Post on 09-Feb-2018
Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo
Papua
Disusun Oleh :
Ridha Chairunissa
0606071733
Departemen Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Daerah Aliran Sungai Mamberamo
Papua
1. Gambaran Umum DAS Mamberamo
Sungai Mamberamo adalah sebuah sungai
sepanjang 670 km yang terletak di sebelah selatan
Pegunungan Foja, Kabupaten Sarmi, Provinsi
Papua. Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa
Dani — mambe berarti 'besar' dan ramo berarti
'air'. Beberapa suku terasing bermukim di lembah
sungai yang kaya akan keanekaragaman hayati ini.
Sumber air sungai ini berasal dari pertemuan
antara beberapa anak sungai utama, yaitu Tariku, Van Daalen dan Taritatu. Air lalu mengalir ke
arah utara melalui lembah Pegunungan Van Rees guna mencapai bagian delta yang berawa
dataran rendah. Sungai ini akhirnya bermuara di Samudra Pasifik di titik utara Tanjung D'Urville.
Danau Rombebai dan Bira terletak di
sepanjang aliran sungai.
Sungai sepanjang 670 km ini memiliki
kawasan resapan seluas 138.877 km².
Kedalaman sungai berkisar antara 8 hingga 33
m. Menurut penelitian pada 1983, debit
airnya mampu mencapai 5.500 m³/detik.
Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di
daerah hulu berupa pegunungan yang curam, di daerah hilir terdapat dataran yang yang
berawa-rawa, dan di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Curah hujan di
daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo dapat mencapai 5.600 mm/tahun
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Mamberamo yang terletak di Papua
yang meliputi Kabupaten
Mamberamo Raya, Mamberamo
Tengah, Kabupaten Sarmi dan
Kabupaten Waropen hingga sebagian
wilayah di Kabupaten Tolikara dan
Kabupaten Puncak Jaya. Sungai
Mamberamo mempunyai dua anak
sungai utama, yaitu Sungai Rouffaer/ Tariku yang mengalir dari arah barat ke timur dan Sungai
Idenberg/Taritatu yang mengalir dari arah timur ke barat. Panjang sungai sekitar 670 km dan
debit rata-rata tahunan 5,000 m3/detik. Sungai ini memiliki dua kawasan lindung yang berada
di wilayah Mamberamo yakni Suaka Margasatwa Sungai Rouffer dengan luas wilayah sekitar
310.000 Ha dan terletak pada ketinggian 200 m dpl, dan Suaka Margasatwa Pegunungan
Mamberamo Foya
dengan luas
kawasan 1,108 juta
Ha dengan debit
andalan rata-rata
337,99 m³/detik.
2. Kondisi Geologi
Tanah-tanah di DAS
Mamberamo sebagian besar
terbentuk dari bahan induk yang
berumur tua. Dengan curah hujan
yang tinggi dan pencucian hara
berlangsung intensif,
menyebabkan tanah tanah di
daerah ini umumnya mempunyai
tingkat kesuburan rendah, kecuali
di dataran aluvial karena adanya
Sungai Mayabu, Turai, dan Tariku-
Idenberg yang secara periodik
banjir sehingga memberikan bahan
endapan (aluvium) yang memperkaya kesuburan tanah.
3. Kondisi Geomorfologi
DAS Mamberamo
memiliki rawa pantai
dan pada bagian
tengah terdapat ngarai
yang memotong
pegunungan Foja-Van
Rees. Bagian tengah
sungai antara
pegunungan ini dan
pusat cordillera yang
membentuk lahan basah yang luas dan dialiri anak sungai di lereng utara dari pusat
pegunungan seperti halnya lereng selatan dari pegunungan Foja-Van Rees.
4. Kondisi Sosial Ekonomi
4.1 Bagian Hulu
Peladangan berpindah dan pemanfaatan lahan pekarangan untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga lazim dijumpai di DAS Mamberamo hulu. Ubi jalar merupakan makanan pokok
penduduk setempat, terutama di Wamena. Tanaman kelapa tumbuh subur hampir di sebagian
besar wilayah, dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai usaha industri rumah tangga.
Lembah Baliem (anak Sungai Mamberamo bagian hulu-daerah Wamena) merupakan penghasil
ikan (mas, mujair, dan lele), sedang bagian hilir Sungai Mamberamo terkenal sebagai penghasil
ikan sembilan. Industri pengolahan ikan dan kulit buaya perlu dicarikan alternative
pemasarannya, di samping perbaikan teknologi pascapanen daging ikan dan kulit buaya
tersebut. Kawasan Pegunungan Jayawijaya beriklim sejuk dan dingin, dan berpotensi sebagai
penghasil sayuran dan buahbuahan dataran tinggi. Namun, produksi masih dipasarkan di
Wamena karena terbatasnya infrastruktur dan keterampilan masyarakat. Keberadaan penyuluh
pertanian lapangan (PPL) untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian
sangat diperlukan. Transportasi udara yang terbatas menyebabkan harga bahan kebutuhan
pokok fluktuatif, dan berlipat ganda dibanding di daerah lain di Papua dan Papua Barat.
4.2 Bagian Hilir
Bagian hilir DAS terdapat hutan rawa (hutan sagu), yang merupakan wilayah hutan
primer alami. DAS Mamberamo dengan luas 7,8 juta Ha merupakan salah satu areal lahan
basah di Papua yang memiliki hutan rawa gambut 432,750 ha dan hutan rawa air tawar 14,425
ha. Dataran pelembahan Mamberamo, yaitu pada bagian tanah mineral, dapat dikembangkan
untuk tanaman pangan lahan basah (padi) dan/atau palawija (kedelai, jagung, kacang tanah)
dengan perbaikan drainase dan tata air. Pada bagian rawa belakang sungai (backswamp),
potensi lahannya relatif terbatas. Di daerah ini tanaman sagu mempunyai prospek yang cukup
baik untuk dikembangkan dan merupakan komoditas alternatif utama.
Lembah Mamberamo dengan luas 1,76 juta ha berpotensi untuk pengembangan padi sawah
seluas 383,2 ribu ha (21,6%), tanaman pangan lahan kering (padi gogo dan palawija 953,1 ribu
ha (54,1%), sayuran dan buah-buahan 268,9 ribu ha (10,4%), perkebunan 111,7 ha (66,3%), dan
peternakan 24,45 ribu ha ( 1,4%).
5. Daerah Di DAS Mamberamo
5.1 Papasena
Papasena
adalah salah satu
kampung ditepian
sungai
Mamberamo.
Secara
administratif
kampung ini terdiri
dari dua kampung
yaitu Papasena I
dan Papasena II
dan termasuk
dalam wilayah Distrik Mamberamo Hulu. Penduduknya berjumlah 377 jiwa. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat melakukan kegiatan berburu (berburu buaya, babi
hutan, kasuari, lao-lao dll), mencari ikan di telaga dan sungai kecil serta membuat kebun-kebun
kecil disekitar rumah dan ditepian telaga lokasi berburu.
Hubungan orang Papasena dengan alam sekitar mereka masih sangat kental dan murni.
Mereka tinggal di tepi sungai-sungai kecil yang bermuara ke Mamberamo dengan hamparan
hutan primer dataran rendah yang sangat luas hingga ke kaki pegunungan Foja. Terdapat juga
beberapa telaga-telaga besar menyerupai danau dan banyak sekali telaga telaga kecil. Perahu
adalah alat transportasi utama. Berburu buaya, mencari ikan dilakukan dengan menggunakan
perahu. Begitu pula untuk dapat ke lokasi kampung terdekat harus menggunakan perahu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip012087.pdf diakses pada tanggal 30 November
2009. Pukul 21.37 WIB
http://222.124.202.145/satminkal/dit_sda/arsip%20Berita/2008-08-
06/liputanRakornisPapua_EDIT.doc.pdf diakses pada tanggal 30 November 2009. Pukul 21.41
WIB
http://yalipapua.blogspot.com/2009_08_01_archive.html diakses pada tanggal 30 November
2009. Pukul 21.54 WIB
http://antara.co.id/print/1218611546 diakses pada tanggal 30 November 2009. Pukul 21.57
WIB
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Geografi/PERAI
RAN%20DARAT%20DAN%20LAUT.pdf diakses pada tanggal 30 November 2009. Pukul 22.01
WIB
http://kehutanan.aimjak.com/wmview.php?ArtID=54 diakses pada tanggal 30 November 2009.
Pukul 22.10 WIB
http://www.rimbawan.com/sfm/kompil/Landscaping_1.pdf diakses pada tanggal 30 November
2009. Pukul 22.18 WIB
http://www.coremap.or.id/downloads/1507.pdf diakses pada tanggal 30 November 2009.
Pukul 22.19 WIB
http://kehutanan-papua.com/w2008/berita.php?ids=70&kel=2&page=3 diakses pada tanggal
30 November 2009. Pukul 22.23 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Mamberamo diakses pada tanggal 1 Desember 2009. Pukul
09.39 WIB