Post on 01-Jan-2016
KARAKTERISTIK KONSUMEN INDONESIA
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan dalam hidupnya dengan jumlah yang tidak
terbatas, baik kebutuhan fisik maupun rohani.Untuk kebutuhan fisik manusia membutuhkan
barang-barang seperti makanan, pakaian, dan rumah. Sementara untuk kebutuhan rohani,
manusia membutuhkan jasa seperti hiburan dan konsultasi.
Adapun pengertian konsumsi secara khusus adalah suatu kegiatan yang tujuannya
mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan
hidup. Untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, kita mengkonsumsi barang dan jasa.
Barang adalah alat pemuas kebutuhan yang mempunyai bentuk seperti tas, baju, dan berbagai
barang laiinya.Adapun jasa adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk tetapi dapat
dirasakan manfaatnya.Adapun manfaat dari suatu barang yang dipakai dalam pemenuhan
kebutuhan manusia adalah kepuasan yang dapat diberikan oleh barang tersebut untuk memenuhi
kebutuhan yang dapat menyebabkan barang tersebut lebih bernilai.
Masing-masing konsumen memiliki pribadi yang unik.Konsumen yang satu dengan yang
lainnya mempunyai kebutuhan yang bebeda dan prilaku yang berbeda dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.Konsumen di Indonesia memiliki karakter yang berbeda pula dengan
konsumen di negara lain.Sebagai contoh pada penjualan produk telekomunikasi seperti ponsel.
Sebagai contoh penjualan ponsel Nokia 9500 yang ternyata di pasaran negara Amerika Serikat
kurang begitu diminati oleh konsumennya, tetapi di Indonesia produk ini sangat laris bahkan
menempati urutan ketiga dalam penjualan ponsel Nokia 9500 di dunia. Ternyata setelah
dianalisis oleh para ahli ekonomi ternyata hal ini dipengaruhi oleh faktor “gengsi”.
Tetapi berkembangnya selera juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat seperti pada saat
hari besar keagamaan cenderung pengeluaran lebih besar daripada hari biasanya.Contohnya pada
saat bulan puasa permintaan akan barang- barang pasti akan naik seperti barang-barang
kebutuhan pokok, barang sandang dan barang elektronik juga terpengaruhi.Tetapi ada selera
konsumen yang tidak berubah. Contohnya pada bulan April 1985, perusahaan Coca-Cola
mengganti formula produk terkenal mereka yang telah dipakai 99 tahun. Coca-Cola telah
mengeluarkan jutaan dollar biaya iklan untuk meyakinkan masyarakat bahwa Coke terbaru
mereka dengan rasa lebih manis lebih baik. Tetapi , perusahaan itu justru diserbu oleh ribuan
surat dan telepon bernada protes dari konsumen yang meminta agar perusahhan tersebut
memakai kembali formula lama. Semakin gelombang protes itu tidak semakin berkurang yang
membuat perusahaan tersebut tidak tahan dan mempopulerkan kembali formula asli dengan
nama Coca-Cola Clasic. Pada tahun 1990, Coca-Cola Clasic menjadi produk minuman ringan
terlaris mengalahkan “New Coke”dengan perbandingan 8 lawan 1. Pada awal 1991, perusahaan
mengganti “NewCoke” dengan nama “Coke II”. Jadi contoh diatas menjelaskan bahwa selera
makanan dan minuman jarang bahkan tidak bisa berubah.
Kebutuhan digunakan agar kepuasan konsumen dapat tercapai. Konsumen yang
merasakan manfaat dari suatu prodik bekum tentu merasa puas. Ada yang hanyta merasa cukup
baik, baik ,dll. Faktor yang mempengaruhi kepuasan bagi seorang konsumen adalah Pertama,
harga. Jelas sekali apabila harga barang yang murah akan menarik hati konsumen dikarenakan
konsumen sangat sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena
mereka mendapatkan value or money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak penting
bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga.Untuk industri ritel, komponen harga sangat
penting dan kontribusinya besar terhadap kepuasan yang relatif besar. Kualitas dan harga produk
seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan.Kedua
aspek ini relative mudah ditiru dengan teknologi yang standar maka produk yang dihasilkan
dapat memberi kepuasan yang setidaknya bernilai baik. Kedua, Kualitas pelayanan. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh sistem, teknologi, dan manusia.Faktor manusia ini memegang peranan
terpenting karena tidak mengherankan bahwa kualitas pelayanan sulit ditiru.
Ketiga, Faktor emosional. Kepuasan pelanggan dapat timbul apabila pada saat produk tersebut
memiliki merek yang terkenal dan memiliki kualitas yang baik di mata konsumen.
