan
Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang, 2018 Data Etiologi Masalah Keperawatan
KLIEN 1
Data Subyektif: klien
mengatakan nyeri dada
sebelah kanan dan sesak
Data Obyektif:
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4 5 6 CRT: < 2 detik
SPO2: 98%
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 80 x/menit
RR: 28 x/menit
ketidakseimbangan suplai
darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium
Nyeri akut
54
S: 364ᵒC
P: nyeri timbul saat
beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-
remas
R: nyeri timbul didada
sebelah kanan menjalar
ke bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 15-20 menit
KLIEN 2
Data subyektif: Klien
mengatakan nyeri dada
sebelah kanan tembus
kebelakang
Data obyektif:
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4 5 6 CRT: < 2 detik
SPO2: 98%
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 96 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 368ᵒC
P: Nyeri muncul saat
beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-
remas
R: nyeri timbul dari dada
sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 5-10 menit
ketidakseimbangan suplai
darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium
Nyeri akut
4.1.5 Diagnosa Keperawatan
Klien 1: Nyeri Akut berhubungan denganketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dengan kebutuhan miokardium
Klien 2: Nyeri Akut berhubungan denganketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dengan kebutuhan miokardium
55
4.1.6 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Klien Dengan IMA (Infark Miokard
Akut)Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD
Jombang, 2018 Diagnosis Keperawatan NOC
(Tujuan, Kriteria Hasil) NIC
KLIEN 1 (Tn.J)
Nyeri Akut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
nyeri hilang
Dengan kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
4. Tanda vital dalam
rentang normal
Skala :
1 = tidak pernah
menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang
menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten
menunjukkan
Managemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan(misalnya
suhu ruangan, pencahayaan, suara
bising)
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (seperti relaksasi)
4. Dukung istirahat atau tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan
nyeri.
Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
2. Berikan analgesik tambahan dan/atau
pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri
3. Pertimbangkan penggunaan infus terus-
menerus, baik sendiri atau digabungkan
dengan opioid bolus, untuk
mempertahankan level serum
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping analgesik
misalnya (konstipasi, dan iritasi
lambung)
KLIEN 2 (Tn.R)
Nyeri Akut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
nyeri hilang
Dengan kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurang
Managemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan(misalnya
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
56
(Tujuan, Kriteria Hasil)
nyeri)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
4. Tanda vital dalam
rentang normal
Skala :
1 = tidak pernah
menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang
menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten
menunjukkan
suhu ruangan, pencahayaan, suara
bising)
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (seperti relaksasi)
4. Dukung istirahat atau tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan
nyeri.
Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
2. Berikan analgesik tambahan dan/atau
pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri
3. Pertimbangkan penggunaan infus terus-
menerus, baik sendiri atau digabungkan
dengan opioid bolus, untuk
mempertahankan level serum
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
Sumber : Bullechek (2013)
4.1.7 Implementasi Asuhan Keperawatan pada klien IMA (Infark Miokard
Akut) Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang ICU Sentral RSUD
Jombang, 2018
Tabel 4.10 Implementasi keperawatan dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf 25 April 2018
Klien 1 (Tn.J)
10:00
10.20
10.25
Managemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset atau durasi, frekuensi,
kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus dengan menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
dengan cara membatasi pengunjung dan membatasi
pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi dengan
57
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
10.35
10.45
11.05
11.15
11.20
cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan pasien
istirahat selama 6-8 jam dan menghindari memikirkan
hal-hal yang berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan keparahan
nyeri sebelum mengobati pasien dengan menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg
3. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-menerus,
baik sendiri atau digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level serum dengan memonitor
tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
4. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesik dengan cara tidak boleh mengejan saat
BAB dan batuk mengejan.
