Post on 04-Oct-2021
90
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Kajian Perkembangan Wilayah Kabupaten Bengkalis
Berbasis Sektor Migas
D Hanifurrahman1, E Fatimah2 dan Sugihartoyo3 1,2,3 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi
Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta Barat, Indonesia
E-mail: d i m a s h a n i f u r @ g m a i l . c o m
Abstrak. Sektor industri migas sangat berpontensi dalam memberikan nilai tambah bagi setiap sektor
– sektor yang ada. Begitu pula untuk pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya daerah penghasil
migas seperti Kabupaten Bengkalis. Namun lokasi pertambangan dan penggalian migas hanya terletak
di 1 (satu) kecamatan yaitu Kecamatan Mandau. Maka dari itu muncul pertanyaan penelitian “Sejauh
mana keberadaan sektor migas di Kecamatan Mandau memberikan pengaruh terhadap perkembangan
wilayah Kabupaten Bengkalis yang dinilai dari aspek ekonomi, fisik, dan sosial?”. Dari
perkembangan tiga aspek tersebut, dapat dikatakan bahwa perkembangannya sangat dipengaruhi
dengan adanya sektor migas ini sendiri, yang mana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi PDRB migas dan non migas, perubahan guna lahan yang cukup pesat pada
daerah migas serta perkembangan desa – kota yang dilihat dari data potensi desa, dan perkembangan
kepadatan penduduk. Dibalik peran penting sektor migas terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,
perlu diperhatikan bahwa sektor migas merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
sehingga membutuhkan pengembangan sektor non migas lainnya, seperti sektor pertanian, dan sektor
industri pengolahan. Maka dari itu perlu diketahui arahan pengembangan wilayah Kabupaten
Bengkalis berdasarkan potensi non migas. Dengan menggunakan analisis shift share untuk
mengetahui sektor mana yang berpotensi menggantikan migas. Maka diketahui sektor industri
pengolahan yang dominan untuk menggantikan sektor migas. untuk mengembangkan industri
pengolahan perlu dilakukannya pengembangan terhadap komiditas unggulan demi menunjang bahan
baku industri pengolahan.
Kata Kunci: Perkembangan wilayah, ekonomi wilayah, sektor migas, analisis shift share
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Bengkalis merupakan, wilayah yang berada di Provinsi Riau, yang mana Kabupaten
Bengkalis memiliki sektor industri migas (leading industri) yang sangat dominan kontribusinya
terhadap perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. sektor industri yang merupakan leading
industry sangat potensial dalam menciptakan nilai tambah, mendorong perkembangan sektor-sektor
lain (multiplier effect) (Alamanda 2016). Kondisi ini menyebabkan terjadinya pusat pertumbuhan
(Mahdi 2003). Sedangkan menurut Tietenberg (2000:149) komoditas migas merupakan sumber daya
energi yang sifatnya dapat habis dan tak dapat diperbaharui. Apabila sumber daya migas menipis
atau habis maka hal tersebut dapat dipastikan akan mengganggu serta menghambat keberlanjutan
pembangunan ekonomi (Trianto 2013). Dilatar belakangi hal tersebut, perlu adanya alternatif
pengembangan Kabupaten Bengkalis yang tidak tergantung pada sektor migas namun
mengoptimalkan potensi daerah yang bersifat non migas. Pertanyaan penelitian ini adalah sektor non
migas apa yang dapat dikembangkan sebagai alternatif basis pengembangan Kabupaten Bengkalis.
Penelitian ini akan mengkaji terlebih dahulu pengaruh keberadaan sektor Migas di Kecamatan
Mandau terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Bengkalis yang dinilai dari aspek ekonomi,
fisik, dan sosial.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan wilayah menurut Kindleberger dan Herrick. Perkembangan didefinisikan sebagai
semua perbaikan dalam kesejahteraan materi masyarakat. Perkembangan berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diantaranya melalui perubahan struktur ekonomi
misalnya dari pertanian ke industri dan selanjutnya jasa (Nurzaman, 2012). Sehingga, perkembangan
ekonomi merupakan sebab dan juga akibat dari adanya perkembangan teknologi dan berdampak pada
91
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
kehidupan sosial pada sisi tata ruang wilayah atau kota. Menurut Hirschman perkembangan adalah
proses perubahan dari satu tipe ekonomi menuju ke tipe ekonomi yang lain yang juga lebih baik
(Nurzaman, 2012).