Keempat, Kemudahan. Pelanggan akan semakin merasa puas apabla relati murah, nyaman dan
efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Contohnya pada bank BCA yang nasabahnya
sering mengantri jika ingin melakukan aktivitas perbankannya.Tetapi, tingkat kepuasan terhadap
BCA secara keseluruhan relative tinggi karena presepsi terhadap total value yang diberikan BCA
relative tinggi dibandingkan bank-bank lain.Ha ini didukung oleh jumlah ATM-nya yang
banyak. Produk tabungan BCA mungkin tidak terlalu istimewa bagi sebagian nasabahnya dan
bahkan suku bunga yang relative rendah, tetapi jumlah nasabah tabungannya masih besar.
Mungkin dalam penggunaan barang tersebut, konsumen memerkukan garansi agar tingkat
kepuasannya bertambah lama khusunya bagi barang yang dapat dipakai beberapa kali contohnya
mobil, barang-barang elektronik, dll.Selain barang- barang, garansi juga sangat berperan penting
bagi pelayanan jasa karena jelas akan mempunyai nilai tersendiri bagi konsumennya. Garansi
adalah program yang sering kali efektif dalam meningkatkan kepuasan konsumen karena
pelanggan merasa senang dengan adanya jaminan, dan kepercayaan terhadap perusahaan. Hanya
saja, kemampuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan agak berbeda antara produk
manufaktur dan pelayanan. Untuk produk, garansi adalah hal yang umumnya cukup biasa dan
oleh karena tu, program garansi hanya sekedar agar tidak tert inggal dengan produk lain. Tetapi
untuk pelayanan, garansi bisa menjadi alat untuk menciptakan kepuasan yang sangat efektif.
Pelayanan sangat bergantung pada faktor manusia yang jauh lebih sulit distandarisasi sehingga
tidak mengherankan perusahaan-perusahaan jasa dapat dikatakan tidak mempunyai keberanian
untuk memberikan garansi. Tetapi pemberian garansi tanpa syarat tetap menjadi suatu cara yang
sangat efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi terkadang garansi ini juga tidak
efektif apabila diberikan dengan pertimbangan beberapa syarat. Kadang konsumen sering
jengkel denagn pembelian barang yang memberikan syarat yang terlalu banyak yang justru
membuat konsumen menjadi bingung. Seperti mengisi dan mengirimkan form, yang mana dalam
form tersebut diberikan pada kondisi-kondisi khusus saja. Sehingga tidak mengherankan
konsumen bukannya puas tetapi justru menjadi jengkel sehingga hal inilah yang menyebabkan
banyak konsumen yang cenderung ingin membeli barang yang tidak bergaransi dan tentu
harganya pasti lebih murah. Contohnya pada perusahaan penerbangan sangat sulit memberikan
suatu jaminan bagi konsumen yang menggunakan jasa penerbangannya. Hal seperti
keterlambatan dalam setiap penerbangan sangat sulit dikontrol oleh perusahaan yang disebabkan
oleh banyak hal baik internal seperti kerusakan mesin maupun hal eksternal yang menyangkut
cuaca yang tidak memungkinkan pesawat untuk terbang.
Secara garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Faktor Internal
a. Pendapatan
Pendapatan konsumen berpangaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi
pendapatan konsumen, cenderung semakin besar pula.
b. Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada
yang melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan.
Namun ada pula yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya
ia tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain mengkonsumsi barang dan jasa tertentu demi
memperlihatkan status sosialnya atau gengsi. Misalnya seorang remaja yang membeli handphone
keluaran terbaru agar dianggapkeren oleh teman-temannya.
c. Sikap dan kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat
biasanya hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat
berbeda jauh dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
2. Faktor eksternal
a. Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di
Jepang dan Cina, orang makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat, sendok dan
garpu sering ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d Jepang dan Cina lebih tinggi
dibandingkan di negara barat. Begitu pula sebaliknya.
b. Status Sosial
Status atau posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola
konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda
dengan konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.
c. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan apabila
harga rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.
3. Faktor Strategi Marketing
Strategi marketing dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena perbedaan masyarakat
dan pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa suatu produk laris di suatu negara
tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke negara lain tidak mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat di negara tersebut.Contohnya konsep marketing dari AS tidak sepenuhnya bisa
menjelaskan fenomena perilaku konsumen Indonesia. Terbukti, banyak produk yang
sukses di AS-sebut saja Kodak, Campbell Soup, The Body Shop, Amazon, IBM PC
dan asuransi jiwa-penjualannya melempem di negeri kita yang memang unik.