25 April 2018
Klien 2 (Tn.R)
12.00
12.20
12.25
12.35
12.45
13.05
Managemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset atau durasi, frekuensi,
kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus dengan menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
dengan cara membatasi pengunjung dan membatasi
pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi dengan
cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan pasien
istirahat selama 6-8 jam dan menghindari memikirkan
hal-hal yang berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan keparahan
nyeri sebelum mengobati pasien dengan menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
58
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
13.15
13.20
3. tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg dan Codein 3x10
mg
4. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-menerus,
baik sendiri atau digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level serum dengan memonitor
tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
5. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesik dengan cara tidak boleh mengejan
saat BAB dan batuk mengejan.
26 April 2018
Klien 1 (Tn.J)
09.10
09.30
09.35
09.45
09.55
10.15
10.25
10.30
Managemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus dengan menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke
bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan dengan cara membatasi pengunjung
dan membatasi pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi
dengan cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan
pasien istirahat selama 6-8 jam dan menghindari
memikirkan hal-hal yang berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien dengan
menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke
bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg
3. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-menerus,
baik sendiri atau digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level serum dengan memonitor
tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
4. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesik dengan cara tidak boleh mengejan
saat BAB dan batuk mengejan.
59
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
26 April 2018
Klien 2 (Tn.R)
11.00
11.20
11.25
11.35
11.45
12.05
12.15
12.20
Managemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus dengan menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan dengan cara membatasi pengunjung
dan membatasi pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi
dengan cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan
pasien istirahat selama 6-8 jam dan menghindari
memikirkan hal-hal yang berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien dengan
menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg dan Codein
3x10 mg 3. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-menerus,
baik sendiri atau digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level serum dengan
memonitor tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
4. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
efek samping analgesik dengan cara tidak boleh
mengejan saat BAB dan batuk mengejan.
27 April 2018
Klien 1 (Tn.J)
08.45
09.05
Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus dengan menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke
bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
60
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
09.10
09.30
09.40
ketidaknyamanan dengan cara membatasi pengunjung
dan membatasi pencahayaan.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien dengan
menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke
bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg
3. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-
menerus, baik sendiri atau digabungkan dengan
opioid bolus, untuk mempertahankan level serum
dengan memonitor tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
27 April 2018
Klien 2 (Tn.R)
10.00
10.20
10.25
10.35
10.45
11.05
Managemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus dengan menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan dengan cara membatasi pengunjung
dan membatasi pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi
dengan cara mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan
pasien istirahat selama 6-8 jam dan menghindari
memikirkan hal-hal yang berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien dengan
menanyakan
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan dan/atau pengobatan jika diperlukan untuk
meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
61
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
11.15
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg dan Codein 3x10
mg
3. Mempertimbangkan penggunaan infus terus-
menerus, baik sendiri atau digabungkan dengan
opioid bolus, untuk mempertahankan level serum
dengan memonitor tetesan permenit infus yaitu 7 tpm
4.1.8 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien IMA (Infark Miokard
Akut)Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Klien 1 Dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
25 April 2018 13:30 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan dan sesak
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
TTV:
TD: 130/70 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 26 x/menit
S: 36ᵒC
SPO2 : 98%
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1-6)
62
Tabel 4.12 Evaluasi Keperawatan Klien 2 dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
25 April 2018 13:45 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan tembus punggung
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 366ᵒC