Sedangkan dalam pelaksanaannya banyak ditemukan bahwa perkembangan wilayah yang tidak
seimbang sehingga, Hirschman berpendapat bahwa terjadinya ketidakseimbangan tersebut terjadi
dalam banyak aspek diantaranya yaitu memilih urutan investasi, ketidakseimbangan dalam
pembangunan prasarana dan perkembangan sektor produksi langsung. Selain dari segi ekonomi,
perkembangan wilayah juga dapat diukur dari jumlah dan ketersediaan sarana yang dapat mendukung
kegiatan penduduk diwilayah tersebut. Semakin berkembang atau maju suatu wilayah, maka akan
semakin banyak jumlah sarana penunjang kegiatan bagi penduduk di wilayah tersebut (Reza, Mukti
dan Veny, 2016).
Pengembangan wilayah dapat terjadi dan erat kaitannya dengan potensi dan faktor pendukung
yang ada pada wilayah tersebut. Menurut Winaryo dan Sugiri (2012), faktor pendukung yang
mempengaruhi perkembangan suatu wilayah meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
teknologi. Dan dikuatkan dengan menurut Nachrowi dan Suhandonjo (1999) dalam Kuncoro (2012)
terdapat tiga komponen wilayah yang harus diperhatikan dalam pengembangan wilayah yaitu sumber
daya manusia, sumber daya alam dan, teknologi.
Menurut Miraza (2005) pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan
kebijakan publik yang disusun sebelumnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen
utama dalam pengembangan wilayah terdiri atas empat elemen yaitu sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, sumber daya buatan atau infrastruktur, dan kebijakan daerah..
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi
sektor – sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan
outputnya sebagai input dalam proses (Widodo, 2006). Sedangkan yang dikemukakan oleh Suyanto
(2000:146) sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan
berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan
unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila
sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah
lain, baik pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila
daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor.
3. METODE PENELITIAN
Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan beberapa data dan informasi yang diperoleh melalui
pengumpulan data dari beberapa sumber. Data-data tersebut bersifat data sekunder yang bisa
didapatkan pada instansi-instansi tertentu.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis spasial, analisis spasial
merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data Sistem Informasi
Geografis (SIG). Analisis Skoring potensi desa guna mengetahui perkembangan pedesaan ke
perkotaan pada wilayah tertentu, dan terakhir analisis Shift Share guna mengetahui sektor unggulan
yang bisa mengganti sektor migas dalam pembangunan ekonomi daerah. Analisis shift share dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KPN : Yij. r n
KPP : Yij (rin – r n)
KPK : Yij (rij – rin)
Keterangan:
i : Sektor yang diteliti ; j : Wilayah yang diteliti
Yij: PDRB sektor i di daerah j awal tahun analisis
Y*ij: PDRB Sektor i di daerah j akhir tahun analisis
rij: laju pertumbuhan PDRB sektor i di daerah j
rin: laju pertumbuhan PDRB sektor i di daerah yang lebih besar (Provinsi / nasional)
92
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Perkembangan Kabupaten Bengkalis Berbasis Sektor Migas
Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu Kabupaten yangKabupaten Bengkals merupakan salah
satu Kabupaten yang memiliki sektor migas dalam kontribusinya terhadap PDRB daerah. Maka dari
itu perlu dilakukannya analisis mengenai pengaruh sektor migas terhadap perkembangan wilayah
Kabupaten Bengkalis, dalam analisis ini ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek ekonomi, fisik,
dan sosial. Guna mengetahui lebih jelas pengaruh sektor migas terhadap perkembangan wilayah
Kabupaten Bengkalis
4.1.1 Analisis Perkembangan Ekonomi Kabupaten Bengkalis
Analisis perkembangan ekonomi ini menggunakan data Pendatapatan Daerah Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan dengan migas dan tanpa
migas dalam kurun waktu 2012 – 2016, dan data Pendapatan Regional Bruto per kapita
Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan dengan migas dan tanpa migas. Berikut
gambar perbandingan laju pertumbuhan ekonomi PDRB.
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADHK Migas dan Tanpa Migas
Kabupaten Bengkalis 2012 -2016
Laju pertumbuhan ekonomi PDRB ADHK migas dan tanpa migas terdapat perbandingan laju
yang cukup signifikan, yang mana PDRB migas memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang menurun
dengan rata – rata penurunan mencapai -13% dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, sedangkan laju
pertumbuhan ekonomi tanpa migas terus mengalami kenaikan mencapai 19,6% dalam kurun waktu 5
(lima) tahun. Guna membuktikan perkembangan ekonomi Kabupaten Bengkalis maka dilakukan
perbandingan PDRB per kapita dengan migas dan tanpa migas.
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Per Kapita ADHK Migas dan Tanpa Migas
Kabupaten Bengkalis 2012 -2016
93
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat dikatakan Sektor migas ini sendiri berpengaruh
positif terhadap perekonomian Kabupaten Bengkalis terhadap total keseluruhan PDRB ADHK dan
PDRB per kapita Kabupaten Bengkalis, namun sektor migas berpengaruh negatif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa kondisi ini terjadi karena migas merupakan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan terus mengalami penurunan setiap tahunnya .sehingga
pada waktu tertentu migas akan habis. Maka dari itu perlu mengembangkan sektor non migas lainnya
guna menopang perekonomian Kabupaten Bengkalis.
4.1.2 Analisis Perkembangan Fisik Kabupaten Bengkalis
Melihat perkembangan fisik Kabupaten Bengkalis dilakukan dengan dua analisis yaitu analisis
perubahan guna lahan , dan analisis perkembangan potensi desa, untuk secara detail dapat dilihat
sebagai berikut
Analisis Perubahan guna lahan Kabupaten Bengkalis dilihat dari 4 (empat) jenis perubahan guna
lahan yaitu: lahan terbangun, hutan ke lahan terbangun, tanah kosong ke lahan terbangun dan
tegalan/ladang ke lahan terbangun. Analisis perubahan guna lahan di Kabupaten Bengkalis ini
ditinjau dari keberadaan sektor migas sebagai industri leading yang ada di daerah tersebut. Pada
analisis ini perubahan guna lahan Kabupaten Bengkalis. Dilihat dalam kurun waktu 2011 hingga
2014 Perubahan guna lahan menjadi permukiman dan tempat kegiatan lebih berkembang di
Kecamatan Mandau dengan total pertambahan rata-rata luas per tahunnya mencapai 15,68% Km².
Angka ini menunjukkan 65,8% dari total pertambahan luas rata-rata perubahan guna lahan
menjadi lahan terbangun di Kabupaten Bengkalis terkonsentrasi di Kecamatan Mandau.
Berdasarkan analisis perubahan guna lahan, dapat dikatan bahwa dengan adanya leading
industry (industri utama), yaitu sektor pertambangan dan penggalian migas memberikan pengaruh
terhadap perkembangan guna lahan menjadi perkotaan di Kabupaten Bengkalis. Namun
perkembangan menjadi perkotaan lebih dominan terjadi di salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Bengkalis yaitu Kecamatan Mandau, dengan dibuktikannya pertambahan luas rata-rata
pertahun menjadi Lahan terbangun di Kecamatan Mandau meraih persentase sebesar 65,8% dari
total luas lahan terbangun Kabupaten Bengkalis. Hal ini disebabkan sektor pertambangan dan
penggalian migas yang dikelola oleh PT.Chevron Pacific Indonesia di Kabupaten Bengkalis lebih
tepatnya berada di Kecamatan Mandau, sehingga sektor ini sendiri memberikan efek terhadap
perkembangan fisik pada wilayah sekitarnya. Dengan adanya sektor migas ini memicu
pertumbuhan permukiman dan tempat kegiatan lainnya demi menunjang kegiatan masyarakat
yang ada.
Gambar 3. Peta Analisis Perubahan Guna Lahan Kabupaten Bengkalis Tahun 2011 – 2014
94
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Analisis Perkembangan Potensi Desa
Perkembangan perkotaan pedesaan di wilayah Kabupaten Bengkalis dapat dilihat berdasarkan
variabel-variabel fasilitas perkotaan menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37
Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Adapun beberapa fasilitas
perkotaan tersebut yaitu; Sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Menengah Pertama. Sekolah
Menengah Atas, pasar, pertokoan, bioskop, rumah sakit, hotel. Berdasarkan data skoring yang
dilakukan dan mendapatkan hasil bahwa terjadi perkembanga dari pedesaan ke perkotaan seperti
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Perubahan Parameter Perkembangan Perkotaan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2011 – 2014
No Kecamatan Kota Penambahan Fasilitas Perkotaan
1 Mandau Petani - Penambahan Angka Rumah Tangga Telepon
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
Harapan Baru - Penambahan Kepadatan Penduduk
Sebangar - Penambahan Kepadatan Penduduk
- Penambahan Fasilitas Rumah Sakit
Kesumbo Ampai - Penambahan Kepadatan Penduduk
- Penambahan Fasilitas SMA
- Penambahan Fasilitas Pertokoan
Bumbung - Penambahan Kepadatan Penduduk.
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
2 Pinggir Pinggir - Penambahan Fasilitas Bioskop
- Penambahan Fasilitas Rumah Sakit
- Penambahan Rumah Tangga Telepon
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
Semunai - Penambahan Fasilitas Bioskop
- Penambahan Rumah Tangga Telepon
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
Muara Basung - Penambahan Fasilitas Pasar
- Penambahan Fasilitas Pertokoan
- Penambahan Fasilitas Rumah Sakit
Balai Raja - Penambahan Fasilitas SMA
- Penambahan Fasilitas Rumah Sakit
- Penambahan Fasilitas Hotel
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
3 Bukit Batu Sungai Pakning - Penambahan Fasilitas Pertokoan
- Berkurangnya Angka Rumah Tangga Pertanian
- Penambahan Fasilitas SMP
Perkembangan pedesaan menjadi kota terkonsentrasi di satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Bengkalis, yaitu Kecamatan Mandau dengan total perkembangan menjadi kota mencapai total 5
(lima) kota. Hal ini membuktikan bahwa sektor migas yang ada di Kecamatan Mandau memberikan
pengaruh kepada wilayah sekitarnya namun pengaruhnya hanya dominan terhadap satu kecamatan
saja yang ada di Kabupaten Bengkalis. Dengan adanya sektor leading industry (industri utama) pada
suatu wilayah memberikan efek yang nyata. Perkembangan juga dituaikan pada gambar peta
dibawah..
95
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Gambar 4. Peta Analisis Perkembangan Desa – Kota Kabupaten Bengkalis 2011 – 2014
4.1.3. Analisi Perkembangan Sosial Kabupaten Bengkalis
Perkembangan penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan wilayah.
Perkembangan penduduk bisa dilihat berdasarkan trend pertumbuhan penduduk pertahunnya, seperti
yang akan dilakukan pada analisis perkembangan penduduk di Kabupaten Bengkalis dalam kurun
waktu 2011 – 2016. Perkembangan penduduk dapat dilihat pada perkembangan jumlah penduduk
dan kepadatan penduduknya per kecamatan yang terletak pada wilayah Kabupaten Bengkalis.
perkembangan jumlah penduduk lebih dominan terjadi pada Kecamatan Mandau, seperti yang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5 Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Bengkalis 2011 – 2016
96
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Perkembangan penduduk, juga dilihat secara kepadatan penduduk seperti yang dapat dilihat
padat tabel dibawah ini.
Tabel2. Klasifikasi Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) Kecamatan di
Kabupaten Bengkalis 2011 – 2016
Keterangan:SP : Sangat Padat, S : Sedang ,R : Rendah ,T : Tinggi
Berdasarkan hasil analisis kepadatan penduduk yang sudah dilakukan dapat dikatakan bahwa untuk
pertumbuhan, kegiatan, dan aktifitas masyrakat Kabupaten Bengkalis lebih dominan dilakukan di
satu kecamatan yaitu Kecamatan Mandau. hal ini disebabkan Kecamatan Mandau sendiri
terdapat kawasan industri pertambangan dan penggalian minyak dan gas yang dikenal
dengan nama perusahaannya PT. Chevron Pacific. Keberadaan sektor industri migas ini
tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik yang ada di Kabupaten Bengkalis, namun
juga mempengaruhi perkembangan penduduk yang ada di Kabupaten Kabupaten Bengkalis
dan juga mempengaruhi jumlah migrasi yang masuk ke Kabupaten Bengkalis.
Gambar 4. Peta Analisis Kepadatan Penduduk Kabupaten Bengkalis 2011 – 2016.
No Kecamatan 2011/
Klasifik
asi
2012/
Klasifikas
i
2013/
Klasifikas
i
2014/
Klasifikasi
2015
/Klasifika
si
2016/
Klasifik
asi
1 Mandau 237/SP 24/SP 248/SP 252/SP 256/SP 260/SP
2 Pinggir 32/R 33/R 34/R 34/R 35/R 36/R
3 Bukit Batu 27/R 28/R 29/R 29/R 30/R 30/R
4 Siak Kecil 26/R 26/R 27/R 27/R 28/R 28/R
5 Rupat 34/R 35/R 36/R 37/R 37/R 37/R
6 Rupat Utara 21/R 22/R 22/R 23/R 23/R 23/R
7 Bengkalis 142/T 147/T 149/T 151/T 153/T 155/T
8 Bantan 86/S 89/S 90/S 91/S 92/S 94/S
97
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
4.2.Arahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Bengkalis
Pengembangan wilayah Kabupaten Bengkalis lebih dominan pada pengembangan industri
pengolahan dengan komoditas perkebunan. sektor-sektor yang bisa dikembangkan ini diketahui
setelah melakukan anlisis shift share, yang terbagi menjadi 4 (empat) kuadran yaitu unggu, agak
unggul, agak mundur, dan mundur. Sektor industri pengolahan dan sektor pertanian , kehutanan, dan
perikanan, masuk kedalam kuadran agak mundur.
Untuk komoditas perkebunan yang bisa dikembangkan maka dilakukan anlisis kompetitif
ekonomi yang mana dapat diketahui bahwa komoditas kelapa sawit merupakan komoditas yang
paling dominan. Dalam melakukan rencana pengembangan perlu memperhatikan rencana terkait
pengembangan lahan perkebunan serta penyediaan lahan bagi kawasan perindustrian untuk
pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil) untuk meningkatkan nilai
ekonominya dalam berkontribusi terhadap perekonomian daerah. Untuk Pengembangan kawasan
perkebunan kelapa sawit, Pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 7. Peta Pemanfaatan Lahan Kawasan Perkebunan Kabupaten Bengkalis
Berdasarkan overlay terhadap lahan perkebunan kelapa sawit eksisting, dan diketahui terdapat
lahan yang dapat dikembangkan seluas 398.384 Ha. Jika dilihat pada rencana pengembangan,
kebutuhan industri pengolahan CPO meningkat menjadi 45 unit karena luas perkebunannya yang
juga bertambah menjadi seluas 543.630 Ha. Hal tersebut juga pastinya dapat meningkatkan
penghasilan dari kegiatan pengolahan kelapa sawit dan penghasilan CPO
5. SIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perkembangan Kabupaten Bengkalis lebih dominan terjadi pada satu titik, lebih tepatnya terjadi
pada wilayah Kecamatan Mandau, lokasi PT. Chevron Pacific Indonesia yang merupakan industri
migas. Pengaruh keberadaan industri migas ini terhadap perkembangan Kabupaten Bengkalis
secara rinci adalah sebagai berikut:
93
98
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
a. Pengaruh terhadap ekonomi wilayah bersifat positif namun sektor migas berpengaruh negatif
terhadap laju pertumbuhan ekonomi hal ini disebabkan terjadinya penurunan kontribusi
sektor migas setiap tahunnya.
b. Pengaruh terhap perubahan guna lahan menunjukkan perubahan guna lahan menjadi lahan
terbangun lebih terkonsentrasi pada titik lokasi industri migas yaitu di Kecamatan Mandau.,
dan perkembangan dari pedesaan menjadi perkotaan lebih dominan terjadi di Kecamatan
Mandau.
c. Pengaruh terhadap jumlah penduduk, jumlah migrasi, dan kepadatan penduduk lebih
dominan terjadi di titik lokasi industri migas yaitu di Kecamatan Mandau.
2. Pengembangan Kabupaten Bengkalis berbasis potensi daerah non migas yaitu meliputi,
pengembangan industri pengolahan.dengan komoditas kelapa sawit, sehingga perlukan lahan
untuk mengembangkan komoditas kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Branch, C. Melville. (1995) Perencanaan Kota Komprehensif, (Pengantar & Penjelasan),
Diterjemahkan oleh : Bambang Hari Wibisono & Ahmad Djunaedi, Gadjah mada University
Press, Yogyakarta
Ebenezerksl. (2018). Buku Minyak Bumi dan Produk Migas
Ginting Br Elisa,Afifuddin Syaad, Rahmanta .Pengaruh Program Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Naman
Teran Kabupaten Karo.Medan: Universitas Sumatra Utara.
Herman Emilia. (2011). The Impacy of The Industrial Sector On Romania Employment. Petru Maior
University Romania.
Kurniawati Feri. (2007). Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mahi, Kabul Ali. (2003). Pengembangan Wilayah: Teori & Aplikasi. Kencana. Jakarta
Nurhadi. (2011). Strategi Perencanaan Pembangunan Regional Dalam Kajian Variasi Keruangan
Nurhadi. (2012). Strategi Perencanaan Pembangunan Regional Dalam Kajian Variasi Keruangan.
Oktrinda Rizki. (2007). Dampak Perkembangan Industri Besar Terhadap Sosial Ekonomi di
Kabupaten Temanggung. Universitas Diponegoro. Semarang.
Pakes Tamzyn. (1998). Industrial Development As An Effective Local Economic Development
Strategy : The Port Elizabeth Metropole As a Case Study. Institute for Development Planning
and Research University of Porth Elizabeth
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Perkotaan Dan
Perdesaan Di Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 35/M-IND/PER/3/2010
Pratiknya. (2007). Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi Di Kota
Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pratiwi, Maria, Christina, Yuli dan Kuncoro Mudrjad. (2017). Analisis Pusat Pertumbuhan dan
Autokorelasi Spasial di Kalimantan: Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000 – 2012.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, (2016). Dampak
Kegiatan Usaha Hulu Migas Terhadap Perekonomian Regional Wilayah Kerja Migas (Studi
Kasus Provinsi Jambi)
Rustiadi, Eman dkk. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
Sasmi cici, Bachtria. (2014). Analisis migrasi internasional di Sumatera Barat: Suatu kajian faktor-
faktor yang mempengaruhi migrasi masuk ke kota padang.
Sonny Tilaar Msi. (2015). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Wilayah
Kota Tidore. Universitas Sam Ratu Langi, Vol 1 No 1
99
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
2019
Suparmoko, M dan Irawan. (2008). Ekonomi Pembangunan. Edisi keenam. Yogyakarta: BPFE
Tarigan, R. (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Askara. Medan.
Tobing. L Hanafayah Ferry. (2011). Perencanaan Sektor Pertanian Dalam Rangka Pengembangan
Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Utara, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Trianto. (2013). Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Unggulan Non Migas di Provinsi Sumatera
Selatan.
Yunus, H.S, Konsep Perkembangan dan Pengembangan Daerah Perkotaan, Fakultas Geografi
UGM, Yogyakarta