Sebaliknya, produk yang berjaya di Indonesia belum tentu sukses di sana. Ambil
contoh Nokia 9500, Fuji Film, Extra Joss, Teh Botol, Aqua, fitur SMS, dlsb
Prilaku konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi
kebutuhannya, yaitu:
1.Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk mengkonsumsi
suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar pertimbangannya adalah :
a. Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi konsumen
Suatu pertimbangan dapat dikatakan rasional bila dalam membeli barang, barang tersebut benar-
benar dapat memenuhi kebutuhan. Semakin lama jangka waktu pemuasannya, maka akan
semakin baik. Misalnya, akan lebih bila kita membeli pakaian yang dapat digunakan dalam
banyak acara daripada membeli pakaian yang hanya digunakan dalam suatu acara.
b. Produk tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen
Butuh tidaknya seseorang akan barang tersebut dapat dilihat dari posisi barang tersebut dalam
skala prioritas seseorang. Bila membeli barang yang ada di posisi paling atas dalam skala
prioritas, bearti tindakan tersebut merupakan tindakan yang rasional.
c. Mutu produk terjamin
Untuk mengetahui produk tersebut bermutu atau tidak dapat dilihat dari kemasannya apakah
sudah kadar luarsa atau tidak dan terdaftar di Departemen Kesehatan atau tidak untuk produk
makanan. Untuk produk non makanan dapat dilihat pada garansi yang dapat diberikan kepada
konsumennya.
d. Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen yang membeli
Suatu pembelian dapat dikategorikan sebagai rasional, apabila ada kesuaian antara harga yang
harus kamu bayar dan uang yang dimiliki oleh konsumen.
2.Perilaku konsumen yang tidak rasional
Seorang konsumen dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa pertimbangan yang
baik. Misalnya :
a. Membeli barang hanya karena tertarik dengan iklannya
Banyak iklan yng menipu atau menyembunyikan informasi. Kalau melihat sebuah iklan dan
keesokan harinya membeli produk yang diiklankan tersebut berarti itu merupakan tindakan yang
irasional karena kualitasnya belum dapat dibuktikan dan akhirnya menimbulkan penyesalan.
b. Tertarik membeli barang hanya karena mereknya yang terkenal
Banyak orang yang menganggap bahwa kalau memiliki barang yang memiliki merek terkenal
maka ia akan dianggap hebat. Namun kalau diteliti denagn seksama banyak produk denagn
kualitas yang sama tetapi harganya jauh lebih murah.
c.Membeli barang hanya karena obral atau untuk memperoleh bonus
Pikirkanlah tujuan untuk membei barang obral atau barang yang ada bonusnya.apakah barang
tersebut memng dibutuhkan atau hanya untuk mendapatkan harga yang murah atau hadiah yang
ditawarkan produk tersebut.Apabila hanya ingin mengejar obral atau bonusnya maka itu
merupakan tindakan yang irasional dalam ekonomi.
Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada jatuhnya Orde baru ternyata
penjualan mobil, alat-alat rumah tangga, dll ternyata meningkat serta jumlah jamaah haji terus
meningkat tiap tahunnya begitu pula tempat-tempat perbelanjaan seperti swalayan maupun mall
selalu ramai dengan pengunjung yang ingin berbelanja.
Segmen pasar konsumen secara umum dibedakan dalam beberapa segmen pasar yakni segmen
pasar untuk anak-anak, remaja, dewasa. Dimana ketiga segmen tersebut hamper memiliki
kesamaan tetapi para pengusaha atau perusahaan lebih mengfokuskan pada remaja dan dewasa
saja.Perusahaan sering menganggap enteng anak-anak dalam mengidentifikasi produk apa yang
akan dibuat untuk dilempar kepasaran. Hal ini dikarenakan karena anak-anak dianggap tidak dan
belum mempunyai daya beli.Padahal hal ini sangat keliru, anak-anak sangat penting karena
mereka mempunyai uang yang memang ditujukan untuk dibelanjakan, mereka mampu
mempengaruhi berbagai keluaraga dan mereka adalah konsumen masa depan yang harus
“dirawat” sejak dini.Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2000, populasi anak usia 0-14 tahun d Indonesia adalah sebesar 64,4 juta jiwa atau setara 30,6%
dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 210,4 juta jiwa.
Satu lagi temuan yang menarik bahwa anak-anak pada usia 7-14 tahun diberi uang saku rata-rata
Rp 1.500 per hari dan uang tersebut 99 % digunakan untuk dibelanjakan keperluan sehingga
diperkirakan dalam satu tahun saja total pengeluaran anak-anak mencapai Rp 1 triliun.Itu hanya
untuk 6 kota besar di Indonesia. Dari seluruh daerah di Indonesia mencapai Rp 4,4 triliun per
tahun. Suatu angka yang menakjubkan bagi pengeluaran dalam bentuk uang saku bagi anak-
anak.
Dari berbagai analisi diperoleh keinginan anak-anak pada usia 0-7 tahun biasanya
menyukai produk yang memiliki fantasi tetapi yang tidak “memerlukan pemikiran” dan tidak
nyata. Sebagai contoh digunakan tokoh animasi dalam produk anak-anak. Hal ini sangat menarik
perhatian dan menimbulkan rasa keinginan untuk membelinya. Anak-anak sangat dipengaruhi
oleh lingkungan teman sebaya dan klan di berbagai media. Oleh karena itu iklan bagi anak-anak
sering ditayangkan pada hari-hari libur yang umumnya adalah minggu pagi.
Secara umum karakter konsumen di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 10 karakter
yakni:
1.Berpikir jangka pendek (short term perspective)
Contoh paling mudah adakah banyaknya kredit konsumen di Indonesia dan sulitnya cash flow
rumah tangga yang hanya melakukuan perhitungan kebutuhan jangka pendek., yaitu mudah
mendapatkan dalam waktu singkat.Hal ini juga dipengarihi oleh kondisi ekonomi makro yang
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga konsumen mencari solusi dengan
melakukan kredit atau hal yana lain agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam jangka
pendek.
Selain itu konsumen Indonesia selalu membeli barang dengan berdasarkan bajet yang
tersedia.hal ini dapat terlihat dengan konsumen yang selalu barang yang bernilai rendah daripada
barang yang bernilai tinggi meskipun mereka mampu untuk membelinya.
Dampak dari berpikir jangka pendek ini adalah membuat konsumen Indonesia cepat lupa.
Sebagai contoh, pada masalah maskapai penerbangan yang selalu mengalami
kecelakaan.Namun, konsumen di Indonesia selalu menggunakan maskapai penerbangan tersebut
dikarenakan murahnya tiket yang ditawarkan oleh maskapai tersebut yang tidak dapat dilakukan
oleh maskapai penerbangan lain yang memberikan pelayanan dan jaminan keselamatan yang
kebih menjanjikan.
2. Tidak berencana (dominated by unplanned behavior)
Konsumen Indonesia selalu tidak berencana dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai contoh
konsumen yang selalu melakukan impulse buying yakni berbelanja dengan membeli langsung di
tempat.
Hal lain adalah delalu melakukan berbagai kegiatan setelah mendekati waktu yang ditentukan
telah dekat.contohnya pembayaran biaya telepon, listrik, air (PAM) dan biaya pendidikan anak-
anak.
3. Suka Berkumpul (like to socialize)
Budaya konsumen Indonesia adalah kebiasaan berkumpul dengan lingkungan sekitar atau
kemasyarakatannya sangat kental dimana hal ini juga mengakibatkan suburnya bisnis-bisnis
seperti klub-klub atau arena berkumpul di Indonesia.
Contoh paling sederhana adalah dalam acara arisan yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu
rumah tangga serta dalam tempat fitnes center untuk para remaja maupun orang tua yang ingin
berolahraga.
4. Gaptek / Gagap Teknologi (not adaptive to high technology)
Konsumen Indonesia cenderung tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia. Memang tidak semua masyarakat Indonesia
gaptek namun secara keseluruhan nagara Indonesia masih tidak tahu penggunaan teknologi.
Menurut hasil riset menunjukkan jumlah pengguna teknologi di Indonesia hanya mencapai 7-8%
saja.Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat yang mencapai
73%.Selain itu, sebagian dari pengguna teknologi di Indonesia yang hanya 7-8% tersebut juga
dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berproduktif seperti untuk bermain game online, bahkan
untuk mengakses situs-situs porno yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia pada saat
sekarang ini.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented)
Kecanderungan untuk membeli barang dilihat dari merk atau tampilan luarnya sangat melekat
pada konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia cenderung lebih suka membaca informasi yang
sederhana, ringan dan mudah dicerna serta dimengerti.
Pendapat tersebut terbukti dengan kurangnya minat baca masyarakat Indonesia terutama literatur
maupun bacaan tentang pengetahuan yang agak susah dimengerti.Selain itu konsumen Indonesia
lebih suka melihat acara di televisi yang kurang bermanfaat seperti acara sinetron, infotanment,
berita krimnal, kuis, dan film dibandingkan dengan tayangan yang memiliki pengetahuan lebih
besar dan bermanfaat.
Sebagai contoh masalah artis sinetron Maia Ahmad yang bertengkar dengan suaminya sangat
diekpos oleh media dan masyarakat.Secara umum konsumen Indonesia lebih melihat isinya atau
bentuk luarnya saja dibandinakan dengan manfaat yang dapat diperolehnya.
6.Suka barang Luar Negeri
Hal ini sangat dipengaruhi oleh ingin mencari kualitas yang lebih baik.Meskipun produk yang
ingn dibeli lebih mahal dari produk dalam negeri.Ini disebabkan oleh pandangan masyarakat
Indonesia yang selalu menganggap prodik dalam negeri lebih tidak buruk kualitasnya
dibandingkan denagn produk luar negeri yang telah terkenal di dunia sehingga produsen di
Indonesia cenderung membuat produk yang hampir sama merknya. Bahkan ada oknum yang
mengilegalkan produknya dengan menggunakan merk yang sama dengan merk barang luar
negeri yang laris di pasaran Indonesia. kadang konsumen cenderung membeli barang yang tidak
dibutuhkan denagn alasan gengsi, maupun nama produk tersebut yang telah memiliki nama
tersendiri dalam suatu pasaran
7.Beragama(religious)
Konsumen Indonesia memilki kepercayaan yang kuat diman masyarakat Indonesia yang
mayoritas memeluk agama islam yang sangat memperhatikan kehalalan suatu produk yang
mempengaruhi jumlah daya beli masyarakat.Karena masyarakat lebih mengutamakan kehalalan
baik produk makanan, minuman, maupun restoran.
Contoh paling sederhana pada kasus bumbu maskan Ajinomoto yang dianggap mengandung
lemak babi yang mengakibatkan masyarakat islam Indonesia merasa khawatir dan menurunnya
daya beli masyarakat akan bumbu masakan tersebut dan sedikit berdampak pada produk lain
yang sejenis.
Tetapi masyarakat Indonesia dapat dipengaruhi oleh media.Sebagai contoh dengan
menghadirkan tokoh agama yang bersedia mengkonsumsi makan masakan yang diopinikan
haram.
8. Gengsi (putting prestige as important motive)
Gengsi sangat melekat kuat pada konsumen Indonesia yang selalu ingin menggunakan produk
yangh berkualitas dan bernilai eknomi tinggi.
Menurut Hadi Irawan, sikap gengsi pada seseorang dapat muncul apabila:
1.Konsumen suka bersosialisasi yang mendorong seseorang untuk pamer atau menunjukkan
dirinya lebih hebat dari orang lain.
2.Indonesia masih menganut paham feodal yang mana masih adanya asas stratifikasi dalam
masyarakat sehingga masyarakat masih dibedakan dalam kelas-kelas sosial yang berbeda.
3.Masyarakat Indonesia masih menilai kesuksesan seseorang dari jabatan maupun barang yang
dimiliki.sehingga wajar bagi seseorang yang telah memiliki atribut-atribut kesuksesan seperti
mobil, laptop, rumah ,kredit card, dll telah dianggap sukses dalam hidupnya.
9.Budaya lokal (strong in subculture)
Etnis, fanatisme dan kebiasaan suatu daerah sangat berbeda dengan daerah lain yang juga
membuat selera konsumennya berbeda.Sebagai contoh pada masyarakat Padang yang biasa
mengkonsumsi makanan yang pedas maka tidak cocok dengan masakan jawa yang cenderung
manis.
Oleh karena itu tidak semua merek dalam suatu negara dapat menguasai pemasaran dalam semua
wilayah Indonesia sebab beragamnya budaya dan etnis di Indonesia.
10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment)
Masalah lingkungan merupakan masalah yang terus berkembang saat ini. Banyak produk yang
memposisikan produknya sebagai produk ramah lingkungan tetapi bukti di lapangan hal ini tidak
efektif.Masyarakat Indonesia selalu memposisikan masalah lingkungan pada urutan terbawah.
Berbeda dengan luar negeri yang memposisikan masalah lingkungan di posisi paling teratas
karena akibat yang ditimbulkan sangat beragam.
Jadi, itulah kesepuluh karakteristik konsumen Indonesia yang jika dicermati juga sangat
dipengaruhi masalah perkembangan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan
pesat.
Sumber :
Irawan, Handi. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan.Jakarta :Elex Media Komputindo, 2004.
www.markplusnco.com diakses pada tanggal 24 November 2007
www.beyblog.syafaatadvertising.net dakses pada tanggal 24 November 2007
www.karakteristikkonsumenIndonesia diakses pada tanggal 25 November 2007
NAMA : NOVIA ARIMI
NPM :15211232
KELAS : 3EA27