SPO2: 98%
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1-6)
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan Klien 1 dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
26 April 2018 12:30 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan dan sesak mulai
berkurang
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
TTV: TD: 130/80 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 361ᵒC
SPO2 : 98%
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 10-15 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1-3)
63
Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Klien 2 dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
26 April 2018 12:45 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan tembus punggung
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36ᵒC
SPO2: 98%
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1,3,4,5,6,7)
Tabel 4.15 Evaluasi Keperawatan Klien 1 dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang,
2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
27 April 2018 11.25 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan jarang timbul
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 76 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36ᵒC
SPO2 : 98%
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 10-15 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan klien pindah ruangan
64
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan Klien 2 dengan IMA (Infark Miokard Akut)
Dengan Masalah Nyeri Akut di Ruang ICU Sentral RSUD Jombang, 2018 Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
27 April 2018 11:40 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan tembus punggung
mulai berkurang
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
TTV:
TD: 140/70 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 364ᵒC
SPO2: 98%
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dipertahankan
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Tn.J dan Tn.Rdi ruang ICU
SentralRSUD Jombang pada kasus IMA (Infark Miokard Akut) dengan
masalah nyeri akut dilakukan pembahasan mengenai :
4.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif/ Data Objektif
a. Klien 1 (Tn.J) mengatakan saat dirumah pukul 22.00 WIB klien
mengatakan nyeri dada sebelah kanan kemudian hilang saat dipakai
istirahat. Keesokan harinya saat bekerja klien merasakan nyeri
kembali di bagian dada sebelah kanan dan sesak, pukul 15.09 WIB
klien dibawa ke IGD RSUD Jombang lalu dirawat di ICU Sentral
P: nyeri timbul saat beraktivitas
65
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
b. Klien 2 (Tn.R) mengatakan nyeri dada sebelah kanan tembus
kebelakang kemudian dibawa ke puskesmas Tapen lalu dirujuk ke
IGD RSUD Jombang pukul 08.28 WIB kemudian klien dipindah ke
ICU Sentral
P: Nyeri muncul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 05-10 menit
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian jaringan otot
jantung (miokard) yang disebabkan oleh insufisiensi suplai atau banyaknya
darah baik relatif maupun secara absolut (Muwarni, 2011).Pada
pasienInfark Miokard Akut (IMA) nyeri yang timbul merupakan tanda
yang muncul saat adanya infark yang disebabkan oleh iskemia yang
berlangsung selama kurang lebih 30-45 menit. Iskemia terjadi akibat
kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah mengalami gangguan karena adanya sumbatan trombosis plak
ateroma pada arteri koroner. Plak dapat menyebabkan penyempitan arteri
koroner, sehingga bisa terjadi iskemiamiokard ( Price&Wilson, 2006).
Menurut penelitipenanganan nyeri dengan menggunakan
managemen nyeri pada klienInfark Miokard Akut (IMA) dapat
66
menurunkan nyeri yang timbul pada klienInfark Miokard Akut (IMA)
dengan masalah keperawatan nyeri akut.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pada klien 1 dan klien 2 muncul masalah keperawatan nyeri akut.
Ditandai dengan kondisi klien yang merasa kesakitan akibat nyeri yang
timbul.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja& PPNI, 2016).
Menurut peneliti Masalah Nyeri Akut disebabkan karena oksigen
di dalam jantung tidak terpenuhi seingga mengakibatkan suplai oksigen
berkurang dan menimbulkan nyeri pada klien Infark Miokard Akut (IMA).
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan kepada Klien 1dan Klien 2 dengan
masalah Nyeri Akut. Intervensi yang digunakan untuk kontrol
nyerilakukan pengkajian nyeri komprehensif, tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien, gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri,
kendalikan faktor lingkungan, pilih dan implementasikan tindakan
beragam, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi, dukung istirahat
atau tidur yang adekuat.
Intervensi yang diberikan untuk klien dengan masalah
keperawatan nyeri akut meliputi managemen nyeri untuk menurunkan
67
nyeri yang muncul, monitor tanda-tanda vital supaya mengetahui tanda-
tanda vital klien dan pemberian analgesik (Herdman& Kamitsuru, 2015).
Menurut peneliti, berdasarkan penelitian NIC yang sesuai dengan
klien Infark Miokard Akut (IMA) dapat dilakukan managemen nyeri,
monitor tanda-tanda vital dan pemberian analgesik.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi yang diberikan kepada Klien 1dan Klien
2dengan masalah Nyeri Akut. Implementasi yang digunakan untuk
mengontrol nyerimelakukan pengkajian nyeri
komprehensif,menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup klien, menggali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri, mengendalikan faktor
lingkungan, memilih dan mengimplementasikan tindakan beragam,
mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi, mendukung istirahat
atau tidur yang adekuat.
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan yang mencakup tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi.
Menurut peneliti, berdasarkan penelitian implementasi sesuai
NIC yang diberikan kepada klien Infark Miokard Akut (IMA) dengan
melakukan managemen nyeri, monitor tanda-tanda vital dan
pemberian analgesik mampu menurunkan rasa nyeri yang dialami
klien.
68
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tanggal 27 April 2018 pada klien 1 Data Subyektif:
klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan jarang timbul. Data
Obyektif: keadaan umum: lemah, kesadaran composmentis, GCS 4-5-
6 TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36ᵒC,
SPO2: 98%, P: nyeri timbul saat beraktivitas, Q: nyeri seperti diremas-
remas, R: nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah, S:
skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul, timbul selama 10-15 menit. A:
masalah belum teratasi. P: intervensi dihentikan klien pindah ruangan.
Sedangkan Tn.R S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan
tembus punggung mulai berkurang. Data Obyektif: keadaan umum:
lemah, kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, TTV: TD: 140/70
mmHg, N: 84 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 364ᵒC, SPO2: 98%, P: Nyeri
muncul saat beraktivitas, Q: nyeri seperti diremas-remas, R: nyeri
timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung, S: skala nyeri 5,
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 5-10 menit. A: masalah belum
teratasi. P: intervensi dipertahankan.
Evaluasi untuk penderita Infark Miokard Akut (IMA) dapat
berkurang dengan melakukan managemen nyeri (Fatonah, et al. 2016).
Menurut peneliti evaluasi dari managemen nyeri bisa
membantu klien untuk menahan timbulnya rasa nyeri saat terjadinya
serangan.
69
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan klien yang mengalami
Infark Miokard Akut (IMA) pada Tn.J dan Tn.R dengan masalah nyeri akut
diruang ICU Sentral RSUD Jombang, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan laporan kasus adalah sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 25 April 2018
diperoleh data subjektif Klien 1 mengeluh nyeri dada sebelah kanan dan
sesak. Data objektif nyeri timbul saat beraktivitas, nyeri seperti diremas-
remas, nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah, skala nyeri
6, dan nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit sedangkan pada
Klien 2 diperoleh data subjektif mengeluh nyeri dada sebelah kanan
tembus punggung. Data objektif nyeri muncul saat beraktivitas, nyeri
seperti diremas-remas, nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke
punggung, skala nyeri 6, dan nyeri hilang timbul, timbul selama 05-10
menit.
2. Diagnosa utama pada klien 1 dan Klien 2 yaitu nyeri akut berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan
miokardium.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien mengenai managemen
nyeri adalah mengontrol nyeri.
70
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan dengan mengontrol nyeri klien
dan respon klien.
5. Evaluasi keperawatan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga
hari dapat dilakukan evaluasi dengan hasil nyeri berkurang terutama pada
klien 1 sedangkan pada klien 2 masih merasakan nyeri.
b. SARAN
1. Bagi Klien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan klien
mampu mengatasi nyeri yang dirasakan secara non farmakologis, dan
melakukan pengobatan secara rutin sesuai dengan anjuran dokter.
2. Bagi Perawat RS
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus Infark Miokard Akut
(IMA) dan bisa memperhatikan kondisi serta kebutuhan pasien Infark
Miokard Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan masalah keperawatan nyeri akut secara
menyeluruh sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan terkini.
71
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Fentia dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU RSUP
Prof.DR.R.D. Kandou Manado. <https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
kp/articel/view/10139/9725> dilihat 13 Januari 2018
Bullechek. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri : Elsevier.
Bullechek. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri : Elsevier.
Gustiyani, Risa dkk. (2016). Pengalaman Perawat dalam Penanganan Pasien
Penyakit Kardiovaskuler dengan AMI (Akut Miokard Infark)di IGD RSU
dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. <http://digilib.stikeskusumahus
ada.ac.id/files/disk1/33/01-gdl-risagustiy-1631-1-artikel-6.pdf> dilihat 12
Januari 2018
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta : EGC.
ICME, Stikes. (2017). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus. Jombang : Stikes Icme.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Banjarmasin : Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan :
Salemba Medika
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Pathofisiologi Edisi 6. Jakarta :
EGC.
SDKI DPP PPNI, Tim Pokja. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.
Sunaryo, Tri & Lestari, Siti. (2014). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dada Kiri Pada Pasien Acut Miokardial Infark di
RS Dr Moewardi Surakarta tahun 2014. <http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/viewFile/138/128> dilihat pada tanggal
11 Januari 2018
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta :
Nuha Medika.
72
Lampiran 2
JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN KASUS
No Kegiatan-
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi
Pendahuluan
dan Studi
Pustaka
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Pengurusan ijin
dan
Pengumpulan
data
5 Pengumpulan
data dan analisis
data
6 Ujian/ sidang
KTI
7 Revisi KTI
8 Pengumpulan
dan
penggandaan
KTI
73
Lampiran 2
74
Lampiran 3
75
76
LAMPIRAN 4
PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STIKES ICMe JOMBANG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengkajian tgl. : Jam :
MRS tanggal : No. RM :
Diagnosa Masuk :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya :
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menularya, jenis : ..................... tidak
2. Riwayat Penyakit Alergi ya, jenis : .....................tidak
3. Riwayat Operasi ya, jenis : .....................tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya : ........................................ tidak
jelaskan :
E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
POLA KEGIATAN DI RUMAH DI RUMAH
SAKIT
Makanan
Frekuensi
.........................x/hr
Jenis..................................
Diit ..................................
Pantangan
............................
77
Alergi
.....................................
makanan yang disukai
Minum
Frekuensi............ x/hari
Jenis....................
Alergi .................
Eliminasi
BAB
Frekuensi .......x/hari
warna .............
konsistensi
BAK
Frekuensi .......X/Hari
Warna .......
Alat bantu
Kebersihan Diri
Mandi......................X/hari
Keramas .................x/hari
Sikat Gigi
................X/Hari
Memotong Kuku..........
Ganti Pakaian ............
Toileting
Istirahat/Tidur
Tidur
siang.........................jam
Tidur Malam
.....................jam
Kebiasaan Merokok/Jamu
F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S : ºC N : x/mnt TD : mmHg
RR : x/mnt
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Hidung:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
78
b. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
c. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas
d. Irama napas teratur tidak teratur
e. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
Lain-lain:
3. Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik > 3 detik
d. Konjungtiva pucat ya tidak
e. JVP normalmeningkat menurun
Lain-lain :
4. Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadarancomposmentis apatis somnolen soporkoma
GCS :
b. Keluhan pusing ya tidak
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri
lokasi :
Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine :................ ml/hari warna : ................. bau :..................
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral :...................cc/hr
Lain-lain :
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. TB : cm BB : kg
b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Mualya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus :..........x/mnt
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan
:
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
79
e. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
f. Diet padat lunak cair
Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................
7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kelainan ekstremitas ya tidak
c. Kelainan tl. belakang ya tidak
d. Fraktur ya tidak
e. Traksi/spalk/gips ya tidak
f. Kompartemen sindrom ya tidak
g. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
h. Akral hangat panas dingin kering basah
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor
Lain-lain :
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
Lain-lain :
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain :
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah sering kadang-kadang tidak pernah
Lain-lain :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
80
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
J. TERAPI
....................., .................................
Mahasiswa,
(.............................................)
81
ANALISA DATA
Nama :……………………….
No.RM: …………….
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data subyektif :
Data Obyektif :
SESUAI DENGAN
NANDA 2015
Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. ……………………………………………….
2. ……………………………………………….
3. ……………………………………………….
4. ……………………………………………….
5. ……………………………………………….
82
Intervensi Keperawatan
Hari/tanggal
No.
diagnosa
Tujuan & kriteria
hasil
Waktu
Rencana tindakan
Rasional
72
Implementasi Keperawatan
Nama :………….. No.RM :
………………………..
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Implementasi keperawatan
Paraf
73
Evaluasi Keperawatan
Nama :………….. No.RM :
………………………..
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Perkembangan
Paraf
S :
O :
A :
P :
74
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI
Topik : Manajemen Nyeri
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Hari/ tgl :
Waktu : 30 menit
Tempat :
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga mampu memahami dan
menjelaskan tentang Manajemen Nyeri
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta mampu:
1. Mengetahui pengertian nyeri
2. Mengetahui klasifikasi nyeri
3. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
4. Menjelaskan menejemen nyeri secara nonfarmakologi
C. MATERI
Materi terlampir
D. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
75
E. MEDIA
Adapun media yang digunakan adalah
1. Leaflet
F. SASARAN
Pasien dan keluarga dengan Infark Miokard Akut (IMA)
G. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai media untuk berinteraksi dengan pasien dan keluarga Infark
Miokard Akut (IMA).
2. Bagi keluarga penderita
Menambah wawasan bagi pasien dan keluarga dengan Infark Miokard
Akut (IMA) tentang manajemen nyeri.
H. MATERI
1. Pengertian nyeri
2. Klasifikasi nyeri
3. Tanda dan Gejala nyeri
4. Manajemen nyeri non farmakologi
76
I. KEGIATAN PENYULUHAN
TAHAP/ WAKTU
KEGIATAN
PENGAJAR PESERTA
Pembukaan
5 menit
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan topik yang akan
disampaikan
Menjawab salam dan
Memperhatikan
Isi (Penyampaian
materi)
10 menit
1. Menjelaskan tentang
pengertian nyeri
2. Menjelaskan klasifikasi nyeri
3. Menjelaskan tanda dan gejala
nyeri
4. Menjelaskan cara manajemen
nyeri non farmakologi
Mendengarkan dan
memperhatikan
Penutup 5 menit 1. Memberikan kesempatan
peserta untuk bertanya.
2. Memberikan kesimpulan
materi yang sudah diberikan
3. Evaluasi
4. Penutup dengan
mengucapkan salam
- Bertanya
- Mendengarkan
- Menjawab
pertanyaan yang
diberikan
- Menjawab salam.
77
J. Setting Tempat
K. EVALUASI
1. Peserta
a. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selesai
b. Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
manajemen nyeri
d. Pertemuan berjalan dengan lancar
2. Penyuluh
a. Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab
c. Suasana selama kegiatan penyuluhan kondusif
78
Lampiran 6
Materi Penyuluhan
MANAJEMEN NYERI
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami
cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas,
gemetar, kesemutan, seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut (<6 bulan)
Nyeri akut biasanya terjaddi secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri Kronik (>6 bulan)
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang periode waktu.
Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih dari enam bulan.
3. Tanda dan Gejala Nyeri
a. Suara
1) Menangis
2) Merintih
3) Manarik atau menghembuskan nafas
b. Ekspresi wajah
1) Meringis
2) Menggigit lidah, mengatupkan gigi
3) Tertutup rapat atau membuka mata atau mulut
4) Menggigit bibir
c. Pergerakan tubuh
1) Kegelisahan
2) Mondar-mandir
3) Gerakan menggosok atau berirama
4) Bergerak melindungi tubuh
5) Otot tegang
d. Interaksi sosial
1) Menghindari percakapan dan kontak sosial
2) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
3) Disorientasi waktu
4. Manajemen Nyeri Non Farmakologi
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :
1) Membayangkan hal-hal yang menarik dan indah
2) Membaca buku,koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton tv
79
4) Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emoosi pada nyeri. Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri itu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem syaraf pusat otonom.
Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstreitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal tiga kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kalii, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
80
81
82
83
84
Lampiran 8
85
Lampiran 9
86
Lampiran